Askep Ujian Fransisko
Askep Ujian Fransisko
Oleh:
FRANSISKO
20231490104031
Nama : Fransisko
NIM : 20231490104031
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa
Medis Diabetes Militus tipe 2 Di Ruang Sakura RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Fransisko
NIM : 20231490104031
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa
Medis Diabetes Militus tipe 2 Di Ruang Sakura RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena
atas karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa Medis Diabetes Militus tipe
2 Di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Penyusun
menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan dan Ners.
3) Ibu Isna Wiranti, S.Kep.,Ners Selaku Koordinator Ners.
4) Bapak Dwi Agustian Faruk, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan
penyelesaian laporan pendahuluan ini.
5) Ibu Dina Rusydiah,S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan
pendahuluan ini.
6) Orang Tua, keluarga dan orang terdekat yang telah memberikan bimbingan,
motivasi dan bantuan kepada saya dalam melanjutkan pendidikan.
Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
Asuhan Keperawatan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan laporan pendahuluan ini. Akhir kata, kelompok mengucapkan terima
kasih dan semoga Asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua.
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB 1
PENDAHULUAN
6
Jenis diabetes melitus yang paling banyak diderita dan prevelensinya terus
meningkat adalah diabetes melitus tipe 2 dengan kasus terbanyak yaitu 90%dari
seluruh kasus diabetes melitus di dunia. Menurut Tarwoto (2011)Diabetes Melitus
Tipe 2 atau Non Insulin DependentDiabetes melitus (NIDDM) adalah Diabetes
yang tidak tergantung pada insulin. Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel kurang
efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam menstimulasi glukosa
dihati. (Adha, 2017).
Pada diabetes sering kali mengalami gangguan aktivitas, hal ini deikarenakan
pada diabetes melitus sel-sel membutuhkan insulin untuk membawa glukosa
hanya sekitar 25% untuk energi. Dengan tidak adekuatnya jumlah insulin, banyak
glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak adekuatnya insulin maka gula darah
menjadi tinggi, karena hati tidak dapat menyimpan glukosa menjadi glikogen.
Supaya terjadi keseimbangan agar gula darah kembali menjadi normal maka
tubuh mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada di
dalam urine (Tarwoto, 2016). Gula darah dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga dan
cenderung mengakibatkan pasien mengalami kelemahan (Wijaya, 2017).
Pasien dengan Diabetes Melitus sangat memerlukan aktivitas fisik dalam
penanganannya. Kebutuhan aktivitas adalah kemampuan seseorang untuk berjalan
bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya
disamping kemampuan mengerakkan ekstermitasatas (Kasiati,2016). Dampak jika
pasien tidak melakukan mobilisasi fisik secara rutin pola makan akan
mengakibatkan hiperglikemi, komplikasi hinggakematian (Rahayu, Dkk, 2021).
Berdasarkan masalah diatas, penulis memilih mengangkat
masalah Intolerasi Aktivitas. Masalah ini berkaitan dengan ketidak
cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tanda dan
gejala dari intoleransi aktivitas adalah mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, dyspnea saat/setelah
aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah,
tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat dan sianosis (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI., 2017).
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis (Purwant0,2016).
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya. Hiperglikemia
beberapa organ tubuh terutama mata,ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
(Tanto, 2014).
2.1.2 Etiologi
Diabetes Melitus Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3 yaitu:
1) ¿ 140 mg/dL=normal
2) 140−¿ 200 mg/dL=tolerar ransi glukosa terganggu
Insulin yang dikeluarkan oleh sel betata di dapat di ibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel,untuk kemudian
didalam selglukosa tersebut dimetabolismekan menjadi tenaga.Bila insulin tidak
ada,makaglukosa dalam darah tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar
glukosadalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes melitus
tipe 2.
Pada keadaan diabetes melitus tipe II, jumlah insulin bisa normal,bahkan lebih
banyak,tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin diperm ukaan
selkurang.Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu lubang
kuncinya kurang,sehingga meskipun anak kuncinya(insulin)banyak,tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang,makaglukosa yang masuk kedalam sel sedikit,
sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan Dmtipe I,bedanya
adalah pada DM tipe II disampingkan glukosa tinggi,kadar insulin juga tinggi atau
normal.Pada DM tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup ataul ebih tetapi
kualitas nya kurang baik,sehingga gagal membawa glukosa masuk kedalam
sel.disamping penyebab diatas,DM juga bisa terjadi akibat gang guan transport
gluksa didalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolisme energi (Utama, 2009).
6
ADL di bantu
Intoleransi aktivitas
7
Manifestasi atau tanda dan gejala yang terjadi pada klien DM Tipe 2antara lain
(Purwanto, 2016) :
a.Poliuria
hauster aktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan inginse lalu minum
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurun nya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar.
Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibatdari itu maka sel akan menciut,
secaraotomatis.
e. Malaise atau kelemahan.
2.1.5 Komplikasi
1) Mikroalbumiuria : urin
1.Pengkajian
Nama, usia: tipe 1 <30 tahun, tipe 2 >30 tahun cenderung meningkat pada usia 68 tahun,
terkena diabetes melitus, jenis kelamin, status perkawinan, agama, diagnosa masuk,
pola makan yang salah. Penyakit diabetes juga banyak dialami oleh orang yang
b. Keluhan utama
Pada kondisi hiperglikemia, penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehindrasi, suhu tubuh dan sakit kepala menjadi keluhan yang dapat dirasakan. Pada
kondisi hipoglikemia, tremor, persipitasi,takikardia, palpitasi, gelisah,rasa lapar,
sakit kepala, susah konsentrasi,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, matirasa
didaerah bibir,pelo,perubahan emosional dan penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gejala yang dominan timbul adalah sering kencing, sering lapar, dan haus,berat badan
berlebih, biasanya penderita belum tahu kala sudah menderita diabetes dan baru
Dapat terjadi pada saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
dibagi menjadi dua jenis yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis Positif. Diagnose negatif
menunjukkan bahwaklien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga
bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnose negatif terdiri dari Diagnosa
Atual dan Diagnosa Risiko. Sedangkan diagnose positif menunjukkan bahwa klien dalam
kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal (Tim Pokja SDKI
kondisi istirahat, dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
merasa lemah,tekanan darah meningkat>20% dari kondisi istirahat, sianosis. (Tim Pokja
3. Perencanaan Keperawatan
luaran (outcome). Adapun luaran yang digunakan pada klien dengan intoleransi aktivitas
adalah luaran tambahan yaitu konservasi energy membaik dengan kriteria hasil meliputi
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI,2018). Setelah menetapkan tujuan dilanjutkan dengan
11
tekanan darah
saat/setelah tertentu
aktivitas Terapeutik
dialami
Edukasi
fisik,social,spiritual,dan
13
Kolaborasi
2.2.1 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi adalah
pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap
implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada
nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping, selama tahap implementasi
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
2.2.2 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan. Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
3.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. Tukinah
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Janda
Alamat : Jl. Adonis samad komplek perjuangan
Tgl MRS : 26 Oktober 2023
Diagnosa Medis : CHF
2. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1) Keluhan Utama :
58
59
Bisoprolol 1x2,5 (pagi), Aspilet 80 mg 1x1 (siang), PCT 1x30( pagi), CPG
75 mg 1x1(malam), KSR 600 mg 3x 10cc(siang). Kemudian klien di
pindahkan rawat inap ke ruang sakura pada tanggal 15 Oktober untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit keluarga.
3. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
Suhu : 36,8 °C, Gelisah Nyeri
Tanda Obyektif : Menjaga area yang sakit
Respon emosional : Baik Penyempitan Fokus :
Cara mengatasi nyeri :
Lain-lain
Masalah Keperawatan :
Ο Nyeri Ο Hipertermi Ο Hipotermi
1. OKSIGENASI 2. CAIRAN
Ο dll…………………………………. Ο dll………………………………….
10. KEAMANAN
9. NEUROSENSORI
Rasa Ingin Pingsan /Pusing : Tidak ada Alergi /sensitifitas : Tidak ada reaksi : Tidak ada
Stroke ( Gejala Sisa ) : Tidak ada Perubahan sistem imun sebelumnya : Tidak ada
Kejang : Tidak ada Tife : Tidak ada Riwayat penyakit hub seksual ( tgl /tipe : Tidak ada
Agra : Tidak ada Frekuensi : Tidak ada Perilaku resiko tinggi : Tidak ada
Status Postikal : Tidak ada Cara mengontrol : - Transfusi darah /jumlah : Tidak ada
Status mental : Baik Waktu : Baik Gambaran reaksi : Tidak ada
Tempat : Baik orang : Baik Riwayat cedera kecelakaan : Tidak ada
Kesadaran : Composmetis Fraktur /dislokasi sendi : Tidak ada
Memori saat ini Baik, yang lalu : Baik Artritis /sendi tak stabil : Tidak ada
Kaca mata : Tidak ada Kotak lensa : Tidak ada Masalah punggung : Tidak ada
Alat bantu dengar : Tidak ada Perubahan pada tahi lalat : Tidak ada
63
Ukuran /reaksi Pupil : kiri /kanan : Baik Pembesaran nodus : Tidak ada
Facial Drop : Tidak ada Kaku kuduk : Tidak ada Kekuatan Umum : Tampak berbaring, terpasang
Gangguan genggam /lepas : Ki / Ka : Tidak ada infus NaCL 20 tpm pada kaki bagian kanan
Postur : Baik Kordinasi :Baik Cara berjalan : klien hanya bisa duduk diatas
Refleks Patela Ki /Ka : Kaki kiri +1, Kaki kanan +1 tempat tidur
Refleks tendo dalam bisep dan trisep : Baik Rem : Tidak ada
Kernig Sign : Tidak ada Babinsky : Tidak ada Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun : Tidak ada
Chaddock : Tidak ada Brudinsky : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan
Ο Gangguan perfusi jaringan cerebral Ο Resiko Injuri Ο Gangguan Penularan infeksi
11. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak ada Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak ada
Penggunaan kondom : Tidak ada Penggunaan kondom : Tidak ada
Masalah – masalah /kesulitan seksual : Tidak ada Masalah – masalah /kesulitan seksual : Tidak ada
Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat : Tidak ada Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat : Tidak
Wanita : ada
Usia Menarke : …… thn, Lama siklus : ……..hari Pria : Tidak terkaji
Lokasi : …………………………………….. Rabas penis : ……… Gg Prostat : ……………..
Periode menstruasi terakhir : ……………………. Sirkumsisi : …………….. Vasektomi : ………..
Menopause : ………………………………………. Melakukan pemeriksaan sendiri : ………………
Rabas Vaginal : …………………………………… Payudara test : …………………………………
Perdarahan antar periode : ……………………… Prostoskopi /pemeriksaan prostat terakhir : ……
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri / ………………………………………………….
mammogram : …………………………………… ………………………………………………….
Tanda ( obyektif ) Tanda ( obyektif )
Pemeriksaan : …………………………………. Pemeriksaan : ………………………………….
Payudara /penis /testis : ………………………. Payudara /penis /testis : ……………………….
Kutil genatelia/test : ………………………….. Kutil genatelia/test : …………………………..
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
64
2) Status Neurologis :
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Klien dapat mencium aroma minyak kayu
putih
Nervus Kranial II : Klien dapat melihat dengan jelas
Nervus Kranial III : Klien dapat menggerakan bola mata keatas
dan kebawah
Nervus Kranial IV : Klien dapat menggerakan bola mata kekiri dan
kekanan
Nervus Kranial V : Klien dapat mengunyah
Nervus Kranial VI : Klien dapat membedakan rasa makanan
Nervus Kranial VII : Klien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Klien dapat mendengar dengan baik
Nervus Kranial IX : Klien dapat menelan dengan baik
Nervus Kranial X : Klien dapat berbicara dengan baik dan lancar
Nervus Kranial XI : Klien dapat menggerakan leher kekiri dan
kekanan
Nervus Kranial XII : Klien dapat mengecap makanan dengan baik
66
3) Ekstermitas Superior :
a) Motorik
Pergerakan : Baik
Kekuatan :5 5
b) Tonus
c) Refleks Fisiologis
- Bisep : Baik
- Trisep : Baik
- Radius : Baik
- Ulna : Baik
d) Refleks Patologis
Hoffman Tromer : Baik
e) Sensibilitas
Nyeri : Tidak ada
4) Ekstremitas Inferior :
a) Motorik
Pergerakan : Bebas terbatas
Kekuatan :4 4
b) Tonus
c) Refleks Fisiologis
Refleks Patella : Positif
d) Refleks Patologis
- Babinsky : Baik
- Chaddock : Baik
- Gordon : Baik
- Oppenheim : Baik
- Schuffle : Baik
5) Rangsang Meningen
a) Kaku kuduk : Tidak ada
b) Brudzinksky I & II : Tidak ada
c) Lassaque : Tidak ada
d) Kernig Sign : Tidak ada
67
6. DATA GENOGRAM
Keterangan:
:Laki-laki
:Perempuan
:Tinggal Serumah
: Klien
:Meninggal
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hari/Tanggal Pemberian Obat : 19-10-2023
ANALISA DATA
3. pergerakan lambat
6. GDS:284 mg/dl
Suhu: 36,6℃
RR:20x/menit
N:92x/menit
Spo2: 96%
71
PRIORITAS MASALAH
DIAGNOSA
NO. TUJUAN (KRITERIA HASIL) INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Diagnosa Kep Toleransi Aktivitas SLKI L.05047 Hal 149 Manajemen Energi SIKI. I. (I. 05178)
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Observasi
berhubungan dengan jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan 1.Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
hiperglikemia Kriteria hasil: kelelahan
dibuktikan dengan 1. Keluhan lelah menurun (5) 2. Monitor kelelahan fisik dan
klien tampak lemas. 2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas emosional
(SDKI. D.0056. Hal meningkat (5) Terapeutik
3. Perasaan lemah menurun (5) 1. Sediakan lingkungan yang
128) nyaman
2.Lakukan latihan rentang
gerak aktif dan pasif
Edukasi
1.anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
2. ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3.anjurkan melakukan aktifitas fisik ,social, spiritual,
dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
pemberian terapi aktivitas
2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3. Kolaborasi dengan dokter
73
Tanda Tangan
Hari/Tanggal/
Implementasi Evaluasi Dan
Jam
Nama Perawat
Kamis,2 November Manajemen Energi SIKI. I. (I. 05178) Jam: 09.10 WIB
2023 Observasi S: Klien mengatakan lemas mulai
08.25 WIB 1.Identifikasi gangguan fungsi berkurang
tubuh yang mengakibatkan O:
kelelahan - Klien masih tampak lemas saat
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional bergerak/ melakukan aktivitas
Terapeutik - Klien masih tampak ngos-ngosan
1. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus saat bergerak
(mis. cahaya, suara, kunjungan) - Klien masih tampak pucat
Edukasi - ADL klien masih dibantu keluarga
1.Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap pasien
2.Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan - TTV :
gejala kelelahan tidak berkurang TD : 130/90 mmHG
N : 92 x/menit
S : 36,6 ° C
RR : 20 x/menit
SPO2 : 96%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
74
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka penulis
akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil untuk kasus
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien Diabete Melitus dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan,dan evaluasi keperawatan.
1.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah hal utama yang dilaksanakan perawat karena
memungkinkan 80% diagnosis masalah klien dapat ditegakkan serta untuk
mendapat data tentang keadaan klien. Pengumpulan data yang dilakukan penulis
saat pengambilan kasus pada tanggal 2 november 2023 dengan wawancara,
observasi langsung serta pemeriksaan fisik. Hasil yang di dapatkan yaitu klien
mengeluh lemah dan cepat lelah. Keluhan lain yang menyertai adalah aktivitas di
bantu oleh keluarga, klien bed rest hanya berbaring seharian di ranjang, pergerakan
lambat, tidak dapat merubah posisi, tidak dapat berjalan, klien merasa tidak nyaman
saaat beraktivitas. Didapatkan hasil pengukuran tanda-tanda vital pada klien yaitu:
Tekanan darah 130/90 mmhg, frekuensi nadi 92 kali permenit,frekuensi pernapasan
20 kali permenit dan suhu badan 36,6° celcius,spo2 96 %.
Menurut Purwanto (2016)Manifestasi atau tanda dan gejala yang terjadi pada
klien Diabetes melitus antara lain : polyuria, polydipsia,polyphagia, penurunanberat
badan, malaiseatau kelemahan, kesemutan pada ekstremitas, Infeksi kulit dan
pruritus, timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat.
75
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis tidak semua data yang ada
pada teori di temukan pada klien, tetapi kondisi atau keluhan klien saat pengkajian
semuanya sesuai dengan teori.Adanya kesenjangan antara teori dan hasil studi kasus
yang ditemukan karena klien dalam tahap penyembuhan pasca operasi dan juga di
sebabkan karena setiap manusia dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial,
dan spiritual terhadap stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik yang
didapatkan berbeda.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2017), diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien diabetes mellitus antara lain ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan
resistensi insulin, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, infeksi b.d
peningkatan leukosit dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
defisit nutrisi dan gangguan integritas kulit dan jaringan.
Berdasarkan masalah pada Ny. T, diagnosa yang di tegakkan adalah intoleransi
aktivitas. Diagnosa ini di tegakkan berdasarkan fokus penelitian yang dipilih oleh
peneliti hanya terkait masalah gangguan kebutuhan aktivitas sehingga tidak semua
diagnosa pada teori dapat di tegakkan oleh peneliti. Selain itu, data yang di dapatkan
pada pengkajian tidak cukup untuk menegakkan diagnosa yang lain, dimana dalam
menentukan diagnosa harus mencukupi 80% dari tanda dan gejala mayor minor pada
yang ada pada label diagnosa.
76
dilakukan dalam hal ini yaitu managemen energy dan terapi aktivitas.
(Hidayat,2015).
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan implementasi
selama tiga hari sesuai dengan intervensi yang telah di buat dengan memperhatikan
aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah di tentukan. Implementasi
yang telah di rencanakan dapat di terapkan dengan cara perawat memberikan
bantuan tindakan langsung yaitu membantu mobilisasi klien berupa merubah posisi
bangun, duduk dan membantu berjalan,juga memberikan edukasi kepada klien
langsung maupun keluarga tentang penting nya aktivitas bagi pasien diabetes
melitus.
5. Evaluasi Keperawatan
79
80
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada penerapan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan diagnosa medis diabetes
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi yang disusun berdasarkan teori SDKI,
2. Dari hasil pengkajian Ny. T diketahui klien mengalami kekurangan energi yang di
tandai dengan mengeluh mengeluh lemah dan cepat lelah,klien mengatakan tidak
nyaman saat beraktivitas, aktivitas di bantu oleh keluarga, klien bed rest hanya
berbaring seharian di ranjang, pergerakan lambat, tidak dapat merubah posisi, tidak
dapat berjalan, klien merasa tidak nyaman saaat beraktivitas. Tekanan darah 130/90
mmHg,frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi nafas 20 kali per menit dan suhu
3. Diagnosa keperawatan yang di angkat berdasarkan buku SDKI pada kasus Ny. T
4. Intervensi keperawatan pada Ny. T berdasarkan buku SIKI adalah toleransi aktivitas
dengan tujuan berdasarkan buku SLKI adalah managemen energy dan terapi aktivitas.
81
f. Mengobservasi TTV
6. Hasil evaluasi pada Ny. M setelah dilakukan implementasi tiga kali 24jam
menunjukkan masalah intoleransi aktivitas teratasi di tandai dengan klien
mengatakan sudah tidak lemah, klien mengatakan sudah bisa beraktivitas ringan
secara mandiri, klien nampak tidak mengalami gangguan fungsi tubuh selama
melakukan aktivitas, tekanan darah:130/90 mmhg, nadi: 80 kali per menit,
penapasan: 20 kali per menit dan suhu:36℃.
7. Setelah dilakukan penerapan managemen energi dan terapi aktivitas pada Ny.M
selama tiga kali 24 jam menunjukkan bahwa masalah intoleransi aktivitas klien
mengalami perubahan ke arah membaik.
B.Saran
1. Bagi rumah Sakit
82
DAFTAR PUSTAKA
83
84