Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN FARMASI


DI PUSKESMAS WINDUSARI

Disusun untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Windusari

Disusun Oleh:

Dosen Pembimbing Lapangan:

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN KEFARMASIAN


DI PUSKESMAS WINDUSARI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Profesi Dokter Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:

June Refonda Sangpa Safira

22712018

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Dosen Pembimbing Fakultas

Dr. dr. Titik Kuntari, MPH.

NIP 017110426

Dosen Pembimbing Lapangan

dr. Siti Sarifah Yulianti

NIP 19690721 200801 2 014

ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………...iv
BAB I. LATAR BELAKANG………………………………………………………………..1
BAB II. METODE…………………………………………………………………………….3
BAB III. HASIL PENGAMBILAN DATA…………………………………………………..4
BAB IV. INTERVENSI DAN HASIL………………………………………………………..7
BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………………………………….9
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………...11
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….12

iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Elektif dengan judul
“Evaluasi Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Windusari” dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan stase Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Tentunya pada proses pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan
kegiatan ini, Penulis masih memiliki banyak kekurangan, namun dengan adanya bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak akhirnya kegiatan promosi kesehatan ini dapat berjalan dengan
lancar. Untuk itu, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat,
khususnya untuk:
1. dr. Siti Sarifah Yulianti selaku Kepala Puskesmas Windusari sekaligus Dosen
Pembimbing Klinik (DPK) yang telah mengizinkan, membimbing, dan memberi arahan
kepada penulis dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
2. Dr. dr. Titik Kuntari, MPH. selaku Dosen Pembimbing Fakultas (DPF) yang telah
memberikan dukungan, motivasi dan arahan dalam penyusunan dan pelaksanaan kegiatan
ini.
3. Masyarakat Desa Windusari khususnya anggota Kader Kesehatan yang telah mengikuti
kegiatan promosi kesehatan dengan antusias.
4. Keluarga yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doa.
5. Teman-teman dokter muda IKM FK UII di Puskesmas Windusari untuk seluruh kerja
sama dalam pelaksanaan Stase IKM ini.
6. Segenap pihak yang telah ikut membantu proses pembuatan laporan promosi kesehatan
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan promosi kesehatan
maupun dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, dengan berbesar hati penulis
mengharapkan kritik dan saran sebagai pertimbangan dalam penyempurnaan laporan berikutnya.
Penulis juga memohon maaf atas segala kesalahan dan keterbatasan yang ada dalam pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Magelang, Agustus 2023

iv
June Refonda Sangpa Safira

v
BAB I
LATAR BELAKANG

Salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pelayanan


kesehatan adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan salah satunya melalui Puskesmas
sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan dilengkapi dengan adanya fasilitas farmasi. Fasilitas farmasi ini dilengkapi adanya
apoteker dan penanggung jawab farmasi yang berkompetensi dalam bidang pengobatan
(Kemenkes, 2014, 2016).

Pelayanan pengobatan dalam menjalankan tugasnya rentan dari kejadian medication


Error (ME). ME yaitu kejadian yang merugikan pasien karena kesalahan. ME menjadi salah
satu ukuran tercapainya keselamatan pasien ketika pengobatan. ME dapat dicegah dengan
meningkatkan kualitas pelayanan farmasi klinik meliputi proses pengkajian serta pelayanan
resep, penyerahan obat kepada pasien, edukasi kepada pasien mengenai penggunaan obat,
dan proses pemantauan konsumsi obat (Donsu et al., 2016; Mutair et al., 2021).

Berpedoman Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 tahun 2016 mengenai


perubahan standar pelayanan farmasi di puskesmas. Pelayanan farmasi meliputi pengelolaan
kebutuhan sediaan farmasi serta Bahan Medis Habis Pakai (BHMP) serta pelayanan farmasi
klinik (Kemenkes, 2016). Dalam peraturan Peraturan Menteri Kesehatan kesehatan RI Nomor
26 tahun 2020 mengatur mengenai penyelenggaraan pelayanan farmasi puskesmas
membutuhkan penanggung jawab farmasi yaitu apoteker. Namun, apabila belum tersedia
tenaga apoteker maka dapat dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah ditunjuk
oleh kepala dinas kesehatan kota atau kabupaten (Kemenkes, 2020).

Pelayanan kefarmasian Puskesmas terdapat dua kegiatan yaitu pengelolaan persediaan


farmasi dan BHMP dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi berupa pengelolaan
persediaan farmasi serta BHMP dimulai dari tahap perencanaan, permintaan, hingga
pemantauan keluar masuknya obat. Farmasi puskesmas mempunyai tugas untuk
mendistribusikan ke ruang rawat inap, UGD serta ke Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan
memberikan obat sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan, pelayanan farmasi klinik mempunyai
tanggung jawab langsung kepada pasien, mulai dari pengkajian serta pelayanan resep,
Pelayanan Informasi Obat, Evaluasi penggunaan obat. Dengan mengoptimalkan pelayanan

1
farmasi klinik dapat mencegah terjadinya medication error, sehingga mutu dari kehidupan
pasien meningkat (Kemenkes, 2016).

2
BAB II
METODE

2.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan magang elektif dilakukan di Ruang Farmasi UPTD Puskesmas Windusari
Kabupaten Magelang pada tanggal 31 Juli 2023 hingga 5 Agustus 2023. Jadwal kegiatan
dilaksanakan mengikuti jam kerja puskesmas untuk Senin hingga Kamis pukul 07.30-14.00,
Jumat pukul 07.30-11.00, dan Sabtu 07.30-11.30. Pelaksanaan pencatatan data hasil
observasi, analisis data, serta pembuatan produk inovasi elektif berdasarkan hasil pengamatan
penulis dilakukan diluar jam kerja puskesmas.
2.2. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan di ruang pelayanan farmasi, gudang obat, dan kamar
obat. Kegiatan yang dilakukan ketika observasi meliputi pengamatan loket pelayanan
farmasi, ruang peracikan obat, alat dan fasilitas yang terdapat di bagian farmasi.
2.3. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada tenaga farmasi Puskesmas Windusari yaitu Ibu
Hariyani, A.Md.Farm. selaku asisten apoteker dan Saudari Aprilia dan Bapak Waluyo
sebagai tenaaga teknis kefarmasian. Selain itu penulis juga melakukan wawancara kepada
pasien yang telah menerima obat mengenai informasi yang telah diberikan oleh petugas
farmasi.
2.4. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan diperoleh dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) bulan Juli 2023 di Puskesmas Windusari.
2.5. Analisis Permasalahan dan penyusunan Produk Elektif
Penulis menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk menyusun rencana pembuatan
produk inovasi elektif. Metode analisis data menggunakan 5M yaitu Man, Money, Materials,
Method, Machine. Selama proses penyusunannya, perencanaan produk yang akan dihasilkan
dikonsultasikan kepada dr. Siti Sarifah Yulianti sebagai Kepala UPTD Puskesmas Windusari,
Ibu Hariyani, A.Md.Farm. sebagai asisten apoteker di pelayanan kefarmasian agar produk inovasi
elektif dapat sesuai kebutuhan dan standar pelayanan kefarmasian yang berlaku di Puskesmas
Windusari.

3
BAB III
HASIL PENGAMBILAN DATA

3.1. Fakta-fakta Kesehatan yang Ditemukan


3.1.1 Fakta Data Observasi dan Hasil Wawancara
Observasi dilakukan di layanan kefarmasian Puskesmas Windusari, Kabupaten
Magelang. Penulis melakukan observasi terhadap ruangan dan pelayanan kefarmasian. Di
Puskesmas Windusari tersedia ruang kefarmasian berupa ruang pelayanan obat, kamar obat,
dan gudang obat. Meja pelayanan obat digunakan untuk menerima, menyerahkan obat,
pencatatan jumlah obat yang keluar, serta tempat konseling. Kamar obat digunakan untuk
meracik obat. Di kamar obat terdapat beberapa obat, label obat, mortar dua buah, mesin press
pembungkus obat, sendok kulkas penyimpan obat, dan lemari obat narkotika. Sedangkan
Gudang obat digunakan sebagai ruang penyimpanan obat sebelum didistribusikan ke jejaring
puskesmas dan tempat kerja tenaga farmasi untuk melakukan pendataan laporan persediaan
dan permintaan obat. Persediaan obat tersusun di rak obat dilengkapi dengan kartu stok yang
setiap harinya diperbarui. Di gudang obat terdapat satu lemari obat narkotika disertai kunci,
satu lemari pendingin yang digunakan untuk penyimpanan beberapa obat, dan satu lemari
pendingin khusus untuk penyimpanan vaksin.
Puskesmas Windusari mempunyai tiga tenaga teknis kefarmasian yaitu satu asisten
farmasi dan dua lainnya sebagai pembantu kefarmasian. Berdasarkan wawancara dengan
asisten farmasi Ibu Haryani, A.Md.Farm. proses penyediaan obat berjalan dengan lancar. Saat
ini Puskesmas Windusari tidak mempunyai apoteker. Puskesmas Windusari mengajukan
permintaan obat kepada Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) menggunakan dana APBD namun
Puskesmas dapat mengajukan permintaan obat mandiri di luar IFK menggunakan dana
BLUD apabila tidak terdapat beberapa stok di IFK. Walaupun Puskesmas Windusari belum
mempunyai apoteker, proses permintaan obat yang memerlukan tanda tangan apoteker yang
telah ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang berjalan dengan lancar sehingga
tidak mengganggu proses penyediaan obat.
Penyimpanan obat di Puskesmas Windusari dilakukan sesuai dengan teknis
kefarmasian termasuk penyimpanan obat dan vaksin di lemari pendingin serta obat narkotika
yang disimpan terpisah di lemari khusus. Kefarmasian Puskesmas Windusari
mendistribusikan obat ke jejaring seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, Unit
Gawat Darurat (UGD). Setiap hari laporan pemakaian obat dari jejaring puskesmas

4
dikumpulkan menggunakan laporan yang tercatat secara manual dengan tulisan tangan dan di
rekapitulasi dengan aplikasi Microsoft Excel.
Pelayanan farmasi klinik Puskesmas Windusari dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian terutama pengkajian resep dan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Dalam tahap
pengkajian obat sebenarnya sudah tersedia lembar pengkajian resep yang memuat
kelengkapan penulisan resep, berat badan pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu
pemberian, dan tanda tangan penelaah. Namun beberapa bulan terakhir lembar tersebut
jarang dipakai, karena menurut Saudari Aprilia dan Bapak Waluyo selaku tenaga teknis
kefarmasian memerlukan waktu lama dan sering hilang karena beberapa lembar formulir
pengkajian resep terlepaas dari penjepit kertas. Namun apabila terdapat kesalahan pada resep
atau resep yang tidak bisa terbaca maka tenaga kefarmasian melakukan konfirmasi ulang
kepada dokter yang menuliskan resep. Menurut tenaga kefarmasian Puskesmas Windusari
formulir pengkajian resep sangat membantu dan meningkatkan ketelitian dalam proses
pengkajian obat. Selain itu waktu yang terbatas dengan indikator pelayanan <5 menit
menyebabkan konseling informasi obat kurang lengkap.
Menurut pasien yang telah menerima obat, ada beberapa informasi yang belum
tersampaikan seperti cara penyimpanan obat di rumah dan tidak ditanyakan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi.
3.1.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari penanggung jawab farmasi berupa laporan
Permintaan dan Pemakaian Obat (LPLPO) Puskesmas Windusari. Pemakaian obat dari
beberapa jejaring didata manual menggunakan tulisan tangan lalu dikumpulkan untuk direkap
pada aplikasi Microsoft Excel. Catatan stok obat di gudang diperbarui setiap harinya.
3.2. Permasalahan yang ditemukan di Pelayanan Farmasi Puskesmas Windusari
Berdasarkan analisis 5M terdapat permasalahan pada pelayanan farmasi Puskesmas
Windusari yang ditemukan dari hasil observasi dan wawancara selama kegiatan magang
elektif sebagai berikut.
3.2.1. Man
Puskesmas Windusari memiliki tiga tenaga teknis kefarmasian, walaupun saat ini
belum ada apoteker untuk proses permintaan obat berjalan dengan lancar.
3.2.2. Methods
Pelayanan farmasi klinis berupa pengkajian resep tidak menggunakan formulir
pengkajian resep. Tenaga farmasi Puskesmas Windusari mengatakan lembar formulir
pengkajian resep menyita waktu dan mudah hilang walaupun sudah disatukan dengan resep

5
menggunakan penjepit kertas, padahal lembar tersebut dapat meningkatkan ketelitian proses
pengkajian resep. Indikator waktu pelayanan <5 menit menyebabkan pelayanan informasi
obat dan konseling tidak secara lengkap tersampaikan bahkan riwayat alergi jarang
ditanyakan kepada pasien.
3.2.3. Money
Tidak ada kendala untuk pengadaan obat, dana yang digunakan adalah dana APBD
dan dana BLUD.
3.2.4. Material
Penyediaan obat setiap awal bulan maupun setiap stok habis berjalan dengan lancar.
Laporan dan kartu stok obat diperbarui setiap harinya.
3.2.4. Machine
Terdapat meja pelayanan farmasi, kamar, dan gudang obat yang masing-masing
memiliki fasilitas yang cukup. Loket pelayanan obat terdapat komputer yang digunakan
untuk memperbarui laporan pengeluaran obat. Di ruang Di kamar obat terdapat rak, lemari
khusus narkotika, lemari pendingin obat, dan seperangkat alat pembuat sediaan obat puyer.
Gudang penyimpanan obat memiliki rak, lemari khusus obat narkotika, lemari pendingin
obat, lemari pendingin vaksi, serta komputer yang digunakan untuk mencatat Laporan
Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO).
3.3. Rencana Intervensi
Setelah melakukan kegiatan observasi, wawancara, analisis data sekunder, serta
berdiskusi dengan pihak farmasi Puskesmas Windusari, penulis menentukan langkah
intervensi berupa pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan stempel checklist
pengkajian resep yang dapat ditempelkan di bagian belakang resep sehingga keluhan kertas
formulir pengkajian yang sering hilang dan membutuhkan waktu lama dapat teratasi.
Dilakukan juga intervensi berupa pembuatan poster PIO yang diletakkan di ruang tunggu
obat, sehingga pasien dapat mendapatkan informasi selama menunggu obat.

6
BAB IV
INTERVENSI DAN HASIL

4.1. Bentuk Intervensi


Intervensi yang akan diberikan oleh penulis setelah kegiatan observasi, wawancara,
pengumpulan data sekunder, dan diskusi dengan tenaga teknis farmasi dan Kepala Puskesmas
Windusari yaitu sebagai berikut.
4.1.1. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengkajian Resep
Pembuatan SOP pengkajian resep untuk mengoptimalkan SOP pengkajian resep.
4.1.2. Pembuatan Stempel Checklist Pengkajian Resep
Pembuatan stempel checklist ini bertujuan untuk meningkatkan ketelitian selama
proses pengkajian resep dan mencegah terjadinya medication errors. Stampel memuat
Pengkajian resep antara lain kelengkapan penulisan resep, kejelasan tulisan resep, berat
pasien, kekuatan dan jumlah obat, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, alergi obat,
kontraindikasi.
4.1.3. Membuat Poster mengenai Pelayanan Informasi Obat
Pembuatan poster berisi cara penyimpanan obat yang bendar dan pertanyaan apa saja
yang perlu ditanyakan oleh pasien.
4.1.4. Penyerahan Stempel checklist dan Poster
Standar Operasional Prosedur (SOP) diserahkan kepada Ibu Hariyani, A.Md.Farm.
selaku asisten Apoteker. Stampel dan poster diserahkan kepada Saudari Aprilia dan Bapak
Waluyo selaku tenaga teknis kefarmasian di Puskesmas Windusari.
4.2. Respon terhadap Intervensi
Pembuatan stempel checklist pengkajian resep mendapat respon baik dari Saudari
Aprilia dan Bapak Waluyo, karena dengan adanya ini dapat tidak membutuhkan waktu untuk
menyatukan resep dengan formulir pengkajian resep, dapat meningkatkan ketelitian proses
pengkajian resep, dan penyampaian informasi obat kepada pasien. Pembuatan SOP
pengkajian dapat menjadi pedoman untuk melakukan pengkajian resep. Pembuatan poster
Pelayanan Informasi obat (PIO) mendapatkan respon baik tenaga kefarmasian harapannya
dapat menambah informasi untuk pasien yang menunggu di ruang tunggu obat. Hasil dari
wawancara dari beberapa pasien yang sedang menunggu merasa pengetahuan mengenai
informasi obat bertambah dengan adanya poster tersebut.
4.3. Perubahan yang Terjadi

7
Perubahan yang terjadi setelah dilakukannya intervensi ini adalah peningkatan ketelitian
petugas farmasi dalam melakukan pengkajian resep dan dalam memberikan informasi kepada
pasien. Selain itu, pasien dapat mengisi waktu ketika menunggu obat dengan membaca poster
PIO.
4.4. Harapan
Dengan adanya intervensi yang telah dilakukan, diharapkan terdapat peningkatan
ketelitian pengkajian resep dan penyampaian informasi obat kepada pasien. Begitu juga
dengan poster yang diharapkan dapat efisien menyampaikan informasi kepada pasien.
Dengan begitu, medication errors dapat dicegah dalam pelayanan farmasi.

8
BAB V
PEMBAHASAN

Puskesmas menjadi fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya


kesehatan. Salah satu pelaksanaan upaya kesehatan yaitu adanya pelayanan kefarmasian di
Puskesmas. Dengan adanya pelayanan kefarmasian di Puskesmas diharapkan dapat mencegah
dan menyelesaikan masalah obat yang berhubungan dengan kesehatan. Pelayanan
kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama khususnya di Puskesmas memiliki dua
kegiatan yaitu pengelolaan persediaan farmasi dan BHMP dan pelayanan farmasi klinik
.
Pelayanan kefarmasian terdiri dari dua kegiatan. Yang pertama yaitu pengelolaan
persediaan farmasi serta BHMP dimulai dari tahap perencanaan, permintaan, hingga
pemantauan keluar masuknya obat. Farmasi puskesmas mempunyai tugas untuk
mendistribusikan ke ruang rawat inap, UGD serta ke Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan
memberikan obat sesuai dengan kebutuhan. Yang kedua yaitu pelayanan farmasi klinik
dimulai dari pengkajian serta pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat, evaluasi
penggunaan obat (Kemenkes, 2016; Megawati & Santoso, 2017).
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan kefarmasian yang bertanggung jawab
langsung kepada pasien dan mutu kehidupan pasien. Kegiatan pelayanan farmasi diantaranya
melakukan pengkajian resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO), dan konseling. Kegiatan
tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien dan mencegah medication
errors. Pengkajian serta pelayanan resep memiliki beberapa syarat administrasi meliputi
identitas pasien, identitas dokter penulis resep, asal resep, dan tanggal pembuatan resep.
Untuk syarat farmasetik harus tercantum lengkap bentuk serta kekuatan sediaan obat, dosis
serta jumlah obat, aturan serta cara penggunaan, stabilitas serta ketersediaan, dan
inkompabilitas obat. Sedangkan syarat klinis meliputi indikasi, dosis, serta penggunaan obat
sudah tepat atau belum, kontraindikasi, efek samping obat, alergi, dan efek adiktif. Standar
operasional Prosedur pengkajian obat dapat dibuat untuk mengatur prosedur pengkajian obat
yang wajib dilakukan oleh petugas teknis kefarmasian. Untuk memudahkan pengkajian dan
meningkatkan ketelitian maka dapat dibantu dengan checklist pengkajian obat
(Kemenkes, 2016; Megawati & Santoso, 2017)
.
Sedangkan pelayanan penyerahan obat dan PIO mulai dari menyiapkan obat,
melampirkan label, menyerahkan obat dengan memberikan informasi kepada pasien.
Apoteker melakukan Pelayanan Informasi Obat kepada tenaga medis dan pasien mengenai

9
informasi mengenai obat dengan jelas dan akurat. Selain itu terdapat juga konseling sebagai
salah satu pelayanan kefarmasian untuk memberikan informasi yang benar dengan tujuan
pasien atau keluarga pasien paham dengan manfaat pengobatan, jadwal pengobatan, cara
serta lama penggunaan obat, efek samping, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Apoteker atau tenaga teknis farmasi melakukan konseling tersebut dan melakukan verifikasi
untuk mengecek kepemahaman pasien untuk mengoptimalkan tujuan terapi. Dengan
mengoptimalkan konseling dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien dan mencegah
medication error (BPOM, 2019; Kemenkes, 2016; Puji Astuti et al., 2018)

10
DAFTAR PUSTAKA

BPOM. (2019). Farmakovigilans (Keamanan Obat).


Donsu, Y. Ch., Tjitrosantoso, H., & Budhi, W. (2016). Faktor Penyebab Medication Error pada
pelayanan KEfarmasian Rawat Inap Bangsal Anaka RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado.
Pharmacon, 5(3), 66–74.
Kemenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian.
Kemenkes. (2016). Peraturan menteri Keseshatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016
tentang Standar Kefarmasian di Puskesmas.
Kemenkes. (2019). Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Kemenkes. (2020). Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Megawati, F., & Santoso, P. (2017). Pengkajian Resep secara Administratif berdasarkan
peraturan menteri Kesehatan RI No 35 tahun 2014 pada Resep Dokter Spesialis Kandungan
di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal Ilmiah Medicamento, 3(1), 12–16.
Mutair, A. Al, Alhumaid, S., Shamsan, A., Zaidi, A. R. Z., Mohaini, M. Al, Al Mutairi, A., Rabaan,
A. A., Awad, M., & Al-Omari, A. (2021). The Effective Strategies to Avoid Medication Errors
and Improving Reporting Systems. Medicines, 8(9), 46.
https://doi.org/10.3390/medicines8090046
Pratiwi, A. I., Fudholi, A., & Satibi, S. (2021). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Pelayanan Kefarmasian Puskesmas di Kota Semarang. Majalah Farmaseutik, 17(1), 1.
https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v17i1.46980
Puji Astuti, S., Saibi, Y., Dasuki, A., studi Farmasi, P., Ilmu Kesehatan, F., Syarif Hidayatullah
Jakarta, U., & Kimia Farma Apotek, P. (2018). Pelayanan Konseling Pasien oleh Apoteker di
Kota Medan. Farmasains, 5(1).

11
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan


No Hari/Tanggal Jam (WIB) Kegiatan
1. Sabtu, 10.00-11.00  Perkenalan dengan petugas kefarmasian
29 Juli 2023 di Puskesmas Windusari
 Penjelasan tujuan kegiatan elektif dan
permohanan izin mengikuti magang di
kefarmasian Puskesmas Windusari
 Perencanaan pengambilan data
2. Senin, 08.00-14.00  Observasi meja pelayanan obat, kamar
31 Juli 2023 obat, gudang obat
 Wawancara dengan asisten apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian yaitu ibu
Hariyani
3. Selasa, 08.00-14.00  Wawancara dengan tenaga teknis
1 Agustus apoteker A.Md.Farm., Saudari Aprilia,
2023 dan Bapak Waluyo.
 Melakukan pengambilan data sekunder
 Konsultasi mengenai permasalahan yang
ada dengan tenaga teknis kefarmasian
4. Rabu, 08.00-14.00  Konsultasi mengenai terkait rencana
2 Agustus intervensi yang akan dilakukan ada
2023 dengan tenaga teknis kefarmasian
 Konsultasi mengenai permasalahan yang
ada dan rencana intervensi yang akan
dilakukan ada dengan DPK dr. Siti
Syarifah Yulianti.
5. Kamis, 08.00-14.00  Penyusunan produk intervensi (SOP
3 Agustus pengkajian resep, stampel pengkajian
2023 resep, dan poster pelayanan informasi
obat)
 Konsultasi mengenai produk intervensi

12
dengan petugas teknis kefarmasian dan
DPK dr. Siti Syarifah Yulianti
6. Jumat, 08.00-16.00  Memperbaiki produk intervensi dan
4 Agustus mencetak produk intervensi
2023
7. Sabtu, 08.00-11.00  Menyerahkan produk intervensi kepada
5 Agustus petugas teknis kefarmasian Puskesmas
2023 Windusari

13
Lampiran 2. Dokumentasi Observasi Ruang Kefarmasian

14
Lampiran 3. Formulir Pengkajian Resep

Lampiran 4. Kartu Stok Obat

15
Lampiran 5. Lembar Permintaan dan Pemakaian Obat (LPLPO)

16
Lampiran 6. Standar Operasional Prosedur

17
18
19
20
Lampiran 7. Poster Pelayanan Informasi Obat

21
Lampiran 8. Stempel Pengkajian Resep

Lampiran 9. Dokumentasi Penyerahan SOP Pengkajian Resep

22
Lampiran 10. Dokumentasi Stempel Checklist Pengkajian Resep

Lampiran 11. Dokumentasi Poster Pelayanan Informasi Obat

23

Anda mungkin juga menyukai