Anda di halaman 1dari 11

PERSOALAN AQIDAH PADA MASA KHALIFAH ABU

BAKAR ASH SHIDDIQ


Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Afif, M.A.

DISUSUN OLEH :
Nabila Firliya Zahra – 221310005
AFI 3 A

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASA
NUDDIN BANTEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Saya panjatkan Puji syukur kehadirat Alla


h SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya sehingga makalah saya yang berju
dul “Persoalan Aqidah Pada Masa Khalifah Abu Bakar” dapat selesai tepat waktu dan bai
k.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah “Sejarah dan Aliran
Pemikiran Kalam” dengan dosen pengampu Bapak Dr. Muhammad Afif, M.A. Selain itu, p
enyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca.

Saya memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam persiapan dan penulisan. Oleh kare
na itu, saya sebagai penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang mungkin pembaca tem
ukan dalam makalah ini. semoga makalah yang saya buat kedepannya bisa jauh lebih baik & l
engkap, terima kasih.

Serang, 06 September 2023

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
2.1. Persoalan Aqidah Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq..............................................2
BAB III......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Perkembangan islam pada masa Rasulullah dan sahabat adalah masa keemas

an, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurniaan islam dengan adanya Rasulullah saw

Pada saat Rasulullah wafat terjadi perdebatan diantara kaum yang satu dengan yan

g lain. Pada saat itu para umat islam kebingungan untuk mencari pemimpin pengga

nti Rasulullah. Karena sampai akhir hayat Rasulullah, beliau tidak pernah mengumu

mkan atau memberitahukan siapa yang akan menggantikan beliau.

Setelah wafatnya Rasulullah tersebut maka zaman berganti kepada zaman pa

ra sahabat, atau lebih dikenal dengan khalifaur rasyidin. Khalifah yang pertama kali

menjabat adalah Abu Bakar, atau lebih dikenal dengan Abu Bakar As-Shiddiq.

Abu Bakar juga termasuk dalam Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yan

g pertama kali masuk islam. Setelah sepeninggalan Rasulullah saw kekhalifahan um

at islam dialihkan oleh Abu Bakar As-Shidiq. Abu Bakar dipilih karena dianggap seba

gai orang yang sering bersama Rasulullah saw dan dialah orang yang pertama kali m

embenarkan peristiwa isra mi’raj yang dialami oleh Rasulullah. Karena peristiwa te

rsebut Abu Bakar mendapat gelar As-Shidiq.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Persoalan Aqidah Pada Masa Abu Bakar?


1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui & memahami persoalan Aqidah pada masa abu bakar

1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Persoalan Aqidah Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq

Masa kekhalifahan Abu Bakar Siddiq, terdapat beberapa isu penting seputar aqidah yang
membutuhkan penanganan serius dan pemahaman yang mendalam. Salah satu permasalahan utam
a adalah masalah nubuwwah (kenabian) setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Para sahabat d
an komunitas Muslim dihadapkan pada pertanyaan krusial: siapakah pemimpin spiritual dan otorit
atif setelah kepergian Nabi?

Abu Bakar Siddiq dengan bijak memimpin umat melalui proses penentuan pemimpin baru,
dengan merujuk pada prinsip syura (musyawarah). Keberanian dan kecerdasannya dalam meman
du umat pada masa ini memberikan fondasi yang kuat bagi stabilitas agama Islam. Ia mengakui ba
hwa walaupun Nabi Muhammad telah wafat, pesan Ilahi tetap utuh dan terjaga dalam bentuk Al-
Qur’an.

Namun, selain dari masalah nubuwwah, masa kekhalifahan Abu Bakar Siddiq juga menya
ksikan tantangan lain terkait praktik ibadah dan ketaatan terhadap ajaran agama. Salah satu contoh
terkemuka adalah masalah pembayaran zakat. Abu Bakar Siddiq dengan tegas mempertahankan k
ewajiban membayar zakat, menjadikannya sebagai pilar penting dalam membangun kesejahteraan
sosial dan mendukung mereka yang membutuhkan.

Selain itu, permasalahan terkait bid’ah (inovasi dalam aqidah) juga muncul pada masa ini.
Abu Bakar Siddiq memandang pentingnya menjaga kesucian aqidah dari penambahan-penambaha
n baru yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang telah ditetapkan.

Dengan bijaksana, Abu Bakar Siddiq menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah aq
idah ini, mengamankan dasar iman dan identitas umat Islam. Pemahaman dan tindakannya pada
masa itu memberikan pelajaran berharga bagi generasi berikutnya, mengingatkan akan pentingnya
mempertahankan prinsip-prinsip aqidah yang benar dalam menghadapi dinamika zaman.

2
Adapun permasalahan Aqidah pada masanya adalah :

1. Masalah Pemeliharaan Al-Qur’an

Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan ri


salah dan amanah, menasehati umat serta memberi petunjuk. pada agama yang lurus.
Setelah beliau wafat kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Siddik ra.

Pada masa pemerintahannya Abu Bakar banyak menghadapi malapetaka, berbagai


kesulitan dan problem yang rumit, diantaranya memerangi orang-orang yang murtad
(keluar dari agama Islam) yang ada di kalangan orang Islam, memerangi pengikut Mu
sailamah al-Kadzdzab.

Peperangan Yamamah adalah suatu peperangan yang amat dahsyat. Banyak kalan
gan sahabat yang hafal Al-Qur'an dan ahli bacanya mati syahid yang jumlahnya lebih
dari 70 orang huffazh ternama. Oleh karenanya kaum muslimin menjadi bingung dan
khawatir. Umar sendiri merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang sedang
dalam keadaan sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah dengannya) s
upaya mengumpulkan Al-Qur'an karena khawatir lenyap dengan banyaknya khufazh
yang gugur, Abu Bakar pertama kali merasa ragu.

Setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positifnya ia memandang baik unt
uk menerima usul dari Umar. Dan Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksa
nakan tugas yang mulia tersebut, ia mengutus Zaid bin Tsabit dan mengajukan persoal
annya, serta menyuruhnya agar segera menangani dan mengumpulkan Al-Qur'an dala
m satu mushhaf. Mula pertama Zaid pun merasa ragu, kemudian iapun dilapangkan A
llah dadanya sebagaimana halnya Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.

Selanjutnya, pengumpulan ini selesai dilaksanakan dalam satu tahun di mana s


elesai beberapa waktu menjelang wafatnya Abu Bakar ra. Hasilnya berada di tangan
Abu Bakar sampai wafat. Kemudian pindah ke tangan Umar. Setelah itu disimpan Haf
sah binti Umar dan bukan kepada Utsman bin Affan.1

1
Subhi as Shalih, Membahasa Ilmu-Ilmu. hal. 96

3
Mengutip dari bukunya Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, kelebihan musha
f pada masa Abu Bakar diantaranya ialah:

a. Penelitian yang sangat berhati-hati, detail, cermat dan sempurna.


b. Yang ditulis pada mushaf hanya ayat yang sudah jelas tidak dinaskh bacaannya.
c. Telah menjadi ijmak umat secara mutawatir bahwa yang tercatat itu adalah ayat-a
yat Al Quran
d. Mushaf itu memiliki Qiraah Sab’ah yang dinuqil secara sahih.2
2. Masalah Umar Denial Bahwa Rasulullah Wafat

Soal bantahan Umar atas wafatnya Nabi Muhammad SAW memang menjadi
sebuah kontroversi. Menurut beberapa sumber, Umar awalnya tidak percaya Nabi
Muhammad SAW telah meninggal dan mengaku hanya pingsan. Namun sumber lain
menyatakan bahwa Umar tidak mengingkari wafatnya Nabi namun menolak
membawakannya dokumen tertulis selama sakit. Alasan Umar adalah bahwa Al-Qur'an
merupakan pedoman yang lengkap bagi umat Islam dan ia tidak ingin memaksakan suatu
kewajiban yang akan menyusahkan Nabi dalam kondisi lemahnya. Pada akhirnya, Abu
Bakar terpilih menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Nabi dan Umar berjanji setia
kepadanya. Detail pasti dari penolakan Umar atas wafatnya Nabi tidak jelas dan masih
menjadi perdebatan di kalangan ulama dan sejarawan.

3. Memerangi Orang Murtad Yang Tidak Membayar Zakat

Masalah pengecualian bagi mereka yang tidak mau membayar zakat


menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama dan sejarawan. Ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan di sini:
Dalil-dalil yang digunakan untuk melawan orang-orang yang menolak membayar
zakat:
Abu Bakar, khalifah pertama setelah Muhammad, mengakui bahwa mereka yang
menolak membayar zakat adalah orang-orang murtad dan memerangi mereka untuk
memulihkan hak-hak orang miskin dan mencegah disintegrasi masyarakat Muslim.
Al-Qur'an dan hadis menekankan pentingnya zakat sebagai salah satu dari lima
rukun Islam
Menolak membayar zakat dianggap dosa besar dan melanggar hukum Islam.
Sebagian ulama berpendapat bahwa memerangi orang-orang yang menolak membayar
2
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Muhammad Qodirun Nur (penerj), Ikhtisar Ulumul…, hal. 86

4
zakat diperlukan untuk mempertahankan kekuasaan negara dan mencegah kekacauan dan
pemberontakan.
Dalil-dalil yang menentang perlawanan terhadap orang-orang yang enggan
membayar zakat:
Beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW, termasuk Umar bin Khattab,
menentang tindakan tegas terhadap mereka yang menolak membayar zakat, agar tidak
memecah belah umat Islam dan menyebabkannya kehilangan kekuasaan.
Beberapa ulama berpendapat bahwa memerangi orang-orang yang menolak
membayar zakat tidak dapat dibenarkan kecuali mereka secara terbuka menyatakan
murtad dan memberontak terhadap negara.
Al-Qur'an dan hadis menekankan pentingnya pengampunan, kasih sayang
dan rekonsiliasi dalam menyelesaikan perselisihan dan konflik.
Singkatnya, persoalan penghapusan orang-orang yang menolak membayar
zakat adalah persoalan yang kompleks dan memiliki banyak aspek, sehingga
memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap konteks, prinsip-prinsip hukum Islam,
dan tujuan negara. Beberapa ahli berpendapat bahwa perjuangan diperlukan untuk
melindungi hak-hak masyarakat miskin dan mencegah kerusuhan, sementara yang lain
menekankan pentingnya pengampunan dan rekonsiliasi dalam menyelesaikan
perselisihan.
4. Pertentangan Isra Mi’raj
Isra' dan Mi'raj mengacu pada perjalanan malam ajaib yang dilakukan
Nabi Muhammad dari Mekah ke Yerusalem dan kemudian ke surga pada malam hari.
Kisah perjalanan tersebut diceritakan dalam Al-Qur'an dan dikembangkan lebih lanjut
serta ditafsirkan untuk melengkapi Al-Qur'an, kumpulan literatur yang dikenal sebagai
hadis.
Meskipun peristiwa Isra' dan Miraj merupakan tonggak penting dalam
penanggalan Islam dan diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia, namun terdapat
beberapa perbedaan detail cerita dalam sumber-sumber Islam. Beberapa perbedaannya
antara lain tanggal pasti perjalanan, berapa kali Nabi naik ke surga, dan secara spesifik
apa yang dilihat dan dialaminya selama perjalanan.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, peristiwa Isra' dan Miraj tetap
menjadi bagian penting dalam sejarah Islam dan menjadi pengingat akan kebesaran Allah
serta pentingnya keimanan dan ketakwaan dalam Islam.
5. Memerangi Nabi Palsu

5
Dalam Islam, persoalan pemberantasan nabi palsu merupakan persoalan kompleks
yang memerlukan pertimbangan cermat terhadap konteks dan prinsip hukum Islam. Beri
kut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: Argumen yang menentang nabi palsu: Na
bi palsu dapat menipu manusia dan menyesatkan mereka dari jalan Islam yang benar.
Nabi palsu dapat menyebabkan perpecahan dan konflik dalam komunitas Muslim.
Al-Qur'an dan Hadits menekankan pentingnya membela iman dan melawan m
ereka yang berusaha menyakiti umat Islam.
Argumen yang menentang penolakan terhadap nabi palsu: Beberapa ulama me
ngatakan tidak perlu memerangi nabi palsu kecuali mereka secara terbuka menyataka
n perang terhadap komunitas Muslim. Al-Qur'an dan hadis menekankan pentingnya p
engampunan, kasih sayang, dan penyelesaian konflik secara damai. Beberapa ulama b
erpendapat bahwa cara terbaik untuk memerangi nabi palsu adalah melalui pendidikan
dialog, dan penyebaran informasi akurat tentang Islam.
Singkatnya, persoalan pemberantasan nabi palsu dalam Islam merupakan pers
oalan yang kompleks dan memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap konteks da
n prinsip-prinsip hukum Islam. Sementara beberapa ulama berpendapat bahwa perang
diperlukan untuk melindungi iman dan mencegah umat Islam saling menyakiti, yang l
ain menekankan pentingnya pengampunan, penyelesaian konflik secara damai, perda
maian, dan pendidikan sebagai cara untuk memerangi nabi-nabi palsu.

6
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pembahasan ini bersifat reflektif dan sekaligus memberikan gambaran singkat te
ntang beberapa permasalahan aqidah yang ditemui pada masa Abu Bakar Siddiq. Masa
kekhalifahan beliau merupakan salah satu masa penting dalam sejarah Islam yang mem
berikan landasan keimanan yang kokoh bagi umat Islam.
Kekhalifahan Abu Bakar Siddiq menimbulkan sejumlah tantangan signifikan ter
kait Aqidah dalam Islam. Penguasa arif ini berusaha menyelesaikan permasalahan nubu
wwah dengan hati-hati, sehingga menjamin keberlangsungan ajaran suci pasca wafatny
a Nabi Muhammad SAW.
Dengan menggunakan metode syura, beliau memimpin masyarakat secara akura
t dan adil. Selain itu, Abu Bakar Siddiq menekankan pentingnya kewajiban zakat sebag
ai pilar utama dalam memperkuat perlindungan sosial. Ia memastikan kekayaan Tuhan
beredar dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA
Al-’Asqalani, I. H. (2018). Fathul Bari Syarhu Shahih Al-Bukhari (Cetakan pe). Pustaka Ima

m Asy-Syafi'i.

Ash-Shabuni Ali, M. (n.d.). Ikhtisar Ulumul.

Muh. Asnawi, Sugiyono, M. S. (2013). Ilmu Kalam.

Shalih, as S. (n.d.). Membahasa Ilmu-Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai