Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DIARE PADA STASE KEPERAWATAN ANAK DI UPT
PUSKESMAS PANARUNG PALANGKA RAYA

OLEH:
KRIS KELANA
2021-01-14901-036

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh:
Nama : Kris Kelana
NIM : 2021-01-14901-036
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien An.
R Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Di Ruang MTBS Puskesmas Panarung
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Anak Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Dosen Pembimbing

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ayu Puspita, Ners., M.Kep Aprihatin Widayati, S.Kep


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.M Dengan
Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya” yang diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap PalangkaRaya.
Penulis menyadari dalam penulisan banyak menemukan keterbatasan tetapi
berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya laporan
asuhan keperawatan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yangterhormat:
1. Yang terhormat Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
Stase Keperawatan Anak.
2. Yang terhormat Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang
memberikan dukungan dalam penyelesaian asuhan keperawatanini.
3. Yang terhormat Ibu Ayu Puspita, Ners,M.Kep selaku pembimbing akademik
yang telah membimbing, memberikan saran dan semangat kepada kami
dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
4. Yang terhormat Ibu Aprihatin Widyati S.Kep., selaku pembimbing lahan
yang telah banyak membantu penyusunan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan ini.

Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan membalas
kebaikan mereka terhadap kami, semoga asuhan keperawatan yang saya buat ini
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.Atas perhatiannya saya ucapkan
terimakasih.

Palangka Raya, 04 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................i
LEMBAR PENGASAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan umum ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4


2.1 Definisi ............................................................................................................. 4
2.2 Etiologi ............................................................................................................. 4
2.3 Klasifikasi ......................................................................................................... 6
2.4 Web Of Caution (WOC) ................................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 12
2.7 Penatalaksanaan Medis ..................................................................................... 12
2.8 Manajemen asuhan keperawatan ..................................................................... 13
2.9 Pengkajian Keperawatan .................................................................................. 13
2.10 Diagnosa keperawatan ..................................................................................... 17
2.11 Intervensi Keperawatan .................................................................................... 18
2.12 Implementasi Keperawatan ............................................................................... 20
2.13 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................... 20

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 24


3.1 Pengkajian keperawatan ................................................................................... 24
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 25
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................... 31
3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................... 32
3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
sehari yang di sertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau darah. Diare
sampai dengan saat ini masih termasuk masalah kesehatan terbesar di dunia
apalagi bagi negara berkembang karena angka kesakitan dan kematian yang
masih tinggi.Penyakit menular merupakan perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi.Faktor tersebut terdiri dari lingkungan (environment),
agen penyebab penyakit (agent), dan pejamu (host) (Wong, 2010).
Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di
seluruh dunia dan semua kelompok usia dapat terserang di Dunia terdapat
kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya. Di provinsi
Nusa Tenggara Timur Pada bulan Januari 2017 penderita diare mencapai 929
kasus, terjadi penurunan pada bulan berikut, Februari 710 kasus, Maret 265
kasus dan bulan Juli terdapat 378 kasus. Tahun 2016 dari Januari sampai Juni di
Kota Kupang penderita diare terdapat 400 kasus (Riskesdas, 2018). Penyakit
diare untuk di RSUD Prof. W. Z. Johanes Kupang ruangan Kenanga 6 bulan
terakhir ini terhitung dari bulan Desember tahun 2018 sampai bulan Mei tahun
2019 dengan jumlah kasus untuk bulan Desember 5 kasus, bulan Januari 5 kasus,
bulan Februari 1 kasus, bulan Maret 3 kasus, bulan April 2 kasus, bulan Mei 1
kasus jumlah semua kasus terhitung dari bulan Desember tahun 2018 sampai
bulan Mei 2019 17 kasus (Register Ruangan Kenanga, 2018).
Dampak yang terjadi pada penderita diare: dehidrasi terjadi gejala awal
yang bisa diperhatikan adalah ubun-ubun bayi atau anak cekung, tidak
mengeluarkan air mata ketika menangis, popok tetap kering setelah beberapa
jam, kurang aktif, rewel, dan mudah mengantuk. Beberapa upaya yang dapat di
lakukan pada pasien dengan diare di antaranya penuhi kebutuhan cairan tubuh
pertolongan pertama diare yang bisa di lakukan adalah konsumsi minuman yang
mengandung elektrolit seperti oralit.Oralit terdiri dari campuran air dengan gula
dan garam yang berfungsi untuk menggantikan elektrolit.Sementara itu bayi
atau anak dengan diare upayakan untuk tetap menyusui lebih sering. Konsumsi
asupan yang tepat yaitu makanan yang rendah serat dan solid agar segera
menyembuhkan penyakit diare. Dari penemuan kasus diare di fasilitas
masyarakat pada tahun 2011 terdapat 35,5% kasus diare yang ditangani di
Indonesia. Di Jawa Tengah ditemukan kasus diare sebanyak 1.337.427, dan
yang ditangani 225.332 kasus atau sekitar 16,8% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011). Kejadian diare di kota Surakarta pada tahun 2007
cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06% dari total jumlah penduduk. Penularan diare
dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh enteropatogen, kontak tangan langsung dengan penderita, barang-
barang yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui
lalat. Cara penularan ini dikenal dengan istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field
(Subagyo & Santoso, 2012).

Tingginya angka kejadian diare balita merupakan masalah yang penting di


masyarakat sehingga perlu untuk didapatkan data yang memadai. Faktor-faktor
risiko yang menyebabkan diare perlu digali untuk memberikan wawasan dan
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pencegahan
kejadian diare tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan Pada An.M Dengan Diagnosa Medis Diare Pada Stase
Keperawatan Anak. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An.M Dengan


Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya.

1.3 Tujuan Khusus


1.3.1 Mampu Melakukan Pengkajian Keperawatan Pada An.M Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.3.2 Mampu Menegakan Diagnosa Keperawatan Pada An.M Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.3.3 Mampu Membuat Rencana Tindakan Keperawatan Pada An.M Dengan
Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya.
1.3.4 Mampu Melaksanakan Tindakan Keperawatan Pada An.M Dengan
Diagnosa Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas
Panarung Palangka Raya.
1.3.5 Mampu Melaksanakan Evaluasi Keperawatan Pada An.M Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada Stase Keperawatan Anak Di UPT Puskesmas Panarung
Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Diare.
1.4.2 Praktis
1). Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Diare.Serta sebagai
acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan asuhan keperawatan.
2). Puskesmas Panarung
Untuk Puskesmas Panarung Palangka Raya, penulisan laporan asuhan
keperawatan ini dapat sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit Diare, serta sebagai

masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya


pada pasien dengan Diare.
3). Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan diperpustakaan Stikes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan dimasa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasikan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anak


2.1.1 Definisi Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang
berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah
dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Damayanti, 2010).
Dalam keperawatan anak, yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah
anak, anak di artikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas
tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,
psikologis, social dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang di mulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi ( 0-1 tahun ) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perrubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.Dalam proses
perkenbangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan
prilaku social.

2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan
menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,
perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran
jasmani atau rekreasi.Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asuh), pada tahun-tahun
pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau
pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan
stimulasi mental (Asah), Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan
perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

2.1.3 Filosofi Keperawatan Anak


1. Perawatan berfokus pada keluarga.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga.Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, perry &
Hockenberry, 2010). Perawat yang bertindak sebagai pemberi pelayanan
keperawatan hendaknya berfokus pada keluarga, dengan memperhatikan
kemampuan dalam menentukan kekuatan dan kelemhan sebab kekuatan dan
kelemahan, dari keluarga tersebut dapat dijadikan acuan dalam pemberian
pelayanan keperawatan. Kekuatan dan kelemahan keluarga tersebut dapat juga
berupa fasilitas keluarga dalam merawat anak, tingkat pengetahuan, tingkat
ekonomi, peran atau bentuk keluarga itusendiri. Kemudian kehidupan anak
juga sangat di tentukan keberadaanya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini
dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan
perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga pada anak
kurang baik, maka akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat
mengganggu psikologisanak.
2. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut di
fokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus anak sebagai individu yang masih dalam
usia tumbuh kembang sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat
hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai kemenangan. Untuk
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat di lakukan oleh
perawatan antara lain:
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol kemampuan anak
3. Mencegah atau mengurangi cedera ( Injury ) dan nyeri ( dampak psikologis)
4. Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang herus dilakukan dalam
keperawatan anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek
yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama
orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif
rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya.Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama
(Nursalam,2015).

2.1.5 Tingkat Perkembangan Anak


Menurut Damayanti (2010), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan:
2.1.5.1 Usia bayi (0-1tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal.Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya
dengan menangis.Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah
lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian
saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya
karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan
ibunya.Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
2.1.5.2 Usia pra sekolah (2-5tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang
akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum
mampu berbicara fasih.Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata
900-1200 kata.Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata- kata yang
sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya.Berkomunikasi dengan
anak melalui objek transisional seperti boneka.Berbicara dengan orangtua bila anak
malu- malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang
telah dicapainya.
2.1.5.3 Usia sekolah (6-12tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah
mampu berpikir secara konkret.
2.1.5.4 Usia remaja(13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa.Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa.Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga
diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama
dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

2.1.6 Tugas Perkembangan Anak


Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (2010) adalah tugas yang
harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas
perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat,
kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat
kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis
kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam,
belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar
serta mengembangkan kata hati juga prosessosialisasi.
Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri,
belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis
kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan pembentukan
kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap
kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah
menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-
laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis
kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri,
serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

2.1.7 Prinsip-prinsip Keperawatan Anak


Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak.Perawat harus memahaminya,
mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Di antara
prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:
1. Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh
memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa
melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola inilah
yang harusdijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi
kemampuan dan kematangannya.
2. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak
memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai
dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan
fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat,
tidur, dan lain-lain.Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai
individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual.
Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat
yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami
oleh anak.
3. Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak
yang sakit.Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak,
mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.
4. Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab
secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
5. Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
6. Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang
akan mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2017).

2.1.8 Tanda-tanda Vital padaAnak


1. Tekanan darah
1) Bayi baru lahir : tekanan darah sistolik 50 – 70mmHg
2) Bayi : tekanan darah sistolik 70 – 95 mmHg
3) Bawah 3 tahun : tekanan darah sistolik 80 – 100mmHg
4) Prasekolah : tekanan darah sistolik 80 – 100mmHg
5) Anak-anak : tekanan darah sistolik 80 – 110mmHg
6) Remaja : tekanan darah sistolik 90 – 110mmHg
2. Nadi
1) Bayi baru lahir : 120 – 160x/menit
2) Bayi : 100 – 160x/menit
3) Bawah 3 tahun : 90 – 150x/menit
4) Prasekolah : 80 – 140x/menit
5) Anak-anak : 70 – 120 x/menit
6) Remaja : 60 - 100x/menit
3. Pernafasan
1) Bayi baru lahir : 40 - 60x/menit
2) Bayi : 30 - 60x/menit
3) Bawah 3 tahun : 24 - 40x/menit
4) Prasekolah : 22 - 34 x/menit
5) Anak-anak : 18 - 30x/menit
6) Remaja : 12 - 20x/menit
2.2 Konsep Dasar Diare
2.2.1 Definisi Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari
yang disertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau darah (Carman, 2013)
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi.Diare di sebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi di sertai
muntah- muntah atau ketidaknyaman abdomen (Sari, 2011).

2.2.2 Anatomi Fisiologi


Saluran pencernaan, juga disebut saluran gastrointestinal, adalah
saluran berotot yang terus-menerus berliku melalui rongga tubuh ventral dan
terbuka di kedua ujungnya. Organ-organnya meliputi:

1. Mulut
Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut berlangsung
dua jenis pencernaan, yaitu: Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan
lidah, berupa pengunyahan, pergerakan otot- otot lidah dan pipi untuk
mencampur makanan dengan air ludah sebelum makanan ditelan. Pencernaan
secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum
menjadi maltosa.
2. Lidah
Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik, membantu proses
mengunyah, menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi
mengenali rasa, pada permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di dalamnya
terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang dapat dibedakan oleh lidah
adalah manis, asam, asin, dan pahit. Selain itu, lidah juga peka terhadap panas,
dingin, dan tekanan.
3. Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga
pasang.
a. Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan
ludah berbentuk cair.
b. Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah berfungsi
menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
c. Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan getah
yang mengandung air dan lender.
d. Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk memudahkan dalam
menelan makanan dengan cara membasahi dan melumasi makanan. Ludah
mengandung enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah zat
karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana). Enzim ptyalin
akan berfungsi maksimal jika berada pada pH 6, 8-7 dan pada suhu37°C.
4. Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke mulut
(sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotongdan dikoyak
menjadi lebih kecil agar mudah untuk dicerna oleh lambung.Perkembangan gigi
dimulai saat anak berusia sekitar enam bulan. Gigi yang pertama kali tumbuh
disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia6-14 tahun gigi susu akan diganti
menjadi gigi sulung, selanjutnya akan berkembang menjadi gigi tetap. Gigi susu
terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri pada rahang
atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi seri dan 4
gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi geraham belakang, 4 geraham
depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masing-masing rahang, baik rahang atas
maupun rahang bawah.
5. Lambung
Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke lambung
melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas bantuan kontraksi
otot-otot kerongkongan tersebut.Selamadi lambung, makanan akan diproses
secara kimiawi menggunakan enzim- enzim pencernaan, diantaranya: Renin, zat
renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk mengendapkan protein
susu dari air susu ibu(ASI). Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah
protein menjadi pepton. Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin. Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak
menjadi asamlemak dangliserol.
6. Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu dibawa menuju
usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan enzim-enzimdari pankreas.
Disamping itu juga terdapat empedu yang dihasilkan oleh hati fungsinya untuk
mengemulsikan lemak kemudian dialirkan ke usus 12 jari.
7. Usus Halus
Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya,
seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat diserap
dalam bentuk glukosa, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Sedangkan
vitamin dan mineral dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa dicerna.
8. Usus Besar
Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar dan
menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke usus
besar.
9. Anus
Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.

2.2.3 Klasifikasi
2.2.3.1 Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.
Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam
traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri (berlangsung kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
Diare infeksius akut (Gastroenteritis Infeksiosa) dapat disebabkan oleh
virus, bakteri dan parasit yang patogen.
2.2.3.2 Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari). Kerap
kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi,
penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makan, intoleransi
laktosa, atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari
penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
2.2.3.3 Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebab yang paling
sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
2.2.3.4 Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang
menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada
anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

2.2.4 Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella, salmonella,
staphylococcus aureus dan escherichia coli.Salah satu agen parasit yang paling
sering menyebabkan diare pada anak.Kebanyakan organisme patogen penyebab
diare disebar luaskan lewat jalur fekal, oral melalui makanan atau air yang
terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat. Kurangnya
air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi dan merupakan
faktor resiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang
patogen (Akton, 2014).
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma (2014) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu diare
akut dan diare kronis:
1. Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan nyeriperut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi
bakteri atau peradangan karena penyakit
2. Diare kronik
1) Penurunan berat badan dan napsu makan
2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi
bakteri atau peradangan karena penyakit
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

2.2.6 Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan
atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya
nutrisi dan elektrolit. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan
makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Respons inflamasi
mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin
dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.Usus halus menjadi bagian
absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air yang akan membuat solid
dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air
menjadi terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya
mokroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang di
produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae, vibrio parahaemolyticus, clostridium difficilr,
enterohemorrhagic E. Coli yang menghasilkan kerusakan sel-sel yang terinflamasi.
Invasi enterosit dilakukan beberapa miktoba seperti Shigella, organisme
campylobacter, dan enterovasif E Coli yang menyebabkan terjadinya destruksi,
sertainflamasi.
WOC
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3
Penyebab: kali sehari yang disertai perubahan konsistensi tinja cair, lendir atau
1. Bakteri dan virus
2. Campylobacter darah (Carman, 2013)
3. shigella, salmonella,

Diare

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Cairan ekstra sel di tarik ke Kehilangan cairan &


elektrolit secara berlebihan Inflamasi usus Kehilangan cairan Sulit menyerap Suplai O2&nutrisi
intra sel
& elektrolit secara tidak adekuat
makanan
berlebihan
Cairan intra sel meningkat Kehilangan cairan Pathogen masuk ke Ketidak mampuan
dalam intra sel pembuluh darah Distensi tubuh menyiapkan
Kehilangan cairan energi yang adekuat
intraseluler
abdomen

Lama kelamaan Vol sirkulasi menurun Fagositosis pembuluh


mengalami edem serebri darah
Vol sirkulasi Peningkatan Gangguan aktivitas
menurun peristaltic usus fisik

penurunan pH darah
Penekanan pada Menstimulasi sel- sel
medulla oblogata hipotalamus Rasa mual muntah kelemahan
KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Memperberat status
asidosis INTOLERANSI
Napas sesak dan Peningkatan Peningkatan asam AKTIVITAS
dalam suhu tubuh lambung
Kerusakana jaringan otak
POLA NAPAS HIPERTERMI anoreksia
TIDAK EFEKTIF
PERFUSI PERIFER
TIDAK EFEKTIF DEFISIT NUTRISI
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan penunjang
yaitu antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, jumlah leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan
tinja (makroskopis dan mikrokopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, Biakan dan
resistensi feses (colok dubur) dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena
virus biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasi ke mukosa,
memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih.Neutropenia dapat timbul pada
samnellosis.Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan
volume cairan dan mineral tubuh.Pemeriksaan tinja di lakukan untuk melihat
adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur
cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik
dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya
di periksa tinja untuk pengukuran toksin slostridium difficile. Rektoskopi atau
sigmoidoskopi perlu di pertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien
dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut perristen.Pada sebagian besar,
sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal.

2.2.9 Penatalaksanaan Medis


1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan.
1) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl, isotonic,
infuse RL
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan. 3).
Jalan masuk atau cairan pemberian.
a). Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, danglukosa.
b). Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
3). Jadwal pemberian cairan
a. Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status
hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan. Identifikasi penyebab diare.
Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan
sekresi usus,antimetik.
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula yang
mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM.
Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah padat (bubur) atau makan
padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh
2. Penatalaksanaan keperawatan
a). Bila dehidrasi masih ringan. Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas
setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti
oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan
1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali
perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan,
dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas
persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan
lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi
dehidrasi.
b). Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
a. Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu memantaunya.
b. Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan,suhu.
c. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau
sudah berubah konsistensinya.
d. Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.
e. Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan lunak
atau secara realimentasi.

2.2.10 Komplikasi
1. Dehidrasi dengan resiko gagal ginjal atau kematian
2. Sepsis dan koagulasi intravascular tersebar
3. Hemolisis
4. Anemia
5. Sindrom hemolitikuremik

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.3.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu :
1. Nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
perkerjaan,agama.
2. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan
psikososial.
3. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan
frekuensi dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang menyertai muntah,
demam, nyeri abdomen, kondisi feses yang encer, lender dandarah.
4. Pengkajian riwayat dihubungkan dengan epidemiologi merupakan
pengkajian penting dalam menetukan penyebab, rencana intervensi, dan
factor resiko yang mungkinterjadi.
5. Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang mungkin
terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber
infeksi enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut
gastrointestinal yang dapat berbahaya sehingga harus di lakukan dalam
kondisi rehidrasicairan.
6. Riwayat alergi pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi
makanan yang banyak mengandung sorbitol danfruktosa.
7. Pada pengkajian psikososial pasien biasanya mengalami kecemasan dan
pasien memerlukan pemenuhan informasi tentang pendidikan kesehatan.
8. Pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan kolaboratif untuk
menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan pemeriksaan medis
untukdehidrasi.
9. Pemeriksaan status dehidrasi esensial merupakan pemeriksaan medis untuk
menentukan kebutuhan pengganti cairan dalam pemenuhan hidrasi, tetapi
pada kondisi klinik perawat yang dapat melakukan perhitungan skor dapat
melakukan peran kolaboratif dalammenentukan jumlah cairan yang akan
diberikan.
10. Pemeriksaan fisik pada diare di mulai dengan inspeksi kaji dehidrasi pada
anak yang mengalami diare. Observasi penampilan umum dan warna kulit
anak. Pada dehidrasi ringan, anak dapat tampak normal. Pada dehidrasi
sedang mata mengalami penurunan produksi air mata atau lingkar mata
cekung. Membran mukosa juga dapatkering.
11. Status mental dapat diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat, yang
di buktikan dengan lesu atau latergi. Kulit mungkin tidak elastic atau
menunjukan kekenduran, menandai kuranya hidrasi. Distensi abdomen atau
kecekungan mungkinmuncul.
12. Haluaran urin juga dapat menurun jika anak mengalami dehidrasi. Haluaran
feses dapat digunakan untuk mengkaji warna dankonsistensi.
13. Inspeksi area perineal anal untuk adanya kemerahan atau ruam yang
berkaitan dengan peningkatan volume dan frekuensidefeksi.
14. Auskultasi bising usus untuk mengkaji adanya bising usus hipoaktif atau
hiperaktif. Bising usus hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi atau
peritonitis. Bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan
diare/gastrointestinal.
15. Perkusi abdomen perhatikan adanya abnormalitas. Adanya abnormalitas
pada pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau kronik dapat
mengindikasikan prosespatologis.
16. Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan dengan
gastrointeritas. Nyeri pantul atau nyeri tidak ditemukan saat palpasi. Jika di
temukan hal ini dapat di mengindikasikan apendisitis atau peritonitis
(Carman, 2014).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dampak sekunder daridiare.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yangkurang.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi pasdalumen.
4. Keletihan berhubungan dengan penurunan absorbsi nutrisi menjadienergi.
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare
2.3.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan 1 x 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
Cairan dan elektrolit
kunjungan diharapkan diare 2. Identifikasi tanda dan gejala ketidak 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
klien dapat teratasi dengan seimbangan kadar elektrolit pergantian cairan segera untuk
kriteria hasil: 3. Anjurkan ibu untuk memberikan susu memperbaiki deficit.
1. Suhu tubuh normal 36°C- 4. Anjurkan orang tua memberikan makan 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
37°C dan minum sedikit tapi sering pada klien 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
2. Konsistensi BAB menjadi 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan hilang secara oral
lembek parenteral dan farmakologi (antisekresin, 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
3. Tubuh anak menjadi sehat antibiotic,antipiretik) cairan dan elektrolit agar seimbang,
tidak lemas, letih dan lesu antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2. Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum pasien 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
dengan peningkatan suhu
keperawatan 1 kali kunjungan 2. Pantau suhu lingkungan batasi/ 2. Suhu ringan/jumlah selimut harus
tubuh
rumah diharapkan hipertemi tambahan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
teratasi Dengan kriteria hasil: indikasi mendekati normal
1. Suhu tubuh rentang 3. Anjurkan keluarga memberikan 3. Untuk dapat membantu pasien dalam
normal 36°C kompres hangat pada lipatan paha dan mempertahankan suhu mendekati
2. Klien tidak rewel aksila normal
4. Kolaborasi dengan dokter dan perawat 4. Untuk dapat memproses penyembuhan
dalam pemberian obat klien
1. 3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan. 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
berhubungan dengan distensi keperawatan 3x24 jam, 2. Monitor intake dan output. 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
pasdalumen. Gangguan rasa nyaman dapat 3 Monitor interaksi anak atau orang tua pergantian cairan segera untuk
diatasi dengan kriteria Hasil : selama makan. memperbaiki deficit.
1. Pasien tidak gelisah 4 Anjurkan pasien untuk makan sedikit 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
2. Pasien terasa nyaman tapi sering. 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
seperti biasanya 5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk hilang secara oral
3. Status lingkungan nyaman. menentukan jumlah kalori dan nutrisi 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
4. Status kenyamanan yang dibutuhkan pasien. cairan dan elektrolit agar seimbang,
meningkat antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2. 4. Keletihan berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor yang 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan penurunan absorbsi tindakan keperawatan 3x24 jam menyebabkankelelahan. klien
nutrisi menjadi energi. keletihan dapat teratasi dengan 2. Monitor nutrisi dan sumber energi yang 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
3. kriteria Hasil : adekuat. pergantian cairan segera untuk
1. Memverbalisasikan 3. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai memperbaiki deficit.
peningkatan energi dan kenutuhan. 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
merasa lebih baik 4. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
aktivitas (tingkatkan periode istirahat). hilang secara oral
5. Kolaborasidengan ahli gizi untuk 5. Anti sekresi untuk menurunkan
meningkatkan asupan makanan yang sekresi cairan dan elektrolit agar
berenergi seimbang, antibiotic sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endoksin, sebagai
penurun panas.
5. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV dan status dehidrasi. 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
elektrolit berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam resiko 2. Monitor masukan makanan/cairan dan 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
kehilangan cairan sekunder ketidakseimbangan elektrolit hitung intake kalori harian. pergantian cairan segera untuk
terhadap diare. dapat teratasi dengan Kriteria 3. Dorong keluarga untuk membantu pasien memperbaiki deficit.
4. Hasil : makan. 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
1. TTV dalam batasan normal. 4. Berikan cairan IV dalam suhu ruangan. 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
2. Tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasi pemberian cairan IV. hilang secara oral
dehidrasi, turgor kulit baik, 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
membran mukosa lembab, cairan dan elektrolit agar seimbang,
tidak ada rasa haus yang antibiotic sebagai anti bakteri
berlebihan. berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu kategori
dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2010).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi (Patricia A. Potter, 2010).
Sedangkan menurut (Hidayat 2010: 124) evaluasi adalah tahapan akhir dari proses
keperawatan, evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Anamnesa
3.1.1.1 Identitas
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 04 Januari 2022 (Jam 09.30 WIB).
Nama klien adalah An. M, klien lahir pada tanggal 01-01-2020, jenis kelamin klien
Laki-Laki, agama Islam, suku Jawa, alamat di Jl. Jati,klien belum menempuh
pendidikan, dan diagnosa medis klien adalah Diare. Penanggung jawab pasien
adalah Tn. A Umur 28 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, Suku Jawa,
pendidikan SMA, pekerjaan Swasta, alamat Jl. Jati, hubungan dengan klien sebagai
ayah
3.1.1.2 Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan “anaknya BAB ± 7 kali dalam sehari dengan
bercampur lendir serta cair”
3.1.1.3 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya sejak hari subuh BAB ± 7 kali dalam sehari
dengan bercampur lendir serta cair, Demam pada malam hari 38°C, mual muntah 1
kali dan kurang nafsu makan. Melihat keadaan klien seperti itu, keluarga langsung
membawa klien ke Puskesmas, di Puskesmas dilakukan tindakan keperawatan
seperti pengecekan Nadi: 115x/mnt, Suhu: 38˚c dan diperiksa oleh dokter peristaltik
usus 39x/mnt”.
2) Riwayat Kesehatan Lalu
Riwayat prenatal, Ibu mengatakan selama hamil ibu tidak pernah
sakit, Riwayat obstetri G1 P1A0, ibu klien rutin berkunjung ke bidan untuk
memeriksa kehamilannya dan tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap pada
awal kunjungan. Riwayat natal, Ibu klien mengatakan melahirkan pada usia 9
bulan kehamilan, dan melahirkan di rumah sakit, lahir normal dengan keadaan
normal bayi langsung menangis spontan. Riwayat post natal, ibu klien
mengatakan An. M lahir dengan berat badan 3.200 kg dan panjang 47 cm dan
bayi langsung menangis spontan dan diberikan suntikan vaksin/ imunisasi
sesuai jadwal dan diberikan ASI eksklusif.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, asma, hipertensi, diabetes dan tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV AIDS.
4) Susunan Genogram 3 (tiga)generasi

Bagan 4.1 Genogram Keluarga pada An. M dengan


kasus Diare. Keterangan:
: Sudah meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah

5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT


Usia 2,3 1,2,3
1 bulan Belum 0-7 hari Belum
Bulan bulan

3.1.4 Pemeriksaan fisik


3.1.4.1 Keadaan umum
Kesadaran compos mentis, klien tampak lemah, klien tampak memegang
perutnya.
3.1.4.2 Tanda-tandaVital
Nadi: 115 x/ menit, suhu: 38oC, respirasi: 20 x/menit.
3.1.4.3 Kepala dan Wajah
1) Ubun-Ubun
Ubun-ubun belum menutup, tulang kepala terasa keras, rata dan
terlihat cekungan.
2) Rambut
Warna rambut hitam (tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam).
3) Kepala
Keadaan kulit kepala bersih (tidak ada peradangan atau benjolan),
massa tidak ada.
4) Mata
Mata cekung, konjungtiva anemis, sklera putih, reflek pupil mengecil
ketika diberikan rangsangan cahaya, tidak terdapat oedem palpebra,
ketajaman penglihatan: klien dapat melihat dengan baik.
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada peradangan,
ketajaman pendengaran klien baik.
6) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ditemukan sekret, tidak terpasang
oksigen, fungsi penciuman: klien baik.
7) Mulut
Tidak intake, tidak stanosis, keadaan kering, palatum lunak.
8) Gigi
Belum tumbuh gigi.
3.1.4.5 Leher danTenggorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan: anak mampu minum ASI, tidak
di temukan pembesaran tonsil dan vena jugularis, tidak ada benjolan
atau peradangan.
3.1.4.6 Dada
Dada simetris, tidak ada bunyi nafas tambahan, tipe pernafasan dada
dan perut, bunyi jantung lub dup, tidak tampak iktus cordis, tidak
terdapat nyeri dada, keadaan payudara normal simetris.
3.1.4.7 Punggung
Bentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan dan lain-lain
3.1.4.8 Abdomen
Bentuk simetris, peristaltik usus 39 x/m, tidak terdapat asites, tidak ada
massa, tidak mengalami hepatomegali, spenomegali, dan nyeri.
3.1.4.9 Ekstremitas
Pergerakan/ tonus otot bebas dengan kekuatan penuh, tidak di temukan
adanya oedem dan sianosis, tidak ditemukan clubbing finger, keadaan kulit
halus, turgor kulit kurang < 2 detik (dicubit di perut) dan akral hangat.
3.1.4.10 Genetalia (Tidak dikaji)

3.1.5 Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan


Gizi kurang baik, BB sebelum sakit : 7 kg, BB selama sakit : 6,1 kg, PB
: 80 cm.klien belum bisa berinteraksi dengan orang lain atau perawat. Motorik
halus klien belum mampu makan sendiri.Motorik kasar klien belum mampu
berjalan dan berlari baik. Kognitif dan bahasa klien belum berbicara,

Pola AktivitasSehari-Hari

No Pola kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit


1. Nutrisi
a. Frekuensi 2 jam sekali 2 jam sekali
Baik Kurang Baik
b. Nafsumakan/selera
Asi Asi ,nasi,
c. Jenis makanan Buah,sayur sayur, lauk,
Nasi bubur buah
2. Eliminasi
a. BAB

Frekuensi 2x/hari 7x/hari


Konsistensi Lembek Cair
b. BAK
Frekuensi 5-6 kali 5-6 x/hari
Konsistensi Cair, kuning
Cair, kuning, bau khas

3. Istirahat/ tidur
a. Siang/jam ±1- 2 jam ± 1-2 jam
b. Malam/jam ± 8-12 jam ± 8-12 jam

4. Personal hygiene
a.Mandi 2x/hari 2x/hari

3.1.5.1 Data Penunjang


Saat pengkajian tidak ada data penunjang.
3.1.5.2 Lain-lain
Tidak ada
3.1.5.3 Penatalaksanaan Medis
Obat Dosis Rute Indikasi Kontra Indikasi
Zinkid Zinc 1x1 (10 ml) Oral Untuk mencegah dehidrasi Hipersensitif, apabila
dan mencegah kekurangan anak memiliki kadar
nutrisi akibat diare seng rendah pada
aliran
Darah
Oralit 50 ml Oral Untuk pengganti cairan Penderita gangguan
dalam 4-6 jam
pertama elektrolit pada pasien fungsi ginjal,
3 Gelas muntah dan diare malabsorpsi glukosa,
serta dehidrasi parah
Cotrimo xazole 2x1/2 tab Oral Untuk menghentikan Hipersensitif ,
pertumbuhan bakteri di gangguang hati
dalam tubuh dan ginjal
Paraceta mol 3x1 (5 ml) Oral Untuk menurunkan Hipersensitif,
demam, meredekan sakit penderita gangguan
kepala dan nyeriotot fungsi hati

Palangka Raya, 04 Januari 2022


Mahasiswa,

Kris Kelana
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Orang tua klien Bakteri masuk kesaluran Diare


pencernaan
mengatakan anaknya sudah ±7

kali BAB dalam sehari dengan
Bakteri tumbuh dan
bercampur lendir serta cair berkembang diusus

DO :
1. BAB ±7 Kali dalam sehari Mukosa usus menjadi
terganggu
2. Tampak Konsistensi Cair

3. Klien tampak pucat
Sekresi cairan elektrolit
4. Konjungtiva tampak Anemis

5. Mata tampak cekung Peristaltic usus

6. Tampak memegang perut
Diare
7. Persitaltik usus 39x/m

DS : Ibu klien Mengatakan An. Inflamasi usus Hipertemi


M badan nya panas ↓
Pathogen masuk ke
pembuluh darah
DO : ↓
Fagositosis pembuluh
1. Klien tampak rewel darah
2. Klien tampak pucat ↓
Menstimulasi sel- sel
3. Membran mukosa hipotalamus
kering ↓
Peningkatan suhu tubuh
4. Suhu : 38°c
Nadi : 115 x/ menit
RR : 20 x/ menit
PRIORITAS MASALAH

1. Diare berhubungan dengan cairan dan elektrolit ditandai dengan BAB ±7 Kali
dalam sehari, Konsistensi Cair, Klien tampak pucat, Konjungtiva Anemis, Mata
cekung, Tampak memegang perut.
2. Hipertemi berhubungan dengan Peningkatan suhu tubuh di tandai dengan Klien
tampak rewel, Klien tampak pucat, Membran mukosa kering ,Suhu : 38°c , Nadi
: 115 x/ menit, RR : 20 x/ menit
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An.M


Ruang Rawat: Poli MTBS PKM Panarung
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan 1 x kunjungan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
dengan Cairan dan
diharapkan diare klien dapat 2. Identifikasi tanda dan gejala ketidak 2. Deteksi dini memungkinkan terapi
elektrolit
teratasi dengan kriteria hasil: seimbangan kadar elektrolit pergantian cairan segera untuk
1. Suhu tubuh normal 36°C- 37°C 3. Anjurkan ibu untuk memberikan susu memperbaiki deficit.
2. Konsistensi BAB menjadi 4. Anjurkan orang tua memberikan makan 3. Untuk memberikan nutrisi yang baik
lembek dan minum sedikit tapi sering pada klien 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang
3. Tubuh anak menjadi sehat tidak 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan hilang secara oral
lemas, letih dan lesu parenteral dan farmakologi (antisekresin, 5. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
antibiotic,antipiretik) cairan dan elektrolit agar seimbang,
antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endoksin, sebagai penurun panas.
2. Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum pasien 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan peningkatan suhu keperawatan 1 kali kunjungan 2. Pantau suhu lingkungan batasi/ klien
tubuh rumah diharapkan hipertemi tambahan linen tempat tidur sesuai 2. Suhu ringan/jumlah selimut harus
teratasi Dengan kriteria hasil: indikasi diubah untuk mempertahankan suhu
1. Suhu tubuh rentang normal 3. Anjurkan keluarga memberikan mendekati normal
36°C kompres hangat pada lipatan paha 3. Untuk dapat membantu pasien
2. Klien tidak rewel dan aksila dalam mempertahankan suhu
4. Kolaborasi dengan dokter dan perawat mendekati normal
dalam pemberian obat 4. Untuk dapat memproses
penyembuhan klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari
Diagnosa Evaluasi TTD
Tanggal Implementasi
Keperawatan
Jam
Selasa / Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : orang tua pasien mengatakan anaknya masih
04/Januari 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala mencret ±4/kali perhari BAB dengan konsistensi
/2022 ketidak seimbangan kadar elektrolit cair
Jam : 15.00 3. Menganjurkan ibu untuk memberikan O : - tampak gelisah
wib minum yang cukup
- BAB ±4 Kali dalam sehari
4. Berkolaborasi dalam pemberian cairan
- Konsistensi Cair
parenteral dan farmakologi (antisekresin,
- Klien masih tampak pucat
antibiotic,antipiretik
- Konjungtiva tampak Anemis
Kris Kelana
- Mata masih tampak cekung

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi 1,2,3,5
Selasa / DX 2 1. Mengobservasi keadaan umum pasien S: ibu klien mengatakan An.M panas badan nya
04/Januari 2. Memantau suhu lingkungan batasi/ sudah berkurang
/2020 tambahan linen tempat tidur sesuai O:
- Suhu badan sudah 37,5°C
Jam : 15.00 indikasi
- Pasien masih diberi terapi obat pct paracetamol
wib 3. menganjurkan keluarga memberikan
- Pasien tampak terlihat lemas
kompres hangat pada lipatan paha dan
aksila
A: masalah belum teratasi Kris Kelana
4. Mengkolaborasi dengan dokter dan
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
perawat dalam pemberian obat
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
DIARE

OLEH:
Kris Kelana
2021-01-14901-036

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Diare


Hari / Tanggal : Jum’at 14 Januari 2022
Sasaran : Keluarga pasien
Waktu : (30 menit)
Tempat :

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pasien, keluarga dan pengunjung
dapat mengetahui tentang penyakit diare
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pasien, keluarga dan pengunjung
mampu :
1) Menjelaskan kembali pengertian Diare
2) Menjelaskan kembali tanda dan gejala Diare
3) Menjelaskan penyebab diare
4) Menjelaskan kembali cara penanganan Diare yang tepat
3. Materi
1) Pengertian diare
2) Tanda dan gejala diare
3) Penyebab diare
4) Cara mencegah diare
4. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Peserta


Pendahuluan - Mengucapkan salam - Memperhatikan
(5 menit) - Menyampaikan tujuan penyuluhan dan mendengarkan
- Menyampaikan pokok-pokok penyaji
materi penyuluhan

Penyajian 1. Menjelaskan tentang : - Memperhatikan


(20 menit) 1) Pengertian diare dengan seksama
2) Tanda dan gejala diare - Menyampaikan
3) Penyebab diare pertanyaan setelah
4) Pencegahan diare penyampaian
materi
2. Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang dipahami
Penutup - Menyimpulkan materi
(5 menit) penyuluhan
- Memberikan salam penutup

5. Metode
Ceramah dan tanya jawab
6. Media
Leaflet
MATERI PENYULUHAN DIARE

1. Pengertian Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan feses yang cair dan
tidak berbentuk. (Potter, 2012:1746). Diare adalah keadaan dimana individu
mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses. (Capernito,
20010:179). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 kali sehari ), serta perubahan dalam isi ( lebih dari 200 gr/hr ) dan
konsistensi feces cair ( Smeltzer, 2011:1093 ). Diare adalah buang air besar (
defekasi ) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekais yang
meningkat ( Mansjoer, 2010: 501).

2. Tanda dan Gejala


A. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi
a) infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb),
b) infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
2. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
B. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping
itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. Intoleransi gula (laktosa)
timbul bila tubuh mengalami satu atau lebih enzim disakaridase dan atau adanya
gangguan absorbs serta pengangkutan monosakarida dalam usus halus. Faktor yang
menyebabkan intoleransi gula adalah faktor pencernaan dan absorbs.
3. Penyebab Diare
Ringan Sedang Berat
Fontanela anterior Normal Cekung Sangat cekung
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Membran mukosa Basah Kering Sangat kering
Turgor jaringan Kembali Kembali lambat Kembali sangat
cepat/ lambat
normal
Nadi Normal Cepat Cepat,lemah,
mungkin tidak
teraba
Tekanan darah Normal Normal / rendah < 90mmHg,
mungkin tidak
dapat diukur
BAK Normal Menurun / keruh Oliguria (50-
500cc/24jam)
Keadaan Umum Haus, sadar Haus, gelisah, Mengantuk, dingin,
letargi berkeringat
BB 4-5 6-9 7-10
( % kehilangan )
Defisit cairan ( ml/ 40-50 60-90 >100
kg )

4. Cara Penanganan Diare


Pada dasarnya diare yang tidak disertai dengan dehidrasi bisa ditangani
sendiri di rumah dengan mudah.
1) Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, makanan
cair (sup, air tajin, minuman yogurt) atau air matang. Jika anak berusia, <6 bulan
dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari
pada makanan cair. Berikan larutan ini sebanyak anak mau.Teruskan pemberian
sampai diare berhenti2.
2) Berikan anak makan untuk mencegah kurang gizi.Teruskan ASI atau susu yang
biasa diberikan· Untuk anak <6 bulan dan belum mendapatkan makanan padat
dapat diberikan susu yang dicairkan dengan yang sebanding selama dua
hari,·bila anak >6 bulan atau telah mendapatkan makanan padat: Berikan bubur
atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang-
kacangan, sayur, daging, ikan. Berikan buah segar atau pisang halus untuk
menambah kalium. · Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau
tumbuk dengan baik· Dorong anak untuk makan, berikan makan sedikitnya 6
kali sehari· Berikan makan yang sama setelah diare berhenti dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3) Anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam
tiga hari atau mengalami hal-hal sebagai berikut:
1) Buang air besar cair sangat sering
2) Muntah berulang-ulang.
3) Sangat haus sekali
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinja berdarah
4) Prinsip pemberian oralit Jumlah cairan oralit yang diberikan tiap kali anak buang
air besar<12 bulan 50-100 ml (1/4-1/2 gelas)1-4 tahun 100-200 ml (1/2-1
gelas)>5 tahun 200-300 ml (1-1,5 gelas) Dewasa 300-400 ml (1,5-2 gelas) Cara
pemberian oralit:
1) Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
2) Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
3) Bila anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit.
4) Bila diare berlanjut setelah dua hari, berikan cairan lain (susu, sup, air tajin
dan lain-lain), atau lanjutkan pemberian oralit.
Satu bungkus oralit = satu gelas air berukuran 200 ml tidak boleh
lebih/kurang.Diare dengan dehidrasi secara umum memerlukan pengawasan dan
atau penanganan lebih lanjut oleh petugas kesehatan. Sedangkan diare dengan
dehidrasi berat memerlukan penggantian cairan segera lewat cairan intravena
(infus) karena berpotensi mengancam jiwa anak
4. Cara pembuatan larutan gula garam
Bahan- bahan yang diperlukan :
1) Gula pasir sebanyak 1 sendok teh
2) Garam dapur sebanyak ¼ sendok teh
3) Air matang yang hangat 200ml
4) Gelas kaca berukuran normal dan sendok teh
Cara membuat :
1) Pertama-tama sebelum kita membuat, cuci tangan sampai bersih agar tangan
terbebas dari kuman penyakit
2) Tuangkan air matang kedalam gelas sampai penuh
3) Masukan gula pasir dan garam dapur sesuai takaran yang ditentukan
4) Aduk sampai larut dan berikan kepada anak
Saran:
1) Untuk anak yang berusia dibawah dua tahun diberikan ¼ hingga ½ gelas
saja
2) Untuk anak yang berusia dua tahun keatas ½ hingga 1 gelas
3) Dan berikan minum air yang banyak
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius
Price, Sylvia Anderson. 2012. Patofisiologi: Konsep-konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. 2005. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
FKUI
DIARE APA DIARE
ITU??
Diare adalah buang air besar
lembek/cair (mencret) bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya
Kadang demam Malas makan
lebih sering dari biasanya (biasanya 3
kali atau lebih dalam sehari

BAHAYA DIARE Malas bergerak/lemas


 Kencing sedikit,
Kekurangan cairan / lemas  Dehidrasi (kekurangan cairan),
mengakibatkan
Kehabisan cairan dan meninggal

Rewel
Disusun Oleh :
TANDA-TANDA APA PENYEBABNYA
Selmi Aprinati
DIARE
a. Infeksi virus atau bakteri

YAYASAN EKA HARAP


PALANGKA
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU muntah b. Makanan atau nutrisi : makanan tidak
KESEHATAN PROGRAM Berak cair higienis, botol susu yang tidak steril
STUDI PROFESI NERS dan pemberian ASI yang tidak
TAHUN 2020/2021 eksklusif pada bayi 0-6 bulan
c. Gangguan kesehatan : Misal teh gula pasir, dan ½
Campak sendok teh garam
d. Faktor lingkungan : lingkungan  Aduk sampai larut
kotor, tidak cuci tangan sebelum
memegang makanan / setelah
BAB

2. Teruskan pemberian makan dan


e. Psikologi anak : anak takut dan tingkatkan pemberian Air Susu
cemas Ibu (ASI) pada bayi yang masih
menyusu. Anak usia diatas 6 bulan
CARA MECEGAH DIARE CARA MENGATASI DIARE diberi makanan tambahan. Beri
makan lebih sering dari biasanya.
Peningkatan kesehatan perorangan 3. Mencari pengobatan lanjutan.
1. Segera beri banyak air minum
dan lingkungan : gunakan air bersih Segera ke puskesmas atau rumah
cairan yang tersedia dirumah
yang cukup, cuci tangan dengan sabun sakit bila tidak membaik dalam 3
tangga. Bila ada beri oralit.
dan air bersih, berak di jamban, hari atau salah satu tanda :
Beri oralit setiap kali berak:
buang tinja bayi di jamban  Diare terus menerus
 Umur kurang dari 1 tahun :
Peningkatan daya tahan tubuh,  Muntah berulang-ulang
¼ - ½ gelas
melalui: pemberian asi, pemberian  Rasa haus yang nyata
 Umur 1- 4 tahun : ½ - 1 gelas
makanan pendamping asi, imunisasi  Makan/minum sedikit
 Umur diatas 5 tahun :
 Demam
campak 1 - 1 ½ gelas
 Ada darah dalam tinja
Cara menyiapkan oralit :
 Sediakan 1 gelas air
matang (200ml), 1 sendok
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai