Anda di halaman 1dari 23

MENGIDENTIFIKASI RISET KEPERAWATAN DAN MANFAAT RISET

TERSEBUT TERHADAP PENGEMBANGAN


PROFESI KEPERAWATAN

’’’Mengurangi Gejala Kecemasan pada Lansia’’

disusun oleh:
Nopriyanti olii
N21021079

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2023
IDENTIFIKASI RISET KEPERAWATAN

Peneliti yang akan saya identifikasikan merujuk pada keperawatan medikal bedah pada
pasien dengan judul ”mengurangi kecemasan pada lansia’’ Peneliti ini terbit pada Mei 2022
dan diterbitkan oleh jurnal pengabdian pisikologis yang di teliti oleh Sephia Chaerunisa1,
Sarita Candra Merida, Rospita Novianti kemudian Diterima (12 April 2022), Disetujui (19 April
2022)

Tujuan saya mengambil peneliti ini untuk di identifikasikan untuk mengetahui lebih jauh
lagi hubungan tingkat caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien peneliti ini sangat
berpengaruh dalam menjlnkan suatu tindakan keperawatan

Perlu kita ketahui Cemas adalah perasaan yang timbul ketika kita khawatir atau takut akan
sesuatu. Rasa takut dan panik adalah hal yang manusiawi. Setelah beberapa waktu, kita biasanya
merasa lebih tenang dan nyaman. Rasa khawatir dan takut, dalam batasan tertentu, dapat
membantu menjaga kita, bahkan melindungi dari marabahaya. Akan tetapi, ada kalanya, rasa
cemas membuat keadaan terasa lebih buruk dari yang sebenarnya dan membuat kita kewalahan.
Kekhawatiran yang berlangsung berkepanjangan dapat menyebabkan kecemasan yang berjangka
panjang. Jika kecemasan membuat anak tidak bisa melakukan hal-hal yang biasanya mereka
sukai, atau membuat mereka khawatir ataupun mudah panik tanpa penyebab yang jelas, maka
penting untuk membantu mereka merasa lebih baik, termasuk dengan mencarikan dukungan yang
diperlukan. dapat diketahui Kecemasan pasien disebabkan pasien merasa terancam akan
kemampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar seperti mobilisasi diri.

Menurut UU Nomor 13 tahun 1998 lansia adalah seseorang yang menginjak usia lebih dari
60 tahun. Populasi lansia meningkat dibandingkan penduduk dengan usia lebih muda. Persentase
lansia di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, lansia merupakan fase akhir kehidupan
manusia di mana seseorang mengalami perubahan alami yang tidak dapat dihindari (Pangkahila,
2013).
Dari penjelasan yang di atas dapat saya simpulkan difokuskan pada untuk membantu
mengatasi kecemasan pada faktor kognitif dan emosional. Faktor kognitif terkait dengan
informasi mengenai pemahaman konsep tentang gejala kecemasan sehingga mampu
meminimalisir tentang perasaan berlebihan terhadap ancaman dari luar. Penanganan terkait
dengan faktor kognitif akan diberikan menggunakan psikoedukasi. dari berdasarkan riset
yang saya ambil Menurut Nevid, Rathus, & Greene (2014) aspek aspek kecemasan terbagi
menjadi 3 yaitu sebagai berikut : a. Aspek fisik Seseorang mengalami kecemasan dapat
tergambar melalui keadaan fisik, seperti mengalami kekhawatiran, kegugupan, anggota
tubuh gemetar, sensasi dari pita ketat melilit di area dahi, kekencangan pori kulit perut atau
dada, keringat berlebih, sakit kepala, mulut atau kerongkongan kering, kesulitan berbicara,
kesulitan bernafas, jantung berdetak lebih cepat, suara bergetar, anggota tubuh rendah
(suhu), lemas atau mati rasa, mual dan sakit perut, sering buang air kecil, wajah menjadi
merah, dan sensitif:b.Aspek behavioral Kecemasan yang dirasakan seseorang tampak dari
tingkah lakunya yaitu seseorang cenderung menghindar, melekat dan tergantung serta risau.
Aspek kognitif Kecemasan dapat dicirikan melalui ciri psikologis seperti kecemasan,
ketakutan atau ketakutan yang mengganggu perihal masa yang akan datang, kesadaran
yang mendalam, ketakutan kehilangan kontrol, memikirkan hal yang sama berulang kali,
pikiran
Dalam riset ini Menurut Cabrera dalam Fitri & Ifdil, (2016) lansia adalah seseorang
yang telah menginjak usia 60 tahun ke atas baik laki-lakimaupun wanita. Lansia mengalami
masalah kesehatan fisik, mental, dan sosial yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Menurut Effendi dalam Fitri & Ifdil (2016) lansia tidak memiliki kaitan dengan penyakit,
tetapi perubahan kehidupan selanjutnya seperti berkurangnya kemampuan tubuh dalam
menyesuaikan diri dengan stres lingkungan. Ketika memasuki fase lansia seseorang
mengalami perubahan kondisi fisik, misalnya penurunan energi, kerutan pada kulit,
kehilangan gigi atau melemahnya tulang. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis
dan sosial yang berdampak dependensi

MAANFAAT RISET KEPERAWATAN DIAMBIL TERHADAP PENGEMBANGAN


PROFESI KEPERAWATAN
Manfaat bagi perawat
1. Memudahkan perawat dalam melakukan Asuhan keperawatan dan membantu
pasien dalam menjalankan komunikasi terapeutik tanpa ada rasa takut
Manfaat bagi orang tua
1. Memberikan pengetahuan pemahan tentang cara mengurangi kecemasan
2. Melakukan hobi aktivitas yang disuka orang tua bisa mengurangi kecemasan
3. Memberikan makanan yang ber gizi pada orang tua
Vol. 1, No. 1
Devotion: Jurnal Pengabdian Psikologi, Mei 2022, hal 21-40 Fakultas Psikologi
ISSN XXXX-XXXX Universitas Pancasila

Mengurangi Gejala Kecemasan pada Lansia di Desa Mekarsari


RW 12 Tambun Selatan

(Behavior Intervention to Reduce Anxiety Symptoms for Elderly in


Mekarsari Village RW 12 South Tambun)

Sephia Chaerunisa1, Sarita Candra Merida, Rospita Novianti3


1, 2, 3
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jl. Perjuangan No.81
RT.003/RW.002 Marga Mulya Kec. Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa
Barat, Indonesia
Email: sarita.candra@dsn.ubharajaya.ac.id, rospitanovianti6@gmail.com

Diterima (12 April 2022), Disetujui (19 April 2022)

Abstrak: Kecemasan pada umumnya ditandai dengan rasa khawatir, gelisah, takut,
waswas, tidak tentram, panik dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Tentunya jika
dialami lansia, akan berdampak pada penurunan kesehatan yang akan mempengaruhi
kondisi finansial, sosial dan emosional. Intervensi perilaku pada kegiatan ini menggunakan
psikoedukasi dan latihan relaksasi. Metode psikoedukasi untuk menjelaskan mengenai
gangguan kecemasan yang dialami lansia pada umumnya dengan menggunakan pengajaran
ceramah singkat dan tanya jawab. Setelah itu diberikan latihan relaksasi, untuk melepaskan
ketegangan otot di setiap tubuh. Subyek dalam kegiatan ini adalah lansia usia 60-65 tahun
berjumlah lima orang. Setelah diberikan psikoedukasi, mampu meningkatkan pengetahuan
kelima subyek tentang gejala dan faktornya timbulnya kecemasan. Melalui latihan
relaksasi, membantu subyek untuk latihan saat gejala kecemasan itu muncul sehingga
menjadi lebih tenang, nyaman, tidak gugup, fokus dan percaya diri. Dapat disimpulkan
bahwa subyek yang mengikuti intervensi ini pemahamannya tentang gejala dan faktor
timbulnya kecemasan meningkat. Keterampilan dalam mengatasi kecemasan pun
bertambah melalui latihan relaksasi yang diberikan.

Kata kunci: Kecemasan; lansia ; psikoedukasi ; relaksasi

Abstract: In general, Anxiety is characterized by worry, anxiety, fear, anxiety, restlessness,


panic, and other uncomfortable feelings. If the elderly who experience anxiety, it will be
declining health which influences financial, social and emotional. Behavior Intervention
for this activity uses psychoeducation and relaxation exercise. Psychoeducation to explain
anxiety disorder experienced by the elderly by using short lectures and discussion between
participants. After that, participants begin relaxation exercises, to release muscle tension
in each body. Participants in this activity were the elderly aged 60-65 years totaling five
people. After being given psychoeducation, it was able to increase the knowledge of all
participants about the symptoms and the factors causing anxiety. Through relaxation
exercises, helping to practice when the symptoms of anxiety appear so that they become
relaxed, more comfortable, less nervous, focused and confident. It can be concluded that
the subjects who participated in this intervention had an increased understanding of the
symptoms and factors causing anxiety. Skills for coping anxiety were also increased
through the relaxation exercises provided.
Key words: Anxiety; elderly ; psychoeducational, relaxation

PENDAHULUAN dan emosi yang meningkat pada lansia


Menurut UU Nomor 13 tahun 1998 serta ketidakberdayaan beradaptasi pada
lansia adalah seseorang yang menginjak fase perubahan lansia. Maka dari itu
usia lebih dari 60 tahun. Populasi lansia lansia perlu mendapatkan pemahaman
meningkat dibandingkan penduduk konsep kecemasan untuk meminimalisir
dengan usia lebih muda. Persentase lansia permasalahan psikologis.
di Indonesia semakin meningkat setiap George dkk dalam Santrock (2002)
tahunnya, lansia merupakan fase akhir menyatakan lanjut usia lebih berpotensi
kehidupan manusia di mana seseorang mengalami gangguan kecemasan
mengalami perubahan alami yang tidak dibandingkan depresi. Kecemasan
dapat dihindari (Pangkahila, 2013). seseorang dapat dipengaruhi oleh
Kegiatan ini dilaksanakan oleh masalah kesehatan yang dialaminya.
mahasiswa dan dosen dalam wujud Selama fase lansia, seseorang akan
pengabdian kepada masyarakat. Sasaran mengalami efek positif dan negatif. Efek
pada kegiatan ini adalah lansia yang ada positif ketika lansia dalam kondisi sehat,
di wilayah RW 12 Tambun Selatan. aktif dan produktif. Efek negatif lansia
Pertimbangan aktivitas ini memfokuskan yaitu berkurangnya kondisi kesehatan
pada lansia di wilayah ini adalah yang berdampak pada kenaikan biaya
beberapa warga yang memasuki usia pelayanan kesehatan, berkurangnya
lansia mengeluhkan kesehatannya pendapatan, kenaikan disabilitas,
menurun, sering mengeluh sakit fisik, kurangnya dukungan sosial, dan
tidak bisa tidur, sering merasa gelisah, lingkungan yang tidak ramah terhadap
khawatir. Menurut Fitri & Ifdil (2016) lansia. Manfaat yang dapat diambil dalam
bahwa penurunan kondisi fisik lansia meningkatkan pola hidup sehat saat
juga diikuti dengan masalah psikologis lansia yaitu hidup akan membentuk
diantaranya merasa tidak berguna, sepi, ketaqwaan, tenang, dan gembira mengisi
waktu senggang, serta kehadirannya tetap ekstrem, kecemasan bisa mengganggu
diakui oleh keluarga maupun masyarakat. fungsi kita sehari-hari.
Program kegiatan ini diperlukan usaha Kecemasan menurut Freud dalam
untuk mempertahankan pola hidup sehat Rufaidhah (2009) adalah peran ego bagi
pada lansia sangatlah penting untuk mengingatkan seseorang mengenai
menjaga keseimbangan fisik dan psikis potensi adanya bahaya sehingga dapat
agar terhindar dari gangguan kecemasan merancang respons adaptif yang sesuai.
dan penyakit. Kecemasan berperan sebagai mekanisme
Kegiatan pengabdian masyarakat untuk menjaga ego sebab kecemasan
ini bertujuan untuk memberikan mengingatkan bahwa terdapat bahaya
pengalaman praktik dalam membantu dan bahaya dapat meningkat kecuali kita
masyarakat khusus nya pada lansia. melakukan tindakan yang tepat sampai
Melalui kegiatan psikoedukasi ego dikalahkan. Teori psikodinamika
diharapkan dapat meningkatkan Freud dalam Ghufron & Suminta (2014)
pemahaman terkait gejala kecemasan menjelaskan kecemasan merupakan hasil
serta melalui latihan relaksasi diharapkan dari konflik mental yang tidak disadari.
dapat mengatasi saat gejala kecemasan Kecemasan membentuk sinyal bagi ego
itu muncul. mengambil tindakan untuk mengurangi
cemas. Saat mekanisme diri bekerja,
Kecemasan kecemasan berkurang dan rasa aman
Kecemasan (anxiety) menurut pulih, tetapi jika konfllik berlanjut, maka
Nevid, Rathus, & Green (2014) adalah kecemasan menjadi tinggi. Mekanisme
kondisi ketakutan atau kekhawatiran pertahanan diri seperti phobia, regresi
yang mengeluhkan suatu hal buruk akan dan perilaku ritualistik dialami sebagai
terjadi. Kecemasan merupakan respon gejala. Kecemasan muncul dalam hidup
yang dialami ketika menghadapi seseorang ketika lahir dan rasa lapar
ancaman, namun kecemasan dapat untuk pertama kalinya. Saat kondisi
menjadi tidak normal jika tingkatannya sedang lemah sampai belum dapat
tidak sesuai dengan proporsi ancaman, bereaksi terhadap kedinginan dan
atau bila tiba tiada pemicunya yaitu, kelaparan, hingga muncul kecemasan
apabila lain merupakan respons pada pertama. Kecemasan selanjutnya timbul
peralihan lingkungan. Pada kasus ketika antara dorongan dari id untuk
pemisahan dari ego, dan kecemasan kegugupan, anggota tubuh gemetar,
kedua timbul antara dorongan dari id sensasi dari pita ketat melilit di area dahi,
yang melepaskan dan kecurigaan pada kekencangan pori kulit perut atau dada,
super-ego. Konflik secara tidak sadar keringat berlebih, sakit kepala, mulut atau
ditekan namun tidak berdampak oleh kerongkongan kering, kesulitan
waktu, seringkali tidak pragmatis dilebih- berbicara, kesulitan bernafas, jantung
lebihkan. Tekanan ini disebabkan oleh berdetak lebih cepat, suara bergetar,
tiga peristiwa yaitu : penurunan super anggota tubuh rendah (suhu), lemas atau
ego, peningkatan tekanan id, dan stres mati rasa, mual dan sakit perut, sering
psikososial yang menciptakan kecemasan buang air kecil, wajah menjadi merah,
berikutnya. dan sensitif.
Teori perilaku menyatakan bahwa b. Aspek behavioral
kecemasan hasil dari respon terhadap Kecemasan yang dirasakan
stimulus khusus (fakta) yang berlangsung seseorang tampak dari tingkah
cukup lama bagi seseorang untuk lakunya yaitu seseorang cenderung
mengembangkan respon kondisional menghindar, melekat dan tergantung
terhadap stimulus yang penting. serta risau.
Kecemasan merupakan dapat c. Aspek kognitif Kecemasan dapat
mengganggu kemampuan seseorang dicirikan melalui ciri psikologis
untuk mencapai tujuan. Kecemasan dapat seperti kecemasan, ketakutan atau
dikontrol melalui kontrol diri seseorang. ketakutan yang mengganggu perihal
Kontrol diri berhubungan pada masa yang akan datang, kesadaran
pengendalian emosi seseorang dan yang mendalam, ketakutan
dorongan dari dalam dirinya. kehilangan kontrol, memikirkan hal
yang sama berulang kali, pikiran
Aspek Kecemasan yang kacau, kesulitan memusatkan
Menurut Nevid, Rathus, & Greene pikiran, dan berpikir segalanya tidak
(2014) aspek aspek kecemasan terbagi dapat dikontrol.
menjadi 3 yaitu sebagai berikut : a. Aspek d. Keterkaitan Untuk mengurangi
fisik Seseorang mengalami kecemasan kecemasan pada lansia salah satunya
dapat tergambar melalui keadaan fisik, untuk tetap aktif dan produktif
seperti mengalami kekhawatiran, dengan pola hidup sehat dengan cara
berolahraga, makan makanan yang stimulus fobia, dan menurunnya
sehat dan kesempatan pemunahan sebab
dapat dukungan dari lingkungan menghindari objek atau situasi yang
sosial. Ketika lansia mengalami ditakuti.
kecemasan yang berlebihan akan d. Faktor kognitif dan emosional
mengalami gangguan fisik dan psikis Mencakup konflik mental yang tidak
dan akan menyebabkan pola hidup teratasi (Freud atau teori
sehat yang tidak teratur. Psikodinamika) faktor kognitif
seperti perkiraan rasa takut yang
Faktor yang mempengaruhi
berlebih, kepercayaan yang merusak
kecemasan
diri atau irasional, sensitif berlebih
Menurut Nevid, Rathus, dan pada ancaman, sensitif kecemasan
Greene (2005) kecemasan dipengaruhi kesalahan atribusi sinyal fisik, dan
beberapa faktor yaitu: efikasi diri yang rendah.

a. Faktor sosial lingkungan Mencakup


Sedangkan menurut Freud dalam
pemaparan akan kejadian traumatik
Feist & Feist (2012) membedakan faktor
atau menyakitkan, mengamati respon
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu : a.
kecemasan orang lain, dan minimnya
Kecemasan Neurotik
dukungan sosial.
Kecemasan neurotik adalah perasaan
b. Faktor biologis Mencakup
cemas karena bahaya yang tidak
kecenderungan genetik,
ditemukan. Perasaan tersebut berada
penyimpangan dalam fungsi
di ego, namun muncul dorongan id.
neurotransmiter, dan kelainan pada
Kecemasan neurotik bukanlah
jalur otak yang memberi tanda
ketakutan terhadap naluri tersebut,
bahaya atau yang menghambat
namun ketakutan akan hukuman
perilaku berulang.
yang bisa terjadi ketika naluri
c. Faktor perilaku
dipuaskan.
Mencakup stimulus aversif dan
b. Kecemasan Moral Kecemasan ini
stimulus yang sebelumnya netral,
muncul dari konflik antara ego dan
kecemasan disebabkan melakukan
superego.
ritual kompulsif atau menghindar
Kecemasan ini dapat terjadi jika Penanganan terkait dengan faktor
mereka tidak setuju dengan apa yang kognitif akan diberikan menggunakan
mereka Yakini benar secara moral. psikoedukasi. Untuk mengatasi faktor
Kecemasan moral didasarkan oleh emosional berupa rasa takut yang
nurani dan kecemasan hati berlebihan, reaksi fisik akibat dari rasa
Kecemasan moral juga memiliki takut yang ditimbulkan akan diberikan
dasar dalam realitas, di masa lampau melalui latihan relaksasi.
pribadi seseorang yang pernah
mendapat hukuman karena Lansia
melanggar norma moral dan dapat Menurut Cabrera dalam Fitri &
dihukum kembali. Ifdil, (2016) lansia adalah seseorang yang
c. Kecemasan Realistik Kecemasan telah menginjak usia 60 tahun ke atas
realistik merupakan emosi yang tidak baik laki-lakimaupun wanita. Lansia
menyenangkan dan tidak spesifik mengalami masalah kesehatan fisik,
yang mencakup kemungkinan mental, dan sosial yang saling berkaitan
bahaya itu sendiri. Kecemasan satu dengan lainnya. Menurut Effendi
realistik merupakan rasa takut akan dalam Fitri & Ifdil (2016) lansia tidak
adanya bahaya – bahaya nyata yang memiliki kaitan dengan penyakit, tetapi
berasal dari dunia luar. Ketakutan perubahan kehidupan selanjutnya seperti
realistik adalah ketakutan akan berkurangnya kemampuan tubuh dalam
bahaya nyata yang datang dari dunia menyesuaikan diri dengan stres
luar. lingkungan.
Potter & Perry
Pada kegiatan pengabdian (2009) menjelaskan proses lansia
masyarakat ini sendiri difokuskan pada menyebabkan terjadinya banyak
untuk membantu mengatasi kecemasan perubahan di antaranya sebagai berikut :
pada faktor kognitif dan emosional. a. Penurunan Kondisi Fisik
Faktor kognitif terkait dengan informasi Ketika memasuki fase lansia
mengenai pemahaman konsep tentang seseorang mengalami perubahan
gejala kecemasan sehingga mampu kondisi fisik, misalnya penurunan
meminimalisir tentang perasaan energi, kerutan pada kulit,
berlebihan terhadap ancaman dari luar. kehilangan gigi atau melemahnya
tulang. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku dan koordinasi sehingga
kondisi psikologis dan sosial yang menurunnya mobilitas pada lansia.
berdampak dependensi. Perubahan kedua aspek tersebut
b. Penurunan fungsi seksualitas Hal ini mempengaruhi perubahan psikososial
terkait dengan masalah fisik seperti yang berkaitan dengan kepribadian
gangguan jantung, gangguan lansia.
metabolisme, seperti diabetes, d. Perubahan Peran Sosial di
militus, vaginitis, kekurangan gizi Masyarakat
yang disebabkan permasalahan Lansia akan mengalami perubahan
pencernaan sehingga nafsu makan peran sosial dalam masyarakat.
berkurang. Menurut Erikson dalam Keadaan ini berpengaruh pada
Anisa, & Ifdil (2016) masalah kurangnya interaksi sosial para
mental pada lansia tampak dari lansia. Hal tersebut menyebabkan
indikasi penurunan fisik selaras hilangnya peran sosial karena
dengan aspek mentalnya. Lansia kondisi fisik yang menurun hingga
pada pria ditandai dengan memasuki lansia merasa tidak dibutuhkan
fase klimakterium, sedangkan wanita karena energinya sudah melemah.
ditandai dengan fase menopause. Penyesuaian diri yang kurang akan
Hal ini mempengaruhi memunculkan konsep diri negatif
ketidakseimbangan fisiologis yang karena sikap sosial yang negatif
mengarah kepada mempengaruhi kesehatan mental
ketidakseimbangan emosional lansia.
seperti stres dan depresi. Aspek – Aspek Lansia
c. Perubahan Aspek Psikososial
Menurut Potter & Perry (2009)
Penyebab perubahan aspek
Aspek – aspek lansia sebagai berikut : a.
psikososial lansia yaitu penurunan
Aspek Intelektual
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
Kemampuan intelektual lansia
kognitif yang merupakan proses belajar,
mengalami penurunan dan tidak bisa
memahami atau memperhatikan hingga
dihindari. Hal ini disebabkan oleh
memperlambat respon dan perilaku
beberapa faktor seperti penyakit,
lansia. Sedangkan psikomotorik adalah
kecemasan ataupun depresi. Akan
dorongan yang melibatkan latihan,
tetapi mempertahankan kemampuan d. Aspek Kepribadian Aspek
intelektual dapat dilakukan kepribadian dapat bersifat dinamis.
menumbuhkan dan mengembangkan Seseorang yang ingin memperluas
kemampuan intelektualnya. Hal ini pengetahuannya, belajar hal baru dan
juga dapat mengantisipasi positif serta menerimanya akan
kepikunan. menjadi pribadi yang lebih matang
b. Aspek Emosional Terdapat emosi dan stabil. Pada lansia yang
yang harus dihadapi lansia seperti sehat,kepribadian mereka dapat terus
perasaan tertinggal, tidak berfungsi tergantung pada tingkat
dibutuhkan, penyakit yang tidak keparahan depresi di tahap pra-
kunjung hilang atau kematian kehidupan, tetapi di usia tua mereka
pasangan menimbulkan kecemasan, biasanya kembali ke masa kanak-
depresi, dan kecemasan. kanak.
Penyesuaian diri pada lansia
bertujuan untuk mempertemukan METODE PELAKSANAAN
kemampuan lansia dalam mengatasi
Metode Pengumpulan Data
tekanan perubahan fisik, psikologis,
Observasi
dan sosial yang dialaminya.
Menurut Kusdiyati & Fahmi
Kemampuan untuk melakukan
(2019) observasi adalah metode
dengan benar mengembangkan
pengamatan sistematis yang
mekanisme psikologis untuk menyertakan dengan teknik pencatatan
memenuhi kebutuhan tanpa yang sistematis juga agar mendapat data
menimbulkan masalah baru. yang melandasi pernyataan spesifik dari
c. Aspek Spiritual Beberapa penelitian seseorang atau kelompok melalui
menunjukan bahwa seseorang yang perilakunya sehingga dapat dimaknai.
telah lansia akan lebih dekat dengan Pertimbangan pengumpulan data
agama. Hal ini menunjukan nilai dalam kegiatan pengabdian masyarakat
yang tinggi seperti kepuasan hidup, ini menggunakan observasi diantaranya
harga diri dan optimisme. Kebutuhan adalah :
spiritual memiliki dampak yang 1. Untuk memperoleh data langsung
besar terhadap ketenangan mental dari lapangan. Maka dari itu untuk
dan kesehatan fisik lansia. mendapatkan data yang sifatnya real
life phenomenon harus mengamati dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
langsung di lapangan (Herdiansyah, (Prawitasari, 2011) Pada kegiatan ini
2015). Terkait dengan kegiatan ini, terlibat dalam kegiatan lansia baik
pengamatan dilakukan untuk sebelum dan setelah mengikuti
mendapatkan data berupa perilaku psikoedukasi maupun latihan relaksasi
sebelum dan setelah mendapatkan untuk melihat perbedaan perilakunya.
psikoedukasi dan latihan relaksasi .
2. Analisis yang digunakan untuk Metode Intervensi Perilaku
menggambarkan kegiatan Tingkat kecemasan yang
pengabdian masyarakat ini lebih dirasakan oleh lansia dapat diturunkan
bersifat deskriptif kualitatif sehingga dengan berbagai cara, salah satunya
membutuhkan data berupa gambaran menggunakan metode intervensi
perilaku lansia sebelum dan setelah psikoedukasi dalam mengurangi
mengikuti kegiatan psikoedukasi dan kecemasan. Psikoedukasi adalah sebuah
latihan relaksasi metode edukatif yang bertujuan untuk
3. Pengukuran menggunakan alat ukur memberikan informasi dan
lain seperti alat tes dapat menjadi pengembangan yang berguna untuk
bias karena keterbatasan yang mengubah pemahaman mental atau
dimiliki subyek yaitu pada usia lansia psikis individu pada lansia. Dasar dari
dalam hal memaknai kalimat dalam intervensi psikoedukasi merupakan
tes. Maka dari itu observasi dapat kekuatan dan fokus terhadap masa
digunakan sebagai teknik sekarang serta masa kini Lukens &
pengumpulan data langsung tentang McFarlane (2004). Teori – teori yang
individu yang lebih akurat. melatar belakangi psikoedukasi yaitu
(Kusdiyati & Fahmi, 2019) teori sistem ekologi, teori
kognitifperilaku, dan teori belajar. Di
Observasi yang digunakan dalam dalam kegiatan ini akan menggunakan
kegiatan pengabdian teori kognitif-perilaku untuk sesi
masyarakat ini adalah pertama menggunakan teori kognitif
pengamatan libatan yang akan memberikan edukasi terkait
(participatory). Artinya pengamatan ini pemahaman gejala kecemasan, melihat
dilakukan dengan aktif dan terlibat
dari intelektual berpikir lansia secara pernafasan diafragma. Sebagaimana
logis dan rasional. diketahui, relaksasi ini merupakan
Metode yang digunakan ialah pendekatan perilaku untuk mengatasi
ceramah. Ceramah singkat merupakan kecemasan. (Davison C Gerald, 2006)
salah satu cara yang digunakan oleh Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pengajar dengan menjelaskan materi oleh Yuniati et al., (2020) bahwa
secara lisan, dan sudah terencana dengan relaksasi otot progresif memiliki
baik setiap materi yang akan diajarkan, pengaruh terhadap perubahan tingkat
sehingga dapat menjelaskan kecemasan yang dialami oleh lansia.
permasalahan dari topik pada materi Melalui relaksasi otot progresif ini dapat
tersebut. Metode ini dapat digunakan mengontrol saraf simpatis dan rasa
dalam proses pengajaran pada lansia tegang yang dialami oleh individu serta
yaitu dengan memaparkan materi merangsang sinyal otak untuk
mengenai kecemasan pada lansia untuk melancarkan aliran darah sehingga
lebih memahami materi yang menjadi lebih rileks. Begitu juga
disampaikan. Berdasarkan penelitian relaksasi dengan cara mengatur
yang dilakukan oleh Wulandari & pernafasan dapat membantu
Mahadini (2020) tentang kiat mengatasi menurunkan tingkat kecemasan pada
kecemasan pada lansia di rumah asuh lansia. Berdasarkan penelitian
anak dan lansia Griya Asih setelah yang dilakukan oleh Sahar et al., (2018)
diberikan penyuluhan tentang kecemasan pada lansia, bahwa relaksasi membantu
dan pendampingan mengalami menurunkan kecemasan yang dialami.
perubahan perilaku terkait gejala Diharapkan setelah mengikuti
kecemasan. Diantaranya sudah lebih relaksasi, secara emosi menjadi lebih
banyak tersenyum dibandingkan tenang dan nyaman. Setelah itu dapat
sebelumnya, yang tadinya tertutup lebih dipraktekkan secara mandiri saat gejala
banyak bergaul, tidur mulai teratur. kecemasan itu muncul. Tentunya
Selain memberikan ceramah juga pemahaman tentang gejala kecemasan
dilakukan tanya jawab tentang materi yang sudah diperoleh melalui
yang sudah diajarkan psikoedukasi.
Sesi kedua latihan relaksasi.
Relaksasi dengan cara latihan mengatur
Sasaran Program menimbulkan perasaan tenang dan
Lansia usia 60-65 tahun nyaman.
berjumlah lima subjek atas nama A, B,
ZR, TR dan KM. Manfaat :
Menambah wawasan dan meningkatkan
Rencana Kegiatan a. skema kognitif lansia mengenai dampak
Durasi kecemasan agar lansia dapat mengatasi
1 Jam / 4 kali pertemuan gangguan yang dialaminya.
b. Peralatan
- Laptop : 1 laptop Deskripsi :
- Masker : 1 box
Mengenalkan apa saja mengenai
- Hand sanitizer : 1 botol
definisi, faktor-faktor,dan aspek-aspek
- Vitamin : 1 box
tentang kecemasan pada lansia dan
- Speaker : 1 speaker
memberikan teknik pernafasan untuk
- Alat tensi : 1 alat tensi
Materi menangani gangguan kecemasan

Gangguan Kecemasan. tersebut.

Memaparkan materi untuk menjelaskan


definisi, penyebab faktor-faktor, dan Prosedur :

aspek- aspek kecemasan pada lansia. 1. Untuk lansia berkumpul disuatu


tempat yang disediakan nanti dan

Bagian 1 Gangguan Kecemasan Tujuan duduk di bangku yang telah

: disediakan.

Menjelaskan mengenai definisi, faktor, 2. Pengajar memberikan masker dan

dan aspek-aspek yang mempengaruhi menyemprotkan hand sanitizer guna

timbulnya perasaan cemas kepada lansia. mematuhi protokol kesehatan.

Dan melakukan kegiatan pernafasan 3. Pengajar menggunakan laptop untuk

diafragma, tensi, dan senam yang menyampaikan materi mengenai

kegunaanya untuk meminimalisir suatu definisi, faktor dan aspek kecemasan

ketegangan otot otot pada tubuh. kegiatan pada lansia.

ini dilakukan kepada lansia untuk 4. Pengajar memperkenalkan diri satu

merilekskan otot otot sehingga bisa dengan yang lainnya dan


menginformasikan kegiatannya Tabel 1. Jadwal Kegiatan
kepada lansia. Minggu ke
No. Uraian Kegiatan
5. Pengajar akan melakukan ceramah 1 2 3 4
1. Observasi
singkat yang akan menjelaskan
2. Penyuluhan materi
materi mengenai definisi, faktor dan mengurangi
kecemasan pada lansia
aspek kecemasan. dan memberikan
fasilitator sebuah
6. Selanjutnya setelah pemaparan program/kegiatan
pernafasan
materi yang disampaikan oleh diafragma,tensi dan
senam.
pengajar, pengajar mengadakan
3. Memberikan fasilitator
kegiatan teknik pernafasan dengan pembagian
masker,vitamin,
diafragma sebelum dilakukannya pengecekan tensi
4. Evaluasi hasil program
kegiatan senam guna untuk pengabdian
mengatasi apabila terjadi perasaan
Form Observasi Sebelum dan Setelah
cemas bisa melakukan pernafasan
diberikan Psikoedukasi dan Relaksasi
diafragma fungsinya untuk
merilekskan tubuh apabila sedang Lembar Observasi Nama peserta : A,
mengalami gangguan kecemasan B, ZR, TR dan KM.
tersebut kepada lansia.
7. Beberapa sedikit tanya jawab kepada
lansia.

Test Kemampuan
Nama Aspek Pre test Post test Setelah Post Test
K C B S

Ibu A Komponen Sebelum Sesudah


fisik dilakukan dilakukan
kegiatan, kegiatan lansia
terlihat lansia terlihat lebih
gemeteran, tenang,
gugup, lemas, nyaman dan
sesak nafas, tidak gugup
pusing. seperti
awalnya
dilakukan
kegiatan.

Ibu B, ZR Komponen Sebelum Sesudah
behavioral dilakukan dilakukan
kegiatan, kegiatan lansia
terlihat lansia lebih
menghindar, percay
takut, a diri.
bergantung
pada orang
lain. √
Ibu TR, Komponen Sebelum
Sesudah
kognitif dilakukan
dilakukan
kegiatan terlihat
kegiatan lansia
lansia mudah
terlihat lebih
cemas, ketidak
fokus untuk
aturan
mengambil
berpiki
keputusan apa
r sehingga
yang akan
lansia
dilakukan.
mudah bingung. √

Keterangan : sangat baik, karena lansia sudah


Kurang baik : Kemampuan yang dimiliki memahami kecemasan dan cara
lansia dalam mengurangi kecemasan menanganinya.
masih kurang, karena belum terlalu
mengerti apa itu kecemasan. PEMBAHASAN
Kegiatan ini merupakan kegiatan
Cukup baik : Kemampuan yang dimiliki yang dilakukan oleh mahasiswa dan
lansia dalam mengurangi kecemasan dosen dalam bentuk pengabdian kepada
cukup baik, karena lansia sudah masyarakat sebagai upaya untuk
memahami apa itu kecemasan. menangani kesehatan mental lansia.
Kegiatan ini diawali dengan melakukan
Baik : Kemampuan yang dimiliki lansia observasi untuk melihat keadaan lansia
dalam mengurangi kecemasan baik, terkait dengan gejala kecemasan yang
karena lansia sudah memahami apa itu dialaminya, sehingga dapat
kecemasan dan cara menanganinya, menyesuaikan metode tepat untuk
tetapi masih perlu dibimbing. memberikan intervensi pada lansia untuk
menangani kecemasan.
Sangat baik : Kemampuan yang dimiliki Tahapan selanjutnya setelah
lansia dalam mengurangi kecemasan melakukan observasi kepada lansia mulai
membuat modul tentang kecemasan dan perasaan negatif yang lain. Perilaku
mulai dari definisi, aspek, faktor dan yang ditampilkan pun, lansia sering
metode pengajaran yang menggunakan menarik diri dari lingkungannya dengan
psikoedukasi dan relaksasi. menutup diri, menyendiri dan tidak
Pertimbangan ini adalah berangkat dari percaya diri. Hal ini sejalan dengan
sudut pandang kognitif behavioral terkait penelitian yang dilakukan oleh (Mustika
kecemasan berikut ini sesuai dengan Mirani et al., 2021) bahwa lansia sering
sudut pandang psikologi abnormal mengalami kekhawatiran berlebihan
menurut (Davison C Gerald, 2006) : akan terjadinya sesuatu, ketakutan
berlebihan tentang sesuatu yang belum
Pikiran

terjadi di masa yang akan datang,


ketidakmampuan akan mengatasi
Rekasi
Kecemasan Perasaan
fisik
masalah, dan khawatir terhadap hal kecil
yang terjadi sehari-hari. Akibatnya lansia
Perilaku
menjadi kurang tidur sehingga
mempengaruhi kondisi fisiknya.
Berangkat dari penjelasan reaksi
Pada minggu pertama atau hari
fisik, seperti yang sudah dijelaskan
pertama di laksanakan pengabdian,
sebelumnya bahwa secara umum kondisi
diawali dengan mendatangi kantor Desa
fisik lansia mengalami penurunan.
Mekarsari di Tambun Selatan untuk
Penurunan kondisi fisik tersebut akan
meminta izin dilaksanakannya kegiatan
semakin diperkuat dengan adanya
ini. Setelah itu langsung ke tempat tujuan
permasalahan psikologis. (Fitri & Ifdil,
yaitu RW 12 untuk melakukan observasi
2016) Permasalahan psikologis itu
dan meminta izin. Setelah beberapa menit
diantaranya disebabkan oleh proses
mencari alamat RW 12 sampai akhirnya
berpikir yang keliru atau menyimpang.
menanyakan letak RW 12 kepada warga
Proses berpikir ini terkait dengan
sekitar. Sesampainya di RW 12 menemui
bagaimana lansia memandang
bapak ibu ketua RW 12 di kediaman
lingkungannya akan mempengaruhi
rumahnya terlebih dahulu. Setelah
perasaan dan perilaku yang ditampilkan.
melakukan perkenalan kepada kepala
Pemikiran yang keliru tentang
RW 12 lalu memberitahukan maksud dan
lingkungannya membuat lansia merasa
tujuan tentang kegiatan pengabdian
tidak nyaman, khawatir, gelisah, cemas,
masyarakat ini. Kepala RW 12 juga dengan memberikan pengetahuan
memberitahukan kondisi di tentang gejala kecemasan dapat
lingkungannya mengenai program menumbuhkan self awareness atau
kegiatan yang akan diterapkan pada kesadaran diri terkait dengan kecemasan.
wilayah ini cocok untuk di Setelah menumbuhkan self awareness,
lingkungannya tetapi untuk sasaran atau diharapkan lansia mendapatkan sudut
target kepada lansia jumlah nya tidak pandang baru tentang kecemasan
banyak. Hal itu dikarenakan lansia di sehingga dapat mengembangkan
lingkungan RW 12 terlalu tua, mengalami keterampilan coping atau penyelesaian
penurunan fisik yang signifikan karena masalah untuk mengatasinya.
sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur. Berdasarkan hasil penelitian yang
Maka dari itu kegiatan ini diarahkan dilakukan oleh Natasubagyo &
untuk lansia yang berumur 60-65 tahun Kusrohmaniah (2019) bahwa melalui
yang tinggal di wilayah tempat tinggal psikoedukasi dapat meningkatkan literasi
kepala RW. tentang kesehatan mental. Literasi ini
Pada minggu ke dua mulai bertemu berfokus pada kesadaran, pengetahuan
dengan lansia yang sudah dikumpulkan dan perilaku. Ruang lingkup dalam
oleh ibu RW. Mahasiswa pun berkenalan penelitian ini adalah psikoedukasi untuk
dan memberitahukan maksud dan tujuan meningkatkan literasi tentang depresi.
kegiatan yang ingin di selenggarakan. Terkait dengan pelaksanaan kegiatan ini,
Mahasiswa memulai kegiatannya dengan psikoedukasi dimaksudkan untuk
membagikan masker, vitamin dan meningkatkan literasi kecemasan dengan
menyemprotkan hand sanitizer pada membangun kesadaran, pengetahuan dan
lansia untuk perilaku untuk mengatasi kecemasan.
menjaga protokol kesehatan selama Selanjutnya setelah memberikan
kegiatan berlangsung. Pada kesempatan psikoedukasi adalah latihan relaksasi.
ini dimulai dengan memberikan Latihan relaksasi ini bertujuan untuk
psikoedukasi. Psikoedukasi dalam mengajarkan lansia untuk mengatasi
kegiatan ini bertujuan untuk memberikan perasaan takut, tidak nyaman, dan tidak
pengetahuan tentang definisi kecemasan, menyenangkan lainnya. Selama latihan
latar belakang penyebabnya, gejalanya relaksasi, lansia mengikuti setiap langkah
serta penanganannya. Harapannya yang diajarkan. Selesai melakukan
latihan relaksasi, lansia merasakan senam dan pembagian masker,vitamin
nyaman, tenang dan lebih enak. dan pengecekan tensi untuk tindak lanjut
Selanjutnya ditutup dengan kegiatan program intervensi yang sudah
senam dan melakukan pengecekan tensi dilakukan. Tentunya juga diskusi terkait
pada lansia. Pengecekan tensi dilakukan kondisi kehidupan lansia sehari hari
untuk mengetahui kondisi sebelum dan setelah diberikan intervensi perilaku.
sesudah mengikuti program intervensi Minggu ke empat atau minggu
perilaku. Di samping itu untuk terakhir diadakannya evaluasi hasil dari
memberikan gambaran kepada lansia kegiatan selama ini. Terlihat dari hasil
mengenai kondisi fisik sebelum dan psikoedukasi yang diberikan, lansia yang
setelah mengikuti intervensi perilaku mengikuti kegiatan tersebut merasa
sehingga diharapkan lansia bisa senang baru mengetahui cara mengatasi
mengelola pikiran lebih efektif, menjaga perasaan cemas yang dialami. Lansia pun
perilaku yang efektif dengan memulai berharap kegiatan ini berjalan setiap
gaya hidup yang baik melalui pola makan minggu karena mereka merasa ada
dan tidur yang baik. Tentunya pola pikir perasaan senang saat berkumpul dan
dan perilaku yang efektif harus didukung bersilaturahmi sesama lansia dan warga
dengan perasaan yang positif. Untuk sekitarnya. Perasaan senang ini muncul,
mengatasi perasaan yang negatif dan karena mendapatkan pemikiran baru
tidak nyaman, para lansia dapat tentang kecemasan, senang karena bisa
mempraktikan latiha relaksasi berkumpul dan berinteraksi dengan
yang sudah diajarkan. warga yang lain. Artinya, ketika
Selain psikoedukasi dan latihan kesadaran itu dibangun melalui
relaksasi, para lansia melakukan senam peningkatan pengetahuan akan
untuk menjaga kesehatan rohani dan memberikan sudut pandang atau
jasmani sekaligus bersilaturahmi sesama pemikiran yang baru yang lebih positif
lansia sehingga dapat menghindarkan sehingga perasaan yang muncul pun
perasaan cemas dan stres. Selain para positif serta perilakunya juga adaptif.
lansia kegiatan ini juga didukung oleh Pada kesempatan ini tim kegiatan
warga di lingkungan RW 12. pengabdian masyarakat juga berpamitan
Minggu ke tiga melakukan pada lansia serta ketua RW 12 dan
kegiatan seperti minggu ke dua yaitu mengucapkan terima kasih atas antusias
dukungan, serta penerimaan yang baik
dari lansia dan warga RW 12.

Gambar 5. Penyampaian materi

Gambar 1. Observasi

Gambar 6. Penyampaian materi

Gambar 2. Penyemprotan hand sanitizer

Gambar 7. Pernapasan Diafragma

Gambar 3. Pembagian masker

Gambar 8. Melakukan tensi

Gambar 4. Pembagian vitamin


disimpulkan bahwa psikoedukasi dan
terapi relaksasi membantu membangun
kesadaran pada lansia tentang kecemasan
terkait gejala, latar belakang
penyebabnya serta penanganannya
sehingga membantu untuk mengurangi
Gambar 9. Pelaksanaan senam gejala kecemasan. Pengetahuan tentang
konsep kecemasan pun menjadi
bertambah. Hal ini membantu lansia
untuk mengembangkan perilaku baru
yang lebih adaptif yaitu mulai
bersilaturahmi dengan orang lain.
Adapun saran yang dapat diberikan
Gambar 10. Pelaksanaan senam
berdasarkan kendala yang dialami
SIMPULAN
selama kegiatan berlangsung , yaitu
Sebagian besar lansia kurang
kesulitan dalam mencari subyek yang
menyadari gejala gangguan kecemasan
berusia lebih lanjut (lansia) karena
yang dialami lansia. Melalui kegiatan
keterbatasan fisik dari lansia itu sendiri.
psikoedukasi disampaikan materi
Saran untuk kegiatan pengabdian
mengenai deteksi dini dalam gangguan
masyarakat selanjutnya diharapkan agar
kecemasan. Hal ini dimaksudkan untuk
mampu mengembangkan aktivitas ini
membangun kesadaran, pengetahuan dan
dengan subjek lansia yang lebih banyak
perilaku baru bagi lansia sehingga
tipe dan karakteristiknya. Saran bagi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
subjek diharapkan lingkungan dapat
hidup lansia. Untuk mendukung
memotivasi subyek untuk selalu
terciptanya perilaku baru, setelah itu
mengikuti kegiatan sosial di lingkungan
mengajarkan latihan relaksasi. Latihan
rumahnya yang dapat memperluas
relaksasi ini dimaksudkan untuk
wawasan dan hubungan sosial subjek
mengajarkan lansia mengatasi saat
sehingga pikiran yang irasional tidak
perasaan cemas, takut, khawatir, dan
akan sempat dirasakan oleh subjek,
perasaan tidak menyenangkan lainnya
subjek tidak merasakan takut lagi. Di
muncul. Berdasarkan hasil yang
samping itu, apa yang telah diajarkan
didapatkan dalam kegiatan ini dapat
dapat dipraktekkan dalam kehidupan Natasubagyo, O. S., & Kusrohmaniah,
S. (2019). Efektivitas
sehari-hari.
Psikoedukasi untuk Peningkatan
Literasi Depresi. Gadjah Mada
Journal of Professional
DAFTAR PUSTAKA Alfaini, Psychology (GamaJPP), 5(1), 26.
D. F. N,. Dkk. (2021). https://doi.org/10.22146/gamajpp.
Mengurangi Kecemasan Sosial 48585
Selama Masa Pandemi Covid -19.
Jurnal Dedikasi, 1(1), 138-144. Nevid, J. S., Spencer,. A. R., & Beverly,
G. (2005). Psikologi Abnormal.
Davison C Gerald, N. M. J. K. M. A. Jakarta : penerbit
(2006). Psikologi Erlangga.
Abnormal.
Rajagrafindo Persada Nevid, J. S., Spencer,. A. R., & Beverly,
G. (2014). Psikologi Abnormal.
Feist, J, & Feist, G, J. (2012). Psikologi Jakarta : penerbit Erlangga.
kepribadian. Jakarta: Pangkahila, J. Alex. (2013). Pengaturan
Salemba Pola Hidup dan Aktivitas Fisik
Humanika Meningkatkan Umur Harapan
Fitri, D., & Ifdil, A. &. (2016). Konsep Hidup. Sport and Fitness Journal:
kecemasan (anxiety) pada lanjut 1(1), 1-7.
usia (lansia).Konselor
5(2). Potter & Perry. (2009). Fundamental
http://ejournal.unp.ac.id/index.php Keperawatan, Edisi 7 Buku 1.
/konselor Jakarta: Salemba Medika.

Ghufron, M. Nur & Suminta, Risnawita Prawitasari, J. (2011). Psikologi Klinis.


Rini (2014). Teori-Teori Psikologi. Pengantar Terapan Mikro dan
Jogjakarta: Ar- Ruzz Media. Makro. Erlangga.

Herdiansyah, H. (2015). Wawancara, Rufaidhah, E. R. (2009).


Observasi, dan Focus Group Efektifitas Terapi Kognitif
Discussion. Rajagrafindo Persada. Terhadap Penurunan
Kecemasan pada
Kusdiyati, S., & Fahmi, Penderita Asma di
I. (2019). Observasi Surabaya.Tesis. Fakultas
Psikologi (N. Muliawati, Psikologi-UGM
Ed.). PT. Remaja
Rosdakarya Offset. Sahar, R. H., & Azwar, A. (2018).
Efektivitas relaksasi benson dan
Mega, M,M. (2021). Gambaran tingkat nafas dalam terhadap perubahan
kecemasan pada lansia di wilayah tingkat kecemasan lansia di pstw
kerja puskesmas payung sekaki. gau mabaji Gowa. Berkala Ilmiah
Jurnal Medika Hutama, 2, 647- Mahasiswa Ilmu Keperawatan
659. Indonesia, 6(1)
https://jurnalmedikahutama.com/i
n dex.php/JMH/article/view/149
Santrock, J. W. (2002). Life-Span
Development. Perkembangan masa
hidup. Jakarta: Erlangga NQ
Publishing

Wulandari, M., & Mahadini, C. (2020).


Kiat mengatasi kecemasan lansia di
rumah asuh anak dan lansia griya.
Journal of Community Engagement
and Employment.
http://ojs.iik.ac.id/index.php/JCEE

Anda mungkin juga menyukai