Anda di halaman 1dari 12

NAMA : RIZKY VICTORIA KAPU

NIM : PN190202

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA LANSIA

A. Konsep Dasar Teori Lansia Pada Gangguan Pola Tidur


1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Lansia merupakan seseorang yang sudah memiliki umur 60 tahun atau
lebih, yang merupakan faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2010).
b. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Menurut (Nugroho, 2010), batasan-batasan lanjut usia yaitu sebagai
berikut:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia dengan
rentang usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) dengan rentang usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) dengan rentang usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun
c. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Menurut (Nugroho, 2010), ada beberapa perubahan yang terjadi pada
lansia diantaranya adalah:
1) Perubahan Fisik
Dimana dalam perubahan fisik ini yang mengalami perubahan sel,
sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem pengaturan temperature tubuh, sistem
respirasi, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem genitourinaria,
sistem endokrin, sistem kulit dn system muskulosketal. Perubahan ini
merupakan perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi masing-
masing.
2) Perubahan Mental
Dalam perubahan mental pada lansia yang berkaitan dengan dua hal
yaitu kenangan dan intelegensi. Lansia akan mengingat kenangan
masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang lalu, sedangkan
intelegensi tidak berubah namun terjadi perubahan dalam gaya
membayangkan.
3) Perubahan Psikososial
Pensiunan di masa lansia yang mengalami kehilangan finansial,
kehilangan teman, dan kehillangan pekerjaan, kemudian akan sadar
terhadap kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik, dan
ketidakmampuan, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan
ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat pada konsep diri dan
gambaran diri.
4) Perkembangan Spiritual
Dalam perkembangan spiritual pada lansia agama dan kepercayaan
makin terintegrasi dalam kehidupannya
5) Perubahan Sistem Sensori
Perubahan sistem sensori pada lansia terdiri dari sentuhan,
pembauan, perasa, penglihatan dan pendengaran. Perubahan pada
indra pembau dan pengecapan yang dapat mempengaruhi
kemampuan lansia dalam mempertahankan nutrisi yang adekuat.
Perubahan sensitivitas sentuhan yang dapat terjadi pada lansia
seperti berkurangnya kemampuan neuro sensori yang secara efisien
memberikan sinyal deteksi, lokasi dan identifikasi sentuhan atau
tekanan pada kulit.
6) Perubahan pada otak
Penurunan berat otak pada individu biasanya dimulai pada usia 30
tahun. Penurunan berat tersebut awalnya terjadi secara perlahan
kemudian semakin cepat. Penurunan berat ini berdampak pada
pengurangan ukuran neuron, dimulai dari korteks frontalis yang
berperan dalam fungsi memori dan performal kognitif.
7) Perubahan Pola Tidur
Waktu istirahat atau tidur lansia cenderung lebih sedikit dan jarang
bermimpi dibandingkan usia sebelumnya. Lansia cenderung lebih
mudah terbangun ketika tidur karena kendala fisik dan juga lebih
sensitive terhadap pemaparan cahaya. Gangguan pola tidur yang
biasa dialami lansia seperti insomnia.
2. Gangguan Pola Tidur
a. Definisi Gangguan Pola Tidur
Gangguan pola tidur merupakan keadaan ketika individu mengalami
perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istrahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman yang menganggu gaya hidup yang
diinginkan (Carpenito, 2012).
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor ekternal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
b. Tanda dan Gejala Gangguan Pola Tidur
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), dalam buku Standar
Diagnosis keperawatan Indonesia tanda dan gejala gangguan pola tidur
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Gejala dan tanda mayor
a) Secara subjektif klien mengeluh sulit tidur, mengeluh
sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola
tidur berubah, dan mengeluh istirahat tidak cukup.
b) Secara objektif tidak ada gejala mayor dari gangguan pola
tidur.
2) Gejala dan tanda minor
a) Secara subjektif klien mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun
b) Secara objektif tidak ada gejala minor dari gangguan pola
tidur
B. Proses Penuaan
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya.
Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit (Kholifah, 2016).

C. Penyebab Gangguan Pola Tidur


Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016), penyebab dari gangguan pola tidur yaitu :
1) Hambatan lingkungan (misalnya : keseimbangan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Retraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

D. Tahapan Tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskletal. Menurut (Potter dan
Perry, 2010), secara alamiah dalam tidur mempunyai dua tahapan yaitu:
1) Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tidur NREM terdiri dari 4 tahap, dimana setiap tahapannya mempunyai
ciri tersendiri:
a) Tahap I
Tahap I ini berlangsung 30 detik sampai 5 menit pertama dari
siklus tidur. Pada tahap ini seseorang merasa kabur dan rileks,
mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan
pernapasan turun secara jelas. Gelombang alfa sewaktu
seseorang masih sadar dibantu dengan gelombang beta yang
lambat. Sesorang yang tidur pada tahap pertama dapat
dibangunkan dengan mudah.

b) Tahap II
Seluruh tubuh kita seperti berada pada tahap tidur yang lebih
dalam. Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun kita benar-
benar berada dalam keadaan tidur. Periode tahap 2 berlangsung
dari 10 sampai 40 menit. Kadang-kadang selama tahap tidur 2
seseorang dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari
ektremitas tubuhnya. Ini normal, kejadian sentakan ini, sebagai
akibat masuknya tahapan REM.
c) Tahapan III
Pada tahapan ini kecepatan jantung dan pernapasan serta
proses tubuh berlanjut mengalai penurunan akibat dominasi
sistem saraf parasimpatis. Seseorang lebih sulit dibangunkan.
Gelombang otak menjadi tertur dan terdapat penambahan delta
lambat.
d) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan
rekomendasi gelombang delta yang lambat. Kecepatan jantung
dan pernapasan turun. Selama tidur seseorang mengalami
sampai 4 sampai 6 kali suklus tidur dalam waktu 7 sampai 8 jam.
Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir
dengan tidur REM.
2) Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Tahap tidur REM sangat berbeda dari tidur NREM. Tidur REM adalah
tahapan tidur yang sangat aktif. Pola napas dan denyut jantung tidak
teratur dan tidak terjadi pembentukan keringat. Kadang-kadang timbul
twitching (berkedut) pada tangan, kaki, atau muka, dan pada laki-laki
dapat timbul ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada aktivitas
demikian orang masih tidur lelap dan sulit untuk dibangunkan. Sebagian
besar anggota gerak tetap lemah dan rileks. Tahap tidur ini diduga
berperan dalam memulihkan pikiran, menjernihkan rasa kuatir dan daya
ingat dan mempertahankan fungsi sel –sel otak

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh
jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut (Wartonah dan Tarwoto, 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
yaitu sebagai berikut:
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan klieen kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan hipertensi, ganguan
pernapasan seperti asma, bronchitis, dan penyakit persyarafan.
2) Lingkungan
Klien yang biasanya tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat
tidurnya.
3) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4) Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5) Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang makan meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a) Diuretic: menyebabkan insomnia
b) Antidepresan: menyupresi REM
c) Kafein: meningkatkan saraf simpatik
d) Narkotika: menyupresi REM

F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya
insomnia. Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai
beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang
nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.
Pengobatan insomnia biasanya dimulai dengan:
a. Menghilangkan kebiasaan (pindah tempat tidur, memakai tempat
tidur hanya untuk tidur, dll).
b. Jika tidak berhasil dapat diberikan obat golongan hipnotik (harus
konsultasi dengan psikiater).
2. Pelaksanaan gangguan tidur
1) Tidur sepenunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan
sehat dari hari berikutnya, pembatasan waktu tidur dapat
memperkuat tidur, berlebihnya waktu yang dihabiskan ditempat
tidur tampaknya berkaitan dengan itudr yang terputus-putus dan
dangkal
2) Waktu bangun yang teratur dipagi hari meperkuat siklus
sirkandian dan menyebabkan awitan tidur yang teratur
3) Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam
tidur namu latihan yang hanya dilakukan dengan kadang-kadang
tidak dapat memperbaiki tidur pada malam berikutnya.
4) Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang dapat menggangu tidur
sekalipun bunyi tersebut tidak membangunkan orang yang tertidur
dan tidak dapat mengingatnya dipagi hari. Kamar tidur kendap
suara dapat membagu tidur bagi orang-orang yang harus tidur
didekat kebisingan.
5) Meskipun ruang yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur,
namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kamar yang
terlalu dingin dapat membantu tidur.
6) Rasa lapar menggagu tidur
7) Pil tidur yang kadang-kadang dapat digunakan memberikan
keuntungan, namun pengguynaan yang kronis tidak efektif pada
kebanyakan penderita insomnia.
8) Kafein didalam hari dapat menggangu tidur, meskipun pada
orang-orang yang berpikit demikian.
9) Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk membantu
tertidur lebih mudah, tetapi tidur tersebut kemudian akan terputus-
putus .
10)Orang-orangyang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat
tidur tidak boleh berusaha keras untuk tertidur tetapi harus
menyalakan lampu dan melakukan hal yang lain berbeda.
11)Penggunaan terbakau yang secara kronis dapat mengganggu
tidur.

Tidakan pencegahan yang lainnya anatara lain :

1) Kasur yang memungkinkan kesejajaran tubuh yang tepat.


2) Suhu kamar harus cukup dingin (kurang dari 240C ) sehingga
merasa nyaman
3) kalori harus minbimal pada saat menjelang tidur
4) Latihan sedang disiang hari atau disore hari merupakan hal yang
anjurkan.
3. Pelaksanaan terapeutik
Bootzin dan Nicassio menganjurkan aturan-aturan tersebut untuk
mempertahankan kenormalan pola tidur :
a. Pergi tidur hanya jika mengantuk
b. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan membaca,
menonton TV atau makan ditempat tidur
c. Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah keruangan lain . Bangun
sampai anda benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali
ketampat tidur, Jika tidur masih tidak bisa dilakukan dengan mudah
bangun dari temapt tidur, Tujuannya adalah menghubungkan antara
temapt tidur dengan tidur cepat, Ulangi langkah ini sesering yang
diperlukan sepanjag malam.
d. Siapkan Alarm dan bangun diaktu yang sama setiap pagi tanpa
memperdulikan beberapa banyak Anda tidur dimalam hari. Hal ini
membantu tubuh menatapkan irama tidur bangun yang konstan.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Kaji riwayat tidur klien
 Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
 Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
 Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
 Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
 Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
2. Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
3. Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
4. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
5. Kaji status emosional dan mental
6. Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
7. Kaji lingkungan tidur
H. Diagnosa keperawatan pada lansia dengan gangguan pola tidur
1. Kerusakan mobilitas fisik ; penuruna fungsi motoric
2. Resiko tinggi terhadap cedera
3.
4. Gangguan pola tidur
5. Perubahan proses piker
6. Gangguan harga diri

I. Intervensi pada gangguan pola tidur


Pada klien yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah istirahat
dan tidur. Masalah tersebut sering berhubungan dengan lingkungan rumah sakit,
rutinitas ruangan, atau penyakit yang dideritanya. Walaupun begitu, perawat
mesti membantu klien untuk dapat istirahat dan tidur.
Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk
membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang dirawat.
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya dengan:
 Pintu kamar klien ditutup
 Kurangi stimulus, misalnya percakapan
 Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
2. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan
musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak-anak, dapat dilakukan
dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang
disukainya.

3. Diet
 Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi
protein, seperti susu dan keju
 Hindari banyak minum sebelum tidur
4. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
5. Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur.
Maksudnya, usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas, ataupun stres
sebelum tidur.
6. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:
 Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur
 Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
 Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah
 Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur
7. Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
8. Berdoa sesuai dengan agamanya
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC


Kholifah. N. S. (2016). Keperawatan Gerontik Konprehensif (kedua). Jakarta :
EGC
Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik (ketiga). Jakarta :
EGC.
Potter dan Perry. (2010). Fundamentals of Nursing Edisi 07 (Konsep, Proses,
dan Praktik). Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wartonah dan Tarwoto. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Diana, K. N. P.,(2019). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Lansia Hipertensi
dengan Gangguan Pola Tidur di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati
Gianyar. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2307/ diakses pada
tanggal 13 April 2020

Anda mungkin juga menyukai