Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Disusun Oleh :

Kusdyanto Baihaqi (20191660047)


Dyaz Prameswary (20191660048)
Khoirun Nisa (201911660049)
Vina Agustin Kurniawati (20191660050)
Aida Alif Syafirita( 20191660051)
Anis Fitria (20191660057)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Masalah : Diare
Pokok Pembahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sasaran : Masyarakat
Jam : 08.00 – 09.00 WIB
Waktu : 60 menit
Tanggal : 28 Maret 2023
Tempat : terserah
Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya untuk memperkuat
budaya seseorang, kelompok maupun masyarakat agar peduli dan mengutamakan
kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas.
Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan
lebih dari tiga kali dalam satu hari. Jumlah kasus diare mencapai dua miliar
tiap tahunnya. Pada negara berkembang penyebaran kasus diare sangat cocok
karena terdapat beberapa faktor yaitu kondisi sanitasi lingkungan yang
buruk, tidak cukup pasokan air bersih, kemiskinan dan pendidikan yang masih
rendah (WHO, 2011).

B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan masyarakat mampu memahami dan
mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, diharapkan
masyarakat dapat:
1. Menjelaskan pengertian
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda dan gejala
4. Menyebutkan upaya pencegahan

D. Materi Penyuluhan
Terlampir

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawa Kata-kata/
menit 2. Memperkenalkan diri b salam kalimat
3. Menyampaikan 2. Mendengarka
tentang tujuan pokok n dan
materi menyimak
4. Meyampakaikan 3. Bertanya
pokok pembahasan mengenai
5. Kontrak waktu perkenalan dan
tujuan jika ada
yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 12 Penyampaian Materi 1. Mendengarka Leaflet
menit 1. Menjelaskan n dan
pengertian menyimak
2. Menjelaskan 2. Bertanya
penyebab mengenai hal-
3. Menjelaskan tanda hal yang belum
dan gejala jelas dan
4. Menjelaskan dimengerti
faktor resiko
5. Menjelaskan
Discharge
planning

3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Sasaran dapat Kata-kata/


menit 2. Memberikan menjawab kalimat
kesempatan pada tentang
peserta untuk pertanyaan
bertanya yang diajukan
3. Evalasi
2. Mengerti
4. Menyampaikan
3. Memperhatikan
kesimpulan materi
4. Menjawab
5. Mengakhiri
salam
pertemuan dan
mengucapkan salam

H. Evaluasi

Diharapkan mampu :

1. Menjelaskan pengertian Diare

2. Menyebutkan penyebab Diare

3. Menyebutkan tanda dan gejala Diare

4. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Diare


Lampiran

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali sehari
dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari.

B. Penyebab

Menurut Putra (2012) secara umum penyebabnya diare adalah sebagai berikut :

1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.

2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.

3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain, seperti campak, infeksi telinga,
infeksi tenggorokan, malaria dan lain-lain.

4. Makanan seperti basi, beracun dan pemanis buatan.

5. Psikologi seperti rasa takut atau cemas.

Menurut hasil penelitian Arry Pamusthi Wandansar (2013) Kejadian diare di desa
KarangmanguKecamatan Sarang Kabupaten Rembang berhubungan dengan kualitas sumber
air minum dan pemanfaatan jamban keluarga. Buruknya kualitas sumber air minum
disebabkan karena adanya kandungan bakteri patogen penyebab diare, sehingga tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Adapun buruknya pemanfaatan jamban
keluarga ditandai dengan perilaku buang air besar di sungai.

C. Tanda dan Gejala

Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :

Mula-mula orang yang tekena menjadi gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir
dan darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan-hijauan karena tercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya deteksi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Ariani, 2016).

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin
tampak. Berat badan menurun, tugor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bedasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat.
Sedangkan bedasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik
dan hipertonik (Ariani, 2016).

Menurut Putra (2012) gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang terkadang disertai beberapa hal berikut:

1) Muntah

2) Badan lesu atau lemah

3) Panas

4) Tidak nafsu makan

5) Darah dan lendir kotoran

6) Cengeng

7) Gelisah

8) Suhu meningkat

9) Tinja cair dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja berwarna hijau
dan asam

10) Anus lecet

11) Dehidrasi, jika menjadi dehidrasi berat, akan terjadi volume darah berkurang, nadi
cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah menurun, kesadaran menurun dan
diakhiri dengan shook.

12) Berat badan menurun

13) Tugor kulit menurun


14) Mata dan ubun-ubun cekung

15) Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering.

D. Faktor resiko
tersebut antara lain terdiri dari:
a. Faktor lingkungan
1) Sumber air minum
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya
berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan,
atau benda yang tercemar tinja. Misalnya airminum, jari-jari tangan, dan makanan yang
disiapkan dalam panci.
2) Jenis tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan
tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit diare.
Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya
b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c) Tidak mengotori air dalam tanah disekitarnya
d) Kotoran tidak boleh terbuka, sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya
e) Tidak menimbulkan bau
f) Pembuatannya murah
g) Mudah digunakan dan dipelihara.

b. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare (Depkes RI, 2005), antara lain:
1) Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman, karena botol susu susah
dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi
terkena diare, sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2) Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan yang penting dalam
penularan diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi anak, dan
sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
3) Kebiasaan membuang tinja
Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar. Banyak
orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya. Padahal sesungguhnya tinja
bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
4) Menggunakan air minum yang tercemar
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran di rumah dapat terjadi apabila tempat penyimpanan tidak tertutup atau
tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
Untuk mengurangi risiko terhadap diare, yaitu harus menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi.
5) Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban, sebaiknya membuat jamban
dan keluarga harus buang air besar di jamban. Bila tidak mampu untuk mempunyai
jamban, sebaiknya jangan membiarkan anak- anak untuk pergi ke tempat buang air
besar, hendaknya tempat untuk buang air besar jauh dari rumah, jalan setapak, tempat
bermain anak-anak, dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air.
6) Pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga
dapat mencegah diare. Oleh karena itu, segera berikan anak imunisasi campak setelah
berumur sembilan bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita.
7) Riwayat pemberian inisiasi menyusui dini
Inisiasi menyusui sangat penting dilakukan pada satu pertama setelah bayi lahir.
Kolostrum pada air susu ibu yang diberikan saat melakukan inisiasi menyusui dini
sangat kaya akan nutrisi dan antibodi yang akan bertindak sebagai vaksin pertama pada
bayi. Kolostrum memiliki manfaat untuk meminimalkan penyakit menular, terutama
diare akut.
c. Faktor Gizi
1. Pemberian asi eksklusif
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak memberikan ASI
eksklusif secara penuh selama empat sampai enam bulan, risiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara penuh. Bayi yang tidak diberi ASI,
kemungkinan juga dapat menderita dehidrasi berat. Oleh karena itu, pada bayi yang
baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar
terhadap diare, dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI.
b) Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI
bila mungkin.
c) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang- kacangan,buah-
buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
d) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak dengan
sendok yang bersih.
e) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
2. Pemberian susu formula
Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada bayi adalah pemberian
susu formula. Susu formula merupakan susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem
tubuh pada bayi atau susu formula adalah susu sapi yang kandungan nutrisinya diubah
sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa memberikan efek samping.
Susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus
bayi, termasuk susu formula. Protein-protein yang terdapat dalam susu formula tidak
dapat dicerna dengan baik oleh pencernaan bayi, sehingga akan mengakibatkan
penyakit diare pada anak.Penyebab lain terjadinya diare adalah perilaku ibu dalam
pemberian susu formula yang tidak benar. Hal ini disebabkan karena susu formula
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah
terjadi terutama jika perilaku ibu dalam pemberian susu formula yang tidak benar dan
dapat menyebabkan diare pada anak.
3. Mekanisme diare
Diare dapat terjadi karena mekanisme dasar seperti gangguan osmotik, gangguan
sekresi dan gangguan motilitas usus. Gangguan osmotik terjadi karena terdapat
makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh dan menyebabkan tekanan
osmotik pada usus meningkat sehingga air dan elektrolit mengalami pergeseran ke
dalam rongga usus. Gangguan sekresi terjadi akibat adanya rangsangan toksin pada usus
yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan menyebabkan timbulnya diare. Hyperistaltic pada usus juga
mengakibatkan berkurangnya kemampuan usus untuk menyerap makanan dan akhirnya
menyebabkan diare
E. Upaya Pencegahan
Menurut Ariani (2016) Ada 3 tingkat pencegahan penyakit diare secara umum, yaitu:
Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention), pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) dan pecegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention) yaitu:
1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa
prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap diare.
Adapun tindakantindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu:
a) Pemberian ASI
b) Pemberian MP-ASI
c) Menggunakan air bersih yang cukup
d) Menggunakan jamban sehat
2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention) Ditunjukan kepada yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan
diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya
efek samping dan komplikasi. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan
pengobatan yang tepat. Pada pencegahan sekunder, sasaranannya adalah yang terkena
penyakit diare upaya yang dilakukan adalah:
a) Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan daripada biasanya untuk
mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan
yang cair (sup, air tajin) dan kalau tidak ada berikan air matang.
b) Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik
diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.
c) Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi. Teruskan
pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila anak tidak mendapatkan ASI
berikan susu yang biasa diberikan.
d) Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita ha berikut yaitu BAB cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus
yang nyata, makan atau minum sedikit dengan atau tinja berdarah.
e) Apabila di temukan penderita diare yang disertai dengan penyakit lain, maka
berikan pengobatan sesuai indikasi dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
3. Pencegahan Tersier (Tetiary Prevention)
Pecegahan tersier adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai
bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan
oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebakan oleh
dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh.
Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah
ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare penderita susah makan dan tidak
merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak sama sekali.
Jadi, pada tahap ini penderita diare di usahakan pengembalian fungsi fisik,
psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi
untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan. Upaya yang dilakukan adalah:
a) Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan
tabel penilaian derajat dehidrasi. Bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera
diberikan cairan IV dengan RL.
b) Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan.
c) Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama dua minggu untuk membantu pemuliham penderita.
DISCHARGE PLANNING

Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi dirumah :


1. Pisang

2. Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo dan bijinya

3. Buah- buahan kecuali buah durian

4. Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendah lemak

5. Susu Skim

6. Oatmeal

7. Ikan
Makanan yang di Hindari /Dibatasi

1. Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepat saji, makanan


kemasan.
2. Makanan yang banyak mengandung Gula

3. Makanan Berlemak

4. Makanan dan Minuman mengandung Alkohol

1. Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat

- Jus apel dan seledri

- Jus belimbing dan timun

- Jus timun seledri

Anda mungkin juga menyukai