PENDAHULUAN
[Type here]
ringan akan membuat waktu banyak terbuang bahkan bisa menimbulkan kepada karyawan.
Setiap beban kerja memiliki efek gangguan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, sehingga
faktor ergonomi menjadi ilmu yang tepat untuk mendalami setiap beban kerja yang dihadapi
oleh individu pekerja.
Menurut Sugiono, dkk (2018) ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mengatur dan mendalami hubungan antara manusia (psychology dan Physiology),
mesin/peralatan, lingkungan kerja, organisasi dan tata cara kerja untuk dapat menyelesaikan
task dengan cepat, efisien, nyaman dan aman. Dapat diketahui bahwa didalam perusahaan setaip
pekerja memiliki hubungan terhadap mesin dan tools kerja yang ada dilingkungan perusahaan.
Didalam ilmu ergonomi terdapat metode yang mampu menganalisa dan menyelesaikan beban
kerja fisik yaitu metode REBA (Rapid Entire Body Assessment), menurut Rizky Ade et al.
(2023) Salah satu metode ergonomi yang telah dikembangkan yang bisa digunakan untuk
mengukur posisi pekerja dalam melakukan pekerjaannya yaitu metode Rapid Entire Body
Assessment (REBA). Metode REBA dipakai untuk mengevaluasi aktifitas, postur kekuatan, dan
faktor coupling yang bisa menyebabkan nyeri dari aktifitas statis dan berulang saat bekerja.
Selain beban kerja fisik yang dialami oleh pekerja terdapat beban kerja yang sering
dihiraukan yaitu beban kerja mental, metode yang mampu menganalisa dan menyelesaikan
hubungan sebuah pekerjaan dengan beban kerja mental yaitu metode NASA-TLX. Menurut
Pradhana dan Suliantoro, (2018) Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai
aktivitas dalam pekerjaannya, NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration
Task Load Index). Metode NASA- TLX digunakan karena metode ini mengukur ke dalam 6
dimensi pengukuran beban kerja mental yaitu Effort, Mental Demand, Physucal Demand,
Temporal Demand, Own Performance, and Frustration level. Maka dari itu, semua sektor
industri baik itu industri manufaktur maupun jasa perlu melaksanakan analisis serta pengaturan
terhadap beban kerja setiap karyawan. Industri manufactur yang ada di wilayah batam salah
satunya yaitu PT Sumitomo Wiring System Batam Indonesia.
PT Sumitomo Wiring System Batam Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang manufacture tepatnya memproduksi wire harness untuk automobile. Perusahaan ini
merupakan perusahaan cabang yang berpusat di negara jepang dan menjadi salah satu group
SWS Company yang sudah berdiri sejak tahun 1990. PT Sumitomo Wiring System Batam
Indonesia memiliki 3 gedung yaitu LOT 7, LOT 8 dan LOT 206 yang beralamat di Batam
Indonesia. Pembagian departemen diperusahan ini meliputi departemen production, departemen
[Type here]
Logistic and Material, dan Structural Manajemen. Didalam departemen logistik memiliki 3
proses kerja yaitu proses manual handling, proses put away stock dan proses loading ke
kontainer. Setiap proses didepartemen logistic memiliki pembagian beban kerja yang berbeda-
beda yang memiliki risiko berbeda setiap pekerjaannya. Sehingga ada lkemungkinan terjadina
kecelakaan kerja di departemen logistic, dibawah ini merupakan data kecelakaan kerja yang ada
di PT Sumitomo Wiring System Indonesia terkait dengan kecelakaan di departemen logistic
yaitu :
[Type here]
To: SWS Safety & Environment Department
Company name
SBI ( Plant No.3 )
(Plant name) Employment Regular / Casual /
Qualification General operator
Materials Section, type Temporary / Outside contractor
Department name
Production Control Department
Date of accident Date: YY/MM/DD (Day) 23/05/16 ( Tue. ) Date of employment: YY/MM/DD: 21/ 07/ 12 Duration of service 1 years 10 m onths
Accident site Parts accumulation area, 1st floor, Plant 3 Injured body parts Tailbone Injured part Right / Left
Operation Replacing indication labels of rack Site checked by Name: Leader Qualification: Tommy
Root cause item Parts storage shelf Direct cause item Shelf Type of accident Falling(Land on butt)
Unsafe condition With shelf and upright post unlocked Unsafe behavior Pulling a shelf of rack Managerial factor Lack of safety knowledge (ignorance)
[Type here]
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat resiko beban kerja fisik pada proses kerja manual handling, put away
stock finish good, dan loading container di departemen logistic PT Sumitomo Wiring
System Batam Indonesia menggunakan metode REBA.
2. Bagaimana tingkat resiko beban kerja mental pada proses kerja manual handling, put
away stock finish good, dan loading container di departemen logistic PT Sumitomo
Wiring System Batam Indonesia menggunakan metode NASA -TLX.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
3. Mengetahui tingkat resiko beban kerja fisik pada proses kerja manual handling, put away
stock finish good, dan loading container di departemen logistic PT Sumitomo Wiring
System Batam Indonesia menggunakan metode REBA.
4. Mengetahui tingkat resiko beban kerja mental pada proses kerja manual handling, put
away stock finish good, dan loading container di departemen logistic PT Sumitomo
Wiring System Batam Indonesia menggunakan metode NASA -TLX.
[Type here]
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan dan asumsi,
dan sistematika penulisan.
Bab ini berisikan tentang konsep dasar dan prinsap dasar yangbberkaitan dengan
penelitian. Konsep yang akan digunakan yitu mengenai metode REBA dan metode
NASA-TLX.
Bab ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan yang akan dilalui untuk menyelesaikan
penelitian ini.
Pada bab ini berisikan tentang pengolahan data terkait konsep REBA dan NASA-TLX.
Pada bab ini penulis mencari pemecahan masalah yang terajdi didalam penelitian ini.
Bab ini berisikan hasil dan pembahsan mengenai pengolahan data yang telah dilakukan
oleh peneliti.
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
[Type here]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bidang-bidang tersebut diatas bukanlah merupakan pembagian yang bersifat kaku, namun
lebih merupakan salah satu cara untuk memahami ruang lingkup ergonomi.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
[Type here]
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dam mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola
dan mengkoordinir kerja secara tepat guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis,
antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas
kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Dengan demikian pencapaian kualitas hidup manusia
secara optimal, baik di tempat kerja, di lingkunga sosial maupun di lingkungan keluarga,
menjadi tujuan utama dari penerapan ergonomi.
Didalam ilmu ergonomi terdapat tiga hal penting dalam mempelajari yaitu sebagai
berikut:
1. Ergonomi menitik beratkan manusia (human-centered). Maksudnya adalah bahwa fokus
utama dari ergonomi ini adalah manusia, bukan mesin ataupun peralatan.
2. Ergonomi menyesuaikan fasilitas kerja (dalam hal ini mesin dan peralatan) dengan kondisi
si pekerja.
3. Ergonomi menitik beratkan pada perbaikan sistem kerja. Perbaikan disini harus
disesuaikan dengan kemampuan dan kelemahan si pekerja.
Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas. Maka beberapa
hal diseekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan lingkungan fisik, posisi gerak perlu
direvisi atau dimodifikasi atau disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal maka tugas kerja yang dapat
diselesaikan juga akan meningkat.
Konsep ini mendasari beberapa teknik evaluasi yang akan dijelaskan berikut ini. Saat
suatu aktifitas hanya menurut suatu sumber daya mental yang minimal, tubuh masih akan
memiliki sisa atau cadangan sumber daya yang dapat digunakan untuk aktivitas mental lainnya.
Pada saat ini, kinerja pada aktivitas utama akan terjaga. Pada saat tuntutan kerja mental
[Type here]
meningkat, kapasitas cadangan akan otomatis berkurang, selain itu kemampuan untuk
melakukan kativitas mantal lain juga akan berkurang. Peningkatan aktivitas mental lebih jauh
akan menyebabkan kemampuan mental mendekati nol (karena sumber daya yang terbatas) dan
bahkan penurunan performasi kerja.
Penilaian beban kerja mental tidak semudah dalam menilai beban kerja fisik. Pekerjaan
yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fisisk fisiologis tubuh. Aktivitas mental
terkadang terlihat sebagai pekerjaan ringan karena rendahnya kebutuhan kalori, padahal secara
moral dan tanggung jawab aktivitas mental jelas lebih berat karena melibatkan kerja otak (white
collar) dari pada kerja otot (blue collar). Evaluasi beban kerja mental merupakan point penting
bagi peneliti dan pengembangan hubungan antara manusia – mesin, mencari tingkat
kenyamanan, kepuasan, evisiensi serta keselamatan yang lebih baik ditempat kerja. Dengan
maksud untuk menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan efisiensi serta produktifitas
jangka panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan tugas agar pekerja tidak
mengalami overstress.
Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja
dimana sumber data yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif. Pengukuran ini merupakan
salah satu pendekatan psikologis dengan cara membuat skala psikometri untuk mengukur beban
kerja mental. cara membuat skala tersebut dapat dilakukan dengan cara langsung (terjadi secara
spontan) maupun tidak langsung (berasal dari respon eksperimen). Metode pengukuran yang
digunakan yaitu dengan memilih faktor-faktor beban kerja mental yang dapat
mempengaruhinya.
Metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif antara lain:
1. NASA Task Indekx (NASA-TLX)
2. Harper Qoorper Rating
[Type here]
orang lain.
NASA TLX merupakan skala multidimensional untuk mengukur beban kerja satu atau
beberapa operator dalam melakukan sebuah pekerjaan (Hart, 2006). Metode NASA TLX
dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland
dari San Jose State University pada tahun 1981 (Simanjuntak, 2010). Metode NASA TLX lebih
unggul dibandingkan dengan metode SWAT dalam hal sensitivitas (Battiste & Bortolussi, 1988).
Terdapat skala enam faktor dalam metode NASA TLX yang merupakan penyederhanaan
sembilan faktor dari kebutuhan pengukuran subjektif. Enam faktor tersebut adalah Mental
Demand (MD), Physical Demand, Temporal Demand, Performance, Effort. . Metode NASA
TLX terdiri dari dua tahapan, yaitu pemberian rating dan pembobotan (Hart & Staveland, 1988).
Tabel 2.1 di bawah merupakan skala faktor pengukuran beban kerja dengan metode NASA TLX.
[Type here]
Tabel 2.2 Skala Faktor NASA TLX
Indikator Skala Keterangan
Mental Demand Rendah,/Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan
perseptual yang dibutuhkan untuk melihat,
(MD)
mengingat, dan mencari. Apakah
pekerjaan tersebut mudah ataukah sulit,
sederhana ataukah kompleks, longgar atau
ketat.
Physical Rendah/Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan
[Type here]
[Type here]
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja
yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula (Pratiwi, et al.,
2014). Pengukuran postur kerja dapat menjadi teknik yang kuat untuk menilai
aktivitas kerja (Hignett & McAtamney, 2000).
c. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
yang lama
d. Posisi kepala, leher, dada, atau kaki tidak seharusnya berada dalam postur
kerja miring.
e. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode
waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas
level siku yang normal.
[Type here]
[Type here]
Keterangan :
Area Aman Area Berisiko Area Berbahaya
Area aman merupakan area dimana manusia atau pekerja memiliki kekuatan
paling besar dan seimbang dalam melakukan pengangkatan. Area berisiko
merupakan area mengharuskan pekerja menjaga kestabilan kaki, menekuk lutut
dan menjaga tulang belakang tetap lurus, serta menjaga benda dekat dengan
tubuh dalam melakukan pengangkatan. Area berbahaya merupakan area yang
harus dihindari dalam melakukan pengangkatan atau mengurangi berat benda
yang diangkat.
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
Score didapatkan dari score C ditambah dengan activity score. Setelah diketahui
score REBA maka dapat ditentukan tindakan yang harus dilakukan berdasarkan
action level REBA. Berikut merupakan REBA action level.
Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk) dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 2.2 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)
[Type here]
[Type here]
Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 2.3 Skor Bagian Leher (Neck)
c. Kaki (Legs)
[Type here]
[Type here]
Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 2.4 Skor Bagian Kaki (Legs)
[Type here]
[Type here]
terdapat gerakan perputaran (twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu).
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
(Sumber : Ergonomic Plus, 2014)
Skor C ditambah 1 (satu) dengan skor aktifitas apabila satu atau beberapa
bagian tubuh bergerak secara statis untuk waktu yang lebih dari satu menit,
terdapat beberapa pengulangan pergerakan 4 (empat) kali dalam satu menit
(belum termasuk berjalan), dan pergerakan atau perubahan postur lebih cepat
dengan dasar yang tidak stabil. Tahap terakhir dari REBA menilai action level
dari hasil final skor REBA.
Berikut ini adalah tabel Action Level dari metode REBA.
Tabel 2.9 Level Akhir dari Skor REBA
+1 : 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari satu menit
+2 : Penggulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4
kali permenit (tidak termasuk berjalan)
[Type here]
[Type here]
Pada bagian ini, akan dibahas penelitian serupa yang telah dilakukan
sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memahami perbedaan dan perbandingan
antara penelitian ini dengan studi-studi sebelumnya, sehingga kita dapat
menentukan posisi penelitian saat ini dalam konteks penelitian yang telah ada
sebelumnya. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.11 Review Penelitian Terdahulu
[Type here]
[Type here]
6. Judul Penelitian Hubungan beban kerja mental terhadap stress kerja pada
tenaga kependidikan
Nama Peneliti Sri Zetli
Tahun Penelitian 2019
[Type here]
[Type here]
Penelitian Tugas Akhir ini akan melakukan pengukuran beban kerja fisik
dan beban kerja mental dari evaluasi postur kerja, studi kasus operator di
departemen logistic PT. X. Beban kerja fisik dilakukan dengan pendekatan
REBA. Evaluasi postur kerja dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Hasil evaluasi postur kerja ini
digunakan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan kerja yang kemudian
dilanjutkan dengan pendekatan beban kerja mental dengan menggunakan metode
NASA-TLX.
[Type here]
[Type here]
masalah tertentu. Didalam kerangka pemikiran ini memiliki tiga tahapan yaitu
tahapan input, proses dan output.
Dari gambar 2.8 dapat diketahui bahwa kerangka pemikiran memiliki 3 alur
yaitu Input meliputi data kecelakaan kerja dan kuisioner yang telah diisi oleh
karyawan, proses yang meliputi didalamnya metode REBA dan NASA-TLX, dan
alur yang terakhir yaitu Output meliputi Mengurangi angka kecelakaan kerja.
Setelah dilakukan analisa tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran
alternatif terhadap alur yang ada di PT Sumitomo Wiring System Batam
Indonesia agar mengetahui analisa risiko beban kerja mental dan fisik di
perusahaan ini.
[Type here]
[Type here]
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Diagram alir pengerjaan penelitian dibuat sebagai landasan atau model agar
proses penelitian berjalan secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Gambar 3.1
di bawah merupakan diagram alir pengerjaan penelitian tugas akhir ini.
[Type here]
[Type here]
Populasi yang ada dalam pengkajian ini adalah semua operator logistic di
departemen logistic pada PT Sumitomo Wiring System Batam Indonesia. Total
operator logistic adalah 8 orang.
2. Sampel
Sampel yang terdapat dalam pengkajian ini yaitu semua operator logistic
di departemen logistic pada PT Sumitomo Wiring System Batam Indonesia. Total
operator logistic adalah 8 orang. Operator visual smt dipecah menjadi dua shift
kerja. Tiap shift kerja mempunyai empat orang operator logistic.
Cara dan alat pengambilan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan
peneliti memakai 2 cara yaitu :
1. Studi Kepustakaan
2. Studi Lapangan.
[Type here]
[Type here]
a. Kuesioner
b. Wawancara
2. Jadwal Penelitian
Jadwal Pelaksanaan penelitian di PT Sumitomo Wiring System Batam
Indonesia ditunjukkan pada keterangan tabel berikut:
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
HASIL WAWANCARA
Narasumber 1 (Jrot Ahmadi )
1. Keluhan apa saja yang Anda rasakan selama bekerja di departemen
logistic?
2. Bagaimana proses kerja yang ada didepartemen logistic PT Sumitomo
Wiring System Batam Indonesia?
3. Proses kerja apa yang membutuhkan tenaga yang berlebih di
departemen logistic?
4. Kecelakaan kerja seperti apa yang pernah terjadi kepada Anda?
5. Proses kerja manakah yang membuat anda merasa tertekan dan
terbebani terhadap pekerjaan tersebut?
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]