Anda di halaman 1dari 40

JURNAL

Masive Open Online Course (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA(PPPK)

Disusun oleh:

Nama : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd


NIPPPK : 198207262022212019
Tempat, Tanggal Lahir : Dairi, 26 Juli 1982

Golongan : IX

Jabatan : Ahli Pertama – Guru Kelas

Instansi : UPT.SD Negeri No. 030342 Silalahi

PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI

TAHUN 2023
RINGKASAN
MATA PELATIHAN WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA
NEGARA
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA,S.Pd

Program Pelatihan : Sikap Perilaku Bela Negara


Agenda Pembelajaran :I
Mata Pelatihan : Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Bahan pembelajaran (Bahan Pembelajaran) kesadaran berbangsa
dan bernegara di susun untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan peserta Pelatihan terhadap wawasan kebangsaan,
kesadaran bela Negara dan Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Tujuan / Hasil Belajar Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari materi
Wawasan Kebangsaan dan Kesadaran Bela Negara adalah peserta
Pelatihan mampu memahami wawasan kebangsaan, Kesadaran
Bela Negara, serta Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta Pelatihan diharapkan
mampu:
a. Memantapkan wawasan kebangsaan.
b. Menumbuhkembangkan kesadaran bela Negara.
c. Mengimplementaskani Sistem Administrasi NKRI
Materi Pokok 1 Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilandasi oleh jati diri bangsa dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang bersumber dari 4 Konsesus Dasar Berbangsa dan
Bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI,dan Bhinneka
Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera. Tujuan NKRI yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia
b. Memajukan kesejateraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadialn sosial.
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang
Negara Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan
negara di dalam tata negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan
yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang
beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang
menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain
yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia.

Materi Pokok 2 Nilai- Nilai Bela Negara


Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta Tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan
negara yang dijiwai oleh kecintaanya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan negara dari berbagai
ancaman .
Nilai dasar Bela Negara diwariskan kepada para generasi penerus
guna menjaga eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara, ASN
memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam
pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar
kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri
yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela
Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai
prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara
bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara
dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela
Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela
Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
Materi Pokok 3 Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara
Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi
maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam
UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara,
termasukUUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama
dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara (ground
norms) Pancasila beserta norma- norma dasar lainnya yang
termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara
pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara
yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan
aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV
terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar
tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu,
penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk disesuaikan dengan
arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di
bagian depan UUD 1945, merupakan tempat dicanangkannya
berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-cita
luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan
dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun
bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun
yang akan atau mungkin dibuat. Norma- norma dasar yang
merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur
pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4)
alinea.
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran
pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara
(ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang
termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara
Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya
manusianya.
Bendera, Bahasa dan lambing negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas dan wujud
eksistensi bangsa.
Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topik yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda mengenai wawasan kebangsaan dan Bela Negara.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN ANALISIS ISU KONTEMPORER
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA,S.Pd

Program Pelatihan : Sikap Perilaku Bela Negara


Agenda Pembelajaran :I
Mata Pelatihan : Analisis Isu Kontemporer

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan
memahami konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan
strategis melalui isu-isu strategis kontemporer sebagai wawasan
strategis PNS dengan menyadari pentingnya modal insani, dengan
menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis.
Tujuan / Hasil Belajar Peserta diharapkan mampu memahami konsepsi perubahan dan
perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis
kontemporer sebagai wawasan strategis PNS dengan menyadari
pentingnya modal insani, dengan menunjukan kemampuan berpikir
kritis dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis dalam
menjalankan tugas jabatan sebagai PNS profesional pelayan
masyarakat.
Indikator Hasil Belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, ditandai dengan
pencapaian indikator hasil belajar, peserta mampu:
1. menjelaskan konsepsi perubahan lingkungan strategis;
2. mengidentifikasi isu-isu strategis kontemporer;
3. menerapkan teknik analisis isu-isu dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis.
Materi Pokok 1 Perubahan Lingkungan Yang Strategis
Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis,
sebaiknya peril diawali dengan memahami apa itu perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi
bagian dari perjalanan peradaban manusia. Pemahaman perubahan
dan perkembangan lingkungan strategis pada tataran makro
merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS.
Wawasan tersebut melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi,
Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan memperkokoh
kesatuan nasional, kedaulatan negara, keadilan dan kemakmuran
yang lebih merata di seluruh pelosok Tanah Air, sehingga pada
akhirnya akan membentuk wawasan strategis bagaimana semua hal
tersebut bermuara pada tantangan penciptaan dan pembangunan
daya saing nasional demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat
berbangsa, danbernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang
semakin terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
Materi Pokok 2 Isu-isu Strategis Kontemporer
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks
Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dab
etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan
linkungan strategis. Perubahan lingkungan strategis yang begitu
cepat, massif, dan complicated saat ini menjadi tantangan bagi
bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk meningkatkan daya
saing dan sekaligus mensejahterahkan kehidupan bangsa. ASN
dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal
yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara
(pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena- fenomena
tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi
saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, Terdapat beberapa isu-isu
strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus
dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan
terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang
dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak
pencucian uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass
Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan
Hoax.. ASN sebagai perekat bangsa harus mampu mengoptimalkan
komunikasi massa baik melalui media massa maupun media
sosial guna mengadvokasi nilai-nilai persatuan yang saat ini
menjadi salah satu isu kritikal dalam kehidupan generasi muda.
Inilah kesadaran-kesadaran positif yang harus dibangun dalam
memanfaatkan media massa, dan media sosial.
Materi Pokok 3 Teknik Analisis Isu
Untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan
eksternal) akan memberikan pengaruh besar terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif
terhadap satu persoalan, sehingga dapat dirumuskan alternatif
pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang
matang. Pada agenda ini, pesertta ASN pada kegiatan pembelajaran
yang dilakukan di luar kelas dengan mempraktekkan salah satu
tehnik analisis isu yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran.
Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta
terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan
kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu
persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan
masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.

Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topik yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda mengenai analisis isu kontemporer dengan 3 materi pembahasan
yaitu: P erubahan ingkungan yang Strategis, i su-isu strategis
kontemporer dan teknik analisis isu.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN WAWASAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA,S.Pd

Program Pelatihan : Sikap Perilaku Bela Negara


Agenda Pembelajaran :I
Mata Pelatihan : Kesiapsiagaan Bela Negara

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Mata pelatihan ini membekali peserta untuk dapat memahami
kerangka bela negara dalam Latsar CPNS dan dasar- dasar
kesiapsiagaan bela negara, menyusun rencana aksi bela negara dan
melakukan kegiatan kesiapsiagaan bela negara sebagaikemampuan
awal bela negara dengan menunjukkan sikap perilaku bela negara
melalui aktivitas di luar kelas melalui kegiatan praktik peraturan
baris berbaris, tata upacara sipil, dan keprotokolan, bermain peran
sebagai badan pengumpul keterangan, kemudian diakhiri dengan
melakukan kegiatan ketangkasan fisik dan penguatan mental
dengan penekanan pada aspek kedisiplinan, kepemimpinan,
kerjasama, dan prakarsa menggunakan metode- metode
pembelajaran di alam terbuka dalam rangka membangun komitmen
dan loyalitas terhadap negara dalam menjalankan tugas sebagai PNS
profesional pelayan masyarakat.
Tujuan / Hasil Belajar Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari materi modul ini,
peserta mampu memahami kerangka bela negara dalam Latsar
CPNS dan kemampuan awal kesiapsiagaan bela negara, menyusun
rencana aksi bela negara dan melakukan kegiatan kesiapsiagaan
bela negara.
Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti mata pelatihan ini para peserta diharapkan
mampu:.
a. Menjelaskan kerangka bela negara dalam Latsar CPNS;
b. Menjelaskan kemampuan awal kesiapsiagaan bela negara;
c. Menyusun rencana aksi bela negara; dan
d. Melakukan kegiatan kesiapsiagaan bela negara.
Materi Pokok 1 Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan berasal dari kata : Samapta, yang artinya: siap siaga
atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi.
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang
dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah
kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan
kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan
kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata
tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam
pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat, dan tata
penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.

Materi Pokok 2 Kemampuan Awal Bela Negara


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan
awal bela negara, baik secara fisik maupun non fisik. Nilai-nilai
dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara,
baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan
dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan
menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik,
yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh
kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang
luhur dan terhormat. Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan
internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus
memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang
mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan
lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Materi Pokok 3 Rencana Aksi Bela Negara
Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan
yang mencakup: 1) rangkaian upaya-upaya bela negara; 2) guna
menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan
Tantangan; 3) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara, 4) yang diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis,
terstruktur, terstandardisasi, dan massif; 5) dengan
mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha; 6) disegenap
aspek kehidupan nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945, 8) serta didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara
yang Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai penggenap Nilai- Nilai
Dasar Bela Negara, 9) yang dilandasi oleh keinsyafan akan
anugerah kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam wadah
Bangsa dan Negara Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan
nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi
setiap warga negara guna mengatasi segala macam ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada
nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat,
adil, dan makmur. Terkait dengan kegiatan di atas, maka peserta Latsar
CPNS / PPPK diberikan tugas untuk membuat Rencana Aksi sebagai
bentuk dari penjabaran kegiatan bela Negara sebagai bentuk penilaian sikap
perilaku bela negara.

Materi Pokok 4 Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang
dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
1. Satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB
bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat
menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk
sikap, pembentukan disiplin, membina kebersamaan dan
kesetiakawanan dan lain sebagainya. Pembinaan ini dilakukan
secara terus menerus selama mengikuti Latsar CPNS, dengan
semua kegiatan dilakukan serba tertib yakni tertib di ruang
kelas, tertib di ruang tidur, tertib di ruang makan, tertib di
lapangan, tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tepat
waktu) dan kegiatan-kegiatan lain.
2. Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan
acara yang telah dilakukan dengangerakan-gerakan dan langkah
kaki, tangan serta anggota tubuh lainya dengan seragam dan
serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam
Peraturan Baris Berbaris (PBB).
3. PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan
pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik
maka PNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
Sebaliknya jika kesiapsiagaan yang dimiliki oleh PNS akan
mudah sulit mengatasi adanya ancaman, tantangan, hambatan,
dan gangguan.
4. Pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai
kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang
berguna untuk membangun tim yang efektif dalam setiap
melaksanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama 2 orang
atau lebih.
5. Caraka “malam” atau jurit malam bertujuan untuk menanamkan
disiplin, keberanian, semangat serta loyalitas dan kemampuan
peserta Latsar CPNS dalam melaksanakan tugas dengan
melewati barbagai bentuk godaan,cobaan serta kemampuan
memegang/penyimpanan rahasia organisasi dan rahasia negara.
Selain itu peserta Latsar CPNS bisa menghafal/ mengingat/
menyimpan berita yang diberikan pada pos Start, dan akan
disampaikan pada Pos yang telah ditentukan. Peserta mampu
melampaui berbagai rintangan/hambatan peserta bisa/dapat
menyampaikan berita hanya kepada yang dituju di Pos Finish.
Dalam kegiatan Latsar CPNS api unggun dilaksanakan
dengan tujuan untuk mendidik dan melatih keberanian dan
kepercayaan pada diri sendiri.
Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda mengenai Kesiapsiagaan Bela Negara, yang berisi penjelasan
mengenai kerangka bela Negara, kemampuan awal bela Negara,
rencana aksi bela Negara dan melakukan kegiatan kesiapsiagaan
bela Negara seperti PBB, TUS, Keprotokolan , Kewaspadaan
dini, membangun tim, cakara malam dan ASBN.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN BERORIENTASI PELAYANAN
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Berorientasi Pelayanan

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai Berorientasi Pelayanan pada peserta melalui substansi
pembelajaran yang terkait dengan bagaimana memahami dan
memenuhi kebutuhan masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan
dapat diandalkan; serta melakukan perbaikan tiada henti.
Tujuan / Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan
tugas jabatannya,
Indikator Hasil Belajar 1. Memahami dan menjelaskan pelayanan publik secara
konseptual/teoretis;
2. Memahami dan menjelaskan panduan perilaku (kode etik) nilai
Berorientasi Pelayanan, serta memberikan contoh perilaku
spesifik yang kontekstual dengan jabatan dan/atau
organisasinya;
3. Mengaktualisasikan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya masing-masing; dan
4. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan
Berorientasi Pelayanan secara tepat.
Materi Pokok 1 Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang , jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Untuk mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan
publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas
pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas serta
sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
pegawai ASN juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Peran tersebut dilaksanakan melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Sehingga ASN tentu akan terlibat dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, yang membutuhkan
kesadaran bersama untuk meningkatkan peran pegawai ASN
khususnya dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan
publik melalui perbaikan birokrasi di Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat
secara umum.
Materi Pokok 2 Berorientasi Pelayanan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku
melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu;
melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk
memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan
kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang
prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan
masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus
ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan
dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi
lebih baik dari hari ini (doing something better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta
memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan
akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business
as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu
perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan
publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan
publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi
pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari
lahirnya suatu inovasi pelayanan publik. Dalam lingkungan
pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen
dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi.
Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan
stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat
dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
2. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
3. melakukan perbaikan tiada henti.
Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
mengenai Berorientasi pada pelayanan dengan materi konsep
Pelatihan dengan Agenda
dan pelayanan publik.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN AKUNTABEL
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Akuntabel

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Dalam Mata Diklat Akuntabel, secara substansi pembahasan
berfokus pada pembentukan nilai-nilai dasar akuntabilitas.
Peserta diklat akan dibekali melalui substansi pembelajaran yang
terkait dengan pelaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi, penggunaan
kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien serta tidak menyalahgunakan kewenangan
jabatannya.
Tujuan / Hasil Belajar Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari materi
akuntabel adalah peserta mampu menjelaskan akuntabel secara
konseptual-teoritis yang bertanggungjawab atas kepercayaan yang
diberikan.
Indikator Hasil Belajar Peserta Diklat diharapkan mampu:
1. Menjelaskan akuntabel secara konseptual-teoritis yang
bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
2. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik akuntabel);
3. Memberikan contoh perilaku dengan pelaksanaan tugas
dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan barang
milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
serta tidak menyalahgunakan kewenanngan jabatan
Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan
Materi Pokok 1 Potret Pelayanan Publik Negeri Ini
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, kita sebagai individu
ataupun ASN pun mungkin uda bosan dengan kenyataan adanya
perbedaan jalur dalam setiap pelayanan. Jadi, tugas berat Anda
sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut.
Karena, bisa jadi, secara aturan dan payung hukum sudah
memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui, masih
Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”, menjadi udara
segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, Mental
dan Pola Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan
oleh semua unsur ASN, akan memberikan dampak sistemik. Ketika
perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik
seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif
pun harus bisa memberikan dampak serupa.
Materi Pokok 2 Konsep Akuntabilitas
Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajibanpertanggungjawaban yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu
akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi
pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan,
akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas
memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi
utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk menyediakan
kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5
tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
Materi Pokok 3 Panduan Perilaku Akuntabel
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli
administrasi negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus
dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun, integritas memiliki
keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat
berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan
kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri.
Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda- beda dari setiap
anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-
beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain
sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan
sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk
memonitor pegawai menggunakan komputer atau website
yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan
kerja yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi,
3)integritas, 4)tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan,
6)kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9)
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitasproses, Akuntabilitas program,dan Akuntabilitas
kebijakan. Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan
gratifikasi dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan
integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat
menjadi3iker3 yang kuat dalam membangun pola 3iker dan
budaya antikorupsi.
Materi Pokok 4 Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan
Ketersediaan informasi publik telah memberikan
pengaruhyang besar pada berbagai sektor dan urusan publik di
Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini
adalahperwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi
publik, dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat:
KIP). Aparat pemerintah dituntut untuk mampu
pennyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Hal ini
berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika
pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus
dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya
sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan
(Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan atau
sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-
keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu
diri sendiri dan /atau orang lain).
Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda potret pelayanan public negeri ini, konsep akuntabel, panduan
perilaku akuntabel, dan akuntabel dalam konteks organisasi

pemerintahan.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN KOMPETEN
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Kompeten

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Perubahan lingkungan strategis dan tuntutan profesionalisme
ASN tersebut diharapkan melahirkan produk- produk kebijakan
dan layanan publik yang berkualitas, termasuk mewujudkan ASN
BeraAkhlak. Dalam modul ini diharapkan sebagai pengantar bagi
peserta pelatihan dalam memahami tantangan dinamika
perubahan lingkungan strategis dan era disrupsi karena faktor
kemajuan Teknologi Informasi. Dalam kaitan ini, modul ini
secara singkat menguraikan faktor kritikal, yang menuntut
perubahan mindset dan pendekatan dalam penyesuaian
pengelolaan aparatur, serta kompetensi dan karakteristik baru,
sejalan pula dengan tuntutan nilai dasar ASN BerAkhlak. Dalam
kerangka tersebut, cakupan materi modul ini meliputi aspek
Overview Tantangan Lingkungan Strategis, Kebijakan
Pembangunan Aparatur, Pengembangan Kompetensi, dan
Perilaku Kompeten.
Tujuan / Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu
mengaktualisasikan nilai kompeten dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. Dengan semangat belajar terus menerus dengan
kepekaan yang relevan dengan melihat dinamika lingkungan
strategis (vuca) dan disrupsi teknologi serta aspek-apsek
lingkunganstrategis lainnya. Semangat saling menguatkan melalui
proses berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam memajukan
dan meningkatkan kinerja individu dan organisasi
Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta diharapkan :
1. memahami konteks lingkungan strategis yang
mempengaruhi pengelolaan dan tuntutan karakter dan
kompetensi ASN yang sesuai;
2. memahami kebijakan dan pendekatan pengelolaan ASN;
3. memahami dan peka terhadap isu-isu kritikal dalam
merespons penyesuaian kompetensi ASN;
4. memahami pentingnya pengelolaan pengembangan
ASNdalam konteks pembangunan nasional dan tantangan
global;
5. Mampu mengajukan pemikiran-pemikiran kritis alam
penguatan kompetensi ASN di lingkungan instansidan
konteks nasional serta global;
Materi Pokok 1 Tantangan Lingkungan Strategis
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses
bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap
keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan
tawaran perubahan teknologi itu sendiri.Perilaku ASN untuk
masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk
menjawabtantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Materi Pokok 2 Kebijakan Pembangunan Aparatur
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek
pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang
diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek
primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan
menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan
publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin
efektif dan efisien
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi
ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan.
Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme,
profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality,
networking, dan entrepreneurship.
Materi Pokok 3 Pengembangan Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi
Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan
dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit
organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip,
yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan
non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial
kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhanpengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan
pegawai
dalam nine box tersebut.

Materi Pokok 4 Perilaku Kompeten


Berkinerja yang BerAkhlak:
1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
2. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi
sebagai pelayan publik.
3. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk
pada perilaku BerAkhlak.
Meningkatkan kompetensi diri:
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan.
2. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan
Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”,
merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
3. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan
Konektivitas dalam basis online network.
1. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin
dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau
tempat lain.
2. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal
(networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar
Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda tantangan lingkungan yang strategis, Kebijakan pembangunan
Aparatur, pengembangan kompetensi,
RINGKASAN
MATA PELATIHAN HARMONIS
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Harmonis

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Mata Pelatihan Harmonis dalam Latsar BerAKHLAK ini
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kepada setiap
CPNS dalam Latsar ASN mengenai keberagaman berbangsa, rasa
saling menghormati, dan bagaimana menjad pelayan dan abdi
masyarakat yang baik.
Setelah memperoleh pengetahuan dan pemahaman tersebut
maka ASN akan mampu menunjukkan kemampuan menciptakan
suasana harmonis dilingkungan bekerja, memberikan layanan
yang berkeadilan kepada masyarakat, serta dapat menunjukkan
perilaku yang beretika dan menjadi perekat bangsa dalam segala
aspek kehidupan sebagai warga negara.
Tujuan / Hasil Belajar Mata pelatihan ini bertujuan membentuk ASN yang
mampu mengaktualisasikan nilai harmonis dalam pelaksanaan tugas
dan jabatannya.
Indikator Hasil Belajar Indikator keberhasilan pelatihan sebagai berikut:
1. Memahami dan menjelaskan keanekaragaman bangsa
Indonesia serta dampak, manfaat dan potensi disharmonis
di dalamnya.
2. Menjelaskan dan menerapkan nilai harmonis sesuai kode
etik ASN secara konseptual teoritis yang meliputi saling
peduli dan meghargai perbedaan, serta memberikan
contoh perilaku dengan menghargai setiap orang apapun
latar belakangnya, suka menolong orang lain serta
membangun lingkungan kerja yang kondusiif.
3. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan harmonis
secara tepat.
Materi Pokok 1 Keanekaragaman bangsa dan budaya di Indonesia
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap
adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan
berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh
mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi
pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan
masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai
ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,
keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan
publik. Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat
ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan keberagaman,
bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan
situasi dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan bekerja
ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
Materi Pokok 2 Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki
pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal
Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam
mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang
menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi
persatuan bangsa. Mulai dari mengenalkan kepada seluruh
personil ASN dari jenjang terbawah sampai yang paling tinggi,
memelihara suasana harmonis, menjaga diantara personil dan stake
holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu
menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut, sehingga
menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di
kalangan ASN dan seluruh pemangku kepentingannya. Upaya
menciptakan budaya harmonis di lingkungan bekerja tersebut dapat
menjadi salah satu kegiatan dalam rangka aktualisasi
penerapannya.
Materi Pokok 3 Penerapan Nilai Harmonis Dalam Lingkungan Bekerja
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan,
dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode
etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis
sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja
yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi
dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan
dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda Keanekaragaman bangsa dan budaya di Indonesia, Mewujudkan
Suasana Harmonis Dalam Lingkungan Bekerja Dan Memberikan
Layanan Kepada Masyarakat, Penerapan Nilai Harmonis Dalam
Lingkungan Bekerja
RINGKASAN
MATA PELATIHAN LOYAL
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Loyal

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai Loyal, sehingga peserta memiliki dedikasi yang tinggi dan
senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara pada
saat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai PNS.
Tujuan / Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu
mengaktualisasikan nilai loyal (berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai PNS
Indikator Hasil Belajar Indikator peserta mampu:
a. Menjelaskan loyal secara konseptual-teoritis yang
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan
Negara;
b. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) loyal;
c. Mengaktualisasikan Loyal Dalam Konteks Organisasi
Pemerintah; dan
d. Menganalisis kasus dan/atau menilai contoh penerapan
loyal secara tepat pada setiap materi pokok.
Materi Pokok 1 Konsep Loyal
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa
mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang
akan memengaruhinya. Setiap pegawai ASN harus memiliki
Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan yang kuat sebagai wujud
loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu
mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, setiap
pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa dan negara. Dengan demikian ASN
tidak akan lagi berpikir sektoral dengan mental block-nya, tetapi
akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar
yakni bangsa dan negara

Materi Pokok 2 Panduan Perilaku Royal


Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN
sebagai profesi berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4)
serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan
mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut maka
dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang
didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku
(kode etik)-nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa
dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya,
yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara\
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
Materi Pokok 3 Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya
dalam melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika
diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-
undangangan yang berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang
memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-
ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam
melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun
sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai- nilai
Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam
wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun
sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda Konsep Loyal; Panduan Perilaku Loyal; dan Loyal Dalam Konteks
Organisasi Pemerintah.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN ADAPTIF
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Adaptif

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Mata pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan
nilai-nilai Adaptif kepada peserta melalui substansi pembelajaran
yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi
perubahan lingkungan, terus berinovasi dan mengembangkan
kreativitas, berperilaku adaptif serta bertindak proaktif.
Tujuan / Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini,
peserta diharapan mampu memahami dan mengaktualisasikan nilai-
nilai adaptif dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pentingnya mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
2. Menjelaskan adaptif secara konseptual-teoritis yang terus
berinovasi dan antusias dalam menggerakan serta
menghadapi perubahan;
3. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) adaptif;
4. Memberikan contoh perilaku dengan cepat menyesuaikan
diri menghadapi perubahan, terus berinovasi dan
mengembangkan kreativitas, bertindak proaktif; dan
5. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan adaptif
secara tepat.
Materi Pokok 1 Mengapa Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan
oleh individu maupun organisasi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif
perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di
sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis,
kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan
iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya. Dari seluruh
contoh perubahan lingkungan strategis, maka kita dapat melihat
bahwa untuk memastikan bahwa negara tetap dapat menjalankan
fungsinya, dan pelayanan publik dapat tetap berjalan di tengah-
tengah perubahan ini, maka kemampuan adaptasi menjadi penting
dan menentukan. Sehingga birokrasi pun dipaksa untuk turut
mengubah cara kerjanya untuk mengimbangi yang menjadi
tuntutanperubahan. Praktek administrasi publik yang terus berubah
dan bercirikan adanya distribusi peran negara dan masyarakat juga
telah dikenal dalam banyak literatur.

Materi Pokok 2 Memahami Adaptif


Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup.
Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu
maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana
individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan
organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur
kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya
ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif
pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi
untuk mencapai tujuannya.

Materi Pokok 3 Panduan Perilaku Adaptif


Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam
mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi
apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi
Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding,
hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan
agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki
kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti
harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi
sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya
tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai
sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan
budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas.

Materi Pokok 4 Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana
pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-
indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya manusia
adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan
institusional adaptif. Terkait membangun organisasi pemerintah
yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana
Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di
berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic
governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan
dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across).
Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang
berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan
pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan
organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang
menunjukkan keuletan.

Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Mengapa Adaptif, Memahami Adaptif, Panduan Perilaku Adaptif,
Pelatihan dengan Agenda
Adaptif Dalam Konteks Organisasi Pemerintah
RINGKASAN
MATA PELATIHAN KOLABORATIF
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Nilai-Nilai Dasar PNS


Agenda Pembelajaran : II
Mata Pelatihan : Kolaboratif

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Kolaborasi kemudian menjadi solusi dari berbagai fragmentasi
dan silo mentality. Modul ini hadir untuk memberikan
pengetahuan tentang kolaborasi khusunya di birokrasi pemerintah.
Internalisasi materi yang ada dalam modul ini diharapkan dapat
membentuk karakter ASN yang kolaboratif. Fragmentasi dan silo
mentality yang menjadi image negatif dari birokrasi pemerintah
pada akhirnya dapat dikikis. Birokrasi akan berdiri dengan tegak
dalam menatap tantangan global
Tujuan / Hasil Belajar Tujuan dari pembelajaran ini untuk membentuk kompetensi dasar
CPNS terkait pelaksanaan kolaborasi. Setelah mengikuti
pembelajaran, peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan serta
mampu membangun kolaborasi untuk mendukung tujuan organisasi.
Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar dalam pembelajaran adalah diharapkan
peserta dapat:
1. Menjelaskan berbagai konsep kolaborasi, collaborative
governance, serta Whole of Government; dan
2. Dapat menganalisis praktik kolaborasi di organisasi
Pemerintah
Materi Pokok 1 Konsep Kolaborasi
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek
pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda
dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders
bahwaorganisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi
kebijakan, collaborative governance menekankan semua aspek
yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat
persetujuan bersama dengan “berbagi kekuatan”. WoG merupakan
pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan
menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun
dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal.

Materi Pokok 2 Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah


Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian
akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara
Indonesia. Praktik kolaborasi pemerintah serta beberapa aspek
normatif kolaborasi pemerintah.Praktik kolaborasi memberikan
gambaran tentang panduan perilaku kolaboratif, hasil penelitian
praktik kolaborasi pemerintah, serta studi kasus praktik kolaborasi
pemerintah.

Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topik yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda konsep kolaboratif dan praktik dan aspek normative kolaborasi

Pemerintah
RINGKASAN
MATA PELATIHAN SMART ASN
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA S. Pd

Program Pelatihan : Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI


Agenda Pembelajaran : III
Mata Pelatihan : Modul Smart ASN

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Peserta akan diajak untuk berpikir secara kritis terkait
pemahaman konsep efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu di
bidang komunikasi. Oleh karena itu, pahamilah setiap dasar
kompetensi yang harus peserta kuasai, beserta indikator
keberhasilan dan sejumlah capaian belajar untuk mengukur
pemahaman peserta tentang modul. Melalui modul ini, peserta
akan dinilai kemampuannya dalam mengaktualisasikan nilai-
nilai dasar literasi digital.
Tujuan / Hasil Belajar Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui modul ini adalah
pembentukan karakter yang efektif, efisien, inovatif, dan memiliki
kinerja yang bermutu, dalam penyelenggaraan program
pemerintah, khususnya program literasi digital, pilar literasi
digital, sampai implementasi dan implikasi literasi digital dalam
kehidupan bersosial dan dunia kerja.
Indikator Hasil Belajar Setelah mempelajari isi modul dan mengikuti kegiatan
pembelajaran di dalamnya, peserta diharapkan dapat:
a. Memiliki pemahaman mengenai literasi digital;
b. Mengenali berbagai bentuk masalah yang ditimbulkan
akibat kurangnya literasi digital;
c. Mampu mengimplementasikan materi literasi
digitalpada kehidupan sehari-hari bagi peserta;
d. Mampu mengaplikasikan materi literasi digital
dana kehidupan sehari-hari bagi peserta;
e. Menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
kecakapan, keamanan, etika, dan budaya dalam bermedia
digital.
Materi Pokok 1 Literasi Digital
Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki
olehpeserta CPNS dan diharapkan para peserta mampu mengikuti
dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang
berlangsung sangat cepat. literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan
untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan
secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti,
2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital
yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan
juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Literasi digital juga merupakan kemampuan untuk secara kreatif
terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk mengasumsikan
identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau
mempertahankan berbagai hubungan sosial di ruang digital.
Literasi digital juga mencakup kemampuan untuk menyesuaikan
aspek keterjangkauan dan kendala yang muncul dalam bermedia
digital dengan berbagai dengan keadaan tertentu.

Materi Pokok 2 Pilar Literasi Digital


Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh
para peserta CPNS yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Diperlukan peran berbagai
pihak dalam masyarakat untuk mengedukasi budaya digital yang
bermartabat. Diperlukan sinergi dari siapa saja, mulai dari pejabat
di lingkungan pemerintah, pemuka agama, para pendidik, tokoh
masyarakat serta para public figure yang memberikan teladan nilai
positif di tengah masyarakat. Rencana pengembangan modul
terarah pada satu tujuan, yaitu membantu berbagai pihak untuk
pendidikan penguatan karakter, sehingga menghasilkan warga
negara Indonesia di dunia digital yang unggul. Satu pesan yang
ingin disampaikan adalah bahwa Kemajuan dan Martabat Suatu
Bangsa tergantung dari Pelestarian Nilai Budaya Bangsa tersebut.
Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya bangsa
dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam
penggunaan media digital,bukan untuk memecah belah kesatuan
warna di dunia maya.
Materi Pokok 3 Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Kerangka kerja literasi
digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi
digitaldigunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak
TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan
menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali
ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah
sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan
pada kecakapan untuk
menguasai teknologi.

Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Literasi Digital, Pilar Literasi Digital, dan Implementasi Literasi
Pelatihan dengan Agenda Digital dan Implikasinya.
RINGKASAN
MATA PELATIHAN MANAJEMEN ASN
Oleh : TETTI RIAMA SAGALA, S.Pd

Program Pelatihan : Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI


Agenda Pembelajaran : III
Mata Pelatihan : Manajemen ASN

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi / Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Modul ini akan membahas tentang konsep dan kebijakan
manajemen aparatur sipil negara, dan bagaimana kebijakan
tersebut diimplementasikan di instansi pemerintah, dan termasuk
di dalamnya adalah hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
manajemen aparatur sipil Negara dapat mencapai tujuannya yaitu
untuk menciptakan profesionalisme aparatur sipil negara
Tujuan / Hasil Belajar Setelah mengikuti mata Pelatihan ini, peserta diharapkan mampu
memahami kedudukan, peran, hak dan kewajiban, dan kode etik
ASN, konsep sistem merit dalam pengelolaan ASN, dan
pengelolaan ASN.
Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
a. menjelaskan kedudukan, peran, hak dan kewajiban, kode
etik dank ode perilaku ASN;
b. menjelaskan konsep sistem merit dalam
pengelolaanASN; menjelaskan mekanisme pengelolaan
ASN.
Materi Pokok 1 Kedudukan, peran, hak dan kewajiban, dan kode etik ASN;
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras
dengan perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai
ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b) Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah
serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik Untuk menjalankan kedudukannya tersebut,
maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a) Pelaksana
kebijakan public; b) Pelayanpublic; dan c) Perekat dan pemersatu
bangsa
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan
hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban
sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan
kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam
UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.

Materi Pokok 2 Konsep sistem merit dalam pengelolaan ASN


Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang
bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem
ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi
dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan
berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Pasca recruitment,
dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua
prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil
bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan
pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan
pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Materi Pokok 3 Mekanisme pengelolaan ASN.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS danManajemen
PPPK. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier,
pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan Manajemen PPPK
meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya
pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan,
rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti
Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2
(dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling
lama 5 (lima) tahun Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi,
Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses
pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas
inisiatif sendiri .Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara
diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai
ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar
pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan
akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya
administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan
banding administrative

Keterkaitan Mata Mata pelatihan dengan agenda membahas topic yang sama yaitu
Pelatihan dengan Agenda Kedudukan, peran, hak dan kewajiban, dan kode etik ASN,
Konsep sistem merit dalam pengelolaan ASN, Mekanisme

pengelolaan ASN.

Anda mungkin juga menyukai