Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE

OLEH :

1. CARINI ARYANTI
2. JUANG ADIT MAULANA F.
3. SEPTIANA AMBARSARI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2023

1. Judul jurnal Gambaran karakteristik pasien IHCA dan luaran pasca


resusitasi jantung paru oleh tim code blue di RSUP
Sanglah
2. Jurnal analisis Population :
Penelitian dilakukan selama 1 tahun mulai dari bulan
Januari 2021 sampai Desember 2021 di RSUP
Sanglah secara observasional kohort prospektif.
Sebanyak 107 sampel dikumpulkan dengan teknik non
randomized consecutive sampling, melalui rekam
medis. Sampel yang diambil adalah pasien dengan
IHCA yang mendapatkan resusitasi jantung paru oleh
tim code blue, dengan usia 18 tahun atau lebih.
Kemudian sampel dikelompokkan berdasarkan
variable-variabel seperti Karakteristik pasien henti
jantung meliputi karakteristik demografi dan klinis,
karakteristik tindakan resusitasi jantung paru , serta
karakteristik tim code blue. Sebanyak 107 sampel
pasien IHCA memenuhi kriteria inklusi, namun 4
sampel dieksklusi karena data tidak lengkap, sehingga
total sampel menjadi 103 pasien IHCA
Intervention :
Pemeriksaan analisis gas darah (AGD) arteri harus
dilakukan setiap 6 jam untuk menilai status asam- basa
dan memandu manajemen ventilator.
Derajat keasaman tubuh dapat mengalami peningkatan
(alkalosis) dan penurunan (asidosis) akibat gangguan
keseimbangan kation anion serta kegagalan
transportasi dan produksi makromolekul sehingga
permasalahan suatu fungsi sel dapat terjadi. Afinitas
Ferro (Fe 2+) yang terikat oleh molekul histidin dalam
struktur haemoglobin terhadap oksigen akan
terganggu jika pH darah arteri lebih kecil dari 7,35
atau lebih besar dari 7,45.
Comparison :
Kebanyakan selama proses resusitasi tanpa obat
antiaritmia tambahan seperti amiodaron (89,3%).
Hanya sebagian kecil (1%) yang mendapatkan obat
antiaritmia, dan 10 sampel (10%) tidak mendapatkan
obat sama sekali saat resusitasi dan setelah ROSC
tidak dilakukan cek Analisa gas darah untuk
penanganan selanjutnya sehingga menyebabkan
kematian pasien ROSC sangat banyak yaitu <24 jam.
Outcame :
Dari studi yang diulas Pasien pasca-henti jantung
mengalami proses patofisiologi kompleks dan kritis yang
disebut PCAS, terdiri dari respons iskemik/reperfusi
sistemik kontrol oksigenasi dan ventilasi), diharapkan setelah
ROSC segera dilakukan pemeriksaan AGD untuk
melakukan tindakan selanjutnya seperti pemasangan
ventilator dan seting ventilator, sehingga mempunyai
harapan besar kepada keselamatan pasien yang
mengalami ROSC.
3. Referensi Intisari Sains Medis 2022, Volume 13, Number 1: 59-64 P-
terakreditasi ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089 – 9084.
Jurnal SainHealth Vol. 5 No. 1 Edisi 2021 © Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif
Sidoarjo p-ISSN : 2548-8333 e-ISSN : 2549-2586.
4. Relevansi dengan Proses code blue di RSUP Sanglah sudah berjalan
fenomena masalah dengan cukup baik. Upaya code blue dilakukan oleh
tim yang lengkap, terdiri dari residen anestesi, residen
kardiologi, perawat, dan paramedis dengan
kompetensi yang memadai, ditandai dengan sertifikasi
Advance Cardiac Life Support/ACLS (yang termasuk
Basic Cardiac Life Support/ BCLS di dalamnya)
untuk dokter dan BCLS untuk perawat dan paramedic.
Secara umum luaran resusitasi di RSUP Sanglah
tergolong buruk yang ditunjukkan dengan tingginya
angka kematian dan rendahnya kesintasan pada pasien
yang mengalami ROSC pasca resusitasi.
5. Kemutahiran Gambaran karakteristik pasien IHCA dan luaran pasca
resusitasi jantung paru oleh tim code blue di RSUP
Sanglah (Intisari Sains Medis 2022, Volume 13, Number
1: 59-64 P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089 – 9084).
Aplikasi BGA UMAHA Sebagai Pendeteksi Gas
Darah Disertai Interpretasi Hasil Berbasis Android ©
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim
Latif Sidoarjo p-ISSN : 2548-8333 e-ISSN : 2549-
2586.
6. Kelengkapan aspek Fase prainteraksi :
1. Mengecek status klien(catatan keperawatan
dancatatan medik)
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menyiapkan diri perawat
Fase orientasi :
1. Memberi salam kepada klien
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur singkat
5. Menjaga privacy klien dengan menyiapkan
lingkungan
Fase kerja :
1. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
2. Posisikan klien dengan nyaman
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
4. Basahi spuit dengan heparin 0,1 cc
(cukupmembasahi spuit)
5. Palpasi arteri radialis
6. Lakukan allen’s tesTujuan uji allen tes adalah
untuk menilai sistem kolateral arteri radialis.
Penderita dimintamengepalkan tangan dengan
kencang. Pengambildarah dengan jari menekan
kedua arteri radialis danulnaris. Penderita diminta
membuka danmengepalkan beberapa kali hingga jari-
jari pucat,kemudian biarkan telapak tangan
terbuka.Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya
dariarteri ulnaris, telapak tangan akan pulih
warnanyadalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris
mengisipembuluh kapiler tangan. Observasi warna
jari-jari,ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan
harusmemerah dalam 15 detik, warna
merahmenunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanandilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan
testallen’s negatif. Bila terdapat
gangguankolateralisasi pada arteri ulnaris (uji
Allennegative), arteri radialis tidak boleh
digunakanuntuk pengambilan darah arteri. Bila tidak
terdapatkolateralisasi arteri radialis dan arteri
ulnaris (ujiAllen negative), arteri radialis tidak
bolehdigunakan.
7. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di
atasgulungan handuk
8. Raba kembali arteri radialis dan palpasi
pulsasiyang paling keras dengan menggunakan
jaritelunjuk dan jari tengah
9. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan
kapas alkohol, kemudian diusap dengan
kapasalkohol
10.Berikan anestesi lokal jika perlu
11.Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit
heparin1000 U/ml dan kemudian kosongkan spuit,
biarkanheparin berada dalam jarum dan spuit
12.Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum
dengansudut 30° sambil menstabilkan arteri klien
dengantangan yang lain
13.Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran
darahmasuk spuit (apabila darah tidak bisa naik
sendiri,kemungkinan pungsi mengenai vena)
14.Ambil darah 1 sampai 2 ml
15.Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan
menggunakan kasa 5-10 menit
16.Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat
spuitdengan gabus atau karet
17.Putar-putar spuit sehingga darah bercampur
denganheparin
18.Ukur suhu dan penggunaan oksigen tambahan klien
19.Beri label pada spesimen yang berisi nama,
suhu,konsentrasi oksigen yang digunakan klien jika
kilenmenggunakan terapi oksigen
20. Kirim segeradarah ke laboratorium
21. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan
sudahtidak mengeluarkan darah (untuk klien
yangmendapat terapi antikoagulan,
penekananmembutuhkan waktu yang lama)
21.Membereskan peralatan
Fase Terminasi :
- Mengevaluasi perasaan klien setelah
dilakukantindakan
- Menyampaikan hasil prosedur setelah
dilakukantindakan
- Memberikan reinforcement sesuai
dengankemampuan klien
- Melakukan kontrak waktu untuk
tindakanselanjutnya
- Mengakhiri kegiatan dengan memberikan
salamdan berpamitan
-Merapihkan lingkungan dan
mengembalikanperalatan ketempat semula
Fase Dokumentasi
- Dokumentasikan hasil dari kegiatan
- Tulis tanggal pelaksanaan
- Nama dan tanda tangan perawat yang melakukan
7. Besarnya manfaat Pemeriksaan AGD sangat berperan penting pada
untuk mengatasi pasien yang mengalami ROSC sehingga sangat
masalah membantu tenaga kesehatan untuk melakukan
intervensi dan omplementasi terhadap pasien yang
mengalami ROSC dan mencegah angka kematian
pasien ROSC yang sangat tinggi di di RSUP Sanglah.
8. Keamanan untuk Pemanfaatan cek AGD berpotensi meningkatkan
diterapkan keselamatan pasien yang mengalami ROSC.
Namun penelitian ini belum dilakukan di RSUP
Sanglah sehingga angka kematian pasien ROSC <24
jam sangatlah besar.
9. Pengaplikasian Kapas Alkohol, tourniquet, spuit 3cc, Heparin.
Pelaksanaan pengambilan AGD bias dilakukan pada
area ulnaris, brachialis dan femoralis.
Evaluasi:
Pemeriksaan AGD sangat membantu untuk
mengevaluasi pasien dalam melakukan perubahan
seting ventilator sesuaI hasil AGD.

Anda mungkin juga menyukai