Suplemen II FI VI
Suplemen II FI VI
NOMOR HK.01.07/MENKES/14/2023
TENTANG
SUPLEMEN II FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
jdih.kemkes.go.id
-2-
jdih.kemkes.go.id
-3-
jdih.kemkes.go.id
-4-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 2023
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI G. SADIKIN
jdih.kemkes.go.id
-5-
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/14/2023
TENTANG
SUPLEMEN II FARMAKOPE INDONESIA
EDISI VI
Shading pada teks farmakope digunakan untuk menandai bagian yang baru,
mengalami perubahan, penghilangan atau penambahan.
Jika terdapat perubahan pada suatu parameter maka pada awal parameter yang
diubah dituliskan kata Perubahan. Jika terdapat penambahan parameter,
dituliskan Tambahan persyaratan. Untuk parameter yang dihilangkan pada
awal parameter dituliskan Hilangkan persyaratan.
Contoh:
Perubahan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Tambahan persyaratan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit Endotoksin per mg, jika
pada etiket tertera amoksisilin steril atau harus dilakukan proses sterilisasi
untuk pembuatan sediaan injeksi.
Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º.
jdih.kemkes.go.id
-6-
1 Larutan
DAFTAR MONOGRAFI
DAFTAR LAMPIRAN
<482> Cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dalam Sediaan Sirup
-7-
DAFTAR PERUBAHAN
1 Larutan
MONOGRAFI BARU
Gliserin Sorbitol
Kekentalan pH (Tambahan)
pH Sulfat
Identifikasi (Tambahan)
-8-
LAMPIRAN BARU
<482> Cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dalam Sediaan Sirup
-9-
mencampurkan sediaan yang mengandung air sering Air aromatik Kecuali dinyatakan lain Air
menyebabkan kekeruhan. aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air,
Spirit harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik
tidak tembus cahaya untuk mencegah penguapan dan atau bahan mudah menguap lain. Bau dan rasanya
memperkecil perubahan akibat oksidasi. mirip dengan obat atau senyawa mudah menguap
yang ditambahkan, dan bebas dari bau empirematik
Tingtur Tingtur adalah larutan mengandung dan bau asing lain. Air aromatik dapat dibuat secara
etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan destilasi atau dari larutan senyawa aromatik, dengan
atau senyawa kimia. atau tanpa menggunakan bahan pendispersi.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak Air aromatik perlu disimpan terlindung cahaya
selalu seragam tetapi bervariasi, sesuai dengan dan panas berlebih.
masing-masing standar yang telah ditetapkan. Secara
tradisional tingtur tumbuhan berkhasiat obat
menunjukkan aktivitas dari 10 g obat dalam tiap 100
ml tingtur, potensi ditetapkan setelah dilakukan
penetapam kadar. Sebagian besar tingtur tumbuhan
lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam 100 ml
tingtur.
Cara perkolasi Campur dengan hati-hati serbuk
bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut
atau campuan pelarut tertentu secukupnya, hingga
rata dan cukup basah, biarkan selama 15 menit,
pindahkan ke dalam perkolator yang sesuai, dan
mampatkan. Tuangkan secukupnya pelarut atau
campuran pelarut tertentu sampai terendam
seluruhnya, tutup bagian atas perkolator dan jika
cairan sudah hampir menetes dari perkolator, tutup
lubang bawah. Perkolasi selama 24 jam atau sesuai
dengan waktu yang tertera pada monografi. Jika
penetapan kadar tidak dinyatakan lain, lakukan
perkolasi secara perlahan, atau pada kecepatan yang
telah ditentukan dan secara bertahap tambahkan
pelarut atau campurkan pelarut secukupnya hingga
diperoleh 1000 ml tingtur, (untuk menetapkan
kecepatan aliran, lakukan seperti yang tertera pada
Ekstrak dan Ekstrak cair). Jika penetapan kadarnya
dinyatakan, kumpulkan 950 ml perkolat, dan campur,
tetapkan kadar terhadap sebagian perkolat seperti
yang dinyatakan. Untuk memperoleh tingtur yang
memenuhi syarat baku, perlu pengenceran sisa tingtur
dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut
tertentu yang telah dihitung dari penetapan kadar.
Cara maserasi Maserasi bahan obat dengan 750
ml pelarut atau campuran pelarut tertentu dalam
wadah yang dapat ditutup, dan letakkan ditempat
hangat. Diamkan selama 3 hari, sambil sering
dikocok atau hingga terlarut. Pindahkan campuran ke
dalam penyaring, dan jika sebagian besar dari cairan
telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaringan
dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut
tertentu secukupnya, kumpulkan filtrat, hingga
diperoleh 1000 ml tingtur.
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertututp
rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya
matahari langsung dan panas yang berlebihan.
- 11 -
𝐶
Penandaan Pada etiket dicantumkan hanya untuk ( ) × 100
penggunaan topikal atau transdermal dan disimpan 𝐶𝑈
dalam lingkungan gas inert. Tidak digunakan untuk
parenteral. C adalah kadar dietilen glikol yang diperoleh dari
kurva kalibrasi dalam mg per mL, CU adalah kadar
Larutan uji dalam mg per mL.
Tambahan Monografi
DIETILEN GLIKOL STEARAT Bilangan asam tidak lebih dari 4,0, lakukan
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak
Diethylene Glycol Stearates
lemak <491> menggunakan 10,0 g zat.
Dietilen Glikol Stearat adalah campuran dietilen
Bilangan iodum tidak lebih dari 3,0, lakukan
glikol monoester dan diester dari asam stearat dan
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak
palmitat. Dietilen glikol stearat mengandung tidak
lemak <491>.
kurang dari 45,0% monoester yang dihasilkan dari
kondensasi dietilen glikol dan asam strearat yang
Bilangan penyabunan antara 150 dan 180, lakukan
berasal dari sumber nabati atau hewani.
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak
lemak <491> menggunakan 2,0 g zat.
Pemerian Malam padat putih atau hampir putih.
Komposisi asam lemak Antara 40% dan 60% asam
Kelarutan Larut dalam aseton dan dalam alkohol
stearat, dan jumlah asam palmitate dan asam stearat
panas; praktis tidak larut dalam air.
tidak kurang dari 90,0% lakukan penetapan seperti
tertera pada Lemak dan minyak lemak <491> .
Identifikasi
A. Jarak lebur <1021> Kelas II Antara 43° dan
Abu total Tidak lebih dari 0,1%. Timbang saksama
50°.
lebih kurang 1,0 g zat, masukkan ke dalam krus
B. Lemak dan minyak lemak <491>, Komposisi
yang telah ditara, pijarkan perlahan hingga suhu
asam lemak antara 40,0% dan 60,0% asam stearat,
lebih kurang 675±25°, hingga bebas dari karbon,
- 14 -
Suhu Kenaikan Suhu Pertahankan suhu Klorida dan Sulfat <361> Sulfat, tidak lebih dari
awal suhu akhir akhir selama 20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 10,0 g zat:
(°) (° per menit) (menit) tidak lebih keruh dari 0,20 mL asam sulfat 0,020 N.
100 - 100 4
100 50 120 10
Hilangkan persyaratan
120 50 220 6
Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 4,0 g dalam 2 mL
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
asam hidroklorida 0,1 N dan encerkan dengan air
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
hingga 25 mL.
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
untuk etilen glikol; 2,2,2-trikloroetanol; dietilen
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
glikol dan gliserin berturut-turut adalah lebih kurang
lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
0,3; 0,6; 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara dietilen
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
glikol dan gliserin tidak kurang dari 1,5.
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji
<931>.
(lebih kurang 1 µL) ke dalam kromatograf dan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
rekam kromatogram dan ukur respons puncak.
masing-masing sejumlah Dietilen glikol BPFI dan
Berdasarkan Larutan baku, identifikasi puncak
Gliserin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan air
etilen glikol, 2,2,2-trikloroetanol (baku internal),
hingga diperoleh kadar masing-masing lebih kurang
dan dietilen glikol. Bandingkan perbandingan
0,5 mg per mL.
respons puncak etilen glikol dengan baku internal
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dan dietilen glikol dengan baku internal pada
larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 50 mg
Larutan baku dan Larutan uji.
per mL.
Perbandingan respons puncak dietilen glikol dengan
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
baku internal dalam Larutan Uji adalah tidak lebih
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom leburan
besar dari perbandingan respons puncak dietilen
silika 0,53 mm x 30 m dilapisi dengan 3,0 µm fase
glikol dengan baku internal dalam Larutan Baku,
diam G43 dan “inlet liner” dengan bentuk cangkir
setara dengan tidak lebih dari 0,10% dietilen glikol
terbalik atau spiral. Gas pembawa adalah helium P,
dalam zat.
dengan perbandingan split 10 : 1 dan kecepatan
Perbandingan respons puncak etilen glikol dengan
linier lebih kurang 38 cm per detik. Pertahankan
baku internal dalam Larutan Uji adalah tidak lebih
suhu injektor pada 220° dan suhu detektor pada 250°.
besar dari perbandingan respons puncak etilen glikol
Atur suhu kolom seperti tabel di bawah ini:
dengan baku internal dalam Larutan Baku, setara
dengan tidak lebih dari 0,10% etilen glikol dalam
Suhu Kenaikan suhu Suhu Pertahankan
zat. awal (° per menit) akhir suhu akhir
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram (°) selama (menit)
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang 100 - 100 -
diperoleh pada Identifikasi B. 100 7,5 220 4
Bobot jenis <981> Tidak kurang dari 1,249. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
Warna dan akromisitas <1291> Bandingkan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
warna zat dengan warna larutan yang dibuat dengan dietilen glikol dan gliserin tidak kurang dari 7,0.
mengencerkan 0,40 mL besi(III) klorida LK dengan Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji
air hingga 50 mL dalam tabung pembanding warna (lebih kurang 0,5 µL) ke dalam kromatograf dan
dengan diameter sama dan amati dari atas terhadap rekam kromatogram. Hitung persentase masing-
latar belakang putih: tidak lebih gelap dari larutan masing cemaran, kecuali puncak pelarut dan dietilen
pembanding. glikol dengan rumus:
- 16 -
Penetapan kadar
Larutan natrium periodat Larutkan 60 g natrium
metaperiodat P dalam air yang mengandung 120 mL
asam sulfat 0,1 N hingga volume 1000 mL. Untuk
melarutkan periodat tidak boleh dipanaskan. Jika
larutan tidak jernih, saring melalui penyaring kaca
masir. Simpan larutan dalam wadah tidak tembus
cahaya dan bersumbat kaca. Lakukan uji kesesuaian 4-O-β-D-Galaktopiranosil-D-glusitol [585-86-4]
larutan sebagai berikut: pipet 10 mL ke dalam labu Monohidrat [81025-04-9]
tentukur 250-mL, encerkan dengan air sampai tanda Dihidrat [81025-03-8]
(Larutan natrium periodat encer). Timbang saksama C12H24O11 BM 344,31
lebih kurang 550 mg gliserin, larutkan dalam 50 mL C12H24O11 . H2O BM 362,34
air, tambahkan 50,0 mL Larutan natrium periodat C12H24O11 . 2H2O BM 380,35
encer. Sebagai blangko, pipet 50 mL Larutan natrium
periodat encer ke dalam labu berisi 50 mL air. Laktitol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Biarkan larutan selama 30 menit, kemudian tidak lebih dari 101,0% C12H24O11, dihitung
tambahkan 5 mL asam hidroklorida P dan 10 mL terhadap zat anhidrat.
kalium iodida LP, kocok memutar. Biarkan selama 5
menit, tambahkan 100 mL air, dan titrasi dengan Pemerian hablur; putih hingga coklat muda; tidak
natrium tiosulfat 0,1 N LV, kocok terus menerus dan berbau; rasa agak manis dan tidak ada rasa ikutan.
tambahkan 3 mL kanji LP menjelang titik akhir.
Perbandingan volume natrium tiosulfat 0,1 N LV Baku pembanding Laktitol BPFI; merupakan
yang diperlukan untuk campuran gliserin-periodat bentuk monohidrat. Simpan dalam wadah tertutup
dan yang diperlukan untuk blangko antara 0,750 dan rapat dalam lemari pembeku.
0,765.
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 400 mg Identifikasi
zat, masukkan ke dalam gelas piala 600 mL, encerkan Spektrum serapan inframerah yang diukur sebagai
dengan 50 mL air, tambahkan biru bromotimol LP, lapisan tipis zat diantara dua lempeng natrium
- 17 -
klorida P atau kalium bromida P, menunjukkan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 10 mg
sama seperti pada Laktitol BPFI. per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Air <1031> Metode I Antara 4,5 dan 5,5% untuk tinggi dilengkapi dengan detektor indeks refraktif
bentuk monohidrat; antara 9,5 dan 10,5% untuk dan kolom 7,8 mm x 30 cm berisi bahan pengisi
bentuk dihidrat; dan tidak lebih dari 0,5% untuk L34. Pertahankan suhu kolom pada 85° dan laju alir
bentuk anhidrat. lebih kurang 0,7 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Cemaran organik Total cemaran tidak lebih penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
dari 1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku
Penetapan kadar. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan Baku Timbang saksama sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Laktitol BPFI hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per Hitung persentase laktitol, C12H24O11 dalam zat yang
mL. digunakan dengan rumus:
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. 𝑟𝑈 𝐶𝑆
Prosedur Lakukan penetapan pada Larutan baku ( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dan Larutan uji seperti pada Penetapan kadar waktu
retensi relatif laktosa, glukosa, galaktosa, laktulitol, rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
galaktitol dan sorbitol berturut-turut 0,53; 0,58; Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
0,67; 0,72; 1,0; 1,55; dan 1,68. Hitung persentase Laktitol BPFI yang digunakan dalam mg per mL
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus: Larutan Baku; CU adalah kadar zat dalam mg per
mL Larutan Uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
ri adalah respons puncak dari masing-masing
cemaran dalam Larutan Uji; rS adalah respons Penandaan Pada etiket harus dicantumkan, bentuk
puncak zat dari Larutan baku; CS adalah kadar monohidrat, dihidrat atau anhidrat.
Laktitol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang. Tambahan Monografi
MALTITOL
Gula mereduksi Maltitol
Larutan baku Pipet 2 mL larutan dekstrosa yang
mengandung 0,5 mg per mL ke dalam labu
Erlenmeyer 10-mL.
Larutan uji Timbang 500 mg zat masukkan ke
dalam labu Erlenmeyer 10-mL. Tambahkan 2 mL
air.
Prosedur Secara bersamaan pipet 1 mL
tembaga(II) tartrat basa LP ke dalam tiap larutan,
panaskan hingga mendidih, dinginkan: tidak lebih
dari 2,0% dihitung sebagai dekstrosa. Terjadi
endapan coklat kemerahan Larutan uji tidak lebih D-Glukopiranosil-D-glusitol [585-88-6]
keruh dari Larutan baku. C12H24O11 BM 344,31
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Maltitol mengandung tidak kurang dari 92,0% dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada tidak lebih dari 100,5% D-malitol (C12H24O11) yang
Kromatografi <931>. dihitung terhadap zat anhidrat. Jumlah gula total,
Fase gerak Air, awaudarakan. alkohol polihidrat lainnya, dan poliol anhidrida jika
Larutan baku Timbang saksama sejumlah terdeteksi, tidak termasuk dalam persyaratan atau
Laktitol BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih dalam jumlah yang dihitung berdasarkan Cemaran
kurang 10 mg per mL. umum <461>.
Larutan Uji Timbang seksama sejumlah zat B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 10 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
mg per g. diperoleh pada Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja C Dietilen glikol dan etilen glikol Masing-masing
tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias dan tidak lebih dari 0,10%. Lakukan penetapan dengan
kolom 7,8 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L34. cara Kromatografi gas seperti tertera pada
Laju aliran 0,5 mL per menit. Pertahankan suhu Kromatografi <931>.
kolom 60 ± 2° dan suhu detektor 35°. Pengencer Campuran aseton P:air (96:4).
Uji Kesesuaian Sistem Lakukan kromatografi Larutan baku persediaan Timbang saksama
terhadap 10 µL Larutan kesesuaian sistem dan secara terpisah sejumlah Dietilen glikol BPFI dan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur semua Etilen glikol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu pengencer hingga diperoleh kadar masing-masing
retensi relatif maltitol dan sorbitol berturut-turut 0,05 mg per mL.
0,48 dan 1,0; resolusi, R tidak lebih dari 2,0 antara Larutan baku internal persediaan 0,5 mg per mL
maltitol dan sorbitol, simpangan baku relatif tidak 1,3-butanadiol (baku internal) dalam pengencer.
lebih dari 2,0%. Larutan baku 0,04 mg per mL Dietilen glikol
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah BPFI, 0,04 mg per mL Etilen glikol BPFI, dan 0,04
volume sama (10 µL) Larutan baku dan Larutan uji, mg per mL 1,3-butanadiol, dalam pengencer, dibuat
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dari Larutan baku persediaan dan Larutan baku
utama. Hitung persentase D-maltitol (C12H24O11) internal persediaan.
dengan rumus: Larutan uji Pindahkan 1,0 g zat ke dalam labu
tentukur 25-mL. Tambahkan 1,0 mL air ke dalam
𝑟𝑈 𝐶𝑆 100 labu, dan aduk menggunakan pengocok vorteks
( )×( )×[ ] × 100 selama 3 menit. Tambahkan 2,0 mL Larutan baku
𝑟𝑆 𝐶𝑈 (100 − 𝑊)
internal persediaan dan 5 mL Pengencer, dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak campur dengan pengocok vorteks selama 3 menit.
maltitol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS Tambahkan sisa Pengencer ke dalam labu tentukur
adalah kadar Maltitol BPFI dalam mg per g Larutan sampai tanda dalam dua bagian yang sama. Campur
baku; CU adalah kadar Maltitol dalam mg per g isinya selama sekitar 3 menit setelah setiap
Larutan uji sesuai dengan bobot yang ditimbang; W penambahan Pengencer. Pipet beningan, saring
adalah persentase kadar air. melalui penyaring nilon dengan porositas 0,45 μm,
buang 2 mL filtrat pertama.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah [Catatan Gunakan aseton P untuk mengendapkan
yang tertutup rapat. sorbitol]
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala, kolom leburan silika
Tambahan Monografi 0,32 mm x 15 m dilapisi 0,25 µm fase diam G46 dan
LARUTAN MALTITOL dideaktivasi dengan lapisan wol kaca. Gas pembawa
Maltitol Solution adalah helium P, dengan perbandingan split 10 : 1
dan laju alir lebih kurang 3,0 mL per menit.
Larutan Maltitol adalah Larutan air yang Pertahankan suhu injektor pada 240° dan suhu
mengandung tidak kurang dari 50,0% D-maltitol detektor 300°. Atur suhu kolom seperti tabel di
(C12H24O11) (b/b) dan tidak lebih dari 8,0% D- bawah ini:
sorbitol (C6H14O6) (b/b), yang dihitung terhadap zat
anhidrat. Suhu Kenaikan Suhu Pertahankan
awal suhu akhir suhu akhir
(°) (° per menit) selama (menit)
Baku pembanding Maltitol BPFI; tidak boleh 70 - 70 2
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat; 70 50 300 5
Dietilen glikol BPFI; Etilen glikol BPFI; Sorbitol
BPFI. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Identifikasi pada Prosedur: resolusi, R, antara etilen glikol dan
A. Encerkan 1,4 g zat dalam 75 mL air. Pipet 3 1,3-butanadiol tidak kurang dari 15.
mL larutan ke dalam tabung reaksi 15 cm, [Catatan Lihat tabel waktu retensi relatif di bawah.
tambahkan 3 mL larutan katekol P (1 dalam 10) Waktu retensi relatif disediakan untuk informasi
yang dibuat segar, dan campur. Tambahkan 6 mL saja, dan baku harus digunakan untuk memastikan
asam sulfat P, dan aduk, panaskan pada nyala api identifikasi puncak yang tepat.]
dengan hati-hati selama sekitar 30 detik: terjadi
warna merah muda gelap atau merah anggur. Nama Waktu Retensi Relatif
Etilen Glikol 1,0
- 20 -
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata. Bobot
tidak lebih dari 1,2 untuk maltitol dan sorbitol dan molekul rata-rata menambah kelarutan dalam air,
simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%. tekanan uap, higroskopisitas, dan mengurangi
[Catatan Waktu retensi relatif untuk maltotriitol, kelarutan dalam pelarut organik, suhu beku, berat
maltitol, dan sorbitol berturut-turut adalah 0,38, jenis, suhu nyala dan naiknya kekentalan.
0,48, dan 1,0.] Bentuk cair umumnya jernih dan berkabut, cairan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kental, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna,
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan agak higroskopik, bau khas lemah.
Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons Bentuk padat biasanya praktis tidak berbau dan
puncak utama. Hitung persentase, yang dihitung tidak berasa, putih, licin seperti plastik mempunyai
terhadap zat anhidrat, C12H24O11 dan C6H14O6 konsistensi seperti malam, serpihan butiran atau
dengan rumus: serbuk, putih gading.
Pada tabel di bawah ini menunjukkan suhu beku
𝑟𝑈 𝐶𝑆 100 rata-rata, sesuai sifat pada umumnya dari masing-
( )×( )×[ ] × 100 masing mutu.
𝑟𝑆 𝐶𝑈 (100 − 𝑊)
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak D- Bobot molekul nominal Suhu beku rata-rata
maltitol atau D-sorbitol dari Larutan uji dan Larutan polietilen glikol (º)
baku; CS adalah kadar D-maltitol BPFI atau D-
300 -11
sorbitol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
400 6
adalah kadar Larutan Maltitol dalam mg per mL 600 20
dalam Larutan uji; W adalah persentase dalam uji 900 34
untuk air: Tidak kurang dari 50,0% D-maltitol (b/b) 1000 38
dan tidak lebih dari 8,0% D-sorbitol (b/b), yang 1450 44
dihitung terhadap zat anhidrat. 3350 56
4500 58
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah 8000 60
yang tertutup baik.
Kelarutan Bentuk cair bercampur dengan air,
bentuk padat mudah larut dalam air, larut dalam
POLIETILEN GLIKOL aseton, dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam
PEG etilen glikol monoetil eter, dalam etil asetat dan
dalam toluena; tidak larut dalam eter dan dalam
Makrogol
heksana.
Polyethylene Glycol
Tambahan persyaratan
Baku pembanding Dietilen glikol BPFI. Etilen
glikol BPFI.
600 9,9 hingga 11,3 2800 60 hingga 83 gas pembawa. Laju alir lebih kurang 50 mL per
700 11,5 hingga 13,0 2900 64 hingga 88 menit.
800 12,5 hingga 14,5 3000 67 hingga 93
900 15,0 hingga 17,0 3250 73 hingga 105 Prosedur Suntikkan lebih kurang 2 µL Larutan
1000 16,0 hingga 19,0 - - baku ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan
1100 18,0 hingga 22,0 3500 87 hingga 123 detektor ionisasi nyala. Rekam kromatogram dan
1200 20,0 hingga 24,5 3750 99 hingga 140 ukur respons puncak. Etilen glikol tereluasi lebih
1300 22,0 hingga 27,5 4000 110 hingga 158
1400 24 hingga 30 4250 123 hingga 177 dahulu, diikuti dengan dietilen glikol. Hitung
1450 25 hingga 32 4500 140 hingga 200 persentase etilen glikol dalam zat dengan rumus:
1500 26 hingga 33 4750 155 hingga 228
1600 28 hingga 36 5000 170 hingga 250 𝑟𝑢1 𝐶𝑠1
1700 31 hingga 39 5500 206 hingga 315 ( ) ( ) 100
1800 33 hingga 42 6000 250 hingga 390 𝑟𝑠1 𝐶𝑈
1900 35 hingga 45 6500 295 hingga 480
2000 38 hingga 49 7000 350 hingga 590 ru1 adalah respons puncak etilen glikol dalam
2100 40 hingga 53 7500 405 hingga 735
2200 43 hingga 56 8000 470 hingga 900 Larutan uji; rs1 adalah respons puncak etilen glikol
2300 46 hingga 60 - - dalam Larutan baku; Cs1 adalah kadar etilen glikol
dalam mg per mL Larutan baku; Cu adalah kadar zat
Hilangkan persyaratan dalam mg pe mL Larutan uji berdasarkan bobot
Cemaran senyawa organik mudah menguap yang ditimbang.
<471> Metode IV Memenuhi syarat untuk benzen,
kloroform, metilen dan trikloroetilena. Hitung persentase dietilen glikol dengan rumus:
Campur larutan ini dengan 25,0 mL asetonitril P cair ke dalam gelas piala 100 mL yang didinginkan
yang baru didestilasi dalam labu Erlenmeyer 125 dalam es. Menggunakan siring kromatografi kedap
mL bersumbat kaca. gas yang sudah didinginkan dalam lemari pendingin,
Larutan blangko Campuran 15,0 mL larutan pindahkan 57 µL etilen oksida cair setara dengan
Serium(IV) amonium nitrat dan 10,0 mL asetonitril 50,0 mg etilen oksida, masukkan ke dalam
yang baru didestilasi-air (1:1). campuran vial “headspace”, campur. Pindahkan 2
Larutan Baku Pipet 10,0 mL Larutan baku mL larutan menggunakan siring ke dalam gelas
persediaan masukkan ke dalam larutan Serium(IV) piala 5 mL. Pindahkan 1,0 mL larutan ke dalam labu
amonium nitrat 15,0 mL, tetapkan serapan larutan tentukur 100-mL, encerkan dengan “Stripped”
baku dalam waktu 2 sampai 5 menit pada panjang Polietilen glikol 400 sampai tanda. Pipet 10,0 mL
gelombang serapan maksimum 450 nm. Gunakan larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
Larutan blangko. mL, encerkan dengan“Stripped” Polietilen glikol
Larutan uji Pipet 10,0 mL larutan uji persediaan 400 sampai tanda, campur, diperoleh larutan baku
masukkan ke dalam larutan Serium(IV) amonium dengan kadar 10 µg per g untuk etilen oksida dan
nitrat 15,0 mL, tetapkan serapan larutan baku dalam 1,4-dioksan. Pipet 1,0 mL larutan baku, masukkan
waktu 2 sampai 5 menit pada panjang gelombang ke dalam vial “headspace” 22-mL, segel dengan
serapan maksimum 450 nm. Gunakan Larutan septum silikon.
blangko. Larutan Kesesuaian sistem Masukkan 4,90 g
Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan “Stripped” Polietilen glikol 400 ke dalam vial
baku. “headspace” 22-mL. Pipet 50 µL asetaldehida P
masukkan ke dalam vial. Menggunakan prosedur
Perubahan pada Larutan baku, masukkan 50,0 µL etilen oksida
Etilen oksida dan 1,4-dioksan bebas Tidak lebih cair ke dalam vial. Segera sumbat dan segel vial dan
dari 10 bpj etilen oksida atau 1,4-dioksan. kocok. Pipet 1,0 mL larutan ini, masukkan dalam
“Stripped” Polietilen glikol 400 Masukkan labu tentukur 100-mL, encerkan dengan “Stripped”
sejumlah 3000 g polietilen glikol 400 ke dalam labu polietilen glikol 400 sampai tanda. Pipet 10,0 mL
alas bulat 5000 mL berleher 3 dilengkapi dengan larutan ini, dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
sebuah pengaduk, termometer, tabung dispersi gas, dengan “Stripped” polietilen glikol 400 sampai
saluran pipa vakum. Pada suhu ruang, kurangi tanda. Pipet 1,0 mL larutan kesesuaian sistem
tekanan labu dibawah 1 mmHg menggunakan masukkan ke dalam vial “headspace” 22-mL,
vakum perlahan lahan untuk menghilangkan busa. sumbat dan segel seperti pada Larutan baku.
Setelah busa habis, alirkan nitrogen P sambil Larutan uji Timbang saksama 1 g zat, masukkan
diaduk, biarkan tekanan meningkat hingga 10 ke dalam vial “headspace” 22-mL. Sumbat dan
mmHg. Lanjutkkan “stripping” paling kurang 1 segel seperti Larutan baku.
jam. Prosedur “stripping” harus diverifikasi dengan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
menyuntikkan “stripped” Polietilen glikol 400 pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas
melalui “headspace”. [catatan: nilai 10 mm adalah dilengkapi dengan “headspace autosampler”
suatu panduan. Deviasi dari nilai ini hanya penyeimbang tekanan otomatis, detektor ionisasi
mempengaruhi total waktu yang dibutuhkan untuk nyala dan kolom kapiler dari leburan silika 0,32 mm
melakukan “stripping” pada polietilen glikol 400.] x 50 m berisi bahan pengisi G27 dengan ukuran
Matikan pompa vakum, dan kembalikan tekanan partikel 5 μm sebagai fase diam. Atur suhu detektor
labu pada tekanan atmosfir sambil mengalirkan gas 250º, suhu injektor 85º, suhu kolom dari 70º hingga
nitrogen P. Singkirkan tabung dispersi gas, 250º dengan kenaikkan suhu 10º per menit dan
sementara gas masih mengalir, kemudian tutup detektor pada suhu 250º. Gunakan helium P sebagai
aliran gas. Pindahkan “Stripped” Polietilen glikol gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 2,9 mL
400 ke dalam wadah sesuai berisi gas nitrogen P per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan baku [Perhatian Etilen oksida dan 1,4- kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
dioksan beracun dan mudah terbakar. Persiapkan respons puncak seperti tertera dalam prosedur.
larutan dalam lemari asam yang berventilasi baik]. Waktu retensi relatif asetaldehida dan etilen oksida
Masukkan 4,90 g “Stripped” Polietilen glikol 400 berturut-turut 0,9 dan 1,0; resolusi antara puncak
ke dalam vial “headspace” 22-mL yang telah ditara asetaldehida dan puncak etilen oksida tidak kurang
dan dapat ditutup. Tambahkan 48 µL 1,4-dioksan dari 1,3.
setara dengan 50,0 mg 1,4-dioksan P. Tutup dan Prosedur Letakkan vial Larutan baku dan
segel. Lanjutkan penyiapan etilen oksida sebagai Larutan uji ke dalam autosampler. Panaskan vial
berikut: pada suhu 80º selama 30 menit. Suntikkan Larutan
Etilen oksida bersifat gas pada suhu ruang. Biasanya uji dan Larutan baku masing-masing 1,0 mL
disimpan dalam tabung silinder gas atau dalam menggunakan 2 ml siring kromatografi kedap gas
“metal pressure bomb” kecil. Dinginkan silinder yang telah dipanaskan dalam oven pada suhu 90º.
dalam lemari pendingin sebelum digunakan. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak.
Pindahkan sejumlah lebih kurang 5 mL etilen oksida Waktu retensi relatif etilen oksida dan 1,4-dioksan
- 24 -
Larutan Baku Timbang saksama sejumlah disegel, tambahkan sejumlah 1,4-dioksan sesuai
Dietilen glikol BPFI larutkan dengan Larutan B dengan bobot yang ditimbang.
hingga kadar 2,5 mg per mL. Lanjutkan penyiapan etilen oksida sebagai berikut:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50,0 Etilen oksida berbentuk gas pada suhu ruang.
g zat dalam 75 mL difenileter P dalam labu destilasi Biasanya disimpan dalam tabung silinder gas atau
250-mL, bila perlu dihangatkan untuk melelehkan dalam metal “pressure bomb” kecil. Dinginkan
hablur. Destilasi perlahan-lahan pada tekanan 1 silinder dalam lemari pendingin sebelum digunakan.
mmHg hingga 2 mmHg, ke dalam labu penampung Pindahkan sejumlah lebih kurang 5 mL etilen oksida
berukuran 100 mL yang mempunyai tanda ukuran cair ke dalam gelas piala 100-mL yang didinginkan
per jarak 1 mL hingga diperoleh 25 mL destilat. dalam es. Menggunakan siring kromotografi kedap
Tambahkan 20,0 mL air ke dalam destilat, kocok gas yang sudah didinginkan dalam lemari pendingin,
kuat dan biarkan lapisan memisah. Dinginkan dalam tambahkan sesuai dengan bobot yang dipindahkan.
tangas es hingga difenileter mengeras untuk Vial segera disegel dan dikocok. Encerkan larutan
memudahkan pemisahan. Saring lapisan air yang secara kuantitatif dan bertahap hingga kadar antara 5
terpisah melalui penyaring, bilas difenileter dengan sampai 20 ppm dari 2 komponen (misalnya 5, 10, 15
5,0 mL air es. Kumpulkan filtrat dan air pembilas ke dan 20 ppm). Pipet 1,0 mL masing-masing larutan
dalam labu tentukur 25-mL. Hangatkan hingga suhu masukkan ke dalam vial “headspace” 22-mL segel
ruang, encerkan dengan air sampai tanda. Campur dengan septum silikon.
larutan ini dengan 25,0 mL asetonitril P yang baru Larutan Uji Timbang 1 ± 0,01 g zat, masukkan
didestilasi dalam labu Erlenmeyer 125-mL ke dalam vial “headspace” 22-mL, segel seperti
bersumbat kaca. tertera pada Larutan baku.
Larutan blangko Larutan A-Larutan B (60:40). Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
Prosedur Pipet 10,0 mL masing-masing Larutan pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas
baku, Larutan uji, dan Larutan blangko, masukkan dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan
dalam labu 50-mL terpisah yang berisi 15,0 mL penyeimbang tekanan otomatis “headspace
Larutan A. Lakukan penetapan jumlah etilen glikol autosampler”. Kolom kapiler dari leburan silika
dan dietilen glikol dengan mengukur serapan 0,32 mm x 50 m berisi bahan pengisi G27 dengan
Larutan baku dan Larutan uji pada Panjang ukuran partikel 5 μm sebagai fase diam. Atur suhu
gelombang serapan maksimum lebih kurang 450 detektor 250º, transfer line 140º, suhu kolom dari
nm. Lakukan penetapan blangko. 70º hingga 250º dengan kenaikkan suhu 10º per
Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari serapan menit. Gunakan helium P sebagai gas pembawa
Larutan baku. dengan laju alir lebih kurang 0,8 mL per menit.
Kalibrasi Letakkan vial berisi Larutan baku
Etilen oksida dan 1,4-dioksan bebas Tidak lebih dalam “automatic sampler” dan buat urutan kerja
dari 10 bpj etilen oksida atau 1,4-dioksan. hingga tiap vial dipanaskan pada suhu 110º selama
“Stripped” MPEG 350 Masukkan sejumlah 3000 30 menit sebelum sejumlah zat yang sesuai yang
g polietilen glikol monometil eter 350 ke dalam labu diambil dari sistem “headspace autosampler”,
alas bulat 5000-mL berleher 4 dilengkapi dengan disuntikkan ke dalam kromatograf. Pasang
pengaduk, termometer, tabung dispersi gas, saluran “automatic sampler” hingga alat suntik dapat ditarik
pipa vakum, perangkap es kering; dan mantel setiap 0,3 menit, waktu penekanan 1 menit, waktu
pemanas. Pada suhu ruang, kurangi tekanan labu suntik 0,08 menit dan tekanan vial 22 psig dengan
dibawah 1 mmHg menggunakan vakum perlahan kipas vial dibuka. Dapatkan respons puncak etilen
lahan untuk menghilangkan busa. Setelah busa oksida dan 1,4-dioksan dengan waktu retesi relatif
habis, alirkan nitrogen P sambil diaduk, biarkan berturut-turut 1,0 dan 3,1. Buat kurva kalibrasi.
tekanan meningkat hingga 10 mmHg. Panaskan labu Antara 2 titik kalibrasi tidak boleh menyimpang
1300 dan menaikkan tekanan hingga 60 mmHg. lebih dari 10%.
Lanjutkkan stripping selama 4 jam, dinginkan Prosedur Letakkan vial Larutan uji ke dalam
hingga suhu ruang. Matikan pompa vakum, dan “autosampler” lakukan seperti Larutan baku.
kembalikan tekanan labu pada tekanan atmosfir Suntikkan Larutan uji ke dalam kromatograf.
sambil mengalirkan gas nitrogen P. Singkirkan Rekam kromatogram dan ukur respons puncak.
tabung dispersi gas, sementara gas masih mengalir, Hitung kadar etilen oksida atau 1,4-dioksan
kemudian tutup aliran gas. Pindahkan “Stripped” menggunakan kurva kalibrasi.
MPEG 350 dalam wadah sesuai berisi gas nitrogen
P. 2-Metoksietanol Tidak lebih dari 10 bpj 2-
Larutan baku [Perhatian Etilen oksida dan 1,4- metoksietanol.
dioksan beracun dan mudah terbakar, persiapkan “Stripped” MPEG 350 dan Larutan uji
larutan ini dalam lemari asam yang berventilasi Lakukan seperti tertera pada Batas etilen oksida dan
baik]. Timbang saksama sejumlah “stripped” 1,4-dioksan bebas.
MPEG 350 masukkan ke dalam vial yang dapat Larutan Baku [perhatian 2-metoksietanol
beracun dan mudah terbakar. Persiapkan larutan
- 27 -
ini dalam lemari asam yang berventilasi baik]. tahan panas dan kering. Kemudian tambahkan hati-
Timbang saksama sejumlah “stripped” MPEG 350 hati sejumlah zat yang telah ditimbang saksama
masukkan ke dalam vial yang dapat disegel, setara dengan bobot molekul rata-rata yang
tambahkan sejumlah 2-metoksietanol sesuai dengan diinginkan dibagi dengan 80. Sumbat botol. Dan
bobot yang ditimbang. Encerkan larutan secara bungkus dengan kantong kain.
kuantitatif dan bertahap hingga kadar antara 5 Larutan uji untuk polietilen glikol monometil
sampai 20 ppm (misalnya 5, 10, 15 dan 20 ppm). eter padat Masukkan hati-hati 25,0 mL Larutan
Pipet 1,0 mL masing-masing larutan masukkan ke anhidrida ftalat ke dalam botol bertekanan tahan
dalam vial “headspace” 22-mL segel dengan panas dan kering. Kemudian masukkan sejumlah zat
septum silikon. yang telah ditimbang saksama setara dengan bobot
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera molekul rata-rata yang diinginkan dibagi dengan 80;
pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas karena kelarutannya terbatas, jangan gunakan zat
dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan lebih dari 25 g. Tambahkan 25 mL piridina P yang
penyeimbang tekanan otomatis “headspace diambil dari botol baru atau baru didestilasi diatas
autosampler”. Kolom kapiler dari leburan silika anhidrida ftalat, goyang hingga larut sempurna.
0,53 mm x 15 m berisi bahan pengisi G16 dengan Sumbat botol dan bungkus dengan kantong kain.
ukuran partikel 1 μm sebagai fase diam. Atur suhu Prosedur Celupkan botol di dalam tangas air
detektor 275º, transfer line 140º, suhu kolom yang dipertahankan pada suhu antara 96º dan 100º
diprogram seperti pada tabel. setinggi larutan dalam botol. Angkat botol dari
tangas air setelah 5 menit, dan tanpa membuka
Suhu Kenaikan Suhu Waktu tambat pembungkus, goyang selama 30 detik agar
awal suhu akhir pada suhu akhir homogen. Panaskan dalam tangas air selama 30
50 - 50 2 menit (60 menit untuk polietilen glikol monometil
70 10 250 - eter yang mempunyai bobot molekul 3000 atau
lebih), kemudian angkat botol dari tangas, biarkan
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan dingin hingga suhu ruang. Buka tutup botol dengan
laju alir lebih kurang 15 mL per menit. hati-hati untuk melepas tekanan, keluarkan botol
Kalibrasi Letakkan vial berisi Larutan baku dari kantong, tambahkan 10 mL air, goyang.
dalam “automatic sampler” dan buat urutan kerja Tunggu 2 menit, tambahkan 0,5 mL larutan
hingga tiap vial dipanaskan pada suhu 100º selama fenolftalein P dalam piridina P (1 dalam 100).
20 menit sebelum sejumlah zat yang sesuai yang Titrasi dengan natrium hidroksida 0,5 N LV hingga
diambil dari sistem “headspace autosampler”, terjadi warna merah muda yang pertama yang
disuntikkan ke dalam kromatograf. Pasang menetap selama 15 detik, natrium hidroksida 0,5 N
“automatic sampler” hingga alat suntik dapat ditarik LV dalam mL yang diperlukan dinyatakan sebagai
setiap 0,3 menit, waktu penekanan 1 menit, waktu VS. Lakukan penetapan blangko terhadap 25,0 mL
suntik 0,08 menit dan tekanan vial 22 psig dengan Larutan anhidrida ftalat dan setiap penambahan
kipas vial dibuka. Buat kurva kalibrasi. Antara 2 piridina P ke dalam botol. Catat volume dalam mL
titik kalibrasi tidak boleh menyimpang lebih dari dari natrium hidroksida 0,5 N LV yang dinyatakan
10%. sebagai VB. Hitung bobot molekul rata-rata dengan
Prosedur Letakkan vial Larutan uji ke dalam rumus:
“autosampler” lakukan seperti Larutan baku.
Suntikkan Larutan uji ke dalam kromatograf. 𝑊
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak. 1000 ( )
𝑁(𝑉𝐵 − 𝑉𝑆 )
Hitung kadar 2-metoksietanol menggunakan kurva
kalibrasi. W adalah bobot zat (mg) dalam larutan uji sesuai
dengan bobot yang ditimbang; N adalah normalitas
larutan natrium hidroksida 0,5 N LV; VB adalah
Penetapan kadar volume natrium hidroksida 0,5 N LV dalam mL
Bobot molekul rata-rata yang diperlukan oleh blangko; VS adalah volume
Larutan anhidrida ftalat Masukkan 49,0 g natrium hidroksida 0,5 N LV dalam mL yang
anhidrida ftalat P ke dalam botol cokelat, dan diperlukan oleh zat.
larutkan dalam 300 mL piridina P yang diambil dari
botol baru atau baru didestilasi diatas anhidrida Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
ftalat. Kocok kuat hingga larut sempurna. rapat.
Tambahkan 7 g imidazol P, goyang hati-hati agar
larut, dan biarkan selama 16 jam sebelum Penandaan Pada etiket dicantumkan bobot molekul
digunakan. nominal rata-rata dari polietilen glikol monometil
Larutan uji untuk polietilen glikol monometil eter.
eter cair Masukkan hati-hati 25,0 mL Larutan
anhidrida ftalat ke dalam botol bertekanan yang
- 28 -
PROPILEN GLIKOL
Propylene Glycol Suhu Kenaikan Suhu Waktu suhu akhir
awal suhu akhir dipertahankan
(º) (º per menit) (º) (menit)
100 - 100 4
100 50 120 10
120 50 220 6
rU adalah respons puncak propilen glikol dari Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 1,0%.
Larutan uji; ∑ri adalah jumlah respons puncak Lakukan penetapan menggunakan campuran
masing-masing cemaran individual tidak termasuk metanol P-metilen klorida P (1:1) untuk
udara dan air dari zat uji. menggantikan metanol P dalam wadah titrasi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Abu total Tidak lebih dari 0,1%. Timbang saksama
rapat. lebih kurang 2-4 g zat, masukkan ke dalam krus
yang telah ditara, pijarkan perlahan hingga suhu
lebih kurang 675±25°, hingga bebas dari karbon,
- 30 -
dinginkan pada desikator, timbang. Jika abu bebas Bilangan penyabunan Antara 230 dan 250.
karbon tidak diperoleh, basahkan arang dengan air Lakukan penetapan seperti tertera pada Lemak dan
panas, kumpulkan residu yang tidak larut dalam minyak lemak <491>.
kertas penyaring bebas abu. Pijarkan kembali residu
dan kertas penyaring hingga abu berwarna putih Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
atau hampir putih, saring. Tambahkan filtrat, uapkan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
hingga kering. Pijarkan hingga suhu lebih kurang Kromatografi <931>.
675±25°. Jika abu bebas karbon tetap tidak Fase gerak Tetrahidrofuran P.
diperoleh, dinginkan krus, tambahkan 15 ml etanol Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200
P, hancurkan arang dengan pengaduk kaca, bakar mg zat masukkan ke dalam wadah yang sesuai.
etanol dan pijarkan kembali hingga suhu lebih Larutkan dengan 5 mL tetrahidrofuran P.
kurang 675±25°, dinginkan dalam desikator, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
timbang abu dan hitung persentase abu total dari tinggi dilengkapi dengan detektor indeks refraksi
bobot zat yang digunakan. dan kolom 7 mm x 60 cm yang berisi bahan pengisi
L21 dengan ukuran partikel 5 µm 100 Å. [Catatan:
Propilen glikol Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan Dua atau tiga kolom 7-mm x 30-cm L21 dapat
penetapan seperti yang tertera pada Penetapan digunakan sebagai pengganti kolom berukuran 60-
kadar cm, asalkan persyaratan kesesuaian sistem
Fase gerak, Larutan uji, dan Sistem dipenuhi.] Pertahankan suhu detektor dan kolom
kromatografi seperti tertera pada Penetapan Kadar. pada 40º dan laju alir 1 mL per menit.
Larutan baku persediaan Larutkan Propilen Kesesuaian sistem Lakukan kromatografi
glikol BPFI dalam tetrahidrofuran P hingga kadar 4 terhadap 40 µL larutan uji, rekam kromatogram dan
mg per mL. ukur respons puncak utama seperti tertera pada
Larutan baku Pipet 0,25; 0,5; 1,0; dan 2,5 mL Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih dari
Larutan baku persediaan masukkan ke dalam empat 1,0% dihitung terhadap puncak monoester. Diester
labu 15-mL terpisah, dan encerkan dengan tereluasi lebih dahulu, diikuti monoester dan
tetrahidrofuran P hingga 5 mL. Pada labu kelima, propilen glikol.
pipet 5,0 mL Larutan baku persediaan. Prosedur Lakukan kromatografi terhadap 40 µL
Prosedur Lakukan kromatografi terhadap larutan uji, rekam kromatogram ukur respons
Larutan baku dan Larutan uji, rekam kromatogram puncak utama. Hitung persentase monoester atau
dan ukur respons puncak. Buat kurva kalibrasi diester dalam bagian zat yang diambil:
respon puncak Larutan baku terhadap kadar
propilen glikol dalam mg per mL. Dari kurva yang 𝑟𝑈
( ) × (100 − 𝐷)
diperoleh hitung kadar propilen glikol dalam mg per 𝑟𝑇
mL Larutan uji.
rU adalah respons puncak untuk monoester atau
Bilangan asam Tidak lebih dari 4. Lakukan diester, rT adalah jumlah respons puncak monoester
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak dan diester, D adalah jumlah persentase kadar
lemak <491>. propilen glikol dan asam lemak bebas. Hitung
persentase asam lemak bebas dengan rumus:
Komposisi asam lemak Menunjukkan komposisi
asam lemak seperti tertera pada tabel. Lakukan 𝐴
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak × 200
561,1
lemak <491>.
A adalah bilangan asam.
Tabel
Asam Lemak Panjang Persentase Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Rantai- (%) yang tertutup baik dan terlindung dari kelembaban.
Karbon
Asam kaprilat C8 Tidak lebih dari 0,5
Asam kaprat C10 Tidak lebih dari 2,0
Asam laurat C12 Tidak kurang dari 95,0 SORBITOL
Asam miristat C14 Tidak lebih dari 3,0 Sorbitol
Asam palmitat C16 Tidak lebih dari 1,0
D-glusitol [50-70-4]
- 31 -
terang. Biarkan lapisan memisah, gunakan lapisan Larutan resolusi Larutkan manitol dan Sorbitol
metil isobutil keton. BPFI dalam air hingga kadar masing-masing larutan
Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji secara lebih kurang 4,8 mg per mL.
berurutan pada garis emisi 232,0 nm dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi Sorbitol BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih
dengan lampu “hollow” katoda nikel, menggunakan kurang 4,8 mg per mL.
nyala asetilen–udara. Lakukan penetapan blangko. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,10
Secara berurutan ukur serapan lapisan organik dari g zat masukkan ke dalam wadah yang sesuai,
Larutan baku dan Larutan uji masing-masing triplo. larutkan dalam 20 mL air. Timbang bobot akhir dan
Rekam rata-rata pembacaan tetap untuk masing- campur.
masing Larutan baku dan Larutan uji. Di antara setiap Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pengukuran, bilas dengan lapisan organik Larutan tinggi dilengkapi dengan detektor indeks refraktif
blangko, dan pastikan pembacaan kembali ke nol. Buat yang suhunya dipertahankan tetap 35° dan kolom
kurva kalibrasi serapan Larutan baku dan Larutan uji 7,8 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L34. Suhu
terhadap jumlah nikel yang ditambahkan. Dari kurva kolom dipertahankan 50°±2° dan laju alir lebih
kalibrasi diperoleh kadar nikel, Ni, dalam bpj Larutan kurang 0,7 mL per menit. Lakukan kromatografi
uji. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Perubahan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Gula mereduksi Timbang 3,3 g zat masukkan ke tidak lebih dari 2,0%. Dengan cara yang sama
dalam wadah yang sesuai. Larutkan dengan 3 mL air lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi:
dengan bantuan pemanasan. Tambahkan 20 mL waktu retensi relatif manitol dan sorbitol berturut-
tembaga (II) sitrat LP dan tambahkan beberapa turut 0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak sorbitol
manik kaca. Panaskan dengan mengatur suhu hingga dan manitol tidak kurang dari 2,0.
waktu yang dibutuhkan untuk mendidih adalah 4 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
menit, dan didihkan selama 3 menit. Dinginkan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
segera dan tambahkan 40 mL asam asetat encer LP, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
60 mL air dan 20 mL iodum 0,05 N LV. Dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
pengocokan terus menerus, tambahkan 25 mL Hitung presentase sorbitol, C6H14O6, dihitung
campuran asam asetat P:air (6:94). Jika endapan terhadap zat anhidrat dalam zat yang digunakan
telah larut, titrasi kelebihan iodum dengan natrium dengan rumus:
tiosulfat 0,05 N LV dan tambahkan 2 mL kanji LP
pada akhir tirasi sebagai indikator: natrium tiosulfat 𝑟𝑈 𝐶𝑆 100
0,05 N LV yang digunakan tidak kurang dari 12,8 ( )×( )× × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 (100 − 𝑊)
mL; menunjukkan gula mereduksi, terhadap zat
anhidrat sebagai glukosa tidak lebih dari 0,3%. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak zat
dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Hilangkan persyaratan kadar Sorbitol BPFI yang digunakan dalam mg per
Gula total Masukkan 2,1 g ke dalam labu 250 mL mL Larutan Baku; CU adalah kadar zat dalam mg
bertutup asah, tambahkan 40 mL asam hidroklorida per mL Larutan Uji; W adalah hasil perhitungan
0,1 N, refluks selama 4 jam. Pindahkan larutan ke Air dalam persen.
dalam gelas piala 400 mL, bilas labu dengan lebih
kurang 10 mL air, netralkan dengan natrium Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
hidroksida 6 N, dan lanjutkan pengujian seperti rapat.
tertera pada Gula mereduksi, mulai dengan
“Tambahkan 50 mL tembaga (II) tartrat alkali LP”: Tambahan persyaratan
bobot tembaga (I) oksida tidak lebih dari 50 mg. Penandaan Jika digunakan untuk sediaan
parenteral, pada etiket dicantumkan untuk
Tambahan persyaratan penggunaan parenteral.
Penghitungan mikroba <52> dan Uji mikroba
spesifik <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
dari 103 unit koloni per g; Angka Kapang Khamir
tidak lebih dari 102 unit koloni per g.
Tambahan Monografi
Perubahan LARUTAN SORBITOL
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Sorbitol Solution
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Larutan Sorbitol mengandung tidak kurang dari
Fase gerak Air, awaudarakan. 64,0% C6H14O6.
- 33 -
Pemerian Cairan sirup, jernih; tidak berwarna; tidak Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
berbau; mempunyai rasa manis; terkadang terpisah rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
menjadi masa hablur. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
etilen glikol dan dietilen glikol tidak kurang dari 30.
Kelarutan Bercampur dengan air, alkohol, gliserin Etilen glikol tereluasi lebih dahulu, diikuti dengan
dan propilen glikol, bersifat netral terhadap kertas dietilen glikol.
lakmus P. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan
Baku pembanding Sorbitol BPFI; bersifat Larutan uji ke dalam kromatograf dan rekam
higroskopis. Kerjakan di tempat kering. Simpan kromatogram. Bandingkan respons puncak etilen
pada wadah tertutup rapat; Dietilen glikol BPFI; glikol dan dietilen glikol pada Larutan baku dan
Etilen glikol BPFI Larutan uji.
Respons puncak dietilen glikol pada Larutan uji
Identifikasi tidak lebih dari respons puncak dietilen glikol pada
A. Encerkan 1,4 g zat dalam 75 mL air. Pipet 3 Larutan baku, menunjukkan dietilen glikol pada
mL larutan ke dalam tabung reaksi 15-cm Larutan uji tidak lebih dari 0,10%.
tambahkan 3 mL larutan katekol P (1 dalam 10) Respons puncak etilen glikol pada Larutan uji tidak
yang dibuat segar, campur. Tambahkan 6 mL asam lebih dari respons puncak etilen glikol pada Larutan
sulfat P, campur. Panaskan perlahan di atas api baku, menunjukkan etilen glikol pada Larutan uji
selama 30 detik: terjadi warna merah muda gelap tidak lebih dari 0,10%.
atau merah anggur.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Air <1031> Metode I antara 28,5 dan 31,5%.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%
C. Dietilen glikol dan Etilen glikol Masing- Lakukan penetapan menggunakan 2 g zat anhidrat.
masing tidak lebih dari 0,10%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Nikel Tidak lebih dari 1 bpj, dihitung terhadap zat
Kromatografi <931>. anhidrat. Lakukan penetapan menggunakan
Pengencer Campuran aseton P:air (96:4) Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama secara terpisah Spektofotometri dan hamburan cahaya <1191>.
sejumlah Dietilen glikol BPFI dan Etilen glikol Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20,0
BPFI, larutkan dan encerkan dengan pengencer g zat, masukkan dalam labu tentukur 100-mL,
hingga diperoleh kadar masing-masing 0,08 mg per larutkan dan encerkan asam asetat encer LP sampai
mL. tanda.
Larutan uji Timbang 2 g zat masukkan ke dalam Larutan blangko Gunakan 100 mL asam asetat
labu tentukur 25-mL. Tambahkan 1 mL larutan encer LP.
pengencer, kocok menggunakan pengocok vorteks Larutan baku nikel LP Timbang saksama lebih
selama 3 menit. Tambahkan Pengencer hingga 3 kurang 4,78 g nikel(II) sulfat heptahidrat P,
bagian volume. Tiap penambahan Pengencer, kocok masukkan dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan
kembali dengan vorteks selama 3 menit. Tambahkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Segera
Pengencer sampai tanda. Pipet beningan, saring sebelum digunakan, pipet 10,0 mL larutan ini ke
melalui penyaring nilon dengan porositas 0,45 μm, dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dan
buang 2 mL filtrat pertama. encerkan dengan air sampai tanda. [Larutan baku
[Catatan Gunakan aseton P untuk mengendapkan nikel LP juga tersedia secara komersial]
sorbitol] Larutan baku Buat tiga seri larutan baku. Pipet
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi secara terpisah masing-masing 0,5; 1,0; dan 1,5 mL
dengan detektor ionisasi nyala, kolom leburan silika Larutan baku nikel LP, masukkan ke dalam labu
0,32 mm x 15 m dilapisi 0,25 µm fase diam G46 tentukur 100-mL, masing-masing tambahkan 20,0 g
dan dideaktivasi dengan lapisan wol kaca. Gas zat, encerkan dengan asam asetat encer LP sampai
pembawa adalah helium P, dengan perbandingan tanda.
split 10 : 1 dan laju alir lebih kurang 3,0 mL per Prosedur Pada tiap Larutan uji, Larutan blangko
menit. Pertahankan suhu injektor pada 240° dan dan Larutan baku, tambahkan 2,0 mL larutan jenuh
suhu detektor 300°. Atur suhu kolom seperti tabel di amonium pirolidinditiokarbamat P (lebih kurang 10
bawah ini: g per liter) dan 10,0 mL metil isobutil keton P,
kocok selama 30 detik terlindung dari cahaya
Suhu Kenaikan Suhu Pertahankan terang. Biarkan lapisan memisah, gunakan lapisan
awal suhu akhir suhu akhir metil isobutil keton.
(°) (° per menit) selama (menit) Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji secara
70 - 70 2 berurutan pada garis emisi 232,0 nm dengan
70 50 300 5 spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi
- 34 -
dengan lampu “hollow” katoda nikel, menggunakan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
nyala asetilen–udara. Lakukan penetapan blangko. tidak lebih dari 2,0%. Dengan cara yang sama
Secara berurutan ukur serapan lapisan organik dari lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan baku dan Larutan uji masing-masing triplo. sistem: waktu retensi relatif manitol dan sorbitol
Rekam rata-rata pembacaan tetap untuk masing- berturut-turut adalah 0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara
masing Larutan baku dan Larutan uji. Di antara setiap puncak sorbitol dan manitol tidak kurang dari 2,0.
pengukuran, bilas dengan lapisan organik Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
blangko, dan pastikan pembacaan kembali ke nol. Buat volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
kurva kalibrasi serapan Larutan baku dan Larutan uji dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
terhadap jumlah nikel yang ditambahkan. Dari kurva kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kalibrasi diperoleh kadar nikel, Ni, dalam bpj Larutan Hitung presentasi D-sorbitol, C6H14O6, dalam zat
uji. yang di gunakan dengan rumus:
Konduktivitas Tidak lebih dari 10 µS per cm. Larutan Sorbitol Sorbitan mengandung tidak kurang
Kalibrasi alat menggunakan baku pembanding dari 25,0% C6H14O6 dan tidak kurang dari 15,0%
bersertifikat 10 µS per cm. Lakukan penetapan C6H12O5 dihitung terhadap zat anhidrat.
menggunakan zat yang tidak diencerkan sambil
diaduk perlahan menggunakan pengaduk magnetik. Pemerian Cairan sirup, jernih; tidak berwarna
hingga kuning muda; tidak berbau; rasa manis.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kelarutan Bercampur dengan air, etanol, gliserin
Kromatografi <931>. dan propilen glikol, tidak larut dalam minyak
Fase gerak Gunakan air yang sudah mineral dan minyak sayur.
diawaudarakan.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan secara Baku pembanding Sorbitol BPFI Higroskopis,
terpisah sejumlah manitol dan Sorbitol BPFI dalam penanganan pada tempat kering, simpan dalam wadah
air hingga kadar masing-masing larutan lebih tertutup rapat; 1,4-Sorbitan BPFI Simpan dalam
kurang 4,8 mg per mL. wadah tertutup rapat, higroskopis diatas 50%
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kelembaban relatif; Dietilen glikol BPFI; Etilen
Sorbitol BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih glikol BPFI.
kurang 4,8 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat Identifikasi
encerkan, larutkan dengan air hingga kadar lebih A. Encerkan 1,4 g zat dalam 75 mL air. Pipet 3
kurang 6,0 mg per mL. mL larutan ke dalam tabung reaksi 15-cm
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tambahkan 3 mL larutan katekol P (1 dalam 10)
tinggi dilengkapi dengan detektor indeks refraktif yang dibuat segar, campur. Tambahkan 6 mL asam
yang suhunya dipertahankan tetap 35° dan kolom sulfat P, campur. Panaskan perlahan di atas api
7,8 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L34. Suhu selama 30 detik: terjadi warna merah muda gelap
kolom dipertahankan 50°±2° dan laju alir lebih atau merah anggur.
kurang 0,7 mL per menit. Lakukan kromatografi B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: diperoleh pada Penetapan kadar.
- 35 -
segera dan tambahkan 40 mL asam asetat encer LP, baku pembanding yang digunakan dalam mg per g
60 mL air dan 20 mL iodum 0,05 N LV. Dengan Larutan Baku; CU adalah kadar zat dalam mg per g
pengocokan terus menerus, tambahkan 25 mL Larutan Uji; W adalah hasil perhitungan kadar Air
campuran asam asetat P:air (6:94). Jika endapan dalam persen.
telah larut, titrasi kelebihan iodum dengan natrium
tiosulfat 0,05 N LV dan tambahkan 2 mL kanji LP Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pada akhir tirasi sebagai indikator: natrium tiosulfat baik.
0,05 N LV yang digunakan tidak kurang dari 12,8
mL; menunjukkan gula mereduksi, terhadap zat
Penandaan Pada etiket cantumkan persentase air,
anhidrat sebagai glukosa tidak lebih dari 0,3%.
pada zat anhidrat, D-Sorbitol dan 1,4-sorbitan.
Penghitungan mikroba <52> dan Uji mikroba
spesifik <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
dari 103 unit koloni per mL; Angka Kapang Khamir Tambahan Monografi
tidak lebih dari 102 unit koloni per mL. LARUTAN SORBITOL TANPA HABLUR
Noncrystallizing Sorbitol Solution
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan Sorbitol tanpa Hablur mengandung tidak
Kromatografi <931>. kurang dari 45,0% (b/b) C6H14O6.
Fase gerak Air, awaudarakan.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan secara Baku pembanding Sorbitol BPFI Higroskopis,
terpisah sejumlah sorbitol; 1,4-sorbitan; isosorbid penanganan pada tempat kering, simpan dalam wadah
dan manitol dalam air hingga kadar larutan berturut- tertutup rapat; Dietilen glikol BPFI; Etilen glikol
turut lebih kurang 10; 4; 4; dan 1 mg per g. BPFI
Larutan baku Larutkan secara terpisah sejumlah
Sorbitol BPFI dan 1,4-Sorbitan BPFI, dalam air Identifikasi
hingga kadar larutan berturut-turut 10 dan 4 mg per A. Encerkan 1,4 g zat dalam 75 mL air. Pipet 3
g. mL larutan ke dalam tabung reaksi 15-cm
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 400 tambahkan 3 mL larutan katekol P (1 dalam 10)
mg zat masukkan kedalam wadah yang sesuai. yang dibuat segar, campur. Tambahkan 6 mL asam
Larutkan dan encerkan dengan air sampai sekitar 20 sulfat P, campur. Panaskan perlahan di atas api
g. Timbang bobot akhir larutan, dan campur. selama 30 detik: terjadi warna merah muda gelap
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja atau merah anggur
tinggi dilengkapi dengan detektor indeks refraktif B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
yang suhunya dipertahankan tetap 35° dan kolom Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
7,8 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L34. Suhu diperoleh pada Penetapan kadar.
kolom dipertahankan 50°±2° dan laju alir lebih C. Dietilen glikol dan Etilen glikol Masing-
kurang 0,6 mL per menit. Lakukan kromatografi masing tidak lebih dari 0,10% Lakukan penetapan
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Kromatografi <931>.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Pengencer Campuran aseton P:air (96:4)
tidak lebih dari 2,0%. Dengan cara yang sama Larutan baku Timbang saksama secara terpisah
lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi: sejumlah Dietilen glikol BPFI dan Etilen glikol
waktu retensi relatif 1,4-sorbitan; isosorbid; manitol BPFI, larutkan dan encerkan dengan pengencer
dan sorbitol berturut-turut 0,35; 0,43; 0,7 dan 1,0; hingga diperoleh kadar masing-masing 0,08 mg per
resolusi, R, antara puncak 1,4-sorbitan dan isosorbid mL.
tidak kurang dari 2,0. Larutan uji Timbang 2 g zat masukkan ke dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah labu tentukur 25-mL. Tambahkan 1 mL larutan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku pengencer, kocok menggunakan pengocok vorteks
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam selama 3 menit. Tambahkan pengencer hingga 3
kromatogram dan ukur respons puncak utama. bagian volume. Tiap penambahan pengencer, kocok
Hitung persentase 1,4-sorbitan C6H12O5 dan D- kembali dengan vorteks selama 3 menit. Tambahkan
sorbitol C6H14O6 secara terpisah, dalam zat yang pengencer sampai tanda. Pipet beningan, saring
digunakan dengan rumus: melalui penyaring nilon dengan porositas 0,45 μm,
buang 2 mL filtrat pertama.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 100 [Catatan Gunakan aseton P untuk mengendapkan
( )×( )× × 100 sorbitol]
𝑟𝑆 𝐶𝑈 (100 − 𝑊)
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dengan detektor ionisasi nyala, kolom leburan silika
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 0,32 mm x 15 m dilapisi 0,25 µm fase diam G46
- 37 -
dan dideaktivasi dengan lapisan wol kaca. Gas Larutan baku Buat tiga seri larutan baku. Pipet
pembawa adalah helium P, dengan perbandingan secara terpisah masing-masing 0,5; 1,0; dan 1,5 mL
split 10 : 1 dan laju alir lebih kurang 3,0 mL per Larutan baku nikel LP, masukkan ke dalam labu
menit. Pertahankan suhu injektor pada 240° dan tentukur 100-mL, masing-masing tambahkan 20,0 g
suhu detektor 300°. Atur suhu kolom seperti tabel di zat, encerkan dengan asam asetat encer LP sampai
bawah ini: tanda.
Prosedur Pada tiap Larutan uji, Larutan blangko
Suhu Kenaikan Suhu Pertahankan dan Larutan baku, tambahkan 2,0 mL larutan jenuh
awal suhu akhir suhu akhir amonium pirolidinditiokarbamat P (lebih kurang 10
(°) (° per menit) selama (menit) g per liter) dan 10,0 mL metil isobutil keton P,
70 - 70 2 kocok selama 30 detik terlindung dari cahaya
70 50 300 5 terang. Biarkan lapisan memisah, gunakan lapisan
metil isobutil keton.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji secara
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak berurutan pada garis emisi 232,0 nm dengan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi
etilen glikol dan dietilen glikol tidak kurang dari 30. dengan lampu “hollow” katoda nikel, menggunakan
Etilen glikol tereluasi lebih dahulu, diikuti dengan nyala asetilen–udara. Lakukan penetapan blangko.
dietilen glikol. Secara berurutan ukur serapan lapisan organik dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku dan Larutan uji masing-masing triplo.
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan Rekam rata-rata pembacaan tetap untuk masing-
Larutan uji ke dalam kromatograf dan rekam masing Larutan baku dan Larutan uji. Di antara setiap
kromatogram. Bandingkan respons puncak etilen pengukuran, bilas dengan lapisan organik Larutan
glikol dan dietilen glikol pada Larutan baku dan blangko, dan pastikan pembacaan kembali ke nol. Buat
Larutan uji. kurva kalibrasi serapan Larutan baku dan Larutan uji
Respons puncak dietilen glikol pada Larutan uji terhadap jumlah nikel yang ditambahkan. Dari kurva
tidak lebih dari respons puncak dietilen glikol pada kalibrasi diperoleh kadar nikel, Ni, dalam bpj Larutan
Larutan baku, menunjukkan dietilen glikol pada uji.
Larutan uji tidak lebih dari 0,10%.
Respons puncak etilen glikol pada Larutan uji tidak Gula mereduksi Timbang sejumlah zat yang setara
lebih dari respons puncak etilen glikol pada Larutan dengan 3,3 g zat anhidrat, masukkan ke dalam
baku, menunjukkan etilen glikol pada Larutan uji wadah yang sesuai. Tambahkan 3 mL air, 20 mL
tidak lebih dari 0,10%. tembaga (II) sitrat LP dan tambahkan beberapa
manik kaca. Panaskan dengan mengatur suhu hingga
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan waktu yang dibutuhkan untuk mendidih adalah 4
menggunakan larutan zat 14% (b/b) dalam air bebas menit, dan didihkan selama 3 menit. Dinginkan
karbon dioksida P. segera dan tambahkan 40 mL asam asetat encer LP,
60 mL air dan 20 mL iodum 0,05 N LV. Dengan
Air <1031> Metode I antara 28,5 dan 31,5%. pengocokan terus menerus, tambahkan 25 mL
campuran asam asetat P:air (6:94). Jika endapan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1% telah larut, titrasi kelebihan iodum dengan natrium
dihitung terhadap 2 g zat anhidrat. tiosulfat 0,05 N LV dan tambahkan 2 mL kanji LP
pada akhir tirasi sebagai indikator: natrium tiosulfat
Nikel Tidak lebih dari 1 µg per g, dihitung terhadap 0,05 N LV yang digunakan tidak kurang dari 12,8
zat anhidrat. Lakukan penetapan menggunakan mL; menunjukkan gula mereduksi, terhadap zat
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada anhidrat sebagai glukosa tidak lebih dari 0,3%.
Spektofotometri dan hamburan cahaya <1191>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20,0 Penghitungan mikroba <52> dan Uji mikroba
g zat, masukkan dalam labu tentukur 100-mL, spesifik <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
larutkan dan encerkan asam asetat encer LP sampai dari 103 unit koloni per mL; Angka Kapang Khamir
tanda. tidak lebih dari 102 unit koloni per mL.
Larutan blangko Gunakan 100 mL asam asetat
encer LP. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku nikel LP Timbang saksama lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang 4,78 g nikel(II) sulfat heptahidrat P, Kromatografi <931>.
masukkan dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan Fase gerak Gunakan air yang sudah
dan encerkan dengan air sampai tanda. Segera diawaudarakan.
sebelum digunakan, pipet 10,0 mL larutan ini ke Larutan kesesuaian sistem Larutkan secara
dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dan terpisah sejumlah manitol dan Sorbitol BPFI dalam
encerkan dengan air sampai tanda. [Larutan baku
nikel LP juga tersedia secara komersial]
- 38 -
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
berbagai kelompok usia. Contoh perhitungan dan 8.20 11.00 SCAN 0,3 29 400 -
8.20 11.00 SIM 0,3 - - Ion Target
Tabel diatas dapat digunakan sebagai orientasi 31
dalam melakukan perhitungan. Ion
Referensi
33, 62
11.01 16.00 SCAN 0,3 29 400
Metode 11.10 16.00 SIM 0,3 - - Ion Target
45
Ion
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar Referensi
cemaran EG dan DEG dalam sediaan sirup secara 75, 31
𝑥×𝐹
× 𝐵𝐽
1000 × 𝐵𝑈