Askep Seminar Ruang Icu New
Askep Seminar Ruang Icu New
OLEH:
OLEH:
KELOMPOK 2
1. Halimatussyadiah ( 2021-01-14901-024 )
2. Hendra Gustika Saputra ( 2021-01-14901-026 )
3. Istiyani Lotinia Lilit ( 2021-01-14901-029 )
4. Jeffri Rosadi ( 2021-01-14901-031 )
5. Jepri ( 2021-01-14901-032 )
6. Krisevi Handayani ( 2021-01-14901-037 )
7. Kris Kelana ( 2021-01-14901-036 )
8. M.Aldi Wiranto ( 2021-01-14901-040 )
9. Mariani ( 2021-01-14901-041 )
OLEH:
KELOMPOK 2
1. Halimatussyadiah ( 2021-01-14901-024 )
2. Hendra Gustika Saputra ( 2021-01-14901-026 )
3. Istiyani Lotinia Lilit ( 2021-01-14901-029 )
4. Jeffri Rosadi ( 2021-01-14901-031 )
5. Jepri ( 2021-01-14901-032 )
6. Krisevi Handayani ( 2021-01-14901-037 )
7. Kris Kelana ( 2021-01-14901-036 )
8. M.Aldi Wiranto ( 2021-01-14901-040 )
9. Mariani ( 2021-01-14901-041 )
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
i
LEMBAR PENGESAHAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : 1. Halimatussyadiah ( 2021-01-14901-024 )
2. Hendra Gustika S ( 2021-01-14901-026 )
3. Istiyani Lotinia Lilit ( 2021-01-14901-029 )
4. Jeffri Rosadi ( 2021-01-14901-031 )
5. Jepri ( 2021-01-14901-032 )
6. Krisevi Handayani ( 2021-01-14901-037 )
7. Kris Kelana ( 2021-01-14901-036 )
8. M.Aldi Wiranto ( 2021-01-14901-040 )
9. Mariani ( 2021-01-14901-041 )
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Kritis Pada
Ny. N Dengan Diagnosa Medis Edema Cerebri Di Ruang
ICU RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Meilitha Carolina,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Asuhan
Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan
Diagnosa Medis Edema Cerebri Di Ruang ICU RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya” Laporan asuhan keperawatan ini merupakan salah satu syarat
untuk lulus profesi ners stase Keperawatan Kritis di STIKES Eka Harap Palangka
Raya. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
laporan asuhan keperawatan ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada:
1. drg. Yayu Indriaty, Sp.KGA selaku Direktur RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya yang telah menyediakan tempat bagi pelaksanaan Praktik
Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat Darurat STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Bapak DR. Andryansyah Arifin, MPH, selaku ketua Yayasan Eka Harap
yang telah memberikan kesempatan dan dukungannya untuk mengikuti
program profesi Ners.
3. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKES Eka Harap
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners.
4. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners
5. Bapak Hermanto, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan.
6. Syamsudin, S.Kep., Ners selaku pembimbing Klinik yang telah banyak
memberikan saran, bimbingan, dan waktunya dalam menyelesaikan
laporan asuhan keperawatan.
7. Dosen STIKES Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan materi
terkait asuhan keperawatan.
iii
Demikian Laporan Asuhan Keperawatan ini dibuat, agar dapat berguna
bagi pengembangan ilmu keperawatan, dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dilain waktu penulis dapat membuat laporan asuhan
keperawatan dengan lebih baik lagi.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................... 50
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 53
4.1 Pengkajian Keperawatan ................................................... 53
4.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................... 56
4.3 Intervensi Keperawatan .................................................... 57
4.4 Implementasi Keperawatan ............................................... 58
4.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
4
5
kompleks dan terdiri dari 100 miliar lebih sel saraf. Seluruh saraf tersebut saling
terkait di dalam sistem yang menghubungkan otak dengan seluruh tubuh, suatu
sistem yang memungkinkan gerakan dan refleks terjadi hampir dalam sekejap
(Harsono, 2018).
2.1.3 Etiologi
Pembengkakan otak terjadi akibat kerusakan jaringan, penumpukan cairan
atau darah, juga pembengkakan pembuluh darah dalam otak. Beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan gangguan tersebut adalah:
1. Cedera otak akibat benturan
2. Infeksi, seperti meningitis, ensefalitis, atau toksoplasmosis,
3. Tumor otak, Stroke, baik stroke iskemik maupun perdarahan,
4. Pecahnya aneurisma otak
5. Kadar natrium yang rendah (hiponatremia akut)
6. Tekanan udara pada ketinggian tertentu, yang berkaitan dengan acute
mountain sickness (altitude sickness)
Edema otak dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis:
1. Kondisi neurologis : Stroke iskemik dan perdarahan intraserebral,
trauma kepala, tumor otak, dan infeksi otak.
8
2.1.4 Klasifikasi
Edema serebral terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Edema Sitotastik
Terjadi karena Otak kekurangan Oksigen dan Glukosa yang menyebabkan
Depresi ATP (Adenosin Tripospat / molekul utama yang membawa energi
dalam sel ) yang berakibat kegagalan pompa Na-K-AT Pase, seperti pada
iskemia serbral.
2. Edema Vasogenik
Terjadi akibat peningkatan permeabilitas endotel kapiler otak oleh
pelepasan sitokin pro inflamasi pada Tumor, abses, ensefalitis dan
meningitis.
3. Edema Intersitisial
Terjadi Akibat peningkatan tekanan di CSS (Cairan Serebro Spinal), seperti
pada keadaan Hidrosefalus atau gangguan penyerapan CSS akibat
perdarahan intraventrikel.
9
Edema Cerebri
2.1.6 Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, pembengkakan otak yang parah dapat
menimbulkan herniasi otak sehingga berakibat fatal. Selain itu, penderita juga bisa
mengalami komplikasi berikut:
1. Kerusakan otak permanen
2. Kebutaan
3. Atrofi otak (penyusutan jaringan otak)
4. Hidrosefalus
5. Gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan mental
7. Gangguan tidur
8. Epilepsi
9. Kelumpuhan
10. Koma
Pada edema serebri, tekanan intrakranial meningkat, yang menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan menurunnya cerebral blood flow (CBF).
Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan tekanan tambahan pada sistem,
memaksa aliran yang banyak untuk kebutuhan jaringan. Edema serebri dapat
menyebabkan sakit kepala, penurunan kesadaran dan muntah, pupil edema.
Herniasi dapat menyebabkan kerusakan yang berhubungan dengan tekanan
kepada jaringan yang bersangkutan dan tanda-tanda dari disfungsi struktur yang
tertekan.
12
Fungsi Otak Pada edema serebri dapat terjadi gangguan fungsi otak, baik
oleh edema serebri sendiri sehingga neuron-neuron tidak berfungsi sepenuhnya
maupun oleh kenaikan TIK akibat edema serebri. Otak terletak dalam rongga
tengkorak yang dibatasi oleh tulang-tulang keras; dengan adanya edema serebri,
mudah sekali terjadi kenaikan TIK dengan akibat-akibat seperti herniasi, torsi dan
lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak.
Aliran Darah ke Otak Berdasarkan hasil percobaan, terdapat hubungan
antara TIK dan aliran darah yang menuju ke otak. Perfusi darah ke jaringan otak
dipengaruhi oleh tekanan arteri (tekanan sistemik), TIK dan mekanisme
otoregulasi otak. Perfusi darah ke jaringan otak hanya dapat berlangsung apabila
tekanan arteri lebih besar daripada TIK. Perbedaan minimal antara tekanan arteri
dan TIK yang masih menjamin perfusi darah ialah 40 mmHg. Kurang dari nilai
tersebut, perfusi akan berkurang/ terhenti sama sekali. Sampai pada batas-batas
tertentu perubahan tekanan arteri TIK dapat diimbangi oleh mekanisme
otoregulasi otak, sehingga perfusi darah tidak terganggu dan fungsi otak dapat
berlangsung seperti biasa. Mekanisme otoregulasi mudah mengalami kerusakan
oleh trauma, tumor otak, perdarahan, iskemia dan hipoksia.
Kenaikan Tekanan Intrakranial Karena mekanisme kompensasi ruang
serebrospinalis dan sistem vena, maka pada awal penambahan volume cairan
jaringan otak belum ada kenaikan TIK. Mekanisme kompensasi tersebut terbatas
kemampuannya sehingga penambahan volume intrakranial selanjutnya akan
segera disertai kenaikan TIK. Pertambahan volume 2% atau 10 -15 ml tiap
hemisfer sudah menimbulkan kenaikan TIK yang hebat
Herniasi Jaringan Otak Edema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya
herniasi jaringan otak terutama pada tentorium serebellum dan foramen magnum.
Herniasi tentorium serebelum Akibat herniasi tentorium serebelum ialah
tertekannya bangunan-bangunan pada daerah tersebut seperti mesensefalon, N. III,
A. serebri posterior, lobus temporalis dan unkus. Yang mungkin terjadi akibat
herniasi ini ialah :
1) Unkus lobus temporalis tertekan ke bawah dan menekan bangunan pada
hiatus.
13
untuk pasien edema otak. Pasien yang menggunakan ventilator atau ETT
harus diberi sedasi supaya tidak memperberat TIK. Obat sedasi yang
sering digunakan untuk pasien neurologi diantaranya adalah opiat,
benzodiazepin, dan propofol.
3. Ventilasi dan Oksigenasi. Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus
dihindari karena merupakan vasodilator serebral poten yang menyebabkan
penambahan volume darah otak sehingga terjadi peningkatan TIK,
terutama pada pasienm dengan pernicabilitas kapilcr yang abnormal.
Intubasi dan ventilasi mekanik diindikasikan jika ventilasi atau oksigenasi
pada pasien edema otak buruk.
4. Penatalaksanaan Cairan. Osmolalitas serum yang rendah dapat
menyebabkan edema sitotoksik sehingga harus dihindari. Keadaan ini
dapat dicegah dengan pembatasan ketat pemberian cairan hipotonik
(balans —200 ml).
5. Penatalaksanaan Tekanan Darah. Tekanan darah yang ideal dipengaruhi
oleh penyebab edema otak. Pada pasien stroke dan trauma, tekanan darah
harus dipelihara dengan cara menghindari kenaikan tekanan darah tiba-tiba
dan hipertensi yang sangat tinggi untuk menjaga perfusi tetap adekuat.
Tekanan perfusi serebral harus tetap terjaga di atas 60-70 mmHg
pascatrauma otak.
6. Pencegahan Kejang, Demam, dan Hiperglikemi. Kejang, demam, dan
hiperglikemi merupakan faktor-faktor yang dapat memperberat sehingga
harus dicegah atau diterapi dengan baik bila sudah terjadi. Penggunaan
antikonvulsan profilaktik seringkali diterapkan dalam praktek klinis. Suhu
tubuh dan kadar glukosa darah kapiler harus tetap diukur.
7. Terapi Osmotik Terapi osmotik menggunakan manitol dan salin
hipertonik.
a. Manitol
b. Efek Ostnotik
c. Efek Hemodinamik
d. Efek Oxygen Free Radical Scavenging Manitol Dosis awal manitol 20%
1-1,5 g/kgBB IV bolus, diikuti dengan 0,25- 0,5 g/kgBB IV bolus tiap
15
ekstermitas bawah. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit.
4) Pemeriksaan penunjang
(1) Pemeriksaan diagnostik
a) X-ray/CT Scan : hematoma serebral, edema serebral, perdarahan
intracranial, fraktur tulang tengkorak
b) MRI : dengan/tanpa menggunakan kontras
c) Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
d) EEG : memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
e) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi
korteks dan batang otak
f) PET (Positron Emission Tomography): menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak
(2) Pemeriksaan laboratorium
a) AGD : PO2, pH, HCO3 : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi
(mempertahankan AGD dalam rentang normal untuk menjamin
aliran darah serebral adekuat) atau untuk melihat masalah
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
b) Elektrolit serum : cedera kepala dapat dihubungkan dengan
gangguan regulasi natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa
hari, diikuti diuresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang
akibat ketidakseimbangan elektrolit.
c) Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum
d) CSS : menentukan kemungkinan adanya perdarahn
subarachnoid (warna, komposisi, tekanan)
e) Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.
f) Kadar antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang
cukup efektif mengatasi kejang.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI Defenisi dan Indikator Diagnostik Edisi
1)
Diagnosis keperawatan adalah sebuah label singkat, menggambarkan
21
kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-
masalah aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan Edema Cerebri yaitu sebagai berikut:
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (nyeri
dada). (SDKI. D. 0005. Hal. 26)
2) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Hipoksia (SDKI D.0001
Hal 18)
3) Bersihan jalan napas tidak efektik berhubungan dengan obstruksi jalan
napas. (SDKI D.0001 Hal 18)
4) Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan infark jaringan
serebral (SDKI D.0017 Hal 51)
5) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kelemaham otot spicter.
(SDKI D.0040 Hal 96)
6) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. (SDKI
D.0054 Hal 124)
7) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (SDKI. D.0023.
Hal. 64)
8) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan menelan terganggu atau tidak
simetris. (SDKI D.0032 Hal 81)
9) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077 Hal. 172)
10) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit. (SDKI.
D.0142. HAL 304)
22
2 Diagnosa Kep 2 SLKI L.01001 SIKI Latihan batuk efektif I.01006 halaman 142
23
Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
berhubungan dengan Hiposia selama 1 x 7 jam diharapakan 2. Monitor input dan ouput cairan
(SDKI D.0001 Hal 18) pertukaran gas membaik dengan. 3. Monitor pola napas
Kriteria hasil : Terapeutik :
1. Gelisah : (1) 4. Atur posisi semi-Fowler
2. Frekuensi napas : (5) 5. Mengajarkan latihan teknik nafas dalam
3. Pola napas : (5) Edukasi :
4. Tekanan darah membaik (TD: 6. Jelaskan tujuan dan prosedur teknik nafas dalam
S=100-130 mmHg, D=60- 90 Kolaborasi :
mmHg)
5. Frekuensi nadi membaik (60-100) -
6. Suhu tubuh membaik (5)
3 Diagnosa Kep 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Latihan batuk efektif I.01006 halaman 142
Bersihan jalan napas tidak selama 3 x 7 jam Jalan nafas tetap Observasi
efektik berhubungan dengan efektif. - Identifikasi kemampuan batuk
obstruksi jalan napas . (SDKI Kriteria hasil : - Monitor adanya retensi sputum
D.0001 Hal 18) SLKI L.01001 - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
2. Batuk efektif : (3) - Monitor input dan ouput cairan
3. Produksi sputum : (2) Terapeutik
4. Gelisah : (3) - Atur posisi semi-Fowler
5. Frekuensi napas : (5) - Buang secret pada tempat sputum
Pola napas : (5)
Edukasi
24
4 Diagnosa Kep 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Manajemen peningkatan tekanan intracranial I.06294
Perfusi jaringan serebral tidak selama 3x7 risiko penfusi serebral tidak halaman 205
efektif berhubungan dengan efektif meningkat dengan kriteria hasil : Obsevasi
infark jaringan serebral. SLKI L.02014 1. Identifikasi penyebab TIK
(SDKI D.0017 Hal 51) 1. Tingkat kesadaran (5) 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
2. Sakit kepala (5) 3. Monitor MAP
3. Gelisah (5) 4. Monitor CVP
4. Nilai rata-rata tekanan darah (5) 5. Monitor PAP
5. Kesadaran (5) 6. Monitor ICP (cerebral perfusion pressure)
7. Monitor status pernapasan
8. Monitor intake ouput
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
25
5 Diagnosa Kep 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Dukungan perawatan diri BAB/BAK I.11349
Gangguan eliminasi urine selama 3 x7 jam gangguam eliminasi halaman 37
berhubungan dengan urin membaik dengan kriteria hasil : Obsevasi
kelemaham otot spicter. SLKI L.04034 - Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
(SDKI D.0040 Hal 96) 1. Sensasi berkemih : (5) - Monitor integritas kulit pasien
2. Desakan berkemih : (5) Terapeutik
3. Frekuensi BAK : (5) - Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan
4. Karakteritis urine : (5) eliminasi
- Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
- Latih BAL/BAB
- Sediakan alat bantu
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAN secara utin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet
6 Diagnosa Kep 6 Setelah diberikan asuhan keperawatan SIKI Dukungan ambulasi I.06171 halaman 22
Gangguan mobilitas fisik 1x 7 jam diharapkan mobilisasi klien Observasi
berhubungan dengan mengalami peningkatan. - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
kelemahan fisik. (SDKI Kriteria hasil: - Indentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
26
D.0054 Hal 124) SLKI L.05042 - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
1. Pergerakan ekstermitas : (5) memulai ambulasi
2. Kekuatan otot : (5) - Monitor kondisi selama melakukan ambulasi
3. Rentang gerak ROM : (5) Terapeutik
4. Kecemasan : (3) - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
5. Kaku sendi : (3) - Fasilitasi melakukan ambulasi fisik
6. Gerakan terbatas : (3) - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
7. Kelemahan fisik : (3) meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang haru dilakukan
misalnya berjalan dari tempat tidur ke kursi roda
8 Diagnosa Kep 8 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI manajemen gangguan makanan I.03111 halaman 177
Risiko defisit nutrisi selama 2x7 jam resiko defisit nutrisi Obsevasi
berhubungan dengan menelan membaik dengan kriteria hasil : - Monitor asupan makanan dan keluarnya makanan dan
terganggu atau tidak simetris. SLKI L.03030 caran serta kebutuhan kalori
(SDKI D.0032 Hal 81) 1. Porsi makanan yang dihabiskan : (5) Terapeutik
2. Berat Badan : (5) - Timbang berat badan secara rutin
3. Indeks massa tubuh IMT : (5) - Diskusi perilakukan makan dan jumlah aktifitas fisik
4. Frekuensi makan : (5) - Lakukan kontrak prilaku misalnya target berat badan
5. Nafsu Makan : (5) - Damping perilaku ke kamar mandi untuk pengamatan
memuntahkan kembali makanan
28
Edukasi
- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran maknan
- Ajarkan pengaturan diet yang tepat
- Ajarkan keterampiral koping untuk penyelesaian
masalah perilaku maknan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan makanan
9 Diagnosa Kep 9 Tingkat nyeri (L.08066 Hal. 145) Manajemen nyeri (I.08238 Hal.201)
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
dengan agen pencedera fisik selama 1x7 jam diharapkan nyeri pada 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077 Hal. 172) pasien berkurang dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (Skor 5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (Skor 5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
3. Gelisah menurun (Skor 5) 4. Identifikasi factor yang memperingan dan
4. Kesulitan tidur menurun (Skor 5) memperberat nyeri
5. Frekuensi nadi membaik (Skor 5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Tekanan darah membaik (Skor 5) 6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
7. Pola napas membaik (Skor 5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
pasien
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
9. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
29
Terapeutik :
10. Fasilitasi istirahat tidur
11. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (missal:
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan).
12. Beri tekni non farmakologis untuk meredakan nyeri
(aromaterapi, terapi pijat, hypnosis, biofeedback,
teknik imajinasi terbimbimbing, teknik tarik napas
dalam dan kompres hangat/dingin)
Edukasi :
13. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
15. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
16. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
30
10 Diagnosa Kep 10 Control resiko (L.14128) Pencegahan Infeksi (I.14539, hal: 278)
Resiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan kep selama Observasi :
dengan kerusakan integritas 1x7 jam diharapkan resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
kulit. (SDKI. D.0142. HAL teratasi. Terapeutik :
304) Kriteria hasil: 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Kemampuan mengidentifikasi factor 2. Berikan perawatan kulit pda area edema
resiko meningkat (skor 5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
2. Kemampuan menghindari factor pasien dan lingkungan pasien
resiko meningkat (skor 5) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
3. Penggunaan fasilitas kesehatan tinggi
meningkat (skor 5) Edukasi :
Perubahan status kesehatan meningkat 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(skor 5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa luka
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antibiotik, jka perlu
31
32
33
GENOGRAM KELUARGA :
Bentuk hidung simetris, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas
cuping hidung
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak
teraba, mobilitas leher bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi Wanita
Dalam batas normal.
Hasil CT Kepala
Kesan :
1. Masa intraaxial supratentorial dengan rim enhancement dan edma
vasogenik yang luas dilobus frontalis kanan yang menyempitkan komu
anterior ventrikel lateralis kanan
2. Edema Vasogenik dilobus temporooksipitalis kiri
3. Herniasi subfalcine ke kiri sejauh 7 mm
4. Rhintis
A. PENATALAKSANAAN MEDIS
(Kelompok 2 )
41
26x/menit
Hipoksia jaringan
- Suhu: 36,50C /axilla
- Hasil CT Kepala (Kontras)
Risiko perfusi serebral
Kesan :
tidak efektif
5. Massa intraaxial supratentorial
dengan run enhancement dan
edema vasogenik yang luar di
lobusfrontalis kanan
menyempitkan kornu anterior
ventrikel lateralis kanan
6. Edema vasogenik di lobus
temporooksipitalis kiri
7. Herniasi subfalcine ke kiri
sejauh 7mm
8. Rhinitis
Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
dengan ketidakmampuan menjangkau selama 1x4 jam Kebutuhan perawatan sesuai usia
kamar mandi, ketidakmampuan diri klien terpenuhi. 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
mengenakan dan melepaskan atribut Kriteria hasil : berpakaian, berhias, dan makan
pakaian, ketidakmampuan SLKI L.11103 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
memasukkan makan kemulut, 1. Kemampuan mandi : (5) Suasana hangat, rileks, privasi)
ketidakmampuan eliminasi 2. Kemampuan mengenakan pakaian 4. Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat
(5) gigi, dan sabun mandi)
3. Kemampuan makan : (5) 5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) : 6. Anjurkan melakukkan perawatan diri secara
(5) konsisten sesuai kemampuan
5. Verbalisasi keinginan melakukkan
perawatan diri : (5)
46
10. Memonitor input dan ouput cairan basah di basal paru kana
11. Membuang secret pada tempat sputum - Terdapat secret berwarna kuning
12. Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
- Terpasang OPA
A : Masalah bersihan jalan napas tidak
efektif belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
Rabu, 6 April 2022 Diagnosa 3 S:-
10.00IB 1. Mengidentifikasi penyebab TIK
2. Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK O:
- Kesadaran sopor/stupor
3. Memonitor MAP
4. Memonitor status pernapasan - GCS E2M3VOPA
5. Memonitor intake ouput - TD: 119/80 mmHg.
6. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan
- Nadi: 109 x/menit, RR: 24x/menit
lingkungan yang tenang Kelompok 2
0
7. Berkolaborasi pemebrian sedasi dan anti konvulsan - Suhu: 36,0 C /axilla
8. Berkolaborasi pemberian diuretic osmosis - Hasil CT Kepala (Kontras)
Kesan :
5. Massa intraaxial supratentorial
dengan run enhancement dan edema
vasogenik yang luar di
lobusfrontalis kanan menyempitkan
52
53
54
tidak ada penggunaan otot bantu napas respirasi 26x/mnt, Suara dasar vesikuler
terdengar suara tambahan ronchi basah di basal paru kanan terdapat secret
berwarna kuning. Cardiovasculer (Bleeding) Tekanan Darah: 124/77mmHg, Nadi
:123x/mnt dan teraba kuat,tidak ada nyeri,suara jantung normal S1 S2 lup dp,
suhu 36,5oC, CRT > 3detik, tidak cyanosis, akral teraba dingin, Penilaian
kesadaran pada didapatkan nilai GCS 5 dimana E: 2 (rangsangan nyeri), V: OPA,
M: 2 (refleks ekstensi). Kesadaran sopor/stupor. Saraf kranial I (Olfaktorius) :
sulit untuk dinilai. Saraf Kranial II (Optikus) : Ketajaman penglihatan : sulit
untuk dinalai. Lapangan penglihatah : sulit untuk dinalai. Melihat warna : sulit
untuk dinalai. Saraf kranial III (Okulomotorius)n: sulit untuk dinalai. Saraf kranial
IV (Trochlear), pasien belum dapat menggrakan bola matanya keatas dan
kebawah. Saraf kranial V (Trigeminus) : penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah. Saraf kranial VI (Obdusen) : gerakan bola mata paresis (-/-)
Saraf kranial VII ( (Fasialis) : Presepsi pengecapan tidak normal, wajah simetris,
mulut kering. Saraf kranial VIII (Vestibulokokhlearis) : pendengaran pasien baik.
Saraf kranial IX (Glosofaringeus) : kemampuan menelan kurang baik. Saraf
kranial X (Vagus) : sulit untuk dinalai. Saraf kranial XI ( Aksesorius) : sulit untuk
dinalai. Saraf kranial XII (Hipoglosus) : sulit untuk dinalai. Hasil uji koordinasi
ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif. Ekstremitas bawah tumit
ke jempol kaki, uji kestabilan tubuh positif, pasien dapat menyeimbangkan
tibuhnya saat berdiri, Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon. Pemeriksaan Uji
Koordinasi Ekstrimitas Atas Jari ke jari negatif, Jari ke hidung negatif,
Ekstrimitas Bawah Tumit ke jempul kaki negatif, Uji Kestabilan Tubuh negatif.
Pemeriksaan tes reflek pada bisep pada tangan kanan dan kirinegatif (-). Pada
reflek trisep pada tangan kanan dan kiri negatif (-). Pada brachioradialis kanan
dan kiri negatif (-). Pada patella pada kaki kanan dan kiri negatif (-). Pada aciles
pada kaki kanan dan kiri negatif (-). Pada babinski pada kanan dan kiri negatif (-
).Eliminasi Alvi (Bowel) Bibir pucat dan kotor, gigi tidak lengkap ada karies, gusi
tidak bengkak tidak ada lesi dan peradangan, lidah tidak ada lesi dan peradangan,
mukosa lembab, tonsil tidak ada lesi dan peradangan,terpasang OPA pasien belum
ada BAB.
55
Dari hasil pengkajian pada Ny. N Menurut teori (Harsono, 2018). Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (nyeri dada).
(SDKI. D. 0005. Hal. 26), Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan
Hipoksia (SDKI D.0001 Hal 18), Bersihan jalan napas tidak efektik
berhubungan dengan obstruksi jalan napas. (SDKI D.0001 Hal 18), Perfusi
jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan infark jaringan serebral
(SDKI D.0017 Hal 51), Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
kelemaham otot spicter. (SDKI D.0040 Hal 96), Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik. (SDKI D.0054 Hal 124), Hipovolemia
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (SDKI. D.0023. Hal. 64), Risiko
defisit nutrisi berhubungan dengan menelan terganggu atau tidak simetris.
(SDKI D.0032 Hal 81), Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(D.0077 Hal. 172), Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas
kulit. (SDKI. D.0142. HAL 304).
57
4.3 Perencanaan/Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Yang perlu dipersiapkan atau
langkah-langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
pengumpulan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan-tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil dan yang
terakhir penulis (Perawat) memilih perencanaan/intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan.Perencanaan dibuat berdasarkan
prioritas masalah, pada kasus Ny. N yang menjadi prioritas keperawatan adalah
Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyumbatan aliran darah ke
jantung ditandai dengan nyeri dada. Dalam membuat perencanaan penulis
menyesuaikan dengan sumber-sumber referensi yang berhubungan dengan
Penurunan kesadaran tetapi tidak semua perencanaan yang ada diteori diangkat
oleh penulis. Ada beberapa perencanaan pada kasus Ny. N dengan teori yaitu
tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 1x 7
jam, dari masing-masing diagnosa.
Adapun faktor penghambat bagi penulis dalam menentukan intervensi
keperawatan pada Ny. N adalah masih sulitnya penulis menentukan prioritas dan
diagnosa keperawatan yang telah diatur dalam teori dalam urutan umum yang
dapat diubah sesuai dengan keadaan individual klien, dimana perawat dapat
memilih atau menambahkannya, sehingga agak sulit menentukan situasi klien
untuk menarik intervensi. Sedangkan faktor pendukung bagi penulis dalam
menentukan intervensi keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik dengan
klien sehingga penulis bisa menentukan intervensi keperawatan menurut prioritas
keperawatan.
58
1.4 Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan/implementasi keperawatan adalah tahap pada tindakan nyata
yang dilakukan perawat kepada klien mengacu pada perencanaan/intervensi. Yang
perlu disiapkan sebelum melakukan pelaksanaan/implementasi adalah melihat
teori tentang proses keperawatan pada klien dengan Edema Cerebri perawat harus
menyelidiki dan mempelajari untuk menyusun rencana asuhan keperawatan untuk
klien, yang kemudian disajikan dalam bentuk rencana untuk pedoman melakukan
tindakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan penulis sesuai dengan rencana
tindakan berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan 1x24 jam.
Diagnosa keperawatan pertama Penurunan kapsitas adaptif intrakarnial
berhubungan dengan suplai darah ke otak menurun ditandai dengan kesadaran
sopor/stupor, GCS E2M3VOPA, TD: 124/77 mmHg, Nadi: 123x/menit, RR:
26x/menit,Suhu: 36,50C /axilla.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan yang pertama Keluarga mengatakan
pasien masih mengalami penurunan kesadaran, Pasien tampak lemah,P asien
tampak nyamn berbaring dengan posisi head up 15o,Lingkungan pasien tampak
tenang, Pasien tampak sesak dan tidak ada bunyi napas tambahan, Pasien
terpasang O2 masker 10 Lpm, Pasien diberikan terapi infus NaCl 0,9% 20 tpm
,Pasien tampak terpasang BSM, Kesadaran Supor (E2Vopa M3) bunyi jantung ST
Elevasi lead II, III, Avf ,TTV : TD = 124/77 mmHg masih menljutkan intervensi
Evaluasi keperawatan kedua bersihan jalan nafas, pasien tampak sesak dan
ada bunyi napas tambahan ronkhi, Pasien terpasang O2 masker 10 Lpm,
intervensi masih dilanjutkan
Evaluasi keperawatan ketiga Risiko perfusi serebral tidak efektif mulai
teratasi karna mempertahankan kepatenan jalan nafas dan juga suplay oksigen ke
jaringan terpenuhi dengan menggunakan oksigen masker 10 tpm.
Evaluasi keperawatan keempat pasien tampak rapi, tidak muncul bau tidak
sedap, kulit lembab, badan bersih, karena pasien setiap pagi sudah diseka.
Sedangkan menurut pada teori (Muttaqin, 2012 ) evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya yang sudah berhasil
dicapai.Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Faktor pendukung adalah perawat ruangan dapat bekerja sama sehingga
mudah dalam melaksanakan rencana tindakan. Sedangkan faktor penghambat
adalah keluarga klien kurang kooperatif dan keterbatasan penulis dalam
menganalisa kondisi, dan melakukan tindakan keperawatan pada klien lebih
dalam lagi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam uraian ini terdapat beberapa kesimpulan oleh penulis mengenai konsep
dasar teori dengan membandingkan kasus pada Ny N dengan Edema Serebri di
ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang dimulai dari tanggal 5
April 2022. Beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Ny N yang dilakukan dari
tanggal 5 April 2022. dengan diagnosa medis Edema Serebri, data didapat secara
langsung melalui wawancara, pengkajian, pemeriksaan fisik serta
didokumentasikan pada klien dan keluarga, ditemukan data-data “keluhan ada
lemas dan kelemahan anggota tubuh kiri” Keluarga datang mengantarkan pasien
ke RSUD dr. Doris Sylvanus pada tanggal 5 April 2022 jam 03.29 WIB. Dengan
keluhan pasien lemah dan kelemahan anggota tubuh kiri Di IGD dilakukan
pengkajian pada pasien dan diperoleh data TTV: : 124/77mmHg, Nadi :123x/mnt
dan teraba kuat,tidak ada nyeri,suara jantung normal S1 S2 lup dp, suhu 36,5oC,
CRT > 3detik, tidak cyanosis, akral teraba dingin, Penilaian kesadaran pada
didapatkan nilai GCS 5 dimana E: 2 (rangsangan nyeri), V: OPA, M: 2 (refleks
ekstensi). Kesadaran sopor/stupor. Pasien mendapatkan penatalaksanaan medis
dengan Dexamethason 3x10mg, inj. Mecobalami 2x500mg inj.lansoprazole
2x30mg po.candesartan 1x9mg, setelah itu Pasien dirujuk ke ruang nusa indah
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Dari hasil pengkajian pada Ny N, penulis mengangkat 4 diagnosa
keperawatan berdasarkan dari analisa data yang diperoleh penulis yaitu:Menurut
teori yang sering muncul dalam pengkajian, Penurunan kapsitas adaptif
intrakarnial, Bersihan jalan napas tidak efektif, Risiko perfusi serebral tidak
efektif, Defisit perawatan diri.
Dari beberapa evaluasi tersebut dapat disimpulkan dari 4 diagnosa, Ke 4
masalah tersebut masih teratasi. Jadi, untuk mencapai kriteria hasil, waktu
pemberian asuhan keperawatan tidaklah cukup hanya dengan waktu 1x 24 jam.
60
61
Diharapkan jika masalah ingin teratasi maka harus diberikan waktu lebih lama
sekitar 2 x 24 jam atau lebih.
5.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca
62
DAFTAR PUSTAKA
Adhita, Arief. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Gangguan Sistem
Persarafan: Edema Serebri Di Ruang Gladiol Atas Rsud Sukoharjo Naskah
Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Caesario, Ernawati, dkk. 2011. Edema Serebri, diakses Maret 29 2022, dari
https://www.slideshare.net/lizalizajoseph/80051025-edemaserebri.
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2015
BukuAjar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Harsono. (2018). Buku Ajar Neurologi Klinis (6th ed.). Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
63
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
TIM POKJA SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.