B. Kegiatan Belajar : Teori Belajar Behavioristik dan Kognivistik dan penerapannya dalam pembelajaran (KB 1)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
Berikut beberapa konsep yang terdapat di KB 1 Modul Kedua, yaitu:
Bahwa meski kata “Belajar” bukan merupakan kata baru dan
sudah biasa didengar, tetapi arti dari belajar berbeda-beda tergantung dari sudut pandang teori apa kita ingin memahami arti dari “Belajar”
Belajar menurut teori Behavioristik
• Secara umum, arti dari belajar menurut Teori Behavioristik
merupakan berubahnya perilaku seseorang disebabkan adanya pengalaman dan Latihan sebagai hubungan timbal balik antara stimulus dan respon. Dalam hal ini, stimulus adalah faktor eksternal yaitu pengetahuan atau informasi yang diterima seseorang, sedangkan respon adalah faktor internal seseorang sebagai reaksi atas informasi yang ia dapat. Dalam belajar, dibutuhkan adanya sebuah Konsep (Beberapa istilah 1 pengulangan informasi agar proses “respon” bisa lebih dan definisi) di KB efektif. • Selain itu, beberapa ahli Teori Behavioristik mempunyai pandangan yang berbeda atas makna dari “Belajar” a) Menurut Edward Lee Thorndike, Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dalam hal ini, stimulus adalah rangsangan dari luar terhadap seseorang yang bisa ditangkap oleh panca Indera, seperti informasi maupun perasaan. Adapun respon adalah reaksi seseorang atas rangsangan yang ia dapat. Dalam praktiknnya, Thorndike menunjukkan 3 hukum pokok dalam belajar, yaitu Hukum Latihan/The law of exercise (kuat tidaknya hubungan antara stimulus dan respon ditentukan dari sering atau tidaknya seseorang memberikan stimulus yang membuat anak didik merespon stimulus itu), Hukum Akibat/The law of effect (adanya reward bagi yang baik dan punishment bagi yang melanggar), dan Hukum Kesiapan/The law of readiness (kondisi siswa harus siap sebelum menerima stimulus pembelajaran). Selain itu, ada juga empat hukum tambahan, yaitu Law of multiple response (cara seseorang mencapai respon yang tepat ketika mendapatkan stimulus), Law of attitude (adanya kesiapan mental positif sebelum pembelajaran), Law of partial activity (adanya sikap tertentau berdakan situasi tertentu), Law of response by analogy (adanya reaksi yang sama atas situasi yang mirip dengan situasi sebelumnya) b) Belajar menurut John Broades Watson hampir sama dengan Thorndike. Bedanya, stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, serta dapat diukur. Jadi, Watson tidak memperhatikan perubahan mental anak ketika belajar karena hal itu tidak bisa diukur dan diamati, meski disisi lain Watson tetap mengakui bahwa perubahan mental itu adalah sesuatu yang penting. c) Edwin Ray Guthrie juga menganggap bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Tetapi menurut Guthrie, hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, karena itu kegiatan pemberian stimulus dilakukan sesering mungkin agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Guthrie juga setuju bahwa adanya hukuman sangat penting dalam proses belajar. Burrhusm Frederic Skinner mengemukakan bahwa belajar adalah timbulnya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari interaksi antara stimulus dan respon yang terjadi dalam lingkungannya. Teori Skinner termasuk yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Dalam teorinya, ada faktor positive reinforcement berupa pujian, dukungan, atau hadiah yang tujuannya menguatkan hubungan antara Stimulus dan Respon. Selain itu, ada pula negative reinforcement yang bertujuan untuk melemahkan hubungan antara Stimulus dan Respon yang diberikan dalam bentuk pengurangan sampai penghilangan stimulus menyenangkan yang pada awalnya diterima oleh siswa
Dalam praktiknya dalam pembelajaran, ada enam hal yang
diimplementasikan dalam teori belajar Behavioristik, yaitu 1) Adanya tes atau ulangan 2) Adanya pengulangan sebagai pembiasaan 3) Adanya stimulus menyenangkan dan tidak menyenangkan kepada siswa atas baik tidaknya Tindakan yang dilakukan 4) Adanya reward dan punishment bagi untuk pengondisian kelas 5) Variatifnya reward dan punishment agar siswa tidak bosan 6) Kesiapan mental siswa sebelum pembelajaran agar proses pembelajaran bisa lebih efektif. Meski digunakan oleh banyak orang, teori behavioristik juga banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Hal itu karena banyaknya variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Belajar Menurut Teori Kognitif
Ada beberapa pendapat terkait makna Belajar menurut teori Kognitif. Tetapi pada dasarnya, belajar adalah sebuah proses usaha yang melibatkan aktivitas mental dalam diri seseorang sebagai dampak dari proses interaksinya dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Dalam hal ini, teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Berikut pengertian teori belajar kognitif menurut para ahlai
a) Dalam teori belajar, Jean Peaget mengemukanan teori perkembangan kognitif, yaitu bahwa kemampuan kognitif seseorang akan berkembang dengan semakin bertambahnya umur seseorang tersebut. Ada empat tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget, yaitu: 1) Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) yaitu pertumbuhan kemampuan anak yang dilihat dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana 2) Tahap Preoperasional (umur 2-8 tahun) yaitu perkembangan kognitif seseorang dilihat dari penggunaan symbol, tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini sendiri dibagi dua, yaitu praoperasional (umur 2-4 tahun ketika anak mulai mampu mengembangkan Bahasa meski kadang masih salah dalam memahami objek) dan intuitif (4-8 tahun ketika anak bisa memahami pengetahuan yang abstrak) 3) Tahap operasional konkrit (umur 8-12 tahun). Pada tahap ini, anak sudah bisa menggunakan aturan- aturan yang jelas dan logis 4) Tahap operasional formal (umur 12-18 tahun), yaitu ketika seseorang anak sudah mampu membuat kesimpulan dan mengembangkan hipotesa. b) Jerome Bruner dalam Teori Belajarnya berpendapat bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga hal, yaitu: 1) Tahap enaktif, yaitu ketika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Seperti anak-anal dalam memahami dunia sekitarnya menggunakan pengetahuan motorik 2) Tahap ikonik yaitu ketika seseorang memahami objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan 3) Tahap simbolik yaitu ketika seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasangagasan Abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. c) Teori Belajar Menurut David Ausubel dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu Dimensi yang berhubungan dengan siswa menerima informasi atau materi Pelajaran yang disajikan padanya dan dimensi menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Dalam dimensi kedua ini bisa muncul belajar bermakna ketika siswa menghubungkan informasi yang didapat dengan itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya berdasarkan pengalaman dalam hidupnya. Bisa juga hanya menjadi belajar hafalan ketika siswa hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya. d) Teori Belajar menurut Gagne merupakan suatu bagian dari delapan hierarki bentuk belajar, yaitu 1) Belajar tanda sinyal (signal learning) 2) Belajar stimulus respon (stimulus response learning) 3) Belajar merangkai tingkah laku (behaviour chaining learning) 4) Belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning) 5) Belajar diskriminasi (discrimination learning) 6) Belajar konsep (concept learning) 7) Konsep terdefinisi 8) Belajar memecahkan masalah (problem solving) Selain itu, menurut Gagne ada lima kemampuan tentang hasil belajar, yaitu: 1) Keterampilan intelektual yang membuat orang bisa memahami symbol dan gagasan yang ada sekitarnya 2) Strategi kognitif yang merupakan keterampilan intelektual khusus hang dimiliki seperti strategi dalam menghafal, mengelaborasi sesuatu, pengaturan materi, metakognitif, serta strategi mengandalikan sikap afektif yang ada pada diri 3) Sikap, yaitu hasil belajar yang membuat seseorang dalam bersikap terhadap selain dirinya 4) Informasi verbal yang membuat seseorang mampu mengucapkan sesuatu sebagai hasil dari yang ia pelajari dari segala sesuatu yang ia dengar 5) Keterampilan motorik yang dalam hal ini tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan, intelektual, seperti membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, praktek wudhu dan sholat, dan lain sebagainya.
Ada banyak sekali Implementasi Teori Belajar Kognitif dalam
pembelajaran. Tetapi intinya adalah bahwa yang terpenting dalam teori belajar kognitif adalah prosesnya, bukan hasilnya. Hal itu karena proses kognitif adalah suatu yang kompleks. Tiap siswa juga mengalami perkembangan kognitif yang berbeda-beda. Karena itu dalam pembelajaran kognitif, siswa perlu diberi kesempatan belajar sesuai kemampuan masing- masing. Ketika dilakukan, proses belajar akan berjalan baik terutama apabila guru memberi pemahaman melalui contoh dari hal-hal yang biasa dijumpai di kehidupan. Penyususunan materi juga harus disusun dari yang sudah diketahui menuju kepada hal-hal baru, dari yang sederhana ke sesuatu yang lebih rumit, dari yang mudah menuju yang sulit. Selain itu, siswa juga diajak untuk belajar memahami karena hal itu lebih bermakna daripada belajar menghafal.
Yang agak sulit dipahami adalah delapan hierarki belajar yang
dicanangkan oleh Gagne. Itu karena dalam hierarki itu tidak dijelaskan terkait proses atau implementasi dari masing- Daftar materi pada KB masing hierarki yang disebutkan. Meski secara Bahasa, istilah- 2 yang sulit dipahami istilah tersebut sudah bisa dipahami, tetapi dalam tataran praktinya tetap diperlukan penjelasan dari pencetusnya agar pembaca tidak salah dalam memahami arti dari masing-masing hierarki yang disebutkan.
Teori Jean Piaget menurut pribadi saya agak dipaksakan
apabila teorinya tentang perkembangan anak dimasukkan Daftar materi yang sering dalam teori belajar, terutama dalam empat tahap kognitif anak 3 mengalami miskonsepsi yang disebutkan. Tetapi mungkin teori tersebut dimasukkan dalam pembelajaran karena bisa membantu pendidik dalam pembelajaran di aspek penyusunan strategi yang cocok dalam pembelajaran yang didasarkan usia siswa yang ia hadapi.