Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Kekuasaan dan Politik


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah: Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu : Ibu Latifaturahmah S.E, M.M

Disusun Oleh:

Nama : Abidin
Nim : 221011935 4D
Prodi: Pendidikan Ekonomi

STKIP PANGERAN DHARMA KUSUMA


INDRAMAYU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan

berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah individu ini dengan

baik dan tanpa kendala apapun. Juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen pengajar Ibu

Latifaturahmah S.E, M.M ,kedua orang tua dan teman-teman seperjuangan.

Makalah berjudul “Kekuasaan dan Politik ” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 4

mata kuliah Perilaku Organisasi. Pemilihan judul didasarkan pada prosedur penugasan yang akan

dikaji dalam makalah ini.

Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik

secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta saran

dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.Penulis

berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi inspirasi bagi

pembaca.

Indramayu, 19 Maret 2023

Abidin

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN................................................................................................................................3

A. Rumusan Masalah..................................................................................................................3

BAB II..................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..................................................................................................................................2

A. Politik.....................................................................................................................................2

B. Kekuasaan..............................................................................................................................9

C. Korelasi Politik dan Kekuasaan...........................................................................................15

BAB III...............................................................................................................................................20

PENUTUP..........................................................................................................................................20

KESIMPULAN..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

Kekuasaan serta politik artinya suatu hal yg telah menjadi satu kesatuan serta tidak bisa
dipisahkan. di mana pada hal ini politik ialah galat satu bentuk dalam memperoleh kekuasaan atau
how to get the power. ketika kita membicarakan tentang politik maka sebenarnya kita
membicarakan suatu hal bagaimana seni manajemen buat menerima suatu kekuasaan.
Sedangkan kekuasaan ialah suatu energi yang dimiliki sang seseorang atau suatu grup buat
memuluskan tujuan yg ingin dicapai seseorang tadi.
Kekuasaan dalam politik artinya merupakan menghimpun dan menempatkan suatu energi
pada setiap orang pada grup yang gunanya memperoleh kekuatan buat memuluskan serta mencapai
tujuan yg hendak dicapai.
Kekuasaan dalam politik kadang terlihat seperti sangat "kotor", karena taktik seseorang atau
suatu gerombolan tadi pada berpolitik memungkinkan mereka buat menggunakan aneka macam
cara yang di akhirnya wajib mengorbankan seorang atau gerombolan lainnya. buat memperoleh
suatu tujuan tadi menggunakan berbagai alasan dan tidak hanya satu ideologi sampai pada tidak
sepaham secara budaya atau kepercayaan .
Kekuasaan diperoleh dengan cara berpolitik ialah upaya pada menguasai masyarakat,
seperti yang dilakukan orang-orang kebanyakan secara ideologikal sebagai akibatnya suatu pemilik
kekuasaan tadi berada di posisi tertinggi atau acapkali dianggap kaum "elit". Kaum elit merupakan
suatu minoritas kelompok yg mayoritasnya berada dalam kekuasaan, sehingga segala bentuk
perilaku masyarakat kebanyakan sering diindahkan menjadi sikap yang harus seragam.
Keseragaman pada menuju hal politik tersebut berbentuk statement yg lalu diturunkan
sebagai sebuah kebijakan bagi masyarakat kebanyakan. Kebijakan tersebut dikeluarkan atau
ditetapkan sang kaum elit yang akan mengatur segala sikap rakyat pada menjalankan dan
menyampaikan sumbangsih atau sokongan terhadap kehidupan warga , baik itu pada bentuk
kehidupan bernegara bahkan hingga pada kehidupan sosial masyarakat. tapi, karena sifat dan
kekuasaannya tersebut agar dapat bermanfaat wajib ditetapkan di ruang lingkup, arah serta batas-
batasnya. Maka asal itu diperlukan sebuah hukum yg ditetapkan sang penguasa itu sendiri yg wajib
dipegang dengan teguh (Soerjono Soekanto, 2012: 15-16).1

1
Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Cet.5
4
Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setia
porganisasi, tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam
perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada
dalam organisasi. Politik dan kekuasaan tidak hanya terjadi pada system pemerintahan, namun
politik juga terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan
pada unit keluarga (Paramita, 2011). Politika dalah suatu jaringanin teraksi antar manusia dengan
kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan (Khairani, 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian politik?
2. Apa definisi kekuasaan secara teoritis?
3. Bagaimana korelasi politik dan kekuasaan?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Politik

Politiksebagai Kepentingan Umum

Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara, serta alat yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan

jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu. Politik

dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan individu atau kelompok bergerak dan

masingmasing mempunyai kepentingan atau idenya sendiri (Achmad, 2019).

Politik dalam Arti Kebijaksanaan

Politik dalam arti kebijaksanaan adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu

yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita, keinginan atau keadaan yang

kita kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku

atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-

tujuan itu (Budiardjo, 2003). Ada lima elemen iklim politis dalam organisasi yang hendaknya dapat

dipahami manajer senior dalam mengendalikan organisasi.

Definisi Politik Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau

kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk

mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik sesungguhnya

tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa politik

mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset mengindikasikan bahwa politik kantor muncul

dan ia punya dampak terukur dalam perilaku organisasi.

• Menurut para ahli Definisi lain politik diajukan oleh

Richard L. Daft, yang menurutnya adalah “... penggunaan kekuasaan guna

mempengaruhi keputusan dalam rangka memperoleh hasil yang diharapkan.Penggunaan kekuasaan


6
dan pengaruh membawa pada 2 cara mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku

melayani diri sendiri. Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya

alamiah.

Dalam definisi pertama, politik melibatkan kecurangan dan ketidakjujuran yang

ditujukan demi kepentingan diri sendiri dan memicu konflik dan ketidakharmonisan di dalam

lingkungan kerja. Pandangan suram atas politik ini umum dianut masyarakat awam. Suatu

riset yang pernah diadakan dalam masalah ini menyuguhkan fakta bahwa pekerja yang

menganggap kegiatan politik dalam jenis ini di perusahaan kerap dihubungkan dengan

perasaan gelisah dan ketidakpuasan kerja. Riset juga mendukung keyakinan tidak

proporsionalnya penggunaan politik berhubungan dengan rendahnya moral pekerja, kinerja

organisasi yang rendah, dan pembuatan keputusan yang buruk.

Politik dalam cara pandang ini menjelaskan kenapa manajer tidak menyetujui perilaku

politik. Dalam definisi kedua, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah demi

menyelesaikan perbedaan di antara kelompok kepentingan di dalam organisasi. Politik adalah

proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi konflik dan perbedaan

pendapat.

Dalam cara pandang ini, politik sama dengan pembangunan koalisi dalam proses-proses

pembuatan keputusan. Politik bersifat netral dan tidak perlu membahayakan organisasi. Setelah

definisi politik per se dijabarkan, tibalah kita merujuk pada konteks pembicaraan politik dalam

buku ini, yaitu dalam konteks keorganisasian. Sebelumnya masuk lebih jauh, ada baiknya

dikemukakan beberapa definisi Politik Organisasi.

Richard L. Daft mendefinisikan politik organisasi sebagai “ [kegiatan yang]

melibatkan kegiatan memperoleh, mengembangkan dan menggunakan kekuasaan (power) dan

sumber daya lainnya guna mempengaruhi pihak lain serta menambah hasil yang diharapkan tatkala

terdapat ketidakmenentuan ataupun ketidaksetujuan seputar pilihan-pilihan yang tersedia.”

7
Dengan definisi ini, perilaku politik dapat menjadi kekuatan positif ataupun negatif.

Politik adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu tercapai. Ketidakmenentuan dan

konflik adalah alamiah dan tidak terelakkan. Politik adalah mekanisme guna mencapai persetujuan.

Politik melibatkan diskusi-diskusi informal yang memungkinkan orang mencapai kesepakatan

dan membuat keputusan yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ataupun tidak.

Douglas Fairholm, setelah menelusuri sejumlah definisi politik organisasi, mengambil

sejumlah benang merah definisi politik keorganisasian, yang meliputi :

1)Tindakan yang diambil oleh individu melalui organisasi;

2) Setiap pengaruh yang dilakukan seorang aktor terhadap lainnya;

3) Upaya satu pihak guna mempromosikan kepentingan-diri atas pihak lain dan, lebih lanjut,

mengancam kepentingan-diri orang lainnya;

4) Tindakan-tindakan yang biasanya tidak diberi sanksi oleh organisasi tempatnya terjadi,

atau hasil yang dicari tidak diberikan sanksi;

5) Politik keorganisasian melibatkan sejumlah proses pertukaran dengan hasil yang zero-

sum (menang-kalah);

6) Politik keorganisasian adalah proses yang melibatkan perumusan sasaran politik,

strategi pembuatan keputusan, dan taktik; serta

7) Politik keorganisasian adalah esensi dari kepemimpinan. Akhirnya, Fairholm

mendefinisikan politik keorganisasian sebagai “ ... meliputi tindakan-tindakan yang diambil

untuk memperoleh dan menggunakan power (kekuasaan) dalam hal pengendalian sumber

daya organisasi demi mencapai hasil yang diharapkan oleh satu pihak diperhadapkan dengan

pihak lainnya.”Jeffrey Pfeffer, perintis riset politik dalam organisasi, mendefinisikan politik

keorganisasian sebagai “ ... penerapan atau penggunaan power (kekuasaan), dengan mana

kekuasaan sendiri didefinisikan sebagai kekuatan potensial.” Definisi politik dan politik

organisasi kiranya saling bersinggungan. Konsep-konsep kekuasaan, influence (pengaruh),

resources (sumberdaya), interest (kepentingan), merupakan sejumlah konsep inheren (melekat) di

8
dalam definisi politik maupun politik organisasi. Juga Green dan Liden (1980) menyatakan

penyelia berkeyakinan sebab-sebab buruknya kinerja bawahan dipengaruhi oleh fokus dan

intensifnya tindakan yang diambil penyelia dan digunakan untuk mengontrol impelementasi

kebijakan. Kontrol kebijakan sangat berpengaruh dan cenderung berhubungan dengan atribusi

dalam membentuk tindakan penyelia. Penyelia dan bawahan lebih terpuaskan dengan tindakan yang

diambil dalam kondisi, dimana terdapat alasan bahwa masalah kinerja yang sedang dialami

bersumber dari faktor-faktor yang ada luar kekuasaan bawahan.

Dapat diinterpretasi bahwa kualitas hubungan pengawasan implementasi kebijakan dengan

dasar reward power berpengaruh buruk pada penilaian bawahan terhadap penyelia. Oleh karenanya,

bawahan merasa tidak puas dengan kualitas hubungan pengawasan, dan perilaku penyelia

dipersepsi politis. Bawahan merespon situasi tersebut dengan cara berperilaku politik

mempengaruhi yang berfokus pada penyelia, berfokus pada jabatan, dan berfokus pada diri sendiri

(Wayne & Ferris, 1990).

Proses tersebut terus berlanjut karena menurut Harrell-Cook, dkk., (1999) perilaku politik

dapat digunakan sebagai bentuk kontrol atau sebagai mekanisme dalam menghadapi tingginya

politik di lingkungan organisasi yang dirasa individu tidak menyenangkan. Konsisten dengan

analisis di atas, pada atmosfer organisasi yang lebih tinggi, Stone (dalam Wilson, 1995) menyatakan

proses implementasi adalah sebuah proses politik. Implementasi adalah aktivitas konkrit sebagai

kelanjutan dari sebuah latar tujuan implementasi tujuan sebelumnya.

Implementasi sebagai proses yang berkelanjutan dari spesifikasi dan penilaian kembali,

proses implementasi tersebut tidak dapat dielakkan akan menghasilkan modifikasi tujuan dan

menjadi sebuah proses politik. Proses implementasi adalah bagian yang signifikan dari proses

pengambilan keputusan, dalam perannya sebagai implementator, maka karier ekskutip menjadi

"instrument" proses politik.

Sebagai instrumen, anggota ekskutip terjerat atau terperangkap dalam sebuah jaringan

(sebuah politik memperebutkan "kursi panas") yang meliputi banyak konflik dan persaingan tujuan,

9
nilai, dan tuntutan. Antara tujuan-tujuan tersebut dan proses implementasi yang sebenarnya terpusat

pada kekuasaan, misalnya pemilihan kepala kantor, kepentingan kelompok khusus, hak-hak pribadi,

dan birokrasi profesional, masing-masing berkompetisi memperjuangkan kepentingannya. Expert

power berhubungan dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan expert power

dapat dikategorikan sebagai taktik mempengaruhi (Yukl & Falbe, 1991).

Expert power lebih dekat dengan sumber kekuasaan personal yang berasosiasi dengan taktik

inspirasional dan taktik yang rasional. Analisis tersebut diperkuat dengan temuan-temuan penelitian

yang memperlihatkan bahwa expert power berhubungan sangat kuat dengan taktik persuasi rasional

(Yukl & Falbe, 1991) Agen mengunakan expert power melalui taktik-taktik rasional dan

inspirasional untuk mempengaruhi dan menciptakan ketergantungan target.

Target dengan demikian akan mengembangkan taktik yang berfokus pada atasan untuk

mendekati agen dan taktik berfokus pada jabatan atau pekerjaan sebagai usaha untuk mengurangi

ketergantungan pada agen. Temuan penelitian Martin dan Hunt (dalam Atwater & Yammarino,

1996) konsisten dengan itu menunjukkan expert power berhubungan dengan pengajuan struktur.

Adanya pengaruh positif expert power pada perilaku politik organisasi merupakan indikasi

bahwa expert power adalah sumber kekuasaan yang menginspirasi bawahan untuk berinisiasi,

berinisiatif, bereksplorasi dan bereksperimentasi dalam mengembangkan taktik politik

mempengaruhi.

Expert power akan membuat pegawai lebih rasional dan inspiratif dalam berperilaku politik

dan tampak akan lebih ahli, lebih licil dan lebih tersamar dalam berperilaku politik. Tidak adanya

pengaruh referent power pada perilaku politik organisasi dapat dijelaskan oleh temuan penelitian

Atwater dan Yammarino (1996). Referent power berhubungan dengan gaya kepemimpinan

partisipatif. Kepemimpinan partisipatif berarti pimpinan mengunakan teknik kecenderungan

partisipasi pengambilan keputusan (Parnell & Bell, 1994).

Partisipasi pengambilan keputusan merupakan teknik untuk mengendalikan lingkungan

kerja dan organisasi. Bawahan yang aktif terlibat dalam proses pembuatan keputusan akan

10
mengalami peningkatan pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

organisasi dan dengan cara demikian mengalami penurunan perasaan politik. Temuan penelitian ini

juga membuktikan partisipasi pengambilan keputusan menurunkan perilaku politik organisasi.

Peningkatan pemahanan karena partisipasi pengambilan keputusan pada tingkat tertentu dapat

menghilangkan perilaku politik organisasi.

Oleh karenanya, referent power yang identik dengan gaya kepemimpinan partisipatif akan

menurunkan perilaku politik organisasi. Referent power merupakan sumber kekuasaan personal dan

berkorelasi positip dengan kepemimpinan transaksional (Atwater & Yammarino, 1996).

Walapun masih terjadi perdebatan teoritis, antara expert dan referent power dianggap dua

konsep yang mendekati charisma (Kudisch, 1995).

Beberapa kelebihan kharisma sebagai kombinasi expert dan referent power diantaranya

adalah bahwa orang yang dipersepsi kharismatik dianggap dapat dipercaya memegang posisi

kepemimpinan (Yukl & Falbe, 1991).

Kharisma terlihat memiliki kemampuan yang luar biasa, pada saat tertentu memperlihatkan

kekuatan supranatural, dan dipatuhi oleh pengikutpengikutnya (Gleen, 1975).

Pemimpin yang kharismatik bersedia berkorban dengan berperilaku baik mengikuti apa

yang oleh pengikut dianggap tepat untuk diyakini, dedikaksi, dan diapresiasi.

Pengaruh kharisma dan referent power didasarkan atas rasa penerimaan personal (Kudisch,

1995). Penerimaan sumber-sumber kekuasaan atasan berkorelasi positip dengan motivasi kerja

bawahan dan berkorelasi negatip dengan stres bawahan (Elangovan & Xie, 1999).

Oleh karenanya melalui mekanisme psikologis seperti itu, expert power pada batas-batas

tertentu tidak dianggap sebagai taktik politik, dan dengan demikian tidak berpengaruh pada perilaku

politik organisasi. Analisis tersebut konsisten dengan temuan penelitian Yukl, dkk., (1996) bahwa

agen yang memiliki referent power yang kuat akan menggunakan taktik perilaku mempengaruhi

seperti konsultasi, taktik dukungan inspirasional, dan membentuk persuasi rasional. Temuan

penelitian Martin dan Hunt (dalam Atwater & Yammarino, 1996) konsisten dengan itu

11
menunjukkan referent power berkaitan dengan pangajuan struktur. Yukl (1981) menyatakan bahwa

pimpinan yang efektif berusaha menghindari kekuasaan koersif, karena akan menciptakan dendam

dan mengikis referent power.2

B. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kapasitas seseorang, tim, atau organisasi untuk mempengaruhi yang lain

(Paramaartha, 2015). Kekuasaan tidak dimaksudkan untuk mengubah perilaku seseorang,

melainkan potensi untuk mengubah seseorang. Lebih jauh lagi, kedua ahli ini menjelaskan bahwa

kekuasaan mensyaratkan kebergantungan. Dengan kata lain, pihak yang berkuasa memiliki hal yang

dianggap penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa berada di bawah kendali pihak

yang memiliki kekuasaan.

Seseorang dapat dikatakan memiliki kekuasaan terhadap orang lain jika ia dapat mengontrol

perilaku orang lain. Kekuasaan adalah hubungan nonresiprokal antara dua orang atau lebih.

Nonresiprokal di dalam konteks ini dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan kuasa yang dimiliki

oleh individu yang satu dan individu yang lain. Dengan kata lain, dua pihak yang memiliki

hubungan nonresiprokal mungkin saja tidak memiliki kekuasaan yang sama di dalam wilayah yang

sama. Kekuasaan memungkinkan seseorang memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan yang

ia inginkan. Perbedaan tujuan berbagai pihak yang terhimpun di dalam organisasi akan mendorong

pihak-pihak tersebut melakukan politik organisasi. Politik organisasi inilah yang selanjutnya

menimbulkan benturan-benturan atau konflik di dalam organisasi. Namun, konflik tidak selalu

membawa dampak buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa dampak positif jika dikelola

dengan benar.

Adalah gagasan politik yang berkisar pada sejumlah karakteristik. Karakteristik tersebut

mengelaborasi kekuasaan selaku alat yang digunakan seseorang, yaitu pemimpin (juga pengikut)

gunakan dalam hubungan interpersonalnya.

2
Vol. 1, No. 2 2017 | 129
12
• Menurut para ahli:

1) Gilbert W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk

mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan

mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan kekuasaan

secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas personal-lah yang membuat pengguna

kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan orang lain.

2) Morgan dalam karya penelitiannya Images of Organization, mendefinisikan kekuasaan

sebagai “... medium lewat mana konflik kepentingan diselesaikan ... kekuasaan mempengaruhi

siapa dapat apa, kapan dan bagaimana ... kekuasaan melibatkan kemampuan mempengaruhi

orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.”

3) Stephen P. Robbins mendefinisikan kekuasaan sebagai

“... kapasitas bahwa A harus mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan

apa yang diharapkan oleh A. Definisi Robbins menyebut suatu “potensi” sehingga kekuasaan bisa

jadi ada tetapi tidak dipergunakan. Sebab itu, kekuasaan disebut sebagai “kapasitas” atau “potensi”.

Seseorang bisa saja punya kekuasaan tetapi tidak menerapkannya. Kekuasaan punya fungsi

bergantung. Semakin besar ketergantungan B atas A, semakin besar kekuasaan A dalam

hubungan mereka. Ketergantungan, pada gilirannya, didasarkan pada alternatif yang ada pada

B dan pentingnya alternatif tersebut bagi B dalam memandang kendali A.

Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan

yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana influence (pengaruh).

7 Penggunaan kekuasaan reward biasanya dilakukan oleh orang di tingkatan tertinggi hirarki

organisasi. Mereka biasanya punya akses pada material, informasi atau upah psikologis

(senyum, perhatian, pujian, kata-kata manis).

Manajemen tingkat menengah dan para supervisor juga biasanya memiliki jenis kekuasaan ini.

Sebaliknya, pekerja juga dapat menerapkan kekuasaan reward ini kepada atasannya, dengan

13
cara menerapkan energi dan skill yang mereka miliki guna menyelesaikan pekerjaan yang

diharapkan seorang manajer. Karena manajer bergantung pada kinerja pekerja, maka pekerja

dapat menyetir perilaku manajer agar sesuai keinginan mereka.

2. Coercive Power Coercive Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan

seseorang menyediakan dampak hukuman pada target akibat ketidakpatuhannya. Kekuasaan

ini terletak pada kemampuan seseroang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik.

Seperti reward, kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang

lain akibat kemampuannya menerapkan hasil yang tidak diinginkan. Ketidakpatuhan atas orang

yang punya jenis kekuasaan koersif menghasilkan penerapan hukuman dalam bentuk menahan

reward yang diinginkan. Ini merupakan situasi kekuasaan koersif, kekuasaan yang mengikuti

model militer.

3. Expert Power Expert Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan

pengetahuan khusus yang dimiliki seseorang di mana target atau orang lain kerap menggunakan

atau bergantung kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu Expert Power

merupakan sumber kekuasaan yang penting untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari orang

yang punya skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain. Jika

orang merengek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang ia miliki untuk

membantu mereka, maka pekerja tersebut punya kekuasaan.

4. Legitimate Power Legitimate Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan

orang lain bahwa pelaku kekuasaan punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka.

Perasaan ini merupakan hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan

hadir pada mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk memberi perintah. Kekuasaan dan Politik

Kekuasaan (power) adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain dengan

tujuan merubah sikap atau tingkah laku individual atau kelompok dalam organisasi.Kemampuan ini

dimiliki oleh setiap orang.

14
Politik merupakan akses atau jalur pada kekuasaan, idealnya bahwa struktur organisasi,budaya

dan komunikasi yang dibangun memungkinkan kesempatan kerabat kerja pada akseskekuasaan.

Saling ketergantungan antar divisi, departemen atau fungs-fungsi organisasi perluditingkatkan

intensitasnya(Tyson,1992).

Kekuasaan adalah apa yang dapat diperoleh seseorang/kumpulan untuk mengamalkan ahli

tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak dapat dilakukan melebihi

kekuasaan yang diperoleh atau kemampuan untuk memengaruhi tingkah laku individu/ kelompok

sesuai keinginan orang pelaku tersebut (Budiarjo, 2002). Kekuasaan tidak sama dengan kekuatan,

kekuasaan adalah kapasitas untuk memengaruhi orang lain dengan tujuan bahwa individu perlu

melakukan keinginan untuk memengaruhi (Heywood, 2004).

Kekuasaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, ada yang (memaksa) dan ada yang dengan

kesepakatan (tanpa paksaan). Contoh kekuatan yang didapat dengan kesepakatan adalah ras umum,

pengaturan, hibah sesuai prinsip yang sesuai. Sedangkan kekuasaan diperoleh melalui kekejaman

(tekanan) misalnya kerusuhan yang terjadi di Myanmar.

Melalui pembicaraan tipu muslihat yang dilakukan oleh Partai Asosiasi Pemerintahan Mayoritas

(NLD) yang dimotori oleh Aung san Suu Kyi, taktik yang dimotori oleh Min Aung Hlaing mulai

dikuasai sejak 1 Februari 2021. Dari model ini jelas kekuasaan dihubungkan dengan individu atau

perkumpulan yang mengatur dengan orangorang yang diwakili.

Kekuasaan menjadi sesuatu yang dirampas dan harus dilindungi. Orang-orang yang berkuasa

akan mengatur orang-orang yang tidak berkuasa, dengan demikian orang-orang bekerja sebagai

subjek dan objek kekuatan (Siregar, 2021). Kekuasaan adalah kapasitas individu untuk

memengaruhi perilaku orang-orang atau pertemuan-pertemuan agar berjalan seperti yang

diperintahkan atau disarankan. Penghibur yang menjalankan kekuasaan dapat berupa individu,

perkumpulan, atau pemerintah. Kekuatan kecil mencakup 2 pertemuan.

Kekuasaan juga memiliki hubungan dengan pengaruh (kemampuan untuk membujuk orang lain

melalui motivasi yang kuat untuk mencapai sesuatu pengendalian dampak yang tidak dipahami oleh

15
orang lain untuk memuaskan keinginan pemegang kekuasaan). Kekuatan yang dapat ditemukan

dalam kolaborasi yang bersahabat di antara orang-orang dan di antara tandan memiliki beberapa

komponen prinsip, secara spesifik: Pertama, ketakutan, perasaan takut akan seseorang mengarah

pada kepatuhan terhadap setiap keinginan dan aktivitas individu yang ditakuti. Ketakutan adalah

kecenderungan pesimis karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terkekang.

Individu yang memiliki ketakutan akan melakukan segala sesuatu sesuai keinginan individu yang

dia takuti untuk menjauhi masalah yang akan menimpanya, dengan asumsi dia tidak menurutinya.

Keunikan ini disebut perilaku lingkungan yang cocok. Ketakutan ini secara efektif digunakan dalam

tatanan sosial dengan negaranegara tiran.

Kedua cinta, yang menghasilkan kegiatan yang sebagian besar pasti. Dengan asumsi ada respon

positif dari daerah yang dikuasai, kekuasaan akan benar-benar ingin berjalan dengan baik dan

konsisten. Ketiga kepercayaan, kepercayaan dapat muncul karena adanya hubungan langsung antara

setidaknya dua individu yang berafiliasi. Kepercayaan ini sangat penting untuk kemajuan kekuatan.

Keempat pemujaan, seorang individu atau kumpulan individu yang memegang kekuasaan memiliki

premis cinta dari orang lain.

Dengan demikian, setiap tindakan para ahli dipertahankan atau mungkin dianggap benar.

Keempat komponen tersebut merupakan sarana yang biasa digunakan oleh penguasa untuk

memiliki pilihan mempraktikkan kekuatan yang ada dalam genggamannya. Dalam masyarakat kecil

dan rendah hati, keinginan untuk menjalankan kekuasaan harus dimungkinkan dengan cara yang

membingungkan, hubungan antara penguasa dan yang dikelola mungkin terpaksa dilakukan secara

tidak langsung. Di mata publik, kekuasaan dalam pelaksanaannya dibantu melalui saluransaluran

tertentu. 3

Di antaranya adalah:

1) Militer, untuk melatih kekuatan mereka, para ahli akan menggunakan lebih banyak tekanan

dan kekuatan militer, alasan mendasar untuk membuat ketakutan di arena publik, dengan tujuan

agar mereka tunduk pada keinginan penguasa atau sekelompok orang yang dianggap sebagai
3
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Juispol) Vol.2 No.1 31
16
penguasa: karena kepentingan ini, asosiasi dan kekuatan unik secara teratur dibentuk untuk berjalan

sebagai administrasi misteri.

(2) Ekonomi, penguasa berusaha mengendalikan kehidupan individu dengan mengadopsi

strategi memanfaatkan saluran keuangan; dengan contoh kontrol ini, para penguasa dapat

menyelesaikan pedoman mereka dan akan menyalurkan administrasi mereka dengan persetujuan

tertentu. Strukturnya bisa sebagai infrastruktur penahan, pemimpin wilayah penting di mata publik,

atau pemimpin buruh.

(3) Politik, melalui jalur politik, para ahli dan otoritas publik berusaha membuat pedoman yang

harus dipatuhi oleh daerah, antara lain dengan membujuk atau mendorong masyarakat umum untuk

tunduk pada pedoman yang dibuat oleh badan yang diakui dan otentik.

(4) Tradisi, saluran amalan ini biasanya merupakan saluran yang paling disukai, mengingat

adanya kesesuaian antara sifat-sifat yang dikenakan dengan tradisi atau adatistiadat pada

masyarakat umum, sehingga kegiatan pemaksaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

(5) Ideologi, para penguasa di depan umum biasanya mengedepankan suatu perkembangan

pelajaran atau ajaran, yang diharapkan dapat memperjelas dan sekaligus memberikan semangat

pada aktivitas kekuasaan mereka; ini dilakukan sedemikian rupa sehingga kekuatannya dapat

diubah menjadi kekuatan. Setiap penguasa dapat mencoba untuk menjelaskan filosofinya dan

diharapkan dengan tujuan bahwa itu dibakukan dan secara mengejutkan disamarkan dalam

penduduk masyarakat.

(6) Saluran yang berbeda, untuk menambah pengaruhnya, para ahli biasanya tidak terbatas pada

stasiun-stasiun seperti di atas, tetapi juga menggunakan stasiunstasiun lain, terutama sebagai

korespondensi massal seperti pengumuman, selebaran, surat kabar, radio, TV, pameran musik, atau

apa pun yang menarik belas kasihan massal.

Kemajuan yang sangat cepat dalam inovasi perangkat khusus massal telah mendorong saluran

ini dianggap sebagai media penting sebagai saluran untuk aktivitas kekuatan.

17
Struktur dan pengaturan kekuatan pada dasarnya secara konsisten menyesuaikan dengan

masyarakat dengan kebiasaan dan standar perilaku pribadinya;

Kekuasaan ini dianggap signifikan di arena publik tergantung pada kecemasan terhadap

kehancuran di arena publik, jenis rekonsiliasi yang dijaga oleh kontrol ramah yang dianggap hanya

siap untuk diselesaikan oleh penguasa. Semakin bertambahnya jumlah individu, maka individu

mulai memahami bahwa permintaan atau permintaan masyarakat tidak dapat menggunakan contoh

kontrol di bawah satu pihak, namun harus ada pembagian kekuatan, seperti yang diungkapkan oleh

seorang ilmuwan sosial, Robert M. Mc Iver (1954), bahwa kekuatan itu ada sebagai lapisan atau

piramida. Kekuasaan tidak hanya menyiratkan bahwa banyak orang bergantung pada seorang

penguasa, kekuasaan secara konsisten menyiratkan kerangka berlapis yang berbeda.

Mc. Iver menggambarkan kekuatan dalam tiga contoh umum susunan lapisan atau piramida

kekuatan, khususnya. Tipe pertama yaitu kasta, merupakan susunan lapisan-lapisan kekuatan

dengan garis pemisah yang tegas. Jenis ini umumnya terdapat pada tipe-tipe masyarakat yang

berposisi, di mana praktis tidak ada pembangunan yang ramah ke atas; garis pemisah antara setiap

lapisan agak kedap.

C. Korelasi Politik dan Kekuasaan

Kekuasaan dan politik dalam organisasi merupakan perilaku yang sangat penting

dalamorganisasi. Bagi pimpinan politik bisa digunakan secara positif untuk meningkatkan

kinerjaorganisasi, menjaga stabilitas kekuasaan, politik juga bisa digunakan untuk memotivasi

kerabatkerja untuk melakukan pengarahan sumber daya pada pencapaian organisasi. Politik juga

bisadigunakan untuk melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam

partisipasipengambilan keputusan yang lebih rasional dengan mekanisme politik.4

Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut

berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan

4
(Tyson,1992).
18
kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan

pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan.

Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur

kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk

itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat

terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.

Politik dan kekuasaan dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan

kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi.

Memahami masalah pemerintahan harus dilihat dari rangkaian pengalamannya. Secara

etimologis, masalah pemerintahan berasal dari kata Yunani polis. Polis menyiratkan kota dengan

status negara kota. Pemahaman tentang isu-isu pemerintahan yang tercipta di Yunani pada saat itu

dapat diartikan sebagai jalur hubungan antara orang-orang dan orang lain untuk mencapai

kemaslahatan bersama. Sebagaimana ditunjukkan oleh Rujukan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), pemikiran masalah legislatif adalah informasi tentang organisasi negara atau negara

(seperti pengaturan pemerintahan, premis pemerintahan). Pengaturan politik disebut juga semua

masalah dan kegiatan (strategi, strategi, dll) sehubungan dengan otoritas publik suatu negara atau

terhadap negara yang berbeda. Masalah pemerintahan adalah cara individu memutuskan hidup

dalam kelompok. Isu-isu pemerintahan terkait dengan penyelesaian pengaturan antar individu

sehingga mereka dapat hidup masing-masing dalam kelompok seperti klan, daerah perkotaan, atau

negara. Sementara itu, teori politik merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat dimanfaatkan

untuk mengetahui apa itu masalah legislasi. Teori politik adalah ilmu yang memeriksa gagasan

untuk memutuskan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan ini dan setiap hasil. Teori politik

berkonsentrasi pada pemerintah dalam keseluruhan struktur dan sudutnya, baik hipotetis maupun

pragmatis. Ketika menjadi bagian dari penalaran, teori politik saat ini biasanya dianggap sebagai

sosiologi. Teori politik memiliki banyak cabang. Beberapa sangat hipotetis, termasuk Cara Berpikir

19
Politik, Ekonomi Politik, atau Sejarah Pemerintah; yang lain memiliki orang campuran, seperti

kebebasan dasar, masalah legislatif serupa, manajemen kebijakan, korespondensi politik, dan siklus

perjuangan. Secara umum dalam memahami kajian kekuasaan dan politik kita akan dituntut

memahami lima konsep dalam kajian politik:

(1) teladan, dalam pandangan tradisional, persoalan perundangundangan dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk mencapai suatu kesusilaan yang khas dianggap memiliki keutamaan yang lebih

tinggi. Kepentingan publik secara teratur diuraikan sebagai tujuan moral atau kualitas ideal dinamis

seperti kesetaraan, kebenaran dan kepuasan. Pandangan tradisional dianggap dikaburkan di samping

berbagai pemahaman tentang kepentingan publik itu sendiri. Kepentingan umum juga dapat

diartikan sebagai kehendak luas, kehendak semua atau sebagian besar kepentingan;

(2) Kelembagaan, menurut Max Weber, masalah legislatif adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan organisasi negara. Max Weber melihat negara dari perspektif yuridis formal

yang statis. Negara dianggap memiliki hak istimewa untuk mengonsumsi kekuasaan yang

sebenarnya. Namun, ide ini hanya berlaku untuk negara-negara saat ini, khususnya negara-negara

yang sudah memiliki pemisahan dan spesialisasi pekerjaan, negara-negara yang memiliki batas

wilayah yang jelas dan yang penduduknya tidak bepergian;

(3) Kekuatan, Robson berpendapat bahwa masalah legislatif adalah tindakan mencari dan

mempertahankan kekuasaan atau bertentangan dengan aktivitas kekuatan. Kekuasaan itu sendiri

adalah kapasitas individu untuk memengaruhi orang lain, dua pertimbangan dan kegiatan sehingga

individu berpikir dan bertindak seperti yang ditunjukkan oleh individu yang memengaruhinya.
5
Kekurangan dari ide ini adalah ide dari sudut pandang politik dan non-politik tidak dapat dikenali

dan lebih jauh lagi bahwa kekuasaan hanyalah sebuah ide tunggal dalam teori politik, masih ada

ide-ide filosofi, otentisitas dan perjuangan.

(4) Fungsionalisme, David Easton berpendapat bahwa masalah legislatif adalah penjatahan

definitif kualitas berdasarkan kekuasaan dan membatasi masyarakat umum. Sementara itu,

sebagaimana ditunjukkan oleh Harold Lasswell, masalah legislatif adalah siapa yang mendapat, apa
5
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Juispol) Vol.2 No.1 33
20
yang mendapat, kapan mendapat dan bagaimana mendapat penghargaan. Hal ini cenderung terlihat

bahwa isu-isu pemerintahan adalah definisi dan pelaksanaan pendekatan publik. Kekurangan dari

ide ini adalah bahwa otoritas publik ditetapkan sebagai metode dan wasit kontes antara kekuatan

politik yang berbeda untuk mendapatkan kualitas terbaik dari strategi publik tanpa berfokus pada

kepentingan otoritas publik itu sendiri.

(5) Perjuangan memperoleh kekuasaan. Pandangan contention menggambarkan bahwa isu-isu

legislatif adalah gerakan untuk memengaruhi pendekatan detail dan umum dengan tujuan akhir

untuk memengaruhi, memperoleh, dan mengikuti nilai-nilai. Akibatnya, sering terjadi diskusi dan

bentrokan antara orang-orang yang memperjuangkan dan orang-orang yang melindungi harga diri.

Kekurangan dari ide ini adalah tidak semua pertentangan memiliki aspek politik. Kekuasaan adalah

kapasitas individu atau kumpulan individu untuk memengaruhi perilaku orang lain atau kelompok

sehingga perilaku tersebut sesuai dengan keinginan dan tujuan individu yang memiliki kekuatan

tersebut. Kekuasaan politik adalah “kemampuan untuk memengaruhi pengaturan publik

(pemerintah) baik dalam perkembangannya maupun hasilhasilnya sesuai dengan tujuan dari

pemegang kekuasaan itu sendiri”.

Pada dasarnya kekuatan politik adalah kapasitas orang atau perkumpulan untuk menggunakan

sumber kekuatan yang dapat menegakkan wilayah kekuasaannya untuk mencapai tujuan tertentu.

Sumbersumber tersebut dapat berupa komunikasi luas, media umum, mahasiswa, elit politik,

perintis daerah atau militer. Macam-macam kekuatan yang kita ketahui secara keseluruhan dapat

dipisahkan menjadi beberapa macam kekuatan sebagai berikut;

(a) kekuasaan pemimpin, yang dikenal sebagai kekuasaan pemerintah di mana mereka

sebenarnya menjalankan roda pemerintahan;

(b) kekuasaan otoritatif, yaitu sesuatu yang disetujui untuk dibuat, dan memberikan sanksi

kepada undang-undang dan sekaligus mengawasi roda pemerintahan;

(c) kekuatan hukum, khususnya kekuatan penyelesaian yang sah, yang ditegakkan oleh

kekuatan polisi, untuk menjamin kebutuhan hukum (Putri, 2019).

21
Komponen gaya, ada tiga bagian dalam rangkaian gaya yang akan memengaruhi penguasa atau

pionir dalam menjalankan kekuasaannya. Bagian-bagian ini harus diikuti, direnungkan, mengingat

fakta bahwa mereka saling terkait dalam roda kehidupan penguasa. Ketiga bagian tersebut adalah

pelopor (pemilik atau pengatur kekuatan), pendukung dan keadaan.

Dalam kekuatan ini, memanfaatkan hipotesis kekuatan Max Weber dan hipotesis prakt is yang

mendasa ri Talco o t Parsons(Parsons, 1969). Weber mencirikan kekuasaan sebagai kesempatan

bagi seorang individu untuk memaksa orang lain untuk bertindak sesuai keinginannya. Isu-isu

legislatif seperti itu dapat diringkas dalam contoh utama tentang perebutan kekuasaan.

Max Weber (Brennan, 2020) mengusulkan beberapa jenis kekuatan manusia yang juga terkait

dengan hubungan kekuasaan. Yang dimaksud dengan kekuasaan adalah kemampuan untuk

mencapai tujuan tertentu yang diakui secara resmi oleh individu-individu dari daerah setempat.

Jenis kekuasaan yang disebutnya sebagai otoritas legitimasi normal adalah jenis kekuasaan yang

memerintahkan perkembangan yang menciptakan keberadaan budaya masa kini. Kewenangan

tersebut didasarkan pada (keaslian) yang menurut orang-orang yang berpengaruh penting adalah

haknya.

Dalam masalah legislatif, kekuasaan diharapkan dapat membantu dan menjamin jalannya

pilihan politik dalam kehidupan individu. Asosiasi yang konsisten antara isu-isu pemerintahan dan

kekuasaan membuat setiap pembicaraan tentang isuisu legislatif secara konsisten memasukkan

kekuasaannya di dalamnya. Itulah alasannya meneliti sekularisasi kekuatan. Sekularisasi politik

sesungguhnya mengharapkan untuk membunuh kekuasaan sehingga tidak dilegitimasi sebagai

sesuatu yang sakral atau suci.

Kekuasaan sebagai tindakan politik harus dipahami sebagai tindakan manusia yang dicapai,

dipertahankan dan diulang terus-menerus. Kekuasaan digambarkan dengan cara yang berbeda,

kekuasaan dicirikan sebagai peluang untuk memengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan tujuan

penghibur. Isuisu legislatif tanpa penggunaan kekuatan tidak akan selesai, yaitu, sejauh

individuindividu memegang posisi politik yang berbeda, dengan asumsi mereka harus diakui dan

22
menjalankan strategi administrasi, maka, pada saat itu, pekerjaan untuk memengaruhi pelaksanaan

pemerintahan. orang lain dengan wawasan praktis.

Kekuasaan secara konsisten ada di setiap masyarakat umum, baik yang tidak mencolok maupun

yang besar dan kompleks dalam strukturnya. Meskipun demikian, secara konsisten ada kekuasaan

yang tidak dapat dibagi secara merata di antara semua warga negara. Kekuasaan adalah kapasitas

untuk melakukan atau memengaruhi sesuatu atau apapun. Kekuatan dalam pengaturan ini terhubung

dengan organisasi, yang mengacu pada kapasitas individu untuk membuat perubahan/kontras di

planet ini. Kekuasaan adalah kapasitas, batasan, atau posisi yang sah untuk bertindak, khususnya

selama waktu yang digunakan untuk menunjuk otoritas.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

23
Politik tidak dapat dipisahkan dari organisasi karena merupakan entitas sosial. Setiap orang di

organisasi akan menggunakan teknik dan metode mereka sendiri untuk bersaing mendapatkan

sumberdaya yang terbatas agar dapat diterima secara etis oleh anggota tim lainnya, seorang manajer

harus tahu cara bermain politik dengan cara yang etis dan halus. Perilaku seseorang bukanlah tujuan

dari kekuasaan, melainkan kemampuan untuk mengubah seseorang. Kekuasaana adalah hubungan

antara dua orang atau lebih di mana tidak ada pertukaran timbale balik. Ketimpangan kekuasaan ini

mempengaruhi setiap orang. Subordinasi dalam hal otoritas menyebar ke aspek kehidupan lainnya,

seperti hubungan kerja, seiring bertambahnya usia.

DAFTAR PUSTAKA

Dhiana Paramita, Patricia. “Keterkaitan Antara Politik dan Kekuasaan Dalam Organisasi”.
Di akses pada tanggal 15 Oktober
Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar ilmu politik. Gramedia pustaka utama.
Colquitt, J. A. LepinejA, Wesson, MJ (2011). organizational behavior management:
improving performance and commitment in the work place, Translators: Feizi Mohammad, Ismaeel
Qaderi and Mehdi Alizadeh. Mohageg Publishing.
Soekanto, Soerjono. 2012. Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Cet.5. Jakarta. Rajawali Pers.
24
Seta Basri. (2011). “Pengertian Kekuasaan dan Politik dalam Organisasi”. Di akses
pada tanggal 15 Oktober pada : (https://www.setabasri.com/2011/01/kekuasaan-dan-politik-
dalam-organisasi.html?m=1)
LexRenaissance/journal.uii.ac.id//article/view/21926/pdfhttp://digilib.uinsby.ac.id/
Paramita, P. D. (2011). Keterkaitan antara politik dan kekuasaan dalam organisas. Dinamika
Sains, 9(21).
Pfeffer, J. (1992). Managing with power: Politics and influence in organizations. Harvard
Business Press.

25

Anda mungkin juga menyukai