LP Gerontik Siap
LP Gerontik Siap
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik adalah mata kuliah yang kami dapatkan selama
menuntut ilmu pendidikan di Akademik Keperawatan Akper Kosgoro
Kampus Lumajang, pada Tingkat III Semester V yang juga merupakan mata
kuliah bersyarat sebagai pedoman wajib bagi dunia kesehatan untuk seluruh
Mahasiswa Akper Kosgoro Di Lumajang, sehingga pada Tingkat III Semester
V diwajibkan untuk mengikuti Praktik Profesi Keperawatan Stase
Keperawatan Gerontik di lahan Praktik Griya Lansia Gerbangmas Lumajang
karena lahan ini sangat representative dan sesuai dengan tempat praktik.
Dengan adanya upaya terjun langsung ke Griya Lansia Gerbangmas
Lumajang dengan pasien sebagai objek langsung di harapkan mahasiswa dapat
menerapkan langsung ilmu yang telah di berikan dalam pembelajaran di
Akademik dan mampu mengaplikasikannya pada situasi yang nyata. Dengan
diadakan Praktik Profesi Stase Keperawatan Gerontik ini mahasiswa dapat
meningkatkan kompetensi, menambah ilmu pengetahuan serta mampu
meningkatkan mutu, krampilan dan kualitas menjadi seorang perawat yang
profesional, trampil, mandiri, dan sopan.
Selama Praktik di Gria Lansia Gerbangmas Lumajang selama 2 minggu
terdapat perbedaan prosedur tindakan antara di tempat praktik dan teori tetapi
pada dasarnya sama karena sudah sesuai dengan prosedur yang telah di
terapkan. Dengan adanya bimbingan dari pihak Griya Lansia Gerbangmas
Lumajang dan pihak Akademik diharapkan Akper Kosgoro Kampus
Lumajang mampu menerapkan teori yang telah diterima pada praktik kali ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik profesi keperawatan stase keperawatan
gerontik diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan
keperawatan kepada para lansia di Griya Lansia Gerbangmas
Lumajang.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Laporan ini untuk menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman penulis tentang beberapa penyakit yang terjadi pada
anak serta menerapkan ilmu yang di dapat di bangku kuliah.
1.3.2 Bagi Akademi
Hasil penulisan Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
informasi bagi peserta didik dimasa yang akan datang.
1.3.3 Bagi Griya Lansia Gerbangmas Lumajang
Hasil penulisan Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi Griya Lansia Gerbang Mas Lumajang untuk mengevaluasi
masalah-masalah yang terjadi pada Lansia dan dapat pula
digunakan sebagai pemikiran dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB I
LATAR BELAKANG
2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap
sentuhan.
3. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
5. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan
elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan
tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
8. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi,
fungsi absorbsi menurun.
9. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
II.1 Definisi
Stroke Merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008)
II.2 Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara
lain :
1. THROMBOSIS CEREBRAL.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada
48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan
thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
1. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis.
3. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
4. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
II.4 Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi
dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme
vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
II.5 Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase(kelemahan)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake in adekuat
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
otok
Rasional :
1. Membangun rasa percaya dan kerja sama yang baik
2. Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan
3. Otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatanya bila
tidak dilatih
4. Gerakan aktif memberikan massa tonus dan kekuatan bila
tidak dilatih
5. Memperbaiki sirkulasi darah yang jelek
6. Mendapatkan obat sesuai indikasi
2.Diagnosa :Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake in adekuat
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapa terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.BB meningkat
2.Meningkatkan nafsu makan
3.Porsi makan dirumah sakit dihabiskan
4.Tidak mual dan Muntah
5.Tidak terjadi anoreksia berlebih
Intervensi :
1.Bina hubungan saling percaya
2.Anjurkan klien makan pada posisi tegak
3.Berikan makanan yang disukai dan bervariasi
4.Anjurkan makan sedikit tapi sering
5.Anjurkan keluargaa klien memberikan makan dalam keadaan
hangat
6.Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional :
1.Membangun rasa percaya dan kerja sama yang baik
2.Menurunkan rasa penuh abdomen
3.Meningkatkan nafsu makan
4.Mengurangi rasa mual dan muntah
5.Porsi makan dapat dihabiskan
6.Mendapatkan diet sesuai kebutuhan nutrisi
3.Diagnosa :Gangguan komunikasi verbal berhubu gan denga penurunan
sirkulasi darah otak
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria Hasil:
1.Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
terpenuhi
2.Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal
maupun istirahat
Intervensi :
1.Bina hubungan saling percaya
2.Berikan metode alternative,missal dengan bahasa isyarat
3.Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
4.Bicara denga klien secar apelan dan gunakan pertanyaan
5.Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan
klien
6.Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
7.Kolaborasi dengan Fisioterapi untuk latihan bicara
Rasional :
1.Membangun rasa percaya dan kerja sama yang baik
2.Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan
klien
3.Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
4.Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat
komunikasi
5.Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang
alternative
6.Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan
benar
BAB III
TINJAUAN KASUS
26
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A 59 TAHUN
DENGAN POST STROKE DI KAMAR 06 GRIYA LANSIA
GERBANGMAS LUMAJANG
Oleh:
RIA FITRI MARCHITA
2012. 11. 10. 0039
27