PROGRAM KIP-KULIAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
PENDAHULUAN (contoh pendahuluan)
Sehubungan dengan diadakannya program KIP-Kuliah 2022, saya ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan program KIP-
Kuliah, karena telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada saya untuk menerima
program KIP-Kuliah tahun 2022. Laporan pertanggung jawaban penerima bantuan biaya
pendidikan beasiswa Bidikmisi ini berisi tentang prestasi akademik, non akademik, kegiatan
keorganisasian dan kepanitiaan, serta laporan keuangan selama satu semester. Laporan ini
saya buat untuk memenuhi salah satu syarat penerima program KIP-Kuliah Angkatan tahun
2022. Laporan ini saya buat dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya beserta lampiran
beberapa surat keterangan sebagai bukti pendukung.
I. DATA MAHASISWA
Nim : 22130057
LATAR BELAKANG.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang Pendidikan
adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (peserta didik) agar
tercapai perkembangan maksimal yang positif. Pendidikan menentukan model manusia yang
akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konsitusi
serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation Character Building).
Ada seseorang cendikiawan berpendadapat, kalau kita mau mencari akar dari
permasalah krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia saat ini adalah bersumber
dari lemahnya pembangunan nation and character building, lemahnya pembangunan watak
dan mental. Oleh karena itu pendidikan karakter bagi generasi muda menjadi sangat penting
dan perlu untuk segera direalisasikan. Perdebatan yang mungkin belum dan tidak akan pernah
berhenti di kalangan kita tentang seputar peranan Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan
karakter. Negara kita berlandaskan pancasila dimana sila pertama adalah menyatakan bahwa
Negara berdasarkan atas nama Ketuhanan Yang Maha Esa. Intinya adalah Negara kita bukan
atheis tapi Negara yang religius yang menjadikan sila pertama dari Pancasila tersebut sebagai
inti dari keempat sila yang lainnya.
Dan Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia pra sekolah merupakan masa yang
menentukan bagi perkembangan anak pada tahap selanjutnya. pada masa ini, situasi anak peka
untuk menerima rangsang dari luar yang sesuai tahap perkembangannya, maka kemampuan
anak akan berkembang optimal, sehingga rangsangan melalui keagamaan yang diberikan pada
anak dengan tidak mengacuhkan tingkat perkembangannya akan sangat bermanfaat bagi anak
untuk membentuk karakter anak. Zakiah daradjat mengatakan bahwa, pada umumnya agama
seorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan latihan yang dilaluinya pada masa
kecilnya dulu. Seorang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama,
maka, pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam
kehidupannya. Pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan untuk mengembangkan seluruh
potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh yang baru mengenal dunia,
dimana ia belum mengetahui aturan norma, tata krama dan anak sedang belajar berkomunikasi
serta belajar memahami orang lain. Karena itu, anak memerlukan bimbingan dalam mengenal
fenomena alam dan keterampilan yang dibutuhkan sebagai bekal hidup bermasyarakat.
Interaksi anak dengan orang lain dan benda diperlukan agar anak mampu
mengembangkan kepribadian, ahlak dan watak mulia. Dilihat dari karakteristik anak usia dini
Proses penanaman karakter sejak dini sangat penting untuk peserta didik, untuk dapat mengenal
dan mempelajari nilai nilai kebaikan agar membentuk karakter anak dengan baik, sehingga
tujuan pendidikan karakter dapat tercapai secara efektif. Upaya dari pihak sekolah dalam
menanamkan nilai nilai kebaikan dalam membentuk karakter anak, salah satunya adalah
dengan menggunakan metode pembiasaan dilingkungan sekolah. Metode pembiasaan tersebut
dengan menggunakan nilai nilai kebaikan diharapkan dapat membentuk karakter yang baik
untuk para peserta didik. Karakter berasal dari bahasa yunani yag berarti to mark (menandai)
dan memfokuskan tentang bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam suatu
tindakan atau tingkah laku. Pendidikan karakter menjadi problematika penting dalam dunia
pendidikan akhir-akhir ini,hal ini berkaitan dengan kemerosotan moral yang terjadi ditengah-
tengah masyarakat maupun lingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam.
Pendidikan karakter sekedar mengajarkan mana yag benar dan mana yag salah tetapi
juga menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik dengan begitu peserta didik menjadi
faham tentang mana yang baik dan mana yang salah, maupun mrasakan nilai yang baik dan
prilaku yang baik. Karena perilaku pada anak dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari hari
secara non formal. Artinya suatu perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa yang
ditunjukan kepada anak untuk diikuti, dalam pendidikan anak usia dini misalnya berdo‟a
bersama, mencuci tangan,bersikap sopan santun, mengucapkan kata terimakasih, maaf,
permisi.
Pada dasarnya anak dalam masa meniru dimana setiap hal yang dilihat oleh anak, akan
ditiru oleh anak pembelajaran sikap seseorang dapat juga dilakukan melalui proses modeling,
yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Metode pembiasaan
merupakan kegiatan yag dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak
agar memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umunya berhubungan dengan
pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian,
penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya. Pembiasaan merupakan proses
pendidikan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini maka akan
menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya
akanmenjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Disinilah pentingnya pembiasaan dalam
proses pendidikan.
Pembiasaan sebagai metode pembelajaran diasumsikan sebagai cara yang tepat untuk
menanamkan nilai-nilai keislaman siswa sehingga hal tersebut berkembang menjadi budaya di
sekolah metode kualitatis, dengan cara melakukan wawancara dan observasi ke obyek
penelitian sampai memperoleh data yang akurat selanjutnya dianalisis menggunakan tahapan
versi (mels dan habermen) sehingga diperoleh simpulan bahwa metode pembelajaran
pembiasaan dipandang efektif dalam penanamkan nilai-nilai islami.
Referensi :
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 28. 3 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan (Cet.12; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4.
Departemen Agama RI, AL-Qur‟an, Cv Penerbit Diponegor, Jawa Barat, 2014 h 420 6
Zakiah Daradjat, Op.Cit, h. 48
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis, Metode Pengembangan Prilaku Dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h 1-4 11 Suyadi,
Cara Efektif Memahami Prilaku Anak Usia Dini. (Jakarta:Edsa Mahkota 2007),h. 80 12 Wina
Jaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:Kencana,
2009),h.276 13 Ramli, Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik, ISSN : 2088-4095 Tarbiyah
Islamiyah, Volume 5, Nomor 1, Januari-juni 2015, h 75-77
Ahsanulkhaq, Moh. 2019. Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui
Metode Pembiasaan. Jurnal Prakarsa Paedagogia 2(1).
Daheri, Mirzon, and Idi Warsah. 2019. PENDIDIKAN AKHLAK: RELASI ANTARA
SEKOLAH DENGAN KELUARGA. At-Turats 13(1):3.
NIM : 22130057
Perkenalan
Pertama, profil Anda didasarkan pada apa yang Anda katakan tentang diri Anda melalui
jawaban survei Anda, jadi di sini kami mengukur persepsi Anda tentang diri sendiri.
Kedua, strategi respons survei Anda - disadari atau tidak - juga dapat memengaruhi
hasil - misalnya, apakah Anda sangat jujur, apakah Anda sangat kritis terhadap diri sendiri, atau
apakah Anda merasa tertekan untuk menyampaikan kesan tertentu tentang diri Anda?
Ketiga, profil MQ apa yang memotivasi dan mendemotivasi Anda menggunakan skala
Standar Sepuluh (sten). Tabel di bawah ini menunjukkan poin-poin berbeda pada skala
instrumen, menunjukkan apa yang memotivasi dan mendemotivasi Anda di tempat kerja.
Laporan tersebut juga menunjukkan betapa pentingnya faktor-faktor ini bagi pekerjaan Anda.
Laporan ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, profil Anda adalah ringkasan dari
berbagai motif
faktor Ini diikuti dengan interpretasi skala pendek tentang motivasi di balik skor sten
Anda
timbangan Bagian ketiga berisi saran pengembangan dan link ke buklet yang
menawarkan tips praktis dan tips untuk meningkatkan motivasi dan kinerja.
PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENINGKATKAN BACA KITAB
KUNING
DI PONDOK PESANTREN AL_HUSAEINIYAH
PASIR MUNCANG CARINGIN BOGOR
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
PUTRI MULYANI
NIM: 22130057
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA INDONESIA (UNUSIA)
Kitab kuning merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pendidikan
pesantren. Pada makna dasarnya sebutan kitab kuning lazim disandarkan pada referensi
buku-buku berbahasa Arab yang memuat kajiankajian ilmu agama Islam dan biasanya
dikaji di pesantren-pesantren, madrasah dan majlis talim. Kitab kuning meskipun rata-
rata dicetak pada kertas berwarna kuning, namun dengan definisi ini maka kitab kuning
juga meliputi kitab berbahasa Arab yang dicetak ke dalam kertas putih, seperti
kebanyakan hasil terbitan Beirut (Libanon) atau Madinah (Arab Saudi).
Martin mendefinisikan kitab kuning dengan sehimpunan buku yang berisi
pelajaran-pelajaran agama Islam (dirasat islamiyyah) yang mencakup fiqh, aqidah,
tasawwuf, akhlaq dan tata bahasa. (Thoha dan Karim 2018:5)
Kitab kuning menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan pesantren.
Oleh karena pentingnya kitab kuning dalam dunia pendidikan di pesantren maka santri
dituntut untuk mampu membaca, menterjemah dan memahami kitab kuning. Akan
tetapi pada kenyataannya di era sekarang masih banyak santri yang kesulitan dalam
mengkaji kitab kuning, baik dari segi membaca, memahami dan menterjemahkannya.
Bahkan tidak sedikit juga seorang santri yang beranggapan bahwa belajar kitab kuning
sangatlah sulit.
Menurut Chirzin dalam Bisri mengemukakan bahwa sorogan berasal dari kata
sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan. Sebab setiap santri menyodorkan
kitabnya dihadapan kiai. Metode sorogan juga merupakan metode dimana santri
menghadap guru satu persatu dengan membawa kitab yang dipelajari. Yang mana kiai
membacakan kitab berbahasa arab secara kalimat demi kalimat kemudian
menterjemahkan dan menerangkannya. Santri menyimak dan memberi catatan pada
kitabnya, lalu pada gilirannya santri mengulangi dan menterjemahkannya kata demi
kata persis seperti yang telah kiai sampaikan. (Abror 2020:29)
Menurut Dhofier metode wetonan atau bandongan adalah suatu metode
pengajaran dengan cara guru membaca, menterjemahkan, menerangkan, dan mengulas
buku-buku Islam dalam Bahasa Arab lalu santri mendengarkan. Mereka memperhatikan
buku mereka sendiri lalu membuat catatan-catatan berupa arti, terjemahan, maupun
keterangan lain tentang kata-kata atau kalimat yang sulit. (Fatmawati 2015:235)
Di pondok pesantren Al_Husaeiniyah ini dalam pengajaran kitab kuningnya
memakai tiga sistem. Pertama sistem sorogan, kedua sistem wetonan atau bandongan,
dan ketiga sistem talaran.