LP Fraktur Fix
LP Fraktur Fix
1. Pengertian
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat total maupun
sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dari
tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Fraktur
dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi.
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
kerusakan jaringan lunak seperti otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah.
2. Penyebab/factor predisposisi
Adapun 3 penyebab dari fraktur menurut Price dan Wilson (2015) yaitu
sebagai berikut:
klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur patologik
c. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru
saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan
sebagai berikut :
Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
d. Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini hanya biasanya
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari atau setelah cedera
5. Klasifikasi
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris dan yang
lainnya.
b. Berdasarkan komplit atau tidak komplit fraktur:
2) Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
struktur neurovascular.
d) Grade III ini dibagi lagi kedalam: III A: fraktur grade III, tapi tidak
membutuh kan kulit untuk penutup (skin graft). III C: fraktur grade III,
dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki,dan beresiko untuk
dilakukannya amputasi.
1) Fraktur Transversal
2) Fraktur Oblik
3) Fraktur Spiral
trauma rotasi.
4) Fraktur Kompresi
5) Fraktur Avulsi
2) Adanya dislokasi
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
i. Fraktur kelelahan:
j. Fraktur patologis:
jaringan lunak.
7. Penatalaksanaan
a) Reduksi
traksi manual. Alat-alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang
lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam
b) Imobilisasi
c) Cara Pembedahan
Cara pembedahan yaitu pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan
pen merupakan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dikenal dengan
8. Komplikasi
a) Komplikasi Awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah kejadian syok, yang berakibat fatal
hanya dalam beberapa jam setelah kejadian,kemudian emboli lemak yang dapat
terjadi dalam 48 jam, serta sindrom kompartmen yang berakibat kehilangan fungsi
b) Komplikasi Lambat
mengalami patah terlambat, bahkan tidak ada penyatuan. Hal ini terjadi jika
penyembuhan tidak terjadi dalam dengan waktu normal untuk jenis dan fraktur
tertentu. Penyatuan tulang yang terlambat atau lebih lama dari perkiraan
berhubungan dengan adanya proses infeksi sistemik dan tarikan jauh pada
fragmen tulang. Sedangkan tidak terjadinya penyatuan diakibatkan karena
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau
didapat dari data pengkajian yang yang lengkap mengenai data pasien
3) Region Radiation of pain : apakah sakit bisa reda dalam sekejap, apa terasa
5) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu
3) Pola eliminasi
keluarga.
6) Pola persepsi dan konsep diri
f. Pemeriksaan fisik
a. Keluhan utama:
(2) Kedaaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat. Tanda-tanda vital
(3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan,baik fungsi maupun
bentuk.
(1) Kepala
(2) Leher
(3) Wajah
Palpasi : Tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi,
(4) Mata
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan seperti kongjungtiva tidak anemis
(5) Telinga
(6) Hidung
(7) Mulut
(8) Thoraks
Perkusi : Pekak
reguler
(9) Paru.
tambahan lainnya.
(10) Jantung
(11) Abdomen
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan
BAB
g. Keadaan luka.
Inspeksi (look)
limfe, tulang dan sendi, apakah ada jaringan parut,warna kemerahan atau
Palpasi (feel)
Pergerakan (move)
a. Pengkajian primer
Kaji :
2) Breathing
Kaji :
3) Circulation
Kaji :
4) Disability
Kaji :
b. Pengkajian sekunder
Kaji :
kadang tidak sesuai dengan parahnya cidera, jika ada saksi seseorang dapat
pasien.
(2) Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki
(a) Trauma pada tungkai akibat jatuh dari ketinggian sering disertai
(b) Trauma pada lutut saat pasien jatuh dengan posisi duduk dapat disertai
(c) Trauma lengan sering menyebabkan trauma pada siku sehingga lengan
(d) Trauma proksimal fibula dan lutut sering menyebabkan trauma pada
tungkai bawah.
(6) Kaji adanya perdarahan dan syok terutama pada fraktur pelvis dan femur.
2. Diagnosis keperawatan
a. Nyeri Akut (D. 0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
kimia iritan), agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
b. Gangguan integritas kulit atau jaringan (D.0129) berhubungan dengan
ke-75 sesuai usia, efek agen farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri,
menurun, rentang gerak (ROM) menurun, nyeri saat gerak, enggan melakukan
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup
istirahat, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
iskemia, sianosis.
volume cairan, penurunan aliran arteri atau vena, kurang terpapar informasi
pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral
Cahyati, Yanti. 2022. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah DIII Keperawatan
Jilid II. Jakarta: Mahakarya Citra Utama.
Suriya, Melti dan Zuriati. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi Nanda NIC & NOC.
Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.