Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

PERLINDUNGAN KONSUMENTERHADAP PENETAPAN FEE


DALAM JASA TITIP PEMBELIAN BARANG ONLINE DI KOTA
PAREPARE PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH

OLEH
SULASTRI
NIM. 17.2200.001

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2021
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENETAPAN FEE
DALAM JASA TITIP PEMBELIAN BARANG ONLINE DI KOTA
PAREPARE PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH

OLEH
SULASTRI
NIM: 17.2200.001

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2021

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


‫الرحْ َمنِ ه‬ ِ ‫ْــــــــــــــــم ه‬
‫َّللا ه‬ ِ ‫بِس‬
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.berkat hidayah, taufik dan

maunah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah pada

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Parepare.
Penulis menghaturkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda dan

Ayahanda tercinta dimana dengan pembinaan dan berkah doa tulusnya, penulis

mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akademik tepat pada

waktunya.

Penulis telah menerima banyak bimbingan dan bantuan dari Ibu Dr. Hj.

Rusdaya Basri, Lc., M.Ag. dan Ibu Dr. Rahmawati, M.Ag., selaku pembimbing I

dan pembimbing II, atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis

ucapkan terimakasih.

Selanjutnya, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada:


1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. sebagai Rektor IAIN Parepare yang

telah bekerja keras mengelola lembaga pendidikan di IAIN Parepare.

2. Ibu Dr. Hj. Rusdaya Basri, Lc., M.Ag. sebagai “Dekan Fakultas Syariah dan

Ilmu Hukum Islam” atas pengabdiannya dalam menciptakan suasana

pendidikan yang positif bagi mahasiswa.

3. Bapak dan Ibu Dosen pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam yang

telah meluangkan waktu mereka dalam mendidik penulis selama studi di

IAIN Parepare.

v
4. Kepala perpustakaan IAIN Parepare beserta jajarannya yang telah

memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalin studi di IAIN

Parepare, terutama dalam penulisan skripsi ini.

5. Jajaran staf administrasi Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam serta staf

akademik yang telah begitu banyak membantu mulai dari proses menjadi

mahasiswa sampai pengurusan berkas ujian penyelesaian studi.

6. Ibu Hj. Andi Rusia, S.H., M.H., sebagai Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Parepare yang telah memberi izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.


7. Pemerintah Kota Parepare Kecamatan Soreang, Kecamatan Bacukiki,

Kecamatan Bacukiki Barat dan Kecamatan Ujung yang telah mengizinkan

penulis melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Wefi Were selaku pemilik @jasatitip_sulawesi yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan informasi yang baik dan jelas kepada penulis saat

melakukan wawancara terkait jasa titip.

9. Para konsumen yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi


kepada penulis sehingga memudahkan proses penelitian.

10. Kedua orang tua saya Bapak Jena dan Ibu Kasmawati serta adik-adik saya

Jusriadi Zainal dan Muhammad Reza Zainal yang selalu memberikan

dukungan hingga doa-doa yang tidak pernah putus untuk kelancaran penulis

dalam menyelesaikan studi di IAIN Parepare terlebih dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat seperjuangan yang setia menemani dan menyemangati dalam suka

duka pembuatan skripsi ini, Muh. Syaiful Syahrir, Rezky Meilia Sari, S.H.,

Muliana Sari, S.H., Umrah Yani Umar, S.H., Melly Warni, S.H.

vi
12. Lembaga Pers Mahasiswa Red Line dan Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut

(DEMA-I) IAIN Parepare yang telah memberikan wadah kepada penulis

untuk belajar dan memberikan pengalaman kepada penulis selama bergabung

di organisasi.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, baik moril maupun material hingga tulisan ini dapat

diselesaikan.Semoga Allah swt.berkenan menilai segala kebajikan sebagai amal


jariyah dan memberikan rahmat dan pahala-Nya.

Akhirnya penulis, menyampaikan kiranya pembaca berkenan memberikan


saran konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.

Parepare, 22 Oktober 2021


15 Rabiul Awal 1443 H

Penulis,

Sulastri
NIM: 17.2200.001

vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Sulastri

NIM : 17.2200.001

Tempat/Tanggal Lahir : Jeneponto, 23 Januari 1999

Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Fakultas : Syariah dan Ilmu Hukum Islam

Judul Skripsi : Perlindungan Konsumen Terhadap Penetapan Fee


dalam Jasa Titip Pembelian Barang Online di Kota
Parepare Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa

ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, Sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Parepare, 22 Oktober 2021


15 Rabiul Awal 1443 H

Penyusun,

Sulastri
NIM. 17.2200.001

viii
ABSTRAK

Sulastri, Perlindungan Konsumen Terhadap Penetapan Fee dalam Jasa Titip


Pembelian Barang Online di Kota Parepare Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
(dibimbing oleh Hj. Rusdaya Basri, dan. Rahmawati)

Penelitian ini mengkaji tentang perlindungan konsumen terhadap penetapan


fee dalam jasa titip pembelian barang online di Kota Parepare, yang terdiri dari tiga
sub rumusan masalah yaitu; 1) Bagaimana mekanisme penetapan fee dalam jasa titip
pembelian barang online di Kota Parepare? 2) Bagaimana perlindungan konsumen
terhadap penetapan fee dalam jasa titip pembelian barang online di Kota Parepare? 3)
Bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap mekanisme penetapan fee
dalam jasa titip pembelian barang online di Kota Parepare?
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan
(field reseach) menggunakan metode penelitian kualitatif, data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi serta menggunkan
pendekatan normatif-yuridis. Adapun Uji keabsahan data dalam penelitian ini
meliputi uji credibility, transferability, dependability, confirmability. Kemudian teori
yang digunakan yaitu teori wakalah, perlindungan konsumen dan hukum ekonomi
syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Mekanisme penetapan fee yang
dilakukan oleh akun @jasatitip_sulawesi yaitu menggabungkan harga barang dengan
fee nya, salah satu alasan mengapa hal tersebut dilakukan karena merupakan salah
satu bentuk marketing yang mereka buat. 2) Perlindungan konsumen terhadap
mekanisme penetapan fee dalam jasa titip pembelian barang online di Kota Parepare
yaitu pada akun @jasatitip_sulawesi yang menggabungkan harga barang dengan fee
nya (include jastip) terkait dengan hal itu para konsumen tidak ada yang merasa
dirugikan dengan sistem penggabungan harga tersebut. 3)Tinjauan hukum ekonomi
Islam terhadap mekanisme penetapan fee dalam jasa titip pembelian barang online di
Kota Parepare yaitu bentuk pengaplikasian hukum ekonomi syariah dalam bisnis jasa
titip menggunakan akad wakalah.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Fee, Jasa Titip

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING .................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Relevan ............................................................ 8

B. Tinjauan Teori.................................................................................. 11

1. Teori Wakalah ............................................................................. 11

2. Teori Perlindungan Konsumen ................................................... 15

x
3. Teori Hukum Ekonomi Syariah .................................................. 22

C. Kerangka Konseptual ....................................................................... 29

D. Kerangka Pikir ................................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 32

C. Fokus Penelitian............................................................................... 32

D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................... 34

F. Uji Keabsahan Data ......................................................................... 36

G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Penetapan Fee dalam Jasa Titip Pembelian Barang

Online di Kota Parepare ................................................................... 38

B. Perlindungan Konsumen Terhadap Penetapan Fee dalam Jasa

Titip Pembelian Barang Online di Kota Parepare ........................... 43

C. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Penetapan Fee

dalam Jasa Titip Pembelian Barang Online di Kota Parepare ......... 60

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................... 66

B. Saran ................................................................................................ 67

xi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... I

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... V

BIODATA PENULIS ......................................................................................... XXVII

xii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Kampus

Lampiran 2 Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Pemerintah

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Keterangan Wawancara

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Biodata Penulis

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia dalam

memenuhi setiap kebutuhnnya, ia selalu berinteraksi dan berhubungan antara

individu satu dengan yang lainnya. Interaksi seperti itu dinamakan hubungan sesama

manusia. Adapun salah satu contoh interaksi antar individu manusia satu dengan
yang lain contohnya dalam muamalah (bertransaksi).

Kata muamalah diambil dari bahasa Arab yang berarti secara etimologi sama
dengan kata al-mufa’alah (saling berbuat). Dalam hal ini kata mumalah

menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang

dalam memenuhi kebutuhannya.1 Kegiatan muamalah pada hakikatnya ialah sesuatu

yang merupakan syariat Allah untuk hamba-Nya dimana ia memudahkan dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari, memunculkan rasa tolong menolong, sehingga

meringankan dalam aspek kebaikan dan saling membantu sesama.2

Praktik muamalah ditinjau dari berbagai aspek kegiatan transaksi bisnis yang
akan bermunculan banyak macam kegiatan bisnis di era digital milenial saat ini.

Berawal dari transaski mendapatkan barang dengan cara tukar menukar barang

(barter), kemudian beranjak pada jual beli di pasar dengan nilai tukar uang, dan saat

ini yang sedang bersaing hebat di kalangan masyarakat, yaitu jual beli dengan

internet atau jual beli online.

1
Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah (Sejarah, Hukum Dan Perkembangannya) (Aceh: Pena,
2014) h. 14
2
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata) (Yogyakarta, 2004)
h. 11

1
2

Disamping itu dampak persaingan dunia bisnis yang semakin tinggi dengan

munculnya pelaku bisnis barang maupun jasa yang semakin bertambah namun

tempat pemasaran yang semakin sempit, sehingga sikap konsumen dalam

menentukan produk semakin selektif dan tawaran yang menarik dari para pelaku

bisnis, mengakibatkan pelaku bisnis mulai melakukan inovasi dan semakini gencar

dalam mempengaruhi konsumen untuk penjualannya melakukan keputusan

pembelian.3
Jual beli dalam Islam sendiri yang disebut sebagai jual beli ialah sebagai

pertukaran harta (benda) dengan harta untuk menjadikan milik. Menurut pengertian
syariat, yang dimaksud dengan jual beli adalah penukaran harta atas dasar saling rela.

Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar

yang sah.4

Jual beli merupakan akad tertua yang dikenal manusia sekaligus akad yang

paling banyak dipraktekkan hingga saat ini. Oleh sebab itu, sebagian ahli hukum

Islam menamakannya sebagai abu al-'uqûd atau induk semua akad untuk

menunjukkan bahwa jual beli sebagai akad tertua sekaligus terpenting dalam
kehidupan manusia. Dalam hal ini, manusia membutuhkan makanan, minuman,

pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, yang dimiliki oleh saudaranya sementara ia

juga membutuhkan barang tersebut. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan suatu

3
Siti Hasnaa Madinah, Putri Karunia Sari, and Isnaini Rofiqoh, “Analisis Akad Wakalah Bil
Ujrah Pada Jasa Titip Beli Online Dalam Prespektif Kaidah Fikih Ekonomi (Studi Kasus Pada Akun
Instagram@ Jastiperopa777),” El-Qist: Journal of Islamic Economics and Business (JIEB) 9, no. 2
(2019): 196–214.
4
Zurifah Diana Sari, Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jasa Titip Beli Online Di
Akun Instagram @Storemurmersby (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018).
3

tertentu cara agar saudaranya itu rela memberikan barang yang menjadi

kebutuhannya melalui suatu pertukaran yang kemudian disebut jual beli.5

Melihat perkembangan zaman, dimana teknologi dan komunikasi semakin

canggih sehingga membuat masyarakat menjadi lebih konsumtif dalam hal

berbelanja secara online.6 Kepemilikan ponsel canggih merambah ke kalangan

masyarakat, berbagai fasilitas pendukung menambah kemudahan bagi masyarakat

dalam berinteraksi dengan sesama untuk mencari sesuatu yang diinginkan. Sosial
media adalah salah satu fasilitas pendukung yang saat ini banyak dilirik oleh pelaku

usaha untuk mengembangkan bisnisnya.7


Dengan adanya jaringan internet membuat para pelaku usaha bisnis online

sangat dengan mudah menjalankan bisnisnya. Seperti halnya bisnis online shop,

dimana kita sebagai konsumen tidak perlu lagi ke toko secara langsung untuk

membeli barang yang kita inginkan sehingga tidak mengganggu aktivitas dan

rutinitas pekerjaan sehari-hari dalam berbelanja. Setiap saat kita dapat melakukan

transaksi bisnis dalam memenuhi kebutuhan melalui penelusuran pemesanan pada

bisnis online shop.


Maraknya sistem belanja online memunculkan ide bisnis baru yang dikenal

sebagai jasa titip. Jasa Titip adalah sebuah pekerjaan keluar masuk toko yang

dilakukan oleh seseorang dalam transaksi jual beli produk dimana produk tersebut

5
Ikit, et al., eds, Jual Beli Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Cet. I (Yogyakarta: Penerbit
Gava Media, 2018) h. 65
Indira Putri Mahesti and I Gusti Ngurah Dharma Laksana, ‘Perlindungan Hukum Terhadap
6

Pengguna Jasa Titip Online' (IAIN Ponorogo, 2019).


7
Usamah Rievzqy Ahmad, “Pemberlakuan Pajak Terhadap Barang Hasil Transaksi Jasa Titip
Online,” Jurnal Suara Hukum 2, no. 1 (2020) h. 71–85.
4

tidak memiliki online store sehingga konsumen harus membeli lewat orang yang

disebut dengan penyedia jasa titip.8

Layanan Personal Shoper atau jasa titip memudahkan para konsumen untuk

mendapatkan barang yang ia butuhkan.9 Keuntungan lain dari layanan jastip adalah

mendapatkan barang tanpa melakukan perjalan ke tempat diamana barang yang

diinginkan berada. Dengan memakai layanan jasa titip konsumen tidak perlu

khawatir dengan kualitas barang dan keaslian barang yang disediakan, karena pelaku
jasa titip secara langsung bertransaksi dengan penjual dari barang yang diinginkan.10

Usaha jasa titip menggunakan mekanisme kerja yang sederhana, dimana


seorang penyedia jasa titip berperan sebagai pihak ketiga yang menghubungkan

konsumen dan penjual dengan tugas utama yaitu membeli produk yang sebelumnya

telah ditawarkan oleh jasa titip tersebut yang di promosikan di media sosial dengan

menyertakaan foto dari produk tersebut, lalu dengan memberikan keterangan berapa

ongkos atau upah yang dipatok untuk pembelian setiap barang oleh jasa titip tersebut.

Saat ini terdapat banyak akun jasa titip di instagram yang menawarkan jasa

titip beli online. Disini penulis meneliti salah satu akun instagram yaitu
@jasatitip_sulawesi merupakan akun jastip yang memiliki banyak pengikut sebanyak

117Rb followers. Adapun mekanisme penetapan upah pada akun instagram

@jasatitip_sulawesi yaitu menggabungkan fee ke dalam harga barang. Hal ini

8
Viry Puspaning Ramadhan, Aditya Galih Sulaksono, and Mardiana Andarwati, “Desain
Sistem Jasa Titip Berbasis E-Commerce Untuk Memudahkan Para Penyedia Jasa Titip Kue” (2018).
9
Maria Eko Sulistyowati and Syamsul Adha, Analisa Pengaruh E-Service Quality dan
Consumer Behaviour Terhadap Customer Loyalty dengan Customer Satisfaction Sebagai Variabel
Intervening (Studi Pemilihan Jasa Titip Online Shopping di Kota Surabaya), Jurnal Eksekutif 15, no.
2 (2018) h. 404-420
10
Chyndi Fransiska, Sandy Rizki Febriadi, and Popon Srisusilawati, Tinjauan Fiqih
Muamalah Terhadap Fee Dalam Praktik Jasa Titip Barang Online (Studi Kasus Pada Princessist
Online Shop), Prosiding Hukum Ekonomi Syariah, (2019) h. 109–15.
5

dianggap tidak sesuai dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen Pasal 4 ayat

1 dan 3 mengenai hak konsumen.

Padahal sudah tertera dalam Undang – Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang

Perlindungan konsumen pasal 4 tentang hak dan kewajiban konsumen yang

tercantum dalam ayat 1 konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa yang dibelinya

serta ayat 3 konsumen memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.11

Pengertian perlindungan konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu Perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen merupakan

masalah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa

di dunia untuk dapat mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah

mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan

dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha, dan pemerintah.12


Dari uraian di atas, penulis memiliki ketertarikan dalam kasus ini yaitu

persoalan fee atau tarif layanan, karena jasa titip beli online pada akun instagram

@jasatitip_sulawesi menggunakan sistem menyatukan upah tarif layanannya ke

dalam harga barang. Sedangkan sudah jelas dalam pasal 4 ayat 1 dan 3 Undang –

Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu konsumen

berhak mendapatkan kenyamanan dan keamanan saat berbelanja menggunkan jastip

11
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta, 2010) h.1
12
Firman Tumantara Endipradja, Hukum Perlindungan Konsumen (Malang: Setara Press,
2016) h. 46
6

serta mendapatkan informasi yang benar dan jujur terkait harga maupun barang yang

di tawarkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok masalah adalah bagaimana

perlindungan konsumen terhadap penepatan fee dalam jasa titip barang online di

Kota Parepare perspektif hukum ekonomi syariah? dengan sub rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penetapan fee dalam jasa titip pembelian barang


online di Kota Parepare?
2. Bagaimana perlindungan konsumen terhadap mekanisme penetapan fee
dalam jasa titip pembelian barang online di Kota Parepare?
3. Bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap mekanisme penetapan
fee dalam jasa titip pembelian barang online di Kota Parepare?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mekanisme penetapan fee dalam jasa titip barang online di

Kota Parepare.
2. Untuk mengetahui perlindungan konsumen terhadap penetapan fee dalam jasa
titip barang secara online di Kota Parepare.
3. Untuk mengetahui tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap perlindungan
konsumen dalam penetapan fee.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kegunaan/manfaat

sebagai berikut:
1. Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui
perlindungan konsumen terhadap penetapan fee pada jasa titip beli online di
Kota Parepare.
7

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi


pemiliki akun jasa titip beli online di Kota Parepare.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat
bagi mereka yang ingin mendapatkan informasi tentang perlindungan
konsumen terhadap penetapan fee dalam jasa titip barang online di Kota
Parepare.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu merupakan poin penting dalam sebuah penelitian. Oleh

karena itu dalam melakukan sebuah penelitian maka di perlukan kajian terhadap

penelitian sebelumnya, dengan tujuan agar menghindari plagiasi penelitian yang

berkaitan dengan topik yang akan dibahas dalam penelitian ini, penulis mendapatkan
beberapa penelitian sebagai berikut:

Elisabeth Mustika Situmorang dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap


Pengguna Jasa Titip” Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif

dan yuridis empiris. Metode penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian

yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan.

Yuridis empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat

hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan

masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah pandangan hukum pada transaksi

berbasis aplikasi online yang melibatkan jasa titip online pada hakekatnya adalah
sebuah perikatan. Pandangan hukum asal menitipkan belanjaan online kepada

seseorang atau jasa pengguna titip online adalah diperbolehkan. Perlindungan

terhadap pengguna jasa titip online dalam transaksi jual beli atau belanja online

menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

pada Pasal 4 transaksi bahwa jual beli secara online pada prinsipnya adalah sama

dengan jual beli secara faktual pada umumnya.25

25
Elisabeth Mustika Situmorang, "Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Titip
Online" (2019)

8
9

Penelitian tersebut sama-sama meneliti tentang jasa titip, hanya saja terdapat

perbedaan yaitu penelitian diatas lebih ke bagaimana perlindungan hukum terhadap

pengguna jasa titip online dan bagaimana pandangan hukum tentang jasa titip online.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan calon peneliti adalah lebih kepada

perlindungan konsumen terhadap mekanisme penetapan fee dalam praktik jasa titip

online yang dilakukan oleh seorang pelaku jasa titip.

Johanna Manalu dengan judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna


Jasa Penitipan Hewan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen”, Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif terapan


dengan tipe penelitian deskriptif. Adapun pendekatan masalah yang digunakan

adalah pendekatan normatif terapan. Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan

bahwa syarat yang harus dipenuhi di beberapa tempat hewan yaitu membuat: (1)

Surat vaksin, (2) Surat sehat yang dikeluarkan oleh dokter hewan atau rumah sakit

hewan, hewan-hewan yang dititipkan mau mengkonsumsi brand tertentu, pemilik

hewan dapat menyerahkan fotocopy KTP, pembayaran 50% atau lebih dibayar di

muka, sisanya saat pengambilan hewan yang dibuktikan dengan kuitansi


pembayaran. Proses yang harus dilakukan yaitu: (1) Pemilik dapat datang langsung

membawa hewan ke petshop, (2) Hewan diperiksa oleh dokter hewan dari petshop

tersebut untuk mengetahui status kesehatannya, (3) Proses pembayaran penitipan

maupun rawat inap hewan dilakukan di klinik tersebut, (4) Hewan yang dinyatakan

sakit ditempatkan di rumah penitipan hewan dengan status sebagai hewan rawat inap,

(5) Pemilik hewan dapat mengontrol keadaan hewan yang ditipkan baik secara

langsung maupun melalui telepon, (6) Pemilik hewan wajib mengkomfirmasikan ke

penitipan hewan bila hendak menjemput hewan yang ditipkan. Apabila pihak

penitipan hewan karena perbuatannya menimbulkan kerugian bagi penitip maka


10

diwajibkan bertanggung jawab sesuai dengan Pasal 19 UUPK yang berisi pemberian

ganti rugi yang diberikan oleh pelaku usaha terhadap kerugian konsumen (pengguna

jasa). Pelaku usaha rumah penitipan hewan bertanggung jawab penuh untuk

memberikan ganti rugi kepada pengguna jasa apabila produk jasa yang diterima

pengguna jasa tidak sesuai dengan apa yang diinformasikan.26

Penelitian yang dilakukan Joanna Manula sama-sama meneliti tentang jasa

titip, hanya saja terdapat perbedaan yaitu objek penelitian yang dilakukan Joanna
adalah perlindungan konsumen terhadap pengguna jasa titip penitipan hewan.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan calon peneliti adalah lebih kepada
perlindungan konsumen terhadap mekanisme penetapan fee dalam praktik jasa titip

online.

Perdi Kurniawan dengan judul “Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa

Penitipan Sepeda Motor Apabila Terjadi Kehilangan dan Kerusakan Kendaraan

(Studi Pada Penitipan Sepeda Motor Guru Patimpus Simpang Kwala Medan)”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum empiris. Hasil dari
penelitian ini yaitu perlindungan hukum terhadap kendaraan konsumen yang rusak

atau hilang di tempat penitipan adalah menjadi tanggungjawab pelaku usaha karena

perbuatan tersebut merupakan pelanggaran terhadap kewajiban dari pelaku usaha.

Adapun mengenai bentuk pertanggungjawaban penitipan sepeda motor guru

Patimpus terhadap kerusakan atau kehilangan kendaraan pada saat penitipan ialah

Johanna Manalu, “Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna Jasa Penitipan Hewan


26

Ditinjau Dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen” (2016).
11

dengan cara mengganti sejumlah uang yang nilainya setara atas kerusakan terhadap

kendaraan tersebut.27

Penelitian yang dilakukan oleh Perdi Kurniawan adalah sama-sama meneliti

tentang perlindungan konsumen, hanya saja penulis lebih kepada perlindungan

konsumen terhadap pengguna jasa penitipan sepeda motor. Sedangkan penelitian

yang dilakukan calon peneliti lebih ke perlindungan konsumen terhadap mekanisme

penetapan fee dalam jasa titip barang online.

B. Tinjauan Teori

1. Wakalah

a. Pengertian Wakalah

Wakalah atau wikalah merupakan isim Masdar yang secara etimologis

bermakna taukil, yaitu menyerahkan, mewakilkan dan mejaga. Adapun makna secara

terminologis, yaitu mewakilkan yang dilakukan orang yang punya hak tasharruf

kepada orang yang juga memiliki tasharruf tentang sesuatu yang boleh diwakilkan.28

Wakalah adalah sebuah transaksi di mana seseorang menunjuk orang lain

untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaan/perkaranya ketika masih hidup.


Dalam wakalah sebenarnya pemilik urusan (muwakkil) itu dapat secara sah untuk

mengerjakan pekerjaannya secara sendiri. Namun, karena satu dan lain hal urusan itu

ia serahkan kepada orang lain yang dipandang mampu untuk menggantikannya. Oleh

karena itu, jika seorang (muwakkil) itu ialah orang yang tidak ahli untuk

mengerjakan urusannya itu seperti orang gila atau anak kecil maka tidak sah untuk

27
Perdi Kurniawan, Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Penitipan Sepeda Motor
Apabila Terjadi Kehilangan Dan Kerusakan Kendaraan (Studi Pada Penitipan Sepeda Motor Guru
Patimpus Simpang Kwala Medan), (2021).
28
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2016), h.298
12

mewakilkan kepada orang lain. Contoh wakalah, seseorang mewakilkan kepada

orang lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak perempuannya.

Contoh lain seseorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacaranya. Islam

mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkannya. Semua orang tidak

memiliki kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya

sendiri.29

Adapun beberapa pengertian wakalah menurut pandangan para ulama, yaitu

sebagai berikut:

1. Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu seseorang

menunjuk orang lain yang menggantikannya dalam bertindak.

2. Wakalah adalah termasuk akad. Karena tidak sah apabila tidak memenuhi

perukurannya berupa ijab qabul.

3. Pemberian kuasa atau perwakilan adalah adanya seseorang mewakilkan

seseorang kepada orng lain untuk melakukan perbuatan hukum. Oleh sebab

itu, Sebagian ulama mendefinisikan jual beli dalam wakalah secara syar’i

sebagai akad yang mengandung sifat menukar satu harta dengan yang lain
dengan cara khusus.30

b. Dasar Hukum Wakalah

Islam mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkannya. Manusia

tidak mampu untuk mengerjakan segala urusannya secara pribadi. Ia membutuhkan

orang lain untuk menggantikan yang bertindak sebagai wakilnya.

29
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: SInar Baru Algensindo, 2012), h.55
30
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalah (Jakarta: Amzah, 2014), h.25
13

Wakalah disyariatkan dan hukumnya adalah boleh. Ini berdasarkan Al-

Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas.

1. Dalil Al-Qur’an QS. Al-Kahfi ayat 19

َْ َْ َ ٰ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ ُْ َْ َ
١٩ ……‫ََفابعثوْٓا احدكم ِبو ِر ِقكم ه ِذهْٓ ِالى الم ِدين ِة‬
Terjemahnya:
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini.31
2. Dasar Hadis, adalah bahwa Nabi Saw pernah mewakilkan urwah al-Bariqi

untuk membeli domba dan pernah mewakilkan kepada Abu Rafi’ untuk
menerima pernikahan Maimunah.

3. Dasar Ijma’ dalam Kitab al-Mughi disebutkan bahwa ulama sepakat

dibolehkannya wakalah.

4. Dasar Qiyas, bahwa kebutuhan manusia menuntut adanya waklah secara tidak

setiap orang mampu menyelesaikan urusan sendiri secara langsung sehingga

ia membutuhkan orang lain untuk menggantikannya sebagai wakil.

c. Rukun dan Syarat Wakalah


1. Rukun Wakalah

Menurutu Hanafiah, rukun wakalah hanya satu, yaitu sighat atau ijab dan

qabul. Sedangkan jumhur ulama selain Hanafiah berpendapat bahwa rukun

wakalah ada empat, yaitu:

a. Muwakkil atau orang yang mewakilkan,

b. Muwakkal atau wakil,

c. Muwakkal fih atau perbuatan yang diwakilkan, dan

d. Sighat atau ijab dan qabul.

31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Karya Agung, 2002).
14

Untuk terwujudnya wakalah tidak disyaratkan sighat yang mencakup qabul

dari wakil. Akan tetapi apabila wakil menolak maka wakalah tidak jadi

dilakukan. Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan: ”Jualkan barang saya

ini” lalu wakil diam saja, tetapi ia menjual barang tersebut maka jual belinya

hukumnya sah. Akan tetapi, jika wakil mengatakan: “Saya tidak mau,” lalu ia

menjual barang tersebut, maka jual belinya tidak sah, karena ia dengan tegas

mensyaratkan penolakannya.32

2. Syarat-syarat Wakalah

Perwakilan tidak sah kecuali apabila syarat-syaratnya terpenuhi. Di antara

syarat-syarat ini ada yang berkaitan dengan muwakkil, ada yang berkaitan dengan

wakil, dan ada yang berkaitan dengan muwakkil fih (sesuatu yang diwakilkan), yakni

obyek perwakilan.

a. Syarat Muwakkil

Disyaratkan agar muwakkil adalah orang yang memiliki kekuasaan untuk

bertindak dalam apa yang diwakilkannya. Apabila dia tidak memilki otoritas

untuk bertindak, seperti orang gila dan anak kecil yang belum mumayiz,

maka penunjukan wakil olehnya tidak sah. Orang gila dan anak kecil yang

belum mumayiz tidak boleh menunjuk orang lain sebagai wakil karena

keduanya tidak memiliki kapabilitas sehingga tidak memiliki kekuasaan

untuk bertindak sejak awal.

Adapun anak kecil yang telah mumayiz, penunjukan wakil olehnya sah dalam

tindakan-tindakan yang murni bermanfaat baginya, seperti mewakilkan

penerimaan hibah, sedekah, wasiat. Sementara dalam tindakan-tindakan

32
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Amzah, 2010), h.422
15

murni tidak merugikan baginya, seperti tidak hibah dan sedekah, penunjukan

wakil olehnya tidak sah.

2. Perlindungan Konsumen

a. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan Konsumen menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

hukum Perlindungan Konsumen dalam pasal 1 ayat (1) yaitu perlindungan konsumen

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk diberi
perlindungan kepada konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang

terdapat pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang hukum
Perlindungan Konsumen tersebut cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk

meniadakan Tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi

untuk kepentingan perlindungan konsumen.33

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-

Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau

consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara hharafiah arti kata
consumer adalah (lawan dari kata produsen) setiap orang yang menggunakan barang.

Tujuan penggunaan barang atau jasa nantinya menentukan termasuk konsumen

kelompok mana pengguna tersebut.34

Konsumen menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang hukum

Perlindungan Konsumen dalam pasal 1 ayat (2) yakni konsumen adalah setiap orang

pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

33
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta, 2010) h.1
34
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet. 7 (Jakarta: Sinar Grafika,
2018), h. 22
16

sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.35

Pengertian konsumen menurut Kotler adalah Consumers are individuals and

households for personal use, producers are individual and organizations buying for

the purpose of producing (Konsumen adalah individu dan kaum rumah tangga untuk

tujuan pengguna personal, produsen adalah individua tau organisasi yang melakukan

pembelian untuk tujuan produksi).36


Menurut Mochtar Kusumaatmadja berdasarkan Hukum Internasioanal, maka

Hukum Konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang


mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan

dengan barang atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan rumusan

yang diberikan oleh Mochtar Kusumaatmadja, maka yang dimaksud dengan hukum

perlindungan konsumen adalah keseluruhan asa-asas dan kaidah-kaidah hukum yang

mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para

penyedia barang atau jasa konsumen.37

Perlindungan konsumen tidak saja terhadap barang-barang berkualitas


rendah, akan tetapi juga terhadap barang-barang yang membahayakan kehidupan

masyarakat. Menurut Business English Dictionary, perlindungan konsumen adalah

protecting consumer against unfair or illegal traders. Sementara BlecksLaw in the

use goods and services. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam

35
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet. 7 (Jakarta: Sinar Grafika,
2018) h. 27
36
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Edisi Revisi (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), h. 99
37
Firman Tumantara Endipraja, Hukum Perlindungan Konsumen (Malang: Setara Press,
2016) h. 49
17

usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu

sendiri.38

b. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pelaksanaan Perlindungan Konsumen

1) Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan

perlindungan konsumen. Kondisi perekonomian saat ini mengakibatkan kemampuan

ekonomi masyarakat semakin merosot sehingga mempengaruhi kemampuan daya

beli masyarakat dan dalam hal memilih produk, konsumen hanya dapat

mengkonsumsi produk yang terjangkau harganya. Masyarakat tidak akan

memikirkan mengenai hak-haknya yang telah di rugikan karena mengkonsumsi

produk yang kualitasnya dibawah standar. Dengan kondisi yang demikian maka

perlindungan konsumen susah untuk diterapkan, sebab pada prinsipnya pelaksanaan

perlindungan konsumen hanya akan terwujud jika konsumen yang menjadi pihak di

dalamnya peduli dengan hak-haknya, artinya jika konsumen menyadari bahwa ia

telah dirugikan dan perlu untuk haknya maka perlindungan konsumen dapat

dijalankan, akan tetapi jika konsumen yang bersangkutan tidak menuntut hak-haknya

maka perlindungan konsumen tidak dapat dijalankan.

38
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Kencana (Divisi dari
PRENADAMEDIA Group), 2018), h. 6
18

2) Aspek Hukum

Aspek hukum memiliki peran penting dalam pelaksanaan perlindungan

konsumen. Dalam aspek hukum yang menjadi fokus adalah bagaimana hukum

diterapkan dalam rangka menjamin hak-hak konsumen untuk dilindungi dari

berbagai hal yang merugikan. Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada

para konsumen dan untuk mewujudkannya maka penegak hukum harus bersungguh-

sungguh dan konsisten menjalankan tugas yang diberikan.

3) Aspek Politis

Pelaksanaan perlindungan konsumen dari aspek politis tidak hanya

melindungi kepentingan konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh

pelaku usaha dalam negeri, tetapi juga terhadap produk-produk asing yang masuk ke

Indonesia dan yang telah merugikan pihak konsumen. Dengan demikian, produk-

produk asing yang masuk ke Indonesia juga harus mentaati peraturan yang berlaku di

Indonesia. Akibatnya perlindungan konsumen secara politis juga melindungi

kepentingan nasional dari pengaruh prodouk-produk asing yang akan merugikan

masyarakat Indonesia pada umumnya.39

39
Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen (Problematika Kedudukan Dan Kekuatan
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSSK) (Malang: UB Press, 2011).
19

4) Aspek Budaya
Perlindungan konsumen mengandung sistem nilai dan budaya tersendiri.

Dengan demikian, juga mengandung unsur budaya. Apabila dilihat dari awal

lahirnya, perlindungan konsumen ini lahir dari Gerakan kritis masyarakat konsumen

di negara-negara maju, masyarakat yang memiliki budaya kritis dan memiliki prinsip

equality.40

c. Asas-Asas Perlindungan Konsumen


Asas perlindungan konsumen diatur dalam hukum perlindungan konsumen
dirumuskan dalam pasal 2, yang berbunyi perlindungan konsumen berasaskan

manfaat, keadilan, keseimbangan, kemanan, dan keselamatan konsumen serta


kepastian hukum. Adapun penjelasan mengenai asas-asas perlindungan konsumen,

yaitu sebagai berikut:

1) Asas Manfaat,

Dimaksudkan untuk mengamatkan bahwa segala upaya dalam

penyelengaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Segala
dalam perlindungan konsumen hendaknya harus memberikan manfaat yang baik bagi

konsumen dan pelaku usaha. Bagi konsumen pemberlakuan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen

telah mempertegas posisinya sebagai konsumen yang dilindungi oleh hukum.

40
Firman Tumantara Endiprdja, Hukum Perlindungan Konsumen (Malang: Setara Press,
2016) h. 70
20

2) Asas Keadilan

Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk

memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil.

3) Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil ataupun
spiritual.

4) Asas Keamanan dan keselamatan konsumen

Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan

keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan

barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5) Asas Kepastian Hukum

Baik pelaku maupun konsumen harus menaati hukum dan memperoleh

keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara menjamin


kepastian hukum.41

d. Hak-hak Konsumen

Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan hukum.

Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi

yang mendapatkan perlindungan konsumen itu bukan sekedar fisik, melainkan

terlebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen

41
Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. 103-104
21

sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak

konsumen.42

Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999

adalah sebagai berikut:


1) Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau
jasa;
2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5) Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7) Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
8) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Di samping hak-hak dalam Pasal 4, juga terdapat hak-hak konsumen yang di

rumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, khususnya dalam Pasal 7 yang mengatur

tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antimoni dalam

hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.

42
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet. 7 (Jakarta: Sinar Grafika,
2018) h. 30
22

Selain hak tentang konsumen, ada juga hak bagi pelaku usaha yaitu

sebagaimana dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen menjelaskan apa yang menjadi hak-hak dari pelaku usaha,

yaitu;

1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/jasa yang diperdagangkan;

2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang


beritikad tidak baik;

3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian


hukum sengketa konsumen;

4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

Adapun pasal yang dapat menjadi perlindungan hukum bagi pelaku usaha

yaitu Pasal 5 huruf b, c dan d yaitu; b. beritikad baik dalam melakukan transaksi

pembelian barang dan/atau jasa. c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang

disepakati. d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

3. Hukum Ekonomi Syariah

a. Pengertian Hukum Ekonomi Syariah

Pengertian muamalah atau hukum ekonomi syariah dapat dilihat dari dua

segi, pertama dari segi bahasa dan kedua dari segi istilah. Menurut bahasa, muamalah

berasal dari kata muamalat yang artinya saling bertindak, saling berbuat dan saling
23

mengamalkan. Sedangkan menurut istilah, pengertian mumalah dapat diabagi

menjadi dua macama, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian

muamalah dalam arti sempit.43

Hukum ekonomi syariah (muamalah) dalam arti luas adalah aturan-aturan

(hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi

dalam pergaulan sosial. Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit adalah

aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta

benda.

b. Prinsip-prinsip Muamalah

1) Prinsip Tauhid (Unity)

Prinsip Tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada

dalam syariat Islam. Artinya bahwa dalam setiap gerak langka serta bangunan hukum

harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Dalam bermuamalah yang harus

diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi

bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak dalam setiap
melakukan aktivitas bermuamalah ada keyakinan dalam hati bahwa Allah swt. selalu

mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita. Jika

pemahaman ini telah terbentuk dalam setiap pelaku muamalah (bisnis), maka akan

terjadi muamalah yang jujur, amanah, dan sesuai tuntutan syariah.

2) Prinsip Halal

43
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002) h. 1
24

Muhammad Nadratuzzaman Husen mengemukakan bahwa alasan mencari

rezeki (berinvestasi) dengan cara halal yaitu karena (1) Allah memerintahkan untuk

mencari rezeki dengan jalan halal; (2) pada harta halal mengandung keberkahan; (3)

pada harta halal mengandung manfaat dan mashlahah yang agung bagi manusia; (4)

pada harta halal akan membawa pengaruh positif bagi perilaku manusia; (5) pada

harta halal melahirkan pribadi yang istikamah, yakni yang selalu berada dalam

kebaikan, kesalehanan, ketakwaan, keikhla an dan keadilan; (6) pada harta halal akan
membentuk pribadi yang zahid, wira’i, qana’ah, santun dan suci dalam segala

tindakan; (7) pada harta halal akan melahirkan pribadi yang tasamuh, berani
menegakkan keadilan dan membela yang benar.

3) Prinsip Mashlahah

Mashlahah adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh dalil hukum tertentu yang

membernarkan atau membatalkannya atas segala tindakan manusia dalam rangka

mencapai tujuan syara’, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan.

Mashlahah dalam investasi yang dilakukan seseorang hendaknya bermanfaat bagi

pihak-pihak yang melakukan transaksi dan juga harus dirasakan oleh masyarakat.

Menginvestasikan harta pada usaha yang tidak mendatangkan mashlahah kepada

masyarakat harus ditinggalkan, karena tidak sesuai dengan kehendak syariat Islam.

4) Prinsip Ibadah

Berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya boleh sampai ditemukan dalil

yang melarangnya. Kaidah-kaidah umum yang ditetapkan Syara’ sebagaimana yang

dimaksud yaitu: (1) Muamalah yang dilakukan oleh seorang muslim harus dalam

rangka mengabdi kepada Allah swt. dan senantiasa berprinsip bahwa Allah swt.

selalu mengontrol dan mengawasi tindakannya; (2) Seluruh tindakan muamalah tidak
25

terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan dilakukan dengan mengetengahkan akhlak

terpuji, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di bumi; (3)

Melakukan pertimbangan atas kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan masyarakat.

5) Prinsip Kebebasan Bertransaksi

Prinsip kebebasan bertransaksi, namun harus didasari prinsip suka sama suka

dan tidak ada pihak yang dizalimi dengan didasari oleh akad yang sah. Di samping

itu, transaksi tidak boleh dilakukan pada produk-produk yang haram seperti babi,

anjing, pornografi, dll.

6) Prinsip Kerja Sama

Prinsip transaksi didasarkan pada kerja sama yang saling menguntungkan dan

solidaritas (persaudaraan dan saling membantu).

7) Prinsip Membayar Zakat

Mengimplementasikan zakat merupakan kewajiban seorang muslim yang

mampu secara ekonomi, sebagai wujud kepedulian sosial.

8) Prinsip Keadilan

Dalam bermuamalah adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara para

pihak yang melakukan akad muamalah. Keadilan dalam hal ini dapat dipahami

sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban dalam pembagian bagi hasil

(nisbah) antara pemilik modal dan pengelola modal.

9) Prinsip amanah yaitu prinsip kepercayaan, kejujuran, tanggung jawab,

misalnya dalam hal membuat laporan keuangan, dan lain-lain.

10) Prinsip Komitmen Terhadap Akhlaqul Karimah.44

44
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2016), h.7-12
26

Seorang pebisnis tulen harus memiliki komitmen kuat mengamalkan akhlak

mulia, seperti tekun bekerja sambil menundukkan diri (berzikir kepada Allah), jujur

dan dapat dipercaya, cakap dan komunikatif, sederhana dalam berbagai keadaan,

memberi kelonggaran orang yang dalam kesulitan membayar utangnya,

menghindarkan penipuan, kolusi dan manipulasi, atau sejenisnya.

11) Prinsip Terhindar dari Jual Beli dan Investasi yang Dilarang

Ada dua macam konsep umum dalam hukum ekonomi syariah, pertama yaitu

konsep yang lebih sempit yaitu hukum bisnis yang merupakan kumpulan peraturan
yang berkaitan dengan praktik bisnis, seperti jual beli, perdagangan, dan perniagaan

yang didasarkan pada hukum Islam, kedua konsep yang lebih luas lagi yaitu hukum

ekonomi syariah yang merupakan kumpulan peraturan dalam rangka memenuhi

kebutuhan manusia yang bersifat komersial dan tidak komersial yang berkaitan

dengan praktik ekonomi dan didasarkan pada hukum Islam. Kajian hukum ekonomi

syariah dalam studi hukum Islam termasuk dalam kajian al-ahkam al-iqtishadiyah

wa al-maliyah (hukum-hukum ekonomi dan harta benda) yang merupakan bagian

dari studi al-ahkam al-mu’amalah (hukum-hukum muamalah).45

Secara umum ajaran Islam terdapat fiqh muamalah yang bermakna aturan-

aturan Allah yang mengatur manusia sebagai makhluk sosial dalam semua urusan

yang bersifat duniawi. Adapun secara khusus fiqh muamalah mengatur berbagai akad

atau transaksi yang membolehkan manusia saling tukar-menukar manfaat dan saling

memiliki harta benda berdasarkan syariat Islam.46 Fiqh muamalah dalam pengertian

khusus ini fokus pada dua hal, yaitu: hukum kebendaan dan hukum peredaran harta

45
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan
Dan Bisnis Kontemporer (Jakarta Timur: Kencana, 2019), h.2
46
Ibdalsyah dan Hensri Tanjung, Fiqh Muamalah (Bogor: Azam Bogor, 2014), h. 13
27

lewat ijab kabul/transaksi yaitu aturan-aturan syara’ yang berkaitan dengan manusia

sebagai subjek transaksi.47

Adapun hal-hal yang diharamkan dalam Islam terdiri dari dua hal, yaitu:

a) Haram zatnya (substantif), yaitu terhindar dari objek yang diharamkan zatnya

untuk ditransaksikan oleh syariah antara lain babi, darah, bangkai, khamar,

organ tubuh manusia atau manusia itu sendiri (human trafficking).

b) Haram cara memperolehnya (prosedural), yaitu terhindari dari transaksi yang


dilakukan dengan cara-cara yang batil dan terlarang seperti: (1) Transaksi

riba, yaitu pemastian penambahan pendapatan secara tidak sah, baik dalam
transaksi pertukaran yang tidak sama kualitasnya, kuantitas, dan waktu

penyerahannya maupun penambahan dalam transaksi pinjaman yang

mempersyaratkan pengembalian pinjaman yang diterima melebihi pokok

pinjaman karena semata-mata pertambahan waktu; (2) Transaksi perjudian,

yaitu suatu bentuk transaksi yang menempatkan salah satu pihak menanggung

beban pihak lain di mana pemenang mendapatkan keuntungan atas

kekalahan/ kerugian pihak lain; (3) Adanya penipuan, yaitu penipuan atas
suatu transaksi. Dalam akad pertukaran penipuan bisa dilakukan oleh pihak

penjual seperti menyembunyikan cacat barang, mengelabui pembeli dengan

harga yang lebih tinggi jauh di atas harga normal, merekayasa penawaran

agar harga melambung, menimbun barang agar langka dan harga menaik dan

sebagainya. Rekayasa oleh pihak pembeli dengan membayar dengan alat

bayar yang tidak sah (uang palsu); (4) Adanya unsur tidak jelas (gharar)

dalam transaksi baik menyangkut ketidakjelasan objek transaksi (kualitas dan

kuantitas), harganya, maupun mengenai ijab dan kabulnya. Ketidakjelasan ini

47
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 17
28

dilarang karena akan menyebabkan terjadinya perselisihan para pihak yang

bertransaksi di kemudian hari; (5) Adanya pemaksaan, yaitu salah satu pihak

tidak bertransaksi atas dasar keinginannya sendiri melainkan karena adanya

pemaksaan. Saling rela merupakan unsur penting dalam transaksi menurut

hukum Islam. Tidak sah suatu transaksi tanpa adanya kerelaan dari masing-

masing pihak.48

Jadi yang diharamkan dalam Islam yaitu haram karena zatnya dan haram
karena cara memperolehnya.

c. Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Syariah

Ruang lingkup fiqh muamalah terbagi menjadi dua, yaitu ada yang bersifat

Adabiyah ialah ijab dan kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu

pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan,

dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan

peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.

Adapun ruang lingkup pembahasan Madiyah, ialah masalah jual-beli, gadai,

jaminan dan tanggungan, pemindahan hutang, jatuh bangkrut, Batasan bertindak,

perseroan atau perkongsian, perseroan harta dan tenaga, sewa-menyewa, pemberian

hak guna pakai, barang titipan, barang temuan, Garapan tanah, sewa-menyewa tanah,

upah, gugatan, sayembara, pembagian kekayaan bersama, pemberian, pembebesan,

damai dan ditambah dengan beberapa masalah seperti; bunga bank, asuransi, kredit

dan masalah-masalah baru lainnya.

48
Soemitra Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan
Dan Bisnis Kontemporer (jakarta, 2919), h. 12-13
29

C. Kerangka Konseptual

Judul penelitian ini adalah “Perlindungan Konsumen terhadap Penetapan Fee

dalam Jasa Titip Barang Online di Kota Parepare Perspektif Hukum Ekonomi

Syariah”. Judul tersebut mengandung unsur-unsur pokok yang perlu dibatasi

pengertiannya agar pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus dan lebih spesifik.

Di samping itu, tinjauan konseptual adalah pengertian judul yang memudahkan

pembaca untuk memahami isi pembahasan serta dapat menghindari kesalapahaman.


Oleh karena itu, dibawah ini akan di uraikan tentang pembahasan makna dari judul

tersebut.
1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Pasal 1 Ayat 1 adalah segalah upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen. Hukum perlindungan konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.49 Artinya konsumen berhak mendapatkan perlindungan apabila ia

merasa haknya tidak terpenuhi.


2. Penetapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penetapan

adalah proses, cara, perbuatan menetapkan, penentuan; pengangkatan (jabatan dan

sebagainya), pelaksanaan (janji, kewajiban, dan sebagainya).50

49
Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen (Problematika Kedudukan Dan Kekuatan
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSSK).
50
https://kbbi.kata.web.id/penetapan ( Diakses pada tangal 6 April 2021)
30

3. Fee

Fee juga bisa diartikan sebagai imbalan marketing associate yang berhasil

mentransaksikan sebuah property, baik itu jual maupun beli atau juga sewa. Fee

dalam jasa titip adalah upah yang diberikan kepada pemilik jasa titip atas barang

yang telah dipesan oleh konsumen.

4. Jasa Titip Beli

Dalam transaksi jual beli saat ini yang semakin berkembang, pola mekanisme
dan cara melakukan akad transaksinya, yang mulanya dari hanya melakukan barter,

kemudian berkembang menjadi transaksi jual beli menggunakan alat tukar uang,
hingga semakin berkembang dengan melakukan transaksi melalui media online. Jasa

titip merupakan sistem titip pembelanjaan untuk suatu barang yang ditawarkan oleh

perorangan atau kelompok yang kemudian ditambahkan biaya imbalan atas jasa titip

pembelanjaan yang sering disebut sebagai ongkos jasa titip.51

5. Hukum Ekonomi Syariah

Hukum ekonomi syariah adalah kumpulan peraturan yang berakitan dengan

praktik ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat

komersial dan tidak komersial yang di dasarkan pada hukum Islam.52

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud oleh peneliti dalam judul

“Perlindungan Konsumen terhadap Penetapan Fee dalam Jasa Titip Barang Online di

Kota Parepare Perspektif Hukum Ekonomi Syariah” adalah meneliti bagaimana

perlindungan konsumen terhadap mekanisme penatapan fee yang dijalankan oleh

pemilik akun jasa titip kemudian ditinjau dari aspek hukum ekonomi Syariah.

51
Hanafiah and Emelia Rizki Maulida, ‘Pola Akad Personal Shopper Dalam Jual Beli Online
di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan', Journal of Islamic and Law Studies 3, no. 1 (2019).
52
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan
Dan Bisnis Kontemporer (Jakarta Timur: Kencana, 2019) h. 2
31

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan gambaran tentang pola hubungan antara konsep

dan atau variable secara koheren yang merupakan gambaran yang utuh terhadap

fokus penelitian.

Perlindungan Konsumen terhadap


Mekanisme Penetapan Fee dalam Jasa Titip
Pembelian Barang Online di Kota Parepare

Mekanisme Penetapan Fee

Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah

Usaha Jasa Titip

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah field research atau penelitian lapangan

yaitu penelitian yang langsung berhubungan dengan objek penelitian yang akan

diteliti.81 Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan

paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Istilah penelitian


kualitatif diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Contohnya,

dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, peranan
organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan secara normatif-yuridis

dengan cara mendekati masalah berdasarkan prinsip jual beli menurut Islam, dan

boleh atau tidak suatu jual beli yang terjadi terhadap jasa titip berdasarkan norma

hukum Islam dan hukum positif yang berlaku.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dari pengambilan sampel atau data penelitian ini yaitu bertempat di

Kota Parepare yaitu @jasatitip_sulawesi bertempat di BTN Graha 2 Soreang,

Parepare. Waktu penelitian yaitu dua bulan lamanya.

C. Fokus Penelitian

Agar tidak terlalu luas dalam pembahasannya, maka diperlukan fokus dalam

penelitian. Maka dari itu, penelitian ini berfokus pada perlindungan konsumen

terhadap mekanisme penetapan fee dalam jasa titip barang online di Parepare.

81
Basrowi Suwandi, Penelitian Kualitatif (Jakarta, 2008) h.21

32
33

D. Jenis dan Sumber Data

Data adalah bentuk-bentuk ungkapan, kata-kata, angka, simbol, dan apa saja

yang memberikan makna, yang menemukan proses lebih lanjut. Oleh karena itu,

perlu disampaikan wujud data apa yang akan diperlukan dalam sebuah penelitian.82

Adapun data yang akan digunakan adalah data yang meliputi bahan-bahan yang

bersifat primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang yang diperoleh langsung dari objek yang akan
diteliti.83 Teknik yang digunakan dalam menentukan narasumber yaitu teknik

sampling, adapun yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Karena peneliti

merasa sampel yang diambil paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti

oleh peneliti. Penggunaan purposive sampling dalam penelitian ini yaitu bertujuan

untuk dapat mengetahui bagaimana interaksi antara pelanggang jasa titip dan pemilik

usaha jasa titip dalam menentukan fee. Adapun jumlah narasumber yang peneliti

wawancarai berjumlah 6 orang diantaranya 1 orang pemilik jastip dan 5 orang

konsumen.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber eksternal maupun

sumber internal. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

diberikan kepada pengumpul data, melainkan lewat orang lain atau dokumen. 84

82
Nur Asnawi Mansyhuri, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran (Malang: UIN Malang,
2009) h.15
83
Bagong Suyanton dan Sutinah, Metode Peneitian Sosial (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007) h.55
84
Sugiono, Memahami Penelitian Kalitatif: Dilengkapi Dengan Contoh Proposal Dan
Laporan Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005) h.62
34

Dalam penelitian ini, maka peneliti mendapatkan data dari buku-buku literatur,

internet, jurnal, skripsi, yang terkait serta data lainnya yang dapat membantu

ketersediaan data yang relevan dengan tema penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tekhnik pengumpulan data yaitu langkah yang paling utama dalam sebuah

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Bila

dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada seting alamiah, pada suatu
seminar, diskusi dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Selanjutnya

bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasei, wawancara, dokumentasi dan gabungan. Penulis mengelompokkan jenis

dari pengumpulan data tersebut yaitu:

1. Observasi

Dalam segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant


observation.85

Participant observation, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sedangkan

non participant observation adalah peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai

pengamat independen.

85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2012) h.204
35

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi pasif yaitu

peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat

langsung dalam kegiatan tersebut.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari narasumber yang lebih

mendalam dan jumlah narasumbernya sedikit.


Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi motivasi perasaan dan sebagainya,

yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dengan yang diwawancarai (interviewee).86

Data penelitian ini penulis melakukan wawancara terstruktur dengan pihak-

pihak yang terkait yaitu pemilik akun jasa titip dan konsumen jasa titip. Wawancara

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul

data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.87

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.

Dokumentasi sebagai pelengkap dalam pengumpulan data maka penulis

86
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1996) h.126
87
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, Cet. 5 (Bandung: Alfabeta, 2016) h.386
36

menggunakan data dari sumber-sumber yang memberikan informasi terkait dengan

permasalahan yang dikaji.

F. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh

peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga

keabsahan data yang disajikan dapat dipertanggunjawabkan.88 Uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability dan


confirmability.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengindraan (Description) dan penyusunan

transkrip serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat

menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian

menyajikannya kepada orang lain lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau

didapatkan di lapangan.89 Analisis data nantinya akan menarik kesimpulan yang

bersifat khusus atau berangkat dari kebenaran yang bersifat umum mengenai sesuatu
fenomena dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau

data yang berindikasi sama dengan fenomena yang bersangkutan.90

Adapun tahapan dalam menganalisis data yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut:

88
Muhammad Kamal Zubair, et al., eds., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Parepare: IAIN
Parepare Nusantara Press, 2020) h. 48
89
Damin Sudarman, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi Presentasi, Dan
Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa Dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial,
Pendidikan Humaniora (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012).
90
Azwar Saifuddin, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) h.40
37

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian, dan pengimformasian data kasar dari lapangan. Dalam tekhnik

reduksi data yang pertama kali dilakukan adalah memilih hal-hal pokok dan penting

mengenai permasalahan dalam peneliti, kemudian membuang data yang dianggap

tidak penting.

Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Ia juga merupakan
bagian dari analisis. Reduksi data adalah suatu betuk analisis yang mempertajam,

memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan

untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dimana peneliti melakukan

interpretasi dan penetapan makna dari data yang tersaji. Kegiatan ini dilakukan

dengan cara komparasi dan pengelompokkan. Data yang tersaji kemudian

dirumuskan menjadi kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara tersebut


senatiasa akan terus berkembang sejalan dengan pengumpulan data baru dan

pemahaman baru dari sumber data lainnya, sehingga akan diperoleh suatu

kesimpulan yang benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Penetapan Fee dalam Jasa Titip Pembelian Barang Online di

Kota Parepare

Dengan adanya perkembangan zaman saat ini yang begitu pesat dan

perkembangan teknologi yang berkembang hingga saat ini, tidak dapat dipungkiri

bahwa kebutuhan teknologi seolah menjadi seperti kebutuhan pokok bagi manusia
saat ini, hal ini bisa kita lihat dari kebiasaan sehari-hari yang tidak pernah lepas dari

smartphone yang mereka gunakan. Usaha jasa titip sangat berpengaruh dan bisa saja
menjadikan model bisnis baru yang dapat menjanjikan dengan ketergantungan

manusia saat ini terhadap perangkat smartphone. Dengan memanfaatkan teknologi

yang ada kita dapat menjadikan usaha jasa titip sebagai suatu peluang yang dapat

memenuhi kebutuhan manusia dalam hal berbelanja.

Akun Instagram @jasatitip_sulawesi merupakan akun jasa titip beli online

yang saat ini sedang ramai diincar oleh masyarakat dari berbagai daerah yang ada di

Indonesia. Bertempat di BTN Graha 2 Parepare dan Cluster Berlian g4/2 depan SMA
10 Antang Makassar. Didirikan pertama kali pada tahun 2016 oleh Ibu Wefi Were

seorang wirausaha kelahiran tahun 1992. Memulai usaha bisnis jasa titip karena

memiliki basik sekolah jurusan marketing sehingga memiliki sedikit pengetahuan

tentang berdagang, selain sebagai pemilik akun ia juga sebagai pengelola yang

menjalankan akun Instagram @jasatitip_sulawesi. Adapun jenis barang yang

ditawarkan kepada konsumen yaitu barang furniture seperti sofa, lemari, tempat

tidur, sofabed, buffet, bedset, meja makan dan lain sebagainya. Media sosial yang

38
39

digunakan @jasatitip_sulawesi yaitu Instagram sebagai media pemasaran produk

yang ditawarkannya.101

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pemilik akun

mengenai mekanisme penetapan fee pada jasa titip beli online di akun instagram

@jasatitip_sulawesi dengan cara menggabungkan tarif fee jasa titip dengan harga

jual barang tersebut atau disebut include fee (upah) jasa titip. Jadi, pemilik akun

@jasatiti_sulawesi menawarkan barang dengan spesifikasi harga yang telah


disatukan dengan fee jasa titip berikut dengan harga barang asli kepada konsumen.

Pemilik akun akan memberitahukan fee nya jika ada konsumen yang
mempertanyakan biaya tersebut. Biaya fee jasa titip per produk nominalnya berbeda-

beda setiap produk-produknya. Penentuan dari harga barang dengan terlebih dahulu

memperhitungkan jasa operasional barang dan kebutuhan dikarenakan pemilik

merasa kurang wajar jika dengan cara langsung penentuan presentase. Pemilik akun

@jasatiti_sulawesi pernah menetapkan presentase langsung dari harga barang, tetapi

mengalami kerugian karena tidak sebanding dengan jasa yang ia keluarkan.

Adapun terkait mekanisme penetapan fee pada akun @jasatitip_sulawesi


yaitu besaran fee jasa titip berkisar 10-20% dihitung dari harga barang. Presentase

tersebut mengacu pada jasa operasional barang dan kebutuhan. Misalnya jika barang

yang termasuk kategori yang mudah didapatkan dalam arti uang transport ke toko,

nominalnya kecil dan terjangkau dekat dari rumah. Bahan pengemasannyapun tidak

memerlukan biaya, mudah pengemasannya, kemudian berat barang tergolong ringan

barangnya maka presentasenyapun sekitar 10%. Sedangkan apabila barang tersebut

tidak mudah didapatkan dalam arti uang transport belanjanya besar,

101
Wefi Were, Pemilik Akun @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis melalui
WhatsApp, 02 Juli 2021
40

pengemasannyapun sulit, kemudian barang tersebut tergolong berat seperti barang

pecah belah maka kisaran presentasenyapun besar antara 10-20%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ririn salah satu konsumen

@jasatitip_sulawesi, mengatakan bahwa:


“Terkait fee yang diberikan saya pernah memesan barang kemudian fee yang
dikasi ka itu sebesar 25.000, menurutku itu sesuai ji tidak terlalu mahal ji
juga, karena dilihat juga kualitas yang diberikan sudah tidak diragukan lagi
barang yang di tawarkan oleh jastip Sulawesi.”102
Para pemilik jasa titip beli online (jastip) mempunyai aturan masing-masing

untuk menentukan biaya fee atas layanan jasanya tersebut. Terkadang ada penyedia
layanan jasa titip beli online secara langsung sudah menjelaskan berapa besaran fee

atas layanan jasanya yang dihitung terpisah dengan harga barang. Namun ada juga

penyedia jasa titip yang tidak menjelaskan berapa besaran fee atas layanan jasanya

melainkan secara langsung menggabungkan besaran fee layanan jasa titipnya ke

dalam harga barang (include jastip).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa pemilik jasa titip

terkait mekanisme penetapan fee yang mereka lakukan yaitu:

Pemilik akun Instagram @jasatitip_parepare ini sudah menentukan fee atas

layanan jasanya yaitu sebesar 20.000.


“Saya sudah menentukan memang tarif fee nya agar konsumen tidak banyak
bertanya mi lagi, jadi saya tulis di keterangan gambar fee nya itu 20.000
dengan jarak Parepare-Makassar. Kita juga tidak ambil untung banyak ji
karena ini pekerjaan yang tidak selalu ji di lakukan, kadang kalau ke
Makassar kita selalu open jastip”103
Hal yang sama juga dikatakan oleh Anita pemilik akun @Asshop yang telah

menentukan besar fee pada setiap jastipnya.

102
Ririn Mayasari, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 04
Juli 2021
103
Rahma, pemilik @jasatitip_parepare wawancara oleh penulis di Parepare, 20 November
2021
41

“Saya tidak tidak terlalu sering ji open jastip, ituji kalau ke Makassar ka lagi.
Terus saya itu kasi fee 15.000-20.000 itu tergantung jaraknya dari tempatku
sama kalau susah juga dicari barangnya.”104
Alasan para pemilik akun jasa titip menjelaskan terkait fee yang diberikan

tersebut adalah agar konsumen tidaak bertanya-tanya lagi tentang fee nya karena

mereka sudah menentukan besarannya dan tidak terjadi kesalahpahaman oleh

konsumen.

Adapun mekanisme pemasaran online yang dipraktikkan oleh

@jasatitip_sulawesi yaitu memposting barang melalui insta story IG, saat ini pemilik
jastip hanya menggunakan aplikasi Instagram sebagai tempat promosi, jadi bagi

mereka yang merasa tertarik dengan barang yang dipromosikan akan memesan

langsung dengan cara mengirim screenshot barang pada aplikasi yang digunakan.

Adapun konsumen yang ingin melihat langsung barang yang ready bisa

datang ke offline store terdekat, misalnya konsumen berasal dari Makassar maka

konsumen bisa datang di alamat yang ada di Makassar begitupun sebaliknya apabila

konsumen berasal dari Kota Parepare maka konsumen mendatangi alamat yang ada

di Parepare. Admin akun Instagram @jasatitip_sulawesi lebih sering

merekomendasikan barang-barang yang sedang ada discount atau potongan harga.


Hal ini karena mereka langsung membeli barang dari produsennya dan sudah

menjadi reseller resmi dari store sehingga mendapatkan harga murah dengan brand

yang sama.

104
Anita, pemilik @Asshop wawancara oleh penulis di Parepare, 20 November 2021
42

Berikut tampilan foto produk yang ditawarkan pada akun Instagram

@jasatitip_sulawesi:

Tampilan foto produk yang ditawarkan


Sumber: Instagram @jasatitip_sulawesi
Admin akun @jasatitip_sulawesi menjelaskan cara untuk melakukan

transaksi pada jasa titipnya agar konsumen dengan memesan barang yang diinginkan.

Konsumen atau penitip yang tertarik ingin membeli suatu barang yang

direkomendasikan oleh pemilik akun @jasatitip_sulawesi tersebut maka penitip

harus mengikuti beberapa prosedur penitipan pembelian barang yang telah ditetapkan

oleh pemilik akun. Konsumen yang hendak menitip beli barang melalui akun

@jasatitip_sulawesi harus mengisi format terlebih dahulu seperti berikut: Nama;

Nomor HP; Alamat lengkap; Capture gambar barang yang ingin dibeli.

Format tersebut dikirimkan melalui DM (Dirrect Message) atau nomor

WhatsApp yang tertera di profil akun @jasatitip_sulawesi. Setelah konsumen atau

penitip selesai mengirim format tersebut, admin akan memberikan informasi

keseluruhan harga barang. Langkah selanjutnya adalah melakukan pembayaran.


43

Adapun sistem pembayaran yang dilakukan oleh akun @jasatitip_sulawesi yaitu bisa

melakukan sistem COD atau melalui transfer.

Konsumen juga bisa melakukan pembayaran dengan membayar DP atau

setengah dari harga barang yang dibeli, kemudian membayar lunas ketika barang

sudah sampai di tujuan. Hal ini dilakukan untuk memberi keringan kepada orang-

orang yang ingin membeli namun belum memiliki cukup uang untuk membayar

barang tersebut.
B. Perlindungan Konsumen Terhadap Mekanisme Penetapan Fee dalam Jasa

Titip Pembelian Barang Online


Jual beli secara daring telah berkembang begitu pesat, ada banyak sekali

flatporm (media) yang dapat digunakan untuk melakukan jual beli secara online.

Salah satunya yaitu dengan aplikasi Instagram. Instagram merupakan sebuah

aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto,

mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai

layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang unik di

Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti
hasil kamera kodak instamatic dan polaroid. Hal ini berbeda dengan rasio aspek 4:3

atau 16:9 yang umum digunakan oleh kamera pada peranti bergerak.105

Melalui Instagram penjual biasanya membuat sebuah akun yang

menggunakan nama brandnya, ada juga yang tidak mengguanakan nama brandnya

karena hanya sekedar menjual barang tanpa brand. Akun yang digunakan untuk

melakukan jual beli tersebut biasa kita kenal dengan sebutan online shop, dengan

memiliki akun khusus online shop pemilik akun dapat mempromosikan barang

dagangannya kepada pengguna Inatagram lain. Dalam Instagram terdapat banyak

105
https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram, diakses pada 22 Agustus 2021
44

praktik jual beli yang dilakukan, dari mulai berbagai objek yang berbeda hingga

berbagai kualitas yang berbeda pula. Salah satu yang sedang marak saat ini adalah

jasa titip atau jastip yang dapat dengan mudah ditemukan di Instagram. Jastip pada

dasarnya adalah untuk membantu seseorang dalam membeli barang yang diinginkan

tanpa harus pergi ke toko untuk berbelanja.106

Jasa Titip atau Personal Shopper merupakan pekerjaan dibidang jasa dimana

orang tersebut membelikan barang sesuai dengan permintaan dari konsumen. Seperti
contohnya tas branded, makeup, baju, barang elektronik dan lain sebagainya.

Sehingga jasa titip beli secara online itu objeknya berupa barang-barang dengan
brand tertentu untuk dititip dan dibelikan oleh pihak penjual dengan adanya

ketentuan setiap barang yang dititip dikenakan biaya/upah atas jasa tersebut.

Biasanya untuk proses pembayarannya tergantung oleh pihak jasa titip tersebut.

Para pemilik akun jasa titip beli online (jastip) memiliki aturan masing-

masing terkait fee atas layanan jasanya. Terkadang ada beberapa pemilik akun jasa

titip beli online secara langsung sudah menjelaskan berapa besaran upah/fee atas

layanan jasanya yang dihitung terpisah dengan harga barang. Namun ada juga
pemilik akun jasa titip yang tidak menjelaskan berapa besaran fee yang diberikan

melainkan secara langsung menggabungkan besaran upah/fee layanan jasa titipnya ke

dalam harga barang (include jastip).

Berdasarkan hasil temuan peniliti di lapangan menemukan bahwa pemilik

akun Instagram @jasatitip_sulawesi menentukan upah/fee atas layanan jasanya yaitu

harga yang tertera sudah include jastip tanpa ada biaya tambaha lainnya dan sudah

free instalasi atau perakitan barang. Jadi, dalam hal ini pemilik akun

106
Eva Nur Azizah, “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Pelaksanaan Jual Beli
Pakaian Bekas Pada Media Sosial Instagram” (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020), h.5
45

@jasatitip_sulawesi menawarkan barang kepada konsumen dengan memberikan

spesifikasi harga yang sudah disatukan biaya fee jasa titip berikut dengan harga

barang asli kepada konsumen.

Alasan pemilik akun @jasatitip_sulawesi menggunakan sistem include jastip

adalah agar terkesan lebih praktis dan lebih menarik tanpa adanya pemikiran dari

calon konsumen yang beranggapan barang mahal namun masih ada biaya jasa titip

tersebut dan merupakan salah satu trik marketing yang dia lakukan.
Seperti yang dikatakan oleh Wefi selaku pemilik jasa titip yaitu:

“Kenapa saya menggunakan include jastip, karena itu merupakan salah satu
trik marketing yang kita lakukan supaya konsumen lebih spesifik
menanyakan harga melalui via chat agar tidak terjadi kesalahpahaman saat
melakukan transaksi pembayaran.”107
Penulis juga menanyakan kepada konsumen akun Instagram

@jasatitip_sulawesi terkait dengan upah/fee jasa titip yang ditetapkan oleh admin

akun Instagram @jasatitip_sulawesi tersebut. Berikut adalah tanggapan dari

konsumen :

Ririn salah satu konsumen @jasatitip_sulawesi, mengatakan bahwa:

“Terkait fee yang diberikan sudah include jastip mi, meskipun saya beli 5 pcs
barang fee nya tetap sama bahkan saya juga biasa dikasi free jastip. Saya
tidak mempermasalahkan kalau misalnya fee nya mahal karena sudah tidak
diragukan lagi barang yang di tawarkan oleh jastip Sulawesi. Awal belanja di
@jasatitip_sulawesi itu saya beli alat-alat makeup dan saya juga pernah beli
lemari disana.”108
Hal yang sama juga dikatakan oleh Rismayanti salah satu konsumen

@jasatitip_sulawesi.

107
Wefi Were, Pemilik Jasa Titip Sulawesi, Wawancara oleh penulis di Parepare 02 Agustus
2021
108
Ririn Mayasari, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 04
Juli 2021
46

“kayaknya harga barangnya sudah termasuk fee nya, tapi itu tidak jadi
masalah karena kita sudah tidak capek-capek lagi pergi belanja, free
diantarkan juga langsung sampai di rumah, free di rakitkan, berkualitas juga
barangnya. Saya selalu puas belanja di jastip Sulawesi.” Ungkapnya109
Hal yang sama juga dituturkan oleh Nurul. Dia mengatakan bahwa harga

barang yang di beli sudah sama dengan harga jastipnya.

“Harga barangnya samami dengan harga jastipnya, ongkir sama pemasangan


barangnya, tidak di pisah-pisah mi harganya misalnya harga barangnya
segini, jastip segini harganya, intinya include jastip mi semua harga
barangnya,”110
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Siti Fatimah selaku konsumen
@jasatitip_Sulawesi, yang mengatakatan bahwa:

“Saya sudah tahu kalau barang yang ditawarkan oleh akun


@jasatitip_sulawesi sudah include dengan jastip, bagi saya tidak masalah
karena kan dari awal ditau memangmi jadi tidak bertanya-tanya meki lagi.
Apalagi tidak adami biaya tambahan sama di pasangkan meki juga barang ta
kalau datang mi.111
Penuturan yang sama disampaikan oleh Suriana selaku konsumen

@jasatitip_sulawesi yang mengatakan bahwa:

“Mengenai jastipnya, saya sudah tahu kalau di @jasatitip_sulawesi itu sudah


include jastip harga barangnya, jadi saya tidak terlalu mempermasalahkan hal
itu. Karena memang barang yang ditawarkan itu bagus dan harganya juga
terjangkau, kadang harga dibawah store nakasi ki kalau belanja disana, terus
tidak capek-capek meki juga ke toko untuk beli barang apalagi kalau barang
yang besar dibeli kadang pusing ki mau dikasi naik apa ini barang sedangkan
mobil kecil. Kalau belanja pakai jastip itu kita tinggal terima beres meni
saja.”112
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum sistem

penggabungan harga barang dengan fee jastip tersebut tidak menjadi masalah oleh

109
Rismayanti, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 04 Juli
2021
110
Nurul Aulia Awal, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 14
Juli 2021
111
Siti Fatimah, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 14 Juli
2021
112
Suriana, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 14 Juli 2021
47

konsumen, bahkan minat pelanggang untuk menggunakan layanan jasa titip beli

online ini tetap tinggi. Karena yang terpenting bagi konsumen adalah bisa

memperoleh barang yang diinginkan dengan mudah tanpa harus mendatangi toko

secara langsung. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pesanan yang diterima

admin akun @jasatitip_sulawesi ketika melakukan open jastip setiap hari.

Transaksi online seperti ini di satu sisi menguntungkan konsumen, karena

kebutuhan terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkan telah terpenuhi. Tetapi
bukan berarti tidak menimbulkan beberapa masalah.113 Jual beli melalui jasa titip beli

online tidak hanya datang dari pihak jasa titip, melainkan sengketa juga datang
melalui pembeli. Dengan arti lain, kerugian dalam jual beli online ini tidak semata-

mata hanya dirasakan oleh pihak pembeli namun juga dirasakan oleh pihak penjual

atau jasa titip. Sehingga, kedua belah pihak sama-sama harus diberikan perlindungan

hukum sesuai dengan porsinya masing-masing sebagai para pihak.

Secara garis besar, dapat ditemukan beberapa permasalahan yang timbul yang

berkenaan dengan hak-hak konsumen dalam transaksi ecommerce, antara lain:

Konsumen tidak dapat langsung mengidentifikasi, melihat, atau menyentuh barang


yang akan dipesan; Ketidakjelasan informasi tentang produk yang ditawarkan

dan/atau tidak ada kepastian apakah konsumen telah memperoleh berbagai informasi

yang layak diketahui, atau yang sepatutnya dibutuhkan untuk mengambil suatu

keputusan dalam bertransaksi.

113
Rizky Amelia, “Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Pada Situs
Muslimgaleri. Co. Id Berdasarkan Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen Dan Hukum Ekonomi Syariah” (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 4
48

Adapun perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha tercantum dalam Pasal 8

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yaitu:114

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang


dan/atau jasa yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang

tersebut;
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang

dan/atau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,

mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau


keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji dinyatakan dalam label, etiket keterangan, iklan

atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;

114
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 8 Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha
49

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,

tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta

keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus di

pasang/dibuat;

j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang

dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan


yang berlaku.

2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau


bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar

atas barang dimaksud.

3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang

rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan

informasi secara lengkap dan benar.

4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang

memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari


peredaran.

Perlindungan konsumen merupakan hal yang sangat penting atau utama

dalam segala transaksi jual beli. Konsumen dan produsen berhak untuk menerima

manfaat yang bersifat tidak merugikan salah satu pihak. Keterbukaan informasi juga

menjadi tolak ukur utama yang dilakukan produsen terhadap konsumen, guna

mendapat kepercayaan maupun kenyaman terhadap konsumen sebagai pengguna

barang atau produk yang dibeli.

Perlindungan hukum identik dengan perlindungan terhadap hak-hak

konsumen, hak-hak konsumen diatur dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun


50

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Selain itu bentuk perlindungan hukum

terhadap konsumen adalah penyelesaian sengketa konsumen, proses penyelesaian

sengketa konsumen dilakukan apabila dalam transaksi online terjadi pelanggaran

terhadap hak-hak konsumen. Proses penyelesaian sengketa konsumen dapat

dilakukan melalui jalur pengadilan maupun diluar pengadilan, ketentuan ini diatur

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.115

Sebelum lebih jauh peneliti membahas tentang perlindungan konsumen maka


perlu diuraikan poin penting yang seharusnya menjadi pembahasan pada bab ini

yaitu konsumen memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Adapun yang membahas

tentang hal tersebut tercantum dalam Bab III Pasal 4 konsumen memilik 9 hak yang

akan peneliti uraikan agar kiranya mudah dipahami sebagai berikut:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.” Adapun penjelasan

dalam pasal 4 ayat 1 ini ada tiga poin penting yaitu Kenyamanan, Keamanan,
Keselamatan.

Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang

ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika di

konsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani maupun secara

rohani.116 Konsumen memiliki hak penuh atas kenyamanan, keamanan dan

Rifan Adi Nugraha Jamaluddin Mukhtar Hardika and Fajar Ardianto, “Perlindungan
115

Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Online,” Serambi Hukum 8, no. 02 (2015): 23092, h.
101
116
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet. 7 (Jakarta: Sinar
Grafika, 2018), h.33
51

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa pada saat melakukan

perbelanjaan melalui online dalam hal ini jasa titip. Menurut Ririn selama dia

berbelanja di akun @jasatitip_sulawesi dia selalu mendapat pelayanan yang baik

serta keamanan dan keselamatan barang yang di pesan selalu dalam kondisi baik,

sehingga ia selalu puas ketika belanja menggunakan jasa @jasatitip_sulawesi bahkan

ia sudah lebih dari satu kali belanja menggunakan @jasatitip_sulawesi.117

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh


@jasatitip_sulawesi terhadap konsumennya menuai respon yang baik dari para

konsumen, artinya perlindungan konsumen susah untuk diterapakn karena sudah


memenuhi Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dimana konsumen berhak untuk mendapatkan kenyamanan,

keamanan dan keselamatan saat belanja.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen adalah

menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini

sesuai dengan norma perlindungan konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen memiliki sanksi pidana.

2. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak untuk memilih barang dan/jasa serta

mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan.”

Konsumen berhak untuk memilih barang yang nantinya akan digunakan dan

mendapatkan produk serta layanan yang sesuai dengan kesepakatan yang tertulis.

Hak ini dimaksudkan untuk melindugi konsumen dari kerugian akibat permainan

117
Ririn Mayasari, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 04
Juli 2021
52

harga secara tidak wajar. Karena dalam keadaan tertentu konsumen dapat saja

membayar harga suatu barang yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas

dan kuantitas barang atau jasa yang diperolehnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan konsumen yang pernah

membeli di akun @jasatitip_sulawesi menyatakan bahwa semua barang yang dibeli

konsumen sesuai dengan harga dan kualitas barang yang diinginkan, konsumen juga

memiliki hak untuk memilih barang apa saja yang yang diinginkan selama
persediaan barang tersebut masih ada. Hal itu dikarenakan pemilik akun

@jasatitip_sulawesi lebih mengedepankan kenyaman dan kepercayaan konsumen


saat berbelanja menggunkanan jasa titipnya. Sehingga tidak ditemukan konsumen

yang mengeluh atas barang yang didapat tidak sesuai dengan harga dan kualitasnya.

3. Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”.

Yang paling utama bagi konsumen adalah mengetahui apa saja informasi

terkait produk yang dibelinya. Produsen dilarang menutupi ataupun mengurangi


informasi terkait produk maupun layanannya. Setiap produk yang diperkenalkan

kepada konsumen harus disertai informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar

konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan

jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada

konsumen, melalui iklan di berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan

produk (barang).

Jika hal ini dikaitkan dengan hak konsumen atas kenyamanan, maka setiap

produk yang mengandung risiko terhadap keamanan konsumen, wajib disertai

informasi berupa petunjuk pemakaian yang jelas. Sebagai contoh apabila ada cacat
53

atau kekurangan pada barang, produsen berkewajiban untuk memberi informasi

kepada konsumen.

Berdasarkan hasil penetilian yang dilakukan oleh peneliti dengan pemilik

akun @jasatitip_sulawesi menyatakan bahwa ia sudah berusaha sebisa mungkin

untuk me riview barang secara real dan memperhatikan kualitas barang sebelum

ditawarkan ke konsumen serta memberikan informasi yang jujur mengenai kondisi

barang apabila barang dalam kondisi baik maka admin akan mengatakan kondisi
barang dalam keadaan baik, begitupun apabila kondisi barang jelek atau tidak baik

maka admin akan mengatakan barang tersebut tidak baik dan tidak layak untuk
diberikan ke konsumen. Karena konsumen memiliki hak untuk mendapatkan

informasi yang jujur sebelum membeli atau menitip beli di @jasatitip_sulawesi.

“Sebisa dan semampu kita untuk me rivew barang secara real dan pastinya
kualitas bang tetap kita perhatikan sebelum ditawarkan kepada konsumen,
karena Saya sebagai personal shopper menganggap orang yang berbelanja
lewat jasa titip saya pasti memberikan amanah kepada saya, otomatis saya
harus memberikan barang yang terbaik, tidak asal-asalan hanya untuk
mencari untung. Saya juga memposisikan diri saya sebagai konsumen,
sebagai costumer, saya tidak ingin cust saya tidak sia-sia mengeluarkan
uangnya untuk berbelanja.118

Peneliti dapat menarik kesimpulan dari pernyataan tersebut bahwa dapat

dikatakan akun @jasatitip_sulawesi sudah memberikan informasi yang benar dan

jujur dalam mempromosikan barang jastip yang ditawarkan ke konsumen.


Dengan kondisi demikian maka perlindungan konsumen susah untuk

diterapkan, karena pelaksanaan perlindungan konsumen hanya akan terwujud jika

konsumen merasa dirugikan atau merasa pemilik @jasatitip_sulawesi tidak

118
Wefi Were, dalam unggahannya di Instagram @jasatitip_sulawesi, diakses pada hari Rabu
14 Juli 2021
54

memberikan informasi yang benar, artinya jika ia merasa telah dirugikan dan perlu

untuk haknya maka perlindungan konsumen dapat dijalankan.

4. Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya

atas barang dan/ atau jasa yang digunakan”.

Hak untuk didengar ini merupakan hak dari konsumen agar tidak dirugikan

lebih lanjut, atau hak untuk menghindarkan diri dari kerugian. Hak ini dapat berupa
pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu

apabila informasi yang diperoleh tentang produk tersebut kurang memadai, ataukah
berupa pengaduan atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu

produk, atau yang berupa pernyataan/pendapat dengan kepentingan konsumen.

Tidak jarang konsumen memperoleh kerugian dalam mengkonsumsi suatu

barang/jasa. Ini berarti ada suatu kelemahan di barang/jasa yang

diproduksi/disediakan oleh pelaku usaha. Sangat diharapkan agar pelaku usaha

berlapang dada dalam menerima setiap pendapat dan keluhan dari konsumen. Di sisi

yang lain pelaku usaha juga diuntungkan karena dengan adanya berbagai pendapat
dan keluhan, pelaku usaha memperoleh masukan untuk meningkatkan daya saingnya.

5. Pasal 4 ayat (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan

konsumen secara patut”.

Pelaku usaha tentu sangat memahami mengenai barang/jasanya. Sedangkan

di sisi yang lain, konsumen sama sekali tidak memahami apa saja proses yang

dilakukan oleh pelaku usaha guna menyediakan barang/jasa yang dikonsumsinya.

Sehingga posisi konsumen lebih lemah dibanding pelaku usaha. Oleh karena itu
55

diperlukan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa yang patut bagi

konsumen. Patut berarti tidak memihak kepada salah satu pihak dan sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku.

Perlidungan terhadap konsumen dipandang secara materil maupun formil

makin terasa sangat penting, mengingat makin berkembangannya ilmu pengetahuan

dan teknologi. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, baik secara

langsung atau tidak langsung, maka konsumen lah yang pada akhirnya akan
merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya-upaya untuk memberikan

perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal


yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya.119

6. Pasal 4 ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak untuk mendapatkan pembinaan dan

Pendidikan konsumen”.

Hak untuk memperoleh Pendidikan konsumen ini maksudkan adar konsumen

memperoleh pendidikan pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar

dapat tehindar dari kerugian akibat penggunaan produk, karena melalui pendidikan
konsumen maka konsumen akan dapat menjadi lebih kritis dan teliti dalam memilih

suatu produk yang dibutuhkan.

Pada umumnya posisi konsumen lebih lemah dibanding posisi pelaku usaha.

Untuk itu pelaku usaha harus memberikan pembinaan dan pendidikan yang baik dan

benar kepada konsumen. Pembinaan dan pendidikan tersebut mengenai bagaimana

cara mengkonsumsi yang bermanfaat bagi konsumen, bukannya berupaya untuk

mengeksploitasi konsumen.

119
Abdul Atsar dan Rani Apriani, Buku Ajar Hukum Perlindungan Konsumen (Yogyakarta:
Deepublish (Guru Penerbitan CV Budi Utama), 2019), h. 21-22
56

7. Pasal 4 ayat (7) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara

benar dan jujur serta tidak disktiminatif”.

Konsumen untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin

dan status sosial lainnya. Pelaku usaha juga diwajibkan memberikan pelayanan

tanpa membedakan pelanggan berdasarkan alasan SARA. Adapun kewajiban pelaku


usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 7

huruf c yang berbunyi: ”Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif”

Artinya pelaku usaha dilarang membeda-bedakan konsumen dalam

memberikan pelayanan. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan jenis pelayanan

kepada konsumen. Pelaku usaha harus memberikan pelayanan yang sama kepada

semua konsumennya, tanpa memandang perbedaan idiologi, agama, suku, kekayaan,

maupun status sosial.

8. Pasal 4 ayat (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak
Konsumen yang berbunyi: “Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya”.

Inilah inti dari hukum perlindungan konsumen. Bagaimana konsumen yang

dirugikan karena mengkonsumsi barang/jasa memperoleh kompensasi, ganti rugi,

atau penggantian. Sebenarnya tujuan dari pemberian kompensasi, ganti rugi, atau

penggantian adalah untuk mengembalikan keadaan konsumen ke keadaan semula,

seolah-olah peristiwa yang merugikan konsumen itu tidak terjadi.


57

Ketika konsumen merasa di rugikan maka pelaku usaha berkewajiban untuk

memberikan ganti rugi seperti yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Pasal 19 tentang tanggung jawab pelaku usaha, yaitu:

1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan

atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan;

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian


uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,

atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah

tanggal transaksi;

4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak

menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan

pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan;

5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku


apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut

merupakan kesalahan konsumen.

Memperhatikan subtansi pada Pasal 19 ayat 1 dapat diketahui bahwa

tanggung jawab pelaku usaha, meliputi:

a) Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan;

b) Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran, dan;

c) Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.120

120
Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta, PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2008), h.125-126
58

Berdasarkan hasil temuan studi dilapangan peneliti menemukan bahwa

sebelum barang dikirim kepada konsumen akun @jasatitip_sulawesi akan memeriksa

terlebih dahulu dengan baik kondisi barang milik konsumen. Apabila barang tiba

dalam keadaan rusak, bukan tanggungan dari pihak jastip. Hal tersebut tergantung

pada kondisi yang terjadi sesuai dengan kesepakatan awal antara pemilik jasa titip

dan konsumen. Sedangkan jika barang yang tiba tidak lengkap sesuai yang dipesan,

maka itu masih menjadi tanggung jawab dari pihak jastip.121


9. Pasal 4 ayat (9) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang Hak

Konsumen yang berbunyi: “Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan


perundang-undangan lainnya”.

Hak konsumen sebenarnya sangat banyak dan bisa terus bertambah. Adanya

ketentuan ini membuka peluang bagi pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak

konsumen yang tidak diatur pada ketentuan diatas.

Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.122 Konsumen

menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Hukum Perlindungan Konsumen dalam pasal
1 ayat (2) yakni Konsumen adalah setiap orang pemakai barang/jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagankan.123 Perlindungan konsumen

dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman bagi para konsumen dalam melengkapi

121
Wefi Were, dalam unggahannya di Instagram @jasatitip_sulawesi, diakses pada hari Rabu
17 Juli 2021
122
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 ayat (1) pengertian Perlindugan Konsumen
123
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,. (Jakarta: Sinar Grafika,
2018), h. 27
59

kebutuhan hidup. Kebutuhan perlindungan konsumen juga harus bersifat tidak berat

sebelah dan harus adil.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis terkait mekanisme penetapan fee

yang dilakukan oleh pelaku bisnis jasa titip @jasatitip_sulawesi maka peniliti dapat

menarik kesimpulan bahwa tidak pernah terjadi komplain dari pelanggan hingga

menuai konflik. Pelanggan bahkan merasa fee yang diterapkan oleh pelaku bisnis

jasa titip adalah wajar. Dalam praktiknya mekanisme penentuan tarif fee jasa titip ini
tergantung dari pemilik akun bisnis, hal ini dipertimbangkan oleh pemilik akun jasa

titip tersebut dari segi biaya akomodasi dan juga dilihat dari langka atau tidaknya
barang tersebut.

Kendala yang dihadapi dalam upaya perlindungan konsumen yaitu tidak

terbatas pada rendahnya kesadaran konsumen akan hak-haknya, tetapi juga adanya

persepsi yang salah dikalangan sebagian besar produsen bahwa perlindungan

terhadap konsumen akan menimbulkan kerugian terhadap produsen itu sendiri.124

Perlindungan hukum bagi para pihak pada intinya sama, yaitu adanya peran

pemerintah untuk melindungi kepentingan pelaku usaha dan konsumen dalam


kerangka perdagangan. Peranan pemerintah yang dimaksud di sini mencakup aspek

nasional dan internasional. Artinya, tuntutan adanya kepastian hukum dalam

melakukan perikatan harus jelas dari segi aspek hukum nasional melalui

pembentukan peraturan di bidang perlindungan hukum bagi konsumen, maupun

aspek hukum internasional melalui perjanjian internasional atau harmonisasi hukum.

Agus Brotosusilo, “Hak-Hak Produsen Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,” Jurnal


124

Hukum & Pembangunan 22, no. 5 (2017): 423–39, h.431


60

C. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Penetapan Fee dalam Jasa

Titip Barang Online di Kota Parepare

Dalam ekonomi Islam, bermuamalah adalah mubah (boleh) sepanjang tidak

ada dalil yang melarangnya. Seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, pengalihan

utang dan lain-lain. Selain itu kegiatan ekonomi yang dilakukan juga atas

pertimbangan adanya maslahat (manfaat) dan terhindar dari mudarat (kerusakan atau

kerugian).
Hakikat maslahat (manfaat) dalam Islam yaitu segala bentuk manfaat serta

kebaikan dalam hal duniawi dan ukhrawi, spiritual dan material, juga individu
maupun kelompok. Adapun indikator sesuatu dikatakan bermanfaat (maslahat) dalam

Islam yaitu memenuhi dua unsur. Pertama, halal (sesuai dengan syariat), kedua

mempunyai manfaat dan membawa kebaikan serta tidak menimbulkan kerugian

(mudarat).125

Adapun menurut H. A Jazuli dengan mengumpulkan pendapat ulama

mengenai indikator maslahat yaitu pertama, kemaslahatan harus memenuhi tujuan

diturunkannya syariah (maqasid syari’ah), sesuai dalil kulli yaitu Al-Qur’an dan
Hadis, memiliki semangat ajaran Islam serta kaidah hukum Islam. Kedua, maslahat

tersebut haruslah dapat menyakinkan atau berdasarkan penelitian yang akurat.

Ketiga, haruslah memberi manfaat kepada banyak orang bukan hanya sebagian kecil

masyarakat. Keempat, dapat memberikan kemudahan dan kebaikan, bukan

memberikan kerugian atau kesulitan.126

125
Siti Saleha Madjid, “Prinsip-Prinsip (Asas-Asas) Muamalah,” Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah 2.1 (2018), h. 18
126
Siti Saleha Madjid, “Prinsip-Prinsip (Asas-Asas) Muamalah,” Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah 2.1 (2018), h. 18
61

Maslahat adalah segala bentuk kebaikan yang mendatangkan manfaat.

Kegiatan ekonomi berupa jasa titip beli barang online adalah mubah atau boleh

dilakukan sepanjang memberi maslahat (manfaat) kepada pihak-pihak yang

bertransaksi serta mencegah terjadinya mudarat (kerusakan).

Jasa titip beli online atau Personal Shopper ini memberikan maslahat berupa

memudahkan masyarakat melakukan transaksi tanpa harus bertatap muka secara

langsung, terlebih pada saat pandemi covid-19 sekarang yang mengharuskan


masyarakat untuk tinggal di rumah, sehingga pembeli tetap bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya juga penjual tetap bisa memasarkan produknya, manfaat lainnya
yaitu dapat menghemat biaya perjalanan yang seharusnya dikeluarkan untuk ke toko

atau tempat transaksi ekonomi lainnya, juga lebih mudah dan praktis dilakukan.

Jasa titip beli barang online ini pula dapat menghindarkan masyarakat dari

mudarat (kerugian) bahaya virus covid-19 yang melanda dunia awal tahun 2020.

Sehingga masyarakat tetap aman tanpa perlu keluar rumah untuk sakadar melakukan

transaksi.

Selain itu dalam bermuamalah juga ada empat prinsip yang harus ditaati yaitu
diantaranya:

a. Hukum asal segala bentuk muamalah adalah mubah

Para ulama fiqih dari dahulu sampai sekarang telah sepakat bahwa:
َ ْ ََّ َ ُ ْ َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َْ َ
‫الأصل ِف ْي ال ُمع َاملا ِت ا ِلإ َباحة ِالا ان َيدعلى تح ِر ْي ُمه‬

Artinya:
Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.
Dimana segala sesuatu transaksi atau perjanjian itu sah dilakukan sepanjang

tidak ada larangan khusus mengenai transaksi tersebut.


62

b. Selain itu transaksi jual beli yang dilakukan juga harus didasari prinsip rela

(senang/ suka sama suka).127 Tidak memberatkan salah satu pihak dan tidak

ada paksaan dari pihak manapun. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An

Nisa/4: 29.

ُ َ َ ْ ُ َ ْ َ َّ
ْۗ‫تج َار ًة َع ْن َت َراض َّم ْنكم‬ َ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ َ ٰٓ
ُّ
ِ ٍ ِ ‫يايها ال ِذين امنوا لا تأكلوْٓا اموالكم بينكم ِبالب‬
ِ ‫اط ِل ِال ْٓا ان تكون‬
ً ُ َ َ ‫َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ ُ َّ ه‬
َ ‫َولا تقتلوْٓا انف َسك ْمۗ ان‬
٢٩ ‫اّٰلل كان ِبك ْم َر ِح ْيما‬ ِ
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.128
Ayat tersebut di atas menjelaskan untuk tidak saling memakan harta sesama

atau orang lain dengan cara yang tidak diridai Allah swt., kecuali perdagangan

(perniagaan) yang dilakukan atas rida atau suka sama-suka di antara pihak

bertransaksi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik @jasatitip_sulawesi dan

konsumen yang pernah membeli barang di @jasatitip_sulawesi tersebut menyatakan


bahwa transaksi jual beli yang dilakukan atas dasar kerelaan (rida). Tidak ada

paksaan dari pihak manapun juga dilakukan atas kesadaran kedua belah pihak.

Seperti yang dikatakan oleh Siti Fatimah selaku konsumen yaitu:

“Walaupun saya sudah tahu kalau harganya include jastip, saya tetap beli ji
karena memang kualitas baranganya tidak diraukan lagi, dan tidak pernah ji
ada paksaan untuk beli barang menggunakan @jasatitip_sulawesi, karena
langganan meka juga belanja disana”.129

Abdul Mughits, “Penerapan Prinsip At-Taradi Dalam Akad-Akad Muamalat,” Aplikasia:


127

Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama 17.1 (2017), h. 50


128
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Karya Agung, 2002) h.
159-160
129
Siti Fatimah, pelanggan @jasatitip_sulawesi, wawancara oleh penulis di Parepare, 14 Juli
63

c. Mendatangkan manfaat dan menolak mudharat

Setiap transaksi dalam hal jual beli harus terhindar dari unsur-unsur seperti

gharar, maysir,riba, yang dimana hal tersebut dilarang dalam Islam. Dan setiap

transaksi yang dilakukan harus bisa mendatangkan manfaat diantara kedua belah

pihak.

Setiap konsumen yang membeli barang menggunakan @jasatitip_sulawesi

memiliki banyak sekali manfaatnya yaitu konsumen bisa mendapatkan potongan


harga pada saat membeli produk-produk di @jasatitip_sulawesi, bahkan bisa

mendapatkan free ongkir pada saat belanja.


d. Dilakukan atas dasar menegakkan keadilan

Semua transaksi dalam jual beli ataupun yang lainnya keadilan sangatlah

diterapkan agar tidak merugikan salah satu pihak. Pada hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti terkait mekanisme penetapan fee yang dilakukan oleh pihak

@jasatitip_sulawesi yaitu menggabungkan harga barang dengan fee nya (include

jastip) para konsumen tidak ada yang merasa dirugikan dengan sistem tersebut.

Islam telah mengajarkan bahwa segala perbuatan yang berhubungan dengan


sesama manusia harus berlandaskan pada keadilan dan manfaat terhadap sesamanya

dan juga setiap perbuatan yang merugikan pihak lain itu dilarang terutama dalam jual

beli karena Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa transaksi ekonomi dalam rangka

memenuhi kebutuhan manusia harus dengan cara yang baik dan benar, yaitu harus

saling ridha dan cara-cara yang bathil dilarang oleh agama.

Metode jual beli menggunakan jasa titip dimana tidak bertemunya penjual

dan pembeli, sehingga dapat terjadi kesalahan barang karena kesalahan proses

produksi hingga terjadinya pertukaran barang karena barang yang diterima cacat atau

rusak. Untuk mengatasi adanya selisih paham antar penjual dan pembeli maka perlu
64

adanya keterbukaan dan komunikasi. Artinya admin jasa titip dalam mempromosikan

barangnya haruslah jelas. Maksudnya barang yang ditransaksikan haruslah jelas zat,

ukuran, bentuk, jenis, kualitas dan kuantitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti bahwa akun @jasatitip_sulawesi

sudah memberikan informasi mengenai barang yang akan dibeli oleh konsumen,

dengan cara me review barang terlebih dahulu di akun isntagramnya kemudian

konsumen akan melihat postingan tersebut dan apabila konsumen merasa kurang
mengetahu jenis barang tersebut makai ia boleh menanyakan langsung kepada pihak

jastip melalui DM Instagram atau WhastApp, konsumen juga bisa datang langsung
ke offline store untuk melihat barang tersebut.

Bentuk pengaplikasian hukum ekonomi syariah dalam praktik bisnis jasa titip

pembelian barang di @jasatitip_sulawesi ini memiliki ciri yang sama dengan prinsip

wakalah bi al ujrah yaitu mewakilkan untuk melakukan pekerjaan dengan imbalan

upah yang dimaksud disini adalah dari pihak pelanggan mewakilkan kepada pemilik

bisnis usaha jasa titip untuk membelikan suatu barang dan dalam perwakilan tersebut

terdapat upah/ujrah didalamnya. Wakalah adalah menyerahkan suatu urusan kepada


orang lain yang sah dilakukan olehnya dalam hidup orang yang menyerahkan.130

Setelah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak maka konsumen akan

mentrasfer uang sesuai dengan harga barang yang ditentukan oleh pihak jastip.

Dengan demikian hal ini dapat dikatakan akad wakalah bi al-ujrah.

Upah (al ajru) ialah pemberian uang atau benda lain sebagai belas jasa atau

bunga seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukan.131 Allah juga menghalalkan

Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al Malibariy, Terjemah Fathul Mu’in Pedoman Ilmu
130

Fiqh (Bandung: Husaini Bandung, 2003), h.219


131
Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-ISLAM 2 (Muamalah Dan Akhlak) (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA, 1999), h.22
65

upah yang diberikan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.

Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S At-Thalaq ayat 6:

َّ ُ َ ْ ُ ُ َّ ُ ْ ُ ٰ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
٦ َّۚ‫ف ِان ارضعن لكم فاتوهن اجورهن‬
Terjemahnya:
…..Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya
kepada mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)
dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya.132
Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam menggunakan jasa seseorang ,maka
dianjurkan baginya untuk memberi imbalan atas jasanya yang dilakukannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan konsumen

terkait mekanisme penetapan upah yang dilakukan oleh bisnis jasa titip

@jasatitip_sulawesi yaitu dengan menggabungkan harga barang dengan harga jastip.

Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi konsumen. Bahkan konsumen merasa

fee/upah yang diberikan oleh pemilik bisnis jastip adalah wajar, barang yang

dibelikan sesuai dengan keinginan konsumen dan selalu puas ketika belanja

menggunkan jastip di akun @jasatitip_sulawesi. Harga tersebut juga merupakan

gratis biaya pengiriman dan biaya perakitan barang apabila barang telah diterima
oleh konsumen.

Dengan demikian para konsumen tidak ada yang merasa dirugikan dengan

sistem jastip yang diberikan oleh akun @jasatitip_sulawesi tersebut. Menurut mereka

harga yang diberikan sudah wajar dan barang yang didapatkan sesuai dengan

keinginan kita. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip rela atau suka sama suka, serta

idak memberatkan salah satu pihak dan tidak ada paksaan dari pihak manapun pada

saat melakukan transaksi.

132
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

1. Mekanisme penetapan fee yang dilakukan oleh pemilik akun

@jasatitip_sulawesi yaitu dengan cara menggabungkan harga barang dengan

fee yang diberikan kepada konsume.

2. Perlindungan konsumen terhadap mekanisme penetapan fee dalam jasa titip


barang online di Kota Parepare yaitu pada akun @jasatitip_sulawesi yang

menggabungkan harga barang dengan fee nya (include jastip) terkait dengan
hal itu para konsumen tidak ada yang merasa diberatkan dengan harga

tersebut, karena menurutnya harga yang diberikan sudah sesuai dengan

kualitas barang yang didapatkan. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan

Undang-undang perlindungan konsumen maka hal tersebut susah untuk

diterapkan, karena baik pemilik akun maupun konsumen sama-sama tidak

ada yang dirugikan, dan atas dasar suka sama suka.

3. Dalam tinjauan hukum ekonomi syariah, berdasarkan pada prinsip muamalah


terkait mekanisme penetapan upah yang diterapkan oleh akun instagram

@jasatitip_sulawesi, dalam mekanisme penetapan fee tidak jelaskan berapa

besaran fee yang diberikan melainkan menggabungkan harga barang dengan

fee (include jastip,) sehingga dapat dikatakan hal ini tidak sesuai dengan

hukum Islam sebagaimana dalam ketentuan penetapan upah/ujrah karena

terdapat salah satu pihak yaitu pelanggan tidak mengetahui besar upah yang

dikenakan terhadap setiap barang. Namun, para pelanggan tidak ada yang

merasa dirugikan dengan sistem jastip yang diberikan oleh akun

66
67

@jasatitip_sulawesi tersebut. Menurut mereka harga yang diberikan sudah

wajar dan barang yang didapatkan sesuai dengan keinginan kita.

B. Saran

1. Saran bagi pemilik jasa titip @jasatitip_sulawesi, sebaiknya menggunakan

mekanisme penetapan fee yang memisahkan harga barang dengan harga

jastipnya agar tidak menimbulkan keraguan dan menimbulkan persepsi

negatif dari konsumen.

2. Saran bagi konsumen sebaiknya bisa menggunakan haknya dengan baik


sebagai pembeli dengan meminta kejelasan terkait sistem include jastip yang

diterapkan @jasatitip_sulawesi.

3. Untuk menciptakan kemaslahatan Bersama dalam transaksi jual beli makan

diharapkan semua pihak yang terlibat selalu jujur dan salin rela.

4. Untuk penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam bidang ilmu

pengetahuan dan agar kedepannya dapat disempurnakan dengan penelitian-

penelitian yang lebih luas lagi sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Buku:
Andri, Soemitra. 2019. Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga
Keuangan Dan Bisnis Kontemporer. Jakarta.

Apriani, Abdul Atsar dan Rani. 2019. Buku Ajar Hukum Perlindungan Konsumen.
Yogyakarta: Deepublish (Guru Penerbitan CV Budi Utama).

Az-Zuhaili, Wahbah. 2006. Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu. Damaskus: Dar al-


Fikr.

Basyir, Ahmad Azhar. 2004. Asas-Asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata).


Yogyakarta.

Hasanuddin, Jaih Mubarok. 2018. Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Jual-Beli.


Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ikit, Ariyanto, Muhammad Saleh. 2018. Jual Beli Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Cet. I. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Jamhari, Zainuddin dan Muhammad. 1999. Al-ISLAM 2 (Muamalah Dan Akhlak).


Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2018. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar
Grafika.

———. 2018. Hukum Perlindungan Konsumen. Cet. 7. Jakarta: Sinar Grafika.

Mansyhuri, Nur Asnawi. 2009. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. Malang:


UIN Malang.

Mardani. 2016. Fiqh Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.

———.2016. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.

Mughits, Abdul. 2017. “Penerapan Prinsip At-Taradi Dalam Akad-Akad Muamalat.”


Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama 17.1.

Mustofa, Imam. 2016. Fiqh Mu’amalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

———.2016. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Malibariy, Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al.2013. Terjemah Fathul Mu’in
Pedoman Ilmu Fiqh. Bandung: Husaini Bandung.

I
Nurdin, Ridwan.2010. Fiqh Muamalah (Sejarah, Hukum Dan Perkembangannya).
Aceh: Pena.

Rosmawati.2018. Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana


(Divisi dari PRENADAMEDIA Group).

Saifuddin, Azwar.2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soemitra, Andri.2019. Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga


Keuangan Dan Bisnis Kontemporer. Jakarta Timur: Kencana.

Sudarman, Damin.2012. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi


Presentasi, Dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa Dan Peneliti
Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan Humaniora. Bandung: CV
Pustaka Setia.

Sugiono.2005. Memahami Penelitian Kalitatif: Dilengkapi Dengan Contoh Proposal


Dan Laporan Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2016. Metode Penelitian Manajemen. Cet. 5. Bandung: Alfabeta.

———.2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Suhendi, Hendi.2002. Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Suherman, Ade Maman.2005. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. Edisi Revisi.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Sutinah, Bagong Suyanton.2007. Metode Peneitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Suwandi, Basrowi.2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta.

Syafe’i, Rachmat.2006. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

Tanjung, Ibdalsyah dan Hensri.2014. Fiqh Muamalah. Bogor: Azam Bogor.

Yodo, Ahmadi Miru dan Sutarman.2010. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta.

Jurnal:
Ahmad, Usamah Rievzqy.2020. “Pemberlakuan Pajak Terhadap Barang Hasil
Transaksi Jasa Titip Online.” Jurnal Suara Hukum 2, no. 1: 71–85.

Brotosusilo, Agus.2017. “Hak-Hak Produsen Dalam Hukum Perlindungan

II
Konsumen.” Jurnal Hukum & Pembangunan 22, no. 5 : 423–39.

Hanafiah, Hanafiah, and Emelia Rizki Maulida.2019. “Pola Akad Personal Shopper
Dalam Jual Beli Online Di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.” Journal Of
Islamic And Law Studies 3, No. 1.

Hardika, Rifan Adi Nugraha Jamaluddin Mukhtar, and Fajar Ardianto.2015.


“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Online.” Serambi
Hukum 8, no. 02 : 23092.

Hidayah, Ardiana.2020. “Akad Perdagangan Electronic Commerce Ditinjau Dari


Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.” Prodising ISID, no. 1: 226–32.

Madinah, Siti Hasnaa, Putri Karunia Sari, and Isnaini Rofiqoh.2019. “Analisis Akad
Wakalah Bil Ujrah Pada Jasa Titip Beli Online Dalam Prespektif Kaidah Fikih
Ekonomi (Studi Kasus Pada Akun Instagram@ Jastiperopa777).” El-Qist:
Journal of Islamic Economics and Business (JIEB) 9, no. 2 : 196–214.
Muttaqin, Azhar.2011. “Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli
Islam.” Ulumuddin Journal of Islamic Legal Studies 7, no. 1.

Siti Saleha Madjid.2018. “Prinsip-Prinsip (Asas-Asas) Muamalah.” Jurnal Hukum


Ekonomi Syariah 2.1.

Sulistyowati, Maria Eko, and Syamsul Adha.2018. “Analisa Pengaruh E-Service


Quality Dan Consumer Behaviour Terhadap Customer Loyalty Dengan
Customer Satisfaction Sebagai Variabel Intervening (Studi Pemilihan Jasa Titip
Online Shopping Di Kota Surabaya).” Jurnal Eksekutif 15, no. 2 : 404–20.

Skripsi:
Amelia, Rizky.2018. “Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Pada
Situs Muslimgaleri. Co. Id Berdasarkan Perspektif Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Ekonomi Syariah.”
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Azizah, Eva Nur.2020. “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Pelaksanaan


Jual Beli Pakaian Bekas Pada Media Sosial Instagram.” UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.

Endipradja, Firman Tumantara.2016. Hukum Perlindungan Konsumen. Malang:


Setara Press.

Fransiska, Chyndi, Sandy Rizki Febriadi, and Popon Srisusilawati.2019. “Tinjauan


Fiqih Muamalah Terhadap Fee Dalam Praktik Jasa Titip Barang Online (Studi
Kasus Pada Princessist Online Shop).” Prosiding Hukum Ekonomi Syariah,
109–15.

Kurniawan.2011. Hukum Perlindungan Konsumen (Problematika Kedudukan Dan


Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSSK). Malang:

III
UB Press.

Kurniawan, Perdi.2021. “Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Penitipan Sepeda


Motor Apabila Terjadi Kehilangan Dan Kerusakan Kendaraan (Studi Pada
Penitipan Sepeda Motor Guru Patimpus Simpang Kwala Medan),”.

Mahesti, Indira Putri, and I Gusti Ngurah Dharma Laksana. “Perlindungan Hukum
Terhadap Pengguna Jasa Titip Online,” n.d.

Manalu, Johanna.2016. “Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna Jasa Penitipan


Hewan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen,”.

Ramadhan, Viry Puspaning, Aditya Galih Sulaksono, and Mardiana Andarwati.2018.


“Desain Sistem Jasa Titip Berbasis E-Commerce Untuk Memudahkan Para
Penyedia Jasa Titip Kue,”.

Sari, Zurifah Diana.2018. “Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jasa Titip
Beli Online Di Akun Instagram@ Storemurmersby.” UIN Sunan Ampel
Surabaya.

IV
LAMPIRAN-LAMPIRAN

V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

XV
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM

Jl. Amal Bakti No. 8 Soreang 91131 Telp. (0421) 21307

VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN

NAMA MAHASISWA : SULASTRI


NIM : 17.2200.001
FAKULTAS : SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
PRODI : HUKUM EKONOMI SYARIAH
JUDUL : PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
PENETAPAN FEE DALAM JASA TITIP BARANG
ONLINE DI KOTA PAREPARE PERSPEKTIF
HUKUM EKONOMI SYARIAH

PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara untuk pemilik usaha jasa titip

1. Bagaimana proses terbentuknya @jasatitip_sulawesi?


2. Produk apa saja yang ditawarkan di @jasatitip_sulawesi?
3. Mengapa Anda memilih memasarkan produk secara online?
4. Bagaimana cara Anda meyakinkan konsumen bahwa barang yang ditawarkan
dalam kondisi baik.
5. Bagaimana jika barang yang diinginkan konsumen tidak ada? Apakah
konsumen bisa memilih barang lain?
6. Bagaimana mekanisme atau cara jastip di @jasatitip_sulawesi?
7. Bagaimana mekanisme penetapan fee di akun jasa titip @jasatitip_sulawesi?

XVI
Wawancara untuk konsumen jasa titip

1. Mengapa Anda memilih @jasatitip_sulawesi sebagai tempat berbelanja?


2. Bagaimana mekanisme atau cara belanja di @jasatitip_sulawesi?
3. Produk apa saja yang pernah Anda beli?
4. Apakah barang yang ditawarkan sesuai dengan kualitas harga barang?
5. Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh admin @jasatitip_sulawesi?
6. Apakah Anda mengetahui fee yang diberikan?

Parepare, 14 September 2021

Mengetahui,-
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Hj. Rusdaya Basri, Lc., M.Ag Dr. Rahmawati, M.Ag


NIP. 19711214 200212 2 002 19760901 200604 2 001

XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
Wawancara dengan Konsumen

Wawancara dengan Pemilik @jasatitip_sulawesi

Wawancara dengan Ibu Wefi Were selaku pemilik @jasatitip_sulawesi

XXIII
Wawancara dengan Konsumen

Wawancara dengan Ririn Mayasari di Parepare pada tanggal 04 Juli 2021

Wawancara dengan Rismayanti di Parepare pada tanggal 04 Juli 2021

XXIV
Wawancara dengan Nurul Aulia di Parepare pada tanggal 14 Juli 2021

Wawancara dengan Ibu Suriana di Parepare pada tanggal 14 Juli 2021

XXV
Wawancara dengan Siti Fatimah di Parepare pada tanggal 14 Juli 2021

XXVI
BIODATA PENULIS

Sulastri, lahir di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi

Selatan pada tanggal 23 Januari 1999. Anak pertama

dari tiga bersaudara dari pasangan Jena dan

Kasmawati. Penulis memulai pendidikannya di

bangku Sekolah Dasar (SD) Negeri 9 Parepare,

kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah


Pertama di SMP Muhammadiyah Parepare.

Selanjutnya SMK Negeri 3 Parepare. Dan melanjutkan

jenjang pendidikan di Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Parepare pada tahun 2017 dan mengambil Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam. Penulis juga bergabung dalam organisasi

internal kampus yaitu Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Red Line IAIN Parepare

pada semester satu, pernah menjabat sebagai Sekretaris Redaksi LPM Red Line pada

tahun 2020, dan saat ini sedang menjabat sebagai Bendahara Umum Dewan

Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA-I) IAIN Parepare 2021. Penulis memperoleh


gelar Sarjana Hukum (S.H.) dengan mengajukan tugas akhir berupa skripsi yang

berjudul “Perlindungan Konsumen terhadap Penetapan Fee dalam Jasa Titip

Pembelian barang Online di Kota Parepare”

XXVII

Anda mungkin juga menyukai