Anda di halaman 1dari 6

I. Di negeri ini, koruptor masih bisa bergaya trendi.

Di foto, justru menebar senyum sana-


sini. perlu sebuah upaya, agar mereka menyadari. Korupsi itu perilaku busuk, bukan
sebuah prestasi. Stigma itu, dimulai dari rompi, maka pada 24 Mei 2013 dirilis ‘Seragam
baru’ koruptor (sumber : https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1444-balada-sebuah-
rompi-agar-malu-bila-korupsi). Berbagai upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan
sejak lama dengan menggunakan berbagai cara. Bahkan sanksi terhadap pelaku korupsi
sudah diperberat (lihat Pasal 2 ayat (2) UU Pemberantasan Tipikor yang mengancamkan
pidana mati), namun hampir setiap hari kita masih membaca atau mendengar adanya berita
mengenai korupsi, baik yang yang dilakukan oleh anggota legislatif, para kepala daerah
maupun aparat penegak hukum.
Pertanyaan :
a. Mengapa orang masih antusias melakukan korupsi?. Berikan argumentasi anda dengan
menggunakan Teori Utilitarian Prevention : Detterence!.
Jawaban :
Jika kita melihat dengan cara motivasi pelaku, pembagian orang yang termasuk dalam
kategori melakukan tindakan korupsi dapat terdiri dari lima hal yaitu :
- Korupsi karena kebutuhan
- Korupsi karena ada peluang
- Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri
- Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah
- Korupsi karena ingin menguasai suatu negara .
Dalam pandangan teori utilitarian, penerapan pidana dari segi manfaat atau
kegunaannya, dilihat pada situasi atau keadaan yang ingin dihasilkan dengan
dijatuhkannya pidana tersebut.

Di satu pihak, pemidaan dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku
terpidana. Pemidanaan juga dimaksudkan untuk mencegah orang lain dari
kemungkinan melakukan perbuatan serupa.

Teori utilitarian ini diikatkan dengan hal yang berorientasi ke depan (forward looking)
dan sekaligus mempunyai sifat pencegahan (deterrence).
b. Silakan dianalisis keterbatasan dari Teori Utilitarian Prevention : Detterence!.

Jawaban :
Meski ada kelebihannya, namun ada juga keterbatasan dalam teori Utilitarian
Prevention : Detterence.

Dalam teori ini adalah penjelasannya tidak berlaku bagi emotional crime, sebab kritik
yang ada selalu ditujukan pada unsur keberlakuannya hanya pada mereka yang taat
hukum. Dengan kata lain teori ini hanya memperkuat rasa ketaatan terhadap hukum.

II. Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dikenal sebagai seorang tokoh
yang sangat bengis. Bayangkan, tak hanya warga biasa, namun keluarganya pun tidak luput
dari serangan yang dilancarkan generasi ketiga pemimpin negara di utara Semenanjung
Korea itu. Daftar pembunuhan sadis yang dilakukan Kim Jong Un, antara lain :
1. Melempar pamannya ke kerumunan anjing lapar, karena sang paman dituding sedang
membentuk faksi baru yang dapat menggulingkan pemerintahan.
2. Mengeksekusi 11 orang musisi dengan senapan mesin anti pesawat hingga tidak
berbentuk lagi, dengan tuduhan telah melanggar undang-undang (UU) pornografi di
negara sosialis.
3. Mengeksekusi mantan Menteri Pertanian Ri dan Yong-jin, seorang pejabat senior di
Kementerian Pendidikan dengan senjata anti-pesawat di Akademi Militer di Pyong,
yang diisukan telah dieksekusi karena tertidur selama pertemuan yang dipimpin oleh
Kim.
4. Membunuh beberapa pedagang valuta asing di negara itu. Ia dikabarkan gerah dengan
aksi para pedagang yang dianggap sangat kapitalis.
(Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20201130211304-4-205854/sadis-ini-4-
daftar-kekejamankim-jong-un-bunuh-warganya/4).
Pertanyaan :
Silakan dianalisis dengan menggunakan pendapat Robert C. Jacobson!, mengapa
masyarakat Korea Utara yang mengalami viktimisasi dari Kim Jong Un mengabaikan
tindak-tindak kekerasan yang mereka alami.
Jawaban :
Robert C Jacobson, menjelaskan korban abai terhadap tindakan kekerasan yang pernah dialaminya
karena adanya kondisi-kondisi yang mendukung terjadinya pengabaian terhadap peraturan
normatif. Kondisi-kondisi tersebut yakni antara lain

1. Masyarakat tidak dapat bereaksi terhadap penyimpangan.


2. Agen kontrol sosial atau korban mungkin merasa takut akan konsekuensi yang diterimanya.
3. Tidak ada rasa peduli dari pihak lain.

Dengan demikian, masyarakat Korea Utara yang menjadi korban kekerasan tidak bisa bereaksi
adanya kekerasan tersebut sehingga pada akhirnya korban mengalami viktimasi akibat tekanan-
tekanan kekuatan politik sehingga mengalami rasa takut dan kemarahan yang mendalam, namun
terpendam karena tidak berdaya dengan kondisi tersebut.

III. Kanal Youtube Gen Halilintar diretas oleh hacker yang diduga berasal dari Rusia. Negara
di Eropa Timur ini memang dikenal sebagai gudangnya peretas berbahaya di dunia maya.
Jika sudah menjadi korban, dibutuhkan proses panjang dan bahkan sulit untuk
mendapatkannya kembali. Selain Rusia, ada sejumlah negara yang sudah dikenal dengan
jumlah hacker terbanyak di dunia, seperti China, Amerika Serikat, Brasil dan Indonesia.
Fakta ini mungkin mengejutkan. Namun nyatanya Indonesia juga menjadi sarang peretas
hebat di dunia. Laporan BBA tahun 2016 menyatakan jumlah peretasan dari Indonesia
terus meningkat. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai 38 persen dari semua insiden di
seluruh dunia pada tahun 2014 lalu. Selain itu, negara kita juga dikatakan memiliki
aktivitas botnet tertinggi untuk wilayah Asia Tenggara.(Sumber :
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/17/081149620/5-negara-dengan-keberadaan-
hackerterbanyak-indonesia?page=all).
Pertanyaan :
Silakan dianalisis faktor kriminologis terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh para
hacker, dengan menggunakan teori Differential Association yang dikemukakan oleh E.H.
Sutherland.
Jawaban :
Dalam Teori Sutherland yang mengemukakan terkait adanya Differential Association ini
terdiri dari :
a. Kejahatan dipelajari.
b. Kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang-orang lain melalui proses
komunikasi.
c. Bagian pokok dari proses belajar kejahatan berlangsung di dalam kelompok-
kelompok pribadi yang intim.
d. Proses belajar kejahatan terdapat teknik yakni melakukan kejahatan yang sering
rumit atau sebaliknya, tetapi juga sering sederhana, kemudian adanya arah
motif, dorongan dan pembenaran sikap-sikap.
e. Arah khusus motif dan dorongan dipelajari dari definisi-definisi mengenai hal
yang menguntungkan atau tidak aturan-aturan hukum yang ada.
f. Seseorang menjadi delinkuen karena mempunyai definisi yang tidak
mendukung pelanggaran hukum.
g. Pengelompokan yang bereda dan mungkin beraneka ragam dalam frekuensi,
lamanya dan prioritas serta intensitasnya.
h. Proses belajar kejahatan melalui pengelompokan dengan pola-pola kejahatan
atau anti kejahatan yang menyangkut semua mekanisme yang terdapat proses
belajar apapun.
i. Kejahatan merupakan pencerminan kebutuhan dan nilai umum, namun tidak
dijelaskan terkait kebutuhan dan nilai tersebut karena perilaku yang tidak jahat
merupakan pencerminan nilai-nilai dan kebutuhan yang sama.

Dari pisau pendapat ahli Sutherland ini, maka bisa disimpulkan bahwa yang dilakukan oleh
para hacker ini dipengaruhi adanya motivasi para pelaku yakni
1. Mencoba untuk memamerkan kemampuan dan keterampilan diri sendiri dalam
mengoperasikan peralatan teknologi informasi. Seperti yang kita tahu, bahwa kejahatan
bisa terjadi karena kecanggihan elektronik.
2. Menguji kemampuan pihak lain yang mengelola dan mengamankan situs / web site
3. Hanya untuk bersenang-senang
4. Berharap ingin menjadi pahlawan
5. Pelaku ingin memperkenalkan diri sebagai kelompok hacker
6. Memperoleh uang dengan cara tidak sah
7. Balas dendam
8. Motif politik
9. Pelampiasan kekecewaan
10. Persaingan usaha,
IV. Kasus :
Judi online, merupakan cara-cara baru dari cara yang selama ini berkembang dalam
masyarakat. Maraknya permainan judi online di internet membuat masyarakat resah dan
gelisah. Game judi online merupakan game berbasis android, di dalamnya terdapat
sejumlah pilihan permainan, mulai dari domino QQ, poker online, sportsbook, kartu, puzle,
dragon tiger, E-game/slot machine, dan lain-lain. Apalagi jika pelaku pemain judi online
adalah para pelajar. Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk belajar dan terus belajar, kini
waktunya terbuang percuma hanya untuk menikmati kesenangan sesaat (Sumber :
https://aceh.tribunnews.com/2021/01/21/bahayanyabermain-judi-online)
Pertanyaan :
Silakan dianalisis, penyebab maraknya judi online di Indonesia. Gunakan Teori Anomi
yang dikemukakan oleh Robert K. Merton sebagai pisau analisisnya.
Jawaban :
Teori anomie yang dipaparkan Robert K Merton disebut juga tentang teori ketegangan
yang menganggap bahwa kejahatan tercipta apabila individu tidak dapat mencapai tujuan
mereka melalui saluran legal.

Seorang manusia bisa menjadi frustasi dan mencoba untuk mencapai tujuan mereka
melalui saluran-saluran yang tidak legal atau menarik diri dari pergaulan sosial.
Salah satunya memanfaatkan teknologi yang ada untuk masuk dalam ranah perjudian
online. Individu yang terjebak dalam perjudian online ini dipengaruhi beberapa hal, antara
lain :
1. Adat atau budaya. Perilaku judi adalah penyakit sosial yang sudah ada sejak dulu dan
tidak bisa dihapuskan, namun semakin berkembang teknologi yang ada, sehingga
membutuhkan proses belajar untuk dalam bermain judi online.
2. Adanya fasilitas yang mendukung terjadinya judi online seperti jaringan internet,
smartphone maupun situs-situs judi online.
3. Adanya Undang-Undang yang mengatur penggunaan internet.

Anda mungkin juga menyukai