TAK Halusinasi Griya Medika 1
TAK Halusinasi Griya Medika 1
DISUSUN OLEH :
1. ALIF WISAGENI
2. REPIDAWATI SINAGA
3. CUT EKA PRASTIAWATI
4. LAILY MAFTUHAH
5. BENGET CRIS DOHMA
6. NUNUNG SRIHARYATI
7. MUGIYANTO
8. IMAM SAGUH M
Telp. (021)55726558/557259
1
2
KATA PENGANTAR
Kelompok
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
keadaan sehat fisik, mental, sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit
atau kelemahan. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan
sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif
dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri
mereka sendiri.
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang terkihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku,
dan koping yang efektif, konsep diri positif, dan kestabilan
emosional.Kesehatan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut
antara lain otonomi dan kemandirian, memaksimalkan potensi diri, menoleransi
ketidakpastian hidup, harga diri, menguasai lingkungan, orientasi realitas dan
manajemen stress.
American Psychiatric Association (2010) mendefinisikan gangguan jiwa
sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau
disabilitas disertai peningkatan resiko kematian, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak
sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya
sendiri (Baihqi,dkk, 2015).
Sementara itu, menurut data WHO pada tahun 2016, secara global, terdapat
sekitar 35 juta orang yang mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan
bipolar, 21 juta orang dengan Skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan
demensia.
Setiap tahun, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia terus meningkat,
baik gangguan jiwa berat maupun ringan. Berdasarkan Data Riskesdas 2013
memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Halusinasi
a. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia,
2011).
b. Jenis-Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi
menjadi 8 jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut
ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar
atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
7
waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan
berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan perawatagar
pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas).
6. Cara Merawat Pasien Dengan Halusinasi
1) Jangan biarkan pasien sendiri
2) Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
3) Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
4) Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
5) Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa
atau ajak bicara
6) Kontrol keadaan klien
7) Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko
mencederai diri dan orang lain.
2. Terapi Aktifitas Kelompok
a. Pengertian Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai
relasi hubungan satu sama lain, saling terkait dan mengikuti norma yang sama.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan atas
kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien
12
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau
dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
b. Jenis – Jenis TAK
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan
jiwa yang paling banyak ditemukan dikelompokkan sebagai berikut :
1. TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudahsampai pada
tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehatsecara fisik.
2. TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori)
3. TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah dapat mengontrol
halusinasinya, klien paham yang telah dapat berorientasi kepada realita
dan sehat secara fisik).
4. TAK stimulasi persepsi: halusinasi (untuk klien dengan halusinasi).
5. TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan harga diri rendah).
6. TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat
mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang
telah dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat
secara fisik)
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi
dalam 5 sesi :
a) Sesi I : Klien mengenal halusinasi
b) Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c) Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
d) Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
e) Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
13
c. Tujuan TAK
1. Klien dapat mengenal isi halusinasi, Klien dapat mengenal waktu
terjadinya halusinasi, Klien dapat mengenal frekuensi halusinasi, Klien
mengenal situasi terjadinya halusinasi, Klien mengenal perasaannya saat
terjadinya halusinasi
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
14
BAB III
SATUAN PEMBELAJARAN TAK
Pokok bahasan : Halusinasi
Sub pokok bahasan : a. Pengertian halusinasi
b. Jenis halusinasi
c. Penyebab halusinasi
d. Tanda dan gejala halusinasi
e. Cara mengontrol halusinasi
f. Cara merawat pasien dengan halusinasi
Sasaran :Klien yang mengalami halusinasi di Panti Rehabilitasi
Griya Medika I
Hari / Tanggal : Rabu / 25 Oktober 2023
Waktu : 30 menit
Tempat : Panti Rehabilitasi Griya Medika I, Kel. Petir,
Cipondoh
1. LATAR BELAKANG
Satu dari empat orang di dunia akan terkena gangguan jiwa pada satu
tahap dalam kehidupannya, demikian laporan organisasi kesehatan dunia
WHO pada tahun 2012. Sekitar 450 juta orang kini telah menderita gangguan
seperti itu, sehingga menempatkan penyakit jiwa sebagai penyakit utama
dunia. Pengobatan memang dapat dilakukan, tetapi hampir dua pertiga dari
penderita gangguan jiwa tidak pernah mencari bantuan profesional kesehatan
yang dapat menanganinya. Hal ini terjadi karena cap buruk yang diberikan
masyarakat terhadap gangguan jiwa (Suliswati, 2016).
Belum lagi deskriminasi dalam memperlakukan mereka, serta
ketidakpedulian masyarakat dalam pencegahan gangguan jiwa. Gangguan jiwa
bukanlah kesalahan seseorang. Pada kenyataanya, jika ada kesalahan, maka
hal ini biasanya lebih mengarah pada bagaimana cara kita merespon orang
yang mengalami gangguan mentalnya (Suliswati, 2016).
Paradigma baru diperlukan dalam menangani penyandang gangguan
jiwa. Diperlukan pengetahuan yang cukup bagi setiap orang yang memiliki
15
1. 3 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
16
5. MATERI
( Terlampir )
6. KRITERIA ANGGOTA
a. Karakteristik / kriteria
a) Klien yang mengalami halusinasi
b) Klien halusinasi yang sudah terkontrol
c) Klien yang dapat diajak kerjasama
d) Klien dapat mengidentifikasi halusinasinya
b. Jenis Masalah Keperawatan Sesuai Indikasi Terapi Modalitas
a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
c. Jumlah Peserta :
17
8. NAMA KLIEN
Ny.S, Ny. D, Ny. R, Tn. A, Tn. P, Tn.G
9. METODE
Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
7. MEDIA DAN ALAT
1. Tape recorder
2. Bola tenis
Uraian Tugas :
1) Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAK
2) Memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggotanya untuk
saling mengenal
3) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai
4) Menjelaskan permainan
5) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
6) Mampu memimpin TAK dengan baik
L Co L
J J
J J
J J
F F OB
L S
Keterangan :
Leader :
Co Leader : Co L
Fasilitator :
F
Observer : O
Klien : J
b. Format Evaluasi
Kemampuan Mengenal Halusinasi
Nama Menyebutkan Halusinasi
No
Klien Isi Waktu Situasi Perasaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan :
a. Tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
dengan inisial
b. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan mengenal suara dan
halusinasi : isi, waktu, situasi dan perasaan dengan menuliskan apa yang
diucapkan pada masing-masing kolom.
c. Beri tanda (√) jika klien mampu menyebutkan dan tanda (-) jika klien
tidak mampu menyebutkan.
23
c. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi
persepsi halusinasi. Klien mampu menyebutkan atas kemampuan mengenal
suara dan halusinasi : isi, waktu, situasi dan perasaan klien.
16. EVALUASI
Menanyakan kepada klien dan keluarga klien,
1. Coba jelaskan pengertian halusinasi?
2. Jelaskan secara singkat jenis-jenis halusinasi?
3. Sebutkan penyebab halusinasi?
4. Sebutkan tanda dan gejala halusinasi?
5. Coba sebutkan dan jelaskan cara mengontrol halusinasi?
6. Coba jelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi?
24
BAB IV
BAB IV
PEMBAHASAAN
4.1.1Masalah keperawatan
Terdapat 3 masalah keperawatan yaitu Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi, Isolasi social, Resiko perilaku kekerasan. Pada kasus Tn.H yang
menjadi masalah utama adalah Gangguan persepsi sensori halusinasi Dimana
pohon masalah Gangguan persepsi sensori halusinasi yang disebabkan oleh isolasi
sosial dan Resiko perilaku kekerasan Gangguan persepsi sensori halusinasi
mengakibatkan resiko perilaku kekerasan.
4.1.2Pelasaanaan Keperawatan
Pertemuan pertama klien mendengarkan musik dengan senang serta
tenang, terkadang pasien ikut bernyanyi dengan gembira . Hasil pengamatan
diperoleh 5 tanda dan gejala halusinasi yaitu klien mengatakan masih mendengar
suara bisikan, masih merasa kesal saat mendengar suara tersebut, menunjukkan
perilaku seolah mendengar sesuatu, respon tidak sesuai, pasien masih tampak
terlihat mondar – mandir.
Pertemuan kedua klien mendengarkan musik dengan senang serta tenang,
terkadang pasien ikut bernyanyi dengan gembira Hasil pengamatan diperoleh 4
tanda dan gejala halusinasi yaitu klien mengatakan masih mendengar suara
bisikan, masih merasa kesal saat mendengar suara tersebut, menunjukkan perilaku
seolah mendengar sesuatu, pasien masih tampak terlihat mondar – mandir.
25
4.1.3Implementasi
a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
Pada SP 1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik, Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan dan respon halusinasi; Mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik. Penerapan terapi menghardik dapat
menurukan tanda gejala dan meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran (Nn & Halusinasi, 2018).
Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian (Dewi & Pratiwi, 2022)
adanya penurunan tanda gejala dan mampu meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi yang dialami dari kedua responden, sebelum dilakukan
intervensi terapi menghardik pada 1 responden dengan tanda gejala sebanyak
15 tanda gejala kini setelah dilakukan intervensi terapi menghardik pada
responden 1 sebanyak 5 tanda dan gejala. Terapi menghardik merupakan
upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak
halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau mengendalkan halusinasinya.
26
4.1.3 Keterbatasan
Didapatkan keterbatasan penulis dalam laporan kasus yaitu selama
melakukan asuhan keperawatan selama 1 minggu pada saat pengkajian awal
klien tampak menunjukan sikap acuh sikap yang tidak kooperatif dan sulit
untuk diwawancarai dan sulit sekali mendapatkan data, dan solusi yang
dilakukan oleh peneliti adalah membina hubungan saling percaya dengan
klien menggunakan komunikasi terapeutik, berbincang-bincang dengan klien
27
dalam waktu yang singkat namum sering. Selain itu ada implementasi
diagnosa gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran hambatan yang
ditemukan peneliti yaitu yang pertama klien menyangkal terhadap perawat
dengan suara-suara yang klien dengarkan, sehingga peneliti susah untuk
mendapatkan data subjektif dan kurang maksimal peneliti memberikan SP
kepada kepada klien sehingga solusi yang dilakukan oleh peneliti yaitu
mengikut sertakan klien dalam kegiatan ruangan dan memberikan motivasi
klien untuk berfikir positif dan bekerja sama dengan perawat untuk
melakukan asuhan keperawatan dan melanjutkan SP halusinasi pendengaran.
Setelah dilakukan terapi mendengarkan musik klasik klien mengalami
peningkatan yang cukup baik yaitu menurunya skor halusinasi.
PRE POST Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran
Jawaban
1 Mendengar √ √ √ √ √
suara-suara
bisikan
2 Perilaku seolah √ √ √ √ √
mendengar
sesuatu
3 Perasaan kesal √ √ √ √ √
4 Respon tidak √ √ √ √ √
sesuai
5 Mondar Mandir √ √ √ √ √
28
merasa cemas
dengan suara-
suara yang
didengar
Total skor 5 4 3 2 2
Kesimpulan :
Menurut hasil observasi mengalami penurunan tanda dan gejala dimana pada tanggal 17
juli 2023 skor yang di dapatkan pasien berjumlah 5 skor, lalu pada tanggal 21 juli 2023
terdapat perubahan penurunan sejumlah 2 skor.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan mengenai intervensi pemberian terapi musik
klasik dengan masalah halusinasi pendengaran terdapat beberapa saran sebagai upaya dalam
mengembangkan hasil penelitian ini, yaitu :
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dalam proses keperawatan dapat selalu menggunakan ilmu dan kiat
keperawatan dalam menerapkan tindakan keperawatan sehingga dapat terus
30
3. Bagi Panti
Diharapkan baik perawat maupun petugas selain memberikan obat, perawat dan petugas
panti dapat lebih menjalin hubungan saling percaya antar klien dengan masalah
gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat yang mendapatkan masalah halusinasi baik itu diri sendiri ataupun
ada keluarga maupun kerabatnya, maka diharapkan dapat segera memberikan
intervensi terapi mendengarkan musik agar menurunkan tanda dan gejala
halusinasi dan inisiasi dini agar mengurangi keparahan halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
31
Menyebutkan Halusinasi
No Nama Klien
1.
2.
3.
4.
5.
6.