Abidin Kekuasaan Dan Politik
Abidin Kekuasaan Dan Politik
Disusun Oleh:
Nama : Abidin
Nim : 221011935 4D
Prodi: Pendidikan Ekonomi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah individu ini dengan
baik dan tanpa kendala apapun. Juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen pengajar Ibu
Makalah berjudul “Kekuasaan dan Politik ” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 4
mata kuliah Perilaku Organisasi. Pemilihan judul didasarkan pada prosedur penugasan yang akan
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta saran
dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.Penulis
berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi inspirasi bagi
pembaca.
Abidin
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
A. Politik.....................................................................................................................................2
B. Kekuasaan..............................................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................................20
KESIMPULAN..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
Kekuasaan serta politik artinya suatu hal yg telah menjadi satu kesatuan serta tidak bisa
dipisahkan. di mana pada hal ini politik ialah galat satu bentuk dalam memperoleh kekuasaan atau
how to get the power. ketika kita membicarakan tentang politik maka sebenarnya kita
membicarakan suatu hal bagaimana seni manajemen buat menerima suatu kekuasaan.
Sedangkan kekuasaan ialah suatu energi yang dimiliki sang seseorang atau suatu grup buat
memuluskan tujuan yg ingin dicapai seseorang tadi.
Kekuasaan dalam politik artinya merupakan menghimpun dan menempatkan suatu energi
pada setiap orang pada grup yang gunanya memperoleh kekuatan buat memuluskan serta mencapai
tujuan yg hendak dicapai.
Kekuasaan dalam politik kadang terlihat seperti sangat "kotor", karena taktik seseorang atau
suatu gerombolan tadi pada berpolitik memungkinkan mereka buat menggunakan aneka macam
cara yang di akhirnya wajib mengorbankan seorang atau gerombolan lainnya. buat memperoleh
suatu tujuan tadi menggunakan berbagai alasan dan tidak hanya satu ideologi sampai pada tidak
sepaham secara budaya atau kepercayaan .
Kekuasaan diperoleh dengan cara berpolitik ialah upaya pada menguasai masyarakat,
seperti yang dilakukan orang-orang kebanyakan secara ideologikal sebagai akibatnya suatu pemilik
kekuasaan tadi berada di posisi tertinggi atau acapkali dianggap kaum "elit". Kaum elit merupakan
suatu minoritas kelompok yg mayoritasnya berada dalam kekuasaan, sehingga segala bentuk
perilaku masyarakat kebanyakan sering diindahkan menjadi sikap yang harus seragam.
Keseragaman pada menuju hal politik tersebut berbentuk statement yg lalu diturunkan
sebagai sebuah kebijakan bagi masyarakat kebanyakan. Kebijakan tersebut dikeluarkan atau
ditetapkan sang kaum elit yang akan mengatur segala sikap rakyat pada menjalankan dan
menyampaikan sumbangsih atau sokongan terhadap kehidupan warga , baik itu pada bentuk
kehidupan bernegara bahkan hingga pada kehidupan sosial masyarakat. tapi, karena sifat dan
kekuasaannya tersebut agar dapat bermanfaat wajib ditetapkan di ruang lingkup, arah serta batas-
batasnya. Maka asal itu diperlukan sebuah hukum yg ditetapkan sang penguasa itu sendiri yg wajib
dipegang dengan teguh (Soerjono Soekanto, 2012: 15-16).1
1
Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Cet.5
4
Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setia
porganisasi, tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam
perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada
dalam organisasi. Politik dan kekuasaan tidak hanya terjadi pada system pemerintahan, namun
politik juga terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan
pada unit keluarga (Paramita, 2011). Politika dalah suatu jaringanin teraksi antar manusia dengan
kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan (Khairani, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian politik?
2. Apa definisi kekuasaan secara teoritis?
3. Bagaimana korelasi politik dan kekuasaan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Politik
Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara, serta alat yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan
jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu. Politik
dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan individu atau kelompok bergerak dan
yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita, keinginan atau keadaan yang
kita kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku
atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-
tujuan itu (Budiardjo, 2003). Ada lima elemen iklim politis dalam organisasi yang hendaknya dapat
Definisi Politik Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau
kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk
mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik sesungguhnya
tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa politik
mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset mengindikasikan bahwa politik kantor muncul
melayani diri sendiri. Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya
alamiah.
ditujukan demi kepentingan diri sendiri dan memicu konflik dan ketidakharmonisan di dalam
lingkungan kerja. Pandangan suram atas politik ini umum dianut masyarakat awam. Suatu
riset yang pernah diadakan dalam masalah ini menyuguhkan fakta bahwa pekerja yang
menganggap kegiatan politik dalam jenis ini di perusahaan kerap dihubungkan dengan
perasaan gelisah dan ketidakpuasan kerja. Riset juga mendukung keyakinan tidak
Politik dalam cara pandang ini menjelaskan kenapa manajer tidak menyetujui perilaku
politik. Dalam definisi kedua, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah demi
proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi konflik dan perbedaan
pendapat.
Dalam cara pandang ini, politik sama dengan pembangunan koalisi dalam proses-proses
pembuatan keputusan. Politik bersifat netral dan tidak perlu membahayakan organisasi. Setelah
definisi politik per se dijabarkan, tibalah kita merujuk pada konteks pembicaraan politik dalam
buku ini, yaitu dalam konteks keorganisasian. Sebelumnya masuk lebih jauh, ada baiknya
sumber daya lainnya guna mempengaruhi pihak lain serta menambah hasil yang diharapkan tatkala
7
Dengan definisi ini, perilaku politik dapat menjadi kekuatan positif ataupun negatif.
Politik adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu tercapai. Ketidakmenentuan dan
konflik adalah alamiah dan tidak terelakkan. Politik adalah mekanisme guna mencapai persetujuan.
dan membuat keputusan yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ataupun tidak.
3) Upaya satu pihak guna mempromosikan kepentingan-diri atas pihak lain dan, lebih lanjut,
4) Tindakan-tindakan yang biasanya tidak diberi sanksi oleh organisasi tempatnya terjadi,
5) Politik keorganisasian melibatkan sejumlah proses pertukaran dengan hasil yang zero-
sum (menang-kalah);
untuk memperoleh dan menggunakan power (kekuasaan) dalam hal pengendalian sumber
daya organisasi demi mencapai hasil yang diharapkan oleh satu pihak diperhadapkan dengan
pihak lainnya.”Jeffrey Pfeffer, perintis riset politik dalam organisasi, mendefinisikan politik
keorganisasian sebagai “ ... penerapan atau penggunaan power (kekuasaan), dengan mana
kekuasaan sendiri didefinisikan sebagai kekuatan potensial.” Definisi politik dan politik
8
dalam definisi politik maupun politik organisasi. Juga Green dan Liden (1980) menyatakan
penyelia berkeyakinan sebab-sebab buruknya kinerja bawahan dipengaruhi oleh fokus dan
intensifnya tindakan yang diambil penyelia dan digunakan untuk mengontrol impelementasi
kebijakan. Kontrol kebijakan sangat berpengaruh dan cenderung berhubungan dengan atribusi
dalam membentuk tindakan penyelia. Penyelia dan bawahan lebih terpuaskan dengan tindakan yang
diambil dalam kondisi, dimana terdapat alasan bahwa masalah kinerja yang sedang dialami
dasar reward power berpengaruh buruk pada penilaian bawahan terhadap penyelia. Oleh karenanya,
bawahan merasa tidak puas dengan kualitas hubungan pengawasan, dan perilaku penyelia
dipersepsi politis. Bawahan merespon situasi tersebut dengan cara berperilaku politik
mempengaruhi yang berfokus pada penyelia, berfokus pada jabatan, dan berfokus pada diri sendiri
Proses tersebut terus berlanjut karena menurut Harrell-Cook, dkk., (1999) perilaku politik
dapat digunakan sebagai bentuk kontrol atau sebagai mekanisme dalam menghadapi tingginya
politik di lingkungan organisasi yang dirasa individu tidak menyenangkan. Konsisten dengan
analisis di atas, pada atmosfer organisasi yang lebih tinggi, Stone (dalam Wilson, 1995) menyatakan
proses implementasi adalah sebuah proses politik. Implementasi adalah aktivitas konkrit sebagai
Implementasi sebagai proses yang berkelanjutan dari spesifikasi dan penilaian kembali,
proses implementasi tersebut tidak dapat dielakkan akan menghasilkan modifikasi tujuan dan
menjadi sebuah proses politik. Proses implementasi adalah bagian yang signifikan dari proses
pengambilan keputusan, dalam perannya sebagai implementator, maka karier ekskutip menjadi
Sebagai instrumen, anggota ekskutip terjerat atau terperangkap dalam sebuah jaringan
(sebuah politik memperebutkan "kursi panas") yang meliputi banyak konflik dan persaingan tujuan,
9
nilai, dan tuntutan. Antara tujuan-tujuan tersebut dan proses implementasi yang sebenarnya terpusat
pada kekuasaan, misalnya pemilihan kepala kantor, kepentingan kelompok khusus, hak-hak pribadi,
power berhubungan dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan expert power
Expert power lebih dekat dengan sumber kekuasaan personal yang berasosiasi dengan taktik
inspirasional dan taktik yang rasional. Analisis tersebut diperkuat dengan temuan-temuan penelitian
yang memperlihatkan bahwa expert power berhubungan sangat kuat dengan taktik persuasi rasional
(Yukl & Falbe, 1991) Agen mengunakan expert power melalui taktik-taktik rasional dan
Target dengan demikian akan mengembangkan taktik yang berfokus pada atasan untuk
mendekati agen dan taktik berfokus pada jabatan atau pekerjaan sebagai usaha untuk mengurangi
ketergantungan pada agen. Temuan penelitian Martin dan Hunt (dalam Atwater & Yammarino,
1996) konsisten dengan itu menunjukkan expert power berhubungan dengan pengajuan struktur.
Adanya pengaruh positif expert power pada perilaku politik organisasi merupakan indikasi
bahwa expert power adalah sumber kekuasaan yang menginspirasi bawahan untuk berinisiasi,
mempengaruhi.
Expert power akan membuat pegawai lebih rasional dan inspiratif dalam berperilaku politik
dan tampak akan lebih ahli, lebih licil dan lebih tersamar dalam berperilaku politik. Tidak adanya
pengaruh referent power pada perilaku politik organisasi dapat dijelaskan oleh temuan penelitian
Atwater dan Yammarino (1996). Referent power berhubungan dengan gaya kepemimpinan
kerja dan organisasi. Bawahan yang aktif terlibat dalam proses pembuatan keputusan akan
10
mengalami peningkatan pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
organisasi dan dengan cara demikian mengalami penurunan perasaan politik. Temuan penelitian ini
Peningkatan pemahanan karena partisipasi pengambilan keputusan pada tingkat tertentu dapat
Oleh karenanya, referent power yang identik dengan gaya kepemimpinan partisipatif akan
menurunkan perilaku politik organisasi. Referent power merupakan sumber kekuasaan personal dan
Walapun masih terjadi perdebatan teoritis, antara expert dan referent power dianggap dua
Beberapa kelebihan kharisma sebagai kombinasi expert dan referent power diantaranya
adalah bahwa orang yang dipersepsi kharismatik dianggap dapat dipercaya memegang posisi
Kharisma terlihat memiliki kemampuan yang luar biasa, pada saat tertentu memperlihatkan
Pemimpin yang kharismatik bersedia berkorban dengan berperilaku baik mengikuti apa
yang oleh pengikut dianggap tepat untuk diyakini, dedikaksi, dan diapresiasi.
Pengaruh kharisma dan referent power didasarkan atas rasa penerimaan personal (Kudisch,
1995). Penerimaan sumber-sumber kekuasaan atasan berkorelasi positip dengan motivasi kerja
bawahan dan berkorelasi negatip dengan stres bawahan (Elangovan & Xie, 1999).
Oleh karenanya melalui mekanisme psikologis seperti itu, expert power pada batas-batas
tertentu tidak dianggap sebagai taktik politik, dan dengan demikian tidak berpengaruh pada perilaku
politik organisasi. Analisis tersebut konsisten dengan temuan penelitian Yukl, dkk., (1996) bahwa
agen yang memiliki referent power yang kuat akan menggunakan taktik perilaku mempengaruhi
seperti konsultasi, taktik dukungan inspirasional, dan membentuk persuasi rasional. Temuan
penelitian Martin dan Hunt (dalam Atwater & Yammarino, 1996) konsisten dengan itu
11
menunjukkan referent power berkaitan dengan pangajuan struktur. Yukl (1981) menyatakan bahwa
pimpinan yang efektif berusaha menghindari kekuasaan koersif, karena akan menciptakan dendam
B. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kapasitas seseorang, tim, atau organisasi untuk mempengaruhi yang lain
melainkan potensi untuk mengubah seseorang. Lebih jauh lagi, kedua ahli ini menjelaskan bahwa
kekuasaan mensyaratkan kebergantungan. Dengan kata lain, pihak yang berkuasa memiliki hal yang
dianggap penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa berada di bawah kendali pihak
Seseorang dapat dikatakan memiliki kekuasaan terhadap orang lain jika ia dapat mengontrol
perilaku orang lain. Kekuasaan adalah hubungan nonresiprokal antara dua orang atau lebih.
Nonresiprokal di dalam konteks ini dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan kuasa yang dimiliki
oleh individu yang satu dan individu yang lain. Dengan kata lain, dua pihak yang memiliki
hubungan nonresiprokal mungkin saja tidak memiliki kekuasaan yang sama di dalam wilayah yang
sama. Kekuasaan memungkinkan seseorang memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan yang
ia inginkan. Perbedaan tujuan berbagai pihak yang terhimpun di dalam organisasi akan mendorong
pihak-pihak tersebut melakukan politik organisasi. Politik organisasi inilah yang selanjutnya
menimbulkan benturan-benturan atau konflik di dalam organisasi. Namun, konflik tidak selalu
membawa dampak buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa dampak positif jika dikelola
dengan benar.
Adalah gagasan politik yang berkisar pada sejumlah karakteristik. Karakteristik tersebut
mengelaborasi kekuasaan selaku alat yang digunakan seseorang, yaitu pemimpin (juga pengikut)
2
Vol. 1, No. 2 2017 | 129
12
• Menurut para ahli:
mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan
mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan kekuasaan
secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas personal-lah yang membuat pengguna
sebagai “... medium lewat mana konflik kepentingan diselesaikan ... kekuasaan mempengaruhi
siapa dapat apa, kapan dan bagaimana ... kekuasaan melibatkan kemampuan mempengaruhi
“... kapasitas bahwa A harus mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh A. Definisi Robbins menyebut suatu “potensi” sehingga kekuasaan bisa
jadi ada tetapi tidak dipergunakan. Sebab itu, kekuasaan disebut sebagai “kapasitas” atau “potensi”.
Seseorang bisa saja punya kekuasaan tetapi tidak menerapkannya. Kekuasaan punya fungsi
hubungan mereka. Ketergantungan, pada gilirannya, didasarkan pada alternatif yang ada pada
Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan
yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana influence (pengaruh).
7 Penggunaan kekuasaan reward biasanya dilakukan oleh orang di tingkatan tertinggi hirarki
organisasi. Mereka biasanya punya akses pada material, informasi atau upah psikologis
Manajemen tingkat menengah dan para supervisor juga biasanya memiliki jenis kekuasaan ini.
Sebaliknya, pekerja juga dapat menerapkan kekuasaan reward ini kepada atasannya, dengan
13
cara menerapkan energi dan skill yang mereka miliki guna menyelesaikan pekerjaan yang
diharapkan seorang manajer. Karena manajer bergantung pada kinerja pekerja, maka pekerja
2. Coercive Power Coercive Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan
ini terletak pada kemampuan seseroang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik.
Seperti reward, kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang
lain akibat kemampuannya menerapkan hasil yang tidak diinginkan. Ketidakpatuhan atas orang
yang punya jenis kekuasaan koersif menghasilkan penerapan hukuman dalam bentuk menahan
reward yang diinginkan. Ini merupakan situasi kekuasaan koersif, kekuasaan yang mengikuti
model militer.
3. Expert Power Expert Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan
pengetahuan khusus yang dimiliki seseorang di mana target atau orang lain kerap menggunakan
atau bergantung kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu Expert Power
merupakan sumber kekuasaan yang penting untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari orang
yang punya skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain. Jika
orang merengek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang ia miliki untuk
4. Legitimate Power Legitimate Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan
orang lain bahwa pelaku kekuasaan punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka.
Perasaan ini merupakan hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan
hadir pada mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk memberi perintah. Kekuasaan dan Politik
Kekuasaan (power) adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain dengan
tujuan merubah sikap atau tingkah laku individual atau kelompok dalam organisasi.Kemampuan ini
14
Politik merupakan akses atau jalur pada kekuasaan, idealnya bahwa struktur organisasi,budaya
dan komunikasi yang dibangun memungkinkan kesempatan kerabat kerja pada akseskekuasaan.
intensitasnya(Tyson,1992).
Kekuasaan adalah apa yang dapat diperoleh seseorang/kumpulan untuk mengamalkan ahli
tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak dapat dilakukan melebihi
kekuasaan yang diperoleh atau kemampuan untuk memengaruhi tingkah laku individu/ kelompok
sesuai keinginan orang pelaku tersebut (Budiarjo, 2002). Kekuasaan tidak sama dengan kekuatan,
kekuasaan adalah kapasitas untuk memengaruhi orang lain dengan tujuan bahwa individu perlu
Kekuasaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, ada yang (memaksa) dan ada yang dengan
kesepakatan (tanpa paksaan). Contoh kekuatan yang didapat dengan kesepakatan adalah ras umum,
pengaturan, hibah sesuai prinsip yang sesuai. Sedangkan kekuasaan diperoleh melalui kekejaman
Melalui pembicaraan tipu muslihat yang dilakukan oleh Partai Asosiasi Pemerintahan Mayoritas
(NLD) yang dimotori oleh Aung san Suu Kyi, taktik yang dimotori oleh Min Aung Hlaing mulai
dikuasai sejak 1 Februari 2021. Dari model ini jelas kekuasaan dihubungkan dengan individu atau
Kekuasaan menjadi sesuatu yang dirampas dan harus dilindungi. Orang-orang yang berkuasa
akan mengatur orang-orang yang tidak berkuasa, dengan demikian orang-orang bekerja sebagai
subjek dan objek kekuatan (Siregar, 2021). Kekuasaan adalah kapasitas individu untuk
diperintahkan atau disarankan. Penghibur yang menjalankan kekuasaan dapat berupa individu,
Kekuasaan juga memiliki hubungan dengan pengaruh (kemampuan untuk membujuk orang lain
melalui motivasi yang kuat untuk mencapai sesuatu pengendalian dampak yang tidak dipahami oleh
15
orang lain untuk memuaskan keinginan pemegang kekuasaan). Kekuatan yang dapat ditemukan
dalam kolaborasi yang bersahabat di antara orang-orang dan di antara tandan memiliki beberapa
komponen prinsip, secara spesifik: Pertama, ketakutan, perasaan takut akan seseorang mengarah
pada kepatuhan terhadap setiap keinginan dan aktivitas individu yang ditakuti. Ketakutan adalah
kecenderungan pesimis karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terkekang.
Individu yang memiliki ketakutan akan melakukan segala sesuatu sesuai keinginan individu yang
dia takuti untuk menjauhi masalah yang akan menimpanya, dengan asumsi dia tidak menurutinya.
Keunikan ini disebut perilaku lingkungan yang cocok. Ketakutan ini secara efektif digunakan dalam
Kedua cinta, yang menghasilkan kegiatan yang sebagian besar pasti. Dengan asumsi ada respon
positif dari daerah yang dikuasai, kekuasaan akan benar-benar ingin berjalan dengan baik dan
konsisten. Ketiga kepercayaan, kepercayaan dapat muncul karena adanya hubungan langsung antara
setidaknya dua individu yang berafiliasi. Kepercayaan ini sangat penting untuk kemajuan kekuatan.
Keempat pemujaan, seorang individu atau kumpulan individu yang memegang kekuasaan memiliki
Dengan demikian, setiap tindakan para ahli dipertahankan atau mungkin dianggap benar.
Keempat komponen tersebut merupakan sarana yang biasa digunakan oleh penguasa untuk
memiliki pilihan mempraktikkan kekuatan yang ada dalam genggamannya. Dalam masyarakat kecil
dan rendah hati, keinginan untuk menjalankan kekuasaan harus dimungkinkan dengan cara yang
membingungkan, hubungan antara penguasa dan yang dikelola mungkin terpaksa dilakukan secara
tidak langsung. Di mata publik, kekuasaan dalam pelaksanaannya dibantu melalui saluransaluran
tertentu. 3
Di antaranya adalah:
1) Militer, untuk melatih kekuatan mereka, para ahli akan menggunakan lebih banyak tekanan
dan kekuatan militer, alasan mendasar untuk membuat ketakutan di arena publik, dengan tujuan
agar mereka tunduk pada keinginan penguasa atau sekelompok orang yang dianggap sebagai
3
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Juispol) Vol.2 No.1 31
16
penguasa: karena kepentingan ini, asosiasi dan kekuatan unik secara teratur dibentuk untuk berjalan
strategi memanfaatkan saluran keuangan; dengan contoh kontrol ini, para penguasa dapat
menyelesaikan pedoman mereka dan akan menyalurkan administrasi mereka dengan persetujuan
tertentu. Strukturnya bisa sebagai infrastruktur penahan, pemimpin wilayah penting di mata publik,
(3) Politik, melalui jalur politik, para ahli dan otoritas publik berusaha membuat pedoman yang
harus dipatuhi oleh daerah, antara lain dengan membujuk atau mendorong masyarakat umum untuk
tunduk pada pedoman yang dibuat oleh badan yang diakui dan otentik.
(4) Tradisi, saluran amalan ini biasanya merupakan saluran yang paling disukai, mengingat
adanya kesesuaian antara sifat-sifat yang dikenakan dengan tradisi atau adatistiadat pada
masyarakat umum, sehingga kegiatan pemaksaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
(5) Ideologi, para penguasa di depan umum biasanya mengedepankan suatu perkembangan
pelajaran atau ajaran, yang diharapkan dapat memperjelas dan sekaligus memberikan semangat
pada aktivitas kekuasaan mereka; ini dilakukan sedemikian rupa sehingga kekuatannya dapat
diubah menjadi kekuatan. Setiap penguasa dapat mencoba untuk menjelaskan filosofinya dan
diharapkan dengan tujuan bahwa itu dibakukan dan secara mengejutkan disamarkan dalam
penduduk masyarakat.
(6) Saluran yang berbeda, untuk menambah pengaruhnya, para ahli biasanya tidak terbatas pada
stasiun-stasiun seperti di atas, tetapi juga menggunakan stasiunstasiun lain, terutama sebagai
korespondensi massal seperti pengumuman, selebaran, surat kabar, radio, TV, pameran musik, atau
Kemajuan yang sangat cepat dalam inovasi perangkat khusus massal telah mendorong saluran
ini dianggap sebagai media penting sebagai saluran untuk aktivitas kekuatan.
17
Struktur dan pengaturan kekuatan pada dasarnya secara konsisten menyesuaikan dengan
Kekuasaan ini dianggap signifikan di arena publik tergantung pada kecemasan terhadap
kehancuran di arena publik, jenis rekonsiliasi yang dijaga oleh kontrol ramah yang dianggap hanya
siap untuk diselesaikan oleh penguasa. Semakin bertambahnya jumlah individu, maka individu
mulai memahami bahwa permintaan atau permintaan masyarakat tidak dapat menggunakan contoh
kontrol di bawah satu pihak, namun harus ada pembagian kekuatan, seperti yang diungkapkan oleh
seorang ilmuwan sosial, Robert M. Mc Iver (1954), bahwa kekuatan itu ada sebagai lapisan atau
piramida. Kekuasaan tidak hanya menyiratkan bahwa banyak orang bergantung pada seorang
Mc. Iver menggambarkan kekuatan dalam tiga contoh umum susunan lapisan atau piramida
kekuatan, khususnya. Tipe pertama yaitu kasta, merupakan susunan lapisan-lapisan kekuatan
dengan garis pemisah yang tegas. Jenis ini umumnya terdapat pada tipe-tipe masyarakat yang
berposisi, di mana praktis tidak ada pembangunan yang ramah ke atas; garis pemisah antara setiap
Kekuasaan dan politik dalam organisasi merupakan perilaku yang sangat penting
dalamorganisasi. Bagi pimpinan politik bisa digunakan secara positif untuk meningkatkan
kinerjaorganisasi, menjaga stabilitas kekuasaan, politik juga bisa digunakan untuk memotivasi
kerabatkerja untuk melakukan pengarahan sumber daya pada pencapaian organisasi. Politik juga
Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut
4
(Tyson,1992).
18
kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan
pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan.
Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur
kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk
itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat
terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.
Politik dan kekuasaan dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan
etimologis, masalah pemerintahan berasal dari kata Yunani polis. Polis menyiratkan kota dengan
status negara kota. Pemahaman tentang isu-isu pemerintahan yang tercipta di Yunani pada saat itu
dapat diartikan sebagai jalur hubungan antara orang-orang dan orang lain untuk mencapai
kemaslahatan bersama. Sebagaimana ditunjukkan oleh Rujukan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pemikiran masalah legislatif adalah informasi tentang organisasi negara atau negara
(seperti pengaturan pemerintahan, premis pemerintahan). Pengaturan politik disebut juga semua
masalah dan kegiatan (strategi, strategi, dll) sehubungan dengan otoritas publik suatu negara atau
terhadap negara yang berbeda. Masalah pemerintahan adalah cara individu memutuskan hidup
dalam kelompok. Isu-isu pemerintahan terkait dengan penyelesaian pengaturan antar individu
sehingga mereka dapat hidup masing-masing dalam kelompok seperti klan, daerah perkotaan, atau
negara. Sementara itu, teori politik merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui apa itu masalah legislasi. Teori politik adalah ilmu yang memeriksa gagasan
untuk memutuskan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan ini dan setiap hasil. Teori politik
berkonsentrasi pada pemerintah dalam keseluruhan struktur dan sudutnya, baik hipotetis maupun
pragmatis. Ketika menjadi bagian dari penalaran, teori politik saat ini biasanya dianggap sebagai
sosiologi. Teori politik memiliki banyak cabang. Beberapa sangat hipotetis, termasuk Cara Berpikir
19
Politik, Ekonomi Politik, atau Sejarah Pemerintah; yang lain memiliki orang campuran, seperti
kebebasan dasar, masalah legislatif serupa, manajemen kebijakan, korespondensi politik, dan siklus
perjuangan. Secara umum dalam memahami kajian kekuasaan dan politik kita akan dituntut
masyarakat untuk mencapai suatu kesusilaan yang khas dianggap memiliki keutamaan yang lebih
tinggi. Kepentingan publik secara teratur diuraikan sebagai tujuan moral atau kualitas ideal dinamis
seperti kesetaraan, kebenaran dan kepuasan. Pandangan tradisional dianggap dikaburkan di samping
berbagai pemahaman tentang kepentingan publik itu sendiri. Kepentingan umum juga dapat
diartikan sebagai kehendak luas, kehendak semua atau sebagian besar kepentingan;
(2) Kelembagaan, menurut Max Weber, masalah legislatif adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan organisasi negara. Max Weber melihat negara dari perspektif yuridis formal
yang statis. Negara dianggap memiliki hak istimewa untuk mengonsumsi kekuasaan yang
sebenarnya. Namun, ide ini hanya berlaku untuk negara-negara saat ini, khususnya negara-negara
yang sudah memiliki pemisahan dan spesialisasi pekerjaan, negara-negara yang memiliki batas
(3) Kekuatan, Robson berpendapat bahwa masalah legislatif adalah tindakan mencari dan
mempertahankan kekuasaan atau bertentangan dengan aktivitas kekuatan. Kekuasaan itu sendiri
adalah kapasitas individu untuk memengaruhi orang lain, dua pertimbangan dan kegiatan sehingga
individu berpikir dan bertindak seperti yang ditunjukkan oleh individu yang memengaruhinya.
5
Kekurangan dari ide ini adalah ide dari sudut pandang politik dan non-politik tidak dapat dikenali
dan lebih jauh lagi bahwa kekuasaan hanyalah sebuah ide tunggal dalam teori politik, masih ada
(4) Fungsionalisme, David Easton berpendapat bahwa masalah legislatif adalah penjatahan
definitif kualitas berdasarkan kekuasaan dan membatasi masyarakat umum. Sementara itu,
sebagaimana ditunjukkan oleh Harold Lasswell, masalah legislatif adalah siapa yang mendapat, apa
5
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Juispol) Vol.2 No.1 33
20
yang mendapat, kapan mendapat dan bagaimana mendapat penghargaan. Hal ini cenderung terlihat
bahwa isu-isu pemerintahan adalah definisi dan pelaksanaan pendekatan publik. Kekurangan dari
ide ini adalah bahwa otoritas publik ditetapkan sebagai metode dan wasit kontes antara kekuatan
politik yang berbeda untuk mendapatkan kualitas terbaik dari strategi publik tanpa berfokus pada
legislatif adalah gerakan untuk memengaruhi pendekatan detail dan umum dengan tujuan akhir
untuk memengaruhi, memperoleh, dan mengikuti nilai-nilai. Akibatnya, sering terjadi diskusi dan
bentrokan antara orang-orang yang memperjuangkan dan orang-orang yang melindungi harga diri.
Kekurangan dari ide ini adalah tidak semua pertentangan memiliki aspek politik. Kekuasaan adalah
kapasitas individu atau kumpulan individu untuk memengaruhi perilaku orang lain atau kelompok
sehingga perilaku tersebut sesuai dengan keinginan dan tujuan individu yang memiliki kekuatan
(pemerintah) baik dalam perkembangannya maupun hasilhasilnya sesuai dengan tujuan dari
Pada dasarnya kekuatan politik adalah kapasitas orang atau perkumpulan untuk menggunakan
sumber kekuatan yang dapat menegakkan wilayah kekuasaannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sumbersumber tersebut dapat berupa komunikasi luas, media umum, mahasiswa, elit politik,
perintis daerah atau militer. Macam-macam kekuatan yang kita ketahui secara keseluruhan dapat
(a) kekuasaan pemimpin, yang dikenal sebagai kekuasaan pemerintah di mana mereka
(b) kekuasaan otoritatif, yaitu sesuatu yang disetujui untuk dibuat, dan memberikan sanksi
(c) kekuatan hukum, khususnya kekuatan penyelesaian yang sah, yang ditegakkan oleh
21
Komponen gaya, ada tiga bagian dalam rangkaian gaya yang akan memengaruhi penguasa atau
pionir dalam menjalankan kekuasaannya. Bagian-bagian ini harus diikuti, direnungkan, mengingat
fakta bahwa mereka saling terkait dalam roda kehidupan penguasa. Ketiga bagian tersebut adalah
Dalam kekuatan ini, memanfaatkan hipotesis kekuatan Max Weber dan hipotesis prakt is yang
bagi seorang individu untuk memaksa orang lain untuk bertindak sesuai keinginannya. Isu-isu
legislatif seperti itu dapat diringkas dalam contoh utama tentang perebutan kekuasaan.
Max Weber (Brennan, 2020) mengusulkan beberapa jenis kekuatan manusia yang juga terkait
dengan hubungan kekuasaan. Yang dimaksud dengan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mencapai tujuan tertentu yang diakui secara resmi oleh individu-individu dari daerah setempat.
Jenis kekuasaan yang disebutnya sebagai otoritas legitimasi normal adalah jenis kekuasaan yang
tersebut didasarkan pada (keaslian) yang menurut orang-orang yang berpengaruh penting adalah
haknya.
Dalam masalah legislatif, kekuasaan diharapkan dapat membantu dan menjamin jalannya
pilihan politik dalam kehidupan individu. Asosiasi yang konsisten antara isu-isu pemerintahan dan
kekuasaan membuat setiap pembicaraan tentang isuisu legislatif secara konsisten memasukkan
Kekuasaan sebagai tindakan politik harus dipahami sebagai tindakan manusia yang dicapai,
dipertahankan dan diulang terus-menerus. Kekuasaan digambarkan dengan cara yang berbeda,
kekuasaan dicirikan sebagai peluang untuk memengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan tujuan
penghibur. Isuisu legislatif tanpa penggunaan kekuatan tidak akan selesai, yaitu, sejauh
individuindividu memegang posisi politik yang berbeda, dengan asumsi mereka harus diakui dan
22
menjalankan strategi administrasi, maka, pada saat itu, pekerjaan untuk memengaruhi pelaksanaan
Kekuasaan secara konsisten ada di setiap masyarakat umum, baik yang tidak mencolok maupun
yang besar dan kompleks dalam strukturnya. Meskipun demikian, secara konsisten ada kekuasaan
yang tidak dapat dibagi secara merata di antara semua warga negara. Kekuasaan adalah kapasitas
untuk melakukan atau memengaruhi sesuatu atau apapun. Kekuatan dalam pengaturan ini terhubung
dengan organisasi, yang mengacu pada kapasitas individu untuk membuat perubahan/kontras di
planet ini. Kekuasaan adalah kapasitas, batasan, atau posisi yang sah untuk bertindak, khususnya
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
23
Politik tidak dapat dipisahkan dari organisasi karena merupakan entitas sosial. Setiap orang di
organisasi akan menggunakan teknik dan metode mereka sendiri untuk bersaing mendapatkan
sumberdaya yang terbatas agar dapat diterima secara etis oleh anggota tim lainnya, seorang manajer
harus tahu cara bermain politik dengan cara yang etis dan halus. Perilaku seseorang bukanlah tujuan
dari kekuasaan, melainkan kemampuan untuk mengubah seseorang. Kekuasaana adalah hubungan
antara dua orang atau lebih di mana tidak ada pertukaran timbale balik. Ketimpangan kekuasaan ini
mempengaruhi setiap orang. Subordinasi dalam hal otoritas menyebar ke aspek kehidupan lainnya,
DAFTAR PUSTAKA
Dhiana Paramita, Patricia. “Keterkaitan Antara Politik dan Kekuasaan Dalam Organisasi”.
Di akses pada tanggal 15 Oktober
Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar ilmu politik. Gramedia pustaka utama.
Colquitt, J. A. LepinejA, Wesson, MJ (2011). organizational behavior management:
improving performance and commitment in the work place, Translators: Feizi Mohammad, Ismaeel
Qaderi and Mehdi Alizadeh. Mohageg Publishing.
Soekanto, Soerjono. 2012. Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Cet.5. Jakarta. Rajawali Pers.
24
Seta Basri. (2011). “Pengertian Kekuasaan dan Politik dalam Organisasi”. Di akses
pada tanggal 15 Oktober pada : (https://www.setabasri.com/2011/01/kekuasaan-dan-politik-
dalam-organisasi.html?m=1)
LexRenaissance/journal.uii.ac.id//article/view/21926/pdfhttp://digilib.uinsby.ac.id/
Paramita, P. D. (2011). Keterkaitan antara politik dan kekuasaan dalam organisas. Dinamika
Sains, 9(21).
Pfeffer, J. (1992). Managing with power: Politics and influence in organizations. Harvard
Business Press.
25