Anda di halaman 1dari 29

NO: PDM/036/2023

PE
D
MANAJEMEN RISIKO

UPTD PUSKESMAS BUKIT LAMANDO


DINAS KESEHATAN KAB. BUTON SELATAN
Desa Sandang Pangan, Kec. Sampolawa
i
Lembar Pemeriksaan / Pengesahan Dokumen

No Tgl Pemeriksa / Pengesahan Keterangan Paraf

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PEMERIKSAAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN...................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman............................................................................ 1
C. Sasaran Pedoman......................................................................... 1
D. Ruang lingkup................................................................................ 1

BAB II DEFENISI ......................................................................................... 2


A. Pengertian Risiko........................................................................... 2
B. Pengertian Manajemen Risiko Klinis.............................................. 2
C. Pengertian Kejadian Risiko ........................................................... 2
D. Pengertian Analisis Risiko.............................................................. 3

BAB III RUANG LINGKUP ........................................................................... 4


A. Manajemen Risiko Lingkungan...................................................... 4
B. Manajemen Risiko Layanan Klinis................................................. 7
C. Manajemen Risiko Pelaksanaan Program..................................... 11

BAB IV TATA LAKSANA ............................................................................. 14


A. Tahapan Proses Manajemen Risiko.............................................. 14
B. Tim Manajemen Risiko .................................................................. 21
C. Strategi Dalam Manajemen Risiko................................................. 23
D. Penanganan terhadap KTD, KPC, KTC dan KNC......................... 24

BAB V DOKUMENTASI................................................................................ 25
BAB VI PENUTUP......................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan yaitu
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan puskesmas yang bias berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity)
yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis
puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan disetiap puskesmas, yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Dipuskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non
profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan
tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden, oleh
karena itu UPTD Puskesmas Bukit Lamando perlu melakukan pengelolaan risiko
dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi
agar insiden dapat diminimalkan dan dicegah sedini mungkin.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan manajemen Risiko di UPTD
Puskesmas Bukit Lamando
C. Sasaran
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko di UPTD Puskesmas Bukit Lamando
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit
layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPTD Puskesmas Bukit
Lamando
D. Ruang Lingkup
1. Manajemen risiko terhadap lingkungan
2. Manajemen risiko terhadap pelayanan klinis
3. Manajemen risiko terhadap pelaksanaan program

1
BAB II
DEFENISI

A. Pengertian Risiko
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Jenis-jenis risiko dalam pelayanan kesehatan:
1. Corporate risk: kejadian yang akan memberikan dampak negative terhadap
tujuan organisasi
2. Non-clinical (physical) risk: bahaya potensial akibat lingkungan
3. Clinical risk: bahaya potensial akibat pelayanan klinis
4. Financial risk: risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
Manajemen risiko merupakan proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh
B. Pengertian Manajemen Risiko Klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
Risiko Klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya
risiko tersebut.
Clinical Risk Management adalah meminimalkan risiko terhadap pasien:
1. dengan mengenal kesalahan atau kemungkinan kesalahan selama mendapat
asuhan klinis,
2. mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadi kesalahan/risiko,
3. belajar dari pengalaman terhadap setiap adanya adverse event,
4. memastikan bahwa dilakukan tindakan untuk mencegah terjadi kesalahan/risiko,
dan membangun sistem untuk mengurangi terjadinya risiko.
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
C. Pengertian Kejadian Risiko
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian
Potensial Cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/near miss adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya

2
disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Kejadian
sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
D. Pengertian Analisis Risiko
Severity Assesment adalah penilaian keparahan suatu kejadian dan untuk
memilih kejadian yang akan diinvestigasi. RCA (Root Cause Analysis/Analisis Akar
Masalah) merupakan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan
identifikasi penyebab masalah paling dasar dan untuk menentukan tindakan agar
kejadian yang sama tidak terjadi lagi. FMEA (Failur Mode and Effec Analysis)
adalah suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab
terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan
melakukan perubahan disain/prosedur.

3
BAB III
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup manajemen risiko terbagi menjadi meliputi :


a. Ruang Lingkup Strategi dan Kebijakan
1) Strategi manajemen risiko: reaktif dan proaktif
2) Kebijakan dan prosedur untuk melaporkan setiap insiden
3) Kebijakan dan prosedur menangani complain
4) Informasi penanganan komplain bagi karyawan
5) Kebijakan dan prosedur untuk menangani tuntutan
6) Kebijakan dan prosedur untuk mencegah kejadian yang membahayakan
(preventing harm) dan meminimalkan risiko (patient safety)
b. Lingkup Program :
1) Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien
2) Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
3) Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
4) Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
5) Risiko financial
6) Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan
kendaraan/alat transportasi, misalnya ambulans, vans, sepeda motor dan
sebagainya)
Selain di atas, lingkup manajemen risiko juga meliputi :
A. Manajemen Risiko Lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
1. Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan
Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan lingkungan di
Puskesmas meliputi :
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
c. Petugas dan lingkungan sekitar Puskesmas
d. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
e. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Bukit Lamando
meliputi:
a. Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas

4
b. Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dan sebagainya
c. Tata ruang dan penetapan zona risiko
d. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
e. Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas, seperti:
 Toilet dan Kamar Mandi
 Pembuangan sampah,
 Penyediaan air minum dan air bersih
 Hygiene dan sanitasi makanan
 Pengolahan limbah,
 Pengolahan limbah medis
 Pengelolaan linen
 Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
 Dekontaminasi dan sterilisasi
 Promosi hygiene dan sanitasi
2. Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan di Puskesmas
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Bukit Lamando diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
a. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
b. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Poskesdes dan Posyandu
c. Kegiatan pasien/ pengunjung Puskesmas
d. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
1) Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap
tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta
menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
2) Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup,
seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu. Terdapat fasilitas
pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu darurat jika
terjadi kecelakaan
3) Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah
karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan
harus ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
4) Tata ruang
 Zona ruang dengan
 Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis
5
bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat,
ruang Akreditasi dan Musholla
 Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
 Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
 Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
1) Sarana
 Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis
tidak tersedia, toilet rusak, dll
2) Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan,
dan sebagainya
3) Kebersihan ruangan dan fasilitas
4) Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah
pada lingkungan.
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1) Toilet dan Kamar Mandi,
 Tersedia dalam keadaan bersih
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
 Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
 Tidak terdapat perindukan nyamuk
2) Pembuangan sampah
 Tersedia fasilitas tempat sampah organik (sampah basah) dan non
organik (sampah kering) di setiap ruangan
 Tempat sampah tertutup
 Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
 Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
 Tersedia air bersih
 Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4) Hygiene dan sanitasi makanan, yaitu Kebersihan peralatan makan di
Puskesmas
5) Pengolahan limbah, yaitu Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6) Pengolahan limbah medis
 Limbah medis tajam ditampung dalam safety box

6
 Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan
kantong warna kuning
 Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7) Pengelolaan linen
Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
 Linen/kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
 Linen/kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu, d
 Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
 Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
 Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
 Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi
dan sterilisasi
 Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,
sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi
10) Promosi hygiene dan sanitasi, Tersedia promosi untuk menjaga
kebersihan ruangan, membuang sampah, kebersihan kamar mandi dan
cara mencuci tangan, etika batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas
sanitasi
3. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas
B. Manajemen Risiko Layanan Klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya
risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas. Tujuan utama
penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen risiko layanan

7
klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.
1. Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Layanan Klinis
Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk
mencegah kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk
meminimalkan risiko (patient safety). Lingkup penerapan manajemen risiko
layanan klinis di Puskesmas Bukit Lamando meliputi:
a. Risiko yang berhubungan dengan pasien/ pengunjung Puskesmas
b. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
c. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
d. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan property
Puskesmas lainnya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Bukit Lamando
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
a. Pendaftaran dan Rekam Medis
b. Pemeriksaan Umum
c. Kesehatan Ibu, Anak dan KB
d. Pelayanan Gawat Darurat
e. Vaksinasi
f. Pelayanan Gawat Darurat
g. Vaksinasi
h. Gizi
i. Laboratorium
j. Farmasi
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Bukit Lamando yang
melaksanakan layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan
termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi:
Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes/ Poskesdes dan Posyandu.
2. Penerapan Manajemen Risiko Layanan Klinis
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
a. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar
risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bias
didapatkan dari:
 Hasil temuan pada audit internal
 Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
 Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut

8
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas:
Unit Layanan Risiko
Pendaftaran dan rekam medis  Kesalahan pemberian identitas
rekam medis
 Kesalahan pengambilan rekam
medis
Poli umum, KIA/ KB dan Pelayanan  Kesalahan diagnosis
Gawat Darurat  Kesalahan identifikasi pasien/salah
orang
 Kesalahan pemberian terapi
 Kesalahan pemberian resep
 Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
 Monitoring pengobatan atau
tindakan yang kurang baik
 Insiden tertusuk jarum bekas pakai
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan luka terbuka atau
cairan tubuh pasien
 Tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri
 Menggunakan peralatan tidak steril
Laboratorium  Kegagalan pengambilan sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
 Kesalahan pengambilan sampel
 Kesalahan pemberian label
sampel laboratorium
 Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan laboratorium
 Hasil pemeriksaan hilang
 Sampel rusak atau hilang

Apotek  Kesalahan membaca resep


 Kesalahan pemberian obat
 Kesalahan dosis/formula obat
 Kesalahan edukasi cara

9
minum/pemakaian obat
 Kesalahan identifikasi pasien
 Pemberian obat kadaluwarsa
 Kesalahan penulisan label
 Pemberian obat rusak
 Kesalahan pengambilan obat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
b. Analisis risiko ( Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari
risiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis) seperti dalam Formulir berikut:
N Failure Penyeb Efek Frekuensi Kegawat Kemuda RPN (OCC Solus Validas
o (Kegagalan/ ab Terjadinya an (SV) han x SV x DT) i i solusi
Kesalahan) (OCC) Terdetek
si (DT)

Keterangan:
 Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10
=sangat sering terjadi
 Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat
gawat
 Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan
10=sangat sulit dideteksi
c. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko.Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan
apakah memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
d. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan
perbaikan.Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala
Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya

10
3. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
C. MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan program Puskesmas.
1. Ruang Lingkup
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
a. Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
b. Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
c. Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia
2. Penerapan
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
a. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko
Posyandu Balita  Kesalahan penentuan kebutuhan
imunisasi
 Kesalahan cara pemberian
imunisasi
 Kesalahan jenis imunisasi
 Kesalahan dosis vaksin
 Insiden kegagalan pemberian
imunisasi
 Insiden efek samping imunisasi
 Ceceran limbah medis
 Insiden petugas tertusuk jarum
 Insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
 Kesalahan cara penimbangan
 Kesalahan pencatatan hasil
pengukuran dan pemeriksaan
 Insiden tertular Covid19

11
Posyandu Lansia  Kesalahan identifikasi
 Kesalahan pemeriksaan dan
diagnosis
 Insiden perlukaan karena
penggunaan alat periksa
 Kesalahan hasil pemeriksaan
laboratorium
 Insiden perlukaan karena
pemeriksaan laboratorium
 Insiden tertusuk jarum
 Insiden kontak dengan cairan tubuh
penderita
 Tidak menggunakan APD
 Kesalahan pemberian obat
 Kesalahan dosis obat
 Insiden tertular Covid19
Laboratorium  Insiden tertusuk jarum
 Insiden kontak dengan cairan tubuh
penderita
 Tidak menggunakan APD
 Tertular COVID19

b. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan denga cara menilai tingkat kegawatan dari
risiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA (failue Mode and
effect Analysis) seperti dalam formulir terlampir.
c. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused
Analysis).Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas
untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim
Mutu Puskesmas
d. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.
Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya

12
3. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

13
BAB IV
TATALAKSANA

Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan


sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko.
A. Tahapan Proses Manajemen Risiko
Tahapan proses manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap menetapkan
lingkup manajemen risiko seperti Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien,
Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
2. Idensifikasi Risiko
Tahapan kedua dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi
risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan
terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko
atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses
identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses
inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan,
harus diidentifikasi. Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat
dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan
beberapa teknik, antara lain:
a. Audits
b. Complaints
c. Claims
d. Incidents
3. Analisa Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi, selanjutnya dapat
dilakukan suatu analisa untuk menganalisa dampak risiko secara keseluruhan,
dengan menggunakan matriks evaluasi risiko. Analisis risiko merupakan upaya
untuk menentukan estimasi risiko secara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan
tehniktehnik evaluasi maupun matematis. Analisis risiko merupakan proses untuk
mengenali bahaya yang mungkin terjadi dan bagaimana potensi kegawatan dari
bahaya tersebut. Analisa risiko dengan cara : Severity analysis (analisis tingkat
kegawatan), Failure Mode and Effect Analysis (analisis terhadap kegagalan dan
efek prosedur), Root Cause Analysis (analisis akar penyebab masalah)
a. Severity analysis (Analisis Kegawatan Bahaya)
Severity Analysis dengan menggunakan parameter probabiltas dan severity.
Severity, meliputi minor, moderat,mayor dan extreme. Severity assesment,

14
menilai kegawatan / bahaya dengan memadukan probability dan severity
seperti pada tabel. Langkah dalam severity assesment adalah menentukan
1) Probability, meliputi sangat sering, kemungkinan besar, mungkin,
sepertinya tidak akan dan sangat kecil:

Deskripsi Insiden
Sangat Sering Hampir sering muncul dalam waktu
yang relative singkat
Kemungkinan besar terjadi Beberapa kali terjadi dalam 1 Tahun
Mungkin terjadi Terjadi kira – kira 1 – 2 tahun
Sepertinya tidak akan terjadi Terjadi kira – kira 2 – 5 tahun
Sangat kecil kemungkinan terjadi Jarang terjadi (dapat terjadi dalam
>5- 30 tahun)
2) Severity meliputi sangat gawat, gawat, sedang, tidak begitu gawat dan tidak
gawat:
Tabel Severity
Deskripsi Insiden
Sangat gawat Penderita meninggal tidak terkait
proses alami penyakit. Contoh:
meninggal karena persalinan,
kesalahan prosedur yg menyebabkan
kematian atau kerusakan saraf
Gawat Pasien dengan kerugian permanen
fungsi utama tubuh/cacat (sensorik,
motorik, psikologi, intelegensi)
sedang Pasien dengan berkurangnya
permanen fungsi tubuh. Contoh: cidera
ringan sampai sedang, penambahan
lama perawatan/operasi
tambahan/prosedur tambahan
Tidak begitu gawat Pasien dengan berkurangnya
permanen fungsi tubuh. Contoh: cidera
ringan sampai sedang, penambahan
lama perawatan/operasi
tambahan/prosedur tambahan
Tidak gawat Pasien tanpa cidera atau tanpa terkait
perawatan/lama menginap

15
Tabel Assesment Severity catagory of incidents

Severity

Probability Sangat Gawat Sedang Tidak Tidak


gawat begitu gawat
gawat

Sangat 1 1 2 2 3
Sering

Kemungkina 1 1 2 3 3
n besar
terjadi

Mungkin 1 2 2 3 4
terjadi

Sepertinya 1 2 3 4 4
tidak akan
terjadi

Sangat kecil 2 3 3 4 4
kemungkinan
terjadi

Keterangan:
1 = extreme risk
2 = high risk
3 = moderate risk
4 = low risk
 Kejadian yang masuk dalam katagori 1=extreme risk (warna merah) dan
katagori 2 = high risk (warna kuning) adalah kejadian yang perlu
dilakukan investigasi / RCA
b. Root Cause Analysis (RCA)
Langlah RCA adalah sebagai berikut :
1) Investigasi kejadian:
 menentukan masalah,
 mengumpulkan bukti-bukti yang nyata,
 melakukan wawancara,
 meneliti lingkungan kejadian,
 mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian,
16
 menggambarkan rantai terjadinya kejadian.
2) Rekonstruksi kejadian :
 mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya adverse event
ataupun near miss,
 melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah untuk
mengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian,
 lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar belakangi
timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan
3) Analisis sebab:
 mengidentifikasi akar-akar penyebab:
 Faktor manusia: kelalaian, incompetence, sistem pengelolaan sumber
daya manusia termasuk reward system
 Sistem breakdown, system failure, system incapability
 Sistem pengendalian
 Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan manajemen sumber daya
 rumuskan pernyataan akar masalah
4) Menyusun rencana tindakan:
 menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang
diidentifikasi, dan dapat diterima oleh pihak yang terkait dengan
kejadian.
 Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian dan
pengukuran untuk menilai efektifitas tindakan thd akar penyebab
 Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi
5) Melaporkan proses analisis dan temuan kepada Kepala Puskesmas:
 Catat proses dan alat yang digunakan
 Biaya yang dibutuhkan
 Ringkasan kejadian
 Proses investigasi dan analisis
 Temuan
c. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari
penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan
mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur.
Langkah – langkah FMEA adalah sebagai berikut:
1) Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
2) Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim

17
3) Tetapkan peran dari tiap anggota tim
4) Gambarkan alur proses yang ada sekarang
5) Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
6) Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
7) Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
8) Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:
 Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)
0: tidak pernah, 10: sangat sering
 Kegawatannya (severity): (SV)
0: tidak gawat, 10: sangat gawat
 Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)
0: mudah dideteksi, 10: sangat sulit dideteksi
9) Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x SV x DT
10) Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
11) Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
12) Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
13) Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut

Saverity Rating Scale (SV)


Nilai Penjelasan Pengertian
1 Tidak Berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
tidak berdampak pada system
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
pelanggan tidak menyadari adanya
masalah tetapi berpotensi menimbulkan
cedera ringan atau tidak berakibat pada
system
3 Berbahaya ringan Kesalahan menyebabkan cedera sangat
sampai sedang ringan atau tidak cedera tetapi dirasakan
4 mengganggu oleh pelanggan dan/atau
menyebabkan masalah ringan pada sistem
yang dapat diatasi dengan modifikasi
ringan
5 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera ringan
dengan sedikit ketidakpuasan pelanggan
6 dan/atau menimbulkan masalah besar
pada system
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan
18
cedera ringan sampai sedang dengan
tingkat ketidak puasan yang tinggi dari
pelanggan dan/atau menyebabkan
gangguan sistem yang membutuhkan
perbaikan berat atau kerja ulang yang
signifikan
8 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan
cedera berat/permanen pada pelanggan
9 atau gangguan serius pada sistem yang
dapat menghentikan pelayanan dengan
adanya tanda yang mendahului
10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan
berbahaya kematian pelanggan dan kerusakan sistem
tanpa tandatanda yang mendahului

Occurance Rating Scale (Occ)

Nilai Penjelasan Pengertian

1 Kemungkinan Kesalahan hampir tidak pernah terjadi,


terjadi amat sangat atau tidak ada yang ingat kapan terakhir
rendah terjadi

2 Kemungkinan Kesalahan jarang terjadi atau terjadi


terjadi rendah sekitar sekali setahun

3 Kemungkinan Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tiap


terjadi sedang tiga bulan
4

5 Kemungkinan Kesalahan terjadi sekali sebulan


terjadi tinggi
6
sedang

7 Kemungkinan Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling


terjadi sangat tidak seminggu sekali
8
tingggi

9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau


dihindarkan terjadi setiap 3 sampai 4 hari

10 Kesalahan dapat Kesalahan terjadi paling tidak sekali sehari


diprediksi terjadi atau hampir setiap saat
19
atau terjadi setiap 3
sampai 4 hari

Detection Rating Scale (Dt)

Nilai Penjelasan Pengertian

1 Hampir dipastikan Ada proses otomatis yang akan


untuk diketahui menhentikan proses untuk mencegah
kesalahan

2 Berpeluang sangat Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang


tinggi untuk otomatis
diketahui

3 Berpeluang tinggi Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin


untuk diketahui tetapi tidak otomatis
4

5 Berpeluang sedang Ada proses untuk double checks atau


untuk diketahui inspeksi tetapi tidak otomatis atau
dilakukan secara sampling

6 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan


inspeksi manual atau tidak ada proses
7
yang baku untuk mengetahui, sehingga
ketahuan karena kebetulan

8 Sangat sulit Kesalahan dapat diketahui dengan


diketahui inspeksi yang menyeluruh, tidak feasible
9
dan tidak segera dapat dilakukan

10 Tidak ada peluang Tidak ada mekanisme untuk mengetahui


untuk diketahui adanya kesalahan

Tabel FMEA

Failure Cause Effect OCC SV DT RPN Design Design


mode of of action/Solutio Validation
failure failure n

20
4. Evaluasi Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, langkah
selanjutnya melakukan evaluasi risiko. Tim manajerial menentukan apakah risiko
memerlukan tindakan atau tidak. Jika suatu risiko memerlukan tindakan maka
tim manajerial menyusun rencana aksi.
5. Tindakan / treatment terhadap risiko
Tim manajerial memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat.
Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari
risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan
dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol terhadap
risiko. Tindakan risiko bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan resiko
yang mungkin timbul.
6. Monitoring
Monitoring dilaksanakan untuk mengamati dan meninjau pelaksanaan
tindakan, apakah pelaksana melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
7. Komunikasi
Komunikasi risiko dilakukan kepada stakeholders, tim manajerial dan
pelaksana agar proses manajemen risiko dapat diterapkan dengan efektif.
B. Tim Manajemen Risiko
Tim manajemen risiko terdiri dari Risk Manager, Assistant Risk Manager dan
Health & Safety Manager.
a. Risk Manager : Kepala Puskesmas
b. Assistant Risk Manager : Wakil Manajemen Mutu/Ketua Tim Mutu
c. Health & Safety Manager :
 Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP),
 Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM),
 Koordinator Mutu bidang Administrasi dan Manajemen (Admen).
Tim manajemen risiko mempunyai peran memfasilitasi, mengkoordinasi,
memonitor kegiatan manajemen risiko baik klinis maupun non-klinis dalam
organisasi. Fungsi utama dalam menjalankan peran adalah menyediakan
dukungan, dan meningkatkan kesadaran melalui pelatihan terhadap seluruh
karyawan tentang mengelola risiko.
Uraian tugas dan Tanggung jawab tim manajemen risiko :
a. Risk Manager
Uraian tugas:
 Merumuskan,memelihara dan mereview secara periodic efektivitas penerapan
manajemen resiko
 Menetapkan kebijakan dan pedoman manajemen resiko

21
 Memberikan arahan strategis tentang penerapan manajemen resiko
Tanggung jawab: bertanggung jawab dan akuntabilitas terhadap keseluruhan
manajemen risiko
b. Assistant Risk Manager
Uraian tugas Assistant Risk Manager adalah sebagai berikut:
 Mengkoordinasikan penetapan konteks risiko.
 Mengintegrasikan penerapan manajemen risiko pada lintas fungsi organisasi.
 Memelihara efektivitas penerapan manajemen risiko secara periodik.
 Mengelola risiko korporat yang berdampak strategis dan risiko unit kerja yang
signifikan.
 Memberikan saran mengenai penerapan manajemen risiko kepada Risk
Manager
 Melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodic tentang penerapan
manajemen
 Meningkatkan kesadaran tantang manfaat penerapan manajemen risiko di
seluruh karyawan.
 Memfasilitasi kegiatan–kegiatan penerapan manajemen risiko di lingkungan
Puskesmas.
 Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko di unit–unit
kerja.
 Memonitor penerapan manajemen risiko di unit-unit kerja.
 Melakukan tugas-tugas sebagai counterpart dalam penerapan manajemen
risiko.
 Mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara efektif di lingkungan
Puskesmas.
 Memfasilitasi pengembangan kompetensi para pihak yang terkait dalam
penerapan manajemen
Tanggung jawab Assistant Risk manager adalah bertanggung jawab terhadap
manajemen risiko pada semua tingkat operasional pelayanan
c. Health & Safety Manager
Uraian tugas Health & Safety Manager adalah:
 Menerapkan manajemen risiko terhadap pencapaian sasaran dan tujuan di
unit kerjanya.
 Melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis risiko, dan
evaluasi risiko.
 Melakukan penanganan (mitigasi) terhadap risiko yang menjadi tanggung
jawab unit kerjanya.

22
 Melakukan monitoring dan reviu atas penerapan manajemen risiko serta
melakukan analisis terhadap potensi timbulnya risiko baru.
 Mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko kepada assistant risk
manager
 Memelihara dan mendokumentasikan data pengelolaan risiko
C. Strategi Dalam Manajemen Risiko Klinis
Strategi dalam manajemen resiko klinis antara lain :
1. Strategi Proaktif :
a. Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isuisu risiko klinis
yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada
semua lini pelayanan.
b. Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga
tidak terjadi tumpang tindih
c. Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
d. Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan
peralatan medis/klinis
e. Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
Kebijakan dalam:
 fire safety,
 infectious and non-infectious waste management,
 infection control
 occupational health
f. Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata.
g. Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan
terjamin ketelursuran
h. Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
i. Serah terima dilakukan secara adekuat
j. Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga
mengenai keputusan terapi/tindakan klinis
k. Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb,
pada rekam medik, yang secara legal ditanda tangani
2. Strategi Reaktif:
a. Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan
dibuktikan dengan “consent” dari semua pihak yang terkait
b. Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal faktor-
faktor yang dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang terbaik
diberikan
c. Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah
(root cause) dan dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
23
d. Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis
maupun non klinis, termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk
register untuk audit dan analisis.
D. Penanganan terhadap KTD, KPC, KTC dan KNC
Langkah–langkah penanganan KTD, KPC, KTC dan KNC adalah sebagai
berikut:
1. Catat setiap kejadian risiko pada register/catatan kejadian risiko
2. Laporkan setiap kejadian risiko mulai dari pelaksana kegiatan, penanggung
jawab upaya, Tim mutu dan Kepala Puskesmas
3. Lakukan Severity analysis untuk menentukan prioritas kegawatan/bahaya dari
kejadian risiko;
4. Lakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk mengetahui akar penyebab masalah
dan rencana tindak lanjut untuk kejadian risiko yang masuk katagori extreem risk
dan high risk;
5. Tindaklanjuti temuan hasil RCA
6. Lakukan FMEA untuk menganalisis prosedur;
7. Lakukan Monitoring dan Komunikasi antara Kepala Puskesmas, tim manajemen,
dan pelaksana.

24
BAB V
DOKUMENTASI

Semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko


harus didokumentasikan dan dikendalikan dengan baik sesuai dengan form yang
berlaku. Setiap penanggung jawab program/pelayanan mencatat kejadian risiko pada
buku catatan Kejadian Risiko.

25
BAB VI
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen risiko UPTD Puskesmas Bukit Lamando ini


disusun dan disahkan sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan di Puskesmas
yang berkualitas dan berkesinambungan. Seluruh karyawan puskesmas harus
mengikuti pedoman ini dengan sebaik-baiknya. Pedoman ini tentunya masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu pencermatan dan masukan akan dapat
menyempurnakan pedoman ini.

Bukit Lamando, Januari 2023

Kepala UPTD Puskesmas Bukit Lamando

MASTON, S.Kep.,Ns.
NIP. 19890115 201903 1 005

26

Anda mungkin juga menyukai