Anda di halaman 1dari 12

STUDI DESKRIPTIF TENTANG TUGAS KELUARGA DALAM MERAWAT

PASIEN DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RSUD


DUREN SAWIT TAHUN 2017

Kelik Kurniawan Saputro


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat
kelikanna@gmail.com

ABSTRAK

Keluarga mempunyai 5 tugas dibidang kesehatan (Friedman 2010) yang meliputi :


Keluarga mengenal masalah kesehatan,Keluarga mampu mengambil keputusan
mengenai tindakan keperawatan, Keluarga mampu merawat anggota keluarga, Keluarga
mampu memodifikasi lingkungan, Keluarga mampu menggunakan fasilitaspelayanan
kesehatan.Tujuan penelitian ini ingin mengetahui gambaran tugas keluarga dalam
merawat pasien dengan masalah resiko perilaku kekerasan.Adapun besar sampel dalam
penelitian ini sebanyak 44 orang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa keluarga dapat
mengenal masalah kesehatan mayoritas baik 61,4 %,mengambil keputusan seimbang
50,0 %,merawat anggota keluarga mayoritas baik 90,0%,memodifikasi lingkungan
mayoritas baik 54,5 %, memanfaatkan fasilitas kesehatan mayoritas baik 79,5 %.

Daftar pustaka : 23 (1993-2014)

Kata kunci : Tugas keluarga, Resiko perilaku kekerasan

ABSTRACT
The family has 5 duties in the health field (Friedman 2010) which includes: Family
knows health problems, Family is able to take decisions about the actions of nursing,
Family is able to care for family members, Family is able to modify the environment,
The family is able to use health care facilities. The purpose of this study wanted to know
the description of family duties in caring for patients with violent behavior risk issues.
As for the large sample in this study as many as 44 people. The results of this study
found that the family can recognize the health problems of the majority of good 61.4%,
take a balanced decision 50.0%, care for members of the majority family either 90.0%,
modify the majority environment either 54.5%, use the majority of health facilities good
79 , 5%.

References: 23 (1993-2014)
Keywords: Family tasks, Risk of violent behavior

1
2

PENDAHULUAN faktor psikologis serta faktor sosio-


Kesehatan adalah keadaan sehat kultural. Telah terbukti bahwa ada
baik secara fisik, mental, spiritual korelasi erat antara timbulnya gangguan
maupun social yang memungkinkan jiwa dengan kondisi sosial dan
setiap orang untuk hidup produktif lingkungan dimasyarakat sebagai suatu
secara social dan ekonomi ( UU No.39 “stressor psikososial”. Kini masalah
Tahun 2009). Keperawatan jiwa kesehatan tidak lagi hanya menyangkut
menurut American Nurses Association soal angka kematian atau kesakitan
(2007) adalah area khusus dalam melainkan juga mencakup berbagai
praktek keperawatan yang kondisi psikososial yang berdampak
menggunakan ilmu tingkah laku pada kualitas kesehatan masyarakat
manusia sebagai dasar dan termasuk taraf kesehatan jiwa
menggunakan diri sendiri secara masyarakat (Yosep, 2007).
teraupetik dalam meningkatkan, Badan Kesehatan Dunia WHO
mempertahankan, memulihkan (2001) menyebutkan angka kejadian
kesehatan mental klien dan kesehatan gangguan jiwa diperkirakan 450 juta
mental masyarakat dimana klien berada orang di seluruh dunia mengalami
(Kusumawati dan Hartono, 2010). gangguan mental, sekitar 10% orang
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu dewasa mengalami gangguan jiwa saat
keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan ini dan 25% penduduk diperkirakan
mengandung berbagai karakteristik akan mengalami gangguan jiwa pada
meliputi perawatan langsung, usia tertentu selama hidupnya. Usia ini
komunikasi dan manajemen, bersifat biasanya terjadi pada dewasa muda
positif yang menggambarkan antara usia 18 sampai 21 tahun (Hawari,
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan 2007). Berdasarkan hasil sensus
yang mencerminkan kedewasaan penduduk Amerika Serikat tahun 2004,
kepribadian yang bersangkutan diperkirakan 26,2 % penduduk yang
(Sudirman, 2008). berusia 18 sampai 30 tahun atau lebih
Gangguan jiwa merupakan mengalami gangguan jiwa.
proses interaksi yang kompleks antara Diperkirakan bahwa 2% sampai 3% dari
faktor genetik, faktor organo-biologis, jumlah penduduk Indonesia menderita
3

gangguan jiwa berat. Bila separuh dari pasien adalah perilaku kekerasan. Pasien
mereka memerlukan perawatan dirumah dapat melakukan perilaku kekerasan
sakit dan jika penduduk indonesia kepada orang lain, lingkungan maupun
berjumlah 120 juta orang maka ini terhadap dirinya sendiri (Hawari, 2009).
berarti bahwa 120ribu orang dengan Perilaku kekerasan adalah suatu
gangguan jiwa berat memerlukan keadaan dimana seseorang melakukan
perawatan di rumah sakit. Padahal yang tindakan yang dapat membahayakan
tersedia sekarang hanya kira-kira 10.000 secara fisik, baik kepada diri sendiri
tempat tidur (Yosep, 2007). Di maupun orang lain. Perilaku kekerasan
Indonesia, menurut data Riset sering disebut gaduh gelisah atau amuk
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun dimana seseorang marah berespon
2007, prevalensi gangguan mental terhadap stressor dengan gerakan
emosional berjumlah 11,6% dari motorik yang tidak terkontrol (Yosep,
populasi orang dewasa. Bila dihitung 2007). Melihat dari dampak dan
menurut jumlah populasi orang dewasa kerugiannya, perilaku kekerasan
Indonesia sebanyak lebih kurang merupakan salah satu respon terhadap
150.000.000 orang berarti terdapat stresor yang dihadapi seseorang. Akibat
1.740.000 orang yang mengalami yang dapat ditimbulkan bagi keluarga
gangguan mental emosional (Depkes RI, antara lain keluarga tidak dapat
2010). beraktivitas seperti biasa dirumah. Jadi
Gangguan jiwa merupakan salah perilaku kekerasan dapat menimbulkan
satu dari empat masalah kesehatan kerugian baik pada diri sendiri, orang
utama, baik di negara maju maupun lain, maupun lingkungan (Keliat,2007).
negara berkembang. Gangguan jiwa Peran dan keterlibatan keluarga
tidak hanya dianggap sebagai gangguan dalam proses pemulihan dan perawatan
yang menyebabkan kematian secara pasien dengan masalah resiko perilaku
langsung, namun juga menimbulkan kekerasan sangat penting, karena dapat
ketidak mampuan individu untuk membantu dalam proses pemulihan
berperilaku tidak produktif. Salah satu penderita. Keluarga merupakan suatu
bentuk masalah gangguan mental konteks dimana individu memulai
emosional yang dialami sebagian besar hubungan interpersonal. Keluarga dapat
4

mempengaruhi nilai, kepercayaan, pengetahuan keluarga tentang


sikap, dan perilaku anggota keluarga. pengertian resiko perilaku kekerasan,
Kemudian keluarga mempunyai fungsi keluarga merasa bahwa jika pasien
dasar seperti memberi kasih sayang, sudah sembuh tidak perlu lagi minum
rasa aman, rasa memiliki, dan obat.
menyiapkan peran dewasa individu di Peran serta keluarga yang
masyarakat. optimal sejak awal sakit hingga fase
Sebagai suatu sistem, jika rehabilitasi akan meningkatkan
terdapat gangguan jiwa pada salah satu kemampuan pasien dan anggota
anggota keluarga maka dapat keluarga itu sendiri saat merawat klien
menyebabkan gangguan jiwa pada dirumah. Karena pusat pengobatan
anggota keluarga (Nasir & Muhith, terbaik itu berada dirumah ( Keliat,1992
2011).Keluarga merupakan unit paling ). Lebih lanjut ( Rasmun, 2011 ),
dekat dengan klien, dan merupakan pengenalan masalah kesehatan dan
“perawat utama” bagi klien. Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berperan dalam menentukan cara atau secara tepat dan cepat dapat
asuhan keperawatan yang diperlukan memandirikan klien dan keluarga itu
klien di rumah. Keberhasilan perawat di sendiri.Lebih lanjut ( friedman 2010 )
rumah sakit dengan sia-sia jika tidak menguraikan tentang tugas keluarga
diteruskan di rumah yang kemudian dibidang kesehatan yang meliputi :
mengakibatkan klien harus dirawat mengetahui kemampuan keluarga untuk
kembali (kambuh). mengenal masalah kesehatan keluarga
Berdasarkan catatan medical klien dengan resiko perilaku kekerasan,
record Rumah Sakit dalam 6 bulan mengetahui kemampuan keluarga dalam
terakhir ( Juni sampai dengan November mengambil keputusan mengenai
2016 ) terdapat 239 pasien kambuh ( tindakan keperawatan yang tepat dalam
Rawat ulang dari 405 orang / 59 % ) mengatasi anggota keluarga dengan
dengan alasan : obat tidak diminum, resiko perilaku kekerasan, mengetahui
kurangnya perhatian keluarga terhadap sejauh mana kemampuan keluarga
anggota keluarga yang mengalami dalam merawat anggota keluarga
resiko perilaku kekerasan, kurangnya dengan riwayat resiko perilaku
5

kekerasan, mengetahui kemampuan 6. Menurunkan ancaman dengan latar


keluarga dalam memodifikasi belakang aturan untuk interaksi.
lingkungan, mengetahui kemampuan 7. Menurunkan ancaman dengan
keluarga menggunakan fasilitas struktur pembahasan yang sistematis.
pelayanan kesehatan yang berada di 8. Pendidikan ulang anggota keluarga
masyarakat. untuk bertanggung jawab.
Menurut Marsh et.al (2012) Tugas keluarga akan arti
peran keluarga dalam memberikan pentingnya merawat pasien dengan
perawatan pada anggota yang menderita masalah resiko perilaku kekerasan
gangguan kejiwaan salah satunya adalah sangatlah di perlukan guna penanganan
melakukan pendampingan dalam pertama dan selanjutnya.Tugas keluarga
pengobatan, dan memenuhi segala dalam merawat anggota keluarganya
kebutuhan harian pasien seperti dirumah dipengaruhi beberapa faktor.
sandang, pangan dan papan serta Diantaranya pengetahuan keluarga,
memperhatikan tingkat kebersihan diri sikap dan tindakan yang merupakan
secara maksimal. ranah perilaku manusia. Selain itu,
Adapun peran keluarga dalam perawat juga membantu serta
therapy sendiri ( abdul nasir dan abdul mendorong keluarga untuk terlibat
munith, 2011 ), antara lain : dalam mencegah klien kambuh. Alasan
1. Membuat suatu keadaan dimana keluarga dilibatkan dalam mencegah
anggota keluarga dapat melihat kekambuhan klien adalah sebagai
bahaya terhadap diri klien dan berikut :
aktivitasnya. 1. Keluarga merupakan tempat individu
2. Tidak merasa takut dan mampu pertama memulai hubungan
bersikap terbuka. interpersonal dengan lingkungan.
3. Membantu anggota keluarga 2. Keluarga merupakan suatu sistem
bagaimana memandang orang lain. yang utuh dan tidak terpisahkan
4. Tempat bertanya serta pemberi sehingga jika ada satu yang
informasi yang mudah dipahami terganggu yang lain ikut terganggu.
klien. 3. Keluarga membantu klien untuk
5. Membangun self esteem. dapat mempertahankan derajat
6

kesehatan mentalnya karena mengurangi resiko tinggi kambuh


keluarga secara emosional tidak kembali. Sehingga harapan keluarga
dapat dipisahkan dengan mudah ( akan tugas keluarga dalam merawat
sullinger, 1988 ). pasien dengan masalah resiko perilaku
Studi pendahuluan penelitian kekerasan dirumah menjadi tercapai.
kepada 10 keluarga yang anggota Dari pendahuluan diatas peneliti
keluarganya dirawat di Unit Gawat tertarik untuk melakukan studi
Darurat psikiatri didapatkan bahwa deskriptif tentang tugas keluarga dalam
keluarga, 5 orang mengatakan jika merawat pasien dengan masalah resiko
pasien dirumah marah-marah atau perilaku kekerasan di rsud duren sawit.
mengancam maka akan membawa ke Tujuan Penelitian Ini Adalah Untuk
Rumah sakit terdekat , 3 orang terdeskripsikannya Tugas Keluarga
mengatakan meminta pertolongan ke Dalam Merawat Pasien Dengan
kecamatan atau kelurahan terdekat Masalah Resiko Perilaku Kekerasan Di
untuk segera ditangani dan dibawa ke Rsud Duren Sawit.
Rumah Sakit, 2 orang mengatakan
membawa pasien ke puskesmas METODOLOGI PENELITIAN
terdekat. Pada penelitian ini peneliti
Untuk memfasilitasi pasien menggunakandesain penelitian
pasca rawat maka upaya yang dilakukan deskriptif yang bertujuan untuk
oleh Rumah Sakit Duren Sawit mendapatkan mengidentifikasi tugas
diantaranya : memberikan pendidikan keluarga dalam merawat pasien dengan
kesehatan dalam perencanaan pasien masalah resiko perilaku kekerasan.
pulang pada keluarga dan pasien, Pendekatan deskriptif digunakan pada
memberikan jadwal control yang teratur, desain penelitian ini dimana data
memberikan discharge planning pada dikumpulkan dalam satu waktu tertentu.
keluarga. Keluarga menjadi sangat Sampel dalam penelitian ini adalah 44
penting dan strategis dimana tugas responden yaitu keluarga dari pasien
keluarga dalam merawat pasien dengan yang sedang dirawat di Rumah sakit
masalah resiko perilaku kekerasan dan Duren Sawit yang anggota
kesehatan mental akan dapat keluarganyamengalami gangguan jiwa
7

khususnya dengan masalah resiko PT 12 27,3


Pekerjaan
perilaku kekerasan. Penelitian ini PNS 4 9,1
dilakukan pada akhir bulan desember Karyawan 20 45,5
Wiraswasta 9 20,5
2016 sampai dengan bulan Februari Buruh 4 9,1
Lainnya 5 11,4
2017.
Tidak bekerja 2 4,5
Penelitian dilakukan dengan cara Usia
responden mengisi kuesioner yang Mean 41,64
Median 41,00
berisi pertanyaan atau peryataan yang SD 12,112
berhubungan dengan tugas keluarga Min-Maks 19-73
95%CI 37,95-45,32
dalam merawat anggota keluarga yang
mempunyai resiko perilaku kekerasan.
Tabel 2:Distribusi Responden Dalam
Kemudian hasil semua kuesioner Mengenal Masalah Kesehatan
dianalisa. Analisa yang digunakan pada
Frekuensi Prosentase
penelitian ini adalah analisa univariat Kurang 17 38,6
yaitu data ditampilkan dalam tabel Baik 27 61,4
proporsi atau presentasi. Pada penelitian
ini, diperhatikan masalah etika yang
Tabel 3: Distribusi Responden Dalam
dapat muncul selama proses penelitian.
Mengambil Keputusan
Oleh karena itu, masalah etika yang
Frekuensi Prosentase
ditekankan pada penelitian ini yang
Kurang 22 50
pertama adalah dengan Autonomy
Baik 22 50
dengan memberikan Informed Consent.

Tabel 4: Distribusi Responden Dalam


HASIL PENELITIAN
Merawat Anggota Keluarga yang
Tabel 1: Distribusi data demografi Sakit
Variable Frekuensi Prosentase
Frekuensi Prosentase
Jenis kelamin Kurang 4 9,1
Laki-laki 24 54,5
Perempuan 20 45,5 Baik 40 90,9
Pendidikan
Tidak sekolah 1 2,3
SD 5 11,4
SMP 3 6,8
SMA 23 72,7
8

Tabel 5:Distribusi Responden Dalam keadaan kesehatan dan perubahan-


Memodifikasi Lingkungan
perubahan yang dialami anggota
Frekuensi Prosentase keluarga secara tidak langsung menjadi
Kurang 20 45,5 perhatian keluarga. Apabila menyadari
Baik 24 54,5 adanya perubahan keluarga, perlu
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
Tabel 6: Distribusi Responden Dalam yang terjadi dan seberapa besar
Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan perubahannya (Friedman, 2010).
Kesehatan
Hasil uji univariat keluarga
Frekuensi Prosentase dalam mengambil keputusan tindakan
Kurang 9 20,5
keperawatan didapatkan hasil yang
Baik 35 79,5
seimbang yaitu mengambil keputusan
kurang sebesar 22 (50,0%), mengambil
PEMBAHASAN keputusan baik sebesar 22 (50,0%). Hal
Hasil uji univariat keluarga ini dapat disimpulkan bahwa sebagian
mampu mengenal masalah kesehatan keluarga mampu mengambil keputusan
didapatkan mayoritas responden dengan baik untuk mengambil tindakan
mempunyai kemampuan baik sebesar 27 membawa pasien kepelayanan
( 61,4 % ), kemampuan kurang 17 ( 38,6 kesehatan. Keluarga mampu mengambil
% ). Hal ini dapat disimpulkan bahwa keputusan mengenai tindakan
keluarga mampu dalam mengenal keperawatan yang tepat dalam
masalah kesehatan dengan baik. mengatasi anggota keluarga dengan
Keluarga mampu mengenal masalah resiko perilaku kekerasan, menanyakan
kesehatan Keluarga klien dengan resiko kepada orang yang lebih tahu, misalnya
perilaku kekerasan, keluarga perlu membawa kepelayanan kesehatan atau
mengetahui penyebab tanda-tanda klien membawa untuk dirawat ke rumah sakit
kambuh dan perilaku maladaftifnya jiwa.Tindakan kesehatan yang
meliputi keluarga perlu mengetahui dilakukan olehkeluarga diharapkan
pengertian resiko perilaku kekerasan, tepat, agar masalah kesehatan
tanda dan gejalanya, cara mengontrol dapatdikurangi atau bahkan dapat
perilaku kekerasannya dengan cara teratasi. Jika keluarga
minum obat. Keluarga perlu mengenal
9

mempunyaiketerbatasan dapat meminta riwayat resiko perilaku kekerasan yang


bantuan kepada orang dilingkungan membutuhkan bantuan. Jika demikian,
tinggal keluarga agar memperoleh anggota keluarga yang mengalami
bantuan.(Friedman,2010). gangguan kesehatan khususnya dengan
Hasil uji univariat keluarga resiko perilaku kekerasan perlu
dalam merawat anggota keluarga di memperoleh tindakan lanjutan atau
dapatkan hasil distribusi responden perawatan agar masalah yang lebih
dalam merawat anggota keluarga yang parah tidak dapat terjadi. Perawatan
sakit, mayoritas responden mempunyai dapat dilakukan di institusi pelayanan
kemampuan baik yaitu sebesar 40 orang kesehatan atau di rumah apabila
(90,9 % ). Hasil penelitian keluarga telah memiliki kemampuan
menunjukkan bahwa pengetahuan melakukan tindakan untuk pertolongan
responden tentang perawatan anggota pertama (Friedman, 2010).
keluarga dengan perilaku kekerasan Hasil uji univariat distribusi
dirumah adalah kurang yakni sebanyak responden dalam memodifikasi
15 responden (45,5%), cukup yakni lingkungan, mayoritas responden
sebanyak 9 responden (27,3%) dan baik mempunyai kemampuan baik yaitu
yakni sebanyak 9 responden (27,3%) ( sebesar 24 orang ( 54,5 % ). Keluarga
Sasmaida saragih, jumaini dan anis mampu memodifikasi lingkungan, yang
indriati, 2013 ). perlu dikaji: pengetahuan keluarga
Keluarga mampu merawat tentang sumber-sumber yang dimiliki
anggota keluarga dengan riwayat resiko keluarga dalam memodifikasi
perilaku kekerasan, pemahaman lingkungan khususnya dalam merawat
keluarga tentang cara merawat anggota anggota keluarga dengan riwayat resiko
keluarga dengan riwayat resiko perilaku perilaku kekerasan, kemampuan
kekerasan, pengetahuan keluarga keluarga dalam memanfaatkan
tentang sumber yang dimiliki keluarga lingkungan yang nyaman dan aman.
dalam merawat anggota keluarga Modifikasi lingkungan yang dapat
dengan riwayat resiko perilaku dilakukan seperti membuat suasana
kekerasan, bagaimana keluarga dalam rumah selalu nyaman, aman, tenang,
merawat anggota keluarga dengan selalu bersih, banyak tanaman dan
10

bunga sebagai aroma terapi serta rumah sakit jiwa agar anggota keluarga
lingkungan yang bebas dari suasana yang mengalami perilaku kekerasan
keributan (Friedman, 2010). dapat dirawat dan diobati sesuai dengan
Hasil uji univariat distribusi penyakit yang dialaminya (Friedman,
responden dalam memodifikasi 2010).
lingkungan, mayoritas responden
KESIMPULAN DAN SARAN
mempunyai kemampuan baik yaitu
Karakteristik responden berjenis
sebesar 35 orang ( 79,5 % ).
kelamin laki-laki lebih banyak daripada
Keluarga mampu menggunakan fasilitas
perempuan, sebagian besar responden
pelayanan kesehatan yang berada di
bekerja sebagai karyawan dan rata-rata
masyarakat, yang perlu dikaji
usia responden 41-42 tahun.
pengetahuan keluarga tentang fasilitas
Hasil analisis tentang tugas
keberadaan pelayanan kesehatan dalam
keluarga dalam merawat pasien dengan
mengatasi resiko perilaku kekerasan.
masalah resiko perilaku kekerasan
Pemahaman keluarga tentang manfaat
didapatkan nilai paling tinggi yaitu
fasilitas pelayanan yang berada di
tentang kemampuan keluarga dalam
masyarakat, tingkat kepercayaan
merawat anggota keluarga dengan baik
keluarga terhadap fasilitas pelayanan
dan nilai terendah tentang pengambilan
kesehatan, apakah keluarga mempunyai
keputusan keluarga dalam tindakan
pengalaman yang kurang tentang
keperawatan
fasilitas pelayanan kesehatan, apakah
Disarankan bagi rumah sakit
keluarga dapat menjangkau pelayanan
hasil penelitian ini dapat digunakan
kesehatan yang ada di masyarakat.
sebagai masukan dan pertimbangan
Dimana Keluarga mampu
dalam upaya untuk meningkatkan
memanfaatkan fasilitas yang ada
pengetahuan dan diadakannya
disekitarnya seperti puskesmas yang
penyuluhan serta pendidikan kesehatan
dapat digunakan sebagai sumber
bagi keluarga yang berkunjung dengan
informasi serta pengobatan awal pada
menekankan tugas keluarga saat pasien
anggota keluarga yang mengalami
berada di rumah. Serta hasil penelitian
perilaku kekerasan serta sebagai media
ini dapat digunakan sebagai data awal
rujukan untuk merujuk pasien ke tempat
dalam pengembangan ilmu keperawatan
11

terkait manajemen holistic pada klien Ingram.I.M ( 1993 ), Catatan Kuliah


dengan resiko perilaku kekerasan. Data Psikiatri, Edisi 6, Jakarta : EGC.

ini juga dapat dipergunakan sebagai Keliat, Anna Budi 2006. Proses
sumber informasi untuk penelitian Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC.
selanjutnya yang berkaitan dengan tugas
keluarga dalam merawat keluarga Luknis Sabri dan Sutanto Priyo
dengan resiko perilaku kekerasan. Hastono. ( 2014 ). Buku Statistik
Kesehatan, Edisi 1,- Cetakan 8.
Jakarta : Rajawali Pers.

DAFTAR PUSTAKA : Maslim. R ( 2003 ), Diagnosa


Gangguan Jiwa ; Rujukan
Abdul Nasir dan Abdul Muhith, 2011. ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta :
Dasar-dasar Keperawatan Jiwa : DEPKES RI.
Pengantar dan Teori, Jakarta:
Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo (2012).
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Achir Y, dkk 2000. Teori dan Tindakan Jakarta: Rineka Cipta.
Keperawatan cet 1. Jakarta :
DEPKES RI Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.
Kesehatan Masyarakat :Ilmu dan
Arikunto, Suharsini, 2010. Prosedur Seni. Jakarta :Rineka Cipta.
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nursalam. ( 2008). Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Dorothy young brockopp, Marie T Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Hasting-Tolsma 2000. Dasar-dasar Salemba Medika
riset Keperawatan Jakarta : EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. ( 2006 ).
Efendi, F. & Makhfudli, 2009. Buku ajar Fundamental
Keperawatan Kesehatan Komunitas Keperawatan : Konsep, Proses, dan
: Teori dan praktik dalam Praktik, vol. 2, ed,5. Alih Bahasa :
keperawatan, Jakarta : Salemba Yasmin, A. Jakarta : EGC.
Medika.
Sarwono, Salita ( 1996 ) Sosiologi
Friedman, W. Marilyn dkk, 2010. Buku Kesehatan beberapa konsep beserta
Ajar Keperawatan Keluarga : riset, aplikasinya, semarang : Gajah
teori dan praktik. edisi 5, Jakarta : Mada university Press.
EGC.
12

Setiadi. (2014). Pemulihan Gangguan


Jiwa: Pedoman Bagi Penderita,
Keluarga dan Relawan. Tidak
dipublikasikan.

Solahudin, Muhammad. (2009). Peran


Keluarga Terhadap Proses
PenyembuhanPasien Gangguan
Jiwa Kabupaten Magelang. Skripsi:
fakultas PsikologiUniversitas Islam
Negeri. Tidak dipublikasikan.

Stuart, G. W. (2013). Principles and


Practice of Physiciatric Nursing,
Penerbit, Jakarta : EGC.

Sumadi Suryabrata . ( 2010 ).


Metodologi Penelitian, Ed.1-21-
Rajawali pers.

Sunaryo. ( 2004 ). Psikologi untuk


keperawatan. Jakarta : EGC.

Sugiyono (2012). Statistika Untuk


Penelitian, Ed.Revisi Cet. Ke-20
Bandung : Alfabeta.

Suliswati ( 2005 ). Konsep Dasar


Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wuryaningsih, Emi Wuri, Achir, Yani


S. Hamid, Novy. Helena C.D.
(2013). StudiFenomologi:
Pengalaman Keluarga Mencegah
Kekambuhan PerilakuKekerasan
Pasien Pasca Hospitalisasi di RSJ.
Jurnal Keperawatan Jiwa. VOL.1.
NO.2

Anda mungkin juga menyukai