Anda di halaman 1dari 62

PENGOBATAN TRADISIONAL TABIB ABU BUKHARI

DI GAMPONG ATEUK KEMUKIMAN LAMTEUBA


KECAMATAN SEULIMEUM ACEH BESAR

SKRIPSI

Diajukan oleh:

AULA RAHMINA
NIM. 170501035
Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora
Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
2021 M/1442 H
AULA RAHMINA
NIM. 170501035
Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora
Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aula Rahmina


NIM : 170501035
Jenjang : Sarjana (S1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang berjudul Pengobatan
Tradisional Tabib Abu Bukhari di Gampong Ateuk Kemukiman Lamteuba
Kecamatan Seulimeum Aceh Besar adalah benar hasil karya saya sendiri. Dalam
penyusunan skripsi ini saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di dunia akademik.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dirujuk dalam naskah
ini dan ditulis di dalam daftar Pustaka, jika dikemudian hari bahwa saya telah
melanggar pernyataan ini, maka saya siap menerima sanksi berdasarkan aturan
yang berlaku di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry

Banda Aceh, 30 Juni 2021


Yang Menyatakan,

Aula Rahmina

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang

selalu memberikan penulis kesehatan, dan kemampuan sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang judul Pengobatan Tradisional Tabib Abu Bukhari

di Gampong Ateuk Kemukiman Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh

Besar. Shalawat beserta salam tidak lupa pula penulis sanjung sajikan ke

pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya. Skripsi ini merupakan salah satu tugas dan syarat akhir untuk

memperolah gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-

Raniry Darussalam Banda Aceh.

Ucapan terima kasih, rasa cinta dan kasih sayang penulis yang sedalam-

dalamya penulis persembahkan yang teristimewa untuk kedua orang tua yaitu

ayahanda tercinta Muhammad Jamin dan ibunda tercinta Syariwati, yang tidak

pernah letih memberikan bimbingan, pengorbangan, cinta dan doa serta

memberikan dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi ini. Juga kepada adik tersayang yaitu Aiman Alzawahiri, Alkindi, dan

Amalia yang selalu menghibur penulis ketika penulis merasa sangat letih.

Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Drs. Husaini Husda, M.Pd.

selaku pembimbing 1 dan ibu Dra. Fauziah Nurdin, M.A. selaku pembimbing II

yang dengan sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu dan pikiran serta

memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat bermanfaat

kepada penulis selama menyusun dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa

ii
pula ucapan terima kasih penulis kepada bapak Dr. Fauzi Ismail M.Si selaku

dekan Fakultas Adab dan Humaniora, ketua jurusan bapak Sanusi S. Ag., M.Hum,

kepada ibu Ruhamah M.Ag selaku penasehat akademik, dan untuk semua dosen

di Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah mendidik penulis

selama ini, dan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, semangat

dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis kepada Abu Bukhari yang telah bersedia

memberikan informasi tentang pengobatan kepada penulis, juga untuk Hasan

Basri selaku Sekdes Gampong Ateuk, dan kepada seluruh informan yang telah

bersedia memberi informasi yang diperlukan oleh penulis dalam penulisan karya

ilmiah ini.

Ucapan terima kasih kepada sahabat yaitu Rauzatul Jannah dan

Muhammad Nizar yang selalu menasehati memberikan motivasi dan dukungan

serta kasih dan sayang untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Juga kepada sahabat SKI letting 2017 yang selalu ada di saat susah dan

senang, yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat dan juga

mengajarkan kasih sayang dan cinta sebagai seorang sahabat yaitu Fira Fahrika,

Intan Nazila, Husnita Faradina, Nurul Fitria Fauzi, dan teman-teman yang lain

yang begitu banyak namanya yang telah memberikan motivasi, kasih sayang,

perhatian kepada penulis selama menyelesaikan Sarjana (S1)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

iii
penulis sendiri. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini

Akhirnya kepada Allah SWT, penulis berserah diri semoga Allah SWT

membalas semua amal dan jasa-jasa yang telah mereka berikan kepada penulis,

amin-aamin Ya Rabbal ‘alamin

Banda Aceh, 30 Juni 2021


Penulis,

Aula Rahmina

iv
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengobatan Tradisional Tabib Abu Bukhari di Gampong


Ateuk Kemukiman Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh Besar”. Pengobatan
tradisional adalah salah satu pengobatan tanpa campur tangan tenaga medis,
pengobatan tradisional dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan, dan
pemulihan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis
penyakit dan metode pengobatan Tabib Abu Bukhari dan bagaimana pandangan
masyarakat umum, pasien sekitar dan pasien luar terhadap pengobatan Tabib Abu
Bukhari. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Data yang didapat di lapangan dianalisa dengan cara
direduksi dan menyajikan data dalam bentuk narasi. Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa Tabib Abu Bukhari dapat mengobati berbagai jenis penyakit
seperti patah tulang, teumamong (kerasukan), Peukenong (guna-guna), I pret le
jen (terkena semburan makhluk halus) dan lain-lain. Metode yang digunakan
berbeda dengan tabib lain, dia menggunakan metode salawat, berzikir dan
beristigfar memohon kesembuhan kepada Allah dan bahan yang digunakan
bersifat alami yang berasal dari alam seperti krueng ubat (sungai obat) dan tanoh
itam (tanah hitam). Di dalam krueng ubat dan tanoh itam tersebut memiliki
kandungan obat yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Pasien yang berobat di Tabib Abu Bukhari tidak hanya masyarakat sekitar saja
ada juga masyarakat dari luar daerah yang berobat di tempatnya. Pandangan
mereka terhadap pengobatan Tabib Abu Bukhari adalah mereka percaya bahwa
Abu Bukhari memiliki kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT untuk
membantu menyembuhkan orang yang sakit.

Kata kunci: Pengobatan Tradisional, Tabib, Pasien

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
E. Penjelasan Istilah ...................................................................... 3
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 4
G. Metode Penelitian ..................................................................... 6
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 10

BAB II RIWAYAT HIDUP TABIB ABU BUKHARI


A. Latar Belakang Keluarganya .................................................... 11
B. Latar Belakang Pendidikannya ................................................. 13
C. Keilmuan yang dimiliki oleh Tabib Abu Bukhari .................... 15

BAB III JENIS DAN METODE PENGOBATAN TRADISIONAL


A. Pengertian Pengobatan Tradisional .......................................... 19
B. Jenis-jenis Penyakit Pengobatan Tradisional ........................... 22
C. Metode Pengobatan Tradisional ............................................... 24

BAB IV PENGOBATAN TRADISIONAL TABIB ABU BUKHARI


DI GAMPONG ATEUK KECAMATAN SEULIMEUM
ACEH BESAR
A. Gambaran Umum Pengobatan Tradisional dan Medis ............. 27
B. Jenis Penyakit dan Metode Pengobatan Tradisional Tabib
Abu Bukhari ............................................................................. .. 28
C. Pandangan Masyarakat Terhadap Pengobatan Tabib Abu
Bukhari ..................................................................................... 33
1. Pandangan Masyarakat Umum Terhadap Pengobatan
Tradisional Tabib Abu Bukhari .......................................... .. 33
2. Pandangan Pasien sekitar terhadap PengobatanTradisional
Tabib Abu Bukhari ............................................................. .. 33
3. Pandangan Pasien luar Terhadap Pengobatan Tabib Abu
Bukhari ................................................................................ 34

vi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 36
B. Saran ......................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38


LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Bimbingan
2. Surat Izin Penelitian dari FAH
3. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Keuchik
4. Daftar Informan
5. Foto-Foto Dokumentasi Penelitian
6. Foto-Foto Sidang
7. Pedoman Wawancara

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengobatan tradisional adalah metode pengobatan yang dilakukan

oleh masyarakat sejak zaman dahulu dan sudah diturunkan dari generasi ke

generasi. Pengobatan tradisional biasanya disebut dengan obat rakyat, praktek

yang paling umum dari pengobatan tradisional ini adalah akupuntur, pengobatan

tradisional Cina, jamu dan lain-lain. Di Aceh sendiri banyak sekali pengobatan

tradisional seperti Meurajah dan lain-lain.1 Obat tradisional adalah bahan atau

ramuan yang berasal dari alam, hewan, atau campuran dari bahan-bahan yang

ditemukan di alam secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan

dapat diterapkan dengan norma yang berlaku di masyarakat. 2

Menurut Al-Qur’an dan hadits, ada empat prinsip fundamental

mengenai kesehatan dan pengobatan. Keempat prinsip ini dapat digunakan untuk

mengevaluasi berbagai model intervensi kesehatan dan pengobatan. Hal ini bisa

dilihat ketika Allah membimbing Nabi Muhammad SAW dalam menjaga

kesehatan dengan pola pencegahan dan penyembuhan penyakit yaitu dengan cara

menjaga kesehatan seperti menjaga kebersihan, memilih makanan yang sehat serta

mengontrol stres fisik dan mental.3

Pengobatan tradisional sudah ada dan berkembang di Lamteuba sejak

1
https://www.primamedika.com/id/kegiatan-berita-prima-medika/perbedaan-antara-
pengobatan-tradisional-dan-modern di akses pada tanggal 29 juni 2021
2
Badan Pengawas Obat dan Makanan “Buku Saku Obat Tradisional untuk Memelihara
Daya Tahan Tubuh” (Jakarta: Mei 2020) Hal-16
3
Agus Rahmadi “Kitab Pedoman Pengobatan Nabi” (Jakarta: Wahyu Qolbu 2019) hal-3

1
2

zaman dahulu, karna banyak penyakit yang dapat disembuhkan dengan

pengobatan ini. Masyarakat dahulu apabila terkena suatu penyakit mereka tidak

langsung ke rumah sakit melainkan mencari obat tradisional contohnya ketika

mengalami sakit perut masyarakat memilih menggunakan daun serune yang

dicampurkan dengan bawang merah dan digosokkan ke bagian perut yang sakit.

Menurut pengamatan peneliti sebagian besar pasien yang berobat di

Tabib Abu Bukhari tidak hanya berasal dari masyarakat Gampong Ateuk dan

warga sekitar saja, tetapi ada juga masyarakat luar yang berobat di tempat

tersebut. Hal ini tentu menjadi sebuah fenomena menarik untuk diteliti lebih jauh.

Oleh karna itu peneliti ingin mengkaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian

yang berjudul “Pengobatan Tabib Abu Bukhari di Gampong Ateuk Kemukiman

Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh Besar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Apa saja jenis penyakit dan metode pengobatan Tabib Abu Bukhari?

2. Bagaimana Pandangan masyarakat terhadap Pengobatan Tabib Abu

Bukhari?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja jenis penyakit dan metode pengobatan Tabib

Abu Bukhari
3

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan mayarakat terhadap pengobatan

Tabib Abu Bukhari

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang ingin penulis sampaikan pada penulisan ini, di

antaranya adalah:

1. Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rujukan di

perguruan tinggi atau menjadi sebuah khazanah keilmuan yang dibutuhkan

untuk akademik.

2. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang

bermanfaat bagi semua kalangan, sehingga dengan adanya penelitian ini

pembaca dapat mengetahui tentang Pengobatan Tradisional Tabib Abu

Bukhari.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman bagi para pembaca dalam memahami

karya ilmiah ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat

dalam karya ilmiah ini. istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengobatan tradisional

“Pengobatan tradisional” adalah salah satu warisan budaya yang

digunakan oleh masyarakat luas sejak zaman dahulu kala dan ada kecenderungan

yang meningkat dalam penyembuhan berbagai penyakit dengan cara tertentu.4

4
Azwar Agoes, Antropologi Kesehatan Indonesia: Pengobatan Tradisional (Jakarta: EGC
1992) hal-14
4

Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang dilakukan oleh

tabib Abu Bukhari untuk mengobatkan berbagai macam penyakit.

2. Tabib

“Tabib” menurut kamus besar bahasa indonesia adalah orang yang

memiliki keahlian mengobati berbagai macam jenis penyakit secara tradisional.5

3. Penyakit

“Penyakit” merupakan gangguan fungsi suatu organisme yang disebabkan

oleh infeksi atau tekanan dari lingkungan.6

F. Kajian Pustaka

Skripsi yang penulis teliti merupakan masalah Pengobatan Tradisional

Tabib Abu Bukhari di Gampong Ateuk Kemukiman Lamteuba Kecamatan

Seulimeum Aceh Besar. Oleh karena itu penulis perlu melakukan kajian

terdahulu guna untuk memudahkan penulis dalam melakukan kajian ini.

Menurut penelusuran yang telah penulis lakukan belum ada penulisan

yang mendetail menjelaskan tentang Pengobatan Tradisional Tabib Abu Bukhari.

Namun ada tulisan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Seperti yang

ditulis oleh Safari (2014) dengan Judul Budaya Pengobatan Tradisional (Studi

kasus pada Masyarakat di Desa Alue Jerejak Kecamatan Babahrot Aceh Barat

Daya).7 Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

5
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama 2019) hal-538
6
Irwan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Yogyakarta: Grup Penerbit CV BUDI UTAMA
2016) hal-1
7
Safari, Budaya Pengobatan Tradisional (Studi kasus pada Masyarakat Desa Alue Jerejak
Kecamatan Babahrot Aceh Barat Daya), Perpustakaan FAH
5

Dalam penulisan ini penulis mendeskripsikan tentang pengobatan tradisional di

Masyarakat Desa Alue Jerejak yang memiliki berbagai macam pengobatan

tradisional diantaranya pengobatan tradisional patah tulang, pengobatan

penangkal (ajimat) dan pengobatan dukun (merajah).

Hasil penelitian tersebut adalah masyarakat di Gampong Alue Jerejak

memiliki suatu kebudayaan tentang pengobatan tradisional. Karena masyarakat di

sana sering mendatangi dukun menurut penyakit yang dideritanya, seperti

penyakit basoe (lumpuh), sakit perut, penyakit lambung, penyakit pungoe buy

(sawan), teurebok (serbuk), ditamong burong (kemasukan burong), dan penyakit

di ek taloe nyawoeng (penyakit kelamin) tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu.

Penulisan yang kedua ditulis oleh Junaida (2020) dengan judul Ritual

Rajah Seumapa pada Masyarakat Gunong Cut Kecamatan Tangan-tangan. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian

ini peneliti mendeskripsikan tentang rajah seumapa yang merupakan salah satu

ilmu pengobatan tradisional Aceh yang disebabkan oleh sapaan orang yang telah

meninggal.8

Hasil dari penelitian ini adalah Masyarakat Gunong Cut Tangan- tangan

masih percaya rajah seumapa bisa mengobati orang yang terkena seumapa atau

penyakit lainnya. Adapun cara-cara pengobatan seumapa adalah membaca ayat-

ayat suci Al-Qur’an serta dibacakan pula mantra-mantra, alat yang digunakan

adalah kunyit dan kapur.

8
Junaida, (Ritual Rajah Seumapa Pada Masyarakat Gunong Cut Kecamatan Tangan-
Tangan), di Publikasikan
6

Penulisan ketiga ditulis oleh Muhammad Faiz Bin Mohd Nazri (2018)

dengan judul Fungsi Ruqyah Syar’iyyah dalam Mengobati Penyakit Non Medis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Dalam

penelitian ini penulis membahas tentang fungsi Ruqyah Syar’iyyah, ciri

pengobatan Ruqyah Syar’iyyah dalam penyakit non medis dan metode

pengobatan ruqyah yang benar dalam mengobati penyakit non medis.9

Hasil dari penelitian ini adalah Ruqyah Syar’iyyah merupakan salah satu

metode pengobatan Rasulullah SAW, baik yang berkaitan dengan fisik, kejiwaan

dan penyakit non medis. Tetapi masyarakat sekarang masih kurang

pengetahuannya tentang metode pengobatan Ruqyah Syar’iyyah, mereka lebih

memilih mendatangi para dukun untuk mencari kesembuhan penyakitnya. Padahal

pengobatan yang dilakukan oleh dukun sangat bertentangan dengan kaedah

pengobatan yang diajarkan di dalam Islam yang bersumber dalam Al-Qur’an.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Pengobatan Tradisional Tabib

Abu Bukhari adalah dengan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif yang berisi data-data

tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diwawancara. Kualitatif juga dapat

diartikan sebagai nilai atau makna yang berkualitas atau makna yang ada dibalik

fakta.10
9
Muhammad Faiz bin Moh Nazri, Fungsi Ruqyah Syar’iyyah dalam Pengobatan Penyakit
Non Medis), di Publikasikan
10
Muh. Fitrah dan Lutfiyah, Metodologi Penelitian (Jawa Barat: CV Jejak 2017) Hal-44
7

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gampong Ateuk, Kemukiman Lamteuba,

Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Pengobatan Tradisional Tabib Abu

Bukhari di Gampong Ateuk Kemukiman Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh

Besar.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Maka dalam melakukan penelitian harus memiliki wawasan

yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, mendokumentasi dan

mengkontruksi situasi yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Waktu yang

digunakan dalam penelitian adalah selama dua minggu. 11

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang harus ditempuh, karena tujuan dalam penelitian adalah untuk

mendapatkan data yang sebenar-benarnya.

a. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara

turun langsung ke lapangan. Penggunaan teknik observasi dalam pengumpulan

data penelitian merupakan teknik yang sangat penting. Observasi melibatkan dua

11
Nazir “Metode Penelitian” (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal-10
8

komponen yaitu pewawancara dan orang yang akan diwawancarai, sebelum turun

ke lapangan peneliti harus mempersiapkan diri dan peneliti harus membekali diri

dengan berbagai catatan dan seperengkat metode.12

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Wawancara adalah suatu proses interaksi antara si peneliti

dan orang yang akan diwawancarainya secara langung atau tatap muka. Dan

wawancara juga bisa dilakukan melalui sambungan telepon.13 Peneliti akan

mencoba mengajukan pertanyaan kepada orang yang akan diwawancarai dan

irforman dapat menjawab dengan bebas untuk mengeluarkan pendapat yang ingin

dikemuka olehnya. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mewawancarai Tabib

Abu Bukhari, tokoh masyarakat yang berada di gampong tersebut dan

mewawancarai orang-orang yang sudah pernah berobat dengan Tabib Abu

Bukhari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti catatan atau barang-

barang tertulis. Dokumentasi adalah sumber informasi yang sangat penting dalam

penelitian kualitatif. Dokumen tersebut bisa bersifat teks (tulisan), gambar

maupun foto.8 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dokumentasi

untuk mempermudah peneliti mendapatkan sumber-sumber terkait topik yang

12
Nyoman Khuta Ratna “Metodologi Penelitian” (Yogyakarta: Pustaka Belajar 2010) hal-
222
13
A. Musri Yusuf “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & Penelitian Gabungan”
(Jakarta: Kencana 2017) hal-372
9

akan diteliti seperti buku-buku, jurnal ilmiah, skripsi dan dokumen dalam bentuk

lainnya.

3. Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti mengolah data yang didapatkan dari

observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian dianalisis guna mendapatkan

hasil, dalam tahap analisis ini penulis menggunakan beberapa Langkah yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum data dan memfokuskan

kepada hal-hal yang penting dan membuang data yang tidak perlu. Data yang

telah dirangkum tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga

dapat mempermudah penulis dalam penulisannya.14

b. Data Display

Proses penyajian data dalam bentuk grafik, tabel dan lain-lain. Penyajian

data digunakan untuk meningkatkan pemahaman supaya bisa menghasilkan

informasi yang bermakna.15 Dalam penulisan ini penulis menyajikan data yang

ditemukan di lapangan dalam bentuk narasi atau penjelasan.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Verifikasi merupakan Langkah akhir dalam proses analisis data, verifikasi

bertujuan untuk memeriksa kebenaran data dan menarik kesimpulan berdasarkan

hasil dari analisis data.16

14
Albi Anggito, dk Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: CV Jejak 2018) hal-243
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Bumi Aksara 2013) hal-14
16
http://eprints.undip.ac.id/40737/3/004_BAB_III.pdf di akses pada tanggal 29 juli 2021
10

H. Sistematika Penulisan

1. Bab I Merupakan Bab pendahuluan, di dalam bab ini penulis menjelaskan

tentang latar belakang masalah yang termuat dalam uraian tentang alasan

pemilihan judul penelitian serta beberapa poin penting yang harus dijelaskan

secara singkat yang berkaitan dengan penelitian. Bab ini juga terdapat

rumusan masalah yang disajikan dalam beberapa pertanyaan untuk

mempermudah dalam pengkajian dan memperjelas pembahasan, kemudian

bab ini ikut disertakan juga tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan

istilah, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Terdiri dari latar belakang keluarganya, latar belakang pendidikannya

dan keilmuan yang dimiliki olehnya.

3. Bab III Bab yang menjelaskan pengertian pengobatan tradisional, jenis

penyakit dan metode pengobatan tradisional

4. Bab IV Merupakan bab yang menjelaskan tentang gambaran umum

pengobatan tradisional dan medis, jenis penyakit dan metode pengobatan

Abu Bukhari, serta pandangan masyarakat tentang pengobatan tabib abu

bukhari

5. Bab V Merupakan bab yang berisi penutup dan kesimpulan


BAB II
RIWAYAT HIDUP TABIB ABU BUKHARI

A. Latar Belakang Keluarganya

Tabib Abu Bukhari merupakan penduduk asli Gampong Ateuk. Ia lahir di

Gampong Ateuk pada tanggal 25 Oktober tahun 1966. Abu Bukhari merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara yang terdiri dari dua orang laki-laki dan satu

orang perempuan. Ia anak dari pasangan Muhammad Kasem dan Asmaul Husna.

Asmaul Husna sendiri merupakan anak seorang ulama yang terkenal di Gampong

Ateuk dan biasanya masyarakat memanggilnya dengan sebutan Abu Chiek nama

asli dari Abu Chiek tersebut adalah Teungku Muhammad Saidi.

Adapun ayah dari Abu Bukhari (Muhammad Kasem) berasal dari

Gampong Lambada yang juga merupakan salah satu gampong yang berada di

kawasan Kemukiman Lamteuba dan memiliki 5 orang saudara kandung yang

terdiri dari 3 orang laki-laki dan dua orang perempuan. Sedangkan ibu dari Tabib

Abu Bukhari (Asmaul Husna) Penduduk Gampong Ateuk ia merupakan anak dari

dari Teungku Muhammad Saidi dan Fatimah dan memiliki 7 bersaudara terdiri

dari 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.17

Ayah Abu Bukhari memiliki keahlian sebagai tabib patah secara turun

temurun dari nenek moyang mereka bahkan ayahnya bisa mengobati borok atau

luka pada binatang dan dapat memindahkan hama walangsangit pada tanaman

17
Hasil Wawancara Asmaul Husna, Ibu Rumah Tangga,30 mei 2021, pkl 11.00 WIB

11
12

padi yang mulai malai. Keahlian yang dimiliki oleh ayahnya juga diturunkan

kepada Tabib Abu Bukhari18

Keluarga tabib Abu Bukhari sangat dihormati di kalangan masyarakat

Gampong Ateuk dan di Kemukiman Lamteuba, karena kepribadian mereka dan

sopan santun mereka yang menjunjung tinggi nilai keagamanaan di daerah

tersebut, selain itu mereka juga merupakan keturunan ulama-ulama terkenal pada

masa itu. Abu Bukhari juga dikenal dengan sebutan Abu Seulawah, nama itu

diberikan karna ia tinggal di daerah pedalaman di kaki gunung Seulawah Agam.

Di masa kecilnya Tabib Abu Bukhari dikenal sebagai anak yang periang,

suka membantu orang tuanya dalam mencari nafkah. Selain menjadi tabib ayah

Abu Bukhari juga bekerja sebagai petani dan sebagai guru pengajian bagi anak-

anak di Gampong Ateuk yang menyebabkan Abu Bukhari harus membantu orang

tuanya. ia juga sangat dekat dengan kakeknya yang setiap hari mengajarkannya

ilmu agama. Abu Bukhari sudah menjadi anak yang tangguh sejak kecil. Setelah

beranjak dewasa, Abu Bukhari menikah dengan seorang gadis yang bernama

Wardiah, kehidupan mereka pada saat itu masih sangat berkecukupan. Abu

Bukhari pada saat itu masih berkerja sebagai petani dan istrinya selalu

mendampingi abu Bukhari senang maupun sedih mereka dikaruniai 6 orang anak

dan anak-anaknya juga mengikuti jejak Abu Bukhari dalam menuntut ilmu

Agama.

18
Wawancara dengan Tabib Abu bukhari, Gampong Ateuk,25 mei 2021, pkl 10.00 WIB
13

B. Latar Belakang Pendidikannya

Seperti kebanyakan kehidupan masyarakat Aceh, setiap anak laki-laki

maupun perempuan mereka pertama kali mendapatkan pendidikan agama dari

keluarga, sama halnya dengan Abu Bukhari. Ia pertama kali mendapatkan

pendidikan agama dari kakeknya yang merupakan ulama di gampong tersebut. Ia

diajarkan untuk memiliki akhlak yang mulia. Setelah berumur 6 tahun yaitu pada

tahun 1974 Abu Bukhari mulai memasuki Madrasah Ibtidaiyah Negri (MIN) pada

saat itu dia masih tinggal dengan orang tua, namun setelah memasuki bangku

sekolah menengah pertama yaitu pada tahun 1980 Abu Bukhari merantau ke

Lamjruen dan bersekolah di MTSN Lamjruen, pada saat itu Abu Bukhari

bersekolah sambil menuntut ilmu agama di tempat Abu Jalil. 19

Pada tahun 1983 Abu Bukhari memasuki Sekolah Menengah Akhir yaitu

di MAN Sibreh, ia juga bersekolah sambil mondok di tempat Abu Samsuddin,

kemudian setelah lulus sekolah ia mendaftarkan ke perguruan tinggi yaitu IAIN

Ar-Raniry atau yang kita kenal sekarang UIN Ar-Raniry. Abu Bukhari mengambil

jurusan Bahasa Arab di Fakultas Tarbiah, tetapi pada saat memasuki semester

kedua dia memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi kuliahnya, ia merasa tidak

cocok duduk di bangku perkuliahan. Namun setelah keluar dari bangku kuliah ia

tetap melanjutkan menuntut ilmu agama di pesantren daerah caleu di tempat Abu

Ma’e. 20

Pada tahun 1990 Abu Bukhari melanjutkan mondok di dayah Ule titi

dengan gurunya yang bernama Abu Attahilah dan beberapa guru lainnya. Di

19
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,27 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
20
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,27 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
14

Dayah Ule Titi Abu Bukhari menuntut ilmu dalam jangka waktu yang cukup

lama. Setelah selesai mondok Abu Bukhari pulang ke kampung halaman dan

mendirikan dayah yang diberi nama Dayah As-Syafiiyah. Dayah tersebut

diperuntukkan khusus untuk laki-laki, dan santri di dayah tersebut berasal dari

berbagai daerah, tidak hanya masyarakat sekitar, dan disekitar dayah tersebutlah

terdapat satu sungai yang abu sendiri menyebutnya dengan sebutan “Krueng

Ubat” dan masyarakat luar menyebutnya dengan sebutan “laut obat”.

Sekilas perjalanannya sebelum mendapatkan ilham untuk membantu

mengobati orang sakit, semenjak remaja ia sudah berkelana ke hutan-hutan

belantara dan mengunjungi makam-makam para ulama atau aulia yang ia jumpai

di tengah-tengah hutan belantara, sambil berkelana Abu Bukhari melakukan

suloek atau kaluet (mengasingkan diri sambil bermunajah atau memohon kepada

Allah)

Abu Bukhari pertama kalinya mendapatkan ilmu pengobatan dari tarekat

Qadiriah. Tarekat Qadiriah adalah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyiddin

Abdul Kadir al-Jailani dan berpusat di Iraq dan Suriah dan diikuti oleh umat

muslim di berbagai penjuru dunia seperti Yaman, Mesir, India, Afrika, Turki dan

Asia. menurut pandangannya tarekat tersebut adalah tareqat yang kedudukannya

paling tinggi di antara tarekat-tarekat lainnya. Ia mendapatkannya dari syekh

Abdul Kadir Jailani dan dipimpin oleh Abdul rauf yang kemudian diturunkan

kepada Abu Bukhari atau Abu seulawah dan kemudian lahirlah krueng ubat. Abu

Bukhari mendapatkan keahlian dalam pengobatan karna ilham Allah SWT,

Adapun cara ia memperolehnya yaitu dengan cara menunaikan shalat Hajat 50


15

rakaat, shalat taubat 50 rakaat, pada saat menyambut Nisfu Sya’ban Abu Bukhari

menunaikan shalat Tasbeh 44 rakaat.21

Setelah keahlian pengobatannya diketahui oleh masyarakat, mulailah ada

pasien yang berdatangan. Pasien pertama berasal dari warga Gampong Ateuk

sendiri, namun semakin lama pengobatan Tabib Abu Bukhari semakin terkenal

dan semakin banyak pasien luar yang mulai berdatangan ke tempatnya. Pasien

yang berobat di tabib Abu Bukhari berasal dari berbagai kalangan ada yang dari

kalangan menegah sampai kalangan atas seperti: polisi, tokoh-tokoh terkemuka di

Aceh dan lain-lain.

C. Keilmuan yang di miliki oleh Tabib Abu Bukhari

1. Ilmu Pengobatan

Abu Bukhari memiliki kelebihan untuk menyembuhkan orang yang sakit,

ia mendapatkannya turun temurun dari keluarga dan dari gurunya, keahlian tabib

Abu Bukhari sudah terlihat sejak ia masih remaja, ia sangat tertarik dengan

apapun yang berkaitan dengan pengobatan dan ia sering memperhatikan setiap

kali ayahnya melakukan pengobatan dan ayahnya langsung mengajari dengan cara

mempraktekkan pada pasien di depan Abu Bukhari. Selain itu Abu Bukhari

memiliki keahlian dalam mengobati pasien via sambungan telpon, ia pernah

mengobati pasien Gampong Ateuk yang berdomisili di negara tetangga Malaysia

sebagai TKI, pasien menjelaskan keluhan penyakit yang dideritanya melalui

sambungan telepon dan Abu Bukhari langsung berinteraksi terhadap si pasien

sesuai dengan penyakit yang dikeluhkan, beberapa hari kemudian si pasien

21
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,28 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
16

mengabarkan kepada orang tuanya untuk mendatangi Abu Bukhari untuk

mengucapkan terimakasih dan memberikan sedekah sambil mengabarkan bahwa

dia sudah sembuh seperti sedia kala.22

2. Ilmu Agama

Selain memiliki keahlian dalam bidang pengobatan Abu Bukhari juga

tidak diragukan dalam hal ilmu Agama, selain ilmu agama yang diperoleh dari

keluarganya ia juga mendapatkan ilmu agama dari pesantren-pesantren yang

pernah singgahinya. Bukan hanya mahir dalam membaca Al-Qur’an ia juga

memiliki keahlian dalam membaca dan menjelaskan isi yang terdapat di dalam

kitab kuning, setelah ia menyelesaikan pendidikan di dayah-dayah selanjutnya

Abu Bukhari kembali ke kampung halamannya dan ikut mendirikan dayah untuk

santri-santri yang ada di kawasan Lamteuba dan luar daerah.

Pertama kali ia hanya mendirikan satu dayah yaitu dayah Assyafi’iyah

dayah tersebut berada di kawasan rumahnya dan diperuntukkan khusus laki-laki,

seiring berjalannya waktu Abu Bukhari mendapatkan kemudahan untuk

mendirikan dayah keduanya yang diberi nama dayah Taubatan Nasuha Hikmah

Indatu yang berada di Blang Kala (nama sawah yang terletak di Gampong Ateuk).

Dayah ini diperuntukan untuk laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan namanya

yaitu Taubatan Nasuha, di tempat ini dilatih orang-orang secara spiritual untuk

bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat atas dosa-dosa yang

diperbuat olehnya.23 Di dayah tersebut dibuatkan lubang--lubang yang berbentuk

seperti goa untuk pengingat akan kematian, dan para santri berdiam diri ambil
22
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,28 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
23
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,28 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
17

bermunajat memohon ampunan kepada Allah. Di setiap lubang hanya bisa

dimasuki oleh satu orang. Hal ini biasanya dilakukan pada saat tengah malam.

3. Ilmu Bela Diri

Selain kedua hal kelebihan yang disebutkan di atas, Abu Bukhari juga

mempunyai keahlian dalam bidang bela diri berupa pencat silat, pemuda-pemuda

Gampong Ateuk yang ikut berburu ilmu bela diri pada Abu Bukhari dan ia sangat

menganjurkan kepada murid-muridnya ilmu bela diri tersebut digunakan pada

tempat yang tepat bukan untuk mengganggu atau menganiaya orang, akan tetapi

ilmu tersebut digunakan untuk membela diri dari pelaku-pelaku kejahatan juga

digunakan untuk membantu orang-orang lemah apabila di saat tertentu orang

tersebut diganggu oleh orang-orang tak di kenal.24

4. Rapa’i Zikir

Rapa’i adalah alat musik tradisional khas Aceh, Abu Bukhari termasuk

orang yang menjaga kelestarian musik-musik tradisional Aceh salah satunya yaitu

Rapa’i. Abu Bukhari sudah banyak mengajari para santri dan dan saat ini sudah

diundang di acara-acara besar di berbagai wilayah. Biasanya Rapa’i ini dimainkan

oleh 8 orang dan berisi syair-syair yang bersifat zikir-zikir dan salawat kepada

rasul. Mereka biasanya memainkannya setiap malam jum’at dan pada hari-hari

besar seperti maulid, pesta perkawinan, Lhoeh Rumoh (merobohkan rumah),

peutroen aneuk (turun tanah anak). Tradisi ini sebenarnya sudah ada turun

temurun tetapi pada pada saat masuknya globalisasi baru masyarakat sudah jarang

menggunakan tradisi rapa’i. Akan tetapi tradisi ini tidak langsung dihilangkan

24
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,27 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
18

oleh masyarakat masih ada beberapa orang yang menjalankan tradisi ini salah

satunya yaitu Abu Bukhari dan ia memperkenalkan kepada santri-santrinya yang

menuntut ilmu di tempat ia dan sampai saat ini sudah banyak yang mau belajar

melestarikan rapa’i tersebut.

5. Penceramah atau Da’i

Tabib Abu Bukhari meruapakan orang yang sangat agamis, salah satu

keahliannya seperti pandai dalam berdakwah yang membuatnya seringkali

mendapatkan undangan di beberapa tempat sebagai penceramah misalnya seperti

acara-acara penyambutan dan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan

sebagainya. Tabib Abu bukhari juga mampu membagikan ilmunya sebagai

penceramah di masjid-masjid sehingga tidak heran jika ia sering kali menjadi

pengkhutbah pada hari Jumat saat menjalankan ibadah shalat Jumat. Dalam

pandangan Abu Bukhari yang melihat situasi dunia yang semakin moderen ia

berpandangan seharusnnya kita melihat kembali bagaimana cara menuntut ilmu di

masa lalu, orang zaman dahulu disaat menuntut ilmu di utamakan membersihkan

hati terlebih dahulu biar ilmu yang di dapatkan kekal. 25

25
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk,27 Mei 2021, Pkl 10.00 WIB
BAB III

JENIS DAN METODE PENGOBATAN TRADISIONAL

A. Pengertian Pengobatan Tradisional

Mengenai masalah sakit, setiap manusia memiliki penafsiran tersendiri

tentang apa itu sakit menurut kebudayaan masyarakat itu sendiri. Masyarakat

yang masih memiliki kebudayaan tradisional dan masyarakat yang kebudayaanya

sudah modern memiliki penafsiran yang berbeda-beda, akan tetapi semua

masyarakat bersepakat bahwa sakit merupakan kondisi fisik yang tidak

seimbang.26 Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan fisik ini,

ada yang mengatakan disebabkan oleh gangguan kuman dan bakteri seperti

keracunan, kekurangan gizi, polusi, virus dan lain-lain. Ada juga yang

mengatakan penyakit itu disebabkan oleh terganggunya peredaran darah atau

sirkulasi syaraf sebagai tenaga penggerak organ tubuh.

Penyakit pada umunya dianggap sebagai kekacauan peristiwa fisiologis

yang merupakan bentuk negatif bagi seseorang yang mengalaminya. Namun

dalam Islam, penyakit merupakan ujian bagi orang yang percaya sehingga

menjadikan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan. Sakit

juga menjadi sebuah balasan keburukan dari apa yang dilakukan seseorang

hamba.

26
Umiati, Dkk, Pola-Pola Pengobatan Tradisional Daerah Jawa Timur. (Yogyakarta,
Departemen Pendidikan dan kebudayaan :1990) Hal-26

19
20

Menurut dukun di Sumbawa Besar, penyebab penyakit itu ada berbagai

macam ada yang dari tuhan dan ada juga yang dari syaitan. Jika dukun sudah

mengobatinya dan pasien tersebut sembuh berarti penyakit tersebut berasal dari

Tuhan akan tetapi jika penyakit tersebut tidak sembuh-sembuh bisa dikatakan

penyakit tersebut berasal dari syaitan. apabila terjadi suatu penyakit kita harus

percaya bahwa sakit dan sehat pasti ada penyebabnya, karna dari itu kita harus

mempercayai kepada Tuhan dan dukun sebagai perantara.27

Ada dua faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan fisik manusia

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor alamiah atau faktor fisik

Menurut Masyarakat Bayuates, sehat terjadi karna unsur-unsur yang ada

dalam tubuh manusia seperti dingin, panas dan cairan yang ada dalam tubuh

manusia memiliki keseimbangan menurut kondisi individu dan usianya dalam

keadaan lingkungan dan keadaan alamiahnya. Dan juga sebaliknya jika keadaan

tubuh mulai terganggu baik dari dalam maupun luar oleh kekuatan alam seperti

badan terasa panas dingin maka orang tersebut bisa dikatakan sedang sakit.28

2. Faktor Gaib dan non Fisik

Menurut mayarakat Bayuates, timbulnya keadaan sakit dan badan tidak

seimbang disebabkan oleh kekuatan gaib. Kekuatan gaib yang dimaksudkan ialah

kekuatan gaib yang berasal baik itu dari syaitan atau makhluk gaib, manusia

maupun benda-benda sakti. Penyakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib ini tidak
27
Suhadi, Dkk, Pola-Pola Pengobatan Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat.
(Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :1990) hal-15
28
Umiati, Dkk, Pola-Pola Pengobatan Tradisional Daerah Jawa Timur. (Yogyakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :1990) hal-27
21

bisa diperiksa secara medis, apabila diperiksa maka tidak terdeteksi apa penyakit

yang sedang dialaminya, jadi untuk mengetahui apa penyakit yang sedang

dialaminya orang tersebut harus bertemu dengan orang-orang tertentu dan benar-

benar mengerti tentang hubungan dengan makhluk gaib.29

Pengobatan tradisional adalah salah satu pengobatan tanpa campur tangan

tenaga medis. Pengobatan tradisional dilakukan sebagai upaya peningkatan

Kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan. Pengobatan tradisional bisa dijumpai di daerah-daerah pelosok

Indonesia. Para tabib yang melakukan pengobatan tradisional biasanya mereka

melakukannya dengan memberikan jamu/herbal menggunakan berbagai macam

jenis obat, baik tanaman obat yang ditanam di sekitar halaman rumah, kebun dan

lain-lain. Jenis tanaman yang digunakan berupa batang, akar, daun, biji dan

kulitnya.30 Jamu merupakan bentuk pengobatan tradisional yang sudah diturunkan

oleh para leluhur. Masyarakat beranggapan bahwa jamu tersebut lebih aman

dibandingkan dengan pengobatan moderen, penggunaan jamu pada masyarakat

biasanya digunakan oleh wanita hamil, wanita melahirkan dan nifas.31

Masyarakat provinsi Jawa Barat menyambut baik kebijakan yang

mengatur tentang pengobatan tradisional dan termasuk yang bersifat religius,

namun demikian masyarakat lebih banyak menggunakan pengobatan tradisional

secara religius karna mereka percaya dapat menyembuhkan mereka dari penyakit.

29
Ibid hal-29
30
Indiarto Dkk, Eksprorasi Metode Pengobatan Tradisional oleh Para Pengobat
Tradisional di Wilayah Keresidenan Yogyakarta, Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan vol 7, diakses
pada tanggal 01 Juni 2021
31
Prastiwi, Pengobatan Tradisional (Jamu) dalam Perawatan Kesehatan Ibu Nifas dan
Menyusui di Kabupaten Tegal. Jurnal Siklus vol 7, diakses pada tanggal 10 Juli 2021
22

Akan tetapi pihak pengobatan tradisional religius tidak banyak melakukan literasi

informasi kepada masyarakat tetapi informasinya tersebar dari mulut ke mulut,

dari segi tanggung jawabnya para pelaku pengobatan tradisional biasanya

memberikan alasan bahwa proses penyembuhannya berkat anugerah Tuhan yang

maha kuasa.32

B. Jenis-jenis Penyakit pengobatan tradisional

Ada berbagai macam jenis penyakit pengobatan tradisional, berikut ini

adalah beberapa contoh dari sekian banyak penyakit tersebut:

1. Meurampot atu meurambuy

Penyakit ini biasanya muncul pada malam hari, tanda-tandanya adalah

kehilangan kesadaran, tubuh menjadi kaku, dan gigi terkatup erat.33

2. Penyakit gondok

Penyakit ini disebabkan karna memakan buah puntoe yang disedot

langsung dari bijinya, selain itu penyakit ini juga disebabkan oleh makhluk halus

tertentu bernama beuno yang menimbulkan tekanan di bawah dada yang kadang-

kadang dapat menimbulkan kematian.

3. Cacar

Penyakit ini dipercaya oleh masyarakat Aceh disebabkan oleh wanita tua

dari dunia makhluk halus yang bernama po ni. Ia menebar benda-benda kecil

seperti biji jagung ke tubuh manusia sehingga menimbulkan borok cacar (plawa).

32
Rahman Dkk Sosiologi Informasi Pengobatan Tradisional Religius “Kajian Masyarakat
Jawa Barat”, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat vol 14, diakses pada tanggal 28 juli 2021
33
Snouck Hurgronje, “Aceh di Mata Kolonialis” (Jakarta: Yayasan Soko Guru 1985) hal-460
23

4. Teumamoeng Burong

Penyakit ini adalah penyakit yang sengaja dikirim oleh seseorang.

Penyakit ini terjadi pada orang yang leumoh bule yaitu orang penakut. Penyakit

ini biasanya dialami oleh wanita yang baru saja melahirkan. Orang yang

mengalami penyakit ini akan menyebabkan ia lebih kuat dari biasanya, orangnya

kadang suka menangis dan tertawa tanpa sebab.

5. Teukenong (terkena kiriman orang)

Penyakit ini merupakan penyakit Donya. Biasanya pelakunya adalah orang

yang memiliki dendam pribadi maka dicarilah orang yang memiliki ilmu hitam

untuk dikirimkan kepada musuhnya.

6. Seumapa

seumapa adalah penyakit yang disebabkan oleh sapaan roh-roh keluarga

yang sudah meninggal, penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang baru saja

menziarahi kuburan dan tiba-tiba mengalami sakit perut atau terduduk dengan

kelakuan seperti anak-anak.34

7. Pungoe Bui (sawan)

Gejala penyakit ini adalah si penderita menyerupai gerakan babi hutan

yang sama dengan tingkah laku babi hutan yang kepalanya menunduk ke bawah.

Orang yang mengalami penyakit ini biasanya suka dengan air dan api.35

34
Snouck Hurgronje, “Aceh di Mata Kolonialis” (Jakarta: Yayasan Soko Guru 1985) Hal-463
35
Safari, Skripsi/Budaya Pengobatan Tradisional (Studi Kasus Pada Masyarakat Alue
Jerejak Kecamatan Babahroet Aceh Barat Daya), (fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh) tahun 2014
24

8. Penyaket Basoe (biri-biri)

Penyakit ini dialami oleh orang yang mengalami kecelakaan dan pada

orang yang kurang melakukan aktifitas, contohnya orang yang terlalu lama

berbaring di tempat tidur.

C. Metode Pengobatan Tradisional

Adapun metode pengobatan tardisional adalah sebagai berikut:

1. Meurampot atau meurambuy

Untuk pengobatan ini dibutuhkan cineu (gayung air yang terbuat dari

tempurung kelapa), sebuah awue (sendok yang terbuat dari tempurung kelapa),

reungkan (tikar kasar dari daun kelapa), daun kala, daun pinang merah, celana

bekas dan jeu’ee (hyiru). Semua benda tersebut dikipaskan sesuai urutan kepada

pasien selama tujuh kali, setelah dikipaskan semua benda tersebut dilempar keluar

rumah selama pengobatan tersebut pasien harus duduk berhadapan dengan pintu

rumah yang terbuka sehingga tidak ada pembatas diantara dia dengan pintu

rumah, sebelum pengipasan dengan hyiru, dukun yang mengobatinya

menyipratnya dengan air yang dituang melalui hyiru tersebut.36

2. Penyakit gondok (cugong)

Untuk mengobati penyakit ini diobati dengan air putih yang sudah

direndamkan dengan batu purbakala yang disebut dengan gigi guntur.

3. Cacar

Penyakit ini diobati dengan cara menggantungkan biji keumeung secara

berjejer yang diikatkan pada seutas benang diselang-seling dengan bunga putih

36
Snouck Hurgronje, “Aceh di Mata Kolonialis” (Jakarta: Yayasan Soko Guru 1985) hal-461
25

yang dibeli di pasar dan masyarakat Aceh menyebutnya bungong peukan.

Keumeung dibuat dengan menempatkan padi dalam sebuah kendi kemudian

digoncangkan dengan keras sehingga menyebabkan biji beras menyambul dari

kulitnya. Untuk mempercepat pematangan borok atau cacar, keumeung dan

sebuah jambu biji dipersembahkan untuk teungku, bunga peukan yang sedang

mengembar dan beras yang menyembul dianggap mempunyai efek membuat

borok cacar cepat matang lalu pecah.

4. Teumamong Burong

Untuk mengobati penyakit ini para dukun menggunakan bawang putih

kemudian dioleskan ke tubuh pasien dan kemudian dukun tersebut mengusir

burong dengan ilmu yang dimilikinya, terkadang penyakit ini bisa terjadi

berulang-ulang jika tidak diberi penangkal di tubuh pasien.37

5. Teukenong

Penyakit ini harus disembuhakan oleh orang yang memiliki ilmu

supranatural yang disembuhkan dengan cara dirajah. Bahan yang di gunakan yaitu

air putih dan besi yang sudah dibakar.

6. Seumapa

Untuk mengobati penyakit ini, si penderita akan disembur-sembur dengan

kunyahan sirih yang dipandang pleh masyarakat Aceh memiliki kekuatan untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jika semburan sirih berwarna

37
Safari, Skripsi/Budaya Pengobatan Tradisional (Studi Kasus Pada Masyarakat Alue
Jerejak Kecamatan Babahroet Aceh Barat Daya), (fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh) tahun 2014
26

kekuning-kuningan maka dapat dipastikan pasien tersapa oleh roh halus.38

7. Pungo Bui

Untuk pengobatan penyakit ini diperlukan kulit kerbau putih yang

kemudian dibakar hingga menjadi arang, dan arang tersebut diminum oleh pasien,

kemudian dukun mengurut badan pasien dengan menggunakan telapak kaki mulai

dari kepala sampai ujung kaki, biasanya cara ini disuruh oleh keluarga pasien.

8. Peunyaket basoe

Penyakit diobati dengan cara pasien mula-mula dirajah dan diurut di

bagian badan yang terkena Basoe (lumpuh), adapun pengobatan penyakit ini

dilakukan pada pagi hari saat matahari terbit, Adapun bahan-bahan yang

diperlukan adalah:

a. Kerik buah pala, giling cabe 24 biji, kencur sepanjang jari telunjuk dan

tipakan hingga halus, kembang cengkeh 24 biji kemudian campurkan

semua bahan di bentuk seperti pil kemudian ditelan.

b. Bersihkan dan rendam akar bilaran dan kemudian minum airnya.

38
Snouck Hurgronje, “Aceh di Mata Kolonialis” (Jakarta: Yayasan Soko Guru 1985) hal-463
BAB IV

PENGOBATAN TRADISIONAL TABIB ABU BUKHARI DI GAMPONG


ATEUK KEMUKIMAN LAMTEUBA KECAMATAN SEULIMEUM
ACEH BESAR

A. Gambaran Umum Pengobatan Tradisional dan Medis di Gampong


Ateuk

Di Gampong Ateuk terdapat banyak sekali dukun pengobatan yang bisa

mengobati penyakit menurut profesi masing-masing. Dilihat dari aspek pelayanan

kesehatan masyarakat, di tempat ini terdapat beberapa fasilitas kesehatan yang

berupa satu puskesmas, dan delapan poskesdes yang berada di setiap gampong,

tujuannya untuk membantu masyarakat berobat secara gratis, selain fasilitas

kesehatan seperti itu di kemukiman ini juga berkembang beberapa tempat

pengobatan tradisional seperti tukang urut, tukang sumboe, meurajah dan lain-

lain. Di gampong Ateuk sendiri terdapat beberapa orang yang berprofesi sebagai

dukun yang bisa menyembuhkan penyakit sesuai keahliannya seperti:

1. Sumboe, metode pengobatannya dengan mengunyah daun sirih kemudian

air kunyahan sirih tersebut dioleskan pada bagian yang akan diobati,

pengobatan ini dilakukan pada orang yang mengalami sakit perut, glang

tunggai (usus buntu)

2. kapur sirih, metode pengobatannya yaitu air kapur tersebut diencerkan

dengan air atau liur kemudian dioleskan pada bagian yang sakit,

pengobatan ini dilakukan pada orang sakit putroe candeng yang biasanya

penyakit itu berada di telinga bagian belakang 39

39
Hasil Wawancara dengan Nurmi, Ibu Rumah Tangga 12 juni 2021, Pkl 09.30 WIB

27
28

3. Jari telunjuk, ada tabib khusus secara turun temurun mempunyai keahlian

mengobati orang sakit dengan menggunakan jari telunjuk contohnya

mengobati orang yang terkena jelatang gajah sejenis tumbuhan yang lebar

bila terkena kulit manusia gatalnya sangat menyengat sampai ke tulang-

tulangnya. Pengobatan ini hanya meletakkan jari telunjuk pada pasien

yang terkena jelatang gajah tersebut.40

4. Ie babah (air liur), metode pengobatan ini biasanya dilakukan pada orang-

orang yang sakit telinga atau tumbuh biktik-bintik merah di telinga bagian

dalam atau masyarakat Gampong Ateuk menyebutnya dengan sebutan

mimba. 41

B. Jenis Penyakit Dan Metode Pengobatan Tabib Abu Bukhari

1. Jenis Penyakit

Tabib Abu Bukhari memiliki keahlian dalam menyembuhkan orang yang

sakit, selagi penyakit dan kesembuhan diyakini datangnya dari Allah Swt, ia

hanya sebagai perantara, Adapun jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan

oleh Abu Bukhari adalah: 42

a. Patah Tulang

Patah tulang/terkilir adalah penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan

seperti kecelakaan di jalan raya, jatuh dari pohon dan lain-lain.

40
Hasil Wawancara dengan Basyariah, Ibu Rumah Tangga, 15 Juni 2021, Pkl 11.15 WIB
41
Hasil Wawancara dengan Ummi Kalsum, Ibu Rumah Tangga, 10 Juni 2021, Pkl 14.30
WIB
42
Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, Gampong Ateuk 10 juni 2021, Pkl 11.30 WIB
29

b. Guna-guna/peukenong

Guna-guna atau peukenong adalah penyakit yang sangat banyak dijumpai

di daerah-daerah pelosok terutama di Lamteuba Penyebab utamanya adalah

dendam pribadi atau sakit hati yang menyebabkan orang diguna-guna.

c. Reuhat

Reuhat adalah penyakit kulit yang bersifat gatal, biasanya penyakit ini

terletak di bagian tulang punggung dan belakang leher. Biasanya penyakit ini

diletakkan oleh orang-orang yang benci terhadap seseorang dan proses

peletakannya bisa melalui perlengkapan yang digunakan sehari-hari seperti

sendal, pakaian dan lain-lain.

d. Semburan Makhluk halus/ I pret lee jen

Semburan makhluk halus adalah penyakit yang di sebabkan oleh makhluk

halus tanpa kita sadari di karnakan terganggunya tempat peristirahatan makhluk

halus tersebut. Biasanya penyakit ini berbentuk gelembung seperti cacar air pada

kulit dan kulit tersebut terasa seperti terbakar.

e. Penyakit kejiwaan

Penyakit kejiwaan adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya akal

sehat yang disebabkan oleh trauma berat, stress berat ada juga penyebab yang

disebabkan oleh kehilangan pekerjaan, keadaan rumah tangga yang berantakan,

trauma masa lalu yang menyakitkan seperti pada saat masa konflik Aceh.

2. Metode Pengobatan Tabib Abu Bukhari

Metode pengobatan Tabib Abu Bukhari berbeda dengan Tabib-tabib

lainnya, ia mengobati pasien sambil berbicara dengan pasien dan tanpa disadari ia
30

telah selesai mengobatinya, Adapun metode pengobatan yang dilakukan olehnya

adalah sebagai berikut:

a. Krueng Ubat

Krueng Ubat merupakan salah satu sungai yang terletak di Gampong

Ateuk.43 Menurut masyarakat setempat sungai yang memiliki kandungan obat

hanya mengalir di kawasan tempat tinggal Tabib Abu Bukhari, sungai tersebut

juga dipercaya dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit. Pasien yang

berdatangan dianjurkan untuk mandi disungai tersebut.

Sebelum mandi pasien dianjurkan untuk mengucapkan istigfar atau

membaca “AstagfirullahalAzim” sebanyak 7 kali, guna meminta ampun kepada

Allah, kemudian dilanjutkan dengan berzikir “Subbhanallah Walhamdulillah

Wala Ila Haillallah Allahu Akbar” sebanyak 7 kali dilanjutkan dengan bersalawat

kepada Nabi Muhammad Saw sebanyak 7 kali “Allahummasalli Ala Saidina

Muhammad wa ala Alisaidina Muhammad”. Kemudian pasien dianjurkan untuk

masuk ke dalam krueng ubat tersebut untuk mandi.44

b. Tanoh Itam

Selain krueng ubat, dikawasan tempat tinggalnya juga terdapat tanoh itam

atau ubat itam. Tanoh itam tersebut merupakan tanah yang berwarna hitam yang

memiliki kandungan obat yang terletak di pinggiran krueng Ubat tersebut. Tanoh

itam ini nantinya akan dioleskan oleh pasien ke seluruh badannya guna sntuk

menyembuhkan penyakit yang diderita pasien, selain itu sebagian pasien ada juga

yang memakannya untuk proses penyembuhan. karna tanoh itam tersebut terdapat

43
Hasil Wawancara dengan Saat, Petani 11 juni 2021, Pkl 11.00 WIB
44
Hasil Wawancara dengan Tabib Abu Bukhari, 11 Juni 2021, Pkl11.30 WIB
31

kandungan obat, dengan izin Allah sudah banyak pasien yang sembuh dengan

pengobatan yang dilakukan olehnya. Pasien juga dianjurkan mandi di sungai

tersebut selama 3 hari berturut-turut. Jika pasien tersebut berasal dari luar

Lamteuba ia juga sudah menyiapkan air dan tanoh itam untuk dibawa pulang.

Pasien yang berobat di Tabib Abu Bukhari tidak bisa dipastikan dalam

satu hari mencapai beberapa orang biasanya pasien tersebut berdatangan pada hari

jum’at, dikarnakan Abu Bukhari pada hari tersebut berada di kediamannya

sedangkan hari-hari yang lain ia bisanya di Alue Pu’uek (kebun Abu Bukhari).

Pada hari Jumat para pasien juga ingin melaksanakan shalat Jumat Bersama-sama

di dayah yang ia pimpin, jumlah pasien pada hari tersebut mencapai puluhan

orang, sedangkan di hari yang lain jumlah pasien hanya terdiri dari beberapa

orang yang berasal dari wilayah sekitar.

Adapun penyebab pasien berobat di Tabib Abu Bukhari adalah, mereka

sudah merasakan putus asa terhadap penyakit yang dideritanya yang tidak

kunjung sembuh dan sudah berobat di berbagai tempat, kemudian si pasien

disarankan oleh keluarganya yang berasal dari Gampong Ateuk untuk mencoba

berobat di tempat Abu Bukhari dan setelah mencobanya penyakit yang

dideritanya perlahan-lahan sembuh dan pasien berobat di Abu Bukhari selama

seminggu berturut-turut.45

Faktor yang menyebabkan masyarakat berobat di tempat Tabib Abu

Bukhari adalah mereka yakin dan percaya bahwa ia di beri kelebihan oleh Allah

untuk mengobati masyarakat, dan ia tidak mematok biaya pengobatan, Abu

45
Hasil Wawancara dengan Mahmud Zubir, Wiraswasta, 08 Juni 2021, pkl 15.00 Wib
32

Bukhari hanya menerima dalam bentuk sedekah seikhlas hati dari pasien yang

berobat kepadanya. Tabib Abu Bukhari orangnya juga sangat ramah sehingga

tidak membuat orang yang berobat di tempatnya merasa takut, selain itu

tempatnya juga sangat nyaman jauh dari hingar bingar kebisingan dari suara

kendaraan. 46

Faktor lain adalah dari segi pendidikan dan segi spiritual keagamaan yang

didalaminya, ia memiliki kecerdasan, kejujuran serta keterampilan pada dirinya

yang diperlukan bagi masyarakat sekitar. Ada juga faktor penyakit yang sudah

lama diderita oleh pasien, dari yang menderita penyakit kronis maupun penyakit

biasa baik yang baru menderita maupun yang sudah lama semua dapat berobat di

tempat Abu Bukhari.47 Jumlah pasien yang berobat di tabib Abu Bukhari tidak

bisa diprediksi dalam sehari mencapai beberapa orang, karna biasanya para pasien

berobat di tempatnya pada hari jum’at, dan para pasien menginap di kediaman

Abu Bukhari.

Pada zaman moderen ini sudah banyak terdapat tempat pengobatan, tetapi

masih banyak juga masyarakat yang berdatangan di tempat Abu Bukhari,

menurutnya tidak ada tantangan yang ia hadapi, karna pengobatannya berbeda

dengan tenaga medis dan kebanyakan pasien yang berobat di tempatnya menderita

penyakit-penyakit tradisional bahkan terkadang yang berprofesi sebagai tenaga

kesehatan juga berobat di tempat tersebut.

46
Hasil Wawancara dengan Maryani, Ibu Rumah Tangga, 11 Juni 2021, Pkl 15.30 WIB
47
Hasil Wawancara dengan Nur Hamilah, Ibu Rumah Tangga, 16 Juni 2021, Pkl, 10.00 WIB
33

C. Pandangan Masyarakat Terhadap Pengobatan Tabib Abu Bukhari

Dilihat dari segi pelayanan pengobatan ada beberapa pandangan

masyarakat terhadap Tabib Abu Bukhari diantaranya yaitu:

1. Pandangan Masyarakat Umum Terhadap Pengobatan Tabib Abu

Bukhari

Masyarakat menyambut baik terhadap pengobatan tradisional yang

dilakukan oleh Tabib Abu Bukhari bisa dibuktikan dari banyaknya masyarakat

yang berdatangan ke tempatnya dari berbagai daerah khususnya Aceh.48 Hampir

semua kabupaten/kota yang ada di Aceh itu berdatangan ke tempatnya, ada yang

datang menggunakan mobil pribadi dan ada juga yang menggunakan mobil

terbuka dan ada juga yang menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor.49

Sebagai buktinya di saat pasien-pasien tersebut datang ke tempat Abu

Bukhari mereka biasanya juga minum kopi atau sarapan pagi di kedai-kedai yang

berada di Gampong Ateuk, masyarakat Gampong Ateuk bersosialisasi dengan

mereka biasanya menanyakan dari mana asal mereka disitulah masyarakat tau

bahwa yang datang itu berasal dari beberapa kabupaten atau kota yang ada di

Aceh, bahkan ada juga pasien yang datang dari negara tetangga seperti Malaysia

khusus berobat di tempat beliau.50

48
Hasil Wawancara dengan Ramazi, Petani, 14 juni 2021, Pkl .11.00 WIB
49
Hasil Wawancara dengan Hasan Basri, Sekdes Gampong Ateuk, 09 juni 2021, 20.30 WIB
50
Hasil Wawancara dengan Muhammad Jamin, Tokoh Masyarakat Gampong Ateuk, 12
juni 2021, Pkl 15.00 WIB
34

2. Pandangan Pasien Sekitar Terhadap Pengobatan Tabib Abu Bukhari

Tabib Abu Bukhari merupakan orang yang ahli dalam mengobati beberapa

macam penyakit. Berdasarkan beberapa narasumber menyatakan bahwasanya

banyak pasien yang berobat di Tabib Abu Bukhari baik dari masyarakat Gampong

Ateuk itu sendiri maupun yang berasal dari luar. Menurut pandangan pasien

sekitar yang berobat di Tabib Abu Bukhari mereka percaya bahwa setiap penyakit

pasti ada obatnya dan Abu Bukhari diberi kelebihan untuk mengobati orang yang

sakit.51

Mereka mengatakan banyak perubahan ketika berobat di tabib Abu

Bukhari, beberapa pasien juga berpendapat sangat banyak khasiat yang

didapatkan pada tanoh itam tersebut. Mereka sering mengambil tanoh itam untuk

dibawa pulang kerumahnya untuk jaga-jaga apabila mengalami suatu penyakit

seperti sakit gigi dan lain-lain.52 Banyak pasien yang berasal dari Gampong Ateuk

saat badannya merasa kurang sehat mereka menyakini untuk mandi di krueng

ubat, hal ini sudah menjadi kebisaan bagi masyarakat Gampong Ateuk. bahkan

ketika mereka mengalami sakit gigi, mereka berobat di Tabib Abu Bukhari dan

mengambil sedikit tanoh itam lalu dimasukkan ke dalam mulut dan tidak lama

kemudian sakit gigi tersebut akan sembuh.53

3. Pandangan Pasien Luar Terhadap Pengobatan Tabib Abu Bukhari

Pandangan pasien luar dan pasien sekitar tidak jauh berbeda terhadap

pengobatan Abu Bukhari, mereka sama-sama mengakui tentang kehebatan

51
Hasil Wawancara dengan Muzakir, Petani. 05 juni 2021 pkl 16.00 WIB
52
Hasil Wawancara dengan Sakdiah, Ibu Rumah Tanngga, 13 juni 2021, Pkl 13.00 WIB
53
Hasil Wawancara dengan Tarmizi, Petani, 13 juni 2021, Pkl 13.30 WIB
35

keahlian pengobatan yang dimiliki oleh Abu Bukhari, sudah banyak pasien yang

sembuh dengan izin Allah melalui pengobatannya, mereka mengatakan banyak

sekali khasiat dari Krueng ubat dan tanoh itam tersebut. 54

Menurut beberapa narasumber pengobatan yang dilakukan oleh Tabib Abu

Bukhari tidak mengandung unsur santet melainkan dengan cara alami, bahan yang

digunakan berasal dari alam seperti tanoh itam jadi pengobatan yang dilakukan

olehnya bisa diterima dilogika manusia. pasien sangat yakin dengan pengobatan

yang dilakukan olehnya, para pasien sudah berikhtiar ke beberapa tempat dan

tidak ada perubahan dan mencoba berikhtiar di tempat Tabib Abu Bukhari dan

dengan izin Allah SWT sudah banyak yang sembuh. 55

Narasumber lain mengatakan bahwa pengobatan Tabib Abu Bukhari

memiliki ciri khas tersendiri, sebelumnya para pasien sudah berobat di berbagai

tempat namun belum ada yang tepat, setelah mencoba berikhtiar di tempat Abu

Bukhari dengan izin Allah penyakit yang diderita oleh mereka semakin hari

semakin membaik.56 Abu Bukhari juga menyambut baik pasien yang berobat di

tempatnya, ia juga menyiapkan tempat tinggal untuk para pasien bermalam

bahkan sampai saat ini sudah banyak pasien yang menetap di tempat Tabib Abu

Bukhari.57

54
Hasil Wawancara dengan Ainal Mardiah, IRT, Aceh Besar, 30 juni 2021, Pukul 10.00
WIB
55
Hasil Wawancara dengan Bintussyati’, Wiraswasta, Lamgugob, 29 juni 2021, 12.00 WIB
56
Hasil Wawancara dengan Adam Malik, wiraswasta, Grot Baro 04 juli 2021, pkl 15.00 WIB
57
Hasil Wawancara dengan Nur Laili, PNS, Ilie 03 Juli 2021, Pkl 10.00 WIB
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bab ini merupakan bab penutup yang menjelaskan tentang kesimpulan

penelitian tentang Pengobatan Tradisional Tabib Abu Bukhari di Gampong Ateuk

Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh Besar. Dalam bab ini penulis juga

mengajukan beberapa saran yang berhubungan dengan masalah yang sudah

peneliti teliti. Berdasarkan apa yang telah peneliti paparkan dan analisis pada bab-

bab yang telah peneliti tulis terdahulu, maka beberapa hasil temuan dapat di tarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama Abu Bukhari memiliki kelebihan dalam menyembuhkan berbagai

macam penyakit seperti patah tulang, penyakit kejiwaan, i pret le jen, teukenong

dan reuhat.

Kedua metode pengobatan Abu Bukhari adalah menggunakan zikir-zikir,

salawat dan beristigfar serta menganjurkan pasien untuk mandi di krueng ubat

yang terletak di sekitar rumahnya dan menggosokkan tanoh itam ke seluruh

tubuh, sebelum mandi pasien dianjurkan untuk berzikir sebanyak 7 kali,

beristigfar sebanyak 7 kali dan bersalawat kepada nabi sebanyak 7 kali, kemudian

langsung melakukan pemandian.

Ketiga pandangan masyarakat umum terhadap Tabib Abu Bukhari,

masyarakat menyambut baik terhadap pengobatannya karna sudah banyak yang

berobat di tempatnya baik itu masyarakat asli Gampong Ateuk, masyarakat sekitar

maupun masyarakat luar, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pasien yang berlalu

36
37

lalang di sekitar rumahnya, ada yang pergi menggunakan becak, motor, mobil

pribadi maupun transportasi lainnya.

Selain pandangan Masyarakat umum, ada juga beberapa pandangan lain

terhadap Tabib Abu Bukhari yaitu pandangan pasien sekitar dan pasien luar.

mereka mengatakan setiap penyakit pasti ada obatnya dan Abu Bukhari diberikan

kelebihan oleh Allah dalam mengobati orang yang sakit, dan sudah banyak

masyarakat yang sembuh berkat pengobatan yang dilakukan olehnya. selain itu

biaya pengobatannya juga terjangkau, Abu Bukhari tidak mematok berapa harga

yang harus dibayar oleh pasien, pasien bisa membayarnya dengan seikhlasnya

saja.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah peneliti paparkan di atas,

peneliti ingin mengemukakan beberapa hal dari penulisan karya ilmiah ini yang

khusus membahas mengenai Pengobatan Tradisional Tabib Abu Bukhari. Penulis

berharap budaya pengobatan tradisional tidak dihilangkan dalam kehidupan

masyarakat di kemukiman Lamteuba khususnya Gampong Ateuk, Dengan adanya

penulisan ini penulis berharap dapat memicu penelitian-penelitian selanjutnya

yang lebih baik, penulis juga berharap adanya kritikan dan saran dari pihak

pembaca maupun pihak akademik dikarnakan penulisan ini masih sangat jauh dari

kata sempurna baik dari segi penelitian maupun segi penulisan.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Rahmadi. Kitab Pedoman Pengobatan Nabi. Jakarta: Wahyu Qolbu 2019
Albi Anggito. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV Jejak 2018
A Musri Yusuf. Metodologi Penelitian Kualitatif. Kuantitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana 2017
Azwar Agoes. Antropologi Kesehatan Indonesia: Pengobatan Tradisional.
Jakarta: EGC 1992
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Buku Saku Obat Tradisional Untuk
Memelihara Daya Tahan Tubuh. Jakarta: Mei 2020
Dandy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama 2019
Http://eprint.undip.ac.id/40737/3/004_BAB_III.pdf di Akses Tanggal 29 Juli 2021
https://www.primamedika.com/id/kegiatan-berita-prima-medika/perbedaan-
antara-pengobatan-tradisional-dan-modern di akses pada tanggal 29 Juni 2021
Imam Gunawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
2013
Indiarto. Eksprorasi Metode Pengobatan Tradisional Oleh Para Pengobat
Tradisional di Wilayah Keresidenan Surakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan.
2018
Irwan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Yogyakarta: Grup Penerbit CV
BUDI UTAMA 2016
Junaida. Ritual Rajah Seumapa Pada Masyarakat Gampong Cut Kecamatan
Tangan-tangan. Skripsi Fakultas Usluhuddin 2020
Muhammad Faiz Bin Moh Nazri. Fungsi Ruqyah Syar’iyyah dalam Pengobatan
Penyakit Non Medis. Skripsi Fakultas Dakwah 2018
Muh Fitrah. Dr Lutfiyah. 2017. Metodologi Penelitian. Jawa Barat: CV Jejak.
2017
Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005
Nyoman Khuta Ratna. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2010
Prastiwi. Pengobatan Tradisional (Jamu) dalam Perawatan Kesehatan Ibu Nifas
dan Menyusui di Kabupaten Tegal. Jurnal Siklus 2018
Rahman. Sosiologi Informasi Pengobatan Tradisional Religius Kajian di

38
39

Masyarakat Jawa Barat. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 2018


Safari. Budaya Pengobatan Tradisional (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Alue
Jerejak Kecamatan Babahrot Aceh Barat Daya) Skripsi: Fakultas Adab
dan Humaniora 2014
Snouck Hurgronje. Aceh Pada Masa Kolonialis. Jakarta: Yayasan Soko Guru
1985
Suhadi. Pola-Pola Pengobatan Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
Umiati. Pola-Pola Pengobatan Tradisional Daerah Jawa Timur. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990
Wahyu Untari. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Indonesia Tara.
2013
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Daftar Informan

1. Nama : Hasan Basri


Umur : 50
Pekerjaan : Sekretaris Desa
Alamat : Gampong Ateuk

2. Nama : Bukhari
Umur :55
Pekerjaan : Tabib
Alamat : Gampong Ateuk

3. Nama : Muhammad Jamin


Umur : 50
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gampong Ateuk

4. Nama : Asmaul Husna


Umur : 70
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Ateuk

5. Nama : Ummi Kalsum


Umur : 65
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Ateuk

6. Nama : Muzakir
Umur : 35
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gampong Ateuk

7. Nama : Nurmi
Umur : 65
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Ateuk

8. Nama : Maryani
Umur : 53
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Ateuk
9. Nama : Nur Halimah
Umur : 25
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Ateuk

10. Nama : Basyariah


Umur : 60
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Lambada

11. Nama : Ramazi


Umur : 51
Pekerjaa ;Petani
Alamat : Gampong Meurah

12. Nama : Saat


Umur : 51
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gampong Lambada

13. Nama : Tarmizi


Umur : 55
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gampong Lambada

14. Nama : Bintussyati’


Umur : 29
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banda Aceh

15. Nama : Adam Malik


Umur : 45
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Aceh Besar

16. Nama : Sakdiah


Umur : 70
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gampong Lambada
17. Nama : Nurlaili
Umur : 55
Pekerjaan : PNS
Alamat : Ule Kareng

18. Nama : Mahmud Zubir


Umur : 50
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Banda Aceh

19. Nama : Ainal Mardiah


Umur : 45
Pekerjaan : IRT
Alamat : Aceh Besar
LampiranV

FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN LAPANGAN

Foto wawancara dengan Tabib Abu Bukhari

Foto wawancara dengan pasien Abu Bukhari

Foto wawancara dengan orang tua Abu Bukhari


Foto wawancara dengan masyarakat

Foto Ubat itam

Foto krueng ubat


Foto wawancara dengan pasien Abu Bukhari

Foto wawancara dengan masyarakat


Lampiran VI

FOTO-FOTO SIDANG
Lampiran VII

Pedoman Wawancara

Pertanyaan untuk Tabib Abu Bukhari

1. Riwayat hidup Abu Bukhari?

2. Apa saja jenis penyakit yang diobati oleh tabib Abu bukhari?

3. Apa saja metode pengobatan tabib abu bukhari?

4. Bagaimana sejarah munculnya pengobatan tabib abu bukhari?

5. Berapa jumlah pasien yang berobat dalam satu hari?

Pertanyaan untuk pasien dan masyarakat

6. Bagaimana pandangan masyarakat umum terhadap pengobatan tabib Abu

Bukhari?

7. Bagaimana pandangan pasien sekitar terhadap pengobatan tabib Abu Bukhari?

8. Bagaimana pandangan pasien luar terhadap pengobatan tabib Abu Bukhari?

9. Faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat berobat di tabib Abu Bukhari?

10. Apa saja tantangan yang harus dihadapi oleh pengobatan tabib Abu Bukhari di

zaman modern?

11. Apa yang membedakan pengobatan tabib Abu Bukhari dengan pengobatan tabib

lainnya?

12. Darimana pasien mengetahui tentang pengobatan Abu Bukhari?

Anda mungkin juga menyukai