Koreksi Oke-Laporan PKL Yani 2023 - 1
Koreksi Oke-Laporan PKL Yani 2023 - 1
OLEH
OLEH
Mengetahui
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Pertanian Sains dan Kesehatan Universitas Timor
iii
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
Mengetahui
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Pertanian Sains dan Kesehatan Universitas Timor
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dengan
baik. Laporan PKL ini akan membahas tentang Pengujian Parameter Total Suspended Solid
(TSS) Pada Air Bendungan Rotiklot, Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten
Belu.
PKL merupakan salah satu mata kuliah non teori yang bersifat praktek dan menjadi salah
satu syarat bagi setiap Mahasiswa Universitas Timor Prodi Biologi yang harus dipenuhi untuk
dapat menyelesaikan Program S1. Selain itu, PKL ini juga bertujuan untuk melatih keterampilan
mahasiswa dalam mencari pengalaman kerja sesuai dengan ilmu yang sudah dipelajarinya.
Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian, Sains dan Kesehatan Universitas Timor yang telah
mengijinkan penulis untuk dapat melaksanakan PKL.
2. Bapak Gergonius Fallo, S.Si.,M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas
Pertanian, Sains dan Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat melaksanakan PKL di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu selama
± 1,5 bulan.
3. Bapak Dicky Frengky Hanas, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah
membimbing, memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan PKL ini tepat pada waktunya.
v
4. Bapak Elvicencius Martins, S.IP selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Belu beserta jajarannya di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu yang telah
menerima penulis untuk melaksanakan PKL.
5. Bapak Klementinus Suri, SE selaku Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan yang telah membimbing, memberikan masukan dan arahan yang
bermanfaat selama penulis melaksanakan PKL.
6. Ibu Josefa Eliyani Molo, S.Hut selaku Pendamping Lapangan yang telah membimbing,
memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan PKL ini dengan baik.
7. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan PKL ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Laporan PKL ini masih terdapat banyak kekurangan Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dalam proses
penyempurnaan. Akhir kata, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Daftar Isi..............................................................................................................................vii
Daftar Lampiran..................................................................................................................xi
vii
2.4 Tugas dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup................................................................. 8
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 30
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2. Hasil Analisis Pengujian TSS Air Bendungan Rotiklot …...........……………...24
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Kartu Kontrol PKL dan Bukti Kehadiran Pelaksanaan PKL …......…………...38
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu wadah untuk memperkenalkan
mahasiswa pada dunia kerja. Dalam dunia kerja diera globalisasi saat ini, dibutuhkan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, peran Perguruan Tinggi sangat diharapkan
dalam mencetak Sumber Daya Manusia yang siap memasuki dunia kerja tersebut. Dalam
rangka memperkuat penguasaan kompetensi dan meningkatkan daya saing lulusan Biologi di
dunia kerja, maka Program Studi Biologi menyiapkan suatu mata kuliah yakni PKL yang
mana mata kuliah ini diharapkan dapat melatih keterampilan mahasiswa dalam mencari
pengalaman kerja sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki.
Tema atau jenis kegiatan yang menjadi pembahasan utama dalam pelaksanaan kegiatan
PKL di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu khususnya pada Bidang Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup adalah Pengujian Parameter Total Suspended
Solid (TSS) Pada Air Bendungan Rotiklot, Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak,
Kabupaten Belu.
Pengujian Total Suspended Solid (TSS) merupakan pengukuran terhadap salah satu
parameter pemantauan kualitas air, yaitu parameter fisik. Pemantauan Kualitas Air
merupakan salah satu upaya pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk mengontrol mutu
air sehingga resiko pencemaran dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini sesuai dengan
amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pemantauan Kualitas Air yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu
adalah pemantauan kualitas air permukaan, yaitu pada air Sungai Talau, Embung (Sirani dan
Haekrit), Sumur Bor We’Utu dan Bendungan Rotiklot.
Total Suspended Solid (TSS) merupakan salah satu Parameter Fisik dari pengujian kualitas
air selain Suhu/Temperatur Air. TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 mµ atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksidasi, sulfide, ganggang, bakteri dan
1
jamur. Pengujian Total Suspended Solid (TSS) bertujuan untuk mengetahui kadar zat
tersuspensi dalam air.
Bendungan Rotiklot merupakan sebuah bendungan yang terletak di Kabupaten Belu,
Provinsi Nusa Tenggara Timur, dimana bendungan ini diresmikan oleh Presiden Joko
Widodo pada Tanggal 20 Mei 2019. Bendungan ini mulai dibangun pada bulan Desember
2015 dan melalui proses pengisian air (impounding) dari Desember 2018. Bendungan ini
memiliki kapasitas 3,3 juta meter kubik dan dibangun oleh PT. Nindya Karya (Persero)
bersama dengan PT. Universal Suryaprima (KSO). Bendungan ini memiliki panjang 401,94
meter dan tinggi 46 meter. Tujuan pembangunan Bendungan Rotiklot untuk memenuhi
kebutuhan air minum, suplai irigasi seluas 149 hektare, serta mendorong sektor pariwisata.
Selain itu, bendungan ini dapat mengurangi risiko banjir di Kabupaten Belu.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pelaksanaan PKL adalah sebagai berikut :
1. Mengaplikasikan ilmu atau teori yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan.
2. Mempersiapkan Mahasiswa Biologi untuk menjadi tenaga praktisi yang kreatif,
inovatif, terampil, kompeten dan jujur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan permasalahan dalam melaksanakan tugas
selama PKL pada lembaga atau instansi.
4. Memperkenalkan lingkungan kerja yang sesungguhnya sehingga pada akhirnya
lulusan Mahasiswa Biologi dapat bekerja secara profesional.
5. Memberikan pembekalan pada mahasiswa dalam rangka menyongsong era industri
dan persaingan bebas.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui metode pengerjaan dan pengukuran kadar Total Suspended Solid
(TSS) pada Air Bendungan Rotiklot di Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak,
Kabupaten Belu.
2
1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam dunia kerja
serta memperkenalkan lingkungan kerja yang sesungguhnya kepada mahasiswa.
b. Bagi Program Studi
1. Memberikan konstribusi dan tenaga kerja bagi dunia kerja khususnya instansi terkait.
2. Dapat menyesuaikan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja
dan sebagai bahan evaluasi bagi program studi.
c. Bagi Instansi
1. Dapat menakar kualitas mahasiswa dan evaluasi kepada pihak Perguruan Tinggi.
2. Menjalin kerja sama dan saling mengenal dan dijadikan sebagai refrensi untuk
menyiapkan tenaga kerja yang lebih maju dan kompetitif.
3
BAB II
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu terbentuk pada Tahun 2000 berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 21 Tahun 2022 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Belu dengan nama/nomenklatur Badan
Kemudian pada Tahun 2008, nama BAPEDALDA diubah menjadi Badan Lingkungan
Hidup (BLH) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah. Selanjutnya pada Tahun
2016, nama Badan Lingkungan Hidup (BLH) diubah menjadi Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Peraturan Bupati Belu Nomor 59 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu (Dokumen
2.2.1. Visi
4
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan diikatkan dengan upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing.
2) Mandiri, mencerminkan kemampuan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi
daerah dan peluang dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhannya secara baik.
3) Maju, mencerminkan sikap masyarakat untuk yang inovatif, rasional dan adaptif
terhadap dinamika perubahan serta tetap berpedoman pada nilai budaya lokal.
4) Demokratis, mencerminkan keterwakilan proses dan substansi agenda-agenda
pembangunan yang dilakukan secara nasional dan obyektif dengan
mempertimbangkan aspek keterbukaan, partisipasi publik, kesamaan dan keadilan.
5) Berbudaya, mencerminkan masyarakat yang menjunjung tinggi norma dan tatakrama
serta nilai-nilai budaya masyarakat Belu.
2.2.2. Misi
1. Tanah : Rp 36.000.000
5
2. Peralatan dan Mesin : Rp 6.939.723.376
Adapun sarana pendukung yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dinas dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Belu adalah sebagai berikut:
1. Kendaraan dinas operasional terdiri dari roda 6 sebanyak 10 unit (5 unit dump truck, 2
unit armroll dan 3 unit tengki air), roda 4 sebanyak 2 unit, roda 3 sebanyak 16 unit,
serta roda 2 sebanyak 17 unit.
2. Peralatan kerja pendukung pelayanan administrasi perkantoran yang terdiri dari 8 unit
personal komputer, 6 unit laptop/notebook, 3 unit printer dan 1 unit LCD proyektor.
3. Peralatan operasional Laboratorium Lingkungan Hidup.
Dimana Peralatan laboratorium yang ada pada Dinas Lingkungan Hidup masih
terbatas pada pengujian kualitas air dan udara. Adapun permasalahan terkait
operasional laboratorium yakni belum terakreditasinya Laboratorium Lingkungan
Hidup sehingga data hasil pengujian terhadap parameter kualitas air dan udara hasil
analisis digunakan sebagai data pembanding dan belum dapat dipublikasikan. Data
yang dipakai merupakan hasil analisa di Laboratorium Lingkungan Hidup Provinsi
NTT (Dokumen Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu, 2021).
Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu sesuai
Peraturan Bupati Belu Nomor 55 Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu dapat
digambarkan sebagai berikut :
6
Kepala Dinas
Sekretariat
Kelompok
Jabatan
Fungsional Kelompok
Jabatan
Kelompok Kelompok
Fungsional
Jabatan Jabatan
Fungsional Fungsional
7
UPT Dinas
8
13. Pelaksanaan pembinaan terhadap sumber pencemar intitusi dan non institusi;
14. Pelaksanaan pembinaan tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi sumber
pencemar institusi dan non institusi;
15. Penentuan kriteria baku kerusakan lingkungan;
16. Pelaksanaan pemantauan kerusakan lingkungan;
9
5) Pengembangan sistem informasi kondisi, potensi dampak dan pemberian
peringatan akan kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat;
6) Penyusunan kebijakan pembinaan terhadap sumber pencemar institusi dan non
institusi;
7) Pelaksanaan pembinaan terhadap sumber pencemar institusi dan non institusi;
10
BAB III
A. Tempat PKL
2. Alamat Instansi : Jln. Laks. Yos Sudarso, Sesekoe, Kel. Umanen, Kec.
Atambua Barat
B. Waktu PKL
11
PKL dilaksanakan sekitar 1,5 bulan yang dimulai dari tanggal 19 Juni 2023 sampai
dengan 14 Agustus 2023. Pelaksanaan PKL disesuaikan dengan hari kerja di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Belu yaitu 5 hari kerja dari Hari Senin sampai dengan Hari
Jumat dengan jam kerja dari pukul 07.30 – 16.30 WITA.
Adapun rincian kegiatan PKL selama ± 1,5 bulan di Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel berikut.
12
Lingkungan.
2. Mengikuti kegiatan melayat atas berpulanganya Ibunda salah
satu Pegawai Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup
dirumah duka, yaitu di Haliwen, Desa Kabuna, Kecamatan
Kakuluk Mesak.
4. Kamis, 22/06/2023 1. Mencatat surat keluar yaitu Surat Permintaan Data dalam buku
register Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan.
13
a) Mencuci botol sampling.
b) Mensterilisasi botol sampel kaca dengan cara dioven selama
1 jam dengan suhu 1030C.
c) Mensterilisasi botol sampel plastik dengan cara dibilas
dengan aquades.
14
Kecamatan Atambua Barat.
2. Membantu Operator Onlimo untuk melakukan perawatan alat-alat
onlimo, yaitu mencuci bak sampling di DAS Talau, Kelurahan
Fatubenao, Kecamatan Kota Atambua.
4. Kamis, 06/07/2023 1. Mencatat surat masuk, yaitu Surat Pemasangan Alat Passive
Sampler dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta
Surat Pengantar Hasil Analisis Sampel Kualitas Air Kali Talau
Tahap 1 dari UPTD Laboratorium Lingkungan Provinsi NTT dalam
buku agenda surat masuk bidang.
2. Melanjutkan pengetikan Laporan PKL.
5. Jumat, 07/07/2023 Merekap data lapangan serta data hasil analisis Laboratorium terhadap
sampel kualitas air Kali Talau dan Baukama Tahap 1 Tahun 2023.
15
Persatuan Dinas Lingkungan Hidup.
16
2. Selasa, 1/08/2023 1. Memasang umbul-umbul di Kantor Dinas Lingkungan Hidup.
2. Melanjutkan pengerjaan Laporan PKL.
3. Rabu, 2/08/2023 1. Membersihkan dan mengepel ruangan Laboratorium.
2. Membersihkan ruangan Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan.
4. Kamis, 3/08/2023 1. Melanjutkan pengerjaan Laporan PKL.
2. Melakukan pemasangan Papan Nama Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) di sepanjang ruas jalan dua jalur Hutan Jati
Nenuk untuk dilakukan kegiatan penyulaman bunga bougenville
pada Hari Jumat besok.
5. Jumat, 4/08/2023 Mengikuti kegiatan penyulaman bunga bougenville di sepanjang
ruas jalan dua jalur Hutan Jati Nenuk dalam rangka memeriahkan
HUT RI ke-78.
17
BAB IV
4.1 Pembahasan
Kegiatan pemantauan kualitas air merupakan salah satu upaya pengelolaan lingkungan
yang bertujuan untuk mengontrol mutu air sehingga resiko pencemaran dapat ditekan
seminimal mungkin. Pemantauan kualitas air dilakukan dengan cara melakukan pengukuran
terhadap beberapa parameter mutu air, yaitu dengan melakukan pengambilan sampel air dan
melakukan analisis laboratorium. Parameter mutu air yang dimaksud adalah parameter fisik,
kimia dan biologi (Laporan Pemantauan Kualitas Air Permukaan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Belu, 2019).
Total Suspended Solid (TSS) merupakan salah satu parameter fisik dari pengujian
kualitas air selain Suhu/Temperatur Air. Pengujian Total Suspended Solid (TSS) bertujuan
untuk mengetahui kadar zat tersuspensi dalam air. Menurut Siswanto (2010), Zat Padat
Tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat)
atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik) seperti
detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk
18
endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik disuatu
perairan.
Pemantauan Kualitas Air yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu
adalah pemantauan kualitas air permukaan, yaitu pada air Sungai Talau, Embung (Sirani dan
Haekrit), Sumur Bor We’Utu serta Bendungan Rotiklot. Dari 4 (empat) jenis kualitas air
permukaan yang dipantau tersebut, yang menjadi pembahasan utama dalam PKL ini adalah
Air Bendungan Rotiklot.
Pengambilan sampel air di Bendungan Rotiklot dilakukan oleh petugas sampling Bidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan serta Bidang Penaatan Lingkungan
pada Tanggal 26 Juni 2023. Pengambilan sampel air di Bendungan Rotiklot di bagi menjadi
4 (empat) titik lokasi sampling. Titik lokasi sampling yang pertama (Titik Pantau I)
merupakan titik kumpul air pada Bendungan Rotiklot. Titik lokasi sampling yang kedua
(Titik Pantau II) berada di Bak Pengolahan Air Sederhana yang pertama. Titik lokasi
sampling yang ketiga (Titik Pantau III) berada di Bak Pengolahan Air Sederhana yang
kedua, sedangkan Titik lokasi sampling yang keempat (Titik Pantau IV) berada di Bak Air
Masyarakat Desa Fatuketi (Hidran Umum/HU 14). Gambaran mengenai lokasi pengambilan
sampel air Bendungan Rotiklot terlihat pada gambar berikut.
19
Gambar 4.2. Titik Pantau II
20
Gambar 4.3. Titik Pantau III
Sampel air yang telah diambil dari keempat titik pantau Bendungan Rotiklot tersebut,
kemudian dilakukan pengujian terhadap parameter TSS. Pengujian TSS dilakukan dengan
Metode Gravimetri sesuai SNI 06-6989.3-2004. Metode gravimetri merupakan pemeriksaan
jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Langkah pengukuran pada
gravimetri adalah pengukuran berat.
Adapun tahapan pengujian parameter TSS dapat diuraikan sebagai berikut:
21
5. Oven 5. Kertas label
6. Cawan petri
7. Alat timbang (timbangan analitik)
8. Timer
9. Botol penyaring (filtrasi)
10. Penjepit tabung
11. Sendok spatula
12. Pinset
2) Persiapan pengujian, yaitu persiapan kertas saring
Tahapan pengujian menggunakan kertas saring untuk mendapatkan data berat awal
dan berat akhir untuk perhitungan kadar TSS diuraikan sebagai berikut :
A. Pengukuran Berat Awal
Langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan label pada cawan petri.
2. Membilas botol penyaring yang akan digunakan dengan menggunakan aquades.
Selanjutnya, letakkan kertas saring pada botol penyaring.
3. Menjepit botol penyaring dengan menggunakan penjepit tabung. Setelah itu,
menuangkan 20 ml aquades secara perlahan ke botol penyaring.
4. Memindahkan kertas saring tersebut secara perlahan kedalam cawan petri.
Selanjutnya cawan petri yang telah diisi kertas saring tersebut, dimasukan
kedalam oven dan dipanaskan dengan suhu 1030C selama 60 menit.
5. Selanjutnya dikeluarkan dan didinginkan dengan desikator selama 30 menit.
6. Kemudian timbang kertas saring dengan timbangan analitik dan mencatat hasil
timbangan tersebut. Hasil timbangan ini merupakan data berat awal yang akan
digunakan dalam perhitungan kadar TSS.
B. Pengukuran Berat Akhir
Langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Sampel air Bendungan Rotiklot Titik I diaduk/dikocok agar zat-zat yang
terkandung didalamnya tersebar merata dan homogen.
22
2. Kertas saring yang telah digunakan untuk pengujian berat awal tetap digunakan
kembali. Selanjutnya, letakkan kertas saring pada botol penyaring.
3. Menjepit botol penyaring dengan menggunakan penjepit tabung. Setelah itu,
menuangkan 40 ml sampel air Titik I Bendungan Rotiklot tersebut secara perlahan
ke botol penyaring.
4. Memindahkan kertas saring tersebut secara perlahan kedalam cawan petri.
Selanjutnya cawan petri yang telah diisi kertas saring tersebut, dimasukan
kedalam oven dan dipanaskan dengan suhu 1030C selama 60 menit.
5. Selanjutnya dikeluarkan dan didinginkan dengan desikator selama 30 menit.
6. Kemudian timbang kertas saring dengan timbangan analitik dan mencatat hasil
timbangan tersebut. Hasil timbangan ini merupakan data berat akhir yang akan
digunakan dalam perhitungan kadar TSS.
7. Tahapan pengujian menggunakan kertas saring untuk mendapatkan data berat
awal dan berat akhir untuk perhitungan kadar TSS ini berlaku juga untuk
pengujian masing-masing titik pantau Air Bendungan Rotiklot.
8. Tahapan pengujian TSS dapat di lihat pada gambar 4.5
23
c) Pengovenan kertas saring d). Penimbangan kertas saring
Hasil pengujian menggunakan kertas saring untuk mendapatkan data berat awal dan
berat akhir untuk perhitungan kadar TSS, dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kadar TSS
No. Titik Pantau I Titik Pantau II Titik Pantau III Titik Pantau IV
24
Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar TSS adalah :
Kadar TSS = Berat akhir – Berat awal x 1000
Volume uji
Contoh Perhitungan :
Konsentrasi TSS = 471,6 - 470,3 x 1000
40 ml
= 32 mg/L
Hasil Analisis dari pengujian TSS untuk 4 (empat) titik pantau air Bendungan Rotiklot
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pengujian TSS Air Bendungan Rotiklot
No Lokasi Titik Koordinat Hasil Baku Mutu
Lintang Bujur Analisa
1 Rotiklot Titik I -9,067836 124,834853 32 mg/L
2 Rotiklot Titik II -9,065861 124,835167 6 mg/L 40 mg/L
3 Rotiklot Titik III -9,065786 124,835106 4 mg/L
4 Rotiklot Titik IV -9,054456 124,811778 3 mg/L
Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa konsentrasi TSS pada Air Bendungan
Rotiklot berkisar antara 3-32 mg/L. Nilai baku mutu yang ditetapkan adalah 40 mg/L.
Dengan demikian, Air Bendungan Rotiklot masih memenuhi syarat baku mutu Kelas I
untuk parameter TSS sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lampiran VI). Dari 4
(empat) titik pantau tersebut, Rotiklot Titik I memiliki angka konsentrasi yang paling
tinggi, yaitu sebesar 32 mg/L. Sedangkan angka konsentrasi yang paling rendah pada
Rotiklot Titik IV, yaitu 3 mg/L.
Hasil analisis Rotiklot Titik I menunjukkan konsentrasi TSS yang tinggi karena lokasi
ini merupakan titik kumpul air/tampungan air yang berasal dari berbagai sumber air
dibagian hilir lokasi bendungan, baik dari aliran air Sungai Rotiklot, aliran air yang berasal
dari air hujan maupun kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa sampai ke
25
bendungan tersebut. Selain itu, dibagian hilir lokasi bendungan terdapat aktivitas
penggembalaan ternak liar seperti sapi dan kambing. Sehingga kotoran dari hewan-hewan
tersebut ketika musim hujan dibawa aliran air sampai ke tampungan air bendungan rotiklot
tersebut.
Konsentrasi TSS pada Titik II, III dan IV memiliki selisih nilai konsentrasi yang tidak
jauh berbeda. Hal ini karena pada titik II, titik III dan titik IV sudah dilakukan pengolahan
air walaupun dilakukan secara sederhana. Dimana proses awalnya dimulai dari air dari
Bendungan Rotiklot dialirkan ke bak penampung menggunakan sistem gravitasi.
Kemudian dari bak penampung tersebut dialirkan ke bak pengolahan air pertama (Titik II)
dan bak pengolahan air kedua (Titik III) menggunakan sistem pemompaan. Selanjutnya
dari bak pengolahan air kedua sebelum dialirkan ke bak air masyarakat desa (HU), air
dialirkan melewati bak Saluran Pasir Lambat (SPL) yang berisi media pasir silika dan
kerikil sebagai penyaring dan penahan. Dari Bak SPL tersebut, air selanjutnya dialirkan ke
bak air masyarakat desa/HU (Titik IV). Dari proses pengolahan inilah nilai konsentrasi
TSS pada Titik IV memiliki konsentrasi yang paling rendah. Siswanto (2010) mengatakan
bahwa pengujian TSS sering digunakan untuk mengetahui kualitas air di suatu perairan,
sehingga dapat diketahui tingkat kekeruhan dan kejernihan air berdasarkan residu yang
tertahan pada kertas saring. Jika berat kertas saring tidak beda jauh dengan berat awal,
maka dapat dikatakan sumber mata air tersebut jernih dan memenuhi baku mutu air.
4.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas air adalah
sebagai berikut :
1. Bahan Kimia (Reagen) tidak ada sehinggga aktivitas Laboratorium di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Belu tidak dapat melakukan uji analisis sendiri.
2. Belum terakreditasinya Laboratorium Lingkungan Hidup Kabupaten Belu sehingga
data hasil pengujian terhadap parameter kualitas air hanya digunakan sebagai data
pembanding dan belum dapat dipublikasikan.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemantauan Kualitas Air yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu
adalah pemantauan kualitas air permukaan, yaitu pada air Sungai Talau, Embung Sirani dan
27
Haekrit, Sumur Bor We’Utu dan Bendungan Rotiklot. Dari 4 (empat) jenis kualitas air
permukaan yang dipantau tersebut, yang menjadi pembahasan utama adalah Air Bendungan
Rotiklot dengan parameter uji yang diambil adalah TSS. Pengujian Total Suspended Solid
(TSS) bertujuan untuk mengetahui kadar zat tersuspensi dalam air.
Pengambilan sampel air di Bendungan Rotiklot dilakukan oleh Petugas Sampling Bidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan serta Bidang Penaatan Lingkungan
pada tanggal 26 Juni 2023. Pengambilan sampel air di Bendungan Rotiklot dibagi menjadi 4
(empat) titik pantau. Dari hasil analisis didapatkan bahwa konsentrasi TSS pada Air
Bendungan Rotiklot berkisar antara 3-32 mg/L. Dimana Titik I memiliki konsentrasi paling
tinggi, yaitu sebesar 32 mg/L, sedangkan konsentrasi TSS yang paling rendah pada Titik IV
yaitu 3 mg/L. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Air Bendungan Rotiklot masih
memenuhi syarat baku mutu Kelas I yang ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yaitu sebesar 40 mg/L.
Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kejernihan perairan. Jika suatu
perairan memiliki nilai kekeruhan atau Total Suspended Solid yang tinggi maka semakin
rendah nilai produktivitas suatu perairan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan proses
fotosintesis dan respirasi organisme perairan. Sebaliknya jika nilai TSS rendah maka
semakin jernih sumber mata air tersebut dan memenuhi baku mutu air.
5.2 Saran
1. Perlu adanya upaya yang maksimal serta dukungan dari berbagai pihak untuk
terakreditasinya Laboratorium Lingkungan Hidup Kabupaten Belu sehingga data hasil
pengujian dan analisis kualitas lingkungan dapat dipublikasikan.
28
2. Perlu adanya peraturan yang ditetapkan terkait dengan penggembalaan ternak liar
terutama di sepanjang daerah aliran sungai maupun bagian hilir DAS sehingga kualitas
air permukaan di wilayah Kabupaten Belu tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
29
Badan Standarisasi Nasional, 2004. SNI 06-6989.3-2004 Air dan Air Limbah-Bagian 3: Cara Uji
Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) Secara Gravimetri. ICS
13.060.50.
Pemerintah Kabupaten Belu Dinas Lingkungan Hidup. 2019. Dokumen Rencana Strategis
(Renstra) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu Tahun 2021-2026. Atambua.
Peraturan Bupati Belu Nomor 49 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Belu.
Peraturan Bupati Belu Nomor 55 Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu.
Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.
Siswanto, A.D. 2010. Analisa Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Pantai
Kabupaten Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu. In Jurnal Kelautan. 3.(2):91-96.
30
LAMPIRAN
31
Kegiatan 1. Penerimaan Mahasiswa PKL oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Belu
Kegiatan 2. Membantu Operator Onlimo (Online Monitoring Kualitas Air) untuk melakukan
perawatan alat-alat Onlimo yaitu dengan mencuci bak sampling di DAS Talau, Kelurahan
Fatubenao, Kecamatan Kota Atambua.
32
Kegiatan 3. Bersama Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan,
melakukan survei lokasi ke Bendungan Rotiklot, Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak
untuk dilakukan pengambilan sampel air.
33
Kegiatan 4. Melakukan persiapan alat dan bahan untuk pengambilan sampel kualitas air di
Bendungan Rotiklot, yaitu mencuci botol sampling, mensterilisasi botol sampel (botol kaca)
serta memberi label pada botol-botol sampling tersebut.
Kegiatan 5. Melakukan pengambilan sampel kualitas air Bendungan Rotiklot di Desa Fatuketi,
Kecamatan Kakuluk Mesak.
34
Kegiatan 6. Melakukan Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahap I dengan Metode Passive
Sampler pada lokasi Perkantoran, Pemukiman, Transportasi dan Industri.
Kegiatan 7. Mempersiapkan bahan dan alat-alat laboratorium terkait dengan pengujian TSS
untuk sampel air Bendungan Rotiklot.
35
Kegiatan 8. Melakukan pengujian TSS untuk kualitas air Bendungan Rotiklot .
36
Kegiatan 10. Membantu pengisian Kuisioner Partisipasi Masyarakat dalam Program Rehabilitasi
Mangrove Kementerian Desa di Kabupaten Belu Tahun 2021 yang lalu, yang akan diisi oleh
Anggota Kelompok Tani di Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Mesak.
37
Kegiatan 12. Melakukan pemasangan Papan Nama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di
sepanjang ruas jalan dua jalur Hutan Jati Nenuk untuk dilakukan kegiatan penyulaman bunga
bougenville.
38
Lampiran 2. Lembaran Kartu Kontrol dan Bukti Kehadiran
39
1. Senin, 19/06/2023 1. Penerimaan mahasiswa PKL oleh -
Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Belu.
2. Pengarahan dari Kepala Bidang
Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan
3. Mencuci botol sampling dari hasil
pemantauan kualitas air Kali Talau,
dimana airnya telah diantar ke UPTD
Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Propinsi NTT untuk dianalisis.
2. Selasa, 20/06/2023 1. Membantu Operator Onlimo (Online -
Monitoring Kualitas Air) untuk
melakukan perawatan alat-alat
Onlimo yaitu dengan mencuci bak
sampling di DAS Talau, Kelurahan
Fatubenao, Kecamatan Kota
Atambua.
40
Permintaan Data dalam buku register
Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan.
2. Mengikuti kegiatan melayat atas
berpulangnya Ayahanda salah satu
Pegawai Bidang Persampahan Dinas
Lingkungan Hidup dirumah duka,
yaitu di Nekafehan, Kelurahan
Tulamalae, Kecamatan Kota
Atambua.
3. Mendampingi Pengendali Dampak
Lingkungan untuk mengambil kabel
LAN untuk dipasang pada ruangan
Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan.
5. Jumat, 23/06/2023 1. Menggandakan Surat Permintaan Data -
untuk Pengisian Indeks Respon
Pemerintah Daerah untuk Program
Pengendalian Pencemaran Udara
Tahun 2023.
41
b) Mensterilisasi botol sampel kaca
dengan cara dioven selama 1 jam
dengan suhu 1030C.
c) Mensterilisasi botol sampel plastik
dengan cara dibilas dengan
aquades.
6. Senin, 26/06/2023 Melakukan pengambilan sampel kualitas Agar lebih aktif
air Bendungan Rotiklot di Desa Fatuketi, bertanya apabila
Kecamatan Kakuluk Mesak. kurang memahami
prosedur/teknis
terkait pengambilan
sampel air
permukaan.
7. Selasa, 27/06/2023 SAKIT -
8. Rabu, 28/06/2023 LIBUR (CUTI BERSAMA) - -
9. Kamis, 29/06/2023 LIBUR - -
10. Jumat, 30/06/2023 LIBUR (CUTI BERSAMA) - -
11. Senin, 03/07/2023 Melakukan Pemantauan Kualitas Udara Agar lebih berani
Ambien Tahap I dengan Metode Passive dan aktif bertanya
Sampler pada lokasi Perkantoran, apabila kurang
Pemukiman, Transportasi dan Industri. memahami teknis
pemantauan kualitas
udara dengan
metode Passive
Sampler.
12. Selasa, 04/07/2023 1. Mengetik Laporan PKL (Bab I dan -
Bab II).
2. Bersama Operator Onlimo memeriksa
alat-alat Operasional Onlimo di DAS
Talau, Keluraan Fatubenao,
Kecamatan Kota Atambua.
13. Rabu, 05/07/2023 1. Memasang kembali Alat Passive -
Sampler yang jatuh dilokasi
transportasi yaitu di Depan Toko
Flora, Kelurahan Beirafu, Kecamatan
Atambua Barat.
2. Membantu Operator Onlimo untuk
melakukan perawatan alat-alat
42
onlimo, yaitu mencuci bak sampling
di DAS Talau, Kelurahan Fatubenao,
Kecamatan Kota Atambua.
14. Kamis, 06/07/2023 1. Mencatat surat masuk, yaitu Surat -
Pemasangan Alat Passive Sampler
dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan serta Surat Pengantar
Hasil Analisis Sampel Kualitas Air
Kali Talau Tahap 1 dari UPTD
Laboratorium Lingkungan Provinsi
NTT dalam buku agenda surat masuk
bidang.
2. Melanjutkan pengetikan Laporan
PKL.
15. Jumat, 07/07/2023 Merekap data lapangan serta data hasil -
analisis Laboratorium terhadap sampel
kualitas air Kali Talau dan Baukama
Tahap 1 Tahun 2023.
16. Senin, 10/07/2023 Mencari materi dan bahan-bahan terkait -
dengan pengujian parameter TSS untuk
analisis kualitas air bendungan/waduk.
43
prosedur terkait
pengujian parameter
TSS.
19. Kamis, 13/07/2023 Melakukan Pengujian Parameter TSS -
untuk kualitas air Bendungan Rotiklot
titik 3 dan titik 4.
20. Jumat, 14/07/2023 Membantu menyiapkan konsumsi pada -
Rapat Darma Wanita Persatuan Dinas
Lingkungan Hidup.
21. Senin, 17/07/2023 IJIN -
22. Selasa, 18/07/2023 Melanjutkan pengerjaan Laporan PKL. -
23. Rabu, 19/07/2023 LIBUR -
24. Kamis, 20/07/2023 Membersihkan Alat-Alat Laboratorium. -
25. Jumat, 21/07/2023 1. Mengikuti kegiatan Kerja Bakti di -
Kantor Dinas Lingkungan Hidup.
2. Membantu pengisian Kuisioner
Partisipasi Masyarakat dalam Program
Rehabilitasi Mangrove Kementerian
Desa di Kabupaten Belu Tahun 2021
yang lalu, yang akan diisi oleh
Anggota Kelompok Tani di Desa
Jenilu, Kecamatan Kakuluk Mesak.
44
31. Senin, 31/07/2023 Melanjutkan pengerjaan Laporan PKL. -
32. Selasa, 1/08/2023 1. Memasang umbul-umbul di Kantor -
Dinas Lingkungan Hidup.
2. Melanjutkan pengerjaan Laporan
PKL.
33. Rabu, 2/08/2023 1. Membersihkan dan mengepel ruangan -
Laboratorium.
2. Membersihkan ruangan Bidang
Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan.
34. Kamis, 3/08/2023 1. Melanjutkan pengerjaan Laporan -
PKL.
2. Melakukan pemasangan Papan Nama
Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
di sepanjang ruas jalan dua jalur
Hutan Jati Nenuk untuk dilakukan
kegiatan penyulaman bunga
bougenville pada Hari Jumat besok.
35. Jumat, 4/08/2023 Mengikuti kegiatan penyulaman bunga -
bougenville di sepanjang ruas jalan dua
jalur Hutan Jati Nenuk dalam rangka
memeriahkan HUT RI ke-78.
36. Senin, 7/08/2023 Melanjutkan pengerjaan Laporan PKL. -
37. Selasa, 8/08/2023 Melanjutkan pengerjaan Lapotan PKL. -
45
40. Jumat, 11/08/2023 Menulis alamat Surat Undangan Kegiatan -
Saka Kapataru pada amplop surat untuk
dibagikan kepada seluruh sekolah-
sekolah.
41. Senin, 14/08/2023 Penarikan Mahasiswa PKL di Dinas -
Lingkungan Hidup Kabupaten Belu.
Pendamping Lapangan,
46
47
48
49
50
51
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan PKL
52