Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN SISTEM

URINARY:
UROLITHIASIS

Nama Mata Kuliah : Klasifikasi-Kodefikasi Penyakit,


Masalah-masalah yang berkaitan
dengan kesehatan dan Tindakan-
tindakan Medis (KKPMT) II B

Beban Studi : 2 SKS (T = 2)


Penempatan : Semester II
Nama Dosen : Ida Sugiarti,S.Kep.,Ns.,MH.Kes (IS)

Anggota Kelompok :
1. Nurul Lita (P2.06.37.0.17.028)
2. Rosawina Hanzani (P2.06.37.0.17.031)
3. Salma Nursyiam Said (P2.06.37.0.17.032)
4. Yanuar Gilang Ramadhan (P2.06.37.0.17.040)

 KKPMT II A 1
PENGANTAR

M
akalah ini berisi fatofisiologi gangguan sistem urinari
yaitu penyakit Batu Ginjal dilengkapi abstraksi kasus
sebagai latihan dalam rangka mencapai kompetensi
clinical coder. Makalah ini juga dilengkai dengan video
dan gambar serta latihan soal untuk memudahkan
memahami materi yang disampaikan.

TUJUAN

Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa diharapkan


dapat :

1. Menyebutkan definisi penyakit Batu Ginjal


2. Menjelaskan etiologi penyakit Batu Ginjal
3. Menjelaskan penrjalanan penyakit Batu Ginjal
4. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit Batu Ginjal

 KKPMT II A 2
 KKPMT II A 3
Bab 1
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

U
rolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan
oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada
daerah ginjal (Nursalam, dkk. (2006). Urolithiasis terjadi
bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu
sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan
kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang
saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah.
Dalam ICD 10, penyakit batu ginjal termasuk
dalam BAB XIV yaitu penyakit – penyakit pada Sistem
Perkemihan yang memiliki block dari N00-N99. Kode
untuk dari penyakit batu ginjal adalah N20.9

 KKPMT II A 4
B.Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih
diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi
dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). Faktor – faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu:
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria,
hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi
dan kejenuhan mineral dalam air minum
3. Faktor lain
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran
Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah
ureum dan membentuk ammonium yang
akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing.

 KKPMT II A 5
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding
wanita dengan perbandingan 3 : 1
d. Ras
Batu Saluran Kencing lebih banyak
ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan
Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih
banyak mempunyai kesempatan
f. Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak
minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat.
i. Makanan

 KKPMT II A 6
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi
protein hewani angka morbiditas Batu
Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang
vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita Batu Saluran Kencing
(buli-buli dan Urethra).

C. Perjalanan Penyakit/Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi
saluran kemih, obstruksi mungkin terjadi hanya
parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa
menjadi hidronefrosis yang disertai tanda-tanda dan
gejala-gejalanya. Proses patofisiologisnya sifatnya
mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari
mineral dari matriks seputar, seperti pus, darah,
jaringan yang tidak vital, tumor atau urat.

Mekanisme pembentukan batu ginjal atau


saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa buku menyebutkan proses
terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :

a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut


dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.

 KKPMT II A 7
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi
kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi
inti pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti
tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam
air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.

Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada


lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat
tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Selain
itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu
asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH
yang rendah. Komposisi urin juga akan
mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat
zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat
larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan
batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal dalam
jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil
dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke
pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal
distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana
saja dan berkembang menjadi batu yang besar.

 KKPMT II A 8
D. Penatalaksanaan

1. Prosedur Penunjang / Tindakan Medis


a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik
renal atau ureteral adalah untuk mengurangi
nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan;
morfin atau meperidin diberikan untuk
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang
luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul
dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali
pasien mengalami muntah atau menderita
gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang
memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang
di belakang batu sehingga mendorong pasase
batu tersebut ke bawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi konsentrasi
kristaloid urin, mengencerkan urin dan
menjamin haluaran urin yang besar.

b. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal,
pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi
(insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau
nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat

 KKPMT II A 9
infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala
ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan
batu pada ureter diangkat dengan
ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada
dikandung kemih. Jika batu berada dikandung
kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra
ke dalam kandung kemih; batu kemudian
dihancurkan oleh penjepit pada alat ini.
prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal


(ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang
digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks
ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu
tersebut dikeluarkan secara spontan.

d. Metode Endourologi pengangkatan batu


Mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau
nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan
nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang
sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.

 KKPMT II A 10
e. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter
dengan memasukkan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan
dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian
diangkat.

f. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen
pembuat asam dan basa) untuk melarutkan
batu dapat dilakukan sebagai alternative
penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain dan menolak metode lain,
atau mereka yang memiliki batu yang mudah
larut (struvit).

2. Farmakologi
a. Pasien dengan dehidrasi harus tetap mendapat
asupan cairan yang cukup
b. Tatalaksana untuk kolik ureter adalah analgesik,
yang dapat dicapai dengan pemberian opioid
(morfin sulfat) atau NSAID/obat antiinflamasi
non-steroid (ketorolak) dan obat antimuntah

 KKPMT II A 11
(metoklopramid). Jika pasien dapat
mengkonsumsi obat secara peroral, maka dapat
diberikan kombinasi dari ketiganya (narkotik,
NSAID, antimuntah).
c. Pada pasien dengan kemungkinan pengeluaran
batu secara spontan, dapat diberikan regimen
MET (medical expulsive therapy). Regimen ini
meliputi kortikosteroid (prednisone), calcium
channel blocker (nifedipin) untuk relaksasi otot
polos uretra dan alpha blocker (terazosin) atau
alpha-1 selective blocker (tamsulosin) yang juga
bermanfaat untuk merelaksasikan otot polos
uretra dan saluran urinari bagian bawah.
Sehingga dengan demikian batu dapat keluar
dengan mudah (85% batu yang berukuran
kurang dari 3 mm dapat keluar spontan).
d. Pemberian analgesik yang dikombinasikan
dengan MET dapat mempermudah pengeluaran
batu, mengurangi nyeri serta memperkecil
kemungkinan operasi.
e. Contoh regimen yang biasa digunakan adalah
sebagai berikut:
1) 2 tablet opioid oral/asetaminofen setiap 4
jam
2) 600-800 mg ibuprofen setiap 8 jam

 KKPMT II A 12
3) 30 mg nifedipin (1 x 1 hari)
4) 0.4 mg tamsulosin (1 x 1 hari) atau 4 mg
terazosin (1 x 1 hari)

Pemberian regimen ini hanya dibatasi selama


10-14 hari, apabila terapi ini gagal (batu tidak
keluar) maka pasien harus dikonsultasikan lebih
lanjut pada urologis.

 KKPMT II A 13
Bab 2
TERMINOLOGI MEDIS

No TERMIN ANALISIS DEFINISI


1. Urolithiasis Ur/o (cf) : urin Pembentukan
Lithiasis (wr) : batu saluran
pembentukan batu kehmih

2. Hematuria Hemat (wr) : darah Darah dalam


Uria (wr) : urin urin
3. Hyperoksalou Hyper (p): lebih Berlebihnya
ria Oksal/o(cf) : oksalat oksalat dalam
Uria(wr) : urin urin
4. Hydronephro Hydr/o (cf) : air Distensi
sis Nephr/o (cf): ginjal pelvis dan
Sis (sf) : kondisi calices
renales
karena
penimbunan
urin
5. Nephrolithot Nephr/o (cf) : ginjal Insisi ginjal
omi Lith/o (cf) : batu untuk
Tomi (sf) : insisi mengangkat
batu ginjal
6. Nephrectomi Nephrec (wr) : ginjal Insisi ginjal
Tomi (sf) : insisi
7. Ureterolithot Ureter/o (cf) : ureter Insisi ureter
omi Lith/o (cf) : batu untuk

 KKPMT II A 14
Tomi (sf) : insisi mengangkat
batu
8. Ureteroscopi Ureter/o (cf) : ureter Pemeriksaan
Scopi (sf) : ureter
pemeriksaan dengan
menggunaka
n
ureteroskopi
9. Ultrasound Ultra (p) : melebihi, Gelombang
tinggi suara tinggi
Sound (ket) :
gelombang suara

 KKPMT II A 15
Bab 3
ANALISIS KASUS

A. Studi Kasus
Studi kasus pada Tn. M, umur 72 tahun, jenis
kelamin laki-laki, agama islam, suku/bangsa Aceh,
pendidikan SMA, pekerjaan petani, alamat Desa
Bade Bila kecamatan Nisam Antara, tanggal masuk
27 Juni 2012 No. RM 03 83 03. Ruang Bedah Pria,
dengan diagnosa medis Urolitiasis. Klien mengeluh
nyeri di bagian belakang pinggang dengan skala nyeri
(6). Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
bagian belakang pinggang, nyeri yang dirasakan klien
berupa nyeri akut yaitu kadang hilang kadang juga
timbul, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke
paha, klien sudah mengalami penyakit seperti ini
sekitar 6 bulan yang lalu, namun klien tidak
memeriksakan dirinya ke rumah sakit karena hanya
menganggap nyeri biasa yang timbul sesekali.
Seminggu yang lalu nyeri klien lebih sering timbul
lalu kemudian klien datang untuk berobat jalan ke
rumah sakit umum cut meutia dan klien dianjurkan
untuk dirawat.

 KKPMT II A 16
Sumber:
http://www.akkesaskep.com/2016/11/kti-asuhan-
keperawatan-pada-tn-dengan-batu-ginjal.html

B. Abstraksi Kasus

Kelompok :

1. Identitas Pasien : Tn. M


Jenis Kelamin : L
Usia : 72 tahun

Suku Bangsa/Ras : Aceh

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA
2. No. RM : 03 – 83 - 03

3. Diagnosa : Urolithiasis (Batu Ginjal)


Penyakit

Kode Penyakit : N20.9

4. Keluhan : Keluhan utama nyeri akut di


(Data Subjektif) bagian belakang pinggang. Sudah
mengalami nyeri selama 6 bulan,
nyeri akut nya kadang hilang
kadang juga timbul, dan nyerinya

 KKPMT II A 17
menyebar ke paha.
5. Pemeriksaan Fisik : Berat badan sebelum dan setelah
(Data Objektif) sakit : 54 kg,
Tinggi badan : 163cm
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
frekuensi napas: 24 kali/menit
Suhu tubuh : 37oC
Keadaan umum sedang,
Pembesaran kelenjar getah
bening tidak ada.

6. Pemeriksaan : Pemeriksaan laboraturium :


Penunjang Analisa darah :
HB : 11,6.
LED : 24,
Eritrosit : 4,9
Leukosit : 10,1
Hematrokit : 37,1
MCV : 76
MCH : 23,9
MCHC : 31,3
RDW : 15,4
Trombosit : 194
Glukosa : 94
Gol darah : B

Analisa urine :
Berat jenis 1,020, PH, protein 25
mg (+), blod dan HB 25/ml (+),
leukosit 25 (+), eritrosit 10-25,
leukosit 5-10, epitel 10-15.

 KKPMT II A 18
Kode Tindakan :

7. Pengobatan : Infus NaCL 07% 10 tt/m, drip


Ciprofloxcacin 500ml/12 jam,
injeksi ketorolak 3% 1amp/8 jam,
injeksi ondasetron 1 amp/12
jam, cateter urin, diet M II.

8. Terminologi : Ur/o/lith/iasis
Medis Ur/o (cf) : urin
Lithiasis (wr) : pembentukan
batu

Bab 4
 KKPMT II A 19
LATIHAN SOAL
A. Soal Pilihan Ganda
1. Keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau daerah ginjal
adalah perngertian dari…
a. Nefritis
b. Pilonefritis
c. Hematuria
d. Rolithiasis
e. Syndrome nefrotik

2. Faktor eksogen yang mempengaruh


pembentukan batu kecuali…
a. Faktor genetic
b. Lingkungan
c. Pekerjaan
d. Makanan
e. Infeksi

3. Suhu tempat yang bersuhu panas menyebabkan


banyak mengeluarkan keringat termasuk
kedalam faktor…
a. Faktor eksogen
b. Faktor lingkungan
c. Faktor genetic

 KKPMT II A 20
d. Faktor endogen
e. Faktor lain

4. Kode ICD 10 tentang penyakit batu ginjal adalah…


a. N20.1
b. N20.9
c. N20.8
d. N21.3
e. N2O.5

5. Yang termasuk ke dalam penyebab terjadinya


batu adalah..
a. Adanya darah
b. Perubahan pH
c. Adanya air seni
d. Adanya partikel batu
e. Garam

6. Fungsi Lithotripsi Gelombang Kejut


Ekstrakorporeal (ESWL) yaitu…
a. Mengangkat batu renal tanpa pembedahan
mayor
b. Mengurangi nyeri
c. Menghancurkan batu di kaliks ginjal
d. Penghancuran dengan laser
e. Melarutkan batu

 KKPMT II A 21
7. Obat apakah yang dapat memperkecil
kemungkinan operasi pada penyakit urolithiasis ?
a. Narkotik
b. Opioid (morfin sulfat)
c. Nifedipin
d. Terazosin
e. Analgesik dengan MET

8. Termin dari kata urolithiasis adalah?


a. Ur/o (cf) Lithiasis (wr)
b. U/ro (cf) lith(s) asis(ket)
c. Urolith(p) asis(ket)
d. Ur/o(cf) Lithiasis (s)
e. Urol(p) ithiasis (s)

9. Apakah arti dari kata Lithiasis?


a. Pembesaran batu
b. Pembentukan batu
c. Pengeluaran batu
d. Penghancuran batu
e. Pengecilan batu

10. Apa istilah medis insisi ureter untuk mengangkat


batu ?
a. Ultrasound

 KKPMT II A 22
b. Nephrectomy
c. Ureterolithotomi
d. Ureteroscopi
e. Nephrolithotomi

B. Kunci Jawaban

1. C
2. A
3. D
4. B
5. B
6. C
7. E
8. A
9. B
10. C

Bab 5
PENUTUP

 KKPMT II A 23
A. Simpulan
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya
penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter
atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu
ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri
disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan
kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang
saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih
diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi
dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).
Kecepatan tumbuhnya batu tergantung dari
beberapa faktor yaitu : lokasi batu, reaksi air seni,
komposisi urin. Hal lain yang akan mempercepat
pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan
mahasiswa dapat memberikan health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham

 KKPMT II A 24
dengan batu saluran kemih dan bagaimana
pengobatannya.
ST
K
A

R
A

A
D
P

F
T

 KKPMT II A 25
Purnomo, BB. (2000). Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto :

Jakarta

Nursalam, DR. M.Nurs,dkk. (2006). System Perkemihan.


Salemba Medika : Jakarta

Tips Kesehatan Penyakit Batu Kandung Kemih


(Urolithiasis). Tersedia: [Online] https://kesehatan-
tips.blogspot.co.id/2009/06/penyakit-batu-
kandung-kemih.html?m=1. Diakses 28 Februari
2018

Ayu, W. (2012). Urolithiasis. Tersedia: [Online]


https://wiriblog.wordpress.com/2012/01/22/urolitia
sis/. Diakses 3 maret 2018

 KKPMT II A 26

Anda mungkin juga menyukai