Anda di halaman 1dari 25

TUGAS METABOLISME KARBOHIDRAT

DOSEN : Amirah, S. Si., M. Kes


DISUSUN OLEH :

NAMA : MAGFIRA

NIM : B1D122205

KELAS : 2022\E

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS DIV TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
1. PENGERTIAN KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh
manusia yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik
yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat
persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya. Semua
karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)
(Sari Nurhamida, 2014).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan
yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat
sederhana terdiri atas monosakarida yang merupakan molekul dasar dari
karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua monosa yang dapat saling
terikat, dan oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk olh
galaktosa, glukosa dan fruktosa. Karbohidrat kompleks terdiri atas
polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida dan
serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati (Sari Nurhamida, 2014).
Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga
mempunyaifungsi yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu
pemberi rasa manis padamakanan, penghemat protein, pengatur
metabolisme lemak, mem bantu pengeluaran feses (Sari Nurhamida,
2014).
2. PENGERTIAN MONOSAKARIDA JENIS DAN CONTOHNYA DALAM
MAKANAN

Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti


molekulnya hanya terdiri atas beberapa atau karbon saja dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbon lain
Monosakarida tidak berwarna, bentuk kristalnya larut dalam air tetapi
tidak larut dalam pelarut non- polar. Monosakrida digolongkan menurut
jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu aldehid
(aldosa) dan keton (ketosa). Glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa
semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa
(Shabrina dkk,2020).

a. Jenis Monosakarida dan contohnya dalam makanan yaitu:


 Glukosa berperan penting dalam proses biologis. Glukosa
merupakan molekul paling sederhana. Biasanya glukosa dapat
dalam buah-buahan yang telah matang, terutama anggur.
 Fruktosa adalah gula ketosa yang merupakan makanan berenergii
dan pada akhirnya akan dioksidasi menjadi karbon dioksida dan
air di dalam sel-sel tubuh Fruktosa biasanya terdalam madu dan
buah-buahan. Rasa manisnya melebihi glukosa dan sukrosa.
Pada tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan
sebagai komponen dari sukrosa.
 Galaktosa merupakan monosakarida yang dihasilkan dari proses
gula susu mamalia. Keberadaan galaktosa di alam tidak
ditemukan dalam keadaan bebas. Galaktosa mempunyai rasa
kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut
dalam air (Shabrina dkk,2020).
3. PENGERTIAN DISAKARIDA JENIS DAN CONTOHNYA DALAM
MAKANAN

Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri atas 2 unit gula atau 2


molekul monosakarida. Ikatan antara dua molekul monosakarida disebut
ikatan glikosidik. Ikatan glikosidik terbentuk dari gugus hidroksil atom C
nomor 1 yang juga disebut karbon numerik dengan gugus hidroksil pada
molekul gula yang lain. Disakarida larut dalam air dan umumnya terasa
manis (Fessenden, 2017).

Disakarida dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Disakarida dengan gugus hemiasetal bebas merupakan senyawa


dengan satu unit glikosil yang dapat digantikan dengan atom hidrogen
dari gugus hidroksi alkoholik dari unit lainnya sehingga mempunyai
gugus -OH glikosidik dan bersifat mereduksi, contohnya adalah
maltosa dan laktosa
2. Disakarida tanpa gugus hemiasetal bebas merupakan senyawa yang
dibentuk dengan reaksi dua glikosidik gugus hidroksi dengan gugus
yang lainnya sehingga tidak mempunyai gugus -OH glikosidik dan
bersifat tidak dapat mereduksi, contohnya adalah sukrosa Jenis
Monosakarida dan contohnya dalam makanan yaitu:
b. Jenis Monosakarida dan contohnya dalam makanan yaitu:
 Sukrosa merupakan gula yang berasal dari tebu, bit, madu lebah,
buah nanas dan wortel. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu glukosa dan
fruktosa.
 Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua molekul
glukosa Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa lebih
manis daripada laktosa. Maltosa digunakan dalam makanan bayi
dan susu bubuk beragi (malted milk). Maltosa diperoleh dari
hidrolisis pati.
 Laktosa.Hasil hidrolisis laktosa yaitu D-galakt Adanya fruktosa
bebas maka gula inversi lebih manis daripada sukrosa. Suatu gula
inversi sintetik yang disebut isomerase dibuat dengan isomerisasi
enzimatik dari glukosa dalam sirup jagung, penggunaan komersial
gula inversi sintetik adalah untuk pembuatan es krim. minuman
ringan dan permen.osa dan D- glukosa. Ikatan galaktosa dan
glukosa terjadi antara (Fessenden, 2017).
4. PENGERTIAN POLISAKARIDA JENIS DAN CONTOHNYA DALAM
MAKANAN
Polisakarida adalah karbohidrat yang mempunyai lebih dari 10 unit
monosakarida dan diperoleh dari hidrolisis. Polisakarida yang terdiri atas
satu macam monosakarida disebut homopolisakarida, sedangakan
polisakarida yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida
Polisakarida mempunyai tiga maksud dalam sistem kehidupan yaitu
sebagai halus pembangun, hahan makanan/nutrisi, dan sebagai zat
spesifik. (Fessenden, 2017).
Contoh polisakarida sebagai bahan pembangun adalah selulosa,
yang memberikan kekuatan pada pokok kayu dan dahan bagi tumbuhan;
dan kitin, komponen struktur dari kerangka luar serangga Contoh
polisakarida bahan nutrisi adalah pati dan glikogen. Contoh polisakarida
za spesifik adalah heparin. Polisakarida yang sangat penting antara lain:
Jenis polisakarida dan contohnya dalam makanan yaitu:
 Pati merupakan polisakarida paling melimpah kedua Nama lain pati
adalah amilum. Pati terdapat padu gandum, tepung jagung, unshi,
daun, batang dan biji-bijian. Pati dapat dipisahkan menjadi das fraksi
utama berdasarkan kelarutan dalam air panas, sekitar 20% pati adalah
amilosa yang lann dalam air panas dan 80% adalah amilopektin yang
tidak larut air panas.
 Glikogen Di dalam glikogen disemakan pada kerang, alga atau rumput
laut (Fessenden, 2017).
5. GAMBAR STRUKTUR MONOSAKARIDA DISAKARIDA POLISAKARIDA

Gambar 1: Struktur monosakarida dan Struktur polisakarida Sumber :


(Shabrina dkk,2020.Fessenden, 2017).
Gamabar 3 : Struktur disakarida Sumber : (Fessenden, 2017).
6. GAMBAR ORGAN PANCREAS DAN BAGIANNYA

Gambar 4: Organ Pangkreas Sumber : (Ningsih, 2017).

7. HORMON YANG DI HASILKAN PANGKREAS


1. Glukagon
2. Insulin
3. Somatostatin
 Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel-sel
alfa dari pulau langerhans sebagai respon terhadap kadar glukosa
darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma (Ningsih,
2017).
 Glukagon adalah hormon stadium pascaabsorptif pencernaan, yang
muncul dalam masa puasa diantara waktu makan. Fungsi hormon ini
terutama adalah katabolik (penguraian) dan secara umum
berlawanan dengan fungsi insulin. Glukagon bekerja sebagai
antagonis insulin dengan menghambat perpindahan glukosa kedalam
sel. Glukagon merangsang glukoneogenesis hati dan penguraian
simpanan glikogen untuk digunakan sebagai sumber energi selain
glukosa. Glukagon merangsang penguraian lemak dan pelepasan
asam-asam lemak bebas kedalam darah untuk digunakan sebagai
sumber energi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kadar glukosa
darah sewaktu kadar glukosa dearah mengalami penurunan
(Ningsih, 2017).
 Insulin dilepaskan oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan
utama yang menyebabkan pelepasan insulin ini adalah peningkatan
glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal
adalah 80-90 mg/100 ml darah. Jadi sekresi insulin menjadi
meningkat bila kadar glukosa darah puasa melebihi 100 mg/100 ml
darah, dan kembali ke tingkat basal dalam waktu 2-3 jam. Insulin
adalah hormon utama pada stadium obsorbtif pencernaan yang
muncul segera setelah makan (Ningsih, 2017).
 Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang
terdapat pada sebagian besar sel tubuh. Setelah berikatan dengan
reseptor, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk
meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel. Setelah berada di
dalam sel, glukosa dapat segera digunakan sebagai penghasil energi
atau disimpan di dalm sel sebagai glikogen. Sewaktu glukosa dibawa
masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menjadi menurun (Ningsih,
2017).
 Insulin adalah hormon yang bersifat anabolik (pembangun), dan
pelepasannya selain dirangsang oleh peningkatan kadar glukosa
darah juga dirangsang oleh beberapa asam amino dan hormon
pencernaan, misalnya CCK dan sekretin. Selain berfungsi untuk
meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel, insulin juga
berperan dalam peningkatan transportasi asam amino ke dalam sel,
merangsang pembentukan protein, serta menghambat penguraian
simpanan lemak protein dan glikogen. Insulin juga menghambat
proses glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati
(Ningsih, 2017).
 Somatostatin disekresikan oleh sel-sel delta pulau langerhans.
Somatostatin juga disebut sebagai hormon penghambat hormon
pertumbuhan dan merupakan salah satu hormon hipotalamus yang
mengontrol pelepasan hormon pertumbuhan dari hipofisis. anterior.
Somatostatin pankreas tampaknya memiliki efek minimal pada
pelepasan hormon pertumbuhan dari hipofisis. Hormon ini
mengontrol metabolisme dengan menghambat sekresi insulin dan
glukagon. Fungsi lain dari hormon ini belum diketahui secara jelas
(Ningsih, 2017).
8. ENJIM YANG DI HASILKAN PANKREAS
1. Lipase
2. Protease
3. Amilase
4. Laktase
5. Maltase
6. Sukrase (Ningsih, 2017).
9. MEKANISME KERJA INSULIN

Mekanisme kerja dari insulin adalah memindahkan glukosa darah


masuk ke dalam sel melalui membrane plasma. Glukosa tidak dapat
langsung menetrasi sel atau masuk ke dalam sel sehingga memerlukan
tramporter untuk glukosa, kecuali untuk jaringan yang memerlukan secara
kontiniu asupan glukosa seperti otak, hati, sel darah merah dan putih
serta bagian sel-sel lain ( Dudi hardianto, 2021).

Glukagon sebagai hormone antagonis dari insulin berfungsi dalam


kontrol glukosa yaitu kebalikan dari insulin Terutama dalam proses gliko
genolisis dan glukoneogenesis, menurunkan sintesa glikogen, lipolitik dan
ketogenik pada jaringan hati. Half life dari glucagon adalah 5. 10 menit.
Glucagon akan didegradasi oleh berbagai jaringan tetapi yang utama
adalah oleh hati. Karena glucagon disekresi oleh ke dalam vena porta dan
mencapai hati sebelum masuk kedalam sirkulasi perifer, maka glu cagon
sulit ditemukan pada perifer( Dudi hardianto, 2021).
10. STRUKTUR INSULIN

Insulin merupakan hormon protein ya- ng terdiri dari 2 rantai yaitu


rantai A yang terdiri dari 21 asam dan rantai B yang terdiri dari asam
amino diantara 2 rantai tersebut dihubungkan oleh 2 jembatan disulfida
Pada masing-masing spesies, insulin yang ditemukan berbeda-beda
dalam jumlah asam aminonya. Misalnya insulin manusia de- ngan insulin
babi hanya berbeda dalam I re- Inulin sangat berpengaruh bagi fisio- sidu
asam aminonya (Haviz, 2018).

Insulin diproduksi di Pankreas. Fungsi endokrin pankreas terdapat


pada pulau-pulau Langerhans yang tersebar di seluruh organ. Pada
Pulau-pulau Langerhans ini dijumpai tiga macam sel yaitu: 1. Sel alfa, sel
ini menghasilkan Glukagon (Haviz, 2018).

Gambar 5 : Struktur insulin Sumber (Haviz, 2018).


1. Sel alfa, sel ini menghasilkan Glukagonjuga dihasilkan oleh sel-sel
alfa ekstra-pankreas (di luar pankreas), seperti pada lambung dan
saluran pencernaan.
2. Sel beta, menghasilkan hormon insulin yang berperan untuk
mengubah glukosa darah menjadi glikogen dalam hati.
3. Sel delta, menghasilkan hormon soma- totropin atau Growth
Hormone Releasing Inhibiting Factor (GH-RIF) seperti diha- silkan
oleh hipotalamus. Fungsinya untuk menghambat produksi hormon
insulin maupun glukagon Pulau Pankreas mensekresikan (Haviz,
2018).
11. PENGERTIAN INSULIN EKSOGEN
Insulin yang digunakan untuk terapi luar tubuh injeksi insulin
dihasilkan dan diproduksi di manusia dengan menggunakan bioteknologi,
insulin ini disebut dengan insulin eksogen. Secara umum dari segi
penggunaannya dalam mengatur kadar glukosa darah puasa atau
glukosa darah prandial, insulin eksogen ini dapat dibagi menjadi insulin
basal dan insulin prandial (Ratna, 2022).

12 TUJUAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DI LABORATERIUM

1. Untuk mengdiagnosis diabetes,yaitu kondisi ketika kadar gula darah


yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
2. Untuk memantau pengongobatan dan kondisi ketika kesehatan pasien
yang sudah mengidap diabetes
3. Untuk mengetahui resiko atau komplikasi diabetes, seperti kerusakan
ginjal,saraf, mata, atau jantung.
4. Untuk mengevaluasi faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kadar
gula darah, seperti makanan,obat- obatan, aktifitas fisik, atau stres
(Aini dkk,2019).
13. JELASKAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA SAMPEL
CAIRAN TUBUH SELAIN DARAH ATAU SERUM
1. Tes glukosa urin, yaitu tes yang menggunakan strip reagen yang di
celupkan ke dalam urin. Strip reagen akan berubah warna sesuai
dengan kadar glukosa dalam urin. Tes ini dapat di lakukan di rumah
atau di laboraterium
2. Tes glukosa air mata, yaitu tes yang menggunakan alat khusus yang
di tempatkan pada kelopak mata. Alat ini akan mengambil sampel air
mata dan mengerimkan hasilnya ke smartphone (Lina, 2015).
14. MENJELASKAN ALAT DAN BAHAN YANG DI GUNAKAN PADA
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
1. Alat yang di gunakan pada pemeriksaan glukosa darah :
 tourniquet
 kapas alkohol
 tabung
 spektrofotometer
 glukometer
 sentrifus
 strip glukosa
2. Bahan yang di gunakan pada pemeriksaan glukosa darah
 Spoit 3 ml
 darah yaitu darah vena berupa serum,
 darah kapiler
 alkohol 70%
 reagen glukosa
 Aquadest (Andi Firgiansyah, 2016).
15. JELASKAN PRINSIP KERJA FOTOMETER
Prinsip kerja fotometer yaitu sampel yang telah diinkubasi kemudian
disedotkan pada aspirator sehingga masuk ke dalam kuvet dan dibaca
oleh sinar cahaya kemudian sampel akan disedot kembali dengan pompa
peristaltik menuju ke pembuangan. Sampel yang digunakan harus
dimasukkan dalam inkubator. Hal ini agar reagen-reagen dalam sampel
bekerja secara maksimal (Julik Wulandari, 2019).
16. Jelskan hukum- hukum lambeart- beart
Hukum Beer-Lambert, juga dikenal sebagai Hukum Beer atau Hukum
Lambert-Beer, adalah prinsip fundamental dalam kimia analitik yang
menghubungkan redaman cahaya dengan sifat material yang dilewati
cahaya. Ketika cahaya monokromatik dengan intensitas awal (Io)
merambat melalui bejana transparan yang berisi larutan, sebagian cahaya
diserap, mengakibatkan penurunan intensitas cahaya yang diteruskan (I)
Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa energi yang diserap
atau ditransmisikan oleh suatu larutan berbanding lurus dengan
absorptivitas molar larutan dan konsentrasi zat terlarut. Hukum ini banyak
digunakan dalam kimia analitik untuk mengukur absorbansi berbagai
sampel. Ini menggabungkan prinsip-prinsip Hukum Beer dan Hukum
Lambert untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
redaman cahaya melalui zat dan sifat-sifat terkaitnya.

17. MENJELASKAN PROSEDUR PENUNDAAN PEMERIKSAAN SAMPEL DI


LABORATERIUM
Prosedur penundaan pemeriksaan sampel di laboratorium adalah
serangkaian langkah yang harus diikuti ketika suatu sampel atau tes
laboratorium tidak dapat segera dianalisis atau dilakukan pemeriksaan
sesuai jadwal awalnya. Penundaan ini bisa disebabkan oleh berbagai
alasan, seperti prioritas lain yang mendesak, kendala teknis, atau
alasan administratif. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam
prosedur penundaan pemeriksaan sampel di laboratorium:
1. Identifikasi Alasan Penundaan:
- Laboratorium harus terlebih dahulu mengidentifikasi alasan konkret
mengapa pemeriksaan sampel perlu ditunda. Ini bisa menjadi masalah
teknis, kekurangan peralatan, kekurangan personil, atau alasan
lainnya.
2. Komunikasi dengan Pelanggan:
- Jika sampel berasal dari klien atau pelanggan eksternal,
laboratorium perlu berkomunikasi dengan mereka secepat mungkin
untuk memberi tahu mereka tentang penundaan. Dalam komunikasi ini,
berikan alasan yang jelas dan perkiraan waktu baru untuk pemeriksaan
sampel.
3. Catat Informasi:
- Pastikan untuk mencatat semua detail yang relevan tentang
sampel, termasuk nomor identifikasi sampel, tanggal penundaan, dan
alasan penundaan. Informasi ini penting untuk melacak dan mengelola
sampel dengan benar.
4. Rencanakan Ulang Jadwal:
- Setelah alasan penundaan telah diidentifikasi, laboratorium perlu
merencanakan ulang jadwal untuk pemeriksaan sampel. Hal ini
termasuk menentukan tanggal dan waktu baru untuk pemeriksaan.
5. Prioritaskan Sampel:
- Jika laboratorium memiliki banyak sampel yang menunggu untuk
dianalisis, perlu dilakukan penilaian prioritas untuk menentukan urutan
pemeriksaan. Sampel yang paling penting atau mendesak harus
diprioritaskan.
6. Informasikan Staf Laboratorium:
- Pastikan semua staf laboratorium yang terlibat dalam proses
pemeriksaan sampel diberi tahu tentang penundaan dan jadwal baru.
7. Evaluasi dan Perbaikan:
- Setelah pemeriksaan sampel dilakukan sesuai jadwal baru, penting
untuk mengevaluasi alasan penundaan dan mencari cara untuk
mencegahnya di masa depan. Laboratorium harus mencari cara untuk
meningkatkan efisiensi operasional dan menghindari penundaan yang
tidak perlu.
8. Rekomendasi kepada Pelanggan (jika diperlukan):
- Jika penundaan pemeriksaan sampel berdampak pada pelanggan,
laboratorium mungkin perlu memberikan rekomendasi atau solusi
alternatif, seperti penggunaan laboratorium lain atau metode
pengiriman sampel yang lebih cepat.
Prosedur penundaan pemeriksaan sampel di laboratorium harus
dijalani dengan penuh transparansi dan profesionalisme. Memastikan
kualitas dan akurasi hasil uji tetap terjaga merupakan prioritas utama
dalam setiap laboratorium (Merry Maeda, 2020).
18. PENGERTIAN SAMPEL HEMOLISIS, IKTERIK, LIPEMIK TERHASDAP
HASIL PEMERIKSAAN
a. Pengertian sampel hemolisis Darah lisis atau disebut dengan
hemolisis merupakan hancurnya sel darah disebabkan karena
preparasi sampel yang salah Darah lisis sebagian besar disebabkan
oleh pemecahan sel darah merah diserum atau plasma. Gangguan
akibat darah lisis dalam pengukuran laboratorium disebabkan oleh
hanyak faktor yaitu pelepasan sel sel intraseluler di dalam darah,
interferensi sperktroskopi dan juga pelepasan zat aktif yang dapat
mengganggu dan memicau reaksi laboratorium (Giavarina and Lippi,
2017).
Gambar 6: sampel hemolisis sumber : (Giavarina and Lippi, 2017).

b. pengertian ikterus atau jaundice atau sakit kuning adalah warna


kuning pada sklera mata, mukosa dan kulit karena peningkatan
kadar bilirubin dalam darah. Istilah jaundice berasal dari Bahasa
Perancis yakni jaune yang artinya kuning. Dalam keadaan normal
kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17 µmol/L) dan
bila kadar bilirubin dalam darah melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L) akan
menimbulkan ikterus (Snell, 2016).

Gambar 7 : sampel ikterik sumber : (Snell, 2016)

ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput
lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila kadar
bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat, namun
pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin
darah sudah melampaui 5 mg %. Ikterus terjadi karena peninggian
kadar bilirubin indirek (unconjugated) dan atau kadar bilirubin direk
(conjugated) (Snell, 2016).
C pengertian lipemik Serum lipemik adalah serum keruh,
putihseperti susu karena hyperlipidemia (peningkatan kadar lemak
dalam darah) Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi
lipoprotein. Lipoprotein merupakan molekul yang mengandung
kolesterol dalam bentuk bebas maupun ester, trigliserida, fosfolipid,
yang berikatan dengan protein yang disebut apoprotein. Dalam molekul
lipoprotein inilah lipid dapat larut dalam sirkulasi darah, sehingga bisa
diangkut dari tempat sintesis menuju tempat penggunaannya, serta
dapat didistribusikan ke jaringan tubuh (Tamara Elok Saputri, 2020).

Gambar 8 : sampel lipemik sumber : (Tamara Elok Saputri, 2020).


19. PENGARUH SAMPEL HEMOLISIS IKTERIK LIPEMIK TERHADAP HASIL
PEMERIKSAAN
a. Pengaruh sampel hemolisi terhadap hasil pemeriksaan
Hemolisis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pecahnya sel darah merah (eritrosit) dan pelepasan hemoglobin ke
dalam plasma atau serum. Hemolisis dalam sampel darah dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yang melibatkan
komponen darah, seperti tes darah lengkap (CBC), pemeriksaan kimia
darah, dan beberapa pemeriksaan lainnya. Berikut adalah beberapa
contoh pengaruh sampel hemolisis terhadap hasil pemeriksaan beserta
(Nurmandari dkk, 2019).
1. Hemoglobin: Hemolisis menyebabkan pelepasan hemoglobin ke
dalam plasma atau serum, yang dapat mengganggu pemeriksaan
kadar hemoglobin. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin menjadi
tidak akurat. Sumber pengaruh hemolisis pada pemeriksaan kadar
hemoglobin adalah pecahnya sel darah merah.
2. Pemeriksaan Elektrolit: Hemolisis juga dapat mempengaruhi
pemeriksaan elektrolit seperti kalium (K+), karena sel darah merah
mengandung kalium yang dapat mengalami pelepasan ke dalam
sampel darah. Pemeriksaan elektrolit yang terganggu dapat
menghasilkan hasil yang lebih tinggi dari sebenarnya. Sumber
pengaruhnya adalah pelepasan kalium dari sel darah merah yang
pecah.
3. Pemeriksaan Enzim: Hemolisis dapat memengaruhi beberapa
pemeriksaan enzim, seperti enzim hati (seperti SGOT, SGPT) atau
enzim jantung (seperti troponin). Hemoglobin yang dilepaskan dapat
mengganggu reaksi kimia yang digunakan dalam pemeriksaan enzim
ini, menyebabkan hasil yang tidak akurat.
4. Pemeriksaan Koagulasi: Hemolisis dapat mempengaruhi
pemeriksaan koagulasi seperti PT (Prothrombin Time) dan APTT
(Activated Partial Thromboplastin Time) dengan memengaruhi faktor-
faktor koagulasi yang terlibat dalam pembekuan darah
5. Pemeriksaan Kimia Darah: Hemolisis dapat memengaruhi berbagai
parameter dalam pemeriksaan kimia darah, seperti bilirubin, LDH
(Lactate Dehydrogenase), dan zat besi. Hemoglobin yang dilepaskan
dari sel darah merah dapat memengaruhi (Nurmandari dkk, 2019).
b. Pengaruh sampel ikterik terhadap hasil pemeriksaan Peningkatan
kadar bilirubin dapat memengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
tertentu, terutama yang berkaitan dengan pemeriksaan fungsi hati
dan bilirubin. Berikut adalah beberapa pengaruh sampel ikterik
(terpapar ikterus) terhadap hasil pemeriksaan (Putu Purnamiati,
2019).
1. Bilirubin Total: Peningkatan bilirubin dalam darah dapat
menyebabkan hasil pemeriksaan bilirubin total menjadi lebih
tinggi dari normal. Ini adalah indikasi utama ikterus. Catatan kaki:
Hasil yang tinggi dapat menunjukkan masalah pada hati,
pembentukan, atau pengeluaran bilirubin. Pemeriksaan lebih
lanjut mungkin diperlukan untuk menilai penyebab ikterus.
2. Bilirubin Direk (konjugat): Pemeriksaan bilirubin direk mengukur
bilirubin yang sudah dikonjugasikan dalam hati. Peningkatan
bilirubin direk dapat terjadi pada gangguan seperti kolestasis
(penyumbatan aliran empedu) atau masalah hati. Catatan kaki:
Pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk menentukan penyebab
peningkatan bilirubin direk.
3. Pemeriksaan Enzim Hati: Enzim hati seperti SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase) dapat meningkat pada ikterus
yang disebabkan oleh masalah hati. Catatan kaki: Peningkatan
enzim hati dapat menjadi indikasi kerusakan hati yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut.
4. Pemeriksaan Enzim Hati: Enzim hati seperti SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase) dapat meningkat pada ikterus
yang disebabkan oleh masalah hati. Catatan kaki: Peningkatan
enzim hati dapat menjadi indikasi kerusakan hati yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut.
5. Tes Fungsi Koagulasi: Ikterus dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan koagulasi seperti Prothrombin Time (PT) dan Partial
Thromboplastin Time (PTT). Penyebabnya belum sepenuhnya
dipahami, tetapi hasil pemeriksaan ini bisa memanifestasikan
gangguan koagulasi pada ikterus berat. Catatan kaki: Hasil
pemeriksaan ini mungkin perlu ditafsirkan dengan hati-hati dalam
konteks ikterus (Putu Purnamiati, 2019).
c. Pengaruh sampel lipemik terhadap hasil pemeriksaan Sampel
darah yang lipemik (berlemak tinggi) dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium karena lemak dalam darah dapat
mengubah kejernihan dan viskositas (kental) dari sampel darah.
Hal ini terutama memengaruhi pemeriksaan kimia darah, terutama
yang melibatkan pengukuran kadar lemak dan lipid dalam darah.
Berikut adalah beberapa pengaruh sampel lipemik terhadap hasil
pemeriksaan:
1. Pemeriksaan Kolesterol:Sampel lipemik dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan kolesterol yang lebih tinggi dari sebenarnya. Hal ini
karena lemak dalam sampel darah dapat terbawa dalam hasil
pengukuran kolesterol total.
2. Pemeriksaan Trigliserida: Kadar trigliserida dalam darah yang
tinggi akan menjadi lebih jelas pada sampel lipemik. Trigliserida
adalah jenis lemak yang dapat terkandung dalam darah, dan
lipemik dapat menyebabkan hasil yang lebih tinggi dari sebenarnya.
3. Glukosa Darah: Sampel darah yang lipemik dapat memengaruhi
pengukuran kadar glukosa darah, karena kekentalan darah yang
lebih tinggi dapat mengganggu metode pengukuran. Hasilnya
mungkin sedikit lebih tinggi dari sebenarnya.
4. Pemeriksaan Elektrolit: Pemeriksaan elektrolit seperti natrium
(Na+) dan kalium (K+) mungkin terpengaruh oleh sampel lipemik,
meskipun pengaruh ini biasanya lebih kecil daripada pada
pemeriksaan lipid.
5. Asam Urat: Sampel lipemik dapat memengaruhi pengukuran kadar
asam urat, meskipun pengaruh ini mungkin terbatas (Sugiarti dkk,
2021).
20. TINDAKAN YANG DI LAKUKAN JIKA MENDAPATKAN SAMPEL
HEMOLISIS IKTERIK LIPEMIK
sampel darah yang mengalami hemolisis, ikterik, dan lipemik, ini bisa
menjadi tantangan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat,
karena ketiga faktor ini dapat memengaruhi berbagai parameter
pemeriksaan. Namun, beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Ulangi Pengambilan Sampel: Dalam banyak kasus, tindakan pertama
yang akan diambil adalah mengulangi pengambilan sampel darah.
Pastikan prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan benar, dan
pastikan bahwa pasien telah mematuhi instruksi sebelum
pengambilan sampel, seperti berpuasa.
2. Kondisi yang Optimal: Pastikan bahwa sampel darah diambil dalam
kondisi yang optimal. Ini mencakup penggunaan jarum yang tepat,
teknik pengambilan sampel yang benar, dan penggunaan tabung atau
wadah yang sesuai.
3. Pemeriksaan Tambahan: Dalam beberapa kasus, pemeriksaan
tambahan mungkin diperlukan untuk memahami penyebab hemolisis,
ikterus, atau lipemia. Misalnya, untuk hemolisis, pemeriksaan dapat
dilakukan untuk menilai apakah hemolisis terjadi selama pengambilan
sampel atau dalam proses transportasi. Untuk ikterus, pemeriksaan
tambahan mungkin diperlukan untuk menentukan penyebabnya.
4. Penyesuaian Metode Laboratorium: Dalam beberapa kasus,
laboratorium mungkin harus menyesuaikan metode pemeriksaan
mereka untuk mengkompensasi pengaruh hemolisis, ikterus, atau
lipemia pada sampel. Beberapa alat laboratorium mungkin memiliki
kemampuan untuk memperbaiki sampel yang tidak ideal sejauh
mungkin.
5. Konsultasi dengan Dokter : Konsultasikan hasil pemeriksaan yang
terpengaruh dengan dokter yang merawat pasien. Dokter akan dapat
menilai pengaruh hasil pemeriksaan yang tidak ideal terhadap
diagnosis dan perawatan pasien.
6. Evaluasi Lebih Lanjut : Jika hasil pemeriksaan masih tidak jelas atau
jika ada kecurigaan terhadap kondisi yang mendasarinya (seperti
penyakit hati pada kasus ikterus), maka pasien mungkin memerlukan
evaluasi lebih lanjut seperti pemindaian pencitraan atau pemeriksaan
lanjutan (Prasetyo Rini dkk, 2021).
21. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kimia klinik


meliputi:

1. Puasa : Banyak pemeriksaan kimia klinik memerlukan puasa


sebelum pengambilan sampel darah. Puasa biasanya diperlukan
untuk pemeriksaan lipid (misalnya, kolesterol dan trigliserida) dan
glukosa darah. Kebiasaan makan dan minum sebelum
pengambila
2. Obat-obatan : Beberapa obat-obatan yang dikonsumsi oleh
pasien dapat memengaruhi hasil pemeriksaan. Ini termasuk obat
resep, suplemen, dan obat over-the-counter. Penting untuk
memberi tahu dokter atau laboran tentang obat yang sedang
digunakan.n sampel dapat memengaruhi hasil.
3. Kondisi Medis : Penyakit dan kondisi medis tertentu dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan kimia klinik. Sebagai contoh,
gangguan ginjal, hati, atau tiroid dapat mempengaruhi sejumlah
parameter dalam pemeriksaan darah.
4. Jenis Sampel : Jenis sampel yang digunakan, seperti darah,
urin, atau cairan tubuh lainnya, dapat memengaruhi jenis
pemeriksaan yang dapat dilakukan dan hasil yang diperoleh.
5. Prosedur Pengambilan Sampel : Teknik pengambilan sampel
yang benar sangat penting. Kesalahan dalam pengambilan
sampel atau kontaminasi dapat memengaruhi hasil.
6. Penggunaan Alat yang Tepat : Alat laboratorium yang digunakan
harus sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan dan dalam
kondisi yang baik. Kalibrasi yang buruk atau alat yang rusak
dapat memengaruhi hasil.
7. Variabilitas Manusia : Variabilitas alami dalam tubuh manusia
juga dapat memengaruhi hasil. Misalnya, kadar beberapa
senyawa dalam darah dapat bervariasi pada waktu berbeda
dalam sehari.
8. Umur dan Jenis Kelamin : Usia dan jenis kelamin pasien juga
dapat memengaruhi beberapa parameter. Misalnya, kadar
hormon tertentu dapat berubah seiring dengan pertambahan usia
atau berbeda antara laki-laki dan perempuan.
9. Kualitas dan Waktu Penyimpanan Sampel: Kualitas dan
penyimpanan yang benar dari sampel darah atau urin sangat
penting. Suhu dan waktu penyimpanan yang tidak tepat dapat
memengaruhi hasil.
10. Interferensi: Beberapa substansi atau faktor eksternal dapat
menyebabkan interferensi dalam metode pemeriksaan
laboratorium, sehingga menghasilkan hasil yang salah.
Contohnya adalah hemolisis (pecahnya sel darah merah), ikterus
(kuningnya kulit dan mata), dan lipemia (kandungan lemak yang
tinggi) dalam sampel darah (Suhardi, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Nurhamida Sari Siregar, 2014., jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) 38- 44.

Ardhista Shabrina Fitri, dkk, 2020., Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat

Vol. 17 No. 1.

Galuh Ratmana Hanun, 2017., Buku Ajar Biokimia Dasar Hal. 23- 41.

Sulistyowati ningsih, 2017., Kelenjar pangkreas ( Surabaya : Prodi Psikologi


Fak. Dakwah LAIN Sunan Ampel, Hal.19 121.
Dudi Hardianto INSULIN PRODUKSI, JENIS, ANALISIS, DAN RUTE
PEMBERIAN JURNAL BIOTEKNOLOGI & BIOLOGIS INDONESIA:
vol. 8 No. 2.

M Haviz, 2018., INSULIN SHOCK DAN HUBUNGANNYA DENGAN


METABOLISME TUBUH., Jurnal Sainstek., Vol IV No. 2.

Andi Firgiansyah, 2016., PERBANGDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH


MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER DAN GLUKOMETER.,
Hal 11- 12.

Quarotul Aini Nur Ramadani, dkk, 2019., PERBEDAAN KADAR GLUKOSA


DARAH SEWAKTU MENGGUNAKAN SERUM DAN PLASMA
EDTA., Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang., Vol. 14, No.2.

LINA CAHYANING TYAS. 2015., PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA


DARAH YANG DI PERIKSA SECARA LANGSUNG DAN DI TUNDA
24 JAM.,

Hal 20- 21.

Julik Wulandari, 2019., PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSA


DARAH MENGGUNAKAN ALAT POCT DENGAN FOTOMETER
Hal. 10- 11

Marry Maeda, 2020., SYSTEMATIC REVIEW : PENGARUH KONDISI


PENYIMPANAN DARAH DIAMINE TETRAACETIC ACID ( EDTA)
TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT METODE HEMATOLOGI
ANALYZER Hal. 32- 33

Zulfikar Husni Faruq, 2018., Analisis Darah Lisis Terhadap Nilai Trombosit
Menggunakan Metode Electrical Impedance., Jurnal Labora
Medika., Vol.2, No.1.

Ghini Mayliani dkk, 2020., Karakteristik Klinis Ikterus Obstruktif Disebebkan


Tumor di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung., Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada., Vol. 11, No.1.

Tamara Elok Saputri, 2020., GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA PADA


SERUM LIPEMIK., Hal 20-22.
Ni Putu Purnamiati, 2019., ANALISIS KADAR BILIRUBIN SERUM BAYI YANG
MENGALAMI IKTERUS NEONATUS., Jurnal of Applied
Chemistry Research., Vol. 1, No. 2.

Rini Prasetyo Wahyu Wijayati dkk, 2021., Identifikasi Waste Tahap Pra Analitik
dengan Pendekatan Lean Hospital di laboraterium Patologi
Klinik RS XYZ Depok Jawa Barat Tahun 2021., Jurnal
Kesehatan Indonesia., Vol.9, No. 2.

Suhardi, 2016., Faktor faktor yang mempengaruhi hasil pemantauan mutu


pemeriksaan Eksternal Glukosa, Kolestrol dan Trigliserida
laboraterium Klinik mandiri di indonesia Tahun 2011., Jurnal
Biotek Medisiana Indonesia., Vol. 5, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai