Moch. Agus Khoerul Ikhsan-Fu
Moch. Agus Khoerul Ikhsan-Fu
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Moch. Agus Khoerul Ikhsan
NIM: 1112032100031
iv
KATA PENGANTAR
v
3. Prof. Dr. Masri Mansoer, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Segenap jajaran dosen dan guru besar Setudi Agama-agama, Dr. Hamid
Nasuhi, MA, Ismatu Ropi, Ph.D, Dr. Ahmad Ridho, DESA, Pros. Dr. Kautsar
Azhari Noer, Prof. Dr. Ridwan Lubis, MA, Dra. Hermawati, MA, Drs. M.
Nuh Hasan, MA, Dr. Amin Nurdin, MA, Dr. Abdul Muthalib dan Dra. Siti
Nadroh, MA, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
5. Staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Utama Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional, yang telah membantu
menyediakan referensi yang dibutuhkan penulis.
6. Persatuan Warga Sapto Darmo (PERSADA) Kabupaten Pemalang terkhusus
untuk Bapak Rahmat Purwantoro selaku Ketua PERSADA Jawa Tengah, dan
juga kepada Bapak Sarnoto Selaku Ketua PERSADA Kabupaten Pemalang,
serta kepada Saudara Anindita Purwira Nugraha, dan Bapak Susilo, yang
telah memberikan banyak kontribusinya kepada penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir.
7. Keluarga Besarku, Ayahanda tercinta Moch Idris Musthofa, Almarhum
Ibunda tercinta Siti Khotimah yang menjadikan pacuan penulis untuk tidak
patah semangat. Kakak-kakaku Siti Muzaroah, Moch. Subhan, Siti Nurhayati,
Siti Adawiyah, Siti Nikmatun Hasanah, Moch. Agus Syukron Musthofa, Siti
Naela Nathofa Nitof, dan Moch. Agus Hamid Musthofa yang selalu
membantu dan memberi dukungan baik doa maupun materi.
8. Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Keluarga besar Hajah
Tsamrotul Fuaddiyah dan Almarhum Bapak H. Solehudin, serta kepada M.
Sultoni, Nur Etikah, Nur Afidah, Nur hikmawati, dan Nur Azizah Selaku
Keluarga Kedua penulis yang selalu memberikan dukungan baik motifasi,
saran dan Doa.
9. Serta tidak terlewatkan ucapan banyak terima kasih kepada kekasih tercinta
Qurotul Aeni yang sudah 8 Tahun menemani penulis dalam suka maupun
vi
duka. Dan untuk semua Sahabat-sahabatku Ardiansyah, Haris, Eki, Adel,
Heri yang banyak berkontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini, dan
keluarga besar Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang - Jakarta (IMPP-J)
Wildan Dzil Afkar, Nofal Ulinuha, Sinatria Abdul Jabar, Aslakhul Fathi,
Ulya Azmi, dan para senior IMPP-J Zaenun Numan, Agus Syukur, Tamam
Al Khadik, dan Zuhdan Ali yang tiada bosan memberikan semangat dan
menemani hari-hari penulis penuh dengan keceriaan.
10. Teman-teman Setudi Agama-agama angkatan 2012, yang telah memberikan
semngat, kritikan, saran dan motifasi kepada penulis selama menimba ilmu di
Fakultas Ushuluddin.
11. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) Simpati yang telah memberikan
arti pengalaman kerja sama tim di desa kecil Leuweung Kolot Kabupaten
Bogor
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya, Kritik dan saran akan penulis terima dengan lapang dada.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................iii
ABSTRAK.........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
BAB I: PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah........................................................................11
C. Tujuan Penelitian..........................................................................12
D. Manfaat Penelitian........................................................................12
E. Tinjauan Pustaka..........................................................................12
F. Metode Penelitian.........................................................................13
G. Sistematika Penulisan...................................................................14
A. Sejarah Kristen.............................................................................15
viii
BAB IV: ANALISIS PERBANDINGAN
Sapta Darma.................................................................................72
Sapta Darma.................................................................................79
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................87
B. Saran.............................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................90
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia ini ada banyak hal yang dapat kita kenal dan ketahui,
dan hal ini sejalan dengan banyaknya hal yang ingin kita kenal dan ketahui
juga. Ini dibuktikan dengan adanya banyak fakultas dan akademi pada
tenaga dan pikiran. Tanpa itu tidak mungkin kita dapat mendapatkan
pengetahuan-pengetahuan tersebut.1
Tuhan sebagai bagian dari misteri terbesar dalam kehidupan manusia yang
tidak dan belum terpecahkan dari dulu hingga sampai saat ini. Hampir semua
umat manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam raya ini.
banyak Tuhan), bintang adalah Tuhan (Dewa), Venus adalah Tuhan (Dewa
1
Harun Hadiwijono, Firman Hidup: Seri 6 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), h. 12.
2
Iwan Taunuzi, Monoteisme Kriten dalam Perdebatan: Mengurai Doktrin Ketuhanan
menurut Jamaat Allah Global Indonesia (JAGI) Semarang (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama,2009), h. 2-3.
1
2
mengenai tuhan yang bahkan sampai saat ini masih belum dianggap selesai
bukanlah dalam masalah yang bersifat cabang, melainkan dalam hal-hal yang
bersifat fundamental, yaitu tuhan. lain halnya dengan Islam yang kebanyakan
Dalam Kristen kita kenal ada yang disebut dengan Trinitas atau
Tritunggal. Ini juga termasuk ajaran gereja Roma Katolik sebagaimana yang
tercantum dalam Kredo Iman Rasuli, yaitu Tritunggal yang terdiri dari Allah
Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus. Ketiga-tiganya adalah pribadi Allah dan
sempurna, Maha tahu, Maha kuasa dan kekal. Oleh karena itu ketiga-tiganya
disembah dengan cara yang sama. Sekalipun terdiri dari tiga pribadi, namun
satu kehidupan Illahi, sehingga disebut dengan Tritunggal yang Maha kudus.
manusia dapat mengetahui bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi itu adalah
3
Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa ketiganya memiliki pribadi masing-
masing, bukan satu pribadi yang sama.
3
Kristen pada umumnya bersyukur kepada Allah Tritunggal karena Allah Bapa
adalah Pencipta segala sesuatu, Allah Putera adalah Sang Penebus dosa
untuk membaptiskan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.
Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus” (2 Kor. 13:13),
yang secara lebih luas lagi disebutkan dalam 1 Kor. 12:4-6; Ep.4:4-6; 1 Ptr.
Secara tidak langsung ada banyak juga ayat di dalam Perjanjian Baru
Tuhan Yesus kita telah mendengar perkataan malaikat, bahwa anak Maria itu
disebut Anak Allah Yang Maha tinggi, serta bahwa Roh Kudus akan turun
atas Maria, serta kuasa Allah Yang Maha tinggi akan menaunginya (Luk.
1:32,35). Pada waktu Tuhan Yesus dibaptis, kita membaca bahwa Roh Allah
turun ke atas-Nya seperti burung merpati, dan bahwa Tuhan Allah berfirman:
“Inilah Anak yang Kukasihi” (Mat. 3:16,17; Mrk. 1:10,11; Luk. 3:22).
Sanhedrin bahwa Ia adalah Anak Allah (Mat. 27:43; Mrk. 14:61). Di hadapan
orang Yahudi Ia menyebut Tuhan Allah Bapanya (Yoh. 5:19, 23-26; 10-30),
Dunia
4
sedang orang lain menyebut Dia Anak Allah (Mat. 4:3,6 oleh Iblis; Mrk.
3:11; 5:7; oleh Petrus di Mat. 16:16,17). Mengenai Roh Kudus disebutkan
bahwa Allah Yesus akan mengutus Roh-Nya dari pada Bapa (Yoh. 15:26;
menjadi sebab segala sesuatu yang ada. Dengan perantara Logos atau Firman,
Tuhan Allah, yang Roh adanya, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini
berdiri sendiri sebagai suatu zat yang memiliki kesadaran illahi dan asas-asas
dari Allah. Karena kekuasaan kehendak Illahi ia terus menerus dilahirkan dari
Zat Illahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan Allah. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa Ia satu dengan Allah. Akan tetapi, sebagai yang keluar dari
Allah Bapa, ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama
dari perpindahan dari “Yang Esa” kepada “Yang Banyak”, atau pangkat
Aktivitas Logos atau Anak ini juga lebih rendah dibanding dengan
Roh Kudus dianggapnya juga sebagai Zat yang ada pada Allah, yaitu
pangkat ketiga di dalam Zat Allah itu. Roh Kudus ini adanya karena Anak.
Bidang kerja-Nya juga lebih sempit dibanding dengan bidang kerja Anak.
5
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), h. 103.
5
Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu, sedang Roh Kudus adalah asas
antara Bapa, Anak dan Roh Kudus dipertahankan, dan keesaan atau
kesatuannya ditiadakan.6
Di samping itu ada pula ayat yang justru memperkuat paham Allah
Esa: “Inilah hidup yang kekal itu, bahwa mereka mengenal Engkau satu-
satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
selama misinya di dunia. Salah satunya tentang dasar iman Kekristenan yang
mengakui bahwa Tuhan itu Esa, “Engkau satu-satunya Allah “dan “Yesus
sebutan Bapa, Anak dan Roh Kudus seolah-olah hanya dipandang sebagai
kesatuan.8
Indonesia. Kepercayaan ini telah lama dihayati oleh nenek moyang kita dan
menjadi ciri utama dari kebudayaan bangsa jauh sebelum agama-agama yang
yang diwadahi dalam sayap kata “Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa.”9
kerohanian, Kejiwaan dan Agama memuat suatu daftar dengan 285 aliran
8
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, h. 104.
berarti bahwa setiap manusia bisa menerima wahyu. Wahyu dalam kebatinan
kebahagiaan sejati.11 Oleh karena itu, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
tuhan merupakan bagian yang paling penting dalam sebuah agama atau
kepercayaan.
Sapta Darma adalah salah satu aliran terbesar yang ada di Indonesia
mendapat
11
Abas Sambas, Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2011), h.
8
Harun Hadiwijono, Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa (Jakarta: Sinar
10
Abas Sambas, Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma (Jakarta: UIN
11
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2011), h.
9
gelar Panutan Agung Sri Gutama, yang dianugerahkan langsung oleh Hyang
Maha Kuasa.
Nama Sapta Darma diambil dari bahasa Jawa; “Sapto” artinya tujuh
dan “Darmo” artinya kewajiban suci. Jadi, Sapta Darma artinya tujuh
tanggal 27 Desember 1952 pukul satu malam. Pada waktu itu dengan
gerak yang sekarang dijadikan pedoman bagi persujudan Sapta Darma sambil
persujudan itu.12
aliran Sapta Darma, segala istilah yang dipergunakan Sapta Darma adalah asli
lain.
Gutomo dengan disertai adanya hujan lebat semalam suntuk. Pada tanggal 19
Agustus 1956, gelar itu diperluas oleh Illahi dengan sebutan Panutan Agung,
sehingga sebutan lengkapnya adalah Panutan Agung Sri Gutomo. Ada suatu
12
Rolly Rahman, Konsepsi Sujud Dalam Ajaran Sapta Darma (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2013), h.
1
Intisari ajaran Sapta Darma seperti yang dijelaskan oleh Sri Pawenang
Dalam Sapta Darma ada cara ibadah wajib satu kali dalam 24 jam
yang dilakukan dengan sujud. Sujud dasar Sapta Darma ini terdiri dari tiga
kali sujud.15 Hasil dari sujud Sapta Darma diantaranya adalah dapat bersatu
dipandang sebagai suatu kombinasi dari roh dan benda. Roh, yaitu jiwa
manusia, berasal daripada Allah. Roh itu adalah sinar cahaya Allah yang
dipandang sebagai sama dengan hawa murni yang ada di sekitar dan di dalam
manusia, yang memberikan hidup kepada manusia. Roh ini juga disebut Yang
Maha Suci dan Roh Suci, yang dapat berhubungan dengan Allah yang Maha
Kuasa.17
bahwa manusia hidup karena diberi hidup oleh Hyang Maha Kuasa berupa
sinar cahaya Hyang Maha Kuasa yang menjadi getaran-getaran yang meliputi
pribadi manusia. Segala sesuatu yang hidup diberi sinar ini dan tidak
memakai perantara siapa pun. Panuntun Agung Sri Gutama hanyalah sebuah
13
Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), h. 28-29.
14
Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan Jawa
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 233.
15
Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan.(Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 75.
16
Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan, h. 77.
17
Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h.
1
petunjuk jalan saja. Dalam ajaran Sapta Darma diyakini bahwa Tuhan adalah
Zat yang mutlak pangkal segala sesuatu, serta pencipta segala yang ada.18
Tiap makhluk yang hidup diberi hidup oleh Allah. tetapi ada
perbedaan antara manusia dan makhluk lainnya. Manusia diberi hidup yang
sempurna sedemikian rupa hingga manusia memiliki nafsu, budi dan pikiran.
kepada Allah Yang Maha Kuasa. Makhluk yang lebih rendah daripada
manusia adalah binatang, yang diberi hidup yang kurang sempurna. Hal ini
berarti bahwa binatang hanya diberi nafsu dan budi. Makhluk yang paling
pembicaraan tentang Allah, Sri Pawenang berkata: “Tuhan yang juga kami
sebut Yang Maha Kuasa atau Allah atau Sang Hyang Widi ialah Zat mutlak
yang Tritunggal, pangkal segala sesuatu, serta pencipta segala yang terjadi
Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa (Maha Kuasa) dan Maha Langgeng
(Maha Kekal).”
segala sesuatu, serta pencipta segala yang terjadi. Jika kita mengingat akan
sebutan: Zat yang Mutlak, pangkal segala sesuatu, kita mendapat kesan
19
Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h.
1
bahwa Tuhan adalah Yang Mutlak dalam arti falsafah, artinya bahwa Ia
adalah Zat yang bebas dari pada segala hubungan, nisbah serta sebab-sebab.
Tetapi jika mengingat akan tambahan: pencipta segala yang terjadi, kita
mendapat kesan bahwa Tuhan itu berpribadi, artinya jika “Pendipta” itu
Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wawesa dan Maha
Sifat Tuhan yang Maha Agung diterangkan sebagai sifat Allah yang
melebihi segala makhluk. Tidak ada yang menyemai Tuhan dalam kelurusan
hati-Nya. Maha Rokhim berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam
belas kasih-Nya. Maha Adil berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya
adalah kekal dalam arti mutlak, tidak ada yang menyamai-Nya (tidak ada
B. Rumusan Masalah
20
Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h.
1
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
pelaku dan peneliti yang berkecimpung baik di bidang agama Kristen, Sapta
Selain itu manfaat lain yang ingin dicapai adalah skripsi ini dapat
khususnya, agar dapat lebih menghargai Sapta Darma dan beberapa aliran
E. Tinjauan Pustaka
penulis ambil ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Diantaranya
ada sebuah skripsi yang ditulis oleh dua mahasiswa program studi
yaitu Abas Sambas, yang berjudul “Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta
Darma” dan Rolly Rahman, yang berjudul “Konsepsi Sujud dalam Ajaran
Sapta Darma.”
1
F. Metode Penelitian
permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini serta dapat menyusun skripsi
ini dalam bentuk yang sistematis. Sedangkan analitis digunakan agar dapat
penulis temukan.
G. Sistematika Penulisan
A. Sejarah Kristen
agama Kristen. Ia lahir kurang lebih pada tahun ke-4 SM, tetapi sebagian ada
yang berpendapat antara tahun 7-5 SM. Yesus Kristus berasal dari Nazaret.
rasul. Satu tahun kemudian ia meninggal dunia di kayu salib pada 7 April 30
M. Ketika ia berusia kurang lebih 30-31 tahun, Yesus telah membentuk gereja
dua belas, sebagai tempat ia mendirikan gereja. Dalam Injil Matius (16-18)
disebutkan: “Dan aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di
atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak
baru pada hari Pentakosta, yaitu pada hari kelimapuluh setelah kebangkitan
Yesus Kristus dari kuburnya atau pada hari keempat puluh setelah kenaikan
Yesus, yang kemudian duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Pada hari
15
1
Pentakosta itu, Roh Kudus diyakini turun kepada para Rasul untuk
yang menjadi juru bicaranya. Berkat usaha para rasul tersebut, banyak orang
Merekalah yang disebut dengan jemaat Purba atau jemaat Yerussalem, atau
ada pula yang menyebut mereka dengan jemaat Nazaret. Pada tahun 42 M,
Petrus pindah ke Roma dan menjadi paus pertama. Petrus menjabat sebagai
paus selama 25 tahun dan meninggal dunia pada tahun 67 M. Petrus adalah
orang pertama dalam Gereja dan dianggap sebagai pemimpin jemaat induk di
Yerussalem.1
dengan baik di Roma, di mana Paulus dibawa sebagai tawanan pada tahun 60
penyiaran agama Kristen. Ia berasal dari Tartus di Sisilia, tetapi juga orang
orang Kristen yang hendak ia siksa. Tetapi di depan pintu gerbang kota
1
Mukti Ali (Ed). Agama–agama di Dunia. (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988),
h.342-343.
1
Kristen karena mendapat wahyu dari Tuhan, sekalipun ia bukan murid Yesus
uskup. Ketika berada di Korintus, Paulus mengirim surat ke Roma, dan ada
tetapi di lain pihak gereja yang mapan terkena akibatnya. Kemerosotan moral
pada lapisan pimpinan mulai dari paus sampai raja-raja. Perpecahan pada
jawab mereka, yaitu dengan adanya penjualan surat indulgensia. Hal ini
suatu ordo yang sangat ketat dan keras di bawah pimpinan Johan Van
Surat-surat Paulus kepada Jemaat Roma dan Galatia, dan surat kepada orang-
gereja di Wittenberg. Sejak itu, gereja Roma Katolik menuduh Luther sebagai
misa kudus bagi gereja Katolik di daerah gereja Reformasi. Raja-raja yang
pro Luther (Injili) membuat protes keras secara resmi. Dari tindakan protes
dari Einsedeln. Gerakan Protestan ini sebagai bagian dari reformasi gereja,
kuat dalam perkembangan agama Katolik Romawi, dan Belanda (VOC) yang
dalam dua periode besar, yaitu periode VOC (1595-1799) dan periode
sesudah VOC (1800 hingga sekarang). Pada tahun 1596 Belanda datang ke
Indonesia, dan pada tahun 1602 didirikan VOC. Ambon adalah daerah
4
Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h.
2
pertama yang diduduki oleh VOC, menyusul kemudian Minahasa dan Sangir.
jumlah pemeluk Protestan pada periode ini masih sedikit karena kebijakan
gereja.
Indonesia (PGI).5
5
Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 402-
2
merupakan titik tolak yang penting untuk gerekan oikumenis pada masa ini
dewasa ini, gerakan oikumenis telah mampu menyatukan 200 gereja lebih,
yang kecil, yang kaya maupun yang miskin, dengan perbedaan ajaran dan
6
Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h.
2
Trinitas/Tritunggal, yang terdiri dari Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus.
Oleh karena itu, ketiga-tiganya disembah dengan cara yang sama. Sekalipun
terdiri dari tiga pribadi, namun hanya satu Allah, yang masing-masing
memiliki suatu pengetahuan ilahi, satu kehendak ilahi, satu kehidupan ilahi,
dapat mengetahui bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi karena Yesus Kristus
bersyukur kepada Allah Tritunggal karena Allah Putra telah menebus dosa
skripsi ini, bahwa pemahaman konsep ketuhanan dalam Kristen tidak hanya
Trinitas, tetapi ada juga umat Kristiani yang memercayai bahwa Tuhan
mereka adalah satu, bukan tiga.8 Maksudnya ialah, ada beberapa sekte Kristen
yang tidak mempercayai, bahwa Yesus bukan bagian dari trinitas. Di mana,
Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 362.
7
Yesus hanyalah seorang Nabi dan Rasul, yang di utus oleh Allah untuk
bangsa Israel. Kodrat Yesus terpisah dari kodrat Allah, hal ini yang
orang pada masa lampau.9 Dalam hal ini masih terjadi perdebatan, antara
Kristen yang pro terhadap trinitas dan Kristen yang kontra terhadap trinitas.
sedangkan yang kontra, berpendapat bahwa landasan trinitas tidak ada dalam
Alkitab.
dijabarkan, atau dengan melihat dalam Anak hanya sebagai sekedar mode
Selain itu, ada juga sistem gnostik yang berkembang di abad ke-2 M,
lakukan adalah mencakupkan Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus di
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963),
9
h. 46.
10
Gnostik adalah sebuah aliran (agama) yang meyakini gnosis (pengetahuan) sebagai satu-
satunya jalan keselamatan. Untuk memahami ketuhanan, kaum gnostik mempelajarinya sendiri
tanpa bantuan atau perantara rabbi, pendeta, uskup, imam atau pemimpin agama yang lain.
(https://deuteronomi.wordpress.com/tentang-gnostik/)
2
hanyalah mempunyai satu tubuh maya dalam dunia ini, yang Ia tinggalkan
lagi sebelum penyaliban-Nya. Karena itu bukan Kristus, Anak Allah itu yang
sebagai berikut:
a) Irenaeus
Ireneus menekankan begitu kuat tentang keesaan Allah. Anak dan Roh itu
yang sama dengan kaum apologis dari gereja purba, khususnya Theofilus
dari Antiokhia, ketika ia mengajarkan bahwa Allah sejak dari kekal telah
b) Tertullianus
pribadi ada dalam satu substansi, namun tetaplah hanya ada satu Allah.
substansi, tetapi dalam bentuk; bukan dalam kuasa, tetapi dalam aspek.
berpendapat, oleh karena Allah Bapa itu adalah sempurna dalam kebaikan
Allah telah lebih dulu menciptakan suatu dunia yang terdiri dari makhluk-
11
Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, h. 51-
2
ini sejak semula telah tunduk kepada Allah Bapa. Dengan demikian,
Arius adalah pkeunikan dan transendensi Allah. Anak adalah suatu ciptaan
Anak secara substansial tidak lah ada. Bagi Arius, ini merupakan bidat
terburuk. Namun, Allah itu tidaklah senantiasa sebagai Bapa, ada saatnya
Dia sendirian dan belum merupakan Bapa. Terhadap Anak juga tidak
Bahkan sampai di zaman modern ini pun masih terdapat perbedaan pendapat
13
Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, h. 55-
2
kata “esa”. Di dalam Perjanjian Baru, kata “esa” atau “satu” tidak
menekankan kepada angka satu secara tematik. Kitab Suci Perjanjian Lama
Misalnya, kepada pemuda yang kaya, pemuda yang merasa telah memenuhi
segala hukum Allah, Tuhan Yesus berkata: “Masih tinggal satu hal lagi yang
harus kau lakukan, juallah segala yang kau miliki dan bagi-bagikanlah itu
demikian itu juga dikemukakan Tuhan Yesus kepada Marta, saudara Maria:
perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu, Maria telah memilih bagian yang
terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.” (Luk. 10:41-42). Marta masih
Kristus dan di sekitar Allah, hanya ada satu hal saja yang perlu, yaitu kasih
2
Di dalam Perjanjian Baru, hal ini semua mendapat arti yang jauh
mendalam lagi. Sebab satu-satunya Allah yang benar-benar Allah itu ternyata
tadi, bagi hidup bersama ialah, bahwa orang beriman harus sehati dan sejiwa
Menurut Kitab Suci, percaya bahwa hanya ada Allah satu memang
baik sekali. Tetapi jika hanya berhenti di situ saja, jauh belum mencukupi.
Pengakuan bahwa Allah adalah satu atau esa membawa konsekuensi. Di Yak.
2:19 disebutkan: “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik
! Tetapi setan juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Yang penting
ialah menaati perintah Allah, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati,
mengasihi diri kita sendiri. Lahir dan batin hidup manusia harus
Sejak semula, harus kita pegang teguh, bahwa jika kita mengakui
bermaksud mengakui bahwa ada tiga Allah yang lebih. Demikian juga halnya
sebagai Anak dan sebagai Roh Kudus. Dengan pengakuan itu, kita tidak
Supaya lebih jelas, kita harus mengingat kembali apa yang telah
dan Roh Kudus. Di sini kita akan merangkumkan apa yang telah
Bapa, Anak dan Roh Kudus itu diungkapkan di dalam firman dan karya-
2. Allah disebut Bapa Israel, sebab Dialah yang menciptakan Israel, yang
menyebabkan Israel dapat hidup sebagai bangsa (Ul. 32:6; Yes. 64:8),
dan Dialah yang telah memilih Israel untuk menjadi sekutu-Nya, dan
arti yang sama dengan di dalam Perjanjian Lama. Hanya harus ditambahkan
bahwa Allah menjadi Bapa orang beriman itu karena karya penyelamatan
Perjanjian Baru, penebusan dosa harus melalui Yesus, karena Yesus sendiri,
Akan tetapi kedudukan Allah sebagai Bapa Kristus berbeda sekali dengan
kedudukan Allah sebagai Bapa orang beriman, sebab di antara Allah sebagai
Bapa dan Kristus sebagai Anak Allah ada hubungan yang erat sekali. Di Yoh.
10:30 disebutkan bahwa Kristus dan Bapa adalah satu. Akan tetapi kesatuan
Kristus diterima-Nya dari Allah sebagai Bapa-Nya (Yoh. 14:24) dan yang
diajarkan oleh Bapa kepada-Nya (Yoh. 8:28). Apa yang dikerjakan Kristus
adalah apa yang dikerjakan Allah sebagai Bapa (Yoh. 5:19; 8:28; 10:32;
17:4).
dengan Kristus sebagai Anak-Nya adalah kesatuan dalam firman dan karya-
Nya.
16
Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 199-
3
karena Israel adalah sekutu Allah. Oleh karena itu, Israel sebagai anak
dalam hidupnya. Hal itu hanya dapat dilaksanakan jika Israel menaati
(Yoh. 3:16) atau Anak Allah sendiri (Rm. 8:3). Seperti yang telah
Kristus sebagai Anak erat sekali antara Kristus dan Allah, hubungan yang
begitu erat, sehingga keduanya disebut satu. “Aku dan Bapa adalah satu”
(Yoh. 10:30). Tetapi juga di sini kesatuan itu adalah kesatuan dalam firman
Jika Kristus disebut Anak Allah yang sejati, hal ini disebabkan karena
perintah Allah. Adam gagal, begitu juga dengan Israel. “Makanan-Ku ialah
17
Keterangan tentang Allah sebagai Bapa Kristus diantaranya ada di Yoh. 14:24; 8: 28;
5:19; 10:25,32; 17:4).
3
mati di kayu salib. Di Flp. 2:8 disebutkan bahwa dalam keadaan sebagai
manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan hingga
Ia mati di kayu salib. Sebagai Anak Allah yang sejati, Kristus adalah Sekutu
Allah yang sejati, sebab Dialah yang memenuhi secara sempurna fungsi
berikkut:
sebabnya dalam Yoh. 14:9 Tuhan Yesus dapat berkata: “Barang siapa yang
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Itulah juga sebabnya Tuhan Yesus
disebut bayang-bayang Allah (Kol. 1:14,15), atau zat Allah yang kelihatan
(Ibr. 1:1) atau gambar Allah. Menjadi gambar Allah menurut Alkitab berarti
gambar Allah sama dengan tugas menjadi anak Allah, yaitu menceminkan
18
Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 197-
3
hidup Bapanya. Hal ini hanya dapat terlaksana jika anak menaati kehendak
Bapanya.
karena di dalam karya Tuhan Yesus itu Tuhan Allah sendiri yang datang
berbuat, maka Kristus selain disebut Anak Allah juga disebut Allah, dan
sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa Tuhan Allah adalah Bapa di dalam
berbuat. Di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah sendiri betindak sebagai
“Sekutu Allah.” Jelaslah bahwa di dalam diri Kristus itu Allah sendiri datang
4. Mengenai Roh Kudus telah ditunjukkan bahwa Roh Kudus adalah nafas
Allah atas hidup Ilahi, yang juga dinyatakan di dalam firman dan karya
19
Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), h. 147-
3
Allah yang dinamis. Roh inilah daya pencipta Allah yang menampakkan
diri sebagai daya hidup firman yang menciptakan (Mzm. 33:6). Roh ini
menurut Perjanjian Lama, Roh Allah adalah Allah sendiri sebagai daya
di bidang rohani. Juga di dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus adalah daya
Di Yes. 11:2, disebutkan bahwa Roh Tuhan akan ada pada Mesias
sebagai Hamba Tuhan, yaitu roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan
diri Mesias telah terangkum seluruh umat Allah. Itulah sebabnya karya
Kristus sebagai Anak Allah berlaku bagi umat-Nya, sebab Ia mewakili umat-
Karya Kristus yang dilakukan atas nama Allah Bapa adalah karya
antara karya Kristus sebagai Anak Allah atau sebagai pelaksana karya
20
Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 202-203.
kekuatan Ilahi atau sebagai daya Ilahi. Hubungan itu sedemikian eratnya,
hingga Roh Kudus juga disebut Roh Kristus (1 Ptr. 1:11). Kristus mendatangi
para orang milik-Nya di dalam Roh (Yoh. 14:18; Mat. 28:20). Demikianlah
disebutkan bahwa Tuhan (yaitu Kristus yang telah dimuliakan) adalah Roh,
dan di mana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan. Hal ini cocok juga
Berdasarkan hal itu, maka dapat dikatakan bahwa di dalam Roh Kudus itu
pemeliharaan-Nya.
Nya.
membebaskan umat-Nya.22
22
Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 203-
3
Demikianlah Allah adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam karya-
Allah adalah esa, dalam arti bahwa tiada Allah yang lain kecuali
Tuhan, sebab tiada Allah yang seperti Tuhan, yang karena kasih karunia-Nya
Sifat Tuhan Allah Yang Mahaesa tidak perlu penulis bahas lagi,
panjang lebar.
tersembunyi bagi manusia, sebab Sorga disebut “tinggi sekali” atau “jauh
Sorga menunjukkan pada adanya jarak antara Allah dan manusia, karena
Tuhan Allah adalah tinggi, bukan karena Ia gaib dalam arti taidak
berjasad (berupa Roh, bukan benda), juga bukan karena tabiat ilahi-Nya
23
Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h.
3
jika Israel bersaksi akan ketinggian Allah itu bukan karena ia berspekulasi
tentang Allah, bukan karena Israel berpikir dengan memakai hukum akal,
dengan bentuk kata kerja, “Aku berada dengan berbuat.” Tuhan tidak
Allah jauh lebih tinggi daripada manusia, dan lebih mulia. Di dalam
memiliki segala kekuasaan yang mutlak atas segala kejadian di dunia ini,
3
karya-Nya atas dunia ini. Dan karya itu ditujukan untuk keselamatan
kasih-Nya kepada umat-Nya. Bahkan ini tampak terlihat lebih jelas lagi di
dalam Perjanjian Baru, sebab di dalam Kristus yang Mahatinggi itu sudah
memisahkan. Jika Tuhan Allah disebut kudus, hal ini berarti bahwa Ia
dipisahkan dari segala yang dosa. Oleh karena itu, maka di 1 Sam. 2:2
disebutkan: “Tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang
Harun Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), h.
24
40-41.
3
tinggi dari manusia, serta terpisah dari manusia yang yang berdosa. Tetapi
bahwa Tuhan adalah Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia dan Yang
(Hos. 14:1 dbr). Oleh karena itu Israek dihukum oleh Tuhan.26
Sebab aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-
mengharukan akan kasih Tuhan Allah terhadap Israel. Tuhan tidak akan
dapat membinasakan Israel karena kasih-Nya akan bangsa itu. Kasih ini
Aku ini Allah dan bukan manusia.” Ia adalah Yang Kudus di tengah-
tengah Israel. Sebagai Yang Kudus, Tuhan Allah berlainan sekali jika
sering tidak mengenal kasihan, sering ia hanya terseret oleh nafsunya saja.
Akan tetapi Tuhan Allah bukan manusia, oleh karena itu Tuhan dapat
Nya. Justru karena Tuhan itu kudus Ia akan tetap menjadi Sekutu umat-
Nya, dan akan mencari keselamatan umat-Nya. (Bnd. Yes. 41:14; 43:3;
49:7).
dengan jelas di dalam hal bahwa Yang Kudus itu didosakan (dijadikan
4
dan sampai selama-lamanya. Hal ini terlihat jelas dari Ul. 33:27 yang
Israel. Dan juga dari Kej. 9:16 yang menyebutkan bahwa Tuhan allah
akan mengingat janji-Nya yang kekal (tanpa akhir) antara Allah dan
segala makhluk yang hidup yang ada di bumi. Oleh karena itu di Yes.
44:6 disebutkan bahwa Tuhan Allah adalah yang terdahulu dan yang
terkemudian, dan bahwa tiada Allah lain kecuali Tuhan. Di Why. 1:8 juga
disebutkan bahwa Tuhan adalah Alfa dan Omega, yang ada dan yang
Tuhan Allah. Tuhan Allah kekal tidak berarti bahwa Tuhan Allah sudah
27
Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 42-
4
ada sejak dahulu kala secara statis (tanapa bergerak dan mandeg) seperti
Kehadiran Tuhan yang ada sejak dahulu kala itu adalah kehadiran
Kekekalan Allah itu diungkapkan di dalam Firman dan karya-Nya. Hal ini
jelas terlihat dari Ul. 33:27 tadi, yaitu bahwa dahulu kala Allah adalah
Allahnya.28
juga bahwa Tuhan tidak pernah menjadi lelah dan lesu. Meskipun sudah
sekian abad lamanya Tuhan melindungi Israel, akan tetapi tiada satu
Yang kekal, Yang tidak terbatas oleh waktu, Tuhan hidup selama-
28
Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h.
4
berganti-ganti, tetapi keadaan itu tidak akan dapat mengubah sikap Tuhan
Allah, sebab Tuhan Allah adalah kekal. Ia adalah Yang Mahakudus dari
jelas bahwa Yang kekal, Yang meliputi segala zaman dan waktu di dalam
Tuhan Allah yang kekal itu juga diungkapkan di dalam Diri Tuhan Yesus
baik kemarin, baik hari ini dan selama-lamanya” (Ibr. 13:8; Ibr. 1:10).29
29
Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 43-
BAB III
suami istri Soehardjo dan Soelijah. Ia juga mempunyai adik kandung yang
bernama Jatimah. Ayahnya adalah mantan pegawai kantor pos dan telepon,
Ajaran Sapta Darma. Sapuro, nama kecil Hardjosapoero, sejak usia satu
tahun sudah ditinggalkan oleh orang tuanya. Ia hidup dengan Ibunya yang
bernama Soleijah dan diasuh oleh nenek dan kakeknya yang bernama
Kartodinomo.
lulus pada tahun 1925. Setelah lulus Sekolah Dasar, Sapuro tidak dapat
51
5
hari.1
tukang cukur dan pedagang kecil, jual beli emas berlian. Ia adalah orang yang
suka bekerja keras, sedangkan ibu Sarijem membantu usaha suaminya untuk
Darma, dan wahyu nama Sri Gautama sebagai Panuntun agung ajaran Sapta
Dengan begitu, ia tidak dapat lagi bekerja sebagai tukang cukur dan
Maha Kuasa, yaitu untuk menerima wahyu ajaran Sapta Darma secara
lengkap dan menyebarkannya. Oleh karena itu, sejak 27 Desember 1952 ibu
akhir hayatnya.
1
Abas Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma. (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2011). h. 10-11.
5
1964 pukul 12:10 di Pare keidir Jawa Timur. Tugas dan perjuangan beliau
hari berada di rumahnya dan tidak bekerja seperti biasanya sebagai tukang
cukur, sebab hatinya gelisah, sekalipun tidak ada beban batin maupun pikiran.
di tempat tersebut sidah banyak orang berkumpul, tapi kegelisahan batin yang
sehingga ada keinginan untuk melepaskan diri dari gerakan dan getaran
Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 11-12.
2
tersebut. Namun, ia tidak mampu. Maka, dia pun pasrah dan bersedia untuk
Kuasa
4
Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 13.
5
Ajaran ini diberi nama Sapta Darma karena mengandung tujuh macam
Wewerah Suci yang merupakan kewajiban bagi penganut ajaran Sapta Darma
kewajiban, atau tujuh amal suci. Kamil Kartapradja mengartikan Sapta Darma
yang tidak boleh ditinggalkan oleh para penganutnya, karena hal itu
merupakan pokok dari ajaran Sapta Darma. Jika para penganut ajaran Sapta
Allah
Jadi, definisi agama menurut ajaran Sapta Darma adalah “asal mula
Darma.”5
menurut namanya Sapta Darma adalah nama yang berdiri sendiri dan sama
aliran Sapta Darma didirikan atas dasar sabda yang diterima atas perantara
bersumber pada fatwa Panuntun Agung Sri Gutama, baik secara tertulis
4) Para Tuntunan dapat berdarma sesuai kemampuan dari nafsu, budi dan
pakartinya.
Pada saat itu juga Panuntun Agung berpesan kepada para stafnya
sebagai berikut:
1) Bapak Panuntun Agung Sri Gutama telah mengangkat juru bicara, yaitu
6
Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 23-
5
dibutuhkan.
Adapun intisari dan tujuan ajaran Sapta Darma yang tercantum dalam
1. Sujud
Warga Sapta Darma diwajibkan sujud dalam sehari semalam (24 jam)
sedikitnya sekali. Lebih dari itu lebih baik, dengan pengertian bahwa yang
sewaktu-waktu. Namun, akan lebih baik apabila waktu untuk sujud bersama-
2. Racut
dengan tujuan menyatukan diri dengan Sinar Netral atau Roh Suci bersatu
dengan Sinar Netral. Ini berarti pada waktu racut dapat digunakan
Sejarah Penerimaan Wahyu Wewewrah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri
8
Gutama Edisi Pertama. (Yogyakarta: Sekretariat Tuntunan Agung Kerokhanian Sapta Darma Unit
Penerbitan, 2010), h. 165.
5
Kuasa. Jadi selagi kita masih hidup di dunia, supaya berusaha dapat
menyaksikan dimana dan bagaimana tempat kita kelak bila kembali ke alam
“Manusia harus dapat dan berani mati dalam hidup, supaya dapat
mati sajroning urp kareben weruh rupa lan rasane.” Maksudnya, yang
tetap hidup. Maka, ketika racut kita dapat mengetahui roh kita sendiri naik ke
alam abadi (Surga) menghadap Hyang Maha Kuasa. Namun, roh kita juga
bawah.
Keterangan:
a) Bentuk belah ketupat, bersudut empat buah menunjukkan asal mula manusia,
yaitu:
manusia.
d) Segitiga sama sisi serta berwarna putih dengan tepi kuning emas
e) Segitiga sama sisi yang berwarna putih dengan tepi kuning emas tertutup oleh
lingkaran dan berbentuk tiga segi tiga dan sebangun masing-masing memiliki
manusia memiliki babahan hawa sanga, yaitu mata (2), hidung (2), telinga
dunia berjalan di jalan Tuhan atau berperilaku luhur. Rohani akan kembali ke
g) Lingkaran warna putih yang berada di tengah tertutup oleh gambar Semar,
memiliki lubang yang berjumlah sepuluh, tetapi lubang yang kesepuluh ini
h) Gambar Semar, mengkiaskan budi luhur dan juga Nur Cahaya, maksudnya
warga Sapta Darma supaya berusaha memiliki keluhuran budi seperti Semar.
Meskipun jelek rupanya tetapi luhur budi pekertinya, maka dari itu
b) Wewerah Tujuh
negara
Bangsanya
61Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung
Sri Gutama Edisi Pertama, h. 172-174.
6
7) Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-
c) Sesanti (Semboyan)
“Ing ngendi bae marang sapa bae warga Sapta Darma kudu sumunar
pindha baskara.”, artinya: Kepada warga Sapta Darma di mana saja, harus
Dua Belas yang terdapat di dalam tubuhnya. Saudara Dua Belas mempunyai
hubungan dan sesuai pula dengan proses keberadaan manusia itu sendiri,
bulan lamanya. Hal ini dapat dibuktikan pada adat tata cara upacara temu
cahaya antara bakal suami istri tersebut, yang lamanya tiga bulan. Sedangkan
orang biasa mengatakan bahwa umur manusia dalam kandungan seorang ibu
62Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung
Sri Gutama Edisi Pertama, h. 174-175.
6
5. Tali Rasa
sakit/ lemah urat sarafnya, seperti lumpuh, mati separuh dan sebagainya,
(Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha
Adil), kemudian dirasakan pada ujung jari tangan/ penunggul tangan kanan,
setelah terasa ada getaran, maka simpul-simpul tali rasa pada bagian tubuh
63Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung
Sri Gutama Edisi Pertama, h. 179-181.
6
17 Tropong Kencana
Pada tanggal 12 Juli 1955 setelah para warga Sapta Darma berkumpul
Wewerah Tujuh dan Sesanti. Dalam sujud bersama yang dilanjutkan dengan
ening Bapak Hardjosapoero mendapat perintah dari Allah Hyang Maha Kuasa
budi luhur manusia telah lengkap dan bilamana diajarkan sudah dapat
Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri
13
Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung
14
Tuhan yang juga kami sebut Yang Mahakuasa atau Allah atau Sang
Hyang Widi, ialah Zat mutlak yang Tunggal, pangkal segala sesuatu,
serta pencipta segala yang terjadi. Tuhan mempunyai lima sifat
keagungan mutlak, yaitu: Mahaagung, Maharokhim, Mahaadil,
Mahawawesa (Mahakuasa) dan Mahalanggeng (Mahakekal).
Di sini disebutkan bahwa Allah adalah Zat yang Mutlak, pangkal segala
sesuatu, serta pencipta segala yang terjadi. Jika kita mengingat akan sebutan
Zat yang Mutlak, pangkal segala sesuatu, kita mendapat kesan bahwa Tuhan
adalah Yang Mutlak. Ia adalah Zat yang bebas dari segala hubungan, nisbah
yang terjadi, kita mendapat kesan bahwa Tuhan itu berpribadi, yaitu
Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wawesa dan Maha
Sifat Maha Agung diterangkan sebagai sifat Allah yang melebihi segala
makhluk. Tidak ada yang menyamai Tuhan dalam kelurusan hati-Nya. Maha
Rokhim berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam belas kasih-Nya.
Maha adil berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam keadilan-Nya.
bahwa Tuhan adalah kekal dalam arti yang mutlak, tidak ada yang menyamai-
Semua warga Sapta Darma harus mengakui kewajiban dari yang di bawah ini:
Allah yang maha kuasa itu memiliki sifat keluhuran atau sifat
a. Allah yang maha Agung, artinya tidak ada satu pun yang memiliki sifat
yang sama dengan Allah tersebut. Maka dari itu, manusia harus memiiki
watak berbudi luhur sesama umat seperti apa yang dimiliki sifat oleh Allah
b. Allah yang maha Rokhim, artinya tidak ada yang bisa menyerupai kasih
sayang. Maka dari itu, manusia harus memiliki watak kasih sayang kepada
sesama umat.
c. Allah yang maha Adil, artinya tidak ada yang bisa menyamai keadilan
Allah tersebut. Maka manusia harus memiliki keadilan kepada siapa saja
d. Allah yang maha Wasesa, artinya Allah adalah penguasa alam dan tidak
ada yang menyerupai kekuasaannya. Maka dari itu, kita manusia diberikan
e. Allah yang maha Langgeng, artinya Allah itu memiliki sifat yang abadi
dan tidak ada yang bisa menyamai keabadiannya. Maka dari itu manusia
harus memiliki sifat keabadian rohani dari rohani asal sinar cahaya Allah
dan jasmani asal dari sari-sari bumi. Serta manusia harus belajar supaya
asal mulanya dari sari-sari bumi akan kembali ke asalnya semula, yaitu ke
dengan tuntunan, namun itu ditentukan dalam waktu yang senggang dan
enak.
Keterangan sujud:
1. Sujud pertama mengucapkan Allah maha Agung, Rokhim dan Adil, yang
keluhuran yang maha kuasa. Itu pun diucapkan di dalam hati, tidak hanya
sebagai awalan sujud, namun seluruh warga Sapta Darma mengawali hal
2. Sujud yang kedua mengucapkan yang maha suci sujud kepada yang maha
kuasa, memaknai Roh Suci itu adalah kita sendiri dari asal mula sinar
cahaya Allah yang meliputi seluruh tubuh kita sendiri. Maha kuasa sama
dengan meliputi kesucian yang ada dalam pribadi kita di dalam sujud
kepada yang Maha Kuasa. Yang Maha Kuasa adalah yang menguasai alam
semesta dan isinya termasuk manusia itu sendiri. Jadi, kesimpulannya Roh
Suci kita berserah diri dan kuasanya terhadap yang maha kuasa.
3. Sujud yang ketiga. Kesalahan yang maha suci (kita) meminta ampun
kepada yang maha kuasa, artinya seluruh kesalahan Roh Suci meminta
pengampunan kepada yang Maha kuasa. Setelah Roh Suci sujud, lalu kita
masa lampau. Roh suci bertobat kepada yang Maha Kuasa. Setelah
meminta ampun, lalu bertobat, dan berjanji tidak akan mengulangi dosa-
dosa lagi.17
17
Pawenang. Buku Wewerah Kerokhanian Sapta Darma Jilid 1, h. 29-
6
Perlu diketahui bahwa dalam ajaran Sapta Darma manusia adalah suatu
persekutuan antara sinar cahaya Allah dan sari bumi. Di dalam persekutuan
ditakhlukkan oleh segala nafsunya. Maka dalam ajaran Sapta Darma dikenal
nafusnya dan pengembalian roh itu kepada asalnya. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa manusia harus menjauhkan diri dari segala macam makanan.
Kelepasan manusia terdiri dari kelepasan roh atau jiwa dari kekuasaan
hawa nafsunya agar roh bisa bersatu dengan Tuhannya kembali, supaya sinar
cahaya Allah dapat kembali kepada sumbernya, yaitu Allah sendiri. Jalan
kelepasan bukan terdiri dari menghindarkan diri dari segala makan, sebab
tindakan yang demikian menurut Sapta Darma tidak sesuai dengan kodrat
manusia.
dengan kodratnya. Jika manusia tidak makan, ia akan berbuat sesuatu yang
jahat adalah sumber segala dosa. Maka menurut ajaran Sapta Darma, agar
18
Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 32-
7
jalan sujud. Pada pokoknya, sujud terdiri dari membangkitkan air suci atau
minyak tala atau sari hidup (sperma) serta menaikkannya dari tempatnya yang
tulang belakang. Dengan demikian, maka sinar cahaya Allah atau Nur Cahaya
atau Nur Petak atau Hyang Mahasuci, yaitu hawa bersih dapat bersekutu
dengan Allah.
Buah dari sujudi ialah bahwa manusia dilepaskan dari kekuasaan segala
atau melebihi kodrat (supernatural), yaitu atom berjiwa. Kekuatan ini dapat
roh yang baik maupun yang jahat, serta untuk mengalami mati di dalam hidup
(mati sajroning urip) dengan singkat, karena kelepasan itu manusia mendapat
kesan bahwa Allah oleh Sapta Darma dipandang sebagai suatu Oknum, sebab
kepada Allah dikenakan sifat Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha
Wawesa dan Maha Langgeng. Oleh karena itu, maka mengherankan sekali
Allah itu sendiri. Sebab diterangkan bahwa jiwa manusia, yaitu roh, rasa, Nur
Petak, dan sebagainya, sebagai sinar cahaya Allah, adalah hawa murni, yang
Hawa, bagaimana pun bersih dan murinya adalah benda yang dapat
diukur berat dan volumenya, suatu substansi bendani atau yang berjasad.
Sekalipun sinar berbeda dari sumber sinarnya, seperti halnya matahari lain
dari sinarnya, atau api adalah lain dari sinarnya, akan tetapi keduanya tidak
dapat dipisahkan. Jika sinar cahaya Allah adalah hawa, sekalipun murni
pertanyaan, apakah keterangan Sapta Darma yang mengenai jiwa itu tidak
ANALISIS KOMPARASI
1. Konsep Emanasi
Tuhan.1 Kata emanasi, berasal dari bahasa Inggris emanation yang berarti
emanasi adalah proses terjadinya ujud yang beraneka ragam, baik langsung
atau tidak langsung, bersifat jiwa atau materi, berasal dari ujud yang
menjadi sumber dari segala sesuatu yakni Tuhan, yang menjadi sebab dari
segala yang ada karenanya setiap ujud ini merupakan bagian dari Tuhan.
Emanasi juga berarti: realitas yang keluar dari sumber (Tuhan, seperti
cahaya keluar dari matahari). Dengan beremanasi itu The One tidak
mengalami perubahan, emanasi itu terjadi tidak di dalam ruang dan waktu.
Ruang dan waktu terletak pada tinggkat yang paling bawah dalam proses
emanasi. Ruang dan waktu adalah suatu pengertian tentang dunia benda.
1
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum: dari Metologi sampai
Teosofi. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.460.
72
7
berkembang kepada yang lebih rendah; dari yang tak berakhir kepada yang
berakhir; secara demikian rupa, di mana pengaliran dari yang tak berakhir
pun dari barang yang banyak itu. Dasar daripada yang banyak tidak bisa
yang banyak itu sendiri. Sebaliknya, yang satu itu adalah semuanya berarti
bahwa yang banyak itu adalah padanya. Di dalam yang satu itu yang
banyak itu belum ada, tetapi yang banyak itu akan ada. Sebab di dalamnya
yang banyak itu tidak ada, yang banyak itu datang dari Dia. Oleh karena
Yang satu itu sempurna, tidak mencari apa-apa, tidak memiliki apa-apa,
dan tidak memerlukan apa-apa, maka keluarlah sesuatu dari Dia dan
Yang demikian tadi dikatakan emanasi dari Dia, datang dari Dia. Oleh
bertentangan seperti yang bekerja dan yang dikerjakan, semangat dan benda,
pencipta dan yang diciptakan. Penggerak yang pertama itu tempatnya di luar
sumber segala sesuatu, yaitu Tuhan, yang kemudian muncul dalam realitas
lain dalam sumber itu dengan jalan melimpah. Dunia manusia merupakan
7
emanasi dari jiwa sedangkan jiwa itu emanasi dari Roh (Nous), dan roh itu
emanasi yang pertama dari yang satu (To Hen). Dunia bersatu, karena
dirasuki oleh Jiwa Dunia sebagai emanasi dari Jiwa. Dunia dan manusia
dibedakan, akan tetapi pada dasarnya semuanya dire sapi oleh daya dan
sinar sumbernya, yaitu Yang Satu. Bagi masing¬masing yang ada juga sifat-
Pemunculan kemudian dari yang asal ini merupakan tabiat dari yang
asal sebagaimana munculnya panas dari bara api atau munculnya terang dari
sumber cahaya. Yang asal itu menjadi sebab dan dasar dari segala-galanya,
dan yang kemudian muncul dari yang asal itu dengan sendirinya tanpa
Tuhan Allah pada hakikatnya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui
suatu persekutuan antara sinar cahaya Allah dan sari bumi. Di dalam
Darma dikenal istilah kelepasan. Kelepasan terdiri dari kelepasan roh dari
penindasan nafusnya dan pengembalian roh itu kepada asalnya. Tetapi hal
ini tidak berarti bahwa manusia harus menjauhkan diri dari segala macam
2
http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-emanasi-pengantar.html. Diakses
pada tanggal 15 Mei 2017, pukul 19:01 WIB.
7
makanan. Kelepasan manusia terdiri dari kelepasan roh atau jiwa dari
kekuasaan hawa nafsunya agar roh bisa bersatu dengan Tuhannya kembali,
supaya sinar cahaya Allah dapat kembali kepada sumbernya, yaitu Allah
sendiri.3
Disebutkan bahwa segitiga sama sisi serta berwarna putih dengan tepi
kuning emas dalam lambang Sapta Darma menunjukkan asal tes dumali
Kemudian, salah satu sifat tuhan Allah dalam Sapta Darma adalah
maha Langgeng, artinya Allah memiliki sifat yang abadi dan tidak ada yang
bisa menyamai keabadiannya. Maka dari itu manusia harus memiliki sifat
keabadian rohani dari rohani asal sinar cahaya Allah dan jasmani asal dari
sari-sari bumi. Serta manusia harus belajar supaya memiliki sifat budi yang
luhur.
asal mulanya dari sari-sari bumi akan kembali ke asalnya semula, yaitu ke
Dalam Kristen dikenal doktrin Citra Allah. Citra Allah adalah sebutan
mewujudkan cinta ilahi. Dalam 2 Kor 4:4 dan Kol 1:15, citra Allah yang
utama adalah Kristus. Dalam doktrin Kristen, manusia adalah citra Allah
untuk berkuasa atas semua mahluk sebagai wakil yang mewakilkan sang
Pencipta. Tugas dari manusia sebagai citra Allah selain berkuasa, juga
dan kesucian.
2) Citra Allah yang umum ialah segala sifat manusia yang membedakan
umat manusia. Sejak kejatuhan manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa,
citra Allah menjadi rusak, namun hal citra itu dikembalikan lagi hanya
ajaran ini antara lain Calvin, Bruner, John Baillie, Bavinck, dan Berkouwer.
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
5
A. Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004), h. 23.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Citra_Allah#cite_note-Ensiklopedi-1. Diakses pada tanggal
tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan
kehendak untuk melakukan yang benar (Ef 4:24). Mereka hidup dalam
persekutuan pribadi dengan Allah yang meliputi ketaatan moral (Kej 2:16-
17) dan hubungan yang intim. Ketika Adam dan Hawa berdosa, keserupaan
moral dengan Allah ini tercemar (Kej 6:5). Dalam proses penebusan, orang
percaya harus diperbaharui kepada keserupaan moral itu lagi (Ef 4:22-24;
Kol 3:10).7
kebapaan Allah terhadap umat-Nya. Itu sebabnya dalam Yoh. 14:9 Tuhan
Yesus dapat berkata: “Barang siapa yang telah melihat Aku, ia telah melihat
(Kol. 1:14,15), atau zat Allah yang kelihatan (Ibr. 1:1) atau gambar Allah.
sama dengan tugas menjadi anak Allah, yaitu menceminkan hidup Bapanya.
Hal ini hanya dapat terlaksana jika anak menaati kehendak Bapanya.
7
http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kejadian%201:26-28.Diakses pada tanggal
karena di dalam karya Tuhan Yesus itu Tuhan Allah sendiri yang datang
berbuat, maka Kristus selain disebut Anak Allah juga disebut Allah, dan
berbuat. Di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah sendiri betindak sebagai
2. Pancasila Allah
Sapta Darma menyebutkan bahwa ada lima sifat utama Allah, yaitu
sifat tersebut juga diyakini oleh umat Kristiani melekat pada Tuhannya.
Tuhan mereka dengan pengucapan yang sama, yaitu Allah (dengan “a”
8
Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 147-
7
umat muslim.
a) Konsep Tritunggal
Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Meskipun ada banyak persepsi
dalam arti kata tritunggal di golongan Kristen sendiri, namun tetap yang
banyak dipahami oleh masyrakat atau bahkan umat Kristiani sendiri pada
dibahas di bab awal. Beda halnya dengan Sapta Darma, ia hanya mengenal
ajaran tentang Tuhan yang tunggal saja tanpa ada tambahan keterangan
Tuhan yang juga kami sebut Yang Mahakuasa atau Allah atau Sang Hyang
Widi, ialah Zat mutlak yang Tunggal, pangkal segala sesuatu, serta
Tuhan Allah pada hakikatnya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui
9
Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 24-
8
oleh manusia. Namun, bagi Sapta Darma, Tuhan Allah lebih dipadandang
sebagai Yang Mutlak dalam arti falsafah. Oleh karena itu Tuhan Allah
hanya mewujudkan suatu cita atau ide saja, yang tidak dapat ditembus oleh
akal manusia.
tersebut kita mendapat kesan bahwa segala sifat positif itu dikenakan
pangkat emanasi Allah yang yang lebih rendah seperti halnya dengan para
Brahman dan Apara Brahman di dalam agama Hindu. Oleh karena itu,
Tuhan Allah dalam hakikat-Nya yang sebenarnya tidak dapat dikenal oleh
Mutlak itu. Penguraian tentang Tuhan Allah dalam hakikatnya yang tidak
sekali dengan cara Sapta Darma. Harus diakui bahwa Injil juga
menekankan bahwa Tuhan Allah tidak dapat dihampiri, dan bahwa tidak
seorang pun pernah melihat Dia, karena manusia memang tidak dapat
melihat Dia (1 Tim. 6:16). Akan tetapi penguraian Allah Kristen tidak
Allah yang esa, hal itu tidak diartikan secara matematis, tetapi keesaan itu
yang lain itu bukanlah Allah. Itulah sebabnya juga bahwa para penulis
Tuhan Allah adalah esa, dan di lain pihak memperkenalkan Allah sebagai
Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebab pengertian Bapa, Anak dan Roh Kudus
oleh para penulis Alkitab tidak diartikan secara falsafah, tidak diartikan
secara ontologis. Allah diakui sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus
Alkitab berlainan sekali dari yang diajarkan oleh Sapta Darma. Dengan
Roh Suci (ajaran Sapta Darma), baik Ia dipandang sebagai pletikan Allah
karena suasana yang gelap dan sempit di dalam tubuh itu, Yang Mutlak
tidak dapt menikmati hidup. Ia merasa tidak enak karena ada banyak
yaitu di dalam Firman yang menjadi daging atau menjadi manusia (Yoh,
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, telah
sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia itu Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
gambar Allah yang sejati, yang dapat memantulkan hidup ilahi di dalam
hidup-Nya. Di dalam Dia itulah gambar Allah yang rusak pada manusia
dapat diperbaharui.
daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa (Rm.
8:3). Di dalam daging ituah Kristus memantulkan hidup ilahi dengan cara
daging atau menjadi manusia jika ditinjau lebih dalam itu berlainan
dengan ajaran Sapta Darma perihal cahaya Allah. Anak Allah dalam hidup
di dalam keadaan manusia itu mati bagi dosa, sekali untuk selamanya,
manusia.11
d) Kelepasan Manusia
dapat bersekutu dengan Tuhan. Jalan yang harus ditempuh manusia adalah
dalam. Akunya yang rendah harus diselamkan dari bagian hidupnya yang
sadar ke dalam bagian hidupnya yang tidak sadar, yang tidak dapat
dengan intisari hidupnya dan bersekutu dengan Yang Mutlak, Yang Suci,
dan Kosong. Di situ akan terjadi peleburan kawula Gusti, peleburan hamba
ttidak mengajarkan adanya dua macam aku, yaitu aku yang rendah dan aku
yang tinggi.
Kristen mengajarkan bahwa jalan yang demikian itu tidak ada. Manusia
pihak manusia, iman adalah alat untuk menerima keselamatan dari Allah,
tetapi dilihat dari pihak Allah iman adalah pemberian anugerah Tuhan
Allah.
Ciri khas iman ialah, bahwa mata orang bukan harus diarahkan ke
dalam, melainkan ke luar. Dengan iman orang bukan harus menyelam dari
kepada hal-hal yang lain, maka orang akan jatuh ke dalam dosa.
persekutuan ini bukan peleburan hamba dan Tuhan, di mana tiada lagi
8
manusia tetap manusia, yaitu makhluk, dan Tuhan tetap Tuhan, yang
Hal ini tidak berarti bahwa orang beriman di dalam dunia ini sudah
kemuliaan para anak Allah itu baru akan dinyatakan kelak pada akhir
zaman, yaitu jika Tuhan Yesus datang kembali untuk menghakimi orang
yang hidup dan yang mati (Rm. 8:18-23). Oleh karena itu, perjalanan
orang beriman sekarang ini baru dengan iman, bukan dengan penglihatan
(2 Kor. 5:7). Sekarang ini orang beriman baru melihat dalam cermin
pada akhir zaman adalah lanjutan dari apa yang sekarang sudah
dengan Allah yang secara sempurna, yang kelak akan dianugerahkan itu,
bukan peleburan hamba dan Tuhan. Juga di situ masih ada perbedaan
antara yang menyembah dan yang disembah. Sbeba Tuhan adalah Tuhan,
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sapta Darma mempercayai konsep Tuhan yang satu, maka Kristen ada
lain), yaitu perihal sifat-sifat utama (baik) Tuhan yang ada di dalam Sapta
yang dimaksud Mahaagung disini adalah tidak ada satu pun yang memiliki
sifat yang sama dengan Allah tersebut. Maka dari itu, manusia harus memiiki
watak berbudi luhur sesama umat seperti apa yang dimiliki sifat oleh Allah
yang bisa menyerupai kasih sayang. Maka dari itu, manusia harus memiliki
watak kasih sayang kepada sesama umat. Mahaadil, yang dimaksud Mahaadil
disini adalah tidak ada yang bisa menyamai keadilan Allah tersebut. Maka
manusia harus memiliki keadilan kepada siapa saja dan tidak boleh
Maka dari itu, kita manusia diberikan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan
87
8
Mahalanggeng disini adalah Allah itu memiliki sifat yang abadi dan tidak ada
yang bisa menyamai keabadiannya. Maka dari itu manusia harus memiliki
sifat keabadian rohani dari rohani asal sinar cahaya Allah dan jasmani asal
dari sari-sari bumi. Serta manusia harus belajar supaya memiliki sifat budi
tersebut. Selain itu, juga baik Kristen maupun Sapta Darma, keduanya sama-
sama menyebut Tuhan mereka dengan pengucapan yang sama, yaitu Allah
bahwa konsep emanasi, alam ini, khususnya manusia adalah bagian dari
Tuhan menurut konsep Kristen dan Sapta darma keduanya adalah suatu
tindakan dari Tuhan itu sendiri, dimana dalam Sapta Darma dan Kristen
B. Saran
Harus diakui bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, terutama
dalam pemilihan temanya yang kurang menarik bagi masyarakat luas. Penulis
menyarankan untuk siapa saja yang membaca skripsi ini agar dapat melihat
kekurangan skripsi ini untuk selanjutnya dilengkapi dengan skripsi atau karya
tulis lainnya, sehingga dapat menjadi rujukan bagi pembaca lainnya yang
lanjutan berkaitan dengan skripsi ini adalah ambil materi unik dan menarik
8
Racut. Ini sangat menarik, karena seolah-olah kita diajak untuk dapat
merasakan kematian dan bertemu Tuhan dalam kondisi hidup. Ini akan
menjadi materi yang segar dan lebih inspiratif dari skripsi ini.
Abdul Hakim, Atang dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum: dari Metologi
sampai Teosofi. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Ali, Mukti (Ed). Agama –agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1988.
Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Al-Mizan, 2009.
Al-Maliki, Ahmad Ibn Muhammad Al-Showi. Hasyiyah al-Allamah Al-Showi 'ala
Tafsir Al-Jalalain Juz I. Jeddah: Al-Haramain, t.t.
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Hadiwijono, Harun. Apa dan Siapa Tuhan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1974.
. Firman Hidup: Seri 6. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971.
. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
. Inilah Sahadatku. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.
. Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa. Jakarta:
Sinar Harapan, 1983
. Kebatinan dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
. Kebatinan dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1980.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika, 2012.
Heuken, SJ. A. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004.
Djam’annuri. “Agama Kristen” dalam Mukti Ali (ed). Agama-agama di Dunia
Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.
Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen.Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1963.
Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah Analisa Perbandingan.
Jakarta: UI-Press, 2010.
Pawenang, Sri. Buku Wewerah KerokhanianSapta Darma Jilid 1. Yogyakarta:
Sekretariat tuntunan Agung Unit Penerbitan Surokarsan, 1968.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid
1.Jakarta: Rabbani Press, 2011.
90
91
Situr Internet:
http://alkitab.sabda.org
https://id.wikipedia.org
https://mahbubrisad.wordpress.com
https://deuteronomi.wordpress.com/tentang-gnostik/
http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-emanasi-pengantar.html
Software:
Kamus 2.04