Anda di halaman 1dari 2

Juha dan Pengemis Raehan Putra Arkan Habibie

Kelas 8 Kuwait

ْ‫ َفَأَطَّل ِم ن‬،‫ َفَطَر َق َباَبُه َأَح ُد اَألْش َخ اِص‬،‫َك اَن ُج َح ا ِفي الَّطاَبِق الُعْلِو ِّي ِم ْن َم ْنِزِلِه‬
،‫ َفَنَز َل ُج َح ا‬، ‫ ِاْنِزْل ِإَلى َأْس َفَل ُأِلَك ِّلُم َك‬: ‫ َم اَذ ا ُتِرْيُد؟ َقاَل‬: ‫ َفَقاَل‬، ‫َالُّش َّباِك َفَر َأى َرُج اًل‬
‫ َو َلِكَّنُه َكَتَم‬،‫ َفاْغ َتاَظ ُج َح ا ِم ْنُه‬،‫ َو ُأِرْيُد َح َس َنًة َيا َسِّيِد ي‬، ‫ َأَنا َفِقْيُر الَح اِل‬: ‫َفَقال الَّرُج ُل‬
‫ َفَلَّم ا َو َص اَل ِإَلى‬،‫ َص ِع َد ُج َح ا ِإَلى َأْع َلى الَبْيَت َو الَّرُج ُل َيْتَبُعُه‬.‫ ِاْتَبْع ِني‬:‫ َِو َقاَل َلُه‬،‫َغ ْيَظُه‬
: ‫ َفَأَج اَبُه الَفِقْيُر‬،‫ ُهللا ُيْع ِط ْيَك‬:‫ َو َقاَل َلُه‬، ‫ ِاْلَتَفَت ُج َح ا ِإَلى الَّس اِئِل‬، ‫الَّطاَبق الُعْلِو ِّي‬
‫ َو َلْم َتُقْل‬،‫ َو َأْنَت ِلَم اَذ ا َأْنَز ْلَتِني‬:‫ِوِلَم اَذ ا َلْم َتُقل ِلي َذ ِلَك َو َنْح ُن ِفي اَألْس َفِل ؟ َفَقاَل ُج َح ا‬
‫ِلي َو َأَنا َفْو ق َم ا َطَلُبَك؟‬
Saat Juha sedang berada di lantai atas rumahnya, ada orang mengetuk pintu. Ia melihat
seorang pria, dan berkata, "Apa yang kamu inginkan?"

Pria itu menjawab, "Turunlah ke bawah, supaya aku bisa berbicara langsung denganmu."

Setelah Juha turun, pria itu berkata, "Aku adalah orang fakir, dan berharap kebaikanmu."

Mendengar itu Juha marah, tapi ia menyembunyikannya, lalu berkata kepadanya, "Ikutilah
aku!"

Juha pun naik dan pria tersebut mengikuti. Ketika sampai di lantai atas, Juha menoleh ke
pengemis dan berkata, "Semoga Allah memberimu."

Si fakir menjawab, "Mengapa kamu tidak mengatakannya kepadaku ketika kita masih berada
di bawah?"

Juha membalas, "Dan kamu, mengapa menyuruhku turun dan tidak mengatakan apa hajatmu
ketika aku masih di atas?"

Gandhi dan Sepatu

،‫ َو َقْد َبَد َأ الِقَطاُر ِبالَّسْيِر‬،‫ُيْح َك ى َأَّن َغ اْنِد ي َك اَن َيْج ِري ِبُسْر َع ٍة ِلَيْلَح َق ِبالِقَطاِر‬
‫ َفَم ا َك اَن‬،‫َو َلَد ى ُصُعْو ِدِه َع َلى َم ْتِن الِقَطاِر َس َقَطْت ِم ْن َقَد ِمِه ِإْح َد ى َفْر َد َتي ِح َذ اِئِه‬
‫ ِوِبُسْر َع ٍة َر َم اَها ِبِجَو اِرالَفْر َد ِة اَألْو َلى َع َلى ِس َّك ِة‬،‫ِم ْنُه ِإاَّل َأن َخ َلَع الَفْر َد َة الَّثاِنَيَة‬
‫ َم ا َح َم َلَك َع َلى َم ا َفَعْلَت ؟ َو ِلَم اَذ ا َر َم ْيَت َفْر َد َة‬:‫ َفَتَعَّج ب َأْص ِد َقاُؤ ُه َو َس َأُلْو ُه‬،‫الِقَطاِر‬
‫ َأْح َبْبُت ِلْلَفِقْيِر اَّلِذ ي َيِج ُد الِح َذ اَء َأْن َيِج َد‬: ‫الِح َذ اِء اُألْخ َر ى؟ َفَقاَل َغ اْنِد ي الَح ِكْيُم‬
‫ َو َلْن َأْس َتِفْيَد َأَنا‬،‫ َفَلْو َو َج َد َفْر َد ًة َو اِح َد ًة َفَلْن ُتِفْيَد ُه‬،‫ َفَيْس َتِط ْيع اِال ْنِتَفاَع ِبِهِم ا‬، ‫َفْر َد َتْيِن‬
‫ِم ْنَها َأْيضًا‬
Alkisah, Gandhi berlari mengejar kereta yang sudah beranjak meninggalkan stasiun.

Saat menaiki kereta, salah satu sepatunya terjatuh. Ia segera melepas sepatu yang sebelah dan
melemparkannya ke dekat sepatu yang jatuh terlebih dahulu.

Teman-temannya heran dan bertanya, "Apa motifasimu melakukan hal tersebut? Mengapa
kamu melemparkan sepatu yang sebelah?"

Gandhi yang bijak menjawab, "Aku ingin seorang fakir yang menemukannya mendapatkan
sepasang sepatu agar ia bisa menggunakannya. Bila ia hanya menamukan sebelah, itu tak
bermanfaat baginya, begitu pula aku yang hanya memiliki satu sepatu saja."

Anda mungkin juga menyukai