Anda di halaman 1dari 102

A Little Message From Us to You

Hi guys, our dear colleagues,


Terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk membaca sepatah dua
patah kata dari kami. Buku ini adalah hasil perjuangan kami mengumpulkan,
mengartikan, dan mengedit dari berbagai macam literatur (mostly AAO), PPT senior,
jurnal dan internet. Buku ini kami jadikan modal untuk berangkat ujian OSCE yang
pertama kali diadakan KOI.
Isi dari buku ini kami usahakan untuk tidak menyesatkan bagi yang membaca,
namun seperti teman-teman tahu, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan. Oleh karena
itu, kami mohon maaf apabila ada kata-kata yang meleset dan kurang tepat.
Akhir kata, kami harap buku ini dapat membantu teman-teman untuk belajar dan
mempersiapkan diri untuk ujian berikutnya.

Good luck guys, may God be with you, guiding and blessing you on
your journey to board exam.
Us :
Himawati Nirmalasari
Muhammad Rony
Cita Farlamita
Idham Mustahid Arifin
Wibawanindya Wahyuresti
Andi Nur Ummah
Marisca
Shinta Arta Wiguna
Sekar Ayu Sitoresmi
Astrid Pricilia Syulianti
Indriani Kartika Dewi
Kiajeng Winda Ningrum Prinasetya

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


2 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
EXOPHTHALMOMETER (HERTEL)

TEKNIK :
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan pemeriksaan yaitu mengukur derajat penonjolan bola mata (proptosis)
5. Pemeriksa duduk berhadap-hadapan dengan pasien. Mata kiri pemeriksa, memeriksa mata kanan
pasien.
6. Pegang exophthalmometer, posisikan dengan benar (angle mirror berada di atas foot plate dan
menghadap keatas)

7. Jika jarak intercanthal pasien sebelumnya sudah diketahui maka atur jarak intercanthal pada
exophthalmometer sesuai dengan jarak yang telah diketahui tersebut
8. Jika jarak intercanthal belum diketahui maka posisikan instrumen sehingga footplate berada pada
kedua rima orbita lateral setinggi lateral canthus.
9. Tutup mata kiri pasien mengunakan occluder.
10. Minta pasien untuk melihat lurus ke depan ke arah mata pemeriksa.
11. Sejajarkan 2 marker vertikal pada instrumen.
12. Baca jarak antara rima orbita lateral ke apex kornea paling anterior menggunakan penggaris pada
cermin.
13. Lakukan langkah 9-12 pada mata kiri.
14. Cuci tangan.
15. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien.
16. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


3 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Cara mencatat hasil pemeriksaan Exophthalmometer :

NILAI NORMAL :
Average value masing-masing bola mata : 17 mm
Abnormal : perbedaan kedua mata > 2 mm

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


4 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
INDIRECT OPTHALMOSCOPY

TEKNIK :
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yaitu mengevaluasi kondisi saraf mata/segmen posterior pasien
5. Pastikan pupil pasien sudah terdilatasi sempurna
6. Pasien diminta untuk berbaring atau setengah duduk
7. Siapkan alat (indirek, condensing lens 20) lalu redupkan lampu ruangan
8. Pasien diminta untuk melihat ke arah bahu pemeriksa (mata kanan melihat bahu kanan
pemeriksa). Untuk pasien dengan low vision diminta untuk mengangkat lengan dan melihat
jempolnya untuk fiksasi penglihatan
9. Arahkan lampu indirect ke arah pupil pasien hingga terlihat fundus reflex
10. Pegang condensing lens dengan cara yang baik, posisikan 5 cm di depan matapasien

11. Jauhkan lensa perlahan dari mata pasien, hingga terlihat gambaran fundus yang stereoskopis dan
fokus
12. Gerakkan condensing lens perlahan dengan jari tengah kita sebagai tumpuan untuk menjaga agar
axis penglihatan kita tetap di tengah pupil pasien, hingga tampak gambaran retina. Harus diingat
bahwa gambaran fundus yang terlihat adalah terbalik dan berlawanan arah.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


5 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
13. Menggambar secara skematik segmen posterior mata yang diperiksa
14. Ulangi langkah 8-13 untuk mata kiri
15. Pemeriksaan selesai, lampu ruangan dinyalakan
16. Cuci tangan
17. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
18. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


6 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
PEMERIKSAAN PTOSIS

TEKNIK :
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yaitu untuk mengukur derajat penurunan kelopak mata serta
menentukan tatalaksana selanjutnya
5. Pengukuran fissura interpalpebra (FIP): Fiksasi penglihatan pasien pada posisi primer dengan
menggunakan penlight. Pegang penggaris pada posisi vertikal dekat dengan mata pasien yang
terbuka untuk mengukur jarak antara eyelid margin superior dan inferior tepat di bagian tengah
eyelid. Catat pengukuran yang didapat dalam milimeter. Cek ulang hasil pemeriksaan dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan jumlah dari pemeriksaan berikut: jarak antara eyelid
margin superior dan refleks cahaya kornea ditambah dengan jarak antara eyelid margin inferior
dan refleks cahaya kornea (MRD1 + MRD2)

a. b.
Ket : a. Pengukuran FIP; b. Pengukuran MRD 1
6. Pengukuran MRD 1 : Fiksasi penglihatan pasien pada posisi primer dengan menggunakan
penlight. Penggaris diletakkan di tengah antara eyelid margin superior dan refleks cahaya kornea.
Catat hasil yang didapat, gunakan nilai negatif bila refleks cahaya tertutup oleh kelopak mata.

7. Pengukuran eyelid crease : Fiksasi penglihatan pasien pada posisi primer dengan menggunakan
penlight. Letakkan penggaris pada posisi vertikal tepat di tengah kelopak mata, ukur jarak antara
eyelid margin superior dan eyelid crease superior. Catat hasil dalam milimeter.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


7 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
8. Pengukuran levator function : Tekan jempol pemeriksa pada alis pasien atau letakkan telapak
tangan pemeriksa pada dahi pasien untuk mencegah musc. Frontalis ikut membantu elevasi dari
eyelid superior. Minta pasien untuk melihat ke bawah dan posisikan nilai nol pada penggaris tepat
di eyelid margin superior. Hati-hati jangan menyentuh eyelid atau eyelash. Jangan gerakkan
penggaris. Minta pasien untuk melihat ke atas semaksimal mungkin. Jaga penggaris stabil, ukur
lokasi baru dari eyelid margin superior. Perbedaan antara kedua pengukuran tersebut adalah
fungsi dari levator. Catat hasil.

9. Pengukuran MLD : Minta pasien melirik ke atas maksimal. Ukur jarak eyelid margin superior
sampai limbus inferior pada bagian tengah kelopak mata. Catat hasil.
10. Ulangi langkah 5-9 untuk mata kiri
11. Pemeriksaan selesai
12. Cuci tangan
13. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
14. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


8 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
NILAI NORMAL :
Blinking rate 15-16x/menit
Panjang fissura palpebra 25-30 mm
Tinggi fissura palpebra 8-12 mm
MRD 1 3-5 mm
Eyelid crease 8-11 mm
Levator function 10-15 mm
MLD 9-10 mm

DERAJAT PTOSIS :
Severity Tinggi FIP MRD
Mild 7 mm +1,5 mm
Moderate 6 mm +0,5 mm
Severe 5 mm -0,5 mm

PILIHAN TATALAKSANA
LA < 4 = frontal sling ; LA > 4 = levator resection
LEVATOR RESECTION :
LA > 10 = ((MLD normal – MLD pasien) x 3) - (1 s/d 2 mm)
LA < 10 = ((MLD normal – MLD pasien) x 3) + (1 s/d 2 mm)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


9 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
RETINOMETRI
TEKNIK :
1. Cuci tangan
2. Ucapkan salam
3. Perkenalkan diri
4. Menjelaskan pemeriksaan yang akan kita kerjakan yaitu pemeriksaan retinometri yang bertujuan
untuk memprediksi tajam penglihatan setelah operasi katarak
5. Alat dinyalakan, pilih acuity level dari yang terkecil (0,06-0,8) atau (20/300- 20/25), pilih sudut
grating dan lampu ruangan diredupkan.

6. Alat retinometri dipegang oleh pasien dan meletakkan rest retinometer di dahi pasien.
7. Menilai sudut grating dengan acuity level yang terkecil, kita mengganti arah garis sebanyak 4 arah
dan meminta pasien menjawab kemana arah garis yang kita pilih apabila bisa menjawab
semuanya maka kita mengganti ke acuity level yang lebih besar.
8. Interpretasi alat apabila pasien bisa menjawab minimal 3 dari 4 sudut grating pada acuity level
yang sama, apabila hanya bisa menjawab 2 dari 4 maka menggunakan nilai acuity level
sebelumnya.
9. Ulangi untuk mata kiri
10. Lampu ruangan dinyalakan
11. Cuci tangan
12. Menjelaskan pada pasien bahwa pada pemeriksaan ini mempunyai probabilitas 25% akan sesuai
dengan hasil yang didapat, 63% lebih baik atau jelek 1 baris snellen chart dan 77 % lebih baik
atau jelek 2 baris snellen chart.
13. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


10 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
GONIOSKOPI

A. Macam-macam teknik gonioskopi


a. Direct
Dilakukan dengan mikroskop binokuler. Lensa diletakkan pada mata, teknik ini menggunakan
saline solution untuk mengisi ruang antara kornea dan lensa. Saline berfungsi sebagai optikal
coupler antara dua permukaan. Lensa yang digunakanakan memberikan visualisasi direct dari
sudut bilik mata depan. Teknik ini digunakan untuk melakukan goniotomi atau untuk
memeriksa bayi under anastesia.
b. Indirect

Dilakukan di klinik. Indirect mengeliminasi refleksi


internal dari permukaan kornea. Cahaya yang
dipantulkan dari sudut bilik mata depan akan melewati
lensa gonioskopi indirect kemudian dipantulkan lagi oleh
cermin di dalam lensa. Gambaran yang tampak pada
goniolens indirect akan terbalik namun orientasi kanan-
kiri pada cermin horizontal dan orientasi atas-bawah
pada cermin vertikal tidak berubah.

B. Tipe-tipe Goniolens
a. Direct
Koeppe (prototype diagnostic lens, most common for diagnostic), Barkan (prototype surgical
goniolens, untuk goniotomi), Wurst, Swan-Jacob (surgical goniolens for children), dan
Richardson
Diameter : anak-anak 16 mm, dewasa 18 mm
Keuntungan : panoramic view dan tidak terbalik, dapat dikerjakan langsung pada 2 mata
secara simultan
Kerugian : Teknik sulit untuk dipelajari, instrumen mahal, pembesaran lebih kecil,
membutuhkan pasien dalam posisi supine
b. Indirect
Three mirror lens (Posner dan Sussman; kemiringan cermin 59), 4 mirror lens (kemiringan
cermin 64)
Diameter : indentasi < dari diameter kornea, non indentasi > dari diameter kornea

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


11 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Keuntungan : mudah dipelajari, lebih murah, dapat melihat detail lebih baik karena
pembesaran lebih besar, lebih baik utk deteksi detail seperti neovaskularisasi pada sudut
BMD

C. Metode Shaffer untuk grading sudut bilik mata depan


Grade Shaffer Modifikasi Shaffer
4 Sudut 45 (Normal) Ciliary body band
3 Sudut 20-45 (normal) Scleral spur
2 Sudut 20 (Angle closure posible) Anterior trabecular
meshwork
1 Sudut 10 (Angle closure probable in Schwalbe line
time)
Slit Sudut< 10 (Angle closure very likely)
0 Iris menempel dengan trabecular No structure
meshwork (Angle closure +)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


14 Mei 2018
12 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Normal gonioskopi

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


13 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
REFRAKSI

A. Penentuan refraksi subyektif dengan trial & error


1. Cuci tangan
2. Salam dan perkenalan diri
3. Menjelaskan tujuan operasi adalah untuk mengetahui tajam penglihatan pasien
4. Pasien duduk pada jarak 6 m dari snellen.
5. Ukur PD pasien
6. Letakkan trial frame (sesuai PD) didepan mata pasien
7. Letakkan okluder pada salah satu mata secara bergantian (mata yang 1st diperiksa adalah
mata kanan). Jangan lupa membersihkan ocluder sebelum digunakan
8. Catat visus natural
9. Lakukan uji coba dengan lensa S dahulu (sebelumnya tanyakan kepada pasien lebih nyaman
dengan huruf/angka)
10. Persilahkan pasien memilih lensa mata yang paling jelas (dapat melihat huruf terkecil dan
gelap)
11. Selanjutnya cobakan lensa C, yang pertama adalah penentuan aksis lalu kekuatan C.

Menyempurnakan C
Fogging Tanpa Fogging
Dial Astigmatisme Technique Jackson cross cylinder
Lensa BCVA a. BCVA
Okluder salah satu mata b. Pasang lensa C dengan A 45º terhadap
sumbu C koreksi yang telah dipasang
Tambahkan dengan S+ sampai 20/50 c. Kemudian lensa C ini sumbunya diputar
secara cepat 90º
Px melihat dial astigmatik dan mencari garis yang Nilai : apabila pasien tidak melihay perbedaan
paling gelap & tajam (mis di garis jam 3-9 maka perubahan pada kedua kedudukan ini berarti
aksis adl 180º sumbu lensa koreksi sudah sesuai
Tambahkan lensa C- dengan kekuatan yg lebih Apabila ada yang terlihat lebih jelas maka C+
besar, dgn posisi A tegak lurus terhadap garis yg & lensa koreksi diputar mendekati A lensa C+
paling gelap/tajam tadi yaitu 90º sampai semua dan lensa C silang (dan sebaliknya). Kemudian
garis tampak sama dilakukan pemeriksaan ulang sampai tercapai
titik netral atau tidak didapatkan perbedaan
Kurangi S+ (atau tambahkan minus) sampai BCVA

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


14 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
15 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
JACKSON CROSS CYLINDER

1. Penentuan spheris :
a. Menentukan spheris dengan plus tertinggi atau minus terendah yang memberikan tajam
penglihatan terbaik dengan kondisi tanpa akomodasi
2. Menentukan Astigmatism :
a. Apabila tidak didapatkan koreksi C, cross cylinder tetap dapat digunakan dengan
menempatkan pada A 90º dan 180º untuk melihat astigmatisme
b. Jika pakai lensa jackson cross cylinder didapatkan salah satu posisi flip yang lebih terang
ditambahkan lensa C dengan posisi A yg sama dgn A lensa cross cylinder.
c. Ulang beberapa kali sampai titik netral tercapai yang ditandai dengan posisi dua flip yang
memberikan tajam penglihatan yg setara
d. Jika tidak ada preferensi ditemukan dengan cross cylinder A90º dan 180º, maka pemeriksaan
dilanjutkan pada aksis 45º dan 135º sebelum membuat asumsi bahwa tidak ada astigmatisme
e. Setiap kekuatan C ditemukan, aksis dan kekuatan perlu diperbaiki dengan memeriksa ulang
penglihatan
3. Memperbaiki aksis C :
a. Aksis C selalu perlu diperbaiki sebelum memperbaiki kekuatan C. Krn dengan A yg benar
tetap dapat ditemukan meskipun kekuatan C salah, tp kekuatan C yg benar tidak dapat
ditemukan jika A salah.
b. Perbaikan A dilakukan secara bertahap berdasarkan perubahan posisi jackson cross cylinder
tiap tahap dengan penggeseran A sampai tercapai aksis yang benar.
c. Px duduk dengan trial frame terpasang lensa BCVA
d. Pasien diminta untuk melihat ke objek jauh : target (1) baris huruf yang lebih besar 1 baris
dari baris dimana tajam penglihatan yang terbaik dicapai pada saat pemeriksaan, (2) baris
huruf yang 2 baris lebih besar dari saat tajam penglihatan terbaik didapatkan atau (3) target
sirkular seperti baris landolr / verheoff
e. Kemudian ditempatkan cross cylinder (mis ±0.50D) didepan mata dengan A 45º terhadap A
lensa C yg ada pada lensa trial frame (pertama C -0.50D kemudian +0.50 D atau sebaliknya).
Atau menempatkan handle sejajar dengan aksis koreksi yang sudah ada pada trial frame
f. Dilakukan flipping dan pasien diminta memilih pilihan yang paling hitam/tajam dan disebut
sebagai posisi 1 & 2. Pemeriksaan selanjutnya menggunak lensa nomor 3,4..
g. Jika tidak ada perbedaan antara dua posis maka koreksi A dalam trial frame sdh benar.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


16 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
h. Jika pasien memilih posisi 1 / 2 putar A C koreksi ke arah yg sesuai dengan A cross cylinder
plus/minus (A C + diputar terhadap A C + cross cylinder; dan A C – diputar terhadap A C –
cross cylinder) ulangi prosedur ini sampai mendapatkan pilihan flip ya
yang gambarannya sama.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


14 Mei 2018
17 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
STREAK RETINOSCOPY

PRINSIP :
- Dilakukan dalam ruangan dengan cahaya redup / remang-remang
- Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan ketinggian mata sejajar, dan jarak kurang
lebih satu lengan (penting untuk mengetahui ukuran lengan pemeriksa!!).
- Pemeriksaan statik : pupil dengan cycloplegic → mostly used
Pemeriksaan dinamik : pupil tanpa cycloplegic (akomodasi masih +)
- Untuk memeriksa mata kanan : duduk sedikit lebih ke arah kanan dari pasien, pegang
retinoskopi dengan tangan kanan dan gunakan mata kanan untuk melihat melalui retinoskopi.
Untuk mengubah foropter atau trial lenses gunakan tangan kiri. Sebaliknya dilakukan untuk
mata kiri.
- Kenali retinoskopi yang digunakan, untuk merk Neitz :
Sleeve down = plane mirror → WITH = (+), AGAINST (-) → Posisi pada pemeriksaan
Sleeve up = concave mirror → WITH = (-), AGAINST (+)


- “working distance” yang digunakan → 50 cm : +2.00 D


66 cm : +1.50 D
1m : +1.00 D
Teknik Pemeriksaan:
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


18 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yakni untuk men getahui refractive error (jika ada) dan
kekuatan lensa yang dibutuhkan untuk menetralisir hal tersebut sehingga pasien
mendapatkan penglihatan yang jelas
5. Arahkan cahaya retinoskopi ke arah mata kanan pasien, jaga jarak tetap sama, pastikan
posisi pada SLEEVE DOWN (selalu menggunakan plane mirror)
6. Terdapat 2 meridian yakni horisontal dan vertikal. Netralisasi didapat jika reflek cahaya yang
memantul dari mata pasien PENUH dan TERANG
7. Bila reflek cahaya yang pada mata pasien bergerak searah gerakan retinoskopi = WITH
(gambar B), jika sebaliknya = AGAINST (gambar C). Bila muncul WITH, mulailah netralisasi
dari salah satu meridian. Bila AGAINST, ubahlah menjadi WITH

8. Pada WITH, tambahkan lensa plus mulai dari power terkecil → besar (+1.00, +2.00...dst)
hingga reflek cahaya penuh dan terang pada kedua meridian (gambar D), catat hasil yang
didapat
9. Pada AGAINST, tambahkan lensa minus mulai dari power terkecil → besar (-4.00, -3.00...dst)
hingga tercapai WITH. Setelah didapatkan WITH maka lakukan step no. 8, catat hasil yang
didapat
10. Ukuran lensa = HASIL STREAK – WORKING DISTANCE (ex: +2.00 D – 1.50 D = +0.50 D)
11. Ulangi langkah 5-10 pada mata kiri
12. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
13. Memberikan kesempatan bertanya pada pasien

Pada kasus Astigmatisme (Reflek cahaya tidak penuh dan terang bersamaan pada dua
meridian)
1. Prinsip WITH dan AGAINST sama seperti di atas. Lakukan step 7-9 pada kedua meridian.
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
19 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
2. Power spheris adalah kekuatan lensa yang didapat pada meridian yang mendapatkan reflek
FULL yang pertama
3. Power silinder adalah BEDA antara 2 meridian, sementara axis silinder adalah axis dari
meridian yang mendapatkan reflek FULL yang terakhir didapatkan
Ex : horisontal meridian +3.00 D vertikal meridian +5.00 D

Spheris +3.00 D, Cylinder -+2.00 D Axis 90°
4. Ukuran lensa = HASIL STREAK – WORKING DISTANCE. Maka untuk contoh di atas :
S+3.00 C+2.00 A 90 menjadi S+1.00 C+2.00 A90 (dengan asumsi working distance adalah 50
cm)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


20 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
ECTROPION
(Palpebra Inferior)

Involutional / Congenital / Paralytic / Cicatricial / Mechanical

Ektropion Involusional
→ caused by horizontal eyelid laxity of medial canthal tendon, lateral canthal tendon, or both

1. Snapback Test
→ indicating poor orbicularis tone
Caranya:
1. Cuci tangan
2. Ucapkan salam dan memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yaitu untuk mengetahui apakah kelainan kelopak mata yang
diderita pasien disebabkan oleh pengenduran dari otot kelopak mata atau penyebab yang
lain.
4. Pasien diposisikan duduk dengan nyaman dan pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien
5. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan
6. Tarik kelopak mata bawah pasien ke bawah dengan ibu jari, kemudian lepaskan.

7. Lakukan hal yang sama pada mata kiri


8. Cuci tangan
9. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
10. Beri kesempatan pasien untuk bertanya

Interpretasi :
- Normal apabila kelopak mata segera kembali ke posisi anatomi < 2 detik.
- Didapatkan laxity bila kelopak kembali pada posisi anatomi setelah berkedip.
- Emedicine : Grade 0-IV (0 = normal, IV = severe laxity) :
o Grade 0 → kelopak mata segera kembali ke posisi anatomis
o Grade I → kelopak mata kembali dalam 2-3 detik
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
21 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
o Grade II → 4-5 detik
o Grade III → >5 detik, tapi tidak kembali ke posisi semula dengan berkedip
o Grade IV → tidak pernah kembali ke posisi semula

2. Distraction Test/Pinch Test


→ positif bila kelopak mata dapat ditarik menjauhi globe sebanyak 6 mm (AAO 2016-2017)
Caranya:
1. Cuci tangan, ucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yaitu untuk mengetahui apakah kelainan kelopak mata yang
diderita pasien disebabkan oleh pengenduran dari otot kelopak mata atau penyebab yang
lain.
3. Pasien diposisikan duduk dengan nyaman dan pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien
4. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan
5. Cubit kelopak mata bawah ke anterior menjauhi bola mata
6. Ukur jarak antara bola mata dan tepi kelopak mata dengan caliper

7. Lakukan hal yang sama pada fellow eye


8. Cuci tangan. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
Interpretasi:
- Normal: 2-5 mm
- Laxity (+) :
o Minimal : 5-7 mm o Moderate : 10-12 mm
o Mild : 8-9 mm o Severe : >12 mm
Kedua pemeriksaan ini juga dilakukan pada ENTROPION INVOLUSIONAL
3. Pada Entropion Sikatrikalis dilakukan Tes Eversi Digital untuk membedakan dengan
involusional. Cara melakukan:
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
22 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
1. Cuci tangan
2. Ucapkan salam dan memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yaitu untuk mengetahui apakah kelainan kelopak mata yang
diderita pasien disebabkan oleh pengenduran dari otot kelopak mata atau penyebab yang
lain.
4. Pasien diposisikan duduk dengan nyaman dan pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien
5. Pasien diminta untuk melihat ke bawah
6. Tekan kulit kelopak bawah dengan ibu jari
7. Pasien kemudian diminta melihat ke atas
8. Pada forniks dan konjungtiva palpebral inferior akan tampak adanya sikatriks.

9. Lakukan hal yang sama pada fellow eye


10. Cuci tangan
11. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
12. Beri kesempatan pasien untuk bertanya

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


23 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
INTERPRETASI OCT SEGMEN ANTERIOR

Kegunaan :
1. Untuk melihat ACD, AC angles, dan AC diameter
2. Untuk evaluasi kornea dan pachymetry
3. Untuk informasi LASIK : corneal flap thickness, residual stromal thickness
4. Untuk evaluasi IOL dan implant imaging
Contoh gambaran OCT segmen anterior

Assessment OCT :
a. Qualitative
Important landmark yang harus dikenali pada AS-OCT : scleral spur (SS)
SS terlihat sebagai inward projection dari sklera pada perbatasan antara inner scleral dan
kurvatura kornea. Tips : tempat dimana musc. siliaris yang paling less reflective bertemu dengan
sklera yang more reflective

Setelah menemukan SS, maka lihat posisi iris relatif dari struktur anterior dari SS. Jika iris
langsung berhadapan dengan trabecular meshwork → sudut tertutup (closed angle); jika
terdapat sedikit jarak antara keduanya maka dikatakan sudut sempit (narrow angle)
Gambaran AS-OCT ideal : horizontal, with no blink or lid artifacts, dan terdapat bright reflex
saturation line yang berada di tengah scan (menunjukkan scan beam sudah perpendikular mata)
b. Quantitative
Parameter yang biasa digunakan :
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
24 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
- AOD (dalam mm)
- Angle recess area (dalam mm2) : merupakan area triangular yang dibatasi oleh
AOD 500 atau 750, permukaan anterior iris dan dinding bagian dalam dari kornea
sklera
- Trabecular space area (dalam mm2) : merupakan area trapezoid (TISA 500 atau
750) yang dibatasi oleh AOD 500 atau 750, permukaan anterior iris, dinding
bagian dalam dari korneasklera dan jarak perpendikular antara SS dan opposing
iris
- Parameter lainnya : ketebalan iris, anterior chamber width, dan lens vault

AS-OCT vs Gonioscopy
AS-OCT GONIOSCOPY
Tidak dapat melakukan indentasi Dapat melakukan indentansi dan
melihat seberapa banyak sudut dapat
terbuka dan dapat melihat pigmentasi
pada trabecular meshwork serta
neovaskularisasi
Memberikan gambaran cross sectional Dapat melihat sudut dari 3600
namun hanya dari 4 potongan dari
lingkaran 3600
Pemeriksaan yang objektif Pemeriksaan yang subjektif
Dapat digunakan untuk membantu Tidak dapat digunakan untuk edukasi
pasien mengerti apa yang terjadi pada karena tidak ada hasil printoutnya
matanya (untuk kepentingan edukasi
pasien)
Non contact Contact
Dapat melihat kornea, penunjang untuk Tidak dapat melihat topografi kornea
melihat topografi kornea (contoh :
adanya keratoconus)
Variabilitas dari quantitative tools besar, Tidak ada nilai kuantitatif
tergantung dari penempatan marker
untuk mengukur angle, bila tidak pada
tempat yang sama, maka hasil kurang
valid
Dapat dilakukan dalam keadaan gelap Menggunakan cahaya slit lamp sehingga
sehingga dapat meng-asses kondisi tidak memungkinkan untuk membuat
angle dalam physiological mydriasis kondisi physiological mydriasis

Gunakan AS-OCT sebagai penunjang gonioskopi, bukan sebagai pengganti!

1. Untuk melihat ACD, AC angles, dan AC diameter


ACD : - Open angle : letak iris posterior dr SS
- Narrow/ Closed angle : letak iris anterior dr SS

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


25 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
- Titik hijau : Scleral Spur (menghubungkan kurvatura kornea post. dengan
kurvatura sklera)
- Titik kuning : 500μm anterior ke SS (=TM)
- Titik putih : 750 μm anterior ke SS (= extensive area surrounding TM)
- AOD (Anterior Opening Distance) 500 : jarak linier endotel kornea ke iris pada
500μm dr SS
- AOD (Anterior Opening Distance) 750 : jarak linier endotel kornea ke iris pada
750μm dari SS
- TISA 500 : trabecular-iris space, area trapezoid antara iris dan kornea dari jarak
- sklera 500μm
- TISA 750 : area trapezoid antara iris dan kornea dari jarak sklera 7500μm

Keterangan gambar :
A. Normal anterior chamber angle
B. Narrow ACA
C. Acute angle closure before YAG
Laser peripheral iridotomy
D. Acute angle closure after YAG LPI
E. Plateau iris
F. Plateau iris after argon laser
iridoplasty

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


26 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
2. Untuk evaluasi kornea dan pachymetry
a. Pachymetry kornea : diukur dari sentral kornea hingga 10 mm, melihat ketebalan kornea
secara keseluruhan, baik kornea yg jernih /pun keruh

b. Kornea

Gambaran AS-OCT dari pasien dengan granular dystrophy. Dengan AS-OCT dapat terlihat
secara akurat, lokasi dan kedalaman dari kekeruhan stromal yang visually significant.

Gambar 1.
Dari gambaran AS-OCT di samping, tampak adanya
infiltrat kornea dengan kedalaman hingga mencapai
stroma. Tampak adanya diskontinuitas pada
endothel.

Gambar 2.
Dari gambaran AS-OCT di samping tampak adanya
corneal ulcer.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


27 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
3. Untuk informasi LASIK : corneal flap thickness, residual stromal thickness.
Post LASIK

Post DSAEK

An AS-OCT image of precut donor cornea for Descemet's stripping automated endothelial
keratoplasty (DSAEK) taken for evaluation of thickness of graft donor tissue.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


28 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
4. Untuk evaluasi IOL dan implant imaging
Penempatan IOL

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


29 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
INTERPRETASI OCT SEGMEN POSTERIOR

LAPISAN RETINA

REGION

TD-OCT vs SD-OCT
Time Domain (Stratus OCT) Spectral Domain OCT (Cirrus™ HD-OCT)
400 A-scan/sec Up to 68000 A-scan / sec
512 A-scan in 1.28 sec
Axial resolution 10 µ Axial resolution 5 µ
Mac. Thickness :197.2 +/- 17.8 microm 257.6 +/- 19.6 microm

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


30 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
DETERMINANT OF REFLECTIVITY ON SD-OCT (Hiperreflectivity : Putih)
HIGHEST HIGH MEDIUM LOW
- Accumulation Normal : Normal : Normal :
of pigment - Nerve fiber Plexiform Nuclear layer
- Hypertophy - IS/OS junction layer Patologis :
of RPE - External segments of the - Collection of fluid
- Choroidal photoreceptors Patologis : seperti : cavity,
Nervus - External limiting membrane Retina edema cyst, detachment
- Scar Tissue - RPE/choriocapilaris complex - Shadow

Patologis :
- Hemorrhage
- Neovascular membrane
- Hard exudate

CAUSES OF HYPERREFLECTIVITY ON SD-OCT


SUPERFICIAL INTRARETINAL DEEP
- Epiretinal or intraretinal - Inflammatory infiltrate - Accumulation of lipofuscin
fibrosis - Hemorrhage - Hyperplasia of RPE
- Cotton wool spots - Hard exudate - Atrophy of the RPE with
- Intraretinal retrodiffusion
neovascularization - Classic or occult neovascular
membranes

QUALITATIVE ANALYTICAL STUDY HYPOREFLECTIVITY (GELAP)


Optically Blank Spaces :
• Cyst, mycrocyst, cavities
• Intraretinal edema
• Exudative detachments on the neuroephitelium
• CME
• RPE detachment
• RPE hypopigmentation

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


31 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Causes For Shadowing Effect on SD- OCT
ANTERIOR POSTERIOR
• Hemorrhage • Neovascular membrane
• Exudates • RPE thickening
• Retinal blood vessels (normal) • Accumulation of pigment
• Choroidal neovascularization
• Retinal Scar

SS bagus > 6 INFERIOR SUPERIOR

Pengambilan dari inferior ke superior (sesuai


arah panah)
Untuk membandingkan usia rata-rata dan
etnis yang sama

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


32 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
INTERPRETASI RETINA
Important landmarks :
1. Pre-retina : Vitreoretina interspace (traction, membran)
2. Epiretina : Foveal depression
3. Intraretinal : regularitas, sub retinal fluid
4. RPE countour
5. Choroid countour (sub RPE)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


33 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Subretinal fluid

AMD

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


34 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Diabetic Macular Edema

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


35 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Bacaan OCT :
Pre-retinal : Tidak didapatkan kelainan pada vitreretinal interface
Epiretinal : Foveal depression menghilang
Intraretinal : Didapatkan iregularitas pada intraretina, didapatkan disrupsi dari RPE,
didapatkan area dengan hiporeflectivity yang dapat merupakan suatu
subretinal fluid

Bacaan OCT :
Pre-retinal : Tidak didapatkan kelainan pada vitreretinal interface
Epiretinal : Foveal depression menghilang
Intraretinal : Didapatkan peningkatan ketebalan retinal thickness. Didapatkan area
dengan hiporeflectivity berbentuk dome shaped yang dapat merupakan

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


36 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
suatu subretinal fluid
Khoroid : Tidak didapatkan kelainan

Bacaan OCT :
Pre-retinal : Didapatkan hiperreflektivitas berbentuk membran dengan tarikan pada
vitreoretinal interface
Epiretinal : Didapatkan diskontinuitas pada fovea
Intraretinal : Didapatkan hole. Tidak ada kelainan pada integritas kontur RPE
Khoroid : Tidak didapatkan kelainan

Bacaan OCT :
Pre-retinal : Tidak didapatkan kelainan pada vitreretinal interface
Epiretinal : Foveal depression menghilang
Intraretinal : Didapatkan iregularitas kontur pada RPE (drusenoid)
Khoroid : Tidak ada kelainan

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


37 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Bacaan OCT :
Pre-retinal : Didapatkan hiperreflektivitas berbentuk membran dengan tarikan pada
vitreoretinal interface
Epiretinal : Foveal depression menghilang
Intraretinal : Didapatkan iregularitas kontur pada RPE
Khoroid : Tidak didapatkan kelainan

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


38 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
INTERPRETASI OCT GLAUKOMA

Yang perlu diketahui :


a. Optic disc
- vertical thickness of neuroretinal rim
- overall area of the rim
- vertical C/D ratio
b. RNFL
- Index values (eg. Average thickness, asimetri)
- Tomogram (Vertical, horisontal, circular B-scan)
- TSINT graph (NRR, RNFL)
- Sectr and clock hour chart
- Thickness and deviation maps
AXL 1 mm= 2,2 μm RNFL
 High myopia (lateralisasi)
c. Macular thickness

Pembacaan :
a. Identitas pasien
Normative database untuk keperluan membedakan kondisi normal dan patologis, normal
distribusi pada individu dengan umur yang sama.
- Hijau : Normal
- Kuning : Borderline
- Merah : outside normal range (patologis)
Parameter normative database :
- Age segmentation (Peta Retina dan Glaucoma)
- Ukuran Optik disc
- Etnik
b. Jenis mesin yang dipakai : TD, SD
c. SS (Cirrus dari Carl Zeiss : ≥ 6; Optovue SS index ≥ 30)
d. Well center image
e. No movement artifact

Kesalahan :
a. Faktor Px
- Ukuran pupil, SMK, katark
- Floaters dan kekeruhan vitreous
- Epiretinal membran
- Berkedip
- Motion artifact
b. Faktor operator
- Kekeruhan kensa OCT
- Incorrect axial aliggnment of the OCT image
c. Faktor mesin
- Inaccurate optic disc margins delineation

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


39 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
- Inaccurate RNFL segmentation

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


40 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
1. RNFL THICKNESS

RNFL thickness diukur dengan 6x6 cube


(Kuning
Kuning dan merah : Bagus/normal
Bagus/normal)

Peta deviasi RNFL menggambarkan perbandingan


RNFL thickness dengan nilai normal
(Kuning dan merah : Jelek/abnormal)
Jelek/abn

Pada gambar ini tampak area dimana RNFL thickness mengalami penipisan.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
41 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
2. OPTIC DISC CAVITY

Ketebalan optical fibers diukur dari 3.4 mm dari center optic disc.
Batasnya adalah : 150 µm level of peripapillary pigment< : kavitas

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


42 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Disc area values : 158 –
1.88 mm2
Bila < atau > : parameter
menjadi abu-abu

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


43 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
WORTH 4 DOT TEST

• Dikerjakan pada jarak dekat (33 cm) dan jauh (6 m), untuk menyampaikan informasi tentang
status binokular pasien.
• Pemeriksaan jauh untuk menilai fusi sentral (foveal) dan pemeriksaan dekat menilai fusi perifer.
• Pasien menggunakan kacamata dengan red filter pada satu mata dan green filter pada mata yang
lain.
• Lampu merah akan terlihat pada mata yang menggunakan lensa merah dan lampu hijau akan
terlihat pada mata dengan lensa hijau.

Teknik :
1. Cuci tangan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan WFDT untuk menilai status
binokular pasien.
4. Memasang kacamata dengan red filter dan green filter. Mata kanan dengan red filter dan mata kiri
dengan green filter. Pasien menggunakan optimal optical correction (dengan kacamata atau lensa
kontak) di belakang anaglyphic filters
5. Meminta pasien untuk melihat ke 4 lampu pada lingkaran berwarna 1 merah, 2 hijau dan 1 putih.
Yang harus ditanyakan pada pasien :
a. Berapa lampu yang terlihat?
b. Terdiri dari warna apa saja?
c. Dimana lokasinya?
d. Apakah semua lampu berada pada satu garis atau beberapa lebih tinggi dari yang
lain?
e. Apakah semua lampu bersinar bersamaan atau flashing on and off?
6. Pasien dengan alignment okular yang normal akan melihat ke 4 lampu. Jika mata dibelakang lensa
hijau tersupresi maka akan melihat 2 lensa merah. Jika mata dibelakang lensa merah tersupresi
akan melihat 3 lampu hijau. Jika pasien melihat 5 lampu yaitu 2 merah dan 3 hijau maka
pemeriksa harus memastikan semua lampu terlihat secara bersamaan, maka itu merupakan
diplopia. Jika merah dan hijau terlihat bergantian makan supresi alternate
7. Catat hasil : dalam jarak dekat dan jauh → fusi, supresi (kanan, kiri, atau alternate), atau diplopia.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


44 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kemungkinan hasil WFDT : pasien melihat :
1. 4 dots : (B)
• Normal binocular response dengan no manifest deviation (NRC with no heterotropia)
• Harmonious ARC with manifest squint
2. 5 dots
• Uncrossed diplopia dengan esotropia, red dots muncul di kanan (E1)
• Crossed diplopia dengan exotropia, red dots muncul di kiri dari green dots (E2)
3. 3 green dots, supresi dari mata kanan (D)
4. 2 red dots, supresi dari mata kiri (C)
5. Monofixation syndrome dengan dominan RE (F1 & F2)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


45 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
FARNSWORTH D-15

 FD-15 dikatakan dichotomous karena didesain untuk membagi subyek ke dalam salah 1 dari 2
grup : 1) strongly/medium color deficient,
deficient atau 2) mildly color deficient atau color normal
 Sebelum melakukan pemeriksaan, tentukan apakah tes akan dilakukan dengan binocular vision
atau terpisah tiap mata. Pemeriksaan untuk congenital color defects biasa dilakukan secara
binokular. Pemeriksaan untuk acquired defects misalnya toksisitas, trauma, penyakit retina, dll,
dilakukan pada tiap mata secara terpisah.
 Pemeriksaan
n ini dapat dilakukan pada anak diatas usia 5 tahun
 Dilakukan pada jarak kerja 19,5 inchi atau 50 cm dengan waktu pemeriksaan selama 2 menit.
 Untuk penderita low vision, terdapat 2 alternatif : 1) menggunakan magnetic farnsworth test atau
2) Panel 16 Quantitative Color Vision Test (mirip dengan FD-15
FD 15 tapi dengan ukuran color disc 3x
lipat lebih besar)

TEKNIK :
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dikerjakan
dikerjakan yaitu untuk menilai kelai
kelainan penglihatan warna
4. Meletakkan
an caps uji pada permukaan dengan posisi warna diatas, kemudian pasien diminta untuk
menyusun caps ke dalam kotak, berurutan dari caps yang paling menyerupai dari caps referensi.
5. Penilaian dilakukan dengan membaca angka pada bagian bawah caps warna dan dil
dilakukan
pencatatan dari urutan yang dikerjakan oleh pasien. Urutan pemilihan warna oleh pasien
digambar pada salinan lembar penilaian.
6. Normal apabila garis yang dibuat tetap di luar lingkaran, apabila garis yang dibuat melintasi pusat
lingkaran berulang kali maka subjek memiliki kelainan buta warna sedang atau berat. Jenis buta
warna ditentukan dengan membandingkan garis yang melintasi tengah lingkaran apakah pararel
dengan aksis protan,, deutan atau tritan.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
46 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
47 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
INTERPRETASI
 Confusion axis : mewakili area pada color wheel dimana pasien memiliki kesulitan untuk
membedakan warna yang dekat hubungannya.

Deuteranomaly Protanomaly Tritanomaly


Reseptor yang Hijau Merah Biru
terpengaruh
Confusion Hijau ke Ungu Merah ke Biru-Hijau Kuning ke Biru
axis
Nama Lain Red-Green Color Red-Green Color Blue-Yellow Color Blindness
Blindness Blindness
Penyebab Congenital Congenital Congenital (autosomal, pada
(X-linked) (X-linked) kromosom 7),
Acquired (sering krn obat)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


48 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Fundal Fluoresein Angiography

FFA PERBEDAAN ICGA


Scanning Laser Alat Infra Red Scanning Laser
Oftalmoskop (SLO) Oftalmoskop (Infra red
SLO)
Hijau Filter Infra red (merah)
Lebih kuat Kemampuan Lebih lemah
berfluoresence
Vaskuler Retina Target Pemeriksaan VaskularKhoroid
Tidak mampu menembus Barrier RPE Mampu menembus
C20 H12 O5 Na Rumus bahan kimia C43 H47 N2 O6 S2 Na
376.27 g/mol Berat molekul 774,96 g/mol

SPECTRAL REFLECTIONS OF FUNDUS LAYER

ALAT DAN OBAT FFA


1. Pewarnaan
Fluorescein sodium 500 mg : 2 mL (25%) dan 5 mL (10%)
2. Obat
- Benadryl 25mg (pre dan post alergi)
- Compazine 5mg (premed, untuk mencegah nausea)
- Antihistamin (untuk pasien dengan riwayat alergi)
3. Syringes
- 5 cc & 3 cc syringes, 20 gauge, 1.5 inch filtering needle
- 1 cc tuberculin syringes, 20 gauge, 1.5 inch filtering needle
4. Needles
- 20 gauge
- 21 gauge, 23 gauge, 25 gauge  butterfly infus set
5. Stopcock
- Three-port for single dye injection with a saline flush
- Four-port for double dye injection with a saline flush
6. Lain-lain
- Alcohol : untuk persiapan area injeksi

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


49 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
- Bandage : untuk menutupi area injeksi
- Kapas : untuk kontrol perdarahan
- Emesis basin atau double line trash : persiapan untuk tempat muntah
- Sarung tangan
- Ice pack : mengurangi nyeri bila terjadi ekstravasasi
- Tourniquet : untuk memudahkan mecari vena
- Kompres Hangat : untuk menghilangkan fluoresein pada area injeksi

KEGUNAAN PEMERIKSAAN FFA


1. Menentukan tindakan
2. Panduan tindakan laser
3. Untuk Follow up
4. Dokumentasi Pendidikan

INDIKASI PEMERIKSAAN FFA (SECARA GARIS BESAR)


1. Kelainan vaskuler retina dan tumor
2. Kelainan lapisan RPE
3. Kelainan makula
4. Kelainan khoroid
5. Kelainan optic nerve

KONTRAINDIKASI & PRECAUTIONS


1. Hamil  hindari angiography pada trisemester pertama
2. Hipersensitif

SYARAT PEMERIKSAAN FFA


1. Kejernihan media optik
2. Tidak ada gangguan fungsi hepar dan ginjal
3. Kooperatif
4. Skin test (-)  diberikan injeksi 1/10 mL fluorescein, ditunggu 1 - 2 menit
5. Pupil midriasis

KOMPLIKASI FFA
1. Mild : nausea, emesis, pruritus, gejala vasovagal
2. Severe : anafilatik syok (kejang, penurunan kesadaran, laryngeal edema, respiratory arrest,
myocardial infark) dan kematian  terjadi< 1:200.000

RESIKO FFA
1. Kulit terwarnai fluorescein yang persisten hingga beberapa jam
2. Perubahan warna urine

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


50 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
FASE FFA :
1. Choroidal Filling
2. Retinal Arterial Filling Fase awal
3. Venous Lamellar Filling (Arteriovenous Phase)
4. Full Venous Filling
5. Recirculation Fase tengah
6. Late Fase lanjut

CARA MEMBACA INTERPRESTASI FFA


1. Lihat Red Free Photo untuk perbandingan
2. Cek detik ke berapa
3. Cek fase apa yang sedang berlangsung
4. Mencari adanya abnormalitas apa tidak
NORMAL ABNORMAL
Tidak didapatkan adanya gambaran Didapatkan adanya gambaran
hiperfluorosen pada makula dari fase hiperfluoresein atau hipofluoresein di
awal hingga fase akhir (Papil? Makula? Vaskuler?) pada fase
yang mana

ABNORMALITAS FFA
1. Hyperfluorescence
Leakage Dinding pembuluh darah kehilangan kemampuan untuk bertahan
dari pewarnaan.
Contoh: mikroaneurisma, makroaneurisma, petaloid pattern pada
CME
Pooling Akumulasi dari fluorescein (ukuran leakage membesar), dan
intensitas makin meningkat seiring waktu angiogram
Contoh : Pigment epithelial detachment, intaokuler tumor, CSCR
(subretinal pooling)
Staining Peningkatan intensitas fluorescein pada lesi, ukuran leakage
konstan
Window defect Penurunan densitas hingga hilangnya lapisan RPE

2. Hypofluorescence
Non perfusi Defek pengisian vaskular
Contoh : Vaskular oklusi
Blokage Contoh : Perdarahan retina, deposit lipofusin, lesi
hiperpigmentasi

3. Autofluorescence / Pseudofluorescence

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


51 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
FASE WAKTU
1. Choroidal Filling 8-15 detik setelah injeksi

8"-15"

2. Retinal Arterial Filling 1-2 detik setelah fase 1

9"-17"

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
52 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
FASE WAKTU
3. Venous Lamellar Filling (Arteriovenous 2-3 detik setelah fase 2
Phase)
11"-20"

4. Full Venous Filling <11 detik setelah fase 2

19"-27"

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
53 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
FASE WAKTU
5. Recirculation 30-150 detik setelah injeksi

30"-150" atau 30"-2'30"


2'30"

6. Late 10-30 menit setelah injeksi

10'-30'

CONTOH ABNORMALITAS GAMBARAN FFA


1. Autofluorescence atau Pseudofluorescence,
Pseudofluorescence pada optic nerve drusen

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
54 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
2. Hypofluorescence

BLOCKED FLUORESCENCE NON PERFUSION (Arteri Oklusi)

NON PERFUSION (Vena Oklusi)

3. Hyperfluorescence

LEAKAGE (AMD) PETALOID PATTERN


(CME post op katarak)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
55 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
LEAKAGE (makroaneurisma)

LEAKAGE (mikroaneurisma)

POOLING (classic smokestack padapasien CSCR)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
56 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
POOLING (Pigment Epithelial Defect)

POOLING (intraocular tumor)

STAINING WINDOW DEFECT

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
57 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
USG MATA

TUJUAN :
• Mengetahui fisiologi/patofisiologi, anatomi dan embryologi segmen posterior bola mata
• Mengetahui penyakit-penyakit segmen posterior secara spesifik sesuai dengan gambaran klinis
• Dapat mendiagnosa dan mendiskripsikan kelainan-kelainan segmen posterior yang didapatkan

KEUNTUNGAN :
• Tidak merusak jaringan
• Tidak toksik
• Dapat mengevaluasi struktur jaringan lunak
• Dapat memberikan gambaran nyata pada pergerakan organ (real time)
• Dapat diulang (Screening)

Probe yang dipakai : 5 – 20 M-Hertz


1. Trans palpebra
2. Emersion : Trans Konjungtiva, Trans Kornea

INDIKASI :
1. Mengetahui keadaan segmen posterior pada media optis keruh
2. Oklusi pupil
3. Biometri
4. Dicurigai suatu massa tumor
5. Mengetahui keadaan retina & vitreus
6. Pasca trauma
7. Dicurigai benda asing intraokuler
8. Kasus trauma dengan media anterior keruh
9. Post op katarak curiga endoftalmitis
10. Curiga corpus alienum
11. Leukokoria
12. Pasien pra keratoplasty

PRINSIP
Pada rekaman A dan B scan simultan akan terekam :
o Spike akan terbentuk bila arah gelombang ultrasound akan mengenai dua media yang berbeda
kepadatannya
o Semakin tegak lurus arah gelombang ultrasound akan mengenai permukaan media tersebut →
akan dihasilkan puncak gelombang semakin tinggi

PROTOKOL USG SCAN B (TRANS PALPEBRAL)


1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan pemeriksaan yang akan kita kerjakan yaitu pemeriksaan USG mata yang bertujuan
untuk penegakan diagnosis
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
58 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
5. Pasien berbaring dengan posisi terlentang
6. Pemeriksa mengaktifkan alat USG
 Tekan switch pada posisi ON untuk mengaktifkan USG
 Tekan A/B –BIO pada panel control untuk memilih penggunaan USG atau Biometri
 Untuk penggunaan USG tekan A/B pada panel control
 Tekan New pada layar untuk memulai data baru
 Pilih mata yang akan diukur dengan menekan R atau L
 Isi data ID dan nama pasien
7. Pemeriksa berada di samping kanan kepala pasien dan mengarah ke monitor USG baik posisi
duduk maupun posisi berdiri
8. Jika pasien, pemeriksa dan alat USG sudah berada pada posisi yang tepat maka pasien diteteskan
anastesi topikal pada mata yang akan dilakukan USG (Jika trans kornea atau sklera)
9. Methylselulosa atau gel ophthalmic diletakkan pada ujung dari probe yang berfungsi sebagai alat
coupling
10. Lakukan pengukuran dengan menempelkan probe ultrasound tegak lurus terhadap
metgylcellulosa pada palpebra dengan posisi mata pasien tertutup pasien, max setting 80 Db,
membentuk yang simetris “terbalik” menekan tombol Freeze pada panel control atau pada
Footswitch

GAMBARAN USG BOLA MATA NORMAL


o Gambaran spesifik
o Untuk probe trans palpebra : detail segmen anterior tak bisa diinterpretasi
o Untuk probe transkonjungtiva atau trans kornea dengan emersi : detail segmen anterior +

PEMBACAAN GAMBARAN
Topographic Quantitative Kinetic
Location Reflecticivity Mobility
Shape Internal structure Vascularity
Extent Sound attenuation Convection Movement

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


59 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kekeruhan di vitreus (shape) :
1. Partikel ( darah, pus) mobilitas tinggi tetapi harus disesuaikan dengan anamnesa dan klinis
2. Membrane
3. Solid mass : spike tinggi + shadowing karena padat

PROTOKOL USG SCAN A (TRANS PALPEBRAL)


1. Cuci tangan
2. Mengucapkan Salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan pemeriksaan yang akan kita kerjakan yaitu pemeriksaan USG mata yang bertujuan
untuk penegakan diagnosis
5. Pasien berbaring dengan posisi terlentang atau posisi duduk
6. Pemeriksa mengaktifkan alat USG
 Tekan switch pada posisi ON untuk mengaktifkan USG
 Tekan A/B –BIO pad apanel control untuk memilih penggunaan USG atau Biometri
 Untuk penggunaan USG tekan A/B pada panel control
 Tekan New pada layar untuk memulai data baru
 Pilih mata yang akan diukur dengan menekan R atau L
 Isi data ID dan nama pasien
7. Pemeriksa berada di samping kanan kepala pasien dan mengarah ke monitor USG baik posisi
duduk maupun posisi berdiri
8. Jika pasien, pemeriksa dan alat USG sudh berada pada posisi yang tepat maka pasien diteteskan
anastesi topikal pada mata yang akan dilakukan USG (Jika trans kornea atau sklera)
9. Lakukan pengukuran dengan menempelkan probe ultrasound tegak lurus terhadap metgylcellulosa
pada palpebra dengan posisi mata pasien tertutup pasien, max setting 80 Db, membentuk yang
simetris “terbalik” menekan tombol Freeze pada panel control atau pada Footswitch
Karakteristik Scan A yang baik pada biometri
1. Terdapat 5 buah echo
a. Echo kornea yang tinggi
b. Echo yang tinggi dari lensa bagian anterior dan posterior lensa
c. Echo retina yang tinggi denganbentuk yang langsung tegak lurus
d. Echo yang tidak terlalu tinggi dari sclera
e. Echo yang rendah yang berasal dari lemak orbita
2. Tinggi echo yang baik

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


60 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
a. Ketinggian echo dari bagian anterior lensa harus lebih dari 90%
b. Echo yang berasal dari posterior lensa tingginya antara 50% s/d 75%
c. Echo retina mempunyai tinggi yang lebih 75%

Pemeriksaan dari bolamata normal echospike berikut dari kiri ke kanan


1 2 3 4 67

E
1. Puncak initial (1 ) mewakili gaung pada petunjuk probe dan tidak mempunyai makna klinis.
2. Garis dasar ( 5 ) mewakili rongga vitreous yang dicirikan oleh ketidakadaan echospike dalam
kondisi normal. Adanya beberapa titik garis horizontal memerlukan evaluasi untuk melihat
kondisi patologis.
3. Puncak retina ( 6 ) Satu garis lurus,echospike naik tinggi perpendikular dari garis dasar.
Echospike bergerigi artinya bahwa probe tidak di tempatkan secara perpendicular.
4. Puncak choroid banyak memantulkan cahaya echospike tinggi yang terlihat antara puncak retina
( 6 ) dan puncak sclera ( 7 ).
5. Puncak sclera sulit untuk dibedakan dari puncak choroid.
6. Puncak orbital ( 8 ) echospike multiple disamping puncak sclera.Puncak awal memantulkan
cahaya tinggi dan reflektivitas berkurang dengan cepat karena kelemahan suara pada orbital.
7. Skala elektronik ( E ) ditampilkan lebih rendah pada layar. Pemeriksaan pada sensitivitas sistem
yang rendah ( low gain) identifikasi secara jelas echospike retina dan sclera.

INTERPRETASI :
 Jarak antara dua echospike menunjukkan ukuran tidak langsung dari jaringan seperti panjang
bola mata,kedalaman anterior chamber dan ketebalan lensa.
 Tinggi dari spike/puncak menunjukkan kekuatan dari jaringan mengirim balik echo.Kornea,lensa
dan sclera membentuk amplitudo spike/puncak yang sangat tinggi.Sedangkan membrane
vitreous,perdarahan vitreous membentuk puncak yang rendah.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


61 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Contoh :
1. Massa Intraokular

Gambaran :
- Gambaran echogenic
lesion berbentuk mass
- Reflectivity high dari
RCS kompleks
- Mobilitas terfiksasi di
RCS kompleks

2. Asteroid Hyalosis

Gambaran :
- Gambaran echogenic lesion
berbentuk partikel
- Reflectivity high (80
(80-100%)
dari RCS kompleks
- Mobilitas tidak terfiksasi
pada RCS kompleks

3. Kekeruhan Vitreus Tebal

Gambaran :
- Gambaran echogenic lesion berbetuk
partikel
- Reflectivity low-moderate
moderate (5
(5-40%) dari
RCS kompleks
- Mobility tidak terfiksasi pada RCS
kompleks

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
62 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
4. Total Retinal Detachment

Gambaran :
- Echogenic lesion berbentuk membrane
- Bentuk open funnel mengisi 4 kuadrant
- Mobilitas : Terfiksasi pada nervus optikus
- A- Scan : Spike 100% RCS kompleks
- Kesimpulan : Total Retinal Detachment

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


63 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
DACRYOCYSTOGRAPHY

Beberapa teknik imaging:


1. Dacryoscintigraphy  untuk melihat fungsi
2. Dacryocystography
3. CT – Dacryocystography untuk melihat morfologi
4. Linear Tomography - Dacryocystography
5. MR – Dacryocystography

Indikasi dilakukan CT – Dacryocystography:


 pada kasus obstruksi DNL yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit intranasal, fraktur fasial,
tumor maksilofasial

Tujuan Dacryocystography:
1. Untuk menentukan lokasi obstruksi yang tepat
2. Menentukan apakah obstruksinya komplit atau inkomplit
3. Untuk melihat ukuran sakus
4. Untuk menentukan penyebab obstruksi
5. Kegagalan operasi sebelumnya
6. Kecurigaan tumor sakus

Alat yang dibutuhkan:


1. Anestesi topikal 6. Pungtum dilator
2. Spuit 3cc 4 buah 7. Plester
3. Material kontras 8. Senter
4. Aquades steril 9. Loupe
5. Wing needle  2 buah (ujung jarum sudah
ditumpulkan dan dibengkokkan)

Materi kontras:
Bahan dasar minyak
1. Bismuth subniytrate
2. Ethiodized oil
3. Iodized oil
4. Iophendylate

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


64 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Material berbahan dasar minyak lebih banyak dipilih oleh karena dianggap lebih baik dalam mengisi
saluran nasolakrimal karena tidak mengiritasi dan tidak dapat diencerkan oleh air mata sehingga
gambaran opasifikasi yang ditimbulkan lebih baik
Kerugian:
 perlu dipanaskan sebelum diinjeksikan.
 bila terdapat ektravasasi akan mengendap lebih lama (beberapa tahun) di jaringan lunak dan
dapat menyebabkan granulasi.
 Sebaiknya tidak digunakan pada kasus kecurigaan tumor, trauma, fistula  resiko bocor

Bahan dasar air


1. Methylglucamine diatrizoate 40%
2. Methylglucamine iodipamide 20%
Memiliki kemiripan dengan air mata dalam hal pH dan kekentalan.

Persiapan:
1. Informed consent
2. Didampingi oleh oftalmologis, radiologis dan radiografer
3. Pasien dalam posisi supinasi

Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
3. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya yaitu untuk melihat
patensi dari drainase saluran air mata
4. Gunakan handscoen, posisikan pasien pada meja pemeriksaan
5. Teteskan anestesi topikal pada kedua mata
6. Ambil gambar awal (foto polos) untuk memastikan posisi pasien sudah tepat dan kualitas gambar
sudah sesuai yang diinginkan.
7. Dilatasi punctum inferior menggunakan punctum dilator dengan kelopak bawah sedikit
dieversikan dengan tarikan minimal ke lateral untuk membantu menstabilisasi punctum dan
meluruskan kanalikuli.
8. Siapkan 2 ml cairan kontras pada spuit (bersihkan jangan sampai ada udara)
9. pasang ujung kanul pada punctum inferior dan fiksasi (bisa di pipi ataupun dahi) sampai stabil.
Jangan sampai memasukkan kanul terlalu dalam ke kanalikuli inferior
10. Injeksikan kontras sebanyak 1-2ml  lakukan pengambilan gambar
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
65 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Penilaian :
* Normalnya: Kanalikuli dan sakus dapat terlihat pada 10-12 detik setelah injeksi kontras. Kontras
akan keluar pada rongga hidung setelah 10-30 detik kemudian.
* Kanulasi melaui punctum superior dapat dilakukan bila kesulitan melakukan kanulasi melalui
punctum inferior atau bila diperlukan penilaian lebih lanjut setelah dilakukan pengambilan
gambar melalui punctum inferior.

DCG normal:
 Kanalikuli, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal tidak akan tampak dilatasi.
 Pada gambaran anteroposterior, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal memilii konfigurasi
linier
 Pada foto lateral dapat tampak perubahan arah duktus nasolakrimal sedikit ke posterior  ini
menandai lokasi katup krause.
 Tiga penyempitan anatomis normal yang dapat dikenali pada DCG:
1. Persimpangan antara kanalikuli komunis dan sakus lakrinalis (katup Rosenmuller)
2. Persimpangan distal sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal (katup Krause)
3. Distal dari katup Hasner

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


66 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
67 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
68 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
69 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
70 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
71 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
LASER
(Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)

Prinsip Dasar dari Fotokoagulasi


1. Menggunakan strong light untuk menggumpalkan jaringan (coagulate) dengan spektrum cahaya
400-780 nm.
Energi cahaya akan diserap oleh jaringan target, lalu akan diubah menjadi energi thermal.
2. Saat temperatur jaringan meningkat sampai 65 terjadi denaturasi protein pada jaringan.
3. Cahaya disalurkan ke pupil melalui slitlamp, indirek oftalmoskop, endophoto-coagulation
(vitrektomi) atau transscleral dengan contact probe.

Bagan Teori Laser


Strong Light dengan Light spectrum 400-780 nm

Ditembakkan ke target jaringan (Melanin / Xanthopyl / Hemoglobin)

Energi Cahaya diserap
 (berubah menjadi energi Thermal
Temperatur jaringan meningkat hingga 65

Denaturasi protein jaringan koagulasi nekrosis.
Target Jaringan Melanin Xanthopyll Hemoglobin
Cahaya Hijau, Kuning, Biru >>, Kuning <, Biru, Kuning, Hijau,
Merah Merah < Merah <

Macam Laser Pan Retinal Photocoagulation Macular Grid Focal Photocoagulation


(PRP)
 Tembakan 1200 – 1500 100 – 500 100 – 500
2 – 4 sesi
diulang 2- 4 minggu
Spot Size 500 m 50 – 100 m 100 m
Durasi / 0.1 sec ( 100 ms) 0.1 – 0.2 sec ( 0.1 sec ( 100 ms)
paparan 100 ms)
Power 200 mW 50-80 mW 70 – 80 mW

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


72 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Lensa yang dibutuhkan :
1. Negative power planoconcave lens
2. High Plus Lenses (Quadra Apsheric)

Laser Parameter
Tanggal D/S Spot size Exposure Time Power Jumlah Keterangan

Cara mengaktifkan alat laser Visulas 532 :


1. Putar kunci
2. Tanda panah di ujung kanan bawah di klik lalu muncul

Indikasi Laser
1. Pan Retinal Photocoagulation (PRP)
 menghilangkan jaringan iskemik untuk mengeliminasi neovaskularisasi retina, iris dan diskus
neovaskularisasi
 menurunkan stimulus yang menyebabkan kerusakan
kerusak yang terus – menerus pada penyakit
proliferative seperti : PDR, venous occlusion disease
2. Focal Photocoagulation
 Menutup kelainan vascular retina (intraretina) seperti makroaneurism ttelangectasia, IRMAs
 Focal ablation of extrafoveal CNV
 menciptakan adhesion atau perlekatan chorioretinal, seperti pada area disekitar area break di
retina

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
73 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
 pada kelainan pigmen epitel  leakage CSCR
 mengurangi massa tumor ocular
3. Macular Grid
 edema makula dengan tanda CSME dengan hasil FFA (Diffuse Makulopathy)

Kontra Indikasi
1. Absolute :
- Fibroglial atau membran fibrovascular yang luas
- Vitreous hemorrhage
- Vitreomacular traction
2. Relative :
Media Keruh

Komplikasi Photocoagulation  terjadi karena penggunaan energi yang berlebih atau salah
(misdirected light). Jadi yang harus mempersiapkan dan diperhatikan :
- wave length
- power
- exposure time
- spot size

Komplikasi Laser :
- Corneal burns  opacities
- Treatment of iris  Iritis & create zones atrophy
- Thermal damage  pupillary abnormality
- Absorption by lens pigment  lenticular burn
- Optic neuropathy
- Never fiber damage  absorpsi pada daerah berpigmen yang terlalu tinggi
- Chorioretinal :
- Accidental foveal burns
- Bruch membrane ruptures
- Retinal lesion
- Choroidal lesion
- Exudative retinal & choroidal detachment

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


74 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
PAN RETINAL PHOTOCOAGULATION (PRP)
- Fotokoagulasi secara luas  menghilangkan daerah iskemik  hingga menghilangkan
pertumbuhan pembuluh darah berupa retina, iris dan optik disk
- Sering :
Laser Hijau
Laser Kuning (Foto stimulasi)
Laser merah  katarak atau perdarahan vitreus
- Rekomendasi DRS :
Slit 10x durasi paparan 0.1 det
 800-1600 power 200 mW
Spot size 500
- Rekomendasi ETDRS
Slit 10x durasi paparan 0.1 det
 1200-1600 power 200 mW
Spot size 500
Lesi : abu-abu muda
dibagi menjadi minimal 2 sesi setiap mata, jarak 2 minggu untuk menghindari serous choroidal
detach.
laser dapat diulang  bila gagal regresi dari pembuluh darah, neovaskularisasi bertambah,
perdarahan vitreus karengan neovaskulaer yang aktif
regresi pembuluh darah 4-6 minggu
terapi post laser  kortikostreoid topikal, sikloplegik (jarang)
- Yang digunakan di RS soetomo
Spot size 200
durasi 0.1-0.2 sec
power 200 mW

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


75 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
MACULAR GRID
- Laser kuning : mencegah penyerapan - power start 50-80
80 mW
energi oleh hemoglobin - Tidak boleh kena fovea
- Spot 100-500 - kontrol 6-8
8 minggu

FOKAL
-  100-500
- Spot size 100
- durasi paparan 0.1 sec
- power 70-80 mW
- Indikasi 
- NPDR moderate – severe
- profilaksis pada robekan retina  korioretinal skar

Perdarahan Retina :
 Retina : mengikuti serabut saraf / RNFL / bundle
 Pre Retina :
- diantara vitreous dan retina
- Pembuluh darah di retina tidak terlihat atau tertutup
 Sub Retina :
- dibelakang retina
- antara retina dan sklera
- pembuluh darah retina terlihat

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
76 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
NPDR severe & pre PDR  Fokal laser
PDR  PRP

noted :
 IRMA : kumpulan mikroaneurisma
 mikroaneurisma : daerah sekitar iskemik
FFA m.a  jaringan iskemik terdeteksi +  laser fotokoagulasi
 Semua pasien NPDR atau PDR  gold standar pemeriksaan FFA ( daerah iskemik +  laser)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


77 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Pemeriksaan Kedudukan Bola Mata (Strabismus)

Tahapan Pemeriksaan Strabismus


1. Anamnesis
2. Visus
3. Kualitatif (Cover test, cover uncover test)
4. Kuantitatif (Hirschberg, Krimsky, Prism
Cover test)
5. Ocular motility
6. Binokular

Red Reflex Test (Bruckner Test)


1. Menggunakan Funduskopi direk, dengan cahaya putih terang dan lensa pada posisi plano (0 D)
2. Diarahkan ke pupil pasien dan dilihat refleks merah yang muncul pada kedua mata
3. Bila terdapat strabismus, mata yang mengalami deviasi akan memiliki reflek yang berbeda (lebih
halus , lebih gelap, lebih terang, atau lebih redup) daripada mata yang terfiksasi
4. Tes ini juga dapat mengidentifikasi kekeruhan pada visual aksis, dan anisometropia sedang-berat

Corneal Light Reflection Test


- Membandingkan posisi dari reflek cahaya kornea pada kedua mata. Mata normal akan memiliki
refleks yang simetris pada kedua kornea dan pupil.
- Tes yang paling sering digunakan adalah Hirschberg test dan Krimsky test
A. Hirschberg Test : memberikan estimasi kedudukan bola mata dengan melihat secara langsung
derajat desenterasi yang nampak pada reflek cahaya di kornea. Teknik ini berdasar pada fakta
bahwa tiap milimeter dari desenterasi sama dengan kurang lebih 7°, atau 15° deviasi dari visual
aksis.
1. Dudukkan pasien menghadap pemeriksa dengan kepala lurus dan pandangan pada posisi
primer
2. Pegang penlight di depan kedua mata pasien dengan jarak kurang lebih 60cm, arahkan
cahaya pada titik tengah dari kedua mata dan minta pasien untuk fokus pada cahaya dari
penlight tersebut
3. Bandingkan posisi reflek cahaya yang muncul pada kedua kornea dan catat hasilnya. Refleks
cahaya pada tepi pupil menunjukkan deviasi kurang lebih 15°(30Δ), reflek cahaya di
pertengahan iris menunjukkan deviasi kurang lebih 30° (60Δ), dan refleks cahaya pada
limbus menunjukkan deviasi kurang lebih 45° (90Δ).

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


78 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
B. Krimsky Test: pemeriksaan yang dipilih untuk mengevaluasi deviasi pada pasien dengan visus
yang lebih buruk pada mata yang mengalami deviasi.
1. Pemeriksaan dilakukan seperti pada pemeriksaan Hirschberg
2. Pilih prisma dengan power yang kurang lebih seperti hasil pemeriksaan Hirschberg
3. Tempatkan prisma di depan mata sehat (bukan yang mengalami deviasi), dengan apex
prisma menghadap ke arah deviasi. (bila menggunakan prisma bar, bagian belakang/flat
surface menghadap pasien, dan bagian prisma menghadap ke arah deviasi)
4. Kekuatan prisma dapat diturunkan atau dinaikkan hingga tercapai reflek cahaya yang
simetris yakni di tengah pupil
5. Catat hasilnya dengan mencantumkan tanda “by Krimsky” di samping hasil pengukuran (ex:
XT 30Δ (by Krimsky)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


79 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Cover test
Dilakukan dengan kedua mata terfiksasi pada target akomodasi yakni pada jarak dekat (33cm) dan
jarak jauh (6m). Okluder standar dapat digunakan, namun sekali waktu pemeriksa akan memerlukan
tangannya sendiri sebagai okluder. Dilakukan dengan dan tanpa koreksi kacamata yang biasa
digunakan oleh pasien dan pemeriksa harus mengamati secara dekat pergerakan mata pasien saat 1
mata di oklusi.
Cover-uncover test dilakukan pertama kali untuk menentukan deviasi yang manifes (heterotropia).
Bila tidak ada deviasi manifes yang muncul, maka cross-cover test dilakuakn untuk mendeteksi deviasi
laten (heterotropia)

Cover-uncover test
1. Pastikan kacamata/koreksi yang biasa digunakan pasien terpasang
2. Minta pasien untuk melihat pada fiksasi jauh, dan posisikan pemeriksa di depan pasien dengan
lengan terjulur tanpa menghalangi pandangan pasien
3. Dengan cepat, tutup mata yang terfiksasi dan amati pergerakan pada mata lainnya. Catat arah
pergerakan yang muncul
4. Buka penutup mata dan biarkan kedua mata selama 3 detik tanpa oklusi
5. Ulangi langkah 3 pada mata lainnya
6. Catat hasil namun jangan ditulis hingga cover test lainnya diakukan
7. Ulangi langkah di atas pada jarak dekat menggunakan fiksasi dekat

Alternate Prism and Cover test


1. Dengan pasien melihat pada fiksasi jauh, secara cepat dan bergantian pindahkan okluder dari satu
mata ke mata lainnya selama beberapa kali tanpa jeda agar tidak terbentuk fusi. Pastikan tiap
mata terfiksasi pada target setelah tiap pergerakan menutup. Pemeriksa sebaiknya duduk sedikit
ke arah midline, menghadap pasien dan pada jarak 1 lengan.
2. Tempatkan prisma pada 1 mata (biasanya pada mata yang dominan) sambil tetap bergantian
menutup mata dari satu ke lainnya. Ingatlah bahwa apex dari prisma menghadap ke arah deviasi.
Bila salah satu mata tidak bergerak secara normal, seperti pada kasus strabismus restriktif atau
paralitik, sangat penting untuk meletakkan prisma pada mata yang sakit tersebut. Kekuatan
prisma yang digunakan pada awal pemeriksaan ini disesuaikan dengan hasil Hirscberg.
3. Lanjutkan dengan menambahkan power prisma secara bertahap hingga tidak didapatkan
pergerakan pada kedua mata (neutralisasi). Agar yakin bahwa sudah tercapai neutralisasi, prisma
dapat terus ditambahkan hingga muncul pergerakan sebaliknya. Penggunaan prisma baik secara
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
80 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
horisontal dan vertikal secara simultan, sering untuk menetralkan pergerakan secara utuh. Pada
deviasi yang besar, 2 buah prisma horisontal atau vertikal sebaiknya tidak ditumpuk karena
dapat menyebabkan kesalahan pengukuran yang signifikan. Sebaliknya prisma ditempatkan
terpisah dan dibagi antara kedua mata
4. Catat hasilnya seperti contoh di bawah ini.
5. Ulangi langkah di atas pada fiksasi dekat
Contoh penulisan hasil dari Alternate Cover Testing
Contoh 1 Contoh 2
cc XT 30Δ sc RET’ 10Δ builds to 30Δ
X(T)’ 20Δ cc RE (T)’ 5Δ
Contoh ini menunjukkan pasien menggunakan lensa contoh ini menunjukkan saat pasien tidak menggunakan
koreksi nya, dengan hasil exotropia 30 prisma diopter kacamata (sc) didapatkan hasil esotropia kanan yang konstan
pada fiksasi jauh, dan intermitten exotropia 20 prisma pada fiksasi dekat, 10 prisma diopter yang meningkat menjadi
diopter pada fiksasi dekat. 30 prisma diopter dengan alternate cover.
(dekat = ‘) Saat pasien menggunakan kacamata, esotropia di kanan
menjadi intermitten dan berkurang menjadi 5 prisma diopter

Simultaneous prism-cover test


Pada beberapa pasien, besarnya deviasi dari pengukuran Alternate Prism and Cover test muncul lebih
besar daripada deviasi yang manifes. Pada kasus ini, simultaneous prism-cover test digunakan untuk
membantu menentukan besarnya heterotropia yang sebenarnya, ketika kedua mata tidak ditutup.
Dilakukan dengan cara menutup mata yang fiksasi sementara mata yang mengalami deviasi diberi
prisma. Tes ini diulangi dengan prisma ukuran lebih besar atau lebih kecil secara berturut-turut
hingga mata yang mengalami deviasi tidak lagi mengalami pergerakan saat mata yang terfiksasi
ditutup.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


81 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Orbscan

1. Tujuan pemeriksaan topografi kornea untuk kepentingan:


a. Bedah refraktif
b. Keratokonus
c. Post surgery astigmatism
d. Surgical planning pada kasus-kasus astigmatism
e. Efek dari kelainan pada kornea dan ocular surface
f. Lain-lain: fitting contact lens, monitoring ocular versus corneal wavefront
2. Interpretasi topografi kornea:
a. Identitas pasien: usia, danmata (OD/OS)
b. Lihat empat peta pada hasil orbscan
c. Lihat skala pseudocolor : identifikasi range dan gradient dari nilai yang ada.
d. Warna hijau: normal
e. Lihat data pada sim K: minimum corneal thickness, 3,5,7 zona irregularity, kappa angle, pupil
diameter, white to white diameter.
f. Orbscan dapat menilai:
 Anterior float
 Posterior float
 Keratometri pattern
 Pachymetri

Gambaran normal dari orbscan

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


82 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
83 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
84 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
85 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
PERIMETRI

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


86 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Karakteristik defek lapangan pandang
Absolut Tidak ada stimulus yang diterima pada area terkena
Relatif Stimulus yang lebih besar dan terang masih bisa diterima
pada area terkena
Deskripsi
Skotoma Area depresi dikelilingi oleh area yang normal (contoh :
bintik buta)
Sentral Terbatas pada area fiksasi
Sekosentral Meluas dari area fiksasi ke arah temporal menuju bintik buta
Parasentral Tidak mengenai area fiksasi
Arkuata Berhubungan dengan kehilangan serabut saraf diluar

Skotoma Sentral

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


87 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Skotoma Sekosentral

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


88 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Arkuata Nasal Inferior dan Superior

Defek Visual Field Nasal

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


89 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Altitudinal pada Gangguan Vaskular (AION)

Enlargement of Blind Spot (Contoh pada IIH)

Penyempitan Lapang Pandangan pada Papil Edema Kronik ec. Hidrosefalus

Tampak menyisakan hanya 100 sentral

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


90 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
91 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Bitemporal Hemianopsia

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


92 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
CT-SCAN

Pemeriksaan CT Scan penting untuk mengevaluasi bentuk, lokasi, perluasan, dan karakter dari lesi
orbita.

Contrast digunakan untuk meningkatkan visualisasi dari massa dengan high vascularization, massa
dengan perubahan permeabilitas vaskular, serta abses orbita.
Pada CT Scan dengan kontras, girus-girus pada brain parenchym tampak lebih prominent
dibandingkan dengan tanpa kontras, karena pada girus-girus tersebut terdapat pembuluh darah yang
terwarnai oleh kontras.
Pada trauma akut : CT Scan tanpa contrast
Pada kecurigaan massa : CT Scan dengan dan tanpa contrast

Potongan-potongan pada CT Scan :


 Axial : Parallel to the course of optic nerve
(Evaluasi dinding medial dan lateral orbita)
 Coronal : Eye, optic nerve, and extraocular muscle in cross section
(Evaluasi dasar dan atap orbita)
 Sagital : Parallel to the nasal septum
(Evaluasi detail seluruh nervus opticus dan dasar orbita).
Densitas Jaringan
 Isodense : Brain parenchym
 Hypodense : Jaringan dengan kandungan air tinggi/ edema
 Hyperdense : Jaringan yang mengabsorbsi sinar X tinggi (tulang, kartilago)
Area-area pada Orbita dibagi menjadi :
 1/3 anterior / posterior
 ½ anterior / posterior
 2/3 anterior / posterior
Batas lesi
 Circumscribed / well circumscribed : Berbatas tegas
 Diffuse : Batas tidak tegas

Perluasan lesi
• Destruksi tulang : Tulang tertekan oleh massa, tepi tulang tidak rata

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


93 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
• Erosi / dellen : Tulang tertekan oleh massa, muncul cekungan pada tulang
dengan tepi tulang masih rata
• Infiltrasi : Perluasan massa ke soft tissue, tidak ada batas yang jelas antara
massa dengan soft tissue yang diinfiltrasi

Istilah-istilah lain pada interpretasi CT Scan


o Encase : Membungkus (melapisi / membungkus keseluruhan, 360º)
o Enhancing : Contrast filling
o Slight
o Moderate
o High
o Kalsifikasi : Densitas lesi tanpa contrast mirip dengan tulang.
Untuk melihat kasifikasi, lihat pembandingnya :
o Soft tissue : Densitas pre contrast soft tissue lebih rendah dibandingkan dengan
densitas lesi kalsifikasi. Pada soft tissue densitas pre contrast < post
contrast.
o High vascular mass : densitas pre contrast lesi kalsifikasi = densitas post contrast high vascular
mass.

MRI
Istilah-istilah pada MRI :
 Isointense = isodense
 Hipointense = hipodense
 Hiperintense = hiperdense
Macam MRI :
• T1 : Gambaran mirip dengan CT Scan tanpa kontras. Semua jaringan hiperdense, kecuali cairan
• T2 : Yang mengandung cairan, lebih terlihat

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


94 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Contoh gambaran CT Scan normal

CT Scan axial irisan inferior orbita

CT Scan axial irisan mid orbita

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


95 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
CT Scan axial irisan superior orbita

CT Scan Coronal

CT Scan coronal irisan tepi orbita

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


96 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
CT Scan coronal irisan posterior orbita

Trauma Dasar Orbita (CT Scan Coronal, tear drop sign)

Benda Asing intraorbita (CT Scan Axial)

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


97 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Benda Asing intraorbita (CT Scan Coronal)

Contoh Interpretasi CT Scan


1. Tentukan CT Scan apa (CT Scan kepala fokus orbita)
2. Dengan / tanpa contrast ?
3. Pembacaan selalu dimulai dari CT Scan tanpa contrast
4. Mulai dari Orbita (Dari gambaran CT Scan tidak didapatkan tanda-tanda fraktur pada dinding
orbita)
5. “Dari gambaran CT Scan tanpa kontras didapatkan gambaran massa hipo/hiperdense / enhancing
solid mass berukuran yang berbatas ..tegas/tidak tegas (well circumscribed/ diffuse)”
6. Pada area extra/intraconal/ 1/3 posterior orbita… yang mengencase …(n.opticus/ bola mata)
7. Yang mengerosi/ mendetruksi tulang…/ menginfiltrasi….

Contoh-contoh gambaran CT Scan pada mata


 Tram-track sign

Maka bacaannya :
 CT Scan kepala fokus orbita tanpa kontras potongan sagittal.
 Tidak tampak kelainan pada dinding orbita kedua mata.
 Tidak tampak kelainan pada brain parenchym.
Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018
98 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
 Didapatkan massa hiperdense berbatas tegas / well circumscribed pada orbita kanan/kiri
berukuran …x…, terletak intraconal pada 2/3 posterior yang mengencase nervus opticus,
menyerupai gambaran tram--track sign,, dan mendorong bulbus oculi ke anterior ((harus
dibandingkan dengan mata sebelahnya pada potongan axial),
axial), mengesankan suatu optic nerve
sheath meningioma.

2.

• CT Scan kepala fokus orbita tanpa kontras potongan axial.


• Tidak tampak kelainan pada dinding orbita kanan dan kiri.
• Tidak tampak kelainan pada brain parenchym
• Tampak massa hypodense berbatas tegas (well circumscribed) berukuran ….x…. yang menempel
pada dinding medial orbita kanan, mendorong muskulus rectus medial kanan ke ara
arah lateral dan
mendorong bulbus oculi ke anterolateral, mengesankan suatu orbita subperiosteal abscess.

3.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15


15 Mei 2018
99 (Hima, Rony, Idham, Monmon,, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
 CT Scan kepala fokus orbita tanpa kontras potongan axial.
 Tidak tampak kelainan pada dinding orbita kanan dan kiri.
 Tidak tampak kelainan pada brain parenchym
 Tampak enlargement berbentuk fusiform pada muskulus rektus medial dan lateral mata kanan dan
kiri dengan tendon sparing, mengesankan gambaran suatu Thyroid Eye Disease.

4.

 CT Scan kepala fokus orbita dengan kontras potongan coronal, axial, dan sagital .
 Tidak tampak kelainan pada dinding orbita kanan dan kiri.
 Tidak tampak kelainan pada brain parenchym
 Tampak massa hiperdense berbatas tegas (well circumscribed) yang terletak intraconal berukuran
….x… pada orbita kanan, menekan nervus opticus dan muskulus rectus lateral kiri, serta
mendorong bulbus oculi ke arah inferoanterior.
 Kesan : Tumor retrobulber dd Hemangioma cavernosa.

5.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


100 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
Gambar B :
 CT Scan kepala fokus orbita tanpa kontras potongan axial.
 Tidak tampak kelainan pada brain parenchym
 Tampak hyperostosis pada os sphenoid kanan.
 Tampak massa hiperdense yang menempel pada os sphenoid kanan berukuran ….x….
 Kesan : Sphenoid wing menigioma.

6.

 CT Scan kepala dengan kontras potongan axial.


 Tidak tampak kelainan pada dinding orbita kanan dan kiri.
 Tidak tampak kelainan pada brain parenchym
 Tampak massa hiperdense berbatas tegas, berukuran …x…, yang terletak ekstraconal, mendesak
muskulus rectus medial kiri dan mendesak bulbus oculi kiri ke inferolateral.
 Kesan : OS Rhabdomyosarcoma

7.

 CT Scan kepala tanpa kontras potongan axial.


 Tidak tampak kelainan pada dinding orbita kanan dan kiri.
 Tidak tampak kelainan pada brain parenchym
 Tampak massa hiperdense pada sisi superotemporal orbita kiri yang berbatas tegas, berukuran
…x…, yang mendesak bulbus oculi ke inferior, mengesankan suatu lacrimal gland tumor.

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


101 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)
8. Tram-track sign pada MRI T2 potongan sagital

9. Contoh gambaran pada MRI T1

Kandidat Ujian Board Unair 14-15 Mei 2018


102 (Hima, Rony, Idham, Monmon, Umma, Marisca, Cita, Shinta, Sekar Ayu, Astrid, Ajeng, Indri)

Anda mungkin juga menyukai