Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah
bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening
hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala
munculnya benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya.
Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunk dan
nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat
(Baratawidjaja,2020)
B. Etiologi
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu
bakteri,virus, protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri staphylococcal
adalah penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae,
jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Ciri khasnya,
infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga,
hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi
cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberculosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa
mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh
(Baratawidjaja,2020).
C. Tanda dan gejala
Kelenjar getah bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba
terasa lunak dan nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tekan,
dan tanda radang. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat, pembengkakan ini
akan menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan tumor. Dan untuk
memastikan apakah gejala-gejala tersebut merujuk pada penyakit limfadenitis maka
perlu adanya pengangkatan jaringan untuk pemeriksaan di bawah mikroskop.
D. Patofisiologi
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah
sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh
dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh
getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar
getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran
pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah
bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila
ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga
kelenjar getah bening membesar (Baratawidjaja,2020).
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit,
sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas
atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan
mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan
kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar
getah bening. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa
pembesaran kelenjar getah bening.
Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher, ketiak,
dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai
mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal
yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan
tubuh (R.Sjamsuhidajat, dkk. 2019)
Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan oleh :
1. Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit,
histiosit
2. Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil
3. Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.
E. Pathway keperawatan

Invasi mycobacetrium TB

Basil TB mencapai pulmo

Basil TB difagogsit oleh makrofag

Basil TB bermultiplikasi dalam makrofag

Basil TB menyebar secara limfogen

Reaksi inflamasi di saluran limfe & Kelenjar limfe ragional

Limfadenitis Tuberkulosis
Pasien dan keluarga tidak
Mengerti mengenai penyakit,
Terapi, dan pengobatan
Reaksi peradangan

Khawatir mengenai kondisi


Kondisi pasien

Ansietas

Granulasi pembentukan abses gangguan pertukaran


gas
chemorecetion
merangsang pengluaran
bradilidin, prostaglandin
dan histamine
penigkatan suhu Timbul benjolan
tubuh
respoter nyeri

hipetermia perubahan hipotalamus


struktur tubuh
Nyeri

gangguan citra tubuh Nyeri akut


F. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Limfadenitis dapat
terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus atau staphylococcus. Terkadang juga dapat
disebabkan oleh infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella).
Oleh karena itu, untuk mengatasi Limfadenitis adalah dengan mengeliminasi
penyebab utama infeksi yang menyebabkan Limfadenitis (Baratawidjaja,2020).
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang
bersangkutan dan pemberitan antibiotic, penderita limdafenitis mungkin mengalami
pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya
oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan
diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
1. Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
2. Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
3. Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
4. Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
5. Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri
6. Operasi mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.
Hindari pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko sindrom
Reye pada anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa komplikasi dan
disebabkan oleh virus biasanya hilang dalam beberapa hari atau minggu Partridge E
(2021).
Tata laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apa pun selain dari observasi. Kegagalan
untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsy
kelenjar getah bening. Biopsy dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan, kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah
besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan Partridge E.
(2021) Secara umum pengobatan Limfadenitis yaitu:
1. Pengobatan dilakukan dengan tuberkulositik.bila terjadi abses,perlu dilakukan
aspirasi dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan
dinding abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.
2. Pembesaran kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh
sendiri, walaupun pembesaran kelenjar getah bening dapat berlangsung mingguan.
Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis) adalah anti-
biotic oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin dosis: 25
mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic golongan penicillin
dapat diberikan cephalexin dengan dosis: 25 mg/kgBB(dosis maksimal 500 mg) 3
kali sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis maksimal : 500 mg) 3 kali sehari
3. Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan
obat anti tuberculosis selama 9-12 bulan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
mengklasifikasikan limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat
2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and
Compbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam regimen
2RHE/7RH.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2020. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit Erlangga,

Jakarta, Hal: 86

M. Tierney, Jr., MD, Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2

Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika Jakarta.

Partridge E (2021) Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858-

overview Accessed on March 2nd, 2016.

R.Sjamsuhidajat, dkk. 2019. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC.Hal.465

Anda mungkin juga menyukai