Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wira Hadi Sugara

Nim : 7213240007
Prodi : Ilmu Ekonomi
Kelas :A
Mata Kuliah : Ekonomi Politik

1. Isi bahasan masing – masing jurnal


Jurnal 1

Judul : STRUCTURALISM AND DEPENDENCY IN PERIPHERAL EUROPE: Latin


American Ideas in Spain and Portugal

Ide-ide Amerika Latin di negara-negara tersebut, berfokus pada momen-momen terbesar mereka
dampak-tahun 1950an dan 1970an. Ini menjelaskan pengaruh seperti itu sebagai akibat dari tiga
hal faktor – keberadaan tradisi lokal pemikiran strukturalis sebelumnya, yang mana doktrin-
doktrin Amerika Latin dapat diasimilasikan; relevansi gagasan dan teknik Amerika Latin dengan
isu-isu ekonomi yang mendesak; dan kegunaan ide-ide tersebut kebijakan luar negeri. Hal ini
juga menggambarkan bahwa strukturalisme dan ketergantungan dianggap berkaitan erat, dan
menyebutkan dampak dari kedua doktrin tersebut di bagian lain. negara di Pinggiran Eropa,
Rumania, dalam dua dekade yang sama.

Jurnal 2

Judul : The structuralist tradition in economics: methodological and macroeconomics aspects

Jurnal ini mengkaji tradisi strukturalis dalam perekonomian, dengan menekankan peran tersebut
bahwa struktur berperan dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Sejak
subjeknya ada ternyata terlalu besar untuk dibahas dalam satu artikel, sehingga penekanannya
diberikan pada hal ini elemen makroekonomi dari tradisi tersebut, sambil juga mengeksplorasi
metodologinya aspek. Hal ini dimulai dengan menganalisis beberapa aspek umum strukturalisme
dalam ilmu ekonomi (evolusi dan asal usul) terkait dengan pemikiran ECLAC, dalam hal ini
berfokus pada dinamika hubungan pusat-pinggiran.
Jurnal 3

Judul : The Origins of Structuralism

Jurnal ini memberikan tiga poin. Pertama, menelusuri asal usulnya strukturalisme dalam arti luas
inilah yang memunculkan doktrin kegagalan pasar di Inggris selama tahun 1930an dan 1940an.
Kedua, hal ini menunjukkan hubungan antara alur pemikiran ini dan Teori inflasi strukturalis
Amerika Latin. Terakhir, saran W. A. Lewis menyatakan bahwa parahnya masalah inflasi di
Chile bukan disebabkan oleh faktor struktural memiliki kesamaan dengan negara-negara
berkembang yang tidak terlalu rentan terhadap inflasi, namun lebih pada kekuatan negara-negara
yang terorganisir kelompok kepentingan membuat klaim pendapatan yang bersaing.

Jurnal 4

Judul : Relevance of Structuralist and Dependency Theories in the Neoliberal Period: A Latin
American Perspective

Ekonomi politik baru sedang dibangun di Amerika Latin, seiring dengan berkembangnya
perekonomian nasional direstrukturisasi dan diubah secara radikal dan tatanan sosial baru sedang
diciptakan. bahasa Latin Perekonomian dan masyarakat Amerika bereaksi terhadap perubahan-
perubahan ini dan kembali terhubung dengan tuntutan-tuntutan dunia yang semakin kompetitif
dan saling bergantung. Perubahan seperti ini terjadi di suatu benua pemerintahan demokratis,
menyediakan saluran untuk menantang paradigma neoliberal baru. Itu diperdebatkan dalam
artikel ini strukturalisme dan teori ketergantungan dapat memainkan peran yang bermanfaat
dalam proses ini bersaing dan membangun paradigma pembangunan alternatif terhadap dominasi
ekonomi saat ini paradigma neoliberal.

Jurnal 5

Judul : Beyond the Stereotype: Restating the Relevance of the Dependency Research Programme

Artikel ini mengevaluasi relevansi teori ketergantungan untuk memahami tantangan


pembangunan kontemporer, terutama dalam kaitannya dengan perubahan dalam perekonomian
global selama 50 tahun terakhir. Untuk melakukan hal ini, artikel ini memperbaiki
kesalahpahaman sebelumnya tentang beasiswa dan menawarkan pemahaman baru definisi teori
ketergantungan sebagai program penelitian, bukan teori tunggal. Empat prinsip inti dari program
penelitian ini diidentifikasi: a pendekatan sejarah global; berteori tentang kecenderungan
polarisasi global kapitalisme; fokus pada struktur produksi; dan fokus pada hal yang spesifik
kendala yang dihadapi oleh negara-negara pinggiran. Padahal masing-masing elemen tersebut
bisa ditemukan dalam banyak teori kontemporer, apa yang dimaksud dengan teori
ketergantungan unik – dan program penelitian yang sangat kuat – adalah kombinasi dari elemen-
elemen ini. Artikel ini menunjukkan bagaimana pendekatan ini memberikan hasil Pemahaman
yang mendalam dan luas diperlukan untuk mengapresiasi masih adanya pembangunan yang tidak
merata dengan mengacu pada dua studi kasus yaitu keberhasilan industrialisasi di Korea Selatan,
dan bagaimana fragmentasi perekonomian global. rantai nilai telah berdampak pada
industrialisasi di Indonesia. Terakhir, artikel berpendapat bahwa mendekati kasus-kasus semacam
ini melalui penelitian ketergantungan program dapat berkontribusi pada pembaruan studi
pembangunan yang bermanfaat.

2. Dari jurnal yang saya baca hal yang menyebabkan amerika masih menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi dunia sampai saat sekarang ini ialah karena pengaturan mata uang dunia masih di
pusatkan dengan mata uang Dollar US, karena mereka mempunyai cadangan emas yang cukup
banyak. Selain itu sumber daya manusia yang dimiliki amerika serikat tergolong bagus karena
banyak melakukan penelitian dan juga banyak memiliki tenaga ahli sehingga pertumbuhan
ekonomi negaranya menjadi bagus. Selain itu kedigdayaan ekonomi AS pasca-Perang Dunia II
menjadi latar belakang faktor mengapa AS akhirnya keluar menjadi pusat keuangan global. Bisa
dibilang, kekuatan finansial menjadi kunci soft power Paman Sam.

3. Sangat banyak contoh kasus ekonomi politik radikal & dependensia ini antara lain sebagai
berikut :
a) Ketergantungan negara-negara Afrika pada ekspor bahan mentah seperti minyak, bijih
besi, dan berlian. Negara-negara ini sangat bergantung pada harga bahan mentah di pasar
global, yang dapat sangat bervariasi dan tidak stabil.
b) Ketergantungan negara-negara di Timur Tengah pada produksi minyak bumi dan gas
alam. Negara-negara seperti Saudi Arabia, Kuwait, dan Uni Emirat Arab sangat
bergantung pada produksi minyak untuk menggerakkan perekonomian mereka.
c) Ketergantungan Jepang pada ekspor mobil dan elektronik. Jepang sangat tergantung pada
ekspor mobil dan produk elektroniknya, yang menyumbang sebagian besar pendapatan
ekspornya.
d) Ketergantungan Amerika Serikat pada impor barang dari China. Amerika Serikat sangat
tergantung pada impor barang dari China, termasuk barang elektronik, pakaian, dan
mainan.
e) Ketergantungan Norwegia pada industri perikanan dan minyak bumi. Norwegia sangat
bergantung pada sektor perikanan dan industri minyak bumi untuk menggerakkan
perekonomiannya.
Ketergantungan itu juga memiliki dampak yang negatif terhadap suatu negara antara lain :
a) Ketergantungan ekonomi dapat menyebabkan negara-negara yang lebih lemah secara
ekonomi menjadi sangat rentan terhadap perubahan dalam kondisi pasar global.
b) Ketergantungan pada ekspor komoditas atau bahan mentah dapat mengakibatkan
ketidakstabilan harga dan kerentanan terhadap fluktuasi harga komoditas global.
c) Ketergantungan pada sumber daya alam tertentu dapat mengakibatkan eksploitasi sumber
daya yang berlebihan dan merusak lingkungan.
d) Ketergantungan pada teknologi asing dapat menghambat pengembangan teknologi lokal
dan membatasi kemampuan negara-negara berkembang untuk meningkatkan kapasitas
produksi mereka.

4. Contoh kasus pertumbuhan ekonomi dan juga kebijakan politik luar negeri
Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 berlanjut hingga awal 2022
dengan pertumbuhan sebesar 5 persen pada kwartal pertama (yoy), menurut laporan
ini, Pendalaman Sektor Keuangan untuk Pertumbuhan yang Lebih Kuat dan Pemulihan
Berkelanjutan. Peningkatan permintaan di dalam negeri yang terjadi sejak akhir tahun lalu akan
meringankan tekanan yang dirasakan oleh sektor swasta, terutama UMKM yang mengalami
kerugian yang tidak proporsional selama masa pandemi. Pemulihan di dalam negeri juga
memungkinkan terjadinya konsolidasi fiskal, sementara kebijakan keuangan terus
mengakomodasi secara tepat. Hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan pinjaman dari bank
yang mendukung pemulihan.
Akan tetapi, serangan Rusia di Ukraina telah menambah tantangan yang sebelumnya diakibatkan
oleh pandemi. Harga komoditas mengalami peningkatan tajam dan tampaknya akan terus berada
pada tingkat yang tinggi pada tahun 2022-2023. Sementara Indonesia mendapatkan keuntungan
jangka pendek dari harga komoditas yang meningkat, harga-harga di dalam negeri mulai naik
dan pendanaan luar negeri menjadi lebih ketat. Hal ini memperberat tantangan kebijakan terkait
dengan meningkatnya subsidi energi serta halangan bagi kebijakan moneter.Laporan ini
membahas ke dua hal tersebut dengan mendalam.

Perkembangan Ekspor Indonesia


 Nilai ekspor Indonesia Februari 2023 mencapai US$21,40 miliar atau turun 4,15 persen
dibanding ekspor Januari 2023. Dibanding Februari 2022 nilai ekspor naik sebesar 4,51
persen.
 Ekspor nonmigas Februari 2023 mencapai US$20,21 miliar, turun 3,00 persen dibanding
Januari 2023, sementara itu naik 3,76 persen jika dibanding ekspor nonmigas Februari
2022.
 Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Februari 2023 mencapai US$43,72
miliar atau naik 10,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor
nonmigas mencapai US$41,05 miliar atau naik 8,73 persen.
 Penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2023 terhadap Januari 2023 terjadi pada
komoditas bahan bakar mineral sebesar US$277,0 juta (6,51 persen), sedangkan
peningkatan terbesar terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya
sebesar US$141,0 juta (10,93 persen).
 Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Februari 2023 turun
0,26 persen dibanding periode yang sama tahun 2022, demikian juga ekspor hasil
pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,95 persen, sedangkan ekspor hasil tambang
dan lainnya naik 58,76 persen.
 Ekspor nonmigas Februari 2023 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,04 miliar,
disusul Amerika Serikat US$1,91 miliar dan Jepang US$1,74 miliar, dengan kontribusi
ketiganya mencapai 42,99 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27
negara) masing-masing sebesar US$3,97 miliar dan US$1,25 miliar.
 Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Februari 2023
berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$6,00 miliar (13,72 persen), diikuti Kalimantan
Timur US$5,10 miliar (11,67 persen) dan Jawa Timur US$3,83 miliar (8,75 persen).

Perkembangan Impor Indonesia


 Nilai impor Indonesia Februari 2023 mencapai US$15,92 miliar, turun 13,68 persen
dibandingkan Januari 2023 atau turun 4,32 persen dibandingkan Februari 2022.

 Impor migas Februari 2023 senilai US$2,41 miliar, turun 17,19 persen dibandingkan
Januari 2023 atau turun 17,08 persen dibandingkan Febuari 2022.

 Impor nonmigas Februari 2023 senilai US$13,51 miliar, turun 13,03 persen dibandingkan
Januari 2023 atau turun 1,63 persen dibandingkan Februari 2022.

 Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Februari 2023 dibandingkan


Januari 2023 adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$355,4 juta (15,22
persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah bijih logam, terak, dan abu US$111,1
juta (249,87 persen).

 Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2023
adalah Tiongkok US$9,36 miliar (32,22 persen), Jepang US$2,77 miliar (9,53 persen),
dan Thailand US$1,79 miliar (6,17 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$4,99
miliar (17,17 persen) dan Uni Eropa US$2,01 miliar (6,91 persen).

 Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Februari 2023 terhadap


periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal
US$317,3 juta (5,87 persen) dan barang konsumsi US$178,6 juta (6,42 persen), namun
bahan baku/penolong turun US$983,5 juta (3,69 persen)

 Neraca perdagangan Indonesia Februari 2023 mengalami surplus US$5,48 miliar


terutama berasal dari sektor nonmigas US$6,70 miliar, namun tereduksi oleh defisit
sektor migas senilai US$1,22 miliar.

Kebijakan politik luar negeri


Negara Indonesia menganut prinsip kebijakan politik luar negeri bebas aktif. Bebas aktif adalah
politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan
internasional dan tidak mengikatkan diri pada satu kekuatan tertentu. Prinsip politik luar negeri
ini secara aktif memberikan sumbangan, dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam
menyelesaikan konflik, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai