Anda di halaman 1dari 4

PARADIGMA

NASIONAL PADA
KESEHATAN SALAH
SATU FAKTOR
PENYEBAB
KEBERHASILAN MDGS
DI INDONESIA

Paradigma nasional adalah pola sikap, pola pikir dan pola tindak
yang harus melekat dalam setiap sanubari Bangsa Indonesia,
khususnya para pengambil kebijakan, termasuk pengambil
kebijakan di bidang kesehatan. Paradigma nasional merupakan
acuan untuk melihat apakah kondisi status kesehatan Bangsa
Indonesia sudah sesuai dengan tujuan nasional atau tidak.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang mendeklarasikan
sebuah pembangunan global Millennium Development Goals atau
MDGs harus berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs tersebut.
MDGs bertujuan untuk mempercepat pembangunan manusia dan
pemberantasan kemiskinan yang merupakan komitmen dari
negara-negara anggota PBB, salah satunya Indonesia. Pencapaian
tujuan dan target tersbut bukanlah semata-mata tugas pemerintah,
tetapi juga merupakan tugas seluruh komponen bangsa Indonesia.
Kebanyakan dari target tersebut harus dicapai pada tahun 2015
yang berarti sudah berlalu 12 tahun lebih dan hanya tersisa sekitar
dua tahun dari sekarang. Namun pada kenyataannya, Indonesia
masih sangat kurang dalam pencapaian target tersebut. Salah satu
aktor yang sangat menghambat untuk tercapainya MDGs di
Indonesia adalah tingkat kesehatan yang belum menunjukan angka
peningkatan yang baik.
Menurut Asisten Khusus Utusan Peresiden Indonesia untuk MDG,
menurunkan penyebaran HIV/AIDS dan menurunkan angka
kematian ibu melahirkan masih sulit untuk dicapai negara
Indonesia pada tahun 2015. Padahal memerangi HIV,
meningkatkan kesehatan ibu, dan menurunkan angka kematian
anak adalah tujuan 3, 4, dan 5 yang seharusnya dicapai pada tahun
2015 mendatang. Salah satu penyebab adalah kurangnya layanan
dan tenaga kesehatan, karena ketiga poin tersebut tidak jauh
kaitannya dengan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Tujuan keempat yaitu menurunkan angka kematian anak. Negara
kita memang sudah menjalankan kegiatan untuk memberikan
imunisasi kepada anak-anak, namun masih banyak yang tidak
mendapatkannya. Hal itu dikarenakan sistem kesehatan dan
infrastruktur yang belum terkelola dengan baik. Saat ini, anggaran
belanja untuk kesehatan hanya sekitar 5 persen dari APBN.
Penduduk yang menderita kemiskinan dan yang berada di daerah
yang kurang terjangkau tentu akan kesulitan. Sehingga angka
kematian anak masih sulit untuk diturunkan.
Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, lebih
dari 8 juta anak Indonesia masih mengalami kekurangan gizi. Ada
yang mengalami kekurangan gizi ini karena faktor makanan, pola
hidup, dan juga kesehatan ibunya ketika hamil. Kesehatan yang
masih minim ini sangat memungkinkan terjadinya kematian dengan
tingkat yang tinggi. Selain itu, kematian seorang anak juga
bergantung pada kesehatan ibunya, yang dijadikan tujuan MDGs
selanjutnya.
Tujuan kelima dari MDGs adalah meningkatkan kesehatan bagi
seorang ibu untuk mengurangi angka kematian ibu. Kesehatan
seorang ibu tentu penting, terutama saat sedang hamil. Karena
dapat berpengaruh kepada kesehatan dan kelangsungan hidup
anaknya. Contohnya ketika seorang ibu yang hamil terkena flu
selama beberapa waktu, kemungkinan anaknya akan lahir agak
kurang gizi. Kecacatan yang dialami seorang anak juga bisa
bergantung pada kesehatan ibunya. Seorang ibu yang
kesehatannya tidak stabil juga dapat mengakibatkan kematian
untuk dirinya sendiri maupun anaknya. Pencapaian keenam target
MDGs di Indonesia untuk memerangi HIV juga sepertinya sulit
dicapai pada tahun 2015, karena dalam lima tahun terakhir, jumlah
penderita penyakit ini terus bertambah.
Sebagaimana kita ketahui, pelayanan kesehatan yang ada di
Jakarta dengan pelayanan kesehatan yang berada di pinggiran
Jakarta. Tentu kita menemukan perbedaan yang sangat signifikan.
Dipinggiran kota Jakarta masih banyak ditemui anak-anak balita
yang kekurangan gizi bahkan susah mencari air bersih. Padahal
Ibukota tak jauh dari pelupuk mata tapi kesenjangan
kesejahteraan pun masih sangat terasa. Dokter-dokter dan
perawat telah menjamur di Indonesia tapi masalah pelayanan
kesehatan pun tak kunjung mengalami pemerataan. Maka tidak
heran jika masih banyak para ibu hamil yang tidak memeriksakan
kandungannya secara rutin ke dokter karena masih sulit mencapai
pengobatan layak dan tidak memberatkan. Sehingga penurunan
kematian balita pun membutuhkan proses yang lama
Dalam pertemuan yang membahas tingkat AKI (Angka Kematian
Ibu dan Anak) , Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI Amal
Taher mengungkapkan survei kedokteran pada 2012 angka
kematian ibu masih di atas 200 setiap 100 ribu kelahiran.
Sedangkan kematian anak di atas 34 per 100 ribu kelahiran.
Padahal, berdasarkan target MDGs, pada 2015 angka kematian ibu
maksimal 102 per 100 ribu kelahiran, dan angka kematian bayi 32
per 100 ribu kelahiran.
Beberapa program memang sudah diupayakan seperti program
yang memprioritaskan penanganan dan pemberian fasilitas
layanan kesehatan prima pada ibu dan anak, namun masalah
kesehatan yang kompleks ini masih butuh banyak perhatian.
Masalah kesehatan baik layanan maupun tenaga sebaiknya lebih
disikapi dengan baik.
Jelas kesehatan yang masih kurang di Indonesia menjadi
penghambat tercapainya ketiga tujuan MDGs ini. Beberapa
pernyataan juga mengatakan bahwa tiga tujuan ini kecil
kemungkinan untuk tercapai pada tahun 2015. Tetapi, pemerintah
dan masyarakat harus tetap berupaya dan bekerjasama untuk
meningkatkan layanan kesehatanpihak agar penurunan bisa
dicapai meski melebihi tahun 2015.
Sumber :

Anda mungkin juga menyukai