Jurnal Stroke 4
Jurnal Stroke 4
Email: ekanurhayati1312@gmail.com
ABSTRACT
Background: Decreased self-care ability is one of the impacts of stroke that can cause problems in daily living
such as dependence in physical activities and self-fulfillment. Objectives: This study examines the factors that
determine the self-care ability of post-stroke patients and to find the dominant factors that can affect the self-
care ability of post-stroke patients. Method: This study is a literature review with SPIDER framework. Data
sources were obtained through search engines such as DOAJ, PubMed, SAGE, Science Direct, Google
Scholar, National Library of Indonesia, and Research Gate; published between September 2015–October
2020. Content analysis was used to synthesize and obtain data from literature findings related to the subject in
this study. Results: 104,101 articles related to self-care ability in stroke patients and 10 of them appropriate
the inclusion criteria. Several factors were related to the activities of daily living in post-stroke patients:
demographics (age, education level, economic status), clinical characteristics (type and frequency of stroke,
cognitive function, functional ability, nutritional status), motivation, self-efficacy, and family support.
Conclusion: Several factors can affect self-care ability in post-stroke patients: age, type of stroke, stroke
frequency, cognitive, functional status, nutritional status, family support, motivation, self-efficacy, knowledge,
and financial; the most common factors found in the literature are functional status and family support.
ABSTRAK
Latar Belakang: Penurunan kemampuan perawatan diri merupakan salah satu dampak dari serangan stroke
yang dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti ketergantungan dalam melakukan
aktivitas fisik dan pemenuhan kebutuhan diri. Tujuan: Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang menentukan
kemampuan perawatan diri pada pasien pascastroke dan mengetahui faktor dominan yang dapat
mempengaruhi kemampuan perawatan diri pasien pascastroke. Metode: Penelitian ini merupakan kajian
literatur dengan kerangka kerja SPIDER. Sumber data didapatkan melalui mesin pencari DOAJ, Pubmed,
SAGE, Science Direct, Google Scholar, Perpusnas, dan Research Gate; diterbitkan antara September 2015–
Oktober 2020. Analisis isi digunakan untuk menyintesis dan memperoleh data dari temuan literatur terkait
pokok bahasan dalam penelitian ini. Hasil: 104.101 artikel berhubungan dengan kemampuan perawatan diri
pada pasien stroke dan 10 artikel di antaranya sesuai dengan kriteria inklusi. Ditemukan beberapa faktor yang
berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari pada pasien pascastroke: demografi (usia, tingkat
pendidikan, status ekonomi), karakteristik klinis (jenis dan frekuensi stroke, fungsi kognitif, kemampuan
fungsional, status gizi), motivasi, efikasi diri, dan dukungan keluarga. Kesimpulan: Beberapa faktor dapat
mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada pasien pascastroke: usia, jenis stroke, frekuensi stroke,
fungsi kognitif, status fungsional, status gizi, dukungan keluarga, motivasi, efikasi diri, pengetahuan, dan status
ekonomi; faktor yang paling banyak ditemukan dalam literatur adalah status fungsional dan dukungan
keluarga.
1
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
2
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
stroke”, “post stroke self care activities”, menggunakan desain penelitian cross
“functional abilities post stroke”, sectional, prospektif longitudinal, survei,
“kemampuan fungsional pasien pasca- atau fenomenologi, serta merupakan pe-
stroke”, dan “kemandirian perawatan diri nelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif.
pascastroke”. Kriteria inklusi meliputi lite- Kriteria eksklusi, yaitu artikel yang sudah
ratur primer dalam bahasa Inggris atau di-review, skripsi, tesis, atau disertasi,
bahasa Indonesia yang dipublikasikan serta menggunakan desain penelitian
pada September 2015—Oktober 2020, studi kasus, case control, dan eksperi-
dapat diakses secara gratis dan full text, mental. Adapun proses seleksi literatur
berkaitan dengan ADL atau kemampuan dapat dilihat pada Skema 1.
perawatan diri pada pasien pascastroke,
3
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
4
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
3 menunjukkan pasien hanya memiliki gejala minimal dan cacat fisik ringan hingga
sedang sehingga pasien masih dapat berjalan tanpa bantuan orang lain. Tidak ditemu-
kan adanya perbedaan yang signifikan pada karakteristik demografi dan faktor risiko
stroke antara pasien dengan fungsi kognitif normal dan pasien dengan gangguan
kognitif.
Kelebihan - Penelitian menggunakan desain cross sectional
- Instrumen yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif, yaitu Mini Mental State
Examination (MMSE), FDS dan BDS, sedangkan penilaian kemandirian dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari menggunakan instrumen ADL dan IADL
- Uji statistik yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat membuktikan
hipotesis
Kekurangan - Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel tidak dijelaskan dalam
artikel
- Tipe stroke, lokasi dan keparahan stroke tidak dianalisis dalam penelitian ini
- Penelitian ini tidak meneliti peningkatan status fungsional pada pasien dengan fungsi
kognitif normal dan pasien dengan gangguan kognitif
Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian activity of daily living (ADL) pada
pasien pasca stroke di poliklinik neurologi RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
Abdul Jalil Tatali, Mario E katuuk, Rina Kundre (2018)
Tujuan Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian ADL pada
pasien pascastroke
Metode Penelitian kuantitatif observasional analitik dengan desain cross sectional
Variabel Dukungan keluarga (independen); tingkat kemandirian ADL (dependen)
Sampel Pasien pascastroke (n = 65)—teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling
Hasil Hasil uji Chi Square menunjukkan p value = 0,021 < α = 0,05; terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian ADL pada pasien
pascastroke. Makin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada pasien, maka
makin meningkat pula tingkat kemandirian ADL pasien pascastroke.
Kelebihan Pengambilan sampel penelitian dengan teknik purposive sampling
Kekurangan Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian tidak disebutkan dalam artikel
Hubungan self efficacy dengan perilaku self care pasien pasca stroke
di Rumah Sakit Islam Surabaya
Ismatika, Umdatus Soleha (2017)
Tujuan Menganalisis hubungan efikasi diri dengan perilaku perawatan diri pasien pascastroke
di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya
Metode Penelitian kuantitatif analitik korelasional dengan desain cross sectional
Variabel Efikasi diri (independen); perilaku perawatan diri (dependen)
Sampel Pasien pascastroke (n = 36), teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling
Hasil Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai ρ = 0,03 < α = 0,05; ada korelasi antara efikasi
diri dengan perilaku perawatan diri pasien pascastroke. Persentase rata-rata efikasi diri
pasien pascastroke yang paling tinggi pada komponen Stroke Self Efficacy
Questionnaire (SSEQ) adalah keyakinan untuk berpakaian sendiri dan mengontrol
frustasi. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian kecil responden mengalami
kelemahan fisik setelah serangan stroke sehingga responden lebih fokus pada
pemulihan; sebagian besar responden sudah pensiun.
Kelebihan Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling
Kekurangan Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian tidak disebutkan dalam artikel
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian activity of daily living (ADL) pada pasien
post stroke di rehabilitasi medik RSUD Tugurejo Semarang
Dwi Nur Aini, Arifianto, Yenni Auliazardhi (2018)
Tujuan Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian ADL pada pasien
pascastroke
Metode Penelitian kuantitatif deskriptif analitik dengan desain cross sectional
5
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
6
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
kondisi ekstremitas atas lain yang membatasi pengunaan fungsional lengan dan tangan,
dan tidak memiliki multi-gangguan yang parah seperti penyakit kronis atau terminal.
Hasil Kemampuan manual yang dipersepsikan sendiri meningkat seiring waktu pada tahun
pertama pascastroke, peningkatan kemampuan manual dimodulasi oleh usia dan
keparahan stroke. Sebagian besar pemulihan terjadi dalam tiga bulan pertama dan tidak
ditemukan perubahan signifikan yang terdeteksi setelah tiga bulan pascastroke.
Kelebihan - Penelitian ini merupakan studi longitudinal
- Ukuran sampel dalam penelitian ini cukup besar
- Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ABILHAND, National Institute
of Health Stroke Scale (NIHSS), Fugl-Meyer Assessment for Upper Extremity (FMA-
UE), dan Jamar Dynamometer
Kekurangan - Pasien dengan komorbiditas termasuk ke dalam kriteria eksklusi
- Tes dianggap hilang pada responden yang tidak mampu menjawab kuesioner
ABILHAND sehingga jumlah responden berkurang selama masa penelitian
Level of activity daily living in post stroke patients
Greesia Dinamaria Whitiana, Vitriana, Aih Cahyani (2017)
Tujuan Mendeskripsikan tingkat ADL pada pasien pascastroke di unit Neurologi RSHS sebagai
dasar evaluasi untuk penatalaksanaan yang lebih baik selanjutnya
Metode Penelitian kuantitatif deskriptif
Variabel Tingkat ADL (independen); pascastroke (dependen)
Sampel Pasien pascastroke (n = 31), teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling
Hasil Berdasarkan hasil evaluasi Indeks Barthel, 18 responden (58,1%) termasuk dalam
kategori mandiri pada ADL dan sekitar 2⁄3 responden memiliki kekuatan otot ekstremitas
yang baik. Sebagian besar responden memiliki skor MMT maksimum pada seluruh
ekstremitas (60–70%). Responden dengan skor MMT 3-5 dapat menggerakkan lengan
mereka secara fungsional.
Kelebihan - Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling
- Pasien dengan serangan stroke berulang diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu
ipsilateral dan kontralateral
Kekurangan - Sampel penelitian diambil dari fasilitas kesehatan tersier
- Lokasi, ukuran lesi, keparahan stroke, dan skala depresi tidak diteliti dalam studi ini
Hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri (self-care)
pada pasien pasca stroke di RSUD Pirngadi Kota Medan
Patimah Sari Siregar, Elis Anggeria, Libertina Laoli (2019)
Tujuan Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri
pada pasien pascastroke
Metode Penelitian kuantitatif survei analitik dengan desain cross sectional
Variabel Dukungan keluarga (independen); kemampuan perawatan diri (dependen)
Sampel Pasien pascastroke (n = 40)—teknik pengambilan sampel menggunakan sampling
jenuh
Hasil Hasil uji korelasi Spearman dengan tingkat signifikansi 0,05 menunjukkan p value 0,01
dan koefisien korelasi 0,38 serta sig. (2-tailed) 0,01; terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri pasien pascastroke.
Responden dalam penelitian ini termasuk dalam kategori dukungan keluarga cukup dan
perawatan diri dengan bantuan sebagian dari orang sekitarnya atau keluarga. Tingginya
distribusi kemampuan perawatan diri pada pasien pascastroke dengan bantuan
sebagian dapat disebabkan oleh penyakit stroke, lamanya menderita stroke,
rehabilitasi, dan dukungan dari keluarga.
Kelebihan - Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh
- Instrumen yang digunakan dalam studi ini adalah Indeks Barthel
Kekurangan - Distribusi responden berdasarkan demografi tidak disertakan dalam artikel
- Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian tidak disebutkan dalam artikel
7
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
Factors associated with activities of daily living among the disabled elders with stroke
Li Pei, Xiao-Ying Zang, Yan Wang, Qian-Wen Chai, Jun-Ying Wang, Chun-Yan Sun,
Qing Zhang (2016)
Tujuan Mengidentifikasi faktor-faktor (demografi dan faktor klinis) yang berhubungan dengan
ADL pada lansia disabilitas pascastroke
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
Variabel Usia, pendidikan, pekerjaan, hidup sendiri/tidak, status keuangan, tipe stroke, frekuensi
stroke, status gizi (independen); ADL (dependen)
Sampel Pasien pascastroke (n = 152) yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu terdiagnosis stroke,
usia ≥ 60 tahun, disabilitas (ketergantungan atau memerlukan bantuan pada satu
aktivitas ADL atau lebih, penduduk tetap di Kota Tianjin, sadar dan dapat menjawab
kuesioner dengan jelas; kriteria eksklusi, yaitu pasien dengan penyakit kejiwaan, afasia,
disfungsi kognitif, dan menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Teknik
pengambilan sampel menggunakan multistage cluster sampling.
Hasil Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan status gizi (r = 0,563 dan p < 0,001), usia
(r = -0,233 dan p = 0,004), dan frekuensi stroke (r = -0,452 dan p < 0,001) secara
signifikan berhubungan dengan ADL. Uji t sampel independen dan ANOVA satu arah
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam ADL antara/di antara responden dari
berbagai tingkat pendidikan (p = 0,047), pekerjaan (p = 0,002), status keuangan (p <
0,001), tipe stroke (p < 0,001), dan hidup sendiri/tidak (p = 0,022). Faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap ADL adalah frekuensi stroke (t = -8,003 dan p < 0,001),
tipe stroke (t = -6,356 dan p< 0,001), status gizi (t = -6,068 dan p < 0,001), status
keuangan (t = -4,337 dan p < 0,001), dan usia (t = -3,784 dan p < 0,001). Frekuensi
stroke muncul sebagai faktor paling penting yang mempengaruhi ADL dan hampir
sebagian pasien dengan stroke berulang pada penelitian ini memiliki ADL yang buruk.
Kelebihan - Penelitian ini menggunakan analisis multivariat
- Variabel independen pada penelitian ini cukup banyak
- Ukuran sampel dalam penelitian ini cukup besar
Kekurangan - Desain cross sectional yang digunakan dalam studi ini membatasi kemampuan untuk
memprediksi hubungan kausal antar variabel
- Pasien dengan penyakit mental atau disfungsi kognitif termasuk dalam kriteria eksklusi
penelitian
8
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
satu faktor yang diprediksi mempengaruhi hemoragik lebih parah daripada pasien
penurunan kemandirian ADL pada pasien stroke iskemik (Lubis & Novitri, 2017).
pascastroke (Rejnö, Nasic, Bjälkefur, Dilaporkan hanya sekitar 20% pasien
Bertholds, & Jood, 2019). Adanya dengan stroke hemoragik yang dapat
penurunan fungsi tubuh saat seseorang memperoleh kembali ke-mandirian
mencapai usia lanjut, juga dampak setelah fungsional (Yueniwati, 2016). Hal ini dapat
serangan stroke menyebabkan pasien menjelaskan bahwa pasien stroke
membutuhkan waktu yang lebih lama hemoragik yang dapat bertahan hidup
untuk memperoleh kembali kemampuan- setelah melewati masa kritis memiliki
nya dalam beraktivitas. status fungsional yang lebih baik daripada
Laki-laki umumnya dianggap lebih pasien stroke iskemik setelah rehabilitasi.
mandiri dalam beraktivitas karena mampu Pasien lansia disabilitas yang ter-
menghasilkan kekuatan yang lebih besar diagnosis stroke iskemik memiliki ke-
daripada perempuan. Meskipun jenis kela- mampuan ADL lebih baik daripada pasien
min disebutkan sebagai satu di antara fak- stroke hemoragik. Disebutkan bahwa
tor yang berpengaruh pada kemampuan stroke hemoragik menyebabkan kecacat-
perawatan diri dalam teori keperawatan an yang lebih berat pada lansia disabilitas
Orem, tetapi dalam hasil analisis data tidak (Pei dkk., 2016). Perbedaan tingkat ke-
ditemukan hasil yang dapat membuktikan mandirian dalam pemenuhan ADL dapat
dan menguatkan pernyataan itu. Peneliti- dipengaruhi oleh keparahan stroke. Stroke
an Karunia (2016) menunjukkan bahwa iskemik dan stroke hemoragik memiliki
jenis kelamin tidak berhubungan dengan mekanisme kerusakan yang berbeda.
kemandirian ADL pascastroke. Dalam Kerusakan saraf pada stroke iskemik
penelitiannya, responden laki-laki tidak disebabkan oleh hipoperfusi otak yang
selalu mandiri dalam beraktivitas. dapat menyebabkan infark ireversibel,
Berdasarkan tipe atau jenis stroke, sedangkan kerusakan saraf pada stroke
iskemik paling banyak dijumpai pada hemoragik disebabkan oleh edema otak
kasus stroke dibandingkan hemoragik. dan hematoma. Pada stroke hemoragik,
Rejnö dkk. (2019) menunjukkan sebanyak jaringan otak akan kembali normal setelah
90% responden dalam penelitiannya ada- hematoma dan edema dikeluarkan
lah pasien stroke iskemik. Diketahui pe- (Caplan, 2009). Pasien yang mengalami
nyebab kasus stroke hemoragik ber- disabilitas sebelum terserang stroke akan
hubungan dengan lokasi dan luas per- tetap mengalami keterbatasan dalam ber-
darahan, terutama di batang otak, yang aktivitas karena kerusakan yang ditimbul-
dapat merusak jaringan otak hingga ber- kan akibat stroke menyebabkan gangguan
akhir kepada kematian (Pinzon & Asanti, fungsional menjadi lebih buruk.
2010). Whitiana dkk. (2017) menemukan 4 Sebagian besar responden penelitian
dari 5 pasien stroke hemoragik (80%) mengalami stroke serangan pertama.
termasuk mandiri dalam ADL dan 14 dari Frekuensi stroke dikatakan sebagai faktor
26 pasien stroke iskemik (54%) termasuk yang paling penting dalam mempengaruhi
mandiri dalam ADL. Pasien stroke hemo- ADL (Pei dkk., 2016). Pada kajian literatur
ragik menunjukkan peningkatan fungsio- ini, didapatkan pasien dengan stroke ber-
nal yang lebih cepat daripada pasien ulang memiliki kemampuan ADL yang le-
stroke iskemik (Chu dkk., 2020), tetapi bih buruk dibandingkan kasus baru atau
pada saat onset atau awal serangan pasien dengan serangan stroke pertama.
stroke, status fungsional pasien stroke Hal ini didukung oleh penelitian Chu dkk.
9
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
(2020) bahwa pasien dengan serangan kan bahwa pelaksanaan program fisio-
stroke pertama kali memiliki status fung- terapi secara rutin dapat meningkatkan
sional yang lebih baik saat onset dan saat kemandirian pada pasien pascastroke.
pemulihan fungsional dibandingkan pasien Dalam studinya juga ditemukan dukungan
dengan serangan stroke berulang. Pasien keluarga dan motivasi pasien untuk terus
dengan serangan stroke pertama juga berusaha melakukan aktivitas secara
memiliki kualitas hidup lebih baik daripada mandiri berperan banyak dalam masa
pasien dengan stroke berulang. fisioterapi ini. Selama proses pemulihan,
Gangguan kognitif merupakan masalah pasien diharapkan mampu meningkatkan
umum yang sering terjadi setelah serang- kemampuan fungsional sehingga pasien
an stroke yang mungkin dapat menimbul- dapat memenuhi kebutuhan perawatan
kan dampak negatif terhadap status fung- dirinya sendiri tanpa memerlukan bantuan
sional. Data yang diperoleh pada peneliti- dari orang lain. Pasien dapat dikatakan
an Prakoso dkk. (2016) menunjukkan hasil pulih dari stroke apabila dapat melakukan
MMSE secara signifikan berhubungan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
dengan IADL daripada bADL. Penelitian Sebagian besar pasien pascastroke
Fitri dkk. (2020) menunjukkan adanya yang memiliki risiko malnutrisi menunjuk-
korelasi negatif yang signifikan antara kan ADL yang lebih buruk (Pei dkk., 2016).
fungsi kognitif dengan ADL pada pasien Penelitian serupa menunjukkan bahwa
pascastroke. Penggunaan instrumen yang malnutrisi berat pada pasien berhubungan
kurang tepat pada literatur yang dikaji oleh dengan hasil fungsional yang lebih buruk
peneliti menunjukkan adanya perbedaan (Scrutinio dkk., 2020). Tingkat kesembuh-
hasil terkait fungsi kognitif dan bADL. IADL an pasien stroke selama masa pemulihan
diketahui berkaitan erat dengan fungsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
kognitif karena terdiri dari aktivitas yang seperti status gizi, pengobatan, perawatan
lebih kompleks daripada bADL. Penelitian profesional, motivasi, istirahat, stres,
yang serupa menunjukkan pasien dengan lingkungan, dan kemampuan pasien untuk
skor MMSE ≥ 24 mengalami peningkatan beraktivitas secara mandiri (Dari &
pada penilaian Barthel Index dan IADL Krisnawati, 2015). Status gizi yang
yang lebih tinggi (Chu dkk., 2020). Dari semakin menurun menyebabkan pasien
pemaparan tersebut, dapat disimpulkan tidak memiliki energi yang cukup untuk
bahwa fungsi kognitif mempengaruhi ke- memenuhi kebutuhan perawatan diri
mandirian suatu individu dalam melakukan sehari-hari secara mandiri. Status gizi juga
aktivitas instrumental maupun aktivitas dikaitkan dengan status kognitif pasien
dasar berupa perawatan diri. pascastroke. Tsutsumiuchi, Wakabayashi,
Pasien pascastroke dengan status Maeda, & Shamoto (2020) menyebutkan
fungsional yang lebih baik memiliki ke- bahwa perbaikan gizi pada pasien pasca-
mampuan ADL yang lebih baik pula. Hal ini stroke dengan gangguan kognitif ini dapat
dapat disebabkan karena pasien sering berpengaruh pada peningkatan fungsi
melakukan ADL sehingga tingkat ke- kognitif.
mandirian pasien semakin meningkat. Distribusi tingkat pendidikan ditemukan
Selain itu, pasien juga rutin melaksanakan mulai dari tidak sekolah hingga perguruan
terapi baik di rehabilitasi medis maupun tinggi serta terdapat pasien dengan buta
selama di rumah yang semakin membantu huruf atau buta setengah huruf. Pendidik-
peningkatan fungsional pasien (Aini dkk., an bertujuan untuk menambah pengetahu-
2018). Dari & Krisnawati (2015) menyebut- an suatu individu, diharapkan individu ter-
10
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
sebut dapat menerapkan perilaku kesehat- Hasil penelitian ini menunjukkan mayo-
an yang lebih baik (Wardhani & Martini, ritas pasien pascastroke memiliki motivasi
2015). Orem menyatakan bahwa suatu tinggi. Adanya harapan yang dimiliki
individu harus bertanggung jawab dalam pasien dan keinginan pasien untuk pulih
melakukan aktivitas perawatan diri untuk berperan dalam peningkatan motivasi.
dirinya sendiri dan terlibat dalam peng- Pasien dengan stroke bisa saja kehilangan
ambilan keputusan untuk kesehatan. motivasi yang dapat membuat pasien
Kesadaran diri untuk mendapatkan mengalami stres hingga depresi. Hal ini
pengetahuan dan kemampuan mencari biasanya disebabkan oleh lingkungan di
pengetahuan mempengaruhi tindakan sekitarnya yang sering kali menganggap
yang diambil oleh suatu individu (Alligood, bahwa seseorang dengan penyakit stroke
2013). Hasil analisis data menunjukkan dapat menjadi beban di masyarakat.
bahwa pengetahuan berhubungan dengan Pasien pascastroke kemungkinan akan
kemandirian ADL pada pasien pasca- lebih cepat mengalami kemajuan dalam
stroke. Meningkatnya pengetahuan pasien proses pemulihan apabila mendapat
dapat menimbulkan suatu perubahan ter- dukungan dari orang di sekitarnya. Se-
kait kebiasaan dan persepsinya dalam me- orang dokter menemukan suatu hal ber-
lakukan sesuatu. Pasien akan berusaha dasarkan pengamatannya bahwa sesama
melakukan sesuatu untuk meningkatkan penderita stroke dapat saling memotivasi
kesehatannya sesuai dengan pengetahu- satu sama lain. Biasanya hal tersebut akan
an yang dimilikinya (Sulistyowati, Aty, & memberikan motivasi yang lebih besar
Gatum, 2020). bagi penderita stroke (Pandji, 2013).
Kemampuan individu untuk melakukan Keluarga merupakan sistem pen-
perawatan diri dipengaruhi oleh faktor dukung utama dalam masa pemulihan,
internal, yaitu efikasi diri, pengetahuan, merupakan orang yang paling dekat bagi
dan nilai terkait penyakit (Arianti, Ginting, anggota keluarga ketika sakit. Hasil
& Tampubolon, 2018). Pada data literatur, analisis data menunjukkan adanya
diperoleh adanya hubungan antara efikasi hubungan antara dukungan keluarga
diri dengan ADL pada pasien pascastroke. dengan tingkat kemandirian ADL pada
Pasien pascastroke dengan efikasi diri pasien pascastroke. Karunia (2016)
yang tinggi menunjukkan kemandirian menemukan pasien pascastroke dengan
ADL dan perilaku perawatan diri kategori dukungan keluarga kategori baik memiliki
baik. Sulistyowati dkk., (2020) menemu- tingkat kemandirian ADL yang mandiri.
kan adanya hubungan antara efikasi diri Dukungan keluarga dapat memicu pasien
dengan perilaku self care pada pasien untuk lebih semangat dalam berlatih dan
stroke. Dalam penelitiannya, pasien berkeinginan besar untuk sembuh dengan
mampu melakukan aktivitas perawatan diri melakukan aktivitas secara rutin. Selain
meskipun pasien masih belum mencapai itu, dukungan dari keluarga dapat mem-
kemandirian dalam beraktivitas dan me- bantu mengurangi masalah pada pasien
merlukan sedikit bantuan dari orang lain. pascastroke, seperti keputusasaan, ke-
Hal ini menimbulkan dampak positif bagi cemasan, depresi, dan perubahan emo-
pasien pascastroke dimana keyakinan sional yang biasanya terjadi secara tiba-
yang dimiliki pasien untuk melakukan tiba. Keberhasilan penyembuhan dan pe-
sesuatu berkontribusi besar dalam masa mulihan pasien pascastroke akan makin
pemulihan dan akan memotivasi pasien kecil apabila tidak ada dukungan dari
untuk memenuhi kebutuhan diri. keluarga (Wardhani & Martini, 2015).
11
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
Status ekonomi dapat mempengaruhi bilitasi. Faktor lainnya yang juga berperan
hasil akhir pada pasien stroke. Dalam dalam penurunan kemampuan perawatan
penelitian ini, pasien lansia dengan status diri pada pasien pascastroke, yaitu usia
keuangan mandiri diketahui memiliki yang sudah memasuki proses penuaan,
sumber daya pengobatan untuk mengatasi stroke hemoragik, pasien dengan stroke
stroke dan disabilitas. Pasien dengan berulang, fungsi kognitif yang lebih buruk,
tekanan atau beban keuangan yang risiko malnutrisi, kurangnya pengetahuan,
rendah dapat menerima intervensi reha- motivasi yang rendah, kurangnya keyakin-
bilitasi yang lebih banyak dan menjalani an akan kemampuan diri untuk melakukan
hidup yang lebih sehat. Ketersediaan sum- suatu aktivitas, dan finansial yang kurang
ber daya yang dimiliki pasien dapat men- mendukung dalam memperoleh fasilitas
dukung perawatan diri dan membantu pemulihan. Berdasarkan pemaparan ter-
proses pemulihan pascastroke (Pei dkk., sebut, dapat disimpulkan bahwa usia, jenis
2016). Hasil penelitian ini berbeda dengan stroke, frekuensi stroke, fungsi kognitif,
penelitian Muarandari & Wahyuliati (2014) status fungsional, status gizi atau nutrisi,
yang menyatakan bahwa makin tinggi dukungan keluarga, motivasi, efikasi diri,
status ekonomi, maka makin rendah rata- pengetahuan, dan status ekonomi me-
rata nilai perbaikan derajat paresis. Hal ini rupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
bisa terjadi karena adanya perbedaan kemampuan perawatan diri pada pasien
motivasi dan penggunaan asuransi ke- pascastroke. Adapun faktor status fung-
sehatan umum di antara kelompok sosial sional dan dukungan keluarga merupakan
ekonomi pasien. Pasien dengan status faktor yang paling banyak dibahas dalam
ekonomi rendah kemungkinan memiliki kajian literatur.
motivasi yang lebih besar untuk sembuh Studi literatur ini masih memiliki be-
dan berusaha mencapai akses pengobat- berapa kekurangan. Keterbatasan dalam
an terbaik dimana hal ini dapat menimbul- mengakses literatur karena kurangnya ke-
kan kepedulian masyarakat, sehingga mampuan peneliti dalam mengkombinasi-
masyarakat pun ikut mendukung pasien kan kata kunci untuk mencari literatur, juga
secara finansial. keterbatasan pengetahuan dan pemaham-
an peneliti mengenai kajian literatur. Selain
KESIMPULAN DAN SARAN itu, hampir seluruh literatur dalam studi ini
Berdasarkan hasil kajian literatur, ham- bukan merupakan penelitian dengan anali-
pir seluruh literatur yang didapatkan oleh sis multivariat sehingga peneliti tidak dapat
peneliti menyatakan status fungsional me- mengidentifikasi faktor yang paling domi-
rupakan faktor yang paling penting dalam nan dalam menentukan kemampuan diri
kemandirian pasien pascastroke. Pemulih- pasien pascastroke. Adanya keterbatasan
an fungsional diperlukan sebagai upaya dalam penelitian ini dapat menjadi masuk-
untuk memperoleh kembali kemandirian an bagi peneliti selanjutnya, yang akan
pasien pascastroke dengan mencapai melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan dalam melakukan aktivitas faktor kemampuan perawatan diri pada
fungsional secara optimal. Selain itu, be- pasien pascastroke, untuk dapat me-
berapa literatur di antaranya membahas modifikasi metode penelitian dengan
terkait pentingnya dukungan yang diberi- mengidentifikasi faktor berdasarkan uji
kan keluarga kepada pasien pascastroke statistik dan dapat mengidentifikasi faktor
dengan mendampingi pasien selama reha- dominan terhadap kemampuan perawatan
diri dengan menggunakan uji multivariat.
12
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
REFERENSI doi.org/10.2147/NDT.S253700
Aini, D. N., Arifianto, & Auliazardhi, Y. Dari, T. W., & Krisnawati. (2015).
(2018). Faktor-faktor yang Hubungan program fisioterapi dengan
berhubungan dengan kemandirian tingkat kemandirian pada pasien post
activity of daily living (ADL) pada pasien stroke. Jurnal Keperawatan, VIII(1),
post stroke di rehabilitasi medik RSUD 93–97.
Tugurejo Semarang. Jurnal NERS Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini,
Widya Husada, 3(1), 1–11. Diambil dari T. (2019). Meningkatkan Kualitas hidup
http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index lansia: Konsep dan berbagai strategi
.php/jners intervensi. Malang: Wineka Media.
Alligood, M. R. (2013). Nursing theorists Diambil dari https://books. google.co.id/
and their work (8th ed). In Fitri, F. I., Fithrie, A., & Rambe, A. S.
Contemporary Nurse (8 ed., Vol. 24). (2020). Association between working
Amerika Serikat: Elsevier Mosby. memory impairment and activities of
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1 daily living in post-stroke patients.
.106a Medicinski Glasnik, 17(2), 384–389.
Arianti, W. D., Ginting, S., & Tampubolon, https://doi.org/10.17392/1135-20
A. C. (2018). Hubungan pengetahuan Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S.
pasien tentang stroke dengan (2016). Care yourself stroke: Cegah
kepatuhan menjalani fisioterapi di dan obati sendiri. Jakarta: Penebar
ruang fisioterapi RSUD Dr. Pirngadi Plus+. Diambil dari https://books.
Medan tahun 2016. Jurnal Ilmiah google.co.id/
PANNMED, 13(1), 50–56. Johnson, C. O., Nguyen, M., Roth, G. A.,
Badan Penelitian dan Pengembangan Nichols, E., Alam, T., Abate, D., …
Kesehatan RI. (2018). Laporan Murray, C. J. L. (2019). Global,
nasional riset kesehatan dasar. regional, and national burden of stroke,
Kementrian Kesehatan RI, 1–582. 1990–2016: A systematic analysis for
Benjamin, E. J., Blaha, M. J., Chiuve, S. E., the global burden of disease study
Cushman, M., Das, S. R., Deo, R., … 2016. The Lancet Neurology, 18(5),
Muntner, P. (2017). Heart disease and 439–458. https://doi.org/10.1016/S147
stroke statistics’2017 update: A report 4-4422 (19)30034-1
from the American Heart Association. Karunia, E. (2016). Hubungan antara
Circulation, 135(10), e146–e603. dukungan keluarga dengan
https://doi.org/10.1161/CIR.000000000 kemandirian activity of daily living
0000485 pascastroke. Jurnal Berkala
Caplan, L. R. (2009). Caplan’s stroke: A Epidemiologi, 4(1), 213–224.
clinical approach (4 ed.). Philadelphia: https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.
Elsevier Health Sciences. 213–224
Chu, C. L., Chen, Y. P., Chen, C. C. P., Lubis, S. A., & Novitri, N. (2017).
Chen, C. K., Chang, H. N., Chang, C. Comparison of post-stroke functional
H., & Pei, Y. C. (2020). Functional recovery between ischemic and
recovery patterns of hemorrhagic and hemorrhagic stroke patients: A
ischemic stroke patients under post- prospective cohort study. Althea
acute care rehabilitation program. Medical Journal, 4(2), 267–270. https://
Neuropsychiatric Disease and doi.org/10.15850/amj.v4n2.1069
Treatment, 16, 1975–1985. https:// Marlina, & Nurachmah, E. (2013). Fungsi
13
Jurnal ProNers, Volume, No, July 2021
kemandirian pasien stroke dengan five years after stroke. Brain and
metode latihan “GAIT.” Jurnal Ners, Behavior, 9(6), 1–8. https://doi.org/
8(1), 56–63. 10.1002/brb3.1300
Moher D, Tetzlaff J, Altman DG, The Riskesdas. (2018). Laporan Provinsi
PRISMA Group. (2009). Preferred Kalimantan Barat Riskesdas 2018.
reporting items for systematic reviews Laporan Riskesdas Nasional 2018,
and meta-analyses. PRISMA 493.
Statement. Scrutinio, D., Lanzillo, B., Guida, P.,
Muarandari, A., & Wahyuliati, T. (2014). Passantino, A., Spaccavento, S., &
Efikasi fisioterapi terhadap perbaikan Battista, P. (2020). Association
derajat paresis berdasarkan status between malnutrition and outcomes in
ekonomi penderita stroke. Mutiara patients with severe ischemic stroke
Medika, 14(1), 33–38. undergoing rehabilitation. Archives of
Naziyah, Suharyanto, T., & Pratiwi, I. A. Physical Medicine and Rehabilitation,
(2019). Hubungan dukungan keluarga 101(5), 852–860. https://doi.org/10.
dengan perawatan diri (self care) 1016/j.apmr.2019.11.012
pasien dengan stroke hemoragik di Sulistyowati, D., Aty, Y. M. V. B., & Gatum,
ruang rawat inap RS Islam Jakarta A. M. (2020). Hubungan self efficacy
Cempaka Putih. Jurnal Ilmu dengan perilaku self care (dengan
Keperawatan dan Kebidanan Nasional, pendekatan teori Orem) pasien stroke
1(1). Diambil dari http://journal.unas. di poli saraf RSUD Prof. Dr. W. Z.
ac.id/health Johannes Kupang. CHM-K Applied
Pandji, D. (2013). Stroke bukan akhir Scientifics Journal, 3(3), 70–75.
segalanya. Jakarta: Elex Media Tsutsumiuchi, K., Wakabayashi, H.,
Komputindo. Maeda, K., & Shamoto, H. (2020).
Pei, L., Zang, X.-Y., Wang, Y., Chai, Q.-W., Impact of malnutrition on post-stroke
Wang, J.-Y., Sun, C.-Y., & Zhang, Q. cognitive impairment in convalescent
(2016). Factors associated with rehabilitation ward inpatients.
activities of daily living among the European Geriatric Medicine. https://
disabled elders with stroke. doi.org/10.1007/s41999-020-00393-0
International Journal of Nursing Wardhani, I. O., & Martini, S. (2015). The
Sciences, 3(1), 29–34. https://doi.org/ relationship between stroke patients
10.1016/j.ijnss.2016.01.002 characteristics and family support with
Pinzon, R., & Asanti, L. (2010). Awas compliance rehabilitation. Jurnal
Stroke! Pengertian, gejala, tindakan, Berkala Epidemiologi, 3(1), 24. https://
perawatan & pencegahan. Yogyakarta: doi.org/10.20473/jbe.v3i12015.24-34
ANDI. Whitiana, G. D., Vitriana, & Cahyani, A.
Prakoso, K., Vitriana, & Ong, A. (2016). (2017). Level of activity daily living in
Correlation between cognitive functions post stroke patients. Althea Medical
and activity of daily living among post- Journal, 4(2), 261–266. https://doi.org/
stroke patients. Althea Medical Journal, 10.15850/amj.v4n2.1068
3(3), 329–333. https://doi.org/10. Yueniwati, Y. (2016). Pencitraan pada
15850/amj.v3n3.874 stroke. Malang: Universitas Brawijaya
Rejnö, Å., Nasic, S., Bjälkefur, K., Press.
Bertholds, E., & Jood, K. (2019).
Changes in functional outcome over
14