Makalah Kelompok 3 Kurikulum Merdeka
Makalah Kelompok 3 Kurikulum Merdeka
MAKALAH
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
OLEH KELOMPOK I
ALDO FRENDI LIEM (33220086)
MERNI YEMIMA KASE (33220093)
CAROLINA VIDELIA SUNI (33220001)
MARIA ERMALINDA TANEO (33220098)
YOSEFA HENDRIKA (33220019)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini tepat waktu.
kami menyadari bahwa dalam mengerjakan Makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang memberikan saran dan kritik sehingga Makalah ini
dapat terselesaikan.
kami menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna di karenakan terbatasnya pengetahuan, dan penhgetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. agar Makalah ini nantinya
dapat menjadi Makalah yang lebih baik lagi dan juga kami menyampaikan
permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan Makalah ini.
Penyusun
ii
lOMoARcPSD|29977156
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Desain Kurikulum...........................................................................................3
B. Tahapan Perencanaan Pembelajaran dalam kurikulum Merdeka....................6
C. Definisi istilah dalam Proses Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
pada Kurikulum Merdeka...............................................................................8
D. Standar Proses sebagai dasar Proses Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
pada Kurikulum Merdeka...............................................................................8
E. Capaian Pembelajaran yang Menjadi Tujuan Belajar dari Suatu
Unit Pembelajaran...........................................................................................9
F. Langkah-langkah dalam Proses Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
pada Kurikulum Merdeka...............................................................................11
G. Menyiapkan Alur Tujuan Pembelajaran..........................................................12
H. Menyusun Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran.................................12
I. Menyusun Modul Ajar ...................................................................................13
J. Menyiapkan Projek Profil Pancasila...............................................................13
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................14
A. Kesimpulan ....................................................................................................14
B. Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16
iii
lOMoARcPSD|29977156
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi
yang ditargetkan. Namun demikian, CP tidak cukup konkret untuk memandu
kegiatan pembelajaran sehari-hari. CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan
pembelajaran yang lebih operasional dan konkret, yang dicapai satu persatu oleh
peserta didik hingga mereka mencapai akhir fase.Guru lebih dominan melakukan
pembelajaran pada mata pelajaran terpisah (Ananda & Fadhilaturrahmi, 2018).
Media yang digunakan guru dalam pembelajaran lebih monoton menggunakan
papan tulis dan buku secara terus menerus tanpa adanya media pembelajaran yang
menarik dan bervariasi. Pada saat proses pembelajaran guru lebih banyak
menjelaskan, akibatnya siswa akan kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran yang telah dijelaskan. Siswa pun akan melakukan hal lain di luar
proses pembelajaran misalnya mengganggu temannya, mengobrol, bermain di
dalam kelas (Abdulah, 2017).
Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna
bagi siswa dipengaruhi oleh berbagai unsur antara lain guru yang memahami
secara utuh hakikat, sifat, dan karakteristik siswa, metode pembelajaran yang
berpusat pada kegiatan siswa, sarana belajar siswa yang memadai, tersedianya
berbagai sumber belajar dan media yang menarik dan mendorong siswa untuk
belajar, dan lain-lain. Secara khusus, dengan adanya sumber belajar akan
mendukung terciptanya kondisi belajar siswa yang menarik dan menyenangkan.
Jika dulu guru menyampaikan materi dengan menggunakan papan tulis secara
tatap muka langsung dengan siswa, kini sudah ada yang dinamakan media
pembelajaran. Proses penyampaian materi ajar dilakukan menggunakan media
yang disesuaikan dengan materi ajar. Adanya media pembelajaran sebagai salah
satu sumber belajar tersebut membawa perubahan dalam proses belajar.
Pendidik dapat (1) mengembangkan sepenuhnya alur tujuan pembelajaran
dan/atau perencanaan pembelajaran, (2) mengembangkan alur tujuan
1
lOMoARcPSD|29977156
2
lOMoARcPSD|29977156
BAB II
PEMBAHASAN
3
lOMoARcPSD|29977156
4
lOMoARcPSD|29977156
yang lalu saat pergantian kurikulum KTSP menuju Kurikulum 2013 mengalami
banyak sekali kendala dan membutuhkan waktu cukup lama untuk guru dapat
beradaptasi.Setidaknya, butuh upaya yang kuat dari pemerintah mengenalkan
Kurikulum Merdeka kepada guru-guru melalui pelatihan dan Bimtek. Upaya itu
terus dilaksanakan salah satunya melatih guruguru yang nantinya dijadikan
sebagai agen perubahan dalam memajukan pendidikan Indonesia. Terkait
penyusunan RPP, Kemendikbudristek mengeluarkan Surat Edaran Nomor 14
Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam kebijakan terbarunya dijejaskan RPP terdiri dari dari tiga komponen, yakni
Tujuan pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, dan Asesmen pembelajaran.
Dengan komponen inti tersebut, guru sejatinya dalam membuat RPP hanya
membutuhkan satu halaman saja. Tujuan RPP untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus
pendidikan. Rencana pembelajaran ini dapat berupa: Rencana pelaksanaan
pembelajaran atau yang dikenal sebagai RPP atau dalam bentuk modul ajar.
Modul Ajar merupakan satu perangkat ajar yang digunakan untuk merencanakan
pembelajaran. Modul ajar sama seperti RPP, namun modul ajar memiliki
komponen lebih lengkap. Apabila pendidik menggunakan modul ajar, maka tidak
perlu membuat RPP. Sebab, komponen-komponen dalam modul ajar meliputi
komponen-komponen dalam RPP atau lebih lengkap ketimbang RPP. Rancangan
RPP Merdeka Belajar memiliki beberapa perbedaan dengan RPP Kurikulum 2013
(K13). Apabila RPP K13 tidak menampilkan profil belajar, RPP Merdeka belajar
menampilkan profil siswa sebagai latar belakang dalam menentukan pembelajaran
yang sesuai dengan bakat, minat, gaya belajar bahkan keadaan sehari-hari siswa.
Setelah merancang RPP dengan menyusun profil peserta didik, selanjutnya
membuat RPP terdiri dari rangkaian tujuan belajar. Menentukan tujuan belajar di
awal akan membantu mengidentifikasi bukti apa saja yang menunjukan peserta
didik telah mencapai kompetensi yang diharapkan.
Tujuan belajar membuat guru lebih mudah menentukan teknik asesmen
yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pada dasarnya, merancang strategi
penyusunan RPP dilakukan dengan prinsip backward thinking atau backward
5
lOMoARcPSD|29977156
design atau cara berpikir mundur yang digunakan dalam merancang suatu desain.
Dalam hal ini, berpikir mundur dilakukan dengan merumuskan rangkaian
kegiatan belajar mulai kegiatan sebelum hasil akhir (tujuan, bukti dan asesmen)
hingga kegiatan awal pembelajaran.
Tugas guru bukan hanya sekadar mampu merancang RPP, namun harus
memahami bagaimana anak bisa mandiri belajar. Konsep mandiri terhadap proses
belajarnya sendiri dijelaskan dalam konsep self regulated learning.
B. Tahapan Perencanaan Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka
Terdapat tujuh tahapan perencanaan pembelajaran dan asesmen
intrakurikuler. Apa sajakah itu?
1. Menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) untuk menyusun tujuan
pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran
Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan untuk setiap mata
pelajaran pada satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan
lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi.
Menyesuaikan tahap perkembangan peserta didik pemetaan capaian
pembelajaran dibagi dalam fase usia.
2. Perencanaan dan pelaksanaan asesmen diagnostic
Asesmen diagnostik bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi,
kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai
rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran peserta didik. Dalam kondisi tertentu, informasi terkait latar
belakang keluarga, kesiapan belajar, motivasi belajar, minat peserta didik, dan
informasi lain dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
pembelajaran.
3. Mengembangkan modul ajar
Pengembangan modul ajar bertujuan untuk mengembangkan perangkat
ajar yang memandu pendidik melaksanakan pembelajaran. Modul ajar yang
dikembangkan harus bersifat esensial; menarik, bermakna, dan menantang;
6
lOMoARcPSD|29977156
7
lOMoARcPSD|29977156
8
lOMoARcPSD|29977156
9
lOMoARcPSD|29977156
10
lOMoARcPSD|29977156
11
lOMoARcPSD|29977156
12
lOMoARcPSD|29977156
13
lOMoARcPSD|29977156
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler
yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru
memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta
didik.
Perubahan kurikulum merupakan salah satu perubahan sistemik yang
dapat memperbaiki dan memulihkan pembelajaran. Kurikulum menentukan
materi yang diajarkan di kelas. Selain itu, kurikulum juga mempengaruhi
kecepatan dan metode mengajar yang digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik.Kurikulum Merdeka baru akan dijadikan kurikulum nasional pada
tahun 2024 mendatang. Namun, untuk saat ini Kurikulum Merdeka baru menjadi
opsi bagi satuan pendidikan. Jadi kesimpulannya Kurikulum Merdeka bukanlah
kurikulum yang wajib diterapkan satuan pendidikan untuk saat ini.Ada beberapa
hal yang mendasari mengapa saat ini Kurikulum Merdeka masih dijadikan opsi.
Pertama, Kemendikbudristek ingin menegaskan bahwa satuan pendidikan
memiliki kewenangan serta tanggung jawab untuk melakukan pengembangan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks masing-masing
sekolah.Kerangka dari sebuah kurikulum memang disusun oleh pemerintah
sebagai pemangku kebijakan. Akan tetapi, satuan pendidikan dan juga gurulah
yang bertugas dalam mengoperasionalisasikan dan mengimplementasi kerangka
kurikulum telah disusun oleh pemerintah pusat.
Alasan lainnya mengapa Kurikulum Merdeka baru menjadi opsi adalah
perlu dilakukan sosialisasi dan penyesuaian terlebih dahulu sebelum Kurikulum
Merdeka menjadi kurikulum nasional. Pendekatan bertahap ini memberi waktu
bagi guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan untuk belajar.Tidak ada kriteria
khusus bagi satuan pendidikan yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka.
14
lOMoARcPSD|29977156
Kepala sekolah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka akan diminta untuk
mempelajari materi yang disiapkan oleh Kemendikbudristek tentang konsep
Kurikulum Merdeka. Selanjutnya, jika setelah mempelajari materi tersebut
sekolah memutuskan untuk mencoba menerapkannya, mereka akan diminta untuk
mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat. Jadi, prosesnya adalah
pendaftaran dan pendataan, bukan seleksi. Informasi mengenai pendaftaran
Kurikulum Merdeka dapat diakses di kurikulum.
Itulah tadi informasi seputar Kurikulum Merdeka. Perubahan kerangka
kurikulum tentu menuntut adaptasi oleh semua elemen sistem pendidikan. Proses
tersebut membutuhkan pengelolaan yang cermat sehingga menghasilkan dampak
yang kita inginkan, yaitu perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan di
Indonesia. Oleh karena itu, opsi kurikulum ini adalah salah satu upaya manajemen
perubahan.
B. Saran
Di Kurikulum Merdeka, Guru dituntut menjadi mentor dan fasilitator bagi
keragaman siswa, mendiagnosa potensi siswa, serta memberi pembelajaran yang
sesuai tingkat pemahaman dan capaian masing-masing. Keleluasaan guru dan
sekolah dalam Kurikulum Merdeka bukan berarti lepas dari tanggung jawab
meningkatkan mutu pendidikan. Kedua, kesiapan anak didik. Tak hanya pendidik,
ketidaksiapan anak dalam Kurikulum Merdeka juga bisa menjadi tantangan.
Keleluasaan dalam memilih apa yang akan dipelajari, harus tetap mendapatkan
bimbingan dan support yang positif, baik dari pendidik maupun orang tua.
Bimbingan di sini bukan berarti “menyetir” atau bahkan menekan, namun
bagaimana memandu dan mendorong agar potensi dan kreativitas anak didik bisa
tergali, terasah, dan berkembang optimal. Kesuksesan Implementasi Kurikulum
Merdeka bergantung pada kesiapan guru, anak didik, kepala sekolah, dan seluruh
stake holder terkait. Semua mesti paham peranan masing-masing dan bersinergi
untuk menciptakan suatu perubahan positif demi meningkatkan kualitas
pendidikan.
15
lOMoARcPSD|29977156
DAFTAR PUSTAKA
Arviansyah, M. R., & Shagena, A. (2022). Efektivitas dan Peran Guru dalam
Kurikulum Merdeka Belajar . Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan,
17(1), 40 – 50.
Ainia, D. K. (2020). “Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara
Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter.” Jurnal
Filsafat Indonesia, 3(3), 95– 101.
Alsubaie, M. A. (2016). Teacher Involvement in Curriculum Development.
Journal of Education and Practice, 7(9), 106–107.
Marisa, M. (2021). Inovasi Kurikulum “Merdeka Belajar” di Era Society 5.0.
Santhet: (Jurnal sejarah, Pendidiikan dan Humaniora), 5(1), 72.
https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN Mulyasa, H. . (2021). Menjadi
Guru penggerak Merdeka Belajar. Bumi Aksara.
Mustagfiroh, S. (2020). Konsep “ Merdeka Belajar ” Perspektif Aliran
Progresivisme di Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran,
3(1), 141–147.
16