LP Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
LP Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen
Keperawatan Dasar Profesi
Oleh:
NIM : (P17212235006)
JURUSAN KEPERAWATAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan kasus Kebutuhan Dasar
Cairan dan Elektrolit di Ruang Asoka RS Bhayangkara Hasta Brata Batu Periode tanggal 09
Malang,
Preceptor Lahan RS Preceptor Akademik
_________________________ _________________________
NIP/NIK. NIP.
Mengetahui,
Kepala Ruang Asoka
_________________________
NIP/NIK.
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang diangkat dalam kasus adalah pasien dengan kebutuhan cairan
dan elektrolit.
B. Pengertian
Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi. Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam proses homeostatis
dan memelihara fungsi tubuh. Air menyusun sekitar 60% tubuh manusia dan tersebar
baik di dalam sel maupun di luar sel. (Tarwoto & Wartonah, 2015)
Kebutuhan cairan pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada usia individu
tersebut. Cairan berfungsi dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan
cairan sangat dibutuhkan dalam tubuh untuk mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa
metabolisme, zat pelarut elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi dan
membantu pencernaan (Vita & Fitriana, 2017).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk berespon terhadap stressor fisiologi dan
lingkungan (Kurniawan, 2016). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan agar menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh
berusaha agar cairan didalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam jumlah yang
konstan. Dalam keadaan normal, masukan cairan akan dipenuhi melalui minum atau
makanan yang masuk kedalam tubuh secara peroral, serta air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai urin,
air didalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Menurut (Solikhah et al., 2017) cairan dalam tubuh dibagi menjadi 2 , yaitu:
a) Cairan intraseluler (CIS) merupakan cairan yang berada dalam sel tubuh, dan
jumlahnya sekitar 70% dari total cairan tubuh atau TBW (total body water).
b)Cairan ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang berada diluar sel tubuh, menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES terbagi menjadi tiga yakni Cairan interstisial
(CIT), cairan intravaskuler (CIV) dan cairan transseluler (CTS). Cairan interstisial
(CIT) Merupakan cairan yang berada disekitar sel. Pada bayi baru lahir jumlahnya 2
kali lebih besar dari orang dewasa. Kemudian cairan intravaskuler (CIV) adalah cairan
yang berada di dalam pembuluh darah. Pada anak-anak jumlahnya sama dengan orang
dewasa yaitu sekitar 5-6 liter. Sedangkan untuk cairan transeluler (CTS) merupakan
cairan yang berada di rongga khusus pada tubuh. Cairan transeluler terdiri dari cairan
serebrospinal, pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan sekresi lambung.
C. Penyebab
Menurut Sagitarisandi (2021) factor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit, yaiut:
a. Usia
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairandibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguankeseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Suhu/temperature
Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan
15-30 gr garam/hari. Suhu tubuh meningkatkan resikomengalami keletihan akibat
panas.
c. Diet
Asupan yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kada albumin serum. Jika
albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bias masuk ke pembuluh darah
sehingga menjadi edema.
d. Stres
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Sakit
Pada saat sakit, terdapat banyak sel yang rusak sehingga untuk memperbaiki sel yang
rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.
D. Tanda dan Gejala
- Kelelahan
- Kram otot dan kejang
- Mual
- Pusing
- Pingsan
- Muntah
- Mulut kering
- Denyut jantung lambat
- Kejang
- Palpitasi
- Tekanan darah naik turun
- Sembelit
- Kekakuan sendi
- Rasa haus
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan elektrolit
- Darah lengkap
- pH
- Berat jenis urin
- AGD (Analisa Gas darah)
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit
dasar. Obat-obatan tersebut misalnya prednison yang dapat mengurangi beratnya
diare dan penyakit.
b. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
c. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti
defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan
motilitas.
d. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila
diare sangat berat.
e. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk
anak kecil dan lansia.
Riwayat Kesehatan :
Keluhan Utama.
Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat Penyakit Lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga.
Riwayat Keperawatan
a. Pola Intake
Jumlah Cairan yang dikonsumsi.
Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
b. Pola Eliminasi
Mual muntah, Diare
Kebiasaan berkemih.
Perubahan jumlah maupun frekuensi.
Karakteristik urine.
c. Evaluasi status kehilangan cairan klien
Tanda-tanda.
Edema.
Rasa haus berlebihan.
Membran mukosa kering.
d. Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan.
Kanker, luka bakar, mual, muntah, diare
Data Objektif :
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.
Kepala : normal atau abnormal.
Wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak, dll.
Mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau tidak
Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab, Lidah putih atau tidak
Hidung : normal atau abnormal.
Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
Integumen : turgor kulit <2 detik atau tidak, adanya edema atau tidak,
adanya kelemahan otot atau tidak.
Berat Badan : menurun atau tidak.
I. Diagnosa Keperawatan
J. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (misal: NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (misal: glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian produk darah
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
K. Referensi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil Keperawatan.
Jakarta Selatan : DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018.
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika
Haikal, M., Soleha, T. U., & Lisiswanti, R. (2020). Hubungan Jumlah Leukosit Darah
Dan Pemeriksaan Mikroskopis Feses Terhadap Penyebab Infeksi Pada Penderita Diare
Akut Usia 2 –5 Tahun Yang Dirawat Di Rsud Ahmad Yani Kota Metro Relationship
Count Of Blood Leukosit And Examination Of Microscopes Feses To C, 10(April), 98–
103.