Hubungan Antara Keluarga Dan Kenakalan Remaja
Hubungan Antara Keluarga Dan Kenakalan Remaja
Hubungan Antara Keluarga Dan Kenakalan Remaja
ashilashalihah@gmail.com
ABSTRAK
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan atau kelompok masyarakat
terkecil namun lingkungan terkuat yang membentuk karakter seorang
anak. Maka dari hal tersebut, keluarga begitu penting dan berpengaruh
kuat dalam tumbuh kembang seorang anak, keluarga yang baik akan
memberi dampak positif dan keluarga yang kurang baik besar
kemungkinan membawa dampak negatif terhadap anak.
Selanjutnya anak akan bersosialisasi kedalam lingkungan sekolah.
Latar belakang keluarga sangat mempengaruhi cara penyesuaian diri
seorang anak di sekolah. Sekolah merupakan tempat pencarian jati diri
seorang anak yang bertransisi dari fase kanak-kanak menuju fase remaja.
Seorang remaja adalah sumber daya manusia yang merupakan
masa depan bangsa. Remaja berperan sangat penting sebagai generasi
penerus bangsa dan memiliki andil besar dalam membangun peradaban
juga menentukan nasib bangsa Indonesia.
Indonesia akan mengalami bonus geografi pada tahun 2045,
dimana usia yang produktif lebih mendominasi dibanding usia non-
produktif. Potensi tersebut jika tidak dibina, dididik, dan diberi
pemahaman yang baik, besar kemungkinan akan menimbulkan masalah
yang sebagaimana telah banyak terjadi saat ini. Masalah tersebut ialah
“kenakalan remaja”
Kenakalan remaja dikategorikan ke dalam perbuatan yang
menyimpang dan sudah menjadi sebuah patologi sosial. Patologi tersebut
terjadi atas penyimpangan tingkah laku yang tidak memenuhi aturan
maupun norma sosial. Berbagai latar belakang penyimpangan tersebut
terjadi, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Salah satu contoh penyimpangan yang disengaja antara lain merokok,
tawuran, bolos ketika proses belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi dan peran keluarga terhadap timbulnya kenakalan
remaja?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja?
3. Bagaimana hubungan antara keluarga dengan kenakalan remaja.
C. Pembahasan
Keluarga
Keluarga dapat didefinisikan sebagai unit sosial yang terdiri
individu-individu terkait dengan keturunan, pernikahan yang tinggal di
rumah atau lingkungan yang sama. Keluarga memiliki peran penting
dalam pembentukan kepribadian dan karakter seseorang, dan dalam
mendukung dan melindungi anggotanya. Keluarga merupakan salah
satu organisasi sosial terpenting dalam suatu kelompok sosial, dan
keluarga merupakan lembaga sosial yang terutama bertanggung jawab
untuk menjamin kesejahteraan sosial dan memelihara kehidupan
biologis anak manusia (Kartono, 2003).
Ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver dan
Page (Khairuddin, 2002) yaitu:
Keluarga adalah hubungan dari hasil perkawinan.
Pengaturan kelembagaan terkait perkawinan yang sengaja
dibentuk dan dipelihara.
Cadangan keuangan anggota kelompok yang memiliki
cadangan khusus untuk kebutuhan keuangan terkait dengan
memiliki anak dan membesarkan anak.
Tempat tinggal bersama, rumah bersama atau rumah tangga
bersama yang tidak dibagi ke dalam kelompok keluarga.
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan
perilaku remaja. Keluarga juga membentuk perlindungan terhadap
masalah sosial sejak dini. Ketika kepedulian keluarga rendah, karena
sibuk dengan urusannya sendiri, tidak mengikuti perkembangan anak,
maka kerentanan anak terhadap penyakit sosial dimulai. Banyak orang
tua yang lupa betapa pentingnya memantau tumbuh kembang anaknya,
mereka hanya mengurusi kebutuhan fisiknya berupa materi. Ayah dan
ibu sama-sama berperan penting dan juga ikut serta dalam
membesarkan anak, bahkan sejak mereka masih dalam kandungan.
Seorang ibu lebih cenderung mendorong perasaan cinta dan kasih
sayang kepada anak dengan sentuhan fisik dan kasih sayang. Pada saat
yang sama, para ayah berusaha memperkuat kepercayaan diri dan
kompetensi anak mereka melalui permainan fisik. Orang tua berperan
penting untuk membimbing serta mengarahkan tingkah laku anaknya.
Orang tua berperan untuk memenuhi kebutuhan anak, dalam tumbuh
kembang anak, sebagai model bagi anak dan sebagai pembentuk citra
diri dalam keluarga (Silalahi, 2010).
Betapa penting peran setiap anggota keluarga dalam pendidikan
anak, khususnya orang tua. Keluarga saling melengkapi,
memperhatikan peran setiap anggota dalam sebuah keluarga untuk
menghadirkan keharmonisan, kedamaian dan keamanan dalam
keluarga.
Fungsi Keluarga
Keluarga semestinya menjadi tempat untuk pulang bagi seluruh
anggota keluarga, yang dimana semua anggota dapat melepas lelah
dari berbagai aktifitas, tempat peristirahatan dari kepenatan aktifitas di
luar rumah, tempat untuk berbagi cerita sesama anggota dan
berkumpul bersama. Dalam menjaga keharmonisan dalam sebuah
keluarga, perlu adanya kesadaran akan tanggung jawab masing-masing
anggota keluarga.
Berikut Fungsi Keluarga antara lain (Haviland, 2008):
1) Fungsi biologis: memberikan kesempatan hidup bagi setiap
anggota keluarga. Dalam peran ini, keluarga merupakan tempat
pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan fisik
seperti sandang, pangan dan papan.
2) Fungsi keuangan; berkaitan pemenuhan fungsi biologi yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara ekonomi. Dalam
hal ini menjadi jelas bahwa keluarga harus mampu mengatur
dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
efektif dan efisien.
3) Fungsi pendidikan: Keluarga sebagai lembaga sosial dimana
nilai-nilai agama dan budaya disosialisasikan. Keluarga
merupakan hal pertama dan terpenting untuk mensosialisasikan
nilai kepada anggotanya sebelum lingkungan luar membawa
nilai.
4) Fungsi Sosial: Keluarga memiliki kewajiban melibatkan
anggotanya dalam kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih
luas. Anggota keluarga perlu dibimbing untuk tinggal bersama
tetangga, kerabat dan anggota masyarakat lainnya. Maka
keluarga sering juga disebut dengan rumah tangga, artinya
dalam konteks kehidupan rumah tangga tidak dapat dipisahkan
dengan tetangganya, baik kerabat maupun orang lain.
5) Fungsi komunikasi: Fungsi ini berkaitan dengan keempat
fungsi di atas. Tanpa komunikasi, fungsi lainnya tidak berguna.
Keluarga, sebagai kelompok terkecil dari masyarakat, berperan
penting dalam menyampaikan pesan yang diterima dalam
peristiwa atau proses sehari-hari. Tindakan ini berulang dan
terjadi hampir setiap hari.
Definisi Remaja
Masa remaja merupakan masa perkembangan atau peralihan yang
dialami setiap orang baik secara psikologis maupun biologis sesuai
dengan sifat dan perilaku hidupnya. Definisi WHO tentang remaja
sebagai berikut.
Masa remaja adalah masa dimana:
1) Seorang individu berkembang dari penampilan pertama fitur
seksual sekundernya hingga kematangan seksual.
2) Individu mengalami pola perkembangan dan pendampingan
psikologis dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi penuh ke
kondisi yang relatif lebih mandiri (Muangman, 2009)
Ciri-ciri Remaja
Masa remaja memiliki kualitas pertumbuhan, perkembangan dan
perubahan yang sangat pesat, baik secara fisik, emosional maupun
sosial.
Perubahan fisik pada masa pubertas berkaitan dengan aspek
anatomi dan fisiologis. Kelenjar hipofisis matang dan melepaskan
beberapa hormon. Sebagai hormon gonotropik, yang mempercepat
pematangan sel telur dan sel sperma serta memengaruhi produksi
hormon kortikosteroid fungsional. Ini mempengaruhi pertumbuhan
anak, yang mengarah pada pertumbuhannya yang cepat.
Ketika berada di fase remaja pola emosinya mirip dengan fase
kanak-kanak. Pola emosional termasuk kemarahan, ketakutan,
kecemburuan, rasa keingintahuan yang besar, merasa iri dan dengki,
kegembiraan, sedih dan penuh kasih sayang. Perbedaannya pada
stimulus yang berperan memunculkan emosi serta kontrol atas ekspresi
perasaan. Remaja pada umumnya mengalami keadaan emosi yang
tidak stabil, sangat emosional dan selalu di bawah tekanan. Ketika
berada di masa akhir, Anak muda mampu menahan diri dari emosi
ekstrim dan tahu bagaimana mengekspresikan emosi dengan cara yang
sesuai dengan lingkungan dan diterima oleh masyarakat.
Perubahan fisik dan emosional inilah yang menyebabkan
perubahan dan perkembangan pada masa remaja. Mereka ingin
terbebas dari kontrol orang tua dan lebih senang berinteraksi dengan
sebayanya. Remaja yang mencoba melepaskan diri dari kontrol orang
tua bermaksud ingin menemukan jati diri. Remaja menghabiskan lebih
banyak waktu di luar dengan teman sebayanya untuk menggali dan
mengekspresikan potensi diri. Pada keadaan ini, remaja rentan terbawa
pengaruh dari luar baik dalam hal minat, perilaku, bahkan penampilan.
Pada masa ini juga remaja mulai tertarik kepada lawan jenis, ingin
diakui, diterima, diperhatikan, dan dicintai oleh lawan jenisnya.
Ciri remaja yang sangat menonjol adalah perubahan maupun
perkembangan sangat pesat yang terjadi pada remaja, yang memiliki
ciri perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, juga menurut
masyarakat, remaja memiliki ciri mencari jati diri, usia yang memiliki
masalah dan dapat menyebabkan kecemasan dan hal-hal yang tidak
realistis. Bisa ditandai dengan mengurangnya semua yang mereka
anggap kekanak-kanakan. Selain itu, sikap dan pola perilaku kekanak-
kanakan ditinggalkan dan sikap baru ditiru. Mereka merasa bahwa
pandangan mereka sudah cukup berubah, mereka akhirnya ingin
menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri, tetapi kebanyakan
dari mereka tidak menyelesaikan masalah, mereka malah memperbesar
masalah tersebut. Menolak bantuan dari orang dewasa yang lebih
berpengalaman. Erikson mengemukakan teori perkembangan
(Santrock, 2007), masa remaja adalah tahap dimana krisis identitas
versus difusi identitas harus diatasi. Pencarian jati diri seorang remaja
dalam kehidupan bermasyarakat.
Remaja saat ini sangat mengikuti oleh apa yang telah dilakukan
orang dewasa dalam kehidupan sosialnya. Terus berfluktuasi dalam
kedewasaan dan mencoba meniru apa yang dilakukan orang dewasa
dalam masyarakat. Seperti merokok, pacaran, minum-minum, sabung
ayam dll.
D. Hasil Penelitian
Hasil dari mini riset yang dilakukan melalui observasi, dilansir dari
para aktivis yang mengajar di sebuah LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus
Anak). Ditemukan sebuah fakta bahwa banyak anak yang mengaku lebih
betah dan nyaman untuk tinggal di lembaga pemasyarakatan dibandingkan
untuk tinggal bersama keluarganya. Salah satu anak di lembaga
pemasyarakatan tersebut (usia 17 tahun) yang mengisahkan kenakalannya
berawal dari perceraian orang tua, kemudian kurangnya perhatian dari
keluarganya sehingga membuat remaja tersebut terjerumus kedalam
penyimpangan sosial.
Hal ini selaras dengan penyebab kenakalan remaja paling banyak
yang disebabkan oleh kutub keluarga yang tidak harmonis (Setiana, 2015),
ditandai dengan beberapa kriteria menurut ahli diantaranya:
a. Keluarga tidak utuh (karena kematian, perceraian, perpisahan)
b. Kesibukan orang tua dan kuranganya perhatian kepada anak di
rumah
c. Hubungan antar anggota keluarga kurang baik
E. Kesimpulan
Keluarga berperan sangat penting dalam pembentukan perilaku dan
karakter seorang remaja. Namun, apabila hubungan antar anggota keluarga
tidak sehat, hal ini dapat berdampak negatif pada perilaku remaja,
termasuk terlibat dalam perilaku kenakalan.
Beberapa penelitian tentang hubungan antara keluarga dan
kenakalan remaja telah dilaksanakan di berbagai negara, salah satunya di
Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola asuh,
komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak, konflik keluarga yang
tinggi, serta kurangnnya dukungan emosional dari orang tua dapat
meningkatkan resiko remaja terlibat dalam perilaku kenakalan.
Kenakalan remaja semakin memprihatinkan di Indonesia, dengan
banyak kasus yang dilaporkan di sekolah dan media. Faktor yang
mempengaruhi kenakalan remaja meliputi faktor internal dan eksternal,
dan lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor eksternal.
F. Daftar Pustaka
G.