Anda di halaman 1dari 5

1.

PENDAHULUAN hubungannya dengan penampilan tampak


bangunan.
Lingkungan dan energi merupakan isu global
Untuk mengurangi beban external Badan
yang dihadapi peradaban manusia dewasa ini.
Standarisasi Nasional Indonesia menentukan
Peningkatan tajam penggunaan energi dalam
kriteria disain selubung bangunan yang
kaitannya untuk menaikkan taraf hidup manusia
dinyatakan dalam Harga Alih Termal
tidak saja mengekploitasi sumber-sumber daya
Menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value,
energi, tetapi juga dapat membahayakan
OTTV) yaitu OTTV = 45 Watt/m². Ketentuan ini
lingkungan fisik alami dalam skala global.
berlaku untuk bangunan yang dikondisikan dan
Bangunan gedung sebagai bagian dari lingkungan
dimaksudkan untuk memperoleh disain selubung
yang bertujuan menciptakan ruang-ruang nyaman
bangunan yang dapat mengurangi beban external
untuk taraf kehidupan yang lebih baik juga
sehingga menurunkan beban pendinginan.
menyebabkan permasalahan yang sama.
Dengan memberikan harga batas tertentu untuk
Meskipun bukan merupakan satu-satunya
OTTV maka besar beban external dapat dibatasi.
pemakai energi, tetapi bangunan gedung dengan
Disini terlihat bahwa perancangan selubung
seluruh peralatan penunjangnya mengkonsumsi
bangunan sebagai elemen pelindung terhadap
energi dalam jumlah cukup besar, sehingga
kondisi lingkungan cuaca luar merupakan salah
teknologi hemat energi perlu diupayakan untuk
satu faktor penting dalam penentuan sistem
membatasi penggunaan energi dalam gedung.
tersebut.
Dari distribusi penggunaan energi dalam suatu
Untuk mencapai kualifikasi bangunan hemat
gedung dapat dilihat bahwa komponen
energi diperlukan serangkaian parameter analisa
pemakaian energi terbesar adalah sistem
energi untuk memenuhi kriteria konservasi energi
pendingin. Air Conditioner/Fan mencapai 50-
selubung bangunan antara lain rasio jendela kaca
70% dari seluruh energi listrik yang digunakan,
terhadap dinding atau Window to Wall Ratio
sedangkan Pencahayaan 10- 25%, dan Elevator
(WWR), jenis, tebal dan warna dinding luar, alat
hanya 2-10%. Karena itu sasaran dari
peneduh, konduktansi kaca, insulasi atap dan
penghematan energi dalam bangunan gedung
dinding, penyerapan atap dan dinding, arah hadap
seharusnya ditujukan pada optimalisasi sistem
dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan menentukan
tata udara dan sistem tata cahaya. Efisiensi sistem
WWR yang dapat dipakai untuk merencanakan
tata udara dapat dilakukan antara lain dengan cara
bangunan untuk memenuhi OTTV yang
memperkecil beban pendinginan serta pemilihan
disyaratkan serta hanya membahas parameter-
sistem dan kontrol tata udara yang tepat.
parameter yang berhubungan dengan selubung
Beban pendinginan dari suatu bangunan
bangunan dalam hubungannya dengan beban
gedung yang dikondisikan terdiri dari beban
pendinginan maksimum dalam suatu jam tertentu.
internal yaitu beban yang ditimbulkan oleh
lampu, penghuni serta peralatan lain yang
1.1 OTTV dalam Proses Desain
menimbulkan panas, dan beban external yaitu
OTTV mengontrol perpindahan panas dari
panas yang masuk dalam bangunan akibat radiasi
lingkungan luar menuju lingkungan dalam
matahari dan konduksi melaluiselubung
bangunan melalui selubung bangunan.
bangunan. Untuk membatasi beban external,
Penggunaan energi untuk penghawaan dapat
selubung bangunan dan bidang atap merupakan
dikurangi dan konsumsi energi listrik menjadi
elemen bangunan yang penting yang harus
efisien.
diperhitungkan dalam penggunaan energi. Karena
Arsitek/perencana bebas berinovasi untuk
fungsinya sebagai selubung external itulah maka
menentukan material penting untuk selubung
kriteria-kriteria konservasi energi perlu
bangunan dalam upaya memproteksi panas
dipertimbangkan dalam proses disain suatu
berlebih dalam bangunan, seperti pada
bangunan khususnya yang menyangkut
penggunaan material dinding, kaca, ukuran
perancangan bidang-bidang exterior dalam
jendela, tipe atap sehingga tercapainya Efisiensi
energi

1.2 Tujuan Perhitungan OTTV


Adapun tujuan dari perhitungan OTTV
adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan mengimplementasikan
perancangan bangunan hemat energi
2. Mengembangkan tolok ukur manajemen
energi dan sistem praktis untuk berbagai jenis Gambar 1. Orientasi Matahari
bangunan
3. Meningkatkan penghematan penggunaan 1.5 Standar Nasional Indonesia
energi pada bangunan Untuk mengurangi beban external,
4. Mewujudkan perancangan bangunan yang Badan Standarisasi Nasional Indonesia
rensponsif terhadap iklim. (SNI 03-6389- 2000) menentukan
kriteria disain selubung bangunan yang
dinyatakan dalam “Harga Alih Termal
1.3 Windows to Wall Ratio (WWR) Menyeluruh” (Overall Thermal
Windows to wall ratio (WWR) adalah Transfer Value, OTTV) yaitu OTTV =
Proporsi luas bukaan pada dinding bangunan 45 Watt/m².
dengan luasan dinding pada bidang yang sama. Ketentuan ini berlaku untuk
Pada kasus rancangan pasif, yaitu rancangan bangunan yang dikondisikan dan
yang berorientasi pada pemanfaatan potensi alam dimaksudkan untuk memperoleh
dapat disimpulkan bahwa, semakin besar nilai disain selubung bangunan yang dapat
Window to Wall Ratio (WWR) pada selubung mengurangi beban external sehingga
bangunan terhadap dinding akan semakin baik menurunkan beban pendinginan.
untuk kinerja termal dan sebaliknya untuk kasus Dengan memberikan harga batas
desain aktif. tertentu untuk OTTV maka besar beban
1.4 Orientasi Bangunan external dapat dibatasi.
Disini terlihat bahwa perancangan
Orientasi bangunan memberikan pengaruh
selubung bangunan sebagai elemen
yang cukup besar untuk mencapai kenyamanan
pelindung terhadap kondisi lingkungan
termal ruangan, khususnya pada rancangan
cuaca luar merupakan salah satu faktor
bangunan pasif dan penghematan energi pada
penting dalam penentuan sistem
rancangan bangunan aktif. Dalam kasus OTTV,
tersebut.
orientasi bangunan sangat menentukan nilai total
OTTV. Faktor yang memberikan pengaruh nilai 2. KAJIAN LITERATUR
OTTV pada orientasi bangunan adalah nilai 2.1 Pengertian OTTV
solar correction factor (CF) OTTV (Overall thermal transfer
Tabel 4. Solar Correction Factor value) adalah konservasi energi pada
bangunan yang mengatur nilai
NO ORIENTASI CF
perpindahan panas pada fasade dinding
1 Utara 0,90
2 Timur Laut 1,09 bangunan. Dalam hal ini nilainya tidak
3 Timur 1,23 boleh melebihi 45 watt/m². Semakin
4 Tenggara 1,13 tinggi nilai OTTV maka semakin besar
5 Selatan 0,92 watt per meter persegi energi yang
6 Barat Daya 0,90 akan diterima suatu bangunan. Metode
7 Barat 0,94 yang digunakan adalah testing out
8 Barat laut 0,90
dengan pendekatan kuantitatif. Luasan
bukaan mempengaruhi nilai OTTV pada suatu terdapat pada bagian dinding tersebut.
bangunan. Semakin besar bukaan dinding
tembus cahaya maka semakin besar beban OTTVi = Nilai perpindahan termal
energi yang di hasilkan suatu bangunan. menyeluruh pada bagian
dinding i sebagai hasil
2.2 Konsep OTTV perhitungan dengan
Konsep OTTV mencakup tiga elemen dasar menggunakan persamaan.
perpindahan panas melalui selubung luar
bangunan yaitu: konduksi panas melalui dinding
tidak tembus cahaya, radiasi matahari melalui 2.3 U Value
kaca, dan konduksi panas melalui kaca. U VALUE dalam perhitungan
Nilai perpindahan termal menyeluruh (OTTV) OTTV adalah Nilai Rata-Rata Transfer
untuk setiap bidang dinding luar bangunan Panas dalam material.
gedung dengan orientasi tertentu dapat dihitung U Value dapat dihitung dengan
melalui persamaan: menggunakan rumus berikut:

OTTVi = 15α [1 – WWR) Uw + 5(WWR) Uf


+ (194 x CF x WWR x SC (1) Dimana:
U = Thermal transmittance
dimana: (W/m² K) R = Thermal
resistance (m²K/W)
OTTVi = Nilai perpindahan termal menyeluruh
pada dinding luar yang memiliki arah Faktor-faktor yang mempengaruhi
atau orientasi tertentu (Watt/m²). transmitansi termal adalah tahanan
α = Absorbtansi radiasi matahari. panas (R), yang diperoleh dari ketebalan
Uw = Transmitansi termal dinding tak material dibagi dengan total nilai
tembuscahaya (Watt/m².ºK). insulasi bangunan dan nilai tambah dari
WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas udara di dalam dan di luar.
seluruh dinding luar pada orientasi R=b/k
yang ditentukan. Dimana:
SC = Koefisien peneduh dari sistem b = Ketebalan Material
fenestrasi. k = K Value (W / m2 K)
SF = Faktor radiasi matahari (Watt /m²).
Uf = Transmitansi termal fenestrasi Tabel 2. Nilai U Value kelompok
(Watt/m².ºK). material
Untuk menghitung OTTV seluruh dinding
luar, hasil perhitungan OTTV pada semua bidang
luar dijumlahkan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Grafik 1. U value of
dimana:
Aoi = Luas dinding pada bagian dinding luar
i(m²).
Luas ini termasuk semua permukaan dinding tak
tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang
17 Plaster:
different material (a) gypsum 0,37
(b) perlite 0,115
(c) sand/cement 0,533
(d) vermiculite 0.202 – 0.3
Tabel 3. Surface Film Resistance For Walls 18 Polystyrene, expanded
19 Polyurethane, foam
0,035
0,204
And Roof 20 PVC flooring
21 Soil, loosely packed
0,713
0,375
22 Stone, tile:
(a) sand stone 1,298
Thermal Resistance (b) granite 2,927
Type of Surface 2
m K/W (c) marble/terrazzo/ceramic/mosaic 1,298
23 Tile, roof 0,836
A Surface Film Resistance for Walls: 24 Timber:
(a) across grain soft-wood 0,125
1 Inside surface (Ri) (b) hardwood 0,138
(a) High Emissivity 0,120 (c) plywood 0,138
25 Vermiculite, loose granules 0,065
(b) Low Emissivity 0,299 26 Wood chipboard 0,144
27 Woodwool slab 0,086
0,101
2 Outside surface (Ro)
(High Emissivity) 0,044
3. METODOLOGI PENELITIAN
B Surface Film Resistance for Roofs: 3.1 Metode Penelitian
1 Inside surface (Ri) Penelitian ini menggunakan metode
(a) High Emissivity tinjauan atas teori yang berfokus
(i) Flat roof 0,162 terhadap pendekatan OTTV pada
(ii) Sloped roof 22½o 0,148
aplikasi objek nyata. Adapun sumber-
(iii) Sloped roof 45o 0,133
sumber yang dipakai berasal dari :
(b) Low Emissivity
(i) Flat roof 0,801 1. Pengumpulan Data Sekunder
o
(ii) Sloped roof 22½ 0,595
Bertujuan untuk mendapatkan data-
(iii) Sloped roof 45o 0,391
data tentang subjek juga
2 Outside surface (Ro) mendapatkan literatur- literatur
(High Emissivity)
terkait yang telah ada terlebih dahulu
Flat or Sloped 0,055
tentang hal-hal yang berkaitan
dengan topik. Data yang dipakai
2.4. K Value untuk penelitian ini meliputi:
K Value adalah Konduktifitas Panas Pada
Material Tertentu. K. Value dapat dibedakan a) Luas lantai, luas permukaan
berdasarkan jenis material (bersifat standar). K. bangunan, volume bangunan, luas
Value dalam satuan w/m2 K. Berikut standar K permukaan kaca, masing-masing
Value: dibedakan antara yang
dikondisikan dan tidak.
Tabel 4. Nilai k.value untuk Material Dasar b) Luas permukaan selubung/fasade,
terdiri dari luas dinding dan kaca.
k-value
No. Material
W/m2 K c) Luas tiap-tiap material bangunan
1 Asbestos cement sheet 0,317
2 Asbestos insulating board 0,108 dan arah hadapnya.
3 Asphalt, roofing 1,226
4 Bitumen 1,298 d) Jenis bahan, tebal dan warna
5 Brick:
(a) dry (covered by plaster or tiles outside) 0,807 material selubung bangunan dan
(b) common brickwall (brickwall directly exposed to weather outside) 1,154
6 Concrete 1,442 atap.
0,144
7 Concrete, light weight 0,303 e) Nilai U untuk material yang
0,346
0,476 digunakan baik dinding dan kaca
8 Cork board 0,042
9
10
Fibre board
Fibre glass (see glass wool and mineral wool)
0,052 f) Nilai koefisien peneduh (SC).
11
12
Glass, sheet
Glass wool, mat or quilt (dry)
1,053
0,035
g) Nilai Beban Pendinginan External
13
14
Gypsum plaster board
Hard board:
0,17
dengan kondisi WWR existing.
(a) standard 0,216
(b) medium 0,123
15 Metals:
(a) aluminium alloy, typical 211 2. Pengamatan dan Tinjauan Langsung
(b) copper, commercial 385
(c) steel 47,6 pada Objek
16 Mineral wool, felt 0.035 – 0.0
Berikut ialah upaya pendekatan OTTV pada Waktu penelitian adalah waktu yang
objek nyata yang telah ditentukan. digunakan selama penelitian
Pengamatan dan tinjauan langsung tersebut berlangsung.
dilakukan secara bertahap, berskala, dan
menyeluruh. b. Lokasi Penelitian
Dalam studi kasus ini diperlukan ketegasan Lokasi penelitian bertempat di
dan kesesuaian atas data-data terkait Apotek Kimia Farma dan beberapa
pendekatan OTTV sebagai standar acuan ruko disekitarnya di Jalan Teuku
kajian terapan hemat energi pada suatu Nyak Arief, Prada, Banda Aceh.
bangunan (terutama ruang).
Gambar 3. Lokasi Penelitian
3. Analisis Data
Sumber yang telah didapat kemudian disusun
kedalam beberapa sub-bab dari data-data,
deskripsi, dan argumentasi (sesuai sumber),
sampai akhirnya dapat disimpulkan
bagaimana hasil pendekatan OTTV pada
objek penelitian.

3.2 Prosedur Penelitian


1. Kajian Dasar
Kajian dasar ini dilakukan secara teoritis,
yakni tahap pengumpulan data sebagai
penunjang dan acuan dalam mencapai tujuan
dari segala upaya penelitian secara pasti.
2. Hipotesis
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah
pemahaman teoritis telah dikuasai ialah
menyusun beberapa perkiraan/dugaan
sementara secara kualitatif dan deskriptif
terkait data dan keterangan yang dibutuhkan.
Hal tersebut diupayakan untuk
mengaplikasikan pemahaman teoritis
(subjek) terhadap suatu objek (di lapangan)
kedalam suatu fokus penelitian secara teoritis
dan empiris.
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan
pengamatan dan peninjauan terhadap subjek
penelitiannya secara objektif.
4. Refleksi
Tahap refleksi ini merupakan tahap dimana
semua data yang telah diperoleh dari kegiatan
observasi dikumpulkan, dianalisis kembali,
dan dirangkum dalam sebuah tulisan.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


a. Waktu Penelitian

Anda mungkin juga menyukai