Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

KLASIFIKASI POHON

NAMA : FERDI FREDIK BAIT

NIM : 2323805007

JURUSAN : KEHUTANAN

PRODI : MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN

KELOMPOK : 3 A

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengertian silvika itu sendiri kita ketahui bahwa ilmu yang mempelajari
sifat hutan dan pohon hutan, bagaimana mereka tumbuh berproduksi dan
bereaksi dengan lingkungannya. Dalam suatu ekosistem tersebut masing-masing
individu pohon pasti mengalami yang namanya persaingan guna
mempertahankan kehidupan masing individu pohon tersebut, dimana kita ketahui
bahwa adanya kelas tajuk yaitu, dominan, kodominan, intermediate (tengahan),
dan tertekan.

Hutan adalah suatu hamparan lapangan tumbuhan pohon-pohon yang secara


keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan
dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan sangat berperan
dalam kehidupan manusia karena dapat menyediakan kebutuhan dalam setiap
aspek kehidupan.

Namun hutan juga dapat dikatakan sebagai suatu asosiasi kehidupan yang
didominasi oleh pohon-pohon atau vegetasi berkayu menempati areal yang luas
dengan kerapatan tertentu sehingga dapat menciptakan iklim mikro setempat.
Dalam perkembangan pohon yang ada dihutan tentunya mengalami proses
kehidupan yang bertahap, dimana dimulai dari biji, semai, pancang, tiang dan
terakhir adalah pohon.

Selain itu, perlu diketahui bahwa pohon-pohon yang dianggap berkuasa atau
dominan dalam suatu tegakan hutan menduduki posisi tajuk (kanopi) paling atas.
Di dalam hutan ada kelompok-kelompok pohon yang dapat dibedakan
berdasarkan fase pertumbuhannya dan posisi tajuknya. Pengelompokan
(klasifikasi) pohon tersebut sangat penting dalam pengelolaan hutan, terutama
sebagai pertimbangan untuk menerapkan system budi daya hutan (sistem
silvikultur) yang tepat. Variable lain yang perlu diperhatikan adalah komposisi
jenis pohon yang menyusun tegakan hutan, struktur tegakan hutan, kerapatan
tegakan hutan, faktor tempat tumbuh, dan sifat toleransi pohon yang berimplikasi
terhadap kondisi tegakan hutan. Hal itu dijadikan landasan untuk praktik budi
daya hutan secara baik dalam usaha mengelola hutan alam maupun hutan
tanaman.

Tumbuhan pada lantai hutan rata-rata mendapatkan cahaya matahari hanya


satu persen. Karena itu, tumbuhan ini harus beradaptasi untuk mendapatkan
cahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar ukuran daun maupun
penyusunan daun yang memaksimalkan pengumpilan cahaya. Alasan di adakan
praktikum ini karena hutan di indonesia perlakuannya belum maksimal makanya
di adakan praktikum agar para praktikan bisa melestarikan hutan dengan baik

1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui klasifikasi pohon didalam hutan


atas dasar kedudukannya di dalam hutan.

BAB II
DASAR TEORI

Struktur Hutan terbagai menjadi dua bagian yaitu struktur hutan secara vertikal
maupun horisontal. Dalam komunitas hutan selalu terjadi kehidupan bersama
saling ketergantungan maupun persaingan sehingga dikenal adanya lapisan-
lapisan bentuk kehidupan. Daniel at al.(1992), menyatakan struktur tegakan atau
hutan menunjukkan sebaran umur dan atau kelas diameter dan kelas tajuk.
Sementara itu dinyatakan struktur hutan menunjukkan stratifikasi yang tegas
antara stratum A, stratum B dan stratum C yang tingginya secara berurutan
sekitar 40, 20 dan 10 meter. Struktur suatu tegakan terdiri dari individu-individu
yang membentuk tegakan dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari
kelompok atumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan
sifatnya. Menurut Kershaw (1974) struktur suatu vegetasi tegakan hutan terdiri
atas 3 komponen yaitu :

1. Struktur vegetasi tegakan berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan


diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, pancang, semai, dan herba
penyusun vegetasi.

2. Sebaran horizontal. Jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari


suatu individu terhaadap individu lain.

3.. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas

2.2 Silvika

Pengertian Silvika adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan


ciri-ciri umum pohon beserta tegakan hutan dalam kaitannya dengan faktor-
faktor lingkungannya. Jadi, silvika merupakan dasar bagi penerapan ilmu
silvikultur. (Arif 2001).

Ilmu Silvika secara garis besarnya mempelajari :

1. Proses-proses hidup tumbuh-tumbuhan, terutama pohon, yang


membutuhkan pengetahuan tentang proses-proses kimia yang berhubungan
dengan aktivitas biologis yang terjadi,

2. Persyaratan tumbuh suatu tumbuh-tumbuhan, khususnya pohon,


yang berhubungan dengan berbagai faktor, yaitu
air, tanah, atmosfir, cahaya, biotik serta faktor-faktor kompleks yang
berguna untuk optimalisasi pertumbuhannya

3. Tentang adaptasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan tertentu.

Pengertian Silvikultur adalah ilmu dan seni menghasilkan dan


memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silvika untuk
memperlakukan hutan serta mengendalikan susunan dan pertumbuhannya.
Pada umumnya Sistem silvikultur yang digunakan di Indonesia adalah
TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) dengan satu aturan untuk seluruh
hutan alam di Indonesia, karena sistem ini adalah sistem silvikultur yang
relatif paling aman untuk diterapkan dibanding yang lain dalam hal jasa
lingkungannya. Dalam sistem ini tidak ada batasan maksimum untuk jumlah
volume kayu atau jumlah batang yang dapat ditebang per satuan areal.
Dimana dengan penebangan terlalu banyak pohon di setiap unit areal dapat
mengakibatkan terciptanya kondisi yang mengganggu pertumbuhan jenis-
jenis kayu komersial.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan


 Alat
-Pita meter
-Tali plastik
-Haga/cristen meter
-Galah

 Bahan
-Pohon-pohon dalam hutan
-Kertas militer
-Alat tulis menulis

3.2 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada Rabu, 05 oktober 2023 pukul 13:00 WITA
bertempat di Kube Politeknik pertania negeri kupang.

3.3 Prosedur Kerja


1. Masuk kedalam suatu wilaya hutan,selanjtnya membuat petak ukur
dengan ukuran 20x20 meter.
2. Dari petak ukur yang sudah jelas batasnya digambar proyek
horizontal dan vertikalnya dari dua arah,yaitu arah barat dan selatan
atau timur dan utara.
3. Untuk menentukan suatu pohon termasuk kedalam kelas
dominan,kodominan,pertengahan,tertekanan,dan mati maka
dekatilah pohon-pohon yang masuk ke dalam petak ukur, lalu dilihat
lebar tajuknya sehingga dapat dilihat dari mana pohon itu
mendapatkan sinar matahari.
4. Catatlah jenis pohon dan ukuranya.
Pengamatan:
 Catat semua jenis tanaman yang ada dalam sample plot
 Hitung jumlah tanaman
 Ukurlah diameter dan tinggi pohon yang termasuk dalam
sample plot
 Mencatat waktu sample plot dibuat,tahun tanaman dan
bonitanya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Jenis pohon Ө T TBBC Lebar Klasifikasi


. tajuk

1. Lamtoro 2m 2m 15 cm
2. Flamboyan 57cm 20 m 4m 3m
3. Jati 39,5 20 m 5m 3m
4. Mahoni 27 m 12 m 3m 30 cm
5. Sengon 1 cm 30 cm
6. Kapuk 3 cm 2m 9 cm
7. Gmelian 33,5 cm 10 m 5m 30 cm

4.2 Pembahasan

Pada plot 10 x 10 meter tidak terdapat pohon karena keadaan atau


posisi pohonnya tidak mencapai diameter 20 cm atau lebih, plot 5 x 5
meter terdapat 1 tiang dengan diameter 11,7 cm dengan daun Jarang, pada
plot 2 x 2 meter terdapat pancang 1 dengan diameter masing-masing 4,4 cm
dengan daun yang Jarang, sedangkan semai terdapat 1 dengan diameter masing-
masing 6,36 cm dengan keadaan daun yang rapat.

Semai pemudaan mulai dari kecambah sampai anakan tingginya kurang dari 1.5 ,
pancang pemudaan dengan tinggi 1,5 m hinnga diameter kurang dari 10 cm, tiang
pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm, pohon pada dewasa
berdiameter 20 cm dan lebih.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sapihan (sapling) Semai (seedling atau belta) : bentuk pertumbuhan


(permudaan) muai dari kecambah sampai anakan yang mempunyai tinggi kurang
dari 1,5 m atau 0-30 cm dan 30-150 cm. Pancang (sapihan atau sapling/terna) :
bentuk pertumbuhan berupa anakan dengan ketinggian setinggi 1,5 m dengan
diameter batang kurang dari 10 cm atau 1,5-3 m, 3-5 m dan 5-10 m. Tiang (pole) :
pohon muda dengan diamater batang 10 cm-<20 cm (10-35 cm), pohon atau
pokok merupakan tumbuhan berkayu. Pohon memiliki batang utamayang tumbuh
tegak, menopang tajuk pohon, batang pohon merupakan bagian utama pohon
dan menjadi penghubung utama antara bagian akar sebagai pengumpulan air
mineral dan bagian tajuk pohon sebgai pusat pengolahan masuknya energi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous.1997. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai