Anda di halaman 1dari 9

Nomor

Revisi Ke

Berlaku Tgl

UPTD PUSKESMAS
BUKIT LAMANDO
PANDUAN
SURVEI BUDAYA
KESELAMATAN
PASIEN

UPTD PUSKESMAS BUKIT LAMANDO


Email : pkmbukitlamando@gmail.com
Website : puskesmas-bukitlamando@gmail.com
Funpage Facebook: UPTD Puskesmas Bukit Lamando
1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan isu global dan nasional

bagi Puskesmas, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar

dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu keselamatan

pasien. Berbicara tentang keselamatan pasien Puskesmas tidak terlepas dari

berapa jumlah dan macam/jenis insiden yang terjadi di Puskesmas tersebut.

Terjadinya insiden keselamatan pasien disuatu Puskesmas akan memberikan

dampak yang merugikan bagi pihak Puskesmas, staf, dan pasien sebagai

penerima pelayanan. Adapun dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keselamatan menurut Flynn

(2002) dalam (Cahyono, 2008). Menurut KKP-RS, patient safety adalah suatu

sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk

asesmen risiko identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien dan pelaporan dan analisis insiden. Sistem ini mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil.

Dalam menjalankan fungsi dan perannya tersebut, Puskesmas dihadapkan

pada persaingan yang sangat ketat antar Puskesmas disekelilingnya. Puskesmas

harus memperhatikan keselamatan pasien sehingga dapat meningkatkan kinerja

pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, dan secara terus menerus

melakukan improvement dan inovasi bagi kelangsungan perkembangan

pelayanan di Puskesmasnya.

Selain daripada itu Puskesmas dituntut untuk memberi layanan kesehatan

yang berorientasi kepada pelanggan, melalui berbagai cara antara lain dengan

berfokus kepada pelanggan, mengedepankan keselamatan pasien, menyediakan

fasilitas layanan yang baik dan bermutu tinggi, sumberdaya manusia yang

1
professional, memiliki kinerja keuangan yang baik, petugas yang ramah dan

bersahabat serta didukung oleh kondisi kerja yang aman, nyaman dan

menentramkan sebagai syarat terwujudnya pelayanan prima.

Sangat kompleksnya jenis dan bentuk pelayanan kesehatan yang ada di

dalam Puskesmas, diantaranya pelayanan umum dan spesialis bahkan

subspesialis, pelayanan penunjang yang dilengkapi dengan peralatan medis, non

medis, perbekalan farmasi, obat-obatan, reagen dan lain-lain serta bersifat padat

karya, yakni terdiri dari tenaga medis, non medis, tenaga kesehatan dan non

kesehatan yang siap sedia memberikan pelayanan kepada pasien/pelanggan

selama 24 jam terus menerus muncul beberapa tantangan pada Puskesmas,

yakni Puskesmas harus mengelola seluruh pelayanan kesehatan dengan baik,

karena dapat menimbulkan peluang untuk terjadinya kesalahan pada pemberian

pelayanan yang dapat berakibat terhadap keselamatan pasien.

Dengan diselenggarakannya Sistem Keselamatan Pasien di Puskesmas

dengan optimal, maka hal ini dapat mencegah terjadinya cedera pada pasien yang

disebabkan oleh kesalahan akibat dilaksanakannya suatu tindakan. Dari sisi

pemberi pelayanan kesehatan yang dalam hal ini adalah SDM Kesehatan, sistem

keselamatan pasien ini sangatlah berperan penting untuk mencegah insiden

keselamatan pasien, meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris

Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Puskesmas, dimana

disebutkan bahwa Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak

disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan

cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,

Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

2
Terjadinya kejadian yang tidak diharapkan ini berkaitan dengan aspek

keselamatan pasien, oleh karena itu Puskesmas perlu menciptakan budaya

keselamatan pasien pada seluruh unit kerjanya. Budaya keselamatan pasien

merupakan pondasi utama dan paling mendasar untuk menuju pelayanan

kesehatan yang mengedepankan keselamatan pasien. Dampak dari penerapan

budaya keselamatan pasien inilah yang akan mengakibatkan menurunnya angka

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak

Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) secara signifikan sehingga

mutu/kualitas pelayanan Puskesmas dimata pasien dan masyarakat akan

meningkat.

Selain daripada itu penerapan budaya keselamatan pasien akan

mendatangkan keuntungan bagi pasien dan penyedia pelayanan kesehatan,

karena akan mendeteksi kesalahan yang mungkin akan terjadi, meningkatkan

kesadaran penyedia pelayanan kesehatan untuk melaporkan jika ada kesalahan

yang dilakukan sehingga menyebabkan insiden keselamatan pasien. Penerapan

budaya keselamatan pasienpun akan mengurangi pengeluaran material bagi

pasien ataupun penyedia pelayanan kesehatan.

Definisi budaya keselamatan pasien suatu organisasi menurut Agency for

Healthcare Research and quality (AHRQ, 2004) adalah produk dari nilai, sikap,

persepsi, kompetensi, dan pola perilaku individu dan kelompok, perilaku dan

keterampilan, manajemen kesehatan dan keselamatan organisasi. Organisasi

dengan budaya keselamatan positif dicirikan oleh komunikasi yang didasarkan

pada saling percaya, oleh persepsi bersama tentang pentingnya keselamatan, dan

dengan keyakinan akan kemanjuran tindakan pencegahan.

Budaya keselamatan pasien menurut AHRQ dapat diukur dari segi

perspektif staf Puskesmas yang terdiri dari 12 dimensi diantaranya : harapan dan

tindakan manajer mempromosikan keselamatan pasien, organizational

3
learningperbaikan berkelanjutan, kerja sama dalam unit di Puskesmas,

komunikasi terbuka, umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan, respon

non-punitive terhadap kesalahan, staffing, dukungan manajemen terhadap

upaya keselamatan pasien, kerja sama antar unit di Puskesmas, handsoff dan

transisi pasien, persepsi keseluruhan staf di Puskesmas terkait keselamatan

pasien, dan frekuensi pelaporan kejadian (AHRQ, 2004). Membangun budaya

keselamatan pasien di Puskesmas adalah kewajiban dan tanggung jawab seluruh

staf yang bekerja di Puskesmas lebih utamaya para profesional pemberi asuhan

yang berinteraksi langsung dengan pasien yang memungkinkan untuk

menemukan dan mengalami risiko kesalahan pelayanan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam survey pengukuran budaya keselamatan pasien

adalah Bagaimana gambaran budaya keselamatan pasien bagi seluruh staf di

UPTD Puskesmas Bukit Lamando.

C. Tujuan Survei

Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya

keselamatan pasien berdasarkan metode AHRQ pada petugas di UPTD

Puskesmas Bukit Lamando.

D. Sasaran

Dalam survei ini target yang akan dicapai oleh tim keselamatan pasien yaitu

survei ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan pegawai

terhadap budaya keselamatan pasien, pegawai lebih meningkatkan dan

memperhatikan aspek keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan

kesehatan di puskesmas sehingga kualitas dan mutu pelayanan puskesmas

menjadi optimal dan akan berdampak pada citra puskesmas di kalangan

masyarakat luas.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan pasien

Tujuh Standar Keselamatan pasien

• Hak pasien
• Mendidik pasien dan keluarga
• Keselamatan pasien dan berkesinambungan pelayanan
• Penggunaan metode metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
• Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
• Mendidik staf tentang keselamatan pasien
• Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Enam Sasaran Keselamatan Pasien

• Mengidentifikasi pasien dengan benar


• Meningkatkan komunikasi yang efektif
• Meningkatkan keamanan obat obatan yang harus diwaspadai
• Memastikan lokasi pembedahan yang benar ,prosedur yang benar ,
pembedahan pada pasien yang benar
• Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
• Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien

• Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien


• Memimpin dan mendukung staf
• Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko
• Mengembangkan sistem pelaporan
• Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
• Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
• Menerapkan solusi solusiuntuk mencegah cedera

5
B. Budaya Keselamatan Pasien

Budaya keselamatan pasien pada suatu organisasi menurut Agency for

Healthcare Research and Quality (AHRQ, 2004) adalah produk dari individu dan

kelompok yang merupakan nilai dari sikap, persepsi, kompetensi dan perilaku

yang menimbulkan komitmen dan pola dari suatu manajemen kesehatan

mengenai keselamatan pasien. Organisasi dengan budaya keselamatan pasien

yang positif mempunyai karakteristik komunikasi saling terbuka dan percaya,

serta persepsi yang sama mengenai pentingnya keselamatan pasien dan

kenyamanan dalam pengukuran guna pencegahan. .

Manfaat budaya keselamatan pasien antara lain : 1) Organisasi lebih tahu

jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika kesalahan telah terjadi; 2)

Meningkatkan laporan kejadian yang dibuat dan belajar dari kesalahan yang

terjadi akan berpotensial menurunnya kejadian yang sama berulang kembali dan

keparahan dari keselamatan pasien; 3) Kesadaran akan keselamatan pasien, yaitu

bekerja untuk mencegah terjadinya error dan melaporkan jika ada kesalahan; 4)

Berkurangnya perawat yang merasa tertekan, bersalah, malu karena kesalahan

yang diperbuat; 5) Berkurangnya turn over pasien, karena pasien yang mengalami

insiden umumnya akan mengalami perpanjangan hari perawatan dan

pengobatan yang diberikan lebih dari pengobatan yang seharusnya diterima

pasien.; 6) Mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kesalahan dan penambahan

terapi; dan 7) Mengurangi sumber daya yang dibutuhkan dalam menangani

keluhan pasien. (Bird, 2005).

6
BAB METODE SURVEI

A. Waktu dan Lokasi Survei

Survei ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Bukit Lamando ada Juni 2023

untuk menilai budaya keselamatan pasien pada semester 1 (satu) Puskesmas

Bukit Lamando.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer.

C. Variabel yang diamati dan diukur

Variabel yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan metode Agency

for Healthcare Research anda Quality (AHRQ) dengan 12 dimensi yang dirangkum

menjadi 6 bagian yaitu Unit Kerja, Atasan Kerja, Komunikasi, Frekuensi pelaporan

kejadian, Kualitas Keselamatan Pasien, Manajemen terhadap keselamatan

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan survei ini, menggunakan sampel sejumlah 30 orang

dengan mengisi kuesioner melalui google form yang dapat diakses pada link

https://s.id/Lamando-BudayaKeselamatanPasien. Petugas yang mengisi

adalah petugas yang secara langsung berhadapan dengan pasien / yang

memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien.

E. Analisis Data

Analisis univariat digunakan untuk mengukur masing-masing dimensi

yang divisualisasikan menggunakan pie chat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit,

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Agency for Health care Research and Quality (AHRQ). 2004. Hospital Survey on

Patient Survey Culture, Agency for Health care Research and Quality.

http://www.ahrq.gov/professionals/quality-patient

safety/patientsafetyculture/ hospital/index.html

Agency for Health Research and Quality (AHRQ). 2012. National Healthcare Quality

Report. Agency for Healthcare Research and Quality Advancing Excellence

in Health Care.

https://archive.ahrq.gov/research/findings/nhqrdr/nhqr12/2012nhqr.pdf

Bird, D. 2005. Patient safety: Improving incident reporting. Journal of Nursing

Standar.http://journals.rcni.com/doi/pdfplus/10.7748/ns.20.16.43.s65

Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai