1
Ind
s
SUPLEMEN I
FARMAKOPE
INDONESIA
EDISI VI
2022
615.1
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. DIrektorat Jenderal
s Kefarmasian dan Alat Kesehatan
ISBN 978-623-301-308-6
1. Judul I.PHARMACOPOEIASE
II. FORMULARIES
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkah, rahmat, dan
karunia-Nya, Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI ini dapat diselesaikan dan diterbitkan.
Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI disusun untuk melengkapi persyaratan mutu
bahan baku obat dan sediaan obat yang beredar di Indonesia, yang telah menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, khususnya dalam
standardisasi bahan baku obat, sediaan obat, metode, dan prosedur analisis, serta
perkembangan standar tingkat internasional.
Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Farmakope Indonesia Edisi VI yang telah diterbitkan pada tahun 2020, terdiri dari 109
monografi baru, 33 Monografi dengan perubahan, 24 lampiran baru dan 5 lampiran dengan
perubahan.
Penyusunan Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI dilaksanakan oleh Panitia
Penyusun Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan
RI, dan anggotanya adalah perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan, serta para pakar dari berbagai perguruan tinggi farmasi.
Dengan terbitnya Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI ini, diharapkan dapat
dijadikan sebagai suatu standar yang dapat digunakan untuk menjamin mutu obat dan bahan
obat di Indonesia sehingga dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan dan penerbitan Suplemen I
Farmakope Indonesia Edisi VI ini. Masukan, kritik, dan saran bagi penyempurnaan standar ini
di masa mendatang sangat kami harapkan.
ttd.
- iii -
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................................. .............. iii
Daftar Isi .................................................................................................................................................... iv
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/5550/2021
Tahun 2021 tentang Panitia Penyusun Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI .................................. v
Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02.31.311.01.19.03 Tahun 2019 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Penyusunan Suplemen I
Farmakope Indonesia Edisi VI ................................................................................................................... xiii
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/626/2020 Tahun
2021 tentang Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI.......................................................................... 1
Shading yang Menunjukkan Perubahan pada Farmakope.......................................................................... 4
Daftar Sediaan Umum ................................................................................................................................ 5
Daftar Monografi ....................................................................................................................................... 5
Daftar Lampiran .................................................................................................................. ....................... 7
Daftar Perubahan ....................................................................................................................................... 8
Sediaan Umum ........................................................................................................................ ................... 15
Monografi .................................................................................................................................................. 19
Lampiran .................................................................................................................................................... 278
Pereaksi, Indikator dan Larutan ................................................................................................................. 344
- iv -
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/5550/2021
TENTANG
PANITIA PENYUSUN SUPLEMEN I FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
jdih.kemkes.go.id
-2-
jdih.kemkes.go.id
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PANITIA
PENYUSUN SUPLEMEN I FARMAKOPE INDONESIA EDISI
VI.
jdih.kemkes.go.id
-4-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Agustus 2021
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI G. SADIKIN
jdih.kemkes.go.id
-5-
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/5550/2021
TENTANG
PANITIA PENYUSUN SUPLEMEN I
FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
I. Seksi-seksi
a. Tata Nama, Farmasi Umum dan Perundang-undangan
Ketua : Dra. Togi J. Hutadjulu, Apt., MHA
Anggota : 1. drg. Arianti Anaya, M.K.M
2. Dr. Dra. L. Rizka Andalusia, Apt., M.Pharm.,
M.A.R.S.
3. Dra. Tri Asti Isnariani, Apt., M.Pharm.
4. Sundoyo, S.H., M.K.M., M.Hum.
5. Reghi Perdana, S.H., L.L.M.
6. Muhammad Kashuri, S.Si, Apt., M.Farm.
7. Daryani, S.Si., M.Sc.
8. Ade Irma Haryani, S.Si, Apt.
9. Anggrida Saragih, S.Si., Apt.
jdih.kemkes.go.id
-6-
b. Biologi/Mikrobiologi
Ketua : Prof. Dr. Debbie S. Retnoningrum, Apt.
Anggota : 1. Prof. Marlia Singgih Wibowo, Ph.D., Apt.
2. Dr. Rer. Nat. Catur Riani, M.Si.
3. Juliati, S.Si., Apt., M.Biomed.
4. Dra. Elizabeth Ika Prawahju Arisetianingsih, Apt,
M.Biomed.
5. Berta Lolo Lukita, S.Si., Apt.
6. Nur Aini, S.Si., M.Sc.
7. Dra. Wiwik Ambarwati, Apt., M.Epid.
8. Maria Berlina Purba, S.Si., Apt.
9. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Si.
10. Fauziah Ridho S.Farm, M.Si
c. Farmasetika/Teknologi Farmasi
Ketua : Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA, Apt.
Anggota : 1. Drs. Sumarno, Apt.
2. Dra. Herlina Budi, Apt., M.Si
3. Dra. Tiurma Rosalyn Sidabutar, Apt
4. Dra. Muhti Okayani, Apt, M.Epid.
5. Elza Gustanti, S.Si., Apt., M.H.
6. Dra. Niza Nemara, Apt., M.Si
7. Faris Hadi Prasetyo, S.Farm, Apt
8. Sri Hayanti, S.Si, Apt. M.Epid.
9. Hetty Rieskaliana, S.Si, Apt.
10. Annisa Kamil, S.Farm., Apt
d. Farmakokinetik/Biofarmasi
Ketua : Prof. Dr. Yeyet Cahyati Sumirtapura, Apt.
Anggota : 1. Dra. Hermini Tetrasari, Apt., M.Si.
2. Dra. Widiastuti Adiputra
3. Dra. Sumaria Sudian
4. Nova Emelda, S.Si., Apt., M.S.
5. Dra. Neviyenti, Apt.
jdih.kemkes.go.id
-7-
III. Sekretariat
Ketua : Elza Gustanti, S.Si., Apt., M.H.
Wakil Ketua : El Iqbal, S.Si., Apt.
Anggota : 1. Wenny Indriasari, M.Si., Apt.
2. Eduward Gunawan, S.Si., Apt.
3. Myta Suzana, S.Si., Apt.
jdih.kemkes.go.id
-8-
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI G. SADIKIN
jdih.kemkes.go.id
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : HK.02.02.31.311.01.19.03
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM
PELAKSANA PENYUSUNAN SUPLEMEN I FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
DAN MAKANAN TENTANG PEMBENTUKAN TIM
PELAKSANA PENYUSUNAN SUPLEMEN I
FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI.
Kesatu : Membentuk dan menetapkan Tim Pelaksana
Penyusunan Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi
VI yang selanjutnya disebut Tim Pelaksana,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini.
Kedua : Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam
diktum Kesatu bertugas untuk menyusun naskah
ketentuan umum, sediaan umum, monografi, daftar
pereaksi dan lampiran yang akan dimuat dalam
Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI untuk
-3-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Januari 2019
PENNY K. LUKITO
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02.31.311.01.19.03
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENYUSUNAN SUPLEMEN
I FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
PENNY K. LUKITO
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/1111/2022
TENTANG
SUPLEMEN I FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
jdih.kemkes.go.id
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SUPLEMEN I
FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI.
jdih.kemkes.go.id
-3-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 April 2022
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI G. SADIKIN
jdih.kemkes.go.id
-4-
Shading pada teks farmakope digunakan untuk menandai bagian yang baru, mengalami perubahan, penghilangan
atau penambahan.
Jika terdapat perubahan pada suatu parameter maka pada awal parameter yang diubah dituliskan kata Perubahan.
Jika terdapat penambahan parameter, dituliskan Tambahkan persyaratan. Untuk parameter yang dihilangkan pada
awal parameter dituliskan Hilangkan persyaratan.
Contoh:
Perubahan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Tambahkan persyaratan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit Endotoksin per mg, jika pada etiket tertera amoksisilin steril
atau harus dilakukan proses sterilisasi untuk pembuatan sediaan injeksi.
Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º.
-5-
1 Imunoserum
2 Tablet
3 Vaksin
DAFTAR MONOGRAFI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PERUBAHAN
1 Imunoserum
2 Tablet
3 Vaksin
MONOGRAFI BARU
Tablet Karvedilol
Doksisiklin Hiklat Baku pembanding
Penetapan kadar Disolusi
Keseragaman sediaan
Efedrin Hidroklorida Cemaran organik
Baku pembanding Penetapan kadar
Jarak lebur (hilangkan)
Sulfat Krim Ketokonazol
Cemaran organik Cemaran organik
Penetapan kadar Penetapan kadar
Pentoksifilin
Manitol Nama kimia
Kelarutan Baku pembanding
Uji penghitungan mikroba Kesempurnaan melarut
Uji mikroba spesifik Identifikasi
Jarak lebur (hilangkan)
Metronidazol Cemaran organik
Baku pembanding Penetapan kadar
Cemaran organik
Penetapan kadar Injeksi Ranitidin
Cemaran organik
Tablet Ondansetron
Disolusi Valsartan
Definisi
Injeksi Parasetamol Baku pembanding
Cemaran organik Nitrosamin (tambahan)
LAMPIRAN BARU
<54> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Kriteria Keberterimaan Sediaan dan Bahan Baku
untuk Penggunaan Farmasi
<55> Penetapan Aktivitas Air Sediaan Nonsteril
<72> Agens Asing Dalam Vaksin Virus
<73> Uji Keberadaan Mikobakteria
<74> Uji Keberadaan Mikoplasma
<175> Penetapan Potensi Vaksin Pertusis Aselular
<1052> Penetapan Viskositas: Metode Kapiler
<1053> Penetapan Viskositas: Metode Rotasional
<1385> Metode Imunokimia
<1387> Protein Total
<1389> Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
<1391> Uji Pada Vaksin: Aluminium Dalam Vaksin Jerap
<1395> Uji Pada Vaksin: Formaldehid Bebas
<1401> Uji Pada Vaksin: Fosfor dalam Vaksin Polisakarida
<1402> Uji Pada Vaksin: Protein dalam Vaksin Polisakarida
<1403> Uji Pada Vaksin: Asam Nukleat dalam Vaksin Polisakarida
<1404> Uji Pada Vaksin: Gugus O-Asetil dalam Vaksin Polisakarida
<1405> Uji Pada Vaksin: Ribosa dalam Vaksin Polisakarida
<1406> Uji Pada Vaksin: Asam Sialat dalam Vaksin Polisakarida
- 13 -
PEREAKSI BARU
Alkalin Hidroksilamin LP Jingga metil LP
Alkalin Hidroksilamin LP1 Kalium sorbat P
Asam m-hidroksibenzoat P Natrium hidrogen karbonat LP
Asam N-Asetilneuraminat P Natrium tartrat P
Asetilkolin klorida P Oksibendazol P
Bisbenzimida P Tetrabutilamonium hidroksida 30 hidrat P
Diamonium 2,2’-azinobis (3-etilbenzotiazolin - Tetrabutilamonium hidroksida, larutan 40%
6-sulfonat) P dalam air
Dinatrium hidrogenfosfat dihidrat P Ribosa P
Etilefrin hidroklorida P Kalium dikromat LK
Fosfomolibdotungstat P
Fosfomolibdotungstat encer LP
Imunoserum adalah sediaan mengandung Protein asing Jika ditetapkan dengan uji
imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum pengendapan menggunakan imunoserum khas, hanya
hewan dengan pemurnian. Imunoserum mempunyai mengandung protein galur hewan yang digunakan.
kekuatan khas mengikat venin atau toksin yang
dibentuk oleh bakteri, atau mengikat antigen bakteri, Fenol imunoserum yang mengandung fenol
antigen virus atau antigen lain yang digunakan untuk sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%, lakukan
pembuatan sediaan. penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
Imunoserum diperoleh dari hewan sehat yang Tambahan dalam Vaksin dan Imunoserum <731>.
diimunisasi dengan penyuntikan toksin atau toksoid,
venin, suspensi mikroorganisme atau antigen lain Hilangkan persyaratan
yang sesuai. Selama imunisasi hewan tidak boleh Toksisitas abnormal Memenuhi syarat. Lakukan
diberi penisilin. Imunoglobulin khas diperoleh dari uji seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi
serum yang mengandung kekebalan dengan invovo <251>.
pengendapan fraksi dan perlakuan dengan enzim atau
dengan cara kimia atau fisika lain. Sterilitas Memenuhi syarat seperti yang tertera
Dapat ditambahkan pengawet antimikroba yang pada Uji Sterilitas <71>.
sesuai dan ditambahkan serba sama bila sediaan
dikemas dalam dosis ganda. Sediaan akhir steril Potensi Lakukan penetapan potensi dengan
dibagi secara aseptik dalam wadah steril dan ditutup membandingkan terhadap baku menggunakan
kedap untuk menghindari kontaminasi. Alternatif metode seperti yang tertera pada masing-masing
lain, setelah sediaan dibagikan dalam wadah steril monografi. Hasil dinyatakan dalam unit per ml.
dapat dibekukeringkan untuk mengurangi kadar air
hingga tidak lebih dari 1,0% b/b. Kemudian wadah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah
ditutup kedap dalam hampa udara atau diisi gas terhitung dari cahaya. Kecuali dinyatakan lain,
nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain yang sesuai sediaan cair harus disimpan pada suhu 2 sampai 8,
sebelum ditutup kedap; pada setiap kasus wadah hindari pembekuan.
ditutup kedap sedemikian rupa untuk meniadakan
kontaminasi. Imunoserum direkonstitusi segera Penandaan Pada penandaan tertera: 1) Jumlah
sebelum digunakan. minimum unit per ml. 2) Dosis. 3) Tanggal
Imunoserum yang diperoleh dengan perlakuan kadaluarsa. 4) Kondisi penyimpanan. 5) Volume
enzim dan pengendapan fraksi paling stabil pada pH rekonstitusi untuk serbuk kering. 6) Bahan tambahan.
6. Metode pembuatan imunoserum sedemikian rupa 7) Nama spesies sumber imunoserum.
sehingga kehilangan aktivitas tidak lebih dari 5% per
tahun bila disimpan pada pH 6 pada suhu 20 dan
tidak lebih dari 20% per tahun bila disimpan pada TABLET
suhu 37. Tablets
Imunoserum berupa cairan hampir tidak berwarna
atau berwarna kuning pucat, tidak keruh, dan hampir Tablet adalah sediaan padat mengandung satu
tidak berbau kecuali bau pengawet antimikroba yang atau lebih bahan aktif dengan sejumlah bahan
ditambahkan. Sediaan kering berupa padatan atau tambahan. Bahan tambahan ini harus dipastikan tidak
serbuk warna putih atau kuning pucat, mudah larut mempengaruhi stabilitas, laju disolusi, ketersediaan
dalam air membentuk larutan tidak berwarna atau hayati, keamanan atau efikasi bahan aktif. Antar
warna kuning pucat, dan mempunyai sifat sesuai komponen dalam tablet tersebut harus dapat
dengan sediaan cair. tercampur. Tablet dimaksudkan untuk pemberian
Imunoserum, bila perlu direkonstitusi seperti oral dengan ditelan utuh, dikunyah, dilarutkan atau
tertera pada label harus memenuhi persyaratan didispersikan dalam air sebelum diberikan dan
sebagai berikut: ditahan dalam mulut, tempat pelepasan bahan aktif.
Tablet dikempa menjadi padat menggunakan
pH <1071> Antara 6,0 sampai 7,0. cetakan baja dengan memberikan tekanan tinggi pada
massa serbuk atau melakukan proses granulasi.
Protein total Tidak lebih dari 17%; lakukan Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk
penetapan seperti yang tertera pada Penetapan Kadar dan penandaan permukaan tergantung pada desain
Nitrogen dalam Produk Darah <591> Metode I. cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut
Hasil yang diperoleh kalikan 6,25. kaplet.
Tablet khusus yang dikempa dapat digunakan
Albumin Kecuali dinyatakan lain dalam untuk menghasilkan tablet dengan beberapa lapisan
monografi, jika ditetapkan secara elektroforesis,
- 16 -
atau dengan tablet inti yang diformulasikan secara Tablet orodispersibel Tablet digunakan dengan
khusus dan ditempatkan di bagian dalam dari cara ditempatkan di mulut yang terdispersi dengan
sediaan. Tablet khusus ini dapat menunda atau cepat sebelum ditelan.
memperpanjang waktu pelepasan bahan aktif atau
memisahnya bahan aktif yang tidak tercampurkan Tablet oral disintegrasi Tablet digunakan
secara fisik. dengan cara ditempatkan di mulut yang larut atau
Tablet dapat disalut dengan berbagai teknik untuk hancur dengan cepat.
melindungi bahan aktif yang peka terhadap cahaya
dan kelembapan, menutupi rasa dan bau yang tidak Tablet vaginal Tablet digunakan melalui vagina.
enak, memberikan penampilan lebih baik (warna) Bentuk tablet disesuaikan dan dapat digunakan
dan mengatur laju dan tempat pelepasan bahan aktif dengan alat bantu. Tablet vaginal dapat melarut,
dalam saluran cerna (tablet lepas-lambat atau lepas- terdispersi, meleleh atau hancur melepaskan bahan
tunda). aktif dalam vagina untuk mendapatkan efek lokal
Tablet lepas-segera merupakan tablet tanpa antiflogistik atau antimikroba.
modifikasi laju pelepasan bahan aktif.
Tablet lepas - lambat Tablet diformulasikan
sedemikian rupa untuk memperlambat kecepatan
JENIS
pelepasan bahan aktif.
Berdasarkan komposisi, metode pembuatan atau
tujuan penggunaan, tablet mempunyai berbagai Tablet lepas tunda atau tablet salut-enterik
karakteristik sehingga dapat dibagi menjadi beberapa atau tablet gastro-resistant Tablet diformulasi
jenis tablet yaitu: dengan penyalut enterik atau cara lain untuk
melindungi bahan aktif yang tidak stabil dalam asam
Tablet bukal Tablet digunakan dengan cara lambung atau untuk mencegah efek samping iritasi
meletakkan tablet di antara pipi dan gusi. Zat aktif lambung dan melepaskan bahan aktif dalam cairan
diserap langsung melalui mukosa mulut. usus.
yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol untuk tapis pendahuluan formulasi dan sebagai
atau mesin slag) dan kempa langsung. prosedur pengawasan mutu secara rutin.
Granulasi basah melibatkan pencampuran serbuk
kering dengan cairan granulasi untuk membentuk
massa granul basah yang dikeringkan dan ditetapkan VAKSIN
ukuran granul sebelum dikempa. Hal ini berguna Vaccines
untuk mencapai keseragaman bahan aktif dosis
rendah, pembasahan dan disolusi bahan aktif yang
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat
hidrofobik.
antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif
Granulasi kering dilakukan dengan melewatkan
dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari bakteria,
serbuk diantara mesin rol pada tekanan tinggi atau
riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi
dengan menekan massa serbuk pada tekanan tinggi
organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid.
sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk
Metode pembuatan bervariasi tergantung dari jenis
baik (proses slugging), kemudian digiling dan diayak
vaksin seperti yang tertera di bawah ini atau dalam
hingga diperoleh granul dengan ukuran yang
masing-masing monografi dan dirancang agar dapat
diinginkan. Pada granulasi kering ini tidak
mempertahankan sifat antigenisitas yang sesuai,
diperlukan panas dan kelembaban dalam proses
membuat sediaan tidak berbahaya dan bebas dari
granulasi.
kontaminasi senyawa asing. Jika memungkinkan
Pada kempa langsung melibatkan pencampuran
pembuatan vaksin harus menggunakan lot benih yang
kering bahan aktif dan bahan tambahan, diikuti
sudah ditetapkan dan untuk mendapatkan vaksin
dengan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi
yang baik, vaksin tidak boleh dibuat dari sub kultur
terlebih dahulu.
benih awal.
Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik
Pada waktu pembuatan dapat ditambahkan
diuraikan dalam Pertimbangan tentang Stabilitas
penisilin pada setiap tahap pembuatan atau pada
dalam Pemberian Obat <1351>.
produk akhir. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, streptomisin tidak boleh digunakan dalam
PENGUJIAN pembuatan vaksin; penambahan ke dalam biakan sel
yang akan digunakan dalam produksi vaksin
Keragaman bobot dan keseragaman
diperkenankan, tetapi tidak boleh terdeteksi jika
kandungan Tablet harus memenuhi uji keragaman
biakan sel diinokulasi dengan virus.
bobot seperti yang tertera pada Keseragaman
Kemampuan menimbulkan imunitas vaksin dapat
Sediaan <911>, jika zat aktif merupakan bagian
ditingkatkan dengan penjerapan pada aluminium
terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot
fosfat, aluminium hidroksida, kalsium fosfat atau
dianggap cukup mewakili keseragaman kandungan.
bahan jerap lain seperti yang tertera pada monografi.
Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang
Zat jerap dibuat dalam kondisi yang dapat
cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif
memberikan bentuk fisik dan sifat jerap yang tepat.
merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet
Jika vaksin dikemas dalam wadah dosis ganda,
bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
kecuali dinyatakan lain dalam monografi, dapat
mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet yang
ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai
mengandung zat aktif 25 mg atau kurang, dan bobot
selain antibiotik pada vaksin steril dan vaksin inaktif
zat aktif lebih kecil dari 25% bobot sediaan, harus
dan penambahannya secara bervariasi. Pengawet
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan seperti
antimikroba tidak ditambahkan pada sediaan vaksin
yang tertera pada Keseragaman Sediaan <911> yang
yang akan dikeringkan.
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.
Produk akhir dibagikan secara aseptik ke dalam
wadah yang memenuhi syarat dan ditutup kedap
Waktu hancur dan Disolusi Waktu hancur adalah
untuk mencegah kontaminasi mikroba; atau
hal yang penting untuk tablet yang diberikan melalui
dibagikan dalam wadah steril, kemudian
mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum
dibekukeringkan dengan cara yang sesuai untuk
ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat. Uji
mengurangi kadar air hingga tidak lebih dari 2,0%
waktu hancur tertera pada Uji Waktu Hancur <1251>
dalam produk akhir, kecuali dinyatakan lain dalam
dan batas waktu hancur untuk berbagai jenis tablet
monografi. Wadah kemudian ditutup kedap dalam
tertera pada masing-masing monografi.
hampa udara atau dapat diisi gas nitrogen bebas
Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas,
oksigen atau gas inert lain yang sesuai sebelum
disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hamcur.
wadah ditutup kedap untuk menghindari kontaminasi
Uji disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi
mikroba. Vaksin kering direkonstitusi segera
<1231> dipersyaratkan dalam sejumlah monografi
sebelum digunakan.
tablet. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat
dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif.
Vaksin bakteri Vaksin bakteri dibuat dari
Tetapi uji tersebut terutama berguna sebagai alat
biakan galur bakteri yang sesuai dalam media cair
atau padat yang sesuai dan mengandung bakteri
- 18 -
hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya. Formaldehida bebas Vaksin mengandung
Sediaan berupa suspensi dengan berbagai tingkat formaldehida bebas tidak lebih dari 0,02%. Lakukan
opasitas dalam cairan tidak berwarna atau hampir penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
tidak berwarna atau berupa sediaan beku kering. Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
Vaksin bakteri inaktif mengandung bakteri atau
komponen imunogenik yang diinaktivasi dengan cara Aluminium Vaksin jerap mengandung
tertentu sehingga sifat antigenisitas dipertahankan. aluminium, tidak lebih dari 1,25 mg per dosis, kecuali
Vaksin bakteri hidup dibuat dari galur bakteri dinyatakan lain dalam monografi. Lakukan
dengan virulensi yang telah dilemahkan dan mampu penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
merangsang pembentukan kekebalan terhadap galur Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat
antigeniknya berhubungan. Kalsium Vaksin jerap mengandung kalsium tidak
Konsentrasi bakteri hidup atau inaktif dari tiap lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali dinyatakan lain
varietas atau jenis bakteri dinyatakan opasitasnya dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang
dalam Unit Internasional Opasitas, atau bila sesuai tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
dengan menghitung jumlah sel langsung, atau jika Immunosera <731>.
bakteri hidup dengan angka viabel.
Hilangkan persyaratan
Toksoid bakteri Toksoid bakteri diperoleh dari Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji
toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat toksisitas abnormal seperti yang tertera pada Uji
toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak Reaktivitas secara Biologis in-vivo <251>, kecuali
terdeteki, tanpa mengurangi sifat imunogenisitas, dinyatakan lain dalam monografi.
dengan cara tertentu yang dapat mencegah
berubahnya kembali toksoid menjadi toksin. Toksin Sterilitas Jika tidak dinyatakan lain semua vaksin
diperoleh dari galur pilihan mikroorganisme khas memenuhi syarat sterilitas seperti yang tertera pada
yang ditumbuhkan dalam media yang sedapat Uji Sterilitas <71>, kecuali vaksin bakteri hidup
mungkin bebas dari senyawa yang diketahui diperbolehkan pertumbuhan bakteri pembuat vaksin.
menyebabkan reaksi toksik, alergi atau yang tidak
diinginkan pada manusia. Toksoid bakteri dapat Wadah dan penyimpanan Jika tidak dinyatakan
berupa cairan atau beku kering. Bila dijerap, lain, vaksin disimpan pada suhu 2º sampai 8º,
mengandung partikel putih atau kelabu yang terlindung dari cahaya, tidak boleh dibekukan.
terdispersi dalam cairan tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat; partikel seperti ini dapat
membentuk endapan pada dasar wadah.
tepat. Kadar asam nukleat pada zat uji diinterpolasi monofosforil lipid A per kg berat badan pada setiap
dari kurva kalibrasi. kelinci.
lipid A asam lemak asam dodekanoat (C12:0), asam E Adapelin BPFI; C22H14O4; 342,34. Trietilamin
tetradekanoat (C14:0), 3-hidroksi asam BPFI.
tetradekanoat (3-OH-C14:0) dan asam
heksadekanoat (C16:0) yang diperoleh melalui Identifikasi
hidrolisis 3-O-desasil-4’-monofosforil lipid A A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dalam larutan air/metanol (50:50 V/V), mengandung didispersikan dalam kalium bromida P,
5% natrium hidroksida. Untuk sampel uji, baku dan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
pengenceran kurva kalibrasi, asam pentadekanoat gelombang yang sama seperti pada Adapelin BPFI.
(C15:0) ditambahkan sebagai baku internal. Gradien B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
suhu yang diterapkan harus memungkinkan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
pemisahan ester metil asam lemak dalam waktu diperoleh pada Penetapan kadar.
sekitar 40 menit.
Hitung perbandingan antara respon puncak setiap Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,6%;
ester metil asam lemak (C12:0, C14;0, 3-OH-C14:0 lakukan pengeringan dalam pada suhu 105º selama
dan C16:0) dan respon puncak baku internal 4 jam.
(perbandingan = respon puncak Cx/ respon puncak
C15:0). Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,20%.
Jumlah 3-O-desasil-4’-monofosforil lipid A yang [Catatan Berdasarkan rute sintesis, lakukan
sesuai dengan nilai perbandingan pada kurva Cemaran organik Uji 1 atau Uji 2.]
kalibrasi, yang dibuat dengan pengenceran baku 3-
O-desasil-4’-monofosforil lipid A Cemaran organik
Kandungan 3-O-desasil-4’-monofosforil lipid A Uji 1 Direkomendasikan jika diperkirakan
antara 80% hingga 120% dari kandungan yang terdapat senyawa sejenis A adapelin dan senyawa
diperkirakan. sejenis B adapelin. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Tambahan monografi Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
ADAPELIN Penetapan kadar.
Adapalane Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis A
Adapelin BPFI, dan Senyawa Sejenis B Adapelin
BPFI, larutkan dengan sedikit tetrahidrofuran P
(lebih kurang 1% - 5% volume akhir), sonikasi jika
perlu, dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
berturut-turut lebih kurang 0,2; 0,3 dan 0,2 mg per
mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar adapelin, senyawa sejenis A adapelin dan
Asam 6-[3-(1-Adamantil)-4-metoksifenil]-2-naftoat senyawa sejenis B adapelin berturut-turut lebih
[106685-40-9] kurang 0,2 ; 0,3 dan 0,2 µg per mL.
C28H28O3 BM 412,52 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dengan sedikit tetrahidrofuran P (lebih
Adapelin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan kurang 1% - 5% volume akhir), sonikasi jika perlu
tidak lebih dari 102,0%, C28H28O3, dihitung terhadap dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
zat kering. kurang 0,2 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, agak sukar puncak utama seperti tertera pada Prosedur:
larut dalam etanol, larut dalam tetrahidrofuran. efesiensi kolom tidak kurang dari 3000 lempeng
teoritis dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Baku pembanding Adapelin BPFI; tidak boleh ulang tidak lebih dari 3,0%.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Senyawa Sejenis A Adapelin BPFI; C12H9BrO2; volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
265,10. Senyawa Sejenis B Adapelin BPFI; dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
C29H30O3; 426,55. Senyawa Sejenis C Adapelin kromatogram tidak kurang dua kali waktu retensi
BPFI, C17H22O; 242,36. Senyawa Sejenis D adapelin untuk Larutan baku dan tidak kurang enam
Adapelin BPFI, C34H42O2; 482,70. Senyawa Sejenis kali waktu retensi adapelin untuk Larutan uji, dan
ukur semua respons puncak. Hitung persentase
- 22 -
senyawa sejenis A adapelin dan senyawa sejenis B Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
adapelin dalam zat dengan rumus: persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 2,0 µg per mL.
𝑟𝑖 𝐶𝑆 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
( ) × ( ) × 100 larutkan dengan tetrahidrofuran P sejumlah 50%
𝑟𝑆 𝐶𝑈
volume akhir, dan encerkan dengan Pengencer
ri adalah respons puncak senyawa sejenis A adapelin hingga kadar lebih kurang 2,0 mg per mL.
atau senyawa sejenis B adapelin dari Larutan uji; rS Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
adalah respons puncak senyawa sejenis A adapelin sejumlah Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis C
atau senyawa sejenis B adapelin dari Larutan baku; Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis D Adapelin BPFI,
CS adalah kadar Senyawa sejenis A Adapelin BPFI dan Senyawa Sejenis E Adapelin BPFI, larutkan
atau Senyawa sejenis B Adapelin BPFI dalam mg dalam sejumlah tetrahidrofuran P 50% volume
per mL Larutan baku; CU adalah kadar adapelin akhir, dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot adapelin lebih kurang 0,2 mg per mL dan kadar
yang ditimbang. Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis C adapelin, senyawa sejenis D
cemaran lain dalam zat dengan rumus: adapelin, dan senyawa sejenis E adapelin masing-
masing lebih kurang 1,2 µg per mL.
𝑟𝑖 𝐶𝑆 Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
( ) × ( ) × 100 tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan
𝑟𝑆 𝐶𝑈 kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
L11 dengan ukuran partikel 5 µm dan mengandung
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran 7,5% karbon. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak menit. Pertahankan suhu kolom pada 30°.
adapelin dari Larutan baku; CS adalah kadar Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
adalah kadar adapelin dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing Waktu Larutan A Larutan B
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas (menit) (%) (%)
yang tertera pada Tabel 1. 0 50 50
2,5 50 50
Tabel 1 40 28 72
42 28 72
Nama Waktu Batas 42,1 50 50
retensi (%) 50 50 50
relatif
Senyawa sejenis A adapelin 0,52 0,10
Adapelin 1,0 -
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Senyawa sejenis B adapelin 1,57 0,10 sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Masing-masing cemaran lain - 0,10 puncak utama seperti tertera pada Prosedur:
Total cemaran - 0,50 resolusi, R, antara adapelin dan senyawa sejenis C
Abaikan puncak cemaran kurang dari 0,05% adapelin tidak kurang dari 4,5; perbandingan
“signal to noise” puncak senyawa sejenis C
Uji 2 Direkomendasikan jika diperkirakan adapelin tidak kurang dari 10.
terdapat senyawa sejenis C adapelin, senyawa Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sejenis D adapelin, dan senyawa sejenis E adapelin. volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan baku
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
<931>. Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
Larutan A Campuran air - asam asetat glasial P rumus:
(100:0,1). 𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
Larutan B Campuran asetonitril P – ( ) × ( ) × × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
tetrahidrofuran P (65:35).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
kromatografi. dari Larutan uji; rS adalah respons puncak adapelin
Pengencer Campuran asetonitril P – dari Larutan baku; CS adalah kadar adapelin dalam
tetrahidrofuran P – air (37:20:43). mg per mL Larutan baku;CU adalah kadar adapelin
Larutan baku persediaan Timbang saksama dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
sejumlah Adapelin BPFI, larutkan dan encerkan yang ditimbang; F adalah faktor respon relatif
dengan tetrahidrofuran P hingga kadar lebih kurang seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing cemaran
0,2 mg per mL. dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
pada Tabel 2.
- 23 -
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan A Gunakan Fase gerak seperti tertera
adapelin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS pada Penetapan kadar.
adalah kadar Adapelin BPFI dalam µg per mL Larutan B Campuran Dapar dan Larutan A
Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam µg (50:50).
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
ditimbang. dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Pengencer Campuran asetonitril P-
rapat, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu ruang. tetrahidrofuran P (3:2).
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
Penandaan Cantumkan uji cemaran organik yang saksama sejumlah Adepelin BPFI, masukkan ke
dilakukan jika tidak menggunakan Uji 1. dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
sejumlah tetrahidrofuran P 40% volume akhir,
sonikasi untuk melarutkan. Encerkan dengan
Tambahan monografi asetonitril P sampai tanda. Kadar larutan lebih
GEL ADAPELIN kurang 0,5 mg per mL.
Adapalene Gel Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
Larutan kesesuaian sistem persediaan, encerkan
Gel Adapelin adalah adapelin dalam dasar gel yang dengan Pengencer hingga kadar 0,2 mg per mL.
sesuai. Mengandung adapelin, C28H28O3, tidak Larutan baku Pipet sejumlah Larutan kesesuaian
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dari sistem, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
jumlah yang tertera pada etiket. 1,0 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama 5,0 g gel,
Baku pembanding Adapelin BPFI; tidak boleh masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. tambahkan 10 mL tetrahidrofuran P, sonikasi 10
menit untuk mendispersikan. Tambahkan 10 mL
Identifikasi asetonitril P dan sonikasi selama 10 menit.
A. Larutan uji mengandung 0,4 µg adapelin per Dinginkan pada suhu ruang dan encerkan dengan
mL yang disiapkan sebagai berikut: Pipet 2,0 mL asetonitril P sampai tanda. Saring melalui penyaring
Larutan uji persediaan pada Penetapan kadar, ke berbahan teflon dengan porositas 0,45 µm, gunakan
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan filtrat. Larutan mengandung adapelin lebih kurang
Pengencer yang tertera pada Penetapan kadar. 0,2 mg per mL.
Saring melalui penyaring porositas 0,45 µm, Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
gunakan filtrat. Spektrum serapan ultraviolet larutan tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan
menunjukkan maksimum dan minimum pada kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan
panjang gelombang yang sama seperti pada pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
Adapelin BPFI. Pertahankan suhu kolom pada 40⁰. Laju alir lebih
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang sebagai berikut:
diperoleh pada Penetapan kadar.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0
0 0 100
4 0 100
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 30 55 45
65 55 45
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik 68 0 100
<52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih 80 0 100
dari 102 unit koloni per g; Angka Kapang Khamir
tidak lebih dari 101 unit koloni per g. Uji terhadap Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella sp. puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
memberikan hasil negatif. tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Kromatografi <931>. 5,0%.
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan kadar 6,8 g per Liter, atur pH hingga 3,5 volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
dengan penambahan asam ortofosfat P. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung
- 25 -
persentase masing-masing cemaran dalam gel tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
dengan rumus: penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
𝑟𝑖 𝐶𝑆 volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
( ) × ( ) × 100 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
𝑟𝑆 𝐶𝑈
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Hitung persentase adapelin, C28H28O3, dalam gel
lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak dengan rumus:
adapelin dari Larutan baku; CS adalah kadar rU CS
Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU 100
adalah kadar adapelin dalam mg per mL Larutan uji rS CU
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. adapelin dari Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Adapelin BPFI dalam mg per mL
Tabel Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam mg
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Nama Waktu Batas pada etiket.
retensi (%)
relatif Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Senyawa sejenis A adapelin 0,5 - rapat, simpan pada suhu ruang terkendali dan
Adapelin 1,0 -
lindungi dari pembekuan.
Senyawa sejenis B adapelin 1,3 -
Masing-masing cemaran lain - 0,2
Total cemaran - 1,0
Abaikan puncak kurang dari 0,1%. AIR UNTUK INJEKSI
Water for Injection
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Air untuk injeksi adalah air yang telah dimurnikan
Kromatografi <931>. dengan cara destilasi atau proses pemurnian lain
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- yang setara atau lebih baik dari destilasi untuk
tetrahidrofuran P-asam trifluoroasetat P-air menurunkan kontaminan mikroba dan zat kimia. Air
(43:36:0,02:21). Jika perlu lakukan penyesuaian untuk injeksi diolah dari air yang memenuhi
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada persyaratan Air Murni. Tidak mengandung zat
Kromatografi <931>. tambahan lain. [Catatan Air untuk injeksi digunakan
Larutan baku persediaan Timbang saksama untuk penyiapan larutan parenteral. Jika digunakan
sejumlah Adapelin BPFI, tambahkan sejumlah untuk penyiapan larutan parental dengan sterilisasi
tetrahidrofuran P 1% dari volume akhir, sonikasi akhir, gunakan alat yang sesuai yang dapat
untuk melarutkan dan encerkan dengan Fase gerak meminimalkan pertumbuhan mikroba, atau air
hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per mL. dibuat steril, dan kemudian dilindungi dari
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku kontaminan mikroba. Untuk larutan parenteral yang
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga disiapkan secara aseptik dan tidak disterilkan
kadar 20 µg per mL. dengan filtrasi atau dalam wadah akhir, air dibuat
Larutan uji persediaan Timbang saksama 2,0 g steril dan kemudian dilindungi dari kontaminan
gel, masukkan dalam labu tentukur 100-mL, mikroba].
tambahkan 25 mL tetrahidrofuran P, sonikasi untuk
melarutkan. Tambahkan 25 mL asetonitril P dan Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
sonikasi selama 20 menit. Dinginkan hingga suhu berbau.
ruang dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. Larutan mengandung adapelin lebih kurang Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan
20 µg per mL. Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
Larutan uji Saring sejumlah Larutan uji hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
persediaan, melalui penyaring berbahan teflon Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam
dengan porositas 0,45 µm, gunakan filtrat. lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan pembeku. 1,4-Benzokuinon BPFI; tidak boleh
kolom 4,6mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang wadah tertutup rapat dalam lemari pendingin,
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap terlindung dari cahaya. Dapat disonikasi untuk
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons melarutkan. Sukrosa BPFI; tidak boleh dikeringkan
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
- 26 -
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
rapat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 Larutan A Campuran metanol P-asam
unit Endotoksin FI per mL. hidroklorida P (99:1).
Larutan B Timbang sejumlah natrium fosfat
Konduktivitas air <925> Air ruahan Memenuhi monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
syarat. hingga kadar lebih kurang 13,75 g per L.
Fase gerak Campuran metanol P-Larutan B
Karbon organik total<875> Tidak lebih dari 0,5 (60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
mg per liter. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Uji batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak Larutan baku persediaan Timbang saksama
lebih dari 10 koloni per 100 mL. Gunakan metoda sejumlah Albendazol BPFI, larutkan dan encerkan
penyaringan membran dengan porositas tidak lebih dengan Larutan A, hingga kadar lebih kurang 1 mg
besar dari 0,45 µm, volume sampel minimal 100 per mL.
mL, media pertumbuhan Plat Count Agar, waktu Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku
inkubasi 48-72 jam, suhu inkubasi 30 – 35 º. persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 10-
mL, encerkan dengan Fase gerak hingga tanda.
Tambahan persyaratan Larutan ini mengandung lebih kurang 100 µg per
Wadah dan penyimpanan Jika dikemas, gunakan mL Albendazole BPFI.
kemasan wadah non reaktif yang dirancang untuk Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume
mencegah masuknya mikroba. suspensi oral, larutkan dan encerkan dengan Larutan
A hingga kadar albendazol lebih kurang 1 mg per
Tambahan persyaratan mL.
Penandaan Jika dikemas, pada etiket dicantumkan Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan,
tidak mengandung antimikroba dan zat tambahan masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
lain, dan tidak untuk penggunaan parenteral dengan Fase gerak hingga kadar albendazol lebih
langsung. kurang 100 µg per mL, jika perlu saring untuk
mendapatkan larutan jernih.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Tambahan monografi tinggi dilengkapi dengan detektor 308 nm dan
SUSPENSI ORAL ALBENDAZOL kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
Albendazole Oral Suspension alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Suspensi Oral Albendazol adalah suspensi kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Albendazol yang mengandung satu atau lebih tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
pengawet dan pendispersi atau pensuspensi yang dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
sesuai. Mengandung albendazol, C12H15N3O2S, utama tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Baku pembanding Albendazol BPFI; tidak boleh Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, kromatogram dan ukur respons puncak utama.
terlindung cahaya. Hitung persentase albendazol, C12H15N3O2S, dalam
suspensi oral dengan rumus:
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan
uji menunjukkan maksimum dan minimum pada 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( )×( ) × 100
panjang gelombang yang sama dengan Larutan baku 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Albendazol BPFI.
Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pada Penetapan kadar. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji Albendazol BPFI dalam µg per mL Larutan baku;
persediaan, encerkan dengan natrium hidroksida 0,1 CU adalah kadar albendazol dalam µg per mL
N LP, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket.
pH <1071> Antara 4,5 dan 5,5.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, simpan pada suhu ruang terkendali.
- 27 -
lebih dari satu cemaran lain dengan respons puncak mL metanol P, kocok sampai larut. Encerkan dengan
lebih dari 0,75 kali respons puncak albendazol pada metanol P sampai tanda.
Larutan pembanding (0,75%). Larutan baku Pipet 2 mL Larutan baku persediaan,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
Uji 2 dengan metanol P sampai tanda.
Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan kesesuaian sistem Timbang 20 mg
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>. oksibendazol, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
Fase gerak Buat campuran diklorometana P- mL, larutkan dalam 5 mL Pelarut, tambahkan 20 mL
asam asetat glasial P-eter (30:7:3). Larutan baku persediaan, campur dan encerkan
Pelarut Campuran diklorometana P-asam dengan metanol P sampai tanda.
asetat glasial P (9:1). Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Penjerap Campuran Silika gel P. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Larutan baku persediaan Timbang saksama setara dengan lebih kurang 100 mg albendazol,
sejumlah Albendazol BPFI, larutkan dan encerkan masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per 5 mL Pelarut dan 20 mL metanol P, kocok sampai
mL. larut selama 15 menit. Encerkan dengan metanol P
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku sampai tanda, campur dan saring. Buang 15 mL filtrat
persediaan, encerkan dengan Pelarut hingga kadar pertama. Pipet 5 mL filtrat, masukkan ke dalam labu
lebih kurang 0,075 mg per mL. tentukur 50-mL, encerkan dengan metanol P sampai
Larutan pembanding Timbang saksama sejumlah tanda.
Albendazol BPFI dan oksibendazol, larutkan dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
encerkan dengan air hingga kadar masing-masing tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom
lebih kurang 0,1 mg per mL. 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Larutan uji Timbang serbuk tablet setara dengan ukuran partikel 5 µm, dan laju alir 0,7 mL per menit.
lebih kurang 250 mg albendazol, masukkan ke Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan Pelarut sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
sambil dikocok sampai tanda, saring, gunakan filtrat. puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- antara albendazol dan oksibendazol tidak kurang
masing 10 µL Larutan baku, Larutan pembanding, dari 3,0.
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
merambat hingga tiga perempat tinggi lempeng. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Angkat lempeng dan tandai batas rambat, biarkan Hitung persentase albendazol, (C12H15N3O2S),
lempeng kering dengan bantuan aliran udara panas. dalam tablet dengan rumus:
Amati lempeng di bawah cahaya UV 254 nm dan
tandai bercak yang sesuai dengan Larutan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
pembanding. Bercak lain selain bercak utama pada ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak utama
Larutan baku persediaan (1,0%). Tidak lebih dari rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
satu bercak dari Larutan uji yang lebih intensif dari dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
bercak utama Larutan baku (0,75%). Albendazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar albendazol dalam mg per mL
Penetapan kadar Lakukan penetapan menggunakan Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Uji 1 atau Uji 2. etiket.
Uji 1
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Uji 2
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Lakukan penetapan secara Spektrofotometri
<931>. seperti yang tertera pada Spektrofotometri dan
Pelarut Campuran metanol P-asam sulfat P (99:1). Hamburan Cahaya <1191>.
Dapar fosfat Timbang 1,67 g amonium fosfat Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20
monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000- mg Albendazol BPFI, masukkan ke dalam labu
mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. tentukur 50-mL, larutkan dalam 30 mL asam
Fase gerak Campuran metanol P-Dapar fosfat hidroklorida-metanol LP 0,01 N dan encerkan
(700:300), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dengan Pelarut sampai tanda. Pipet 1 mL larutan,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
pada Kromatografi <931>. dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai tanda.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
kurang 25 mg Albendazol BPFI, masukkan ke dalam dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
labu tentukur 25-mL, tambahkan 5 mL Pelarut dan 15 setara dengan 20 mg albendazol, masukkan ke
- 29 -
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 30 mL asam maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
hidroklorida-metanol LP 0,01 N, kocok selama 15 sama pada Amoksisilin Natrium BPFI.
menit dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda. B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
Campur dan saring, buang 10 mL filtrat pertama. tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis
Pipet 1 mL filtrat, masukkan ke dalam labu tentukur tipis <281>.
50-mL, encerkan dengan natrium hidroksida P 0,1 Fase gerak Campuran amonium asetat P (15,4 g
N sampai tanda. dalam 100 mL, atur pH hingga 5,0 dengan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan penambahan asam asetat glasial P)-aseton P
uji pada panjang gelombang serapan maksimum (90:10).
lebih kurang 308 nm, menggunakan natrium Pengencer Larutkan 42 g natrium bikarbonat P
hidroksida 0,1 N sebagai blangko. Hitung persentase dalam 1000 mL air.
albendazol, C12H15N3O2S, dalam tablet dengan Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
rumus: Amoksisilin Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,5 mg
𝐴𝑈 𝐶𝑆 per mL.
( ) × ( ) × 100
𝐴𝑠 𝐶𝑈 Larutan baku B Timbang saksama sejumlah
Amoksisilin Trihidrat BPFI dan Ampisilin Trihidrat
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Albendazol hingga kadar masing-masing lebih kurang 2,5 mg
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah per mL.
kadar albendazol dalam mg per mL Larutan uji Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. sejumlah volume Pengencer hingga kadar setara
lebih kurang 2,5 mg per mL amoksisilin.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penampak bercak Gunakan uap iodum P.
rapat. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
1 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem dan
Penandaan Tablet dapat dikunyah, ditelan utuh atau Larutan uji pada lempeng kromatografi GF 254.
dihancurkan dan dicampur dengan makanan atau Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
minuman. Tablet sebaiknya dihancurkan sebelum berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat
diberikan kepada anak. hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan lempeng
kering di udara dan paparkan dengan uap iodum P
Tambahan monografi hingga tampak bercak. Kromatogram Larutan
AMOKSISILIN NATRIUM UNTUK kesesuaian sistem menunjukkan dua bercak yang
INJEKSI terpisah dengan sempurna. Bercak utama yang
Amoxicillin Sodium for Injection diperoleh dari Larutan uji mempunyai nilai Rf,
warna, dan ukuran yang sama dengan bercak utama
yang diperoleh dari Larutan baku.
Amoksisilin Natrium untuk injeksi adalah bahan
C. Menunjukkan reaksi Natrium cara B seperti
steril yang terdiri dari amoksisilin natrium dengan
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
atau tanpa eksipien. Mengandung amoksisilin,
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
menggunakan larutan zat (10 dalam 100).
etiket.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 4,0%;
Baku pembanding Amoksisilin natrium BPFI;
lakukan penetapan menggunakan 0,3 g zat.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam lemari
pembeku, dalam wadah terlindung dari cahaya.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5 unit
Amoksisilin Trihidrat BPFI. Ampisilin Trihidrat
Endotoksin FI per mL larutan yang mengandung 10
BPFI. Sefadroksil BPFI. Endotoksin BPFI;
mg per mL amoksisilin.
[Catatan: Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari.
Kromatografi <931>.
Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
Dapar Ke dalam 250 mL kalium dihidrogen fosfat
pembeku.
P 0,2 M, tambahkan natrium hidroksida 2 N, atur pH
Identifikasi hingga 5,0, encerkan dengan air sampai 1000 mL.
A. Spektrum serapan infra merah zat yang Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (99:1),
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan saring dan awaudarakan.
- 30 -
Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P (80:20), dan total cemaran tidak lebih dari batas seperti yang
saring dan awaudarakan. tertera pada Tabel.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Tabel
kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama Nama Batas
0,2 g Amoksisilin Trihidrat BPFI, tambahkan 1 mL Amoksisilin Tidak lebih dari 3 kali respons
dimer puncak utama Larutan
air, kocok, tambahkan beberapa tetes natrium
pembanding (3%)
hidroksida P hingga pH 8,5. Diamkan larutan pada
Cemaran lain Respons puncak lain selain
suhu ruang selama 4 jam. Pipet 0,5 mL larutan, tidak spesifik puncak utama tidak lebih dari 2
encerkan dengan Larutan A sampai 50 mL. kali respons puncak utama
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama Larutan pembanding (2%)
sejumlah Sefadroksil BPFI dan Amoksisilin Total cemaran Tidak lebih dari 9 kali respons
Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan puncak utama Larutan
Larutan A hingga kadar berturut-turut lebih kurang pembanding (9%)
4 µg per mL dan 30 µg per mL. Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,1 kali
Larutan uji Timbang sejumlah zat setara dengan respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%).
0,15 g amoksisilin, tambahkan 80 mL Larutan A,
kocok selama 15 menit. Sonikasi selama 1 menit, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
encerkan dengan Larutan A sampai 100 mL, campur, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
saring. Kromatografi <931>.
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji, Larutan dapar persediaan Timbang sejumlah
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan kalium dihidrogen fosfat P, larutkan dan encerkan
dengan Larutan A sampai 100 mL. dengan air hingga kadar 0,2 M.
Larutan blangko Gunakan Larutan A. Dapar Pipet 25 mL Larutan dapar persediaan,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja atur pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan hidroksida 2 M, encerkan dengan air sampai 100
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 mL.
dengan ukuran partikel 5µm. Laju alir lebih kurang Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (99:1),
1 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai saring dan awaudarakan.
berikut: Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P (80:20),
saring dan awaudarakan.
Peri- Waktu Larutan Larutan Keterangan Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
ode A B (92:8). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
1 0 - tR 92 8 Isokratik Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
amoksisilin <931>.
2 Periode 1 + 92 → 1 8→100 Gradien Larutan baku Timbang saksama sejumlah
25 menit
3 Periode 2 + 0 100 Isokratik Amoksisilin Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan
15 menit dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,7 mg
4 Periode 3 + 92 8 Isokratik per mL.
15 menit Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Sefadroksil BPFI dan Amoksisilin BPFI,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga
sistem 1, rekam kromatogram dan ukur respons kadar berturut-turut lebih kurang 4 µg per mL dan
puncak seperti tertera pada Prosedur: puncak 30 µg per mL.
amoksisilin diketopiperazin, amoksisilin dimer, dan Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang
amoksisilin trimer terelusi setelah puncak utama dari 10 wadah, hitung bobot rata-rata. Timbang
dengan waktu retensi relatif terhadap puncak utama saksama serbuk amoksisilin natrium untuk injeksi
berturut-turut 3,4; 4,1; dan 4,5. Lakukan setara dengan 60 mg amoksisilin, masukkan ke
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem 2, dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 80 mL
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan A, kocok selama 15 menit. Sonikasi selama
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 1 menit, encerkan dengan Larutan A sampai tanda,
puncak amoksisilin dan sefadroksil tidak kurang dari saring melalui penyaring dengan porositas yang
2,0. sesuai.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan tinggi dilengkapi detektor 254 nm dan kolom
blangko, Larutan uji dan Larutan pembanding ke berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih kurang
seluruh respons puncak. Hitung persentase masing- 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
masing cemaran dalam zat. Masing-masing cemaran Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
- 31 -
resolusi, R, antara puncak amoksisilin dan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
sefadroksil tidak kurang dari 2. 10 µL Larutan uji, Larutan baku dan Larutan kalium
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sorbat pada lempeng kromatografi. Masukkan
volume sama (50 L) Larutan uji dan Larutan baku lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat
ukur respons puncak utama. Hitung persentase hingga lebih kurang 12,5 cm. Angkat lempeng,
amoksisilin, C16H19N3O5S, dari jumlah yang tertera tandai batas rambat dan biarkan mengering. Amati
pada etiket dengan rumus: bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: posisi
dan ukuran bercak utama dari kromatogram Larutan
𝑟𝑈 𝐶𝑆 387,4 uji sesuai dengan Larutan baku dan terpisah dari
( )×( )×( ) × 100 bercak lain yang diperoleh pada Larutan kalium
𝑟𝑆 𝐶𝑈 365,4
sorbat.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
amoksisilin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
adalah kadar Amoksisilin Trihidrat BPFI dalam mg Penetapan kadar.
per mL Larutan baku; CU adalah kadar amoksisilin
natrium dalam mg per mL Larutan uji sesuai dengan pH <1131> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan
jumlah yang tertera pada etiket; 387,4 adalah bobot langsung pada krim.
molekul amoksisilin natrium; 365,4 adalah bobot
molekul amoksisilin. Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah padatan cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
steril seperti tertera pada Injeksi. Simpan pada suhu <931>.
5º ± 3º, terlindung dari cahaya. Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Penandaan Pada etiket dicantumkan kesetaraan Larutan kalium sorbat Timbang saksama
amoksisilin natrium dengan amoksisilin. sejumlah kalium sorbat P, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
Tambahan monografi mL.
KRIM ASAM FUSIDAT Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim
setara dengan lebih kurang 15 mg asam fusidat
Fusidic Acid Cream
anhidrat. Dispersikan dalam 25 mL Fase gerak,
panaskan sampai krim meleleh dan aduk kuat
Krim Asam Fusidat mengandung Asam Fusidat,
selama 15 menit. Dinginkan campuran pada suhu di
C31H48O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
bawah 10⁰. Saring melalui penyaring kaca
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
mikrofiber, buang beberapa mL filtrat pertama dan
diamkan hingga suhu ruang.
Baku pembanding Dietanolamin Fusidat BPFI;
Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji,
simpan pada wadah tertutup rapat, dalam lemari
encerkan dengan Fase gerak hingga 100 mL.
pendingin.
Larutan pembanding 2 Pipet 30 µL Larutan uji,
encerkan dengan Fase gerak hingga 100 mL.
Identifikasi
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan pembanding 1, rekam kromatogram dan
Penjerap Silika gel P F254..
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Fase gerak Campuran metanol P-asam asetat
efisiensi kolom puncak asam fusidat tidak kurang
glasial P-sikloheksan P- kloroform P (2,5:10:10:80).
dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
Larutan baku Timbang sejumlah Dietanolamin
utama tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi
Fusidat BPFI masukkan ke dalam labu tentukur
terhadap Larutan pembanding 2, rekam
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan etanol P
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL.
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to
Larutan kalium sorbat Timbang sejumlah kalium
noise" puncak utama tidak kurang dari 3.
sorbat P masukkan ke dalam labu tentukur yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan
Larutan uji Timbang sejumlah krim setara dengan pembanding 1, Larutan pembanding 2, Larutan
lebih kurang 40 mg asam fusidat anhidrat, larutkan kalium sorbat dan Larutan uji ke dalam
dalam 10 mL etanol P dengan pengadukan. Saring, kromatograf. Lakukan kromatografi selama 3,5 kali
gunakan filtrat. waktu retensi asam fusidat, rekam kromatogram dan
ukur semua respons puncak. Waktu retensi asam
- 32 -
fusidat lebih kurang 5,1 menit dan waktu retensi bobot molekul asam fusidat anhidrat dan
relatif asam 3-ketofusidat lebih kurang 0,7. Abaikan dietanolamin fusidat;
puncak dengan respons kurang dari respons puncak
utama Larutan pembanding 2. Abaikan puncak Wadah dan penyimpanan Pada wadah tertutup
dengan waktu retensi yang sesuai dengan puncak rapat.
utama pada Larutan kalium sorbat. Total cemaran
pada Larutan uji tidak lebih dari lima kali respons Penandaan Pada etiket tertera kesetaraan dengan
puncak utama asam fusidat pada Larutan asam fusidat anhidrat.
pembanding 1.
Media disolusi: 900 mL air Larutan A dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
Alat tipe 2: 50 rpm pada Penetapan kadar.
Waktu: 90 menit Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Dapar Timbang saksama lebih kurang 11 g sejumlah Asam Traneksamat BPFI dan Senyawa
natrium fosfat monobasa anhidrat P, larutkan Sejenis C Asam Traneksamat BPFI, larutkan dan
dengan 500 mL air. Atur pH hingga 2,5 dengan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut-
penambahan asam ortofosfat 10 % LP. Encerkan turut 20 µg per mL dan 2 µg per mL.
dengan air sampai 600 mL. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Fase gerak Campuran Dapar – Metanol P Traneksamat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
(60:40). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti mL.
tertera pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Traneksamat BPFI, larutkan dan encerkan dengan setara dengan lebih kurang 500 mg asam
Media hingga kadar lebih kurang 0,7 mg per mL. traneksamat, massukkan ke dalam labu tentukur 50-
Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui mL. Larutkan dengan 40 mL Fase gerak, sonikasi
penyaring dengan porositas 0,45 µm, buang 5 mL selama 20 menit, dan encerkan dengan Fase gerak
filtrat pertama. sampai tanda. Saring menggunakan penyaring yang
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sesuai dengan porositas 0,45 µm hingga kadar lebih
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kurang 10 mg per mL.
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35°. kolom 4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur dengan ukuran partikel 3,5 μm. Laju alir lebih
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom
ikutan tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku pada 30°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kesesuaian sistem, ukur respons puncak seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan asam traneksamat dan senyawa sejenis C asam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam traneksamat tidak kurang dari 2,0. Lakukan
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
retensi asam traneksamat dan ukur respons puncak puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
utama. Hitung persentase asam traneksamat, baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
C8H15NO2, yang terlarut dengan rumus: 5,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
𝑟𝑈 𝐶𝑆 volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
( ) × ( ) × 𝑉 × 100 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
𝑟𝑆 𝐿
kromatogram selama tidak kurang dari 5,3 kali
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak waktu retensi asam traneksamat dan ukur semua
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam respons puncak. Hitung persentase masing-masing
Traneksamat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; cemaran dalam tablet dengan rumus:
L adalah jumlah asam traneksamat dalam mg per
tablet yang tertera pada etiket; V adalah volume 𝑟𝑖 𝐶𝑆
( )×( ) × 100
Media disolusi, 900 mL. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) asam traneksamat, C8H15NO2, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari jumlah yang tertera pada etiket. dari Larutan uji; rS adalah respons puncak asam
traneksamat dari Larutan baku; CS dan CU adalah
Tambahan persyaratan kadar asam traneksamat dalam mg per ml Larutan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. baku dan Larutan uji. Masing-masing cemaran tidak
lebih dari yang tertera pada Tabel.
Hilangkan persyaratan
Syarat lain Memenuhi persyaratan seperti tertera Tabel
pada Tablet. Waktu Batas
Nama Retensi (%)
Perubahan Relatif
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Asam traneksamat 1,0 -
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Senyawa sejenis C asam
Kromatografi <931>. traneksamat 1,1 -
- 36 -
kromatografi selama 2 kali waktu retensi asam kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
traneksamat, rekam kromatogram dan ukur respons dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
puncak utama. Hitung persentase asam traneksamat, kolom pada 25. Atur laju alir hingga waktu retensi
C8H15NO2, dalam injeksi dengan rumus: asam traneksamat lebih kurang 8 menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
𝑟𝑢 𝐶𝑆 kromatogram dan ukur respons puncak seperti
( )×( ) × 100 tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dari 4000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada enam kali
traneksamat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
adalah kadar Asam Traneksamat BPFI dalam mg per Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mL Larutan baku; CU adalah kadar asam volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
traneksamat dalam mg per mL Larutan uji Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase asam traneksamat, C8H15NO2, yang
Perubahan. terlarut dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
rU
CS D 100
tunggal, simpan pada suhu ruang terkendali. V
rS L
Tambahan monografi
KAPSUL ASAM TRANEKSAMAT rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Tranexamic Acid Capsules Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
Traneksamat BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Kapsul Asam Traneksamat mengandung asam D adalah faktor pengenceran dari Larutan uji; V
traneksamat, C8H15NO2, tidak kurang dari 95,0% adalah volume Media disolusi, 900 mL; dan L
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera adalah jumlah asam traneksamat dalam mg per
pada etiket. kapsul yang tertera pada etiket.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
Baku pembanding Asam Traneksamat BPFI; kurang dari 80% (Q) asam traneksamat, C8H15NO2,
terlindung cahaya. Simpan dalam lemari pendingin. dari jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi Keluarkan isi kapsul, timbang isi Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kapsul setara dengan lebih kurang 500 mg asam
traneksamat, tambahkan 50 mL air, kocok baik, dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
saring. Pipet 5 mL filtrat, tambahkan 1 mL ninhidrin Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
LP, panaskan selama 3 menit: terjadi warna ungu Kromatografi <931>.
tua. Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 11,0 g
natrium dihidrogen fosfat anhidrat P, larutkan
Disolusi <1231> dalam 500 mL air. Tambahkan 5 mL trietilamin P
Media disolusi: 900 mL air dan 1,4 g natrium lauril sulfat P. Atur pH hingga 2,5
Alat tipe 2: 50 rpm dengan singker dengan penambahan asam ortofosfat P atau asam
Waktu: 15 menit ortofosfat P encer (1 dalam 10). Tambahkan air
Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 11,0 g hingga 600 mL dan tambahkan 400 mL metanol P.
natrium dihidrogen fosfat anhidrat P, larutkan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50
dalam 500 mL air. Tambahkan 10 mL trietilamin P mg Asam Traneksamat BPFI yang telah dikeringkan
dan 1,4 g natrium lauril sulfat P. Atur pH hingga 2,5 pada suhu 105° selama 2 jam, masukkan ke dalam
dengan penambahan asam ortofosfat P, tambahkan labu tentukur 25-mL, larutkan dan encerkan dengan
air hingga 600 mL. Tambahkan 400 mL metanol P. air sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 28 Larutan asam 4-(aminometil) benzoat Buat
mg Asam Traneksamat BPFI yang telah dikeringkan larutan asam 4-(aminometil) benzoat (1 dalam
pada suhu 105° selama 2 jam, larutkan dan encerkan 10.000).
dengan Media disolusi hingga 100 mL. Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 mL Larutan
Larutan uji Saring alikot melalui membran baku, tambahkan 1 mL Larutan asam 4-
dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. Buang 10 (aminometil) benzoat, masukkan ke dalam labu
mL filtrat pertama. Pipet sejumlah filtrat, encerkan tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
dengan sejumlah Media disolusi hingga kadar lebih Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang dari
kurang 0,28 mg per mL. 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja setara dengan lebih kurang 100 mg asam
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan traneksamat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
- 39 -
mL. Tambahkan 30 mL air, kocok, dan tambahkan Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol;
air sampai tanda. Sentrifus, saring beningan melalui praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.
membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm,
buang 10 mL filtrat pertama. Gunakan filtrat. Baku pembanding Asetilsistein BPFI; lakukan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 mmHg
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
kolom 6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan rapat. L-Fenilalanin BPFI; lakukan pengeringan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada pada suhu 105º selama 3 jam sebelum digunakan.
35. Atur laju alir hingga waktu retensi asam Simpan dalam wadah tertutup rapat.
traneksamat lebih kurang 16 menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
rekam kromatogram dan ukur respons puncak telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
puncak asam traneksamat dan asam 4-(aminometil) bilangan gelombang yang sama seperti pada
benzoat tidak kurang dari 3,0; Lakukan Asetilsistein BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Rotasi jenis <1081> Antara +21º dan +27; lakukan
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penetapan sebagai berikut: Dalam labu tentukur 25-
enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. mL, campur 1,25 g zat dengan 1 mL larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dinatrium edetat P (1 dalam 100), tambahkan 7,5
volume sama (lebih kurang 30 µL) Larutan baku dan mL larutan natrium hidroksida P (1 dalam 25),
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam campur sampai larut. Encerkan sampai tanda dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dapar pH 7,0 yang dibuat dengan mencampur 29,5
Hitung persentase asam traneksamat, C8H15NO2, mL natrium hidroksida 1 N, 50 mL kalium fosfat
dalam serbuk kapsul dengan rumus: monobasa 1 M dan air secukupnya hingga 100 mL.
Atur pH 7,0 0,1; menggunakan pH meter, jika
𝑟𝑈 𝐶𝑆 perlu dengan penambahan salah satu dari kedua
( )×( ) × 100 larutan: rotasi jenis dihitung terhadap zat kering,
𝑟𝑆 𝐶𝑈
bandingkan dengan blangko yang dibuat dengan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak jumlah dan pereaksi yang sama.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
Traneksamat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; pH <1071> Antara 2,0 dan 2,8; lakukan penetapan
CU adalah kadar asam traneksamat dalam mg per mL menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada tekanan lebih kurang 50
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mmHg pada suhu 70º selama 4 jam.
rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pemijaran dengan cara sebagai berikut:
ASETILSISTEIN Timbang saksama lebih kurang 2 g zat, masukkan ke
Acetylcysteine dalam cawan silika yang telah ditara, panaskan pada
lempeng pemanas hingga memijar, dinginkan,
SH tambahkan 1 mL asam sulfat P dan panaskan
O
H
perlahan-lahan hingga tidak keluar asap lagi.
O
Pijarkan pada suhu 600 hingga karbon terbakar
H3C N habis.
H
Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali baku. Cs adalah kadar Asetilsistein BPFI dalam mg
dari kadar yang tertera pada penetapan. per mL Larutan baku; Cu adalah kadar Asetilsistein
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara yang ditimbang.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Buat larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
natrium metabisulfit P (1 dalam 2000) pada saat rapat, pada suhu ruang terkendali.
akan digunakan].
Fase gerak Larutkan 6,8 g kalium fosfat
monobasa P dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,0 TABLET ATORVASTATIN KALSIUM
dengan penambahan asam fosfat P. Saring melalui Atorvastatin Calcium Tablets
penyaring membran dengan porositas 0,45 µm dan
awaudarakan.
Tablet Atorvastatin Kalsium mengandung atorvastatin,
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 1 g
tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari
L-Fenilalanin BPFI, masukkan ke dalam labu
110,0%, C33H35FN2O5, dari jumlah yang tertera pada
tentukur 200-mL, tambahkan larutan segar natrium
etiket.
metabisulfit P (1 dalam 2000) sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Baku pembanding Atorvastatin Kalsium BPFI;
Asetilsistein BPFI, larutkan dalam larutan natrium
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
metabisulfit P (1 dalam 2000) hingga kadar lebih
tertutup rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang
kurang 10 mg per mL. Pipet 10 mL larutan ini dan
terkendali.
10 mL Larutan baku internal ke dalam labu tentukur
200-mL, encerkan dengan larutan natrium
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
metabisulfit P (1 dalam 2000) sampai tanda, hingga
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
kadar Asetilsistein BPFI lebih kurang 0,5 mg per
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1000
Disolusi <1231>
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,8 yang
larutkan dan encerkan dengan larutan natrium
dibuat sebagai berikut: Timbang saksama lebih
metabisulfit P (1 dalam 2000), sampai tanda. Pipet
kurang 6,8 g kalium dihidrogen fosfat P dan 0,9 g
10 mL larutan ini dan 10 mL Larutan baku internal
natrium hidroksida P, masukkan ke dalam labu
ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan
tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air
larutan natrium metabisulfit P (1 dalam 2000)
sampai tanda. Atur pH hingga 6,8 dengan
sampai tanda.
penambahan asam fosfat P atau natrium hidroksida
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
P, saring.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
Alat tipe 2: 75 rpm.
tinggi dilengkapi dengan detektor 214 nm dan
Waktu: 30 menit.
kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
Lakukan penetapan jumlah, C33H35FN2O5, yang
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
seperti tertera pada Penetapan kadar.
asetilsistein dan L-fenilalanin berturut-turut adalah
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot, encerkan
lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
dengan Media disolusi jika diperlukan.
asetilsistein dan puncak L-fenilalanin tidak kurang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dari 6 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan dalam metanol
ulang tidak lebih dari 2,0%.
P dan encerkan secara kuantitatif dengan Media
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
disolusi hingga kadar lebih kurang sama dengan
volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan
larutan uji.
Larutan uji ke dalam kromatograf; rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
Hitung persentase asetilsistein, C5H9NO3S, dalam
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
zat dengan rumus:
kromatogram, dan ukur respons puncak atorvastatin.
Hitung persentase, C33H35FN2O5, yang terlarut.
𝑅𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100 Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
𝑅𝑆 𝐶𝑈 kurang dari 70% (Q) C33H35FN2O5 dari jumlah yang
tertera pada etiket.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
respons puncak asetilsistein terhadap respons Keseragaman sediaan (untuk tablet 10 mg atau
puncak L-fenilalanin dari Larutan uji dan Larutan kurang) Lakukan penetapan dengan cara
- 41 -
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku B
Penetapan kadar. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu kromatogram dan ukur semua respons puncak:
tentukur 50-mL, tambahkan 3 mL air, dan diamkan respons puncak lain tidak lebih dari respons puncak
hingga tablet terdispersi dalam air, tambahkan 20 utama Larutan baku B (1,0%); total respons puncak
mL metanol P dan sonikasi, tambahkan metanol P lain tidak lebih dari 4 kali respons puncak utama
sampai tanda dan saring. Pipet 10 mL filtrat, Larutan baku B (4,0%); abaikan respons puncak
encerkan dengan 25,0 mL Pelarut. kurang dari 0,05 kali respons puncak utama Larutan
baku B (0,05%).
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Tablet. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Pelarut Timbang saksama lebih kurang 6,8 g
Kromatografi <931>. kalium dihidrogen fosfat P dan 0,9 g natrium
Pelarut Campuran asetonitril P-air (40:60). hidroksida P, masukkan ke dalam labu tentukur
Dapar Larutkan 5,78 g amonium dihidrogen 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
fosfat P dalam 1000 mL air. tanda. Atur pH hingga 6,8 dengan penambahan asam
Larutan A Campuran asetonitril P- fosfat P atau natrium hidroksida P.
tetrahidrofuran P (92,5:7,5). Dapar Timbang saksama lebih kurang 1,54 gram
Larutan B Campuran Dapar-Larutan A (58:42). amonium asetat P, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan C Buat campuran Dapar-Larutan A- 1000-mL, larutkan, dan encerkan dengan air sampai
metanol P (20:20:60). tanda. Atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan B asetat glasial P.
dan Larutan C seperti tertera pada Sistem Larutan A Campuran asetonitril P-
kromatografi. tetrahidrofuran P (92,5:7,5).
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah Fase gerak Campuran Dapar-Larutan A (50:50),
Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan dalam 5 mL saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
metanol P, dan encerkan dengan 50,0 mL Pelarut penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku B Pipet 1 mL Larutan baku A, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
encerkan dengan Pelarut hingga 100,0 mL. Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan, dan encerkan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dalam metanol P hingga kadar atorvastatin lebih
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk kurang 0,8 mg per mL. Pipet 5 mL larutan ini ke
tablet setara dengan 50 mg atorvastatin, larutkan dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 20 mL
dalam 10 mL metanol P, tambahkan 20 mL Pelarut, metanol P dan encerkan dengan Pelarut sampai
sonikasi jika perlu dan encerkan dengan Pelarut tanda. Kadar atorvastatin lebih kurang 0,08 mg per
hingga 100,0 mL. mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
tinggi dilengkapi dengan detektor 246 nm dan dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 setara dengan lebih kurang 80 mg atorvastatin,
dengan ukuran partikel 5 µm. Kromatogram larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang
diprogram sebagai berikut: 0,16 mg per mL, sonikasi jika perlu dan saring.
Encerkan secara kuantitatif sejumlah filtrat dengan
Waktu Laju alir Larutan B Larutan C Pelarut hingga kadar lebih kurang 0,08 mg per mL.
(menit) (mL per menit) (%) (%) Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
0 1,8 100 0 tinggi dilengkapi dengan detektor 246 nm dan
20 1,8 100 0 kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
35 1,5 25 75 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
40 1,5 25 75 2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
55 1,5 0 100 Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur
60 1,8 100 0 respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
efisiensi kolom tidak kurang dari 2000 lempeng
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A, teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; dan
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak tidak lebih dari 1,0%.
kurang dari 5000 lempeng teoritis; dan faktor ikutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tidak lebih dari 1,5. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 42 -
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Hitung persentase atorvastatin, C33H35FN2O5, dalam Kromatografi <931>.
serbuk tablet dengan rumus: Pengencer Buat larutan kalium fosfat dibasa P
17,5 mg per mL, atur pH hingga 8,00 ± 0,05 dengan
𝑟𝑈 𝐶𝑆 558,64 penambahan asam fosfat P. Buat campuran larutan
( ) × ( ) × [𝑀] × ( ) ini-asetonitril P (80:20).
𝑟𝑆 𝐶𝑈 1155,36
Larutan baku persediaan Timbang saksama
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak sejumlah Azitromisin BPFI, larutkan dalam Media
disolusi hingga kadar L/1000 mg per mL. L adalah
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
jumlah dalam mg per tablet yang tertera pada etiket.
Atorvastatin Kalsium BPFI dalam mg per mL Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
Larutan baku; CU adalah kadar atorvastatin dalam mg denganPengencer hingga diperoleh kadar L/2000
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera mg per mL. L adalah jumlah dalam mg per tablet yang
pada etiket. M adalah jumlah molekul atorvastatin per tertera pada etiket.
molekul atorvastatin kalsium (2); 558,64 dan 1155,36 Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
berturut-turut adalah bobot molekul atorvastatin dan penyaring dengan porositas 0,45 μm. Encerkan
atorvastatin kalsium. filtrat dengan Pengencer hingga kadar L/2000 mg
per mL. Ladalah jumlah dalam mg per tablet yang
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertera pada etiket diasumsikan terlarut sempurna.
terlindung dari kelembapan pada suhu tidak lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dari 30°. tinggi dilengkapi detektor 210 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Penandaan Pada etiket dicantumkan kandungan dengan ukuran partikel 5μm. Pertahankan suhu
atorvastatin kalsium setara dengan jumlah kolom pada 50°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
atorvastatin. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
TABLET AZITROMISIN azitromisin tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku
Azithromycin Tablet relatif puncak azitromisin pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%.
Tablet Azitromisin mengandung Azitromisin, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
etiket. kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase dari azitromisin, C38H72N2O12, yang
Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh terlarut dengan rumus:
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
wadah tertutup rapat, dalam lemari pembeku. rU CS
Azaeritromisin A BPFI; Senyawa Sejenis F V 100
Azitromisin BPFI; Desosaminilazitromisin BPFI. rS L
Identifikasi Waktu retensi puncak utama rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
baku yang diperoleh pada Penetapan kadar. dalam mg per mL Larutan baku; L adalah jumlah
azitromisin dalam mg per tablet yang tertera pada
Disolusi etiket; V adalah volume Media disolusi, 900 mL.
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,0 Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Alat tipe 2: 75 rpm kurang dari 80% (Q), azitromisin C38H72N2O12 dari
Waktu: 30 menit jumlah yang tertera pada etiket.
Lakukan penetapan jumlah azitromisin yang
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Buat campuran kalium fosfat dibasa P Hilangkan persyaratan
4,4 mg per mL dan natrium 1-oktansulfonat P0,5 mg Cemaran organik Lakukan Kromatografi cair
per mL dan atur pH hingga 8,20 ± 0,05 dengan kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
penambahan asam fosfat P. <931>.[Catatan Gunakan alat gelas aktinik rendah.
Fase gerak Gunakan campuran asetonitril P- Dinginkan Larutan baku dan Larutan uji segera
metanol P-Larutan A (9:3:8). Saring dan setelah pembuatan dan selama analisa, gunakan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian autosampler yang telah didinginkan diatur pada
- 43 -
suhu 4°. Larutan harus dianalisa tidak lebih dari 24 55-60 35 65 Isokratik
jam setelah disiapkan]. 60-61 35→50 65→50 Gradien Linier
Dapar Amonium fosfat pH 10, Pengencer A dan 61-70 50 50 Kesetimbangan
Larutan resolusi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas
Larutan A Masukkan 1,8 gnatrium fosfat dibasa system, rekam kromatogram dan ukur respons
P ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dengan puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
air sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan “signaltonoise” untuk puncak azitromisin tidak
porositas 0,45 μm dan awaudarakan. kurang dari 10. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan B Buat campuran asetonitril P dan Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
metanol P (75:25) saring dan awaudarakan. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Fase gerak Gunakan variasi campuran antara resolusi, R, antara puncak azaeritromisin A dan
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem azitromisin tidak kurang dari 2,5. Lakukan
kromatografi. kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur
Pengencer A Buat campuran Dapar amonium- respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
fosfat pH 10- metanol P -asetonitril P (35:35:30). simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Pengencer B Buat campuran dapar amonium tidak lebih dari 10,0%.
fosfat pH 10 dan metanol P (1:1). Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Blangko Gunakan Pengencer A. volume sama (lebih kurang 100 μL) Blangko dan
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan uji ke dalam kromatograf dan ukur respons
sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam semua puncak. Hitung persentase masing-masing
labu tentukur yang sesuai, tambahkan Pengencer A senyawa sejenis dalam serbuk tablet yang digunakan
hingga 75% dari volume labu tentukur, lakukan dengan rumus:
sonikasi hingga larut dan encerkan dengan
Pengencer A hingga kadar azitromisin lebih kurang
4 mg per mL. C ri P 1
100 S
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan CU rS 1000 F
baku persediaan, encerkan dengan Pengencer A
hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
CS adalah kadar Azitromisin dalam mg per mL
Larutan sensitivitas sistem Encerkan Larutan
Larutan baku; CU adalah kadar Azitromisin dalam
baku secara kuantitatif dengan Pengencer A, hingga
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
kadar lebih kurang 0,004 mg per mL.
tertera pada etiket; ri adalah respons puncak dari
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
masing-masing cemaran yang diperoleh dalam
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan uji; rS adalah respons puncak untuk
tablet yang setara dengan 1335 mg Azitromisin,
Azitromisin yang diperoleh dari Larutan baku;
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
(P/1000) adalah potensi dari Azitromisin, dikonversi
Tambahkan 75 mL asetonitril P dan sonikasi selama
dari μg per mg menjadi mg per mg Azitromisin
lebih kurang 15 menit. Kocok kuat selama tidak
BPFI; dan F adalah faktor respons relatif seperti
kurang dari 15 menit. Biarkan dingin hingga suhu
yang tertera pada Tabel. Cemaran spesifik dan yang
ruang, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda,
tidak diketahui memenuhi batas yang tertera pada
campur. Sentrifus selama 15 menit. Pipet 3 mL
Tabel. Abaikan respons puncak yang sesuai dengan
beningan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
puncak Blangko.
dengan Pengencer B sampai tanda. Larutan
mengandung lebih kurang 4 mg azitromisin per mL.
Tabel
Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm.
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair Waktu Faktor
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Batas
Komponen Retensi Respons
<931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi (%)
Relatif Relatif
detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi Azitromisin 3’-N-oksida 0,28 0,45 0,5
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5μm. Laju 3’-(N,N-didemetil)-3’-N-
alir lebih kurang 0,8 mL per menit. Pertahankan 0,38 1,9 1,0
formilazitromisin
suhu kolom pada 60° dan suhu “autosampler” pada 3’-(N,N-
4°. Kromatograf diprogram sebagai berikut: didemetil)azitromisin 0,40 0,52 0,5
(aminoazitromisin)
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi Desosaminilazitromisin 0,47 1,1 0,5
(menit) (%) (%) Senyawa sejenis
0,53 4,8 0,5
0-25 50 50 Isokratik Azitromisin F1
25-30 50→45 50→55 Gradien Linier 3’-N-Demetilazitromisin 0,57 0,53 0,7
30-40 45→40 55→60 Gradien Linier 3’-De(dimetilamino)-3’-
0,78 1,6 0,5
40-55 40→35 60→65 Gradien Linier oksoazitromisin
- 44 -
6-Demetilazitromisin
0,82 - -
selama tidak kurang dari 15 menit. Kocok secara
(azaeritromisin A)2 mekanik selama tidak kurang dari 15 menit. Biarkan
Azitromisin 1,0 - - dingin hingga suhu ruang, encerkan dengan
3-Deoksiazitromisin asetonitril P sampai tanda, campur.
1,3 - -
(azitromisin B)2 Larutan uji Sentrifus Larutan uji persediaan
3’-N-demetil-3’-N-[(4- selama tidak kurang dari 15 menit. Pipet 7 mL
metilfenil)sulfonil]azitro 1,4 - - beningan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
misi2
dengan Pengencer B sampai tanda. Larutan
Cemaran yang tidak
spesifik
- 1,0 0,2 mengandung lebih kurang 4 mg azitromisin per mL.
Total cemaran - - 3,0 Blangko Gunakan Pengencer A
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara tinggi dilengkapi detektor 210 nm dan kolom 4,6
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Kromatografi <931>. [Catatan larutan azitromisin partikel 3,5 μm. Pertahankan suhu kolom pada 50°
terlindung cahaya sebelum digunakan. Dinginkan dan suhu “autosampler” pada 4°. Laju alir lebih
Larutan baku dan Larutan uji segera setelah kurang 1,2 mL per menit. Kromatograf diprogram
pembuatan dan selama analisa, gunakan sebagai berikut:
autosampler berpendingin diatur pada suhu 4°.
Waktu Larutan A Larutan B
Larutan harus dianalisa tidak lebih dari 24 jam
(menit) (%) (%)
setelah disiapkan].
0 54 46
Larutan A Buat campuran air dan amonium
20 54 46
hidroksida (2000:1,2), atur pH hingga 10,5.
35 10 90
Larutan B Buat campuran asetonitril P-metanol
35,1 54 46
P-amonium hidroksida P (1800:200:1,2).
40 54 46
Fase gerak Gunakan variasi campuran antara
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas,
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa P rekam kromatogram dan ukur respons puncak
1,7 gram per liter, atur pH hingga 10 dengan seperti tertera pada Prosedur: perbandingan “signal
penambahan amonium hidroksida P. to noise” untuk puncak azitromisin tidak kurang dari
Pengencer A Buat campuran metanol P- 10. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
asetonitril P-Dapar (35:30:35). kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Pengencer B Buat campuran metanol P-Dapar (1:1) respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan baku persediaan Timbang saksama resolusi, R, antara puncak desoaminilazitromisin dan
sejumlah Azitromisin BPFI larutkan dan encerkan senyawa sejenis F azitromisin tidak kurang dari 1.
dengan asetonitril P hingga kadar 0,4 mg per mL. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Aduk dan sonikasi sampai larut. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
baku persediaan, encerkan dengan Pengencer A pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan sensitivitas Encerkan Larutan baku volume sama (lebih kurang 100 μL) Blangko dan
secara kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
lebih kurang 0,004 mg per mL. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
saksama secara terpisah sejumlah Senyawa Sejenis serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
F Azitromisin BPFI dan Desoaminilazitromisin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P ri CS 100
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg P F1
per mL. rS CU 2
F
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
volumeLarutan kesesuaian sistem persediaan, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
encerkan dengan Pengencer A hingga kadar Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin
senyawa sejenis F azitromisin dan Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin BPFI
desoaminilazitromisin lebih kurang 0,028 mg per dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat
mL. dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan yang
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan tertera pada etiket; P adalah potensi Azitromisin
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama BPFI dalam µg per mg; F1 adalah unit faktor
sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 1430 mg konversi dalam 0,001 mg per µg dan F2 adalah faktor
azitromisin, masukkan ke dalam labu tentukur 100- respons relatif seperti yang tertera pada Tabel.
mL. Tambahkan 75 mL asetonitril P dan sonikasi Cemaran spesifik dan yang tidak diketahui
- 45 -
memenuhi batas yang tertera pada Tabel. Abaikan dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
respons puncak yang sesuai dengan puncak kolom pada 50°.Laju alir lebih kurang 2 mL per
Blangko. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Tabel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku
Waktu Faktor
Batas
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Nama Retensi Respons kromatogram dan ukur respons puncak utama.
(%)
Relatif Relatif Hitungpersentase azitromisin, C38H72N2O12dalam
Azitromisin N-oksida 0,20 0,42 1,0 serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
3’-(N,N-didemetil)-3’-N-
0,29 1,7 1,0
formilazitromisin
ru CS
3’-(N,N- P F 100
didemetil)azitromisin 0,34 0,49 0,5
(aminoazitromisin) rS CU
Senyawa sejenis F
0,42 4,3 1,0 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
azitromisin
Desosaminilazitromisin 0,46 1,1 0,5 azitromisin yang diperoleh dari Larutan uji dan
N-Demetilazitromisin 0,50 0,54 0,7 Larutan baku. CS adalah kadar Azitromisin BPFI
3’-De(dimetilamino)-3’-
0,87 1,4 1,0 dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
oksoazitromisin azitromisin dalam mg per mL Larutan uji
Azaeritromisin A 0,94 - - berdasarkan yang tertera pada etiket; P adalah
Azitromisin 1,0 - - potensi Azitromisin BPFI dalam μg per mg; F adalah
2-Desetil-2- adalah faktor konversi (0,001 mg per g).
1,10 - -
propilazitromisin
3’-N-demetil-3’-N-[(4-
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
metilfenil)sulfonil]azitro 1,11 - -
misin tertutup rapat pada suhu ruang terkendali.
3-Deoksiazitromisin
1,14 - -
(azitromisin B)
Cemaran yang tidak AZITROMISIN UNTUK INJEKSI
- 1,0 0,2
spesifik Azithromycin for Injection
Total cemaran - - 5,0
Azitromisin Untuk Injeksi adalah campuran steril
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara serbuk kering Azitromisin dan zat penstabil yang
Kromatografi cair kinerja tinggiseperti tertera pada sesuai. Azitromisin untuk injeksi mengandung
Kromatografi <931>. Azitromisin, C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0%
Dapar Masukkan 4,6 gram kalium fosfat dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
monobasa anhidrat P ke dalam labu tentukur pada etiket.
1000-mL, larutkan dengan air sampai 900 mL. Atur
pH hingga 7,5 dengan penambahan natrium Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI tidak
hidroksida 1 N, encerkan dengan air sampai tanda. boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar rapat; Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan,
(65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan simpan dalam wadah tertutup rapat dalam lemari
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti pembeku; Azitromisin N-Oksid BPFI; N-Demetil-
tertera pada Kromatografi <931>. azitromisin BPFI; Desosaminilazitromisin BPFI,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
Azitromisin BPFI larutkan dan encerkan dengan tertutup rapat dalam lemari pendingin; Endotoksin
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
Kocok dan sonikasi untuk melarutkan. dan isi harus hati-hati untuk menghindari
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, simpan
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam
tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak dalam lemari pembeku.
hingga kadar azitromisin lebih kurang 1 mg per mL.
Kocok dan sonikasi untuk melarutkan. Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1,
- 46 -
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,7 unit Prosedur, efisiensi kolom tidak kurang dari 1000
endotoksin FI per mg azitromisin. lempeng teoritis; faktor ikutan tidak kurang dari 0,9
dan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%.
dengan prosedur uji menggunakan Penyaringan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
membran seperti tertera pada Uji sterilitas. volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kromatogram dan ukur respons semua puncak.
Hitung persentase azitromisin N-oksid dalam Injeksi
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 2,0%. Azitromisin dengan rumus:
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada baku. Hitung persentase masing-masing senyawa
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja sejenis lain, termasuk cemaran yang tidak diketahui
tinggi dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik dalam injeksi azitromisin dengan rumus:
menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang
dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan
P CS ri
elektroda pertama yang diatur pada +0,70 0,05 V 100
dan elektroda kedua yang diatur pada +0,82 0,05 1000 CU rS
V dan arus latar belakang dioptimasi hingga 95 25
nA; dan kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi P/1000 adalah potensi Azitromisin BPFI
L67 dengan ukuran partikel 5 μm, serta kolom dikonversikan dari μg per mg menjadi mg per mg
pelindung 4,6 mm x 1 cm berisi bahan pengisi L67 Azitromisin BPFI; CS adalah kadar Azitromisin BPFI
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40°, azitromisin dalam mg per mL Larutan uji
suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; ri
kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu Larutan uji; dan rS adalah respons puncak
retensi relatif seperti ditunjukkan pada Tabel; azitromisin dari Larutan baku. Cemaran spesifik dan
resolusi, R, antara puncak desosaminilazitromisin dan yang tidak diketahui memenuhi batas yang tertera
N-demetilazitromisin tidak lebih dari 1,5; faktor pada Tabel. Abaikan setiap puncak yang setara
ikutan untuk puncak desosaminilazitromisin, N- dengan puncak Blangko.
demetilazitromisin dan azitromisin tidak lebih dari
1,5; efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng Tabel
teoritis untuk puncak azitromisin; dan simpangan Waktu
Batas
baku relatif untuk puncak desosaminilazitromisin, Komponen Retensi
(%)
N-demetilazitromisin dan azitromisin pada Relatif
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%. 3’-(N,N-didemetil)azitromisin 0,25 1,0
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (aminoazitromisin)+3’-(N,N-
didemetil)-3’-N-
volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku,
formilazitromisin
Blangko dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
Desosaminilazitromisin 0,31 0,3
rekam kromatogram dan ukur semua respons 3’-N-demetil-3’-N- 0,32 1,0
puncak. Hitung persentase dari Desosaminilazitromisin formilazitromisin
dalam Injeksi Azitromisin dengan rumus: N-Demetilazitromisin 0,35 1,0
3’-De(dimetilamino)-3’- 0,72 1,0
C ri oksoazitromisin
100 P S Azitromisin 1,00 -
CU rS Cemaran yang tidak diketahui - 0,20
Total cemaran - 3,0
P adalah potensi, dalam mg per mg,
Desosaminilazitromisin BPFI; CS adalah kadar Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Desosaminilazitromisin BPFI dalam mg per mL Injeksi.
Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin dalam
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada etiket; ri dan rS berturut-turut adalah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
respons puncak desosaminilazitromisin Larutan uji Kromatografi <931>.
dan Larutan baku. Hitung persentase dari N- Dapar kalium fosfat Larutkan lebih kurang 6,7 g
demetilazitromisin dalam injeksi azitromisin dengan Kalium fosfat dibasa P dalam 1000 mL air. Saring
rumus: melalui penyaring dengan porositas 0,45μm.
Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat -
C ri asetonitril P (52:48), atur pH hingga 11,0 dengan
100 P S penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring dan
CU rS awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
P adalah potensi N-Demetilazitromisin BPFI dalam Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (52:48).
mg per mg; CS adalah kadar N-Demetilazitromisin Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI,
kadar azitromisin dalam mg per mL Larutan uji masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; ri dan rS Larutkan dalam asetonitril P hingga 52% volume
berturut-turut adalah respons puncak N- labu dan encerkan dengan air hingga kadar masing-
demetilazitromisin dari Larutan uji dan Larutan masing lebih kurang 1 mg per mL.
- 48 -
tentukur, sonikasi dalam tangas air dingin selama 5 hingga 10,0 ± 0,05 dengan penambahan larutan
menit hingga larut sempurna. Encerkan dengan ammonia P.
Media disolusi sampai tanda. Larutan ini Pengencer Buat campuran Dapar – metanol P –
mengandung Azitromisin BPFI 0,55 mg per mL. asetonitril P (35:35:30).
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Larutan baku Timbang saksama sejumlah
persediaan, ke dalam labu tentukur yang sesuai, Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
Larutan mengandung azitromisin 0,22 mg per mL. mL. Jika perlu lakukan sonikasi dalam tangas air
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring dingin untuk melarutkan.
menggunakan penyaring yang sesuai. Larutan uji Konstitusikan azitromisin untuk
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan saksama sejumlah suspensi setara dengan 400,0 mg
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1, azitromisin, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang mL. Tambahkan 70 mL Pengencer, sonikasi dalam
2,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 50° tangas air dingin selama 15 menit. Encerkan dengan
dan suhu “autosampler” pada 10°. Lakukan Pengencer sampai tanda, saring menggunakan
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons penyaring membran porositas 0,45 µm.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada masing-masing sejumlah Senyawa sejenis F
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Azitromisin BPFI dan Desosaminilazitromisin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah BPFI, larutkan dan encerkan dalam Pengencer
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,015 mg
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam per mL dan 0,025 mg per mL.
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
retensi azitromisin dan ukur respons puncak utama. tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
Hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12, yang kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1,
terlarut dengan rumus: dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
0,9 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 60°
𝑟𝑈 𝐶𝑆 𝑑 dan suhu “autosampler” pada 10°. Kromatograf
( ) × ( ) × 𝐷 × ( ) × 𝑉 × 100 diprogram sebagai berikut:
𝑟𝑆 𝐿 𝑊
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
azitromisin dari Larutan baku; CS adalah kadar Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per
Azitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; mL. Jika perlu lakukan sonikasi dalam tangas air
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per mL dingin untuk melarutkan.
Larutan uji; P adalah potensi Azitromisin BPFI Larutan uji Konstitusikan azitromisin untuk
dalam µg per mg; F1 adalah faktor koreksi, 0,001 mg suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
per µg; F2 adalah faktor respon relatif seperti tertera saksama sejumlah suspensi, masukkan ke dalam
pada Tabel. Masing-masing cemaran dan total labu tentukur yang sesuai. Tambahkan sejumlah
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada volume Pengencer lebih kurang 50% volume labu
Tabel. Abaikan puncak dengan waktu retensi relatif tentukur, sonikasi dalam tangas air dingin sambil
kurang dari 0,29 dan lebih dari 1,31. dikocok selama 20 menit. Encerkan dengan
Pengencer sampai tanda, saring menggunakan
Tabel penyaring membran porositas 0,45 µm. Larutan
mengandung azitromisin 0,6 mg per mL.
Waktu Faktor
Batas
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Nama Retensi Respons tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
(%)
Relatif Relatif kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1,
Azitromisin-N-oksida 0,29 0,43 0,50 dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
3’-(N,N-Didemetil)-3’- 2,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 30°
0,37 1,7 0,50
N-formilazitromisin
dan suhu “autosampler” pada 10°. Lakukan
3’-(N,N-
Didemetil)azitromisin 0,43 1,0 0,50
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
(aminoazitromisin) puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
Senyawa sejenis F tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
0,51 3,8 0,50 penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
azitromisin
Desosaminilazitromisin 0,54 1,0 0,30 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
N-Dimetilazitromisin 0,61 1,0 0,50 volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
Azitromisin C (3’’-O- Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
0,73 - -
demetilazitromisin) kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu
3’-De(dimetilamino)- retensi azitromisin dan ukur respons puncak utama.
0,76 1,5 0,5
3’-oksoazitromisin Hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12, dalam
Azaeritromisin A 0,83 - -
azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus:
Cemaran spesifik tidak
diidentifikasi (specified 0,92 - -
unidentified ) rU CS
Azitromisin 1,0 - - P F 100
2-Desetil-2- rS CU
1,23 - -
propilazitromisin
3’-N-Demetil-3’-N-[(4- alkrU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
metilfenil)sulfonil]azitr 1,26 - - azitromisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
omisin adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per mL
3-Deoksiazitromisin Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin dalam
1,31 - -
(azitromisin B)
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Cemaran lain tidak
- 1,0 0,20 tertera pada etiket; P adalah potensi azitromisin
spesifik hasil degradasi
Total cemaran - - 3,5 dalam µg per mg Azitromisin BPFI; F adalah faktor
konversi, 0,001 mg per µg.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan rapat.
mengandung azitromisin stabil hingga 12 jam pada
suhu 10]
Tambahan monografi
Larutan A Larutkan 8,7 g dikalium hidrogenfosfat
anhidrat P dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 8,2 INJEKSI BESI SUKROSA
menggunakan larutan kalium hidroksida P atau Iron Sucrose Injection
asam ortofosfat P encer.
Fase gerak Campuran Larutan A - asetonitril P Injeksi Besi Sukrosa adalah larutan steril koloidal
(3:7). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan besi (III) hidroksida dalam bentuk kompleks dengan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti sukrosa dalam Air untuk Injeksi. Mengandung besi
tertera pada Kromatografi <931>. tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
Pengencer Buat campuran asetonitril P – metanol dari jumlah yang tertera pada etiket. Natrium
P – air (4:4:2). hidroksida dapat ditambahkan untuk mengatur pH.
- 51 -
Tidak mengandung zat antimikroba, zat pengkelat, masing-masing alikot selama minimal 12 jam pada
desktran, glukonat, atau bahan tambahan lain. suhu 25° atau dibawah 25°. Setelah partikel
aglomerat pada masing-masing Larutan baku
Baku pembanding Sukrosa BPFI; tidak boleh mengembang maksimal, aduk perlahan masing-
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, masing Larutan baku sampai larut. [Catatan
lakukan penanganan pada kelembaban dibawah Kromatogram Larutan baku yang dibuat segar
60%. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat secara konsisten menunjukkan puncak sekunder
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati yang kecil setelah puncak utama. Buang larutan
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi baku jika puncak sekunder mencapai setengah
seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin tinggi puncak utama].
dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Larutan uji Pipet lebih kurang 5 mL injeksi ke
belum dibuka dalam lemari pembeku. dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda.
Identifikasi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
A. Besi tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias yang
Larutan kalium tiosianat Timbang lebih kurang dipertahankan pada suhu tetap 45° dan dua kolom
9,7 g kalium tiosianat P, larutkan dan encerkan berukuran 7,8 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L39
dengan air hingga 100 mL. dengan porositas beruturut-turut adalah 1000Ȧ dan
Larutan raksa (II) klorida Timbang lebih kurang 120Ȧ. Atur suhu kolom pada 45 ± 2º, laju alir lebih
6,5 g raksa (II) klorida P, larutkan dan encerkan kurang 0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
dengan air hingga 100 mL. terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Prosedur Pada 2,5 mL injeksi, tambahkan 17,5 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
mL air dan 5 mL asam hidroklorida P, campur dan pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dekstran
panaskan di atas tangas air mendidih selama 5 menit. dan glukosa tidak kurang dari 4,0. Lakukan
Dinginkan, teteskan amonium hidroksida 13,5 N kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sampai tidak terbentuk endapan besi(III) hidroksida, kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
saring. Bilas endapan dengan air untuk membuang pada Prosedur: buat kurva kalibrasi orde tiga (cubic)
kelebihan amonium hidroksida, larutkan endapan antara waktu retensi terhadap bobot molekul.
dengan sedikit asam hidroklorida 2 N, dan Koefisien korelasi tidak kurang dari 0,98.
tambahkan sejumlah air hingga 20 mL. Pada 3 mL Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
larutan ini, tambahkan 1 mL asam hidroklorida 2 N volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku,
dan 1 mL Larutan kalium tiosianat: larutan Larutan kesesuaian sistem dan Larutan uji ke dalam
berwarna merah (Larutan 1). Pada 1 mL Larutan 1, kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
tambahkan 5 mL amil alkohol P atau etil eter P, puncak utama. Bobot molekul dari kompleks
kocok, dan diamkan: terbentuk lapisan organik dihitung dari kurva kalibrasi. Kurva distribusi bobot
berwarna merah muda. Pada 1 mL alikot Larutan 1 molekul terbagi ke dalam beberapa fraksi. Hitung
yang terpisah, tambahkan 2 mL Larutan raksa(II) rata-rata dari bobot molekul, MW, dengan rumus:
klorida: warna merah hilang (garam besi(III)).
B. Sukrosa
Waktu retensi puncak utama kromatogram
(A M )
T T
Sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 Larutan uji Pipet 2 mL Larutan uji persediaan ke
menit, saring melalui penyaring yang sesuai, buang dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
2 mL filtrat pertama. Larutan kalsium klorida sampai tanda. Kadar besi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lebih kurang 8,0 µg per mL.
tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias dan Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
kolom 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L8. uji pada panjang gelombang emisi besi 248,3 nm
Pertahankan suhu kolom dan detektor antara 20° dan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
25° (±2°). Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. dilengkapi dengan lampu tabung katode besi dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, nyala udara asetilena P, gunakan Larutan kalsium
rekam kromatogram dan ukur respons puncak klorida sebagai blangko. Buat grafik serapan tiap
seperti tertera pada Prosedur: koefisien korelasi larutan baku terhadap kadar besi dalam µg per mL,
yang diperoleh dari regresi linier tidak kurang dari dan tarik garis lurus yang paling mendekati kelima
0,998 [Catatan Waktu retensi sukrosa lebih kurang titik tersebut. Dari grafik yang diperoleh, tentukan
8 menit]. kadar besi dalam µg per mL Larutan uji. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah persentase besi dalam tiap mL injeksi dengan rumus:
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan 𝐶𝐴
( ) × 100
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 𝐶𝑈
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Buat
grafik respons puncak tiap Larutan baku terhadap CA adalah kadar sebenarnya besi dalam µg per mL
kadar sukrosa dalam mg per mL, dan tarik garis Larutan uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi ; CU
lurus melalui kelima titik tersebut. Dari grafik yang adalah kadar besi dalam µg per mL Larutan uji
diperoleh, tentukan kadar sukrosa dalam mg per mL berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji. Hitung jumlah sukrosa, dalam mg per
mL injeksi dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal, dari kaca Tipe I, pada suhu ruang
(𝐶𝑈 𝑥 𝐷 𝑥 𝐺) terkendali. Tidak boleh dibekukan.
𝑊
Penandaan Pada etiket cantumkan hanya untuk
CU adalah kadar sukrosa dalam mg per mL Larutan penggunaan secara intravena. Jika diberikan secara
uji yang diperoleh dari grafik; D adalah volume infus intravena, injeksi harus diencerkan dengan
pengenceran Larutan uji dalam mL; G adalah bobot natrium klorida P 0,9%. Cantumkan pula
jenis injeksi dalam g per mL; W adalah bobot injeksi osmolaritas total larutan dalam mOsmol per L.
yang ditimbang dalam g.
Senyawa sejenis A Bisakodil BPFI; C18H15NO2; tandai batas rambat, biarkan kering di udara, jika
277,32. Senyawa sejenis B Bisakodil BPFI; perlu panaskan pada suhu 100°-105°. Semprot
C18H15NO2; 277,32. Senyawa sejenis C Bisakodil lempeng dengan penampak bercak: harga Rf dan
BPFI; C20H17NO3; 319,35. Senyawa sejenis D ukuran bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Bisakodil BPFI; dan Senyawa sejenis E Bisakodil Larutan baku.
BPFI; C22H19NO4; 361,39. Bisakodil untuk
Identifikasi Puncak BPFI; mengandung Senyawa Tambahan persyaratan
sejenis F Bisakodil BPFI. Keasaman atau kebasaan Pada 1 g zat, tambahkan
20 mL air bebas karbondioksida P, kocok, panaskan
Identifikasi Lakukan identifikasi C atau A, B, dan D hingga mendidih, dinginkan dan saring. Tambahkan
A. Jarak lebur <1021> : Antara 131° dan 135° 0,2 mL natrium hidroksida 0,01 N dan 0,1 mL
B. Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat, larutan merah metil LP 2 : larutan berwarna kuning.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan Diperlukan tidak lebih dari 0,4 mL asam
dan encerkan dengan kalium hidroksida 6 N dalam hidroklorida 0,01 N untuk mengubah warna
metanol P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke indikator menjadi merah.
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
kalium hidroksida 6 N dalam metanol P sampai Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
tanda. Spektrum serapan ultraviolet dan cahaya lakukan pengeringan pada suhu 105, menggunakan
tampak larutan yang diperoleh pada panjang lebih kurang 500 mg zat.
gelombang antara 220 nm dan 350 nm menunjukkan
serapan maksimum pada panjang gelombang 248 nm Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
dan bahu pada 290 nm. Serapan jenis pada panjang lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
gelombang maksimum adalah 632 hingga 672.
C. Spektrum serapan inframerah zat yang Hilangkan persyaratan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang bpj.
sama seperti pada Bisakodil BPFI. Jika spektrum zat
dan baku menunjukkan perbedaan, larutkan zat dan Tambahan persyaratan
Bisakodil BPFI secara terpisah dalam klorofom P Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
uapkan hingga kering. Gunakan residu untuk Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
penetapan. Kromatografi <931>. [Catatan Larutan dibuat
D. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi segar].
lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi Pengencer Buat campuran asam asetat glasial P-
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. asetonitril P- air (4:30:66).
Penjerap Gunakan silika gel GF254 Dapar Buat larutan amonium format P 1,58 g/L,
Larutan iodum 0,05 N Timbang 2 g kalium iodida atur pH hingga 5,0 dengan penambahan asam format
P, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, anhidrat P.
larutkan dalam air, tambahkan 1,3 g iodum P, kocok Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
hingga larut, dan encerkan dengan air sampai tanda. (45:55). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Asam sulfat encer Tambahkan secara hati-hati 5,5 penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
mL asam sulfat P ke dalam 60 mL air, dinginkan, tertera pada Kromatografi <931>.
dan encerkan dengan air hingga 100 mL. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Penampak bercak Campur larutan iodum 0,05 N- lebih kurang 2 mg Bisakodil untuk Kesesuaian
asam sulfat encer LP (1:1) Sistem BPFI, larutkan dengan 1,0 mL asetonitril P,
Fase gerak Campuran metil etil keton P-xilena P dan encerkan dengan Pengencer hingga 2,0 mL.
(50:50). Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 lebih kurang 5 mg Bisakodil untuk Identifikasi
mg Bisakodil BPFI, masukkan ke dalam labu Puncak BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 5-
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan mL, larutkan dengan 2,5 mL asetonitril P, dan
aseton P sampai tanda. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
larutkan dan encerkan dengan aseton P sampai 50-mL, larutkan dengan 25 mL asetonitril P, dan
tanda. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke
masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke Pengencer sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat Pengencer sampai tanda.
hingga tidak kurang dari 10 cm. Angkat lempeng, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
- 55 -
Waktu hancur <1251> Lakukan penetapan seperti per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tertera pada Tablet Lepas Tunda: tablet tidak hancur baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
setelah 1 jam dalam Cairan lambung buatan LP, seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
tetapi larut dalam waktu 45 menit dalam Cairan usus relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,10
buatan LP. %.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Tambahan persyaratan tahap asam, Larutan uji tahap asam, Larutan baku
Disolusi <1231> tahap dapar, dan Larutan uji tahap dapar ke dalam
TAHAP ASAM kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N puncak utama. Hitung persentase bisakodil,
Alat tipe 1: 100 rpm C22H19NO4 yang terlarut.
Waktu: 120 menit Toleransi Pada tahap asam harus larut tidak lebih
Larutan baku tahap asam Timbang saksama lebih dari 5% C22H19NO4, dan pada tahap dapar harus
kurang 50 mg Bisakodil BPFI, masukkan ke dalam larut tidak kurang dari 75% (Q) C22H19NO4, dari
labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan jumlah yang tertera pada etiket.
metanol P yang mengandung 1 tetes asam ortofosfat
P sampai tanda. Pipet sejumlah larutan, encerkan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih
kurang 0,005 mg per mL. Tambahan persyaratan
Larutan uji tahap asam Pipet 10 mL alikot. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Setelah uji disolusi tahap asam selesai dilakukan, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
angkat keranjang dari wadah disolusi dan celupkan Kromatografi <931>.
satu kali ke dalam gelas piala 100 mL yang berisi 80 Pengencer Buat campuran asam asetat glasial P-
mL air. Setelah keranjang dikeringkan dari air, asetonitril P- air (4:30:66).
pindahkan tablet di dalamnya ke alat tipe 2 (dayung) Dapar Buat larutan amonium format 0,025 N, atur
dan lanjutkan pengujian ke Tahap dapar. pH hingga 5,0 dengan penambahan asam format
anhidrat P.
TAHAP DAPAR Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
Larutan A Larutkan 8,9 g dinatrium hidrogen (45:55). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
ortofosfat P dan 10 g natrium lauril sulfat P dalam penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
800 mL air. Atur pH hingga 7,5 dengan penambahan tertera pada Kromatografi <931>.
asam hidroklorida 0,1 N, dan encerkan dengan air Larutan kesesuaian sistem Larutkan isi vial
hingga 1000 mL. Bisakodil untuk Kesesuaian Sistem BPFI dalam 1
Media disolusi: 900 mL larutan A mL asetonitril P, dan campur dengan 1 mL
Alat tipe 2: 100 rpm Pengencer.
Waktu: 60 menit Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
Larutan baku tahap dapar Timbang saksama lebih kurang 5 mg Bisakodil untuk Identifikasi
lebih kurang 50 mg Bisakodil BPFI, masukkan ke Puncak BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 5-
dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan mL, larutkan dengan 2,5 mL asetonitril P, dan
dengan metanol P yang mengandung 1 tetes asam encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
ortofosfat P hingga tanda. Encerkan larutan ini Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
dengan larutan A hingga kadar lebih kurang 0,056 tablet setara dengan lebih kurang 25 mg bisakodil,
mg per mL. masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
Larutan uji tahap dapar Pipet 10 mL alikot, Tambahkan 40 mL Pengencer, kocok, dan encerkan
saring menggunakan penyaring membran porositas dengan Pengencer sampai tanda, saring.
0,45 μm, buang 3 mL filtrat pertama. Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji ke
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Pengencer sampai tanda.
pada Kromatografi <931>. Larutan pembanding 2 Pipet 1 mL Larutan
Larutan amonium asetat Buat larutan amonium pembanding 1 ke dalam labu tentukur 10-mL,
asetat P 1 mg per mL, atur pH hingga 8,0 dengan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
penambahan amonia LP. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Fase gerak Campuran larutan amonium asetat – tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan
asetonitril P (350:650) kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1”base
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja deactivated” dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
kolom 4,0 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 “end kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
capped” dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan rekam kromatogram dan ukur semua respons
suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 0,8 mL puncak seperti tertera pada Prosedur: uji dinyatakan
- 57 -
absah jika kromatogram Larutan kesesuaian sistem Pengencer, Fase gerak, Larutan kesesuaian
sesuai dengan kromatogram baku Bisakodil untuk sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
Kesesuaian Sistem BPFI; waktu retensi bisakodil tertera pada cemaran organik.
lebih kurang 13 menit; waktu retensi relatif cemaran Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terhadap bisakodil tertera pada Tabel. Lakukan Bisakodil BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kromatografi terhadap Larutan identifikasi puncak, Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak mL.
seperti tertera pada Prosedur: identifikasi puncak Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
senyawa sejenis F bisakodil. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tablet setara dengan lebih kurang 10 mg bisakodil,
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
Larutan pembanding 1, dan Larutan pembanding 2 tambahkan 40 mL Pengencer, kocok, encerkan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram tidak dengan Pengencer sampai tanda, dan saring. Pipet 5
kurang dari 3,5 kali waktu retensi bisakodil, dan mL filtrat ke dalam labu tentukur 20-mL, encerkan
ukur semua respons puncak. Masing-masing dengan Pengencer sampai tanda.
cemaran dan total cemaran dari Larutan uji tidak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tabel kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Nama Waktu Faktor Batas Hitung persentase bisakodil, C22H19NO4, dalam
retensi koreksi (%) tablet dengan rumus:
relatif
Tidak lebih dari 0,8
kali respons puncak rU CS
Senyawa sejenis 100
0,2 0,7 utama Larutan
A bisakodil
pembanding 1
rS CU
(0,8%)
Tidak lebih dari 1,5 rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
kali respons puncak Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Senyawa sejenis
0,45 - utama Larutan Bisakodil BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
C bisakodil
pembanding 1
(1,5%)
adalah kadar bisakodil dalam mg per mL Larutan uji
Tidak lebih dari 0,2 berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
kali respons puncak
Senyawa sejenis Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
0,8 - utama Larutan
D bisakodil
pembanding 1 rapat. Simpan pada suhu tidak lebih dari 25°.
(0,2%)
Tidak lebih dari 0,5 Hilangkan persyaratan
kali respons puncak Penandaan Pada etiket tertera tablet salut enterik.
Senyawa sejenis
0,9 - utama Larutan
E bisakodil
pembanding 1
(0,5%)
Tidak lebih dari 0,3 DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT
kali respons puncak Dexchlorpheniramine Maleate
Senyawa sejenis
2,6 - utama Larutan
F bisakodil
pembanding 1
(0,3%)
Tidak lebih dari
respons puncak
Cemaran lain - utama Larutan
pembanding 2
(0,1%)
Total cemaran
lain (selain (+)-2-[p-Kloro--[2
senyawa sejenis Tidak lebih dari (dimetilamino)etil]benzil]piridina maleat (1:1)
-
A bisakodil dan 0,5% [2438-32-6]
senyawa sejenis
C bisakodil) C16H19ClN2.C4H4O4 BM 390,86
Abaikan respons puncak kurang dari 0,5 kali respons
puncak utama Larutan pembanding 2 (0,05%).
Deksklorfeniramin Maleat mengandung tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C16H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang
Kromatografi <931>. telah dikeringkan pada suhu 65º selama 4 jam.
- 58 -
Kemurnian enansiomer Tidak lebih dari 2%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
<931>. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Fase gerak Buat campuran n-heksana P-2- Hitung persentase R-enansiomer dalam zat dengan
propanol P-dietilamina P (980:20:3). Saring dan rumus:
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 𝑟𝑢 𝐶𝑠
( ) × ( ) × 100
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 𝑟𝑠 𝐶𝑢
Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama ru adalah respons puncak R-enansiomer dari Larutan
lebih kurang 10 mg Klorfeniramin Maleat BPFI, uji; rs adalah respons puncak deksklorfeniramin dari
larutkan dalam 3 mL air. Basakan larutan dengan Larutan baku; Cs dan Cu berturut-turut adalah kadar
penambahan beberapa tetes amonium hidroksida deksklorfeniramin dalam mg per mL Larutan baku
pekat P, dan kocok dengan 5 mL metilen klorida P, dan Larutan uji.
biarkan memisah. Uapkan lapisan metilen klorida
(lapisan bawah) diatas tangas air hingga diperoleh Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
residu berminyak. Masukkan residu secara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kuantitatif ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan Kromatografi <931>.
dan encerkan dengan 2-propanol P sampai tanda. Dapar Timbang lebih kurang 5,44 g kalium fosfat
Kadar klorfeniramin dalam larutan lebih kurang 0,7 monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur
mg per mL. 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air. Atur pH
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih hingga 3,0 ± 0,1 dengan penambahan asam
kurang 10 mg Deksklorfeniramin Maleat BPFI, ortofosfat P. Saring dan awaudarakan.
larutkan dalam 3 mL air. Basakan larutan dengan Fase gerak Gunakan variasi campuran Dapar dan
menambahkan beberapa tetes amonium hidroksida asetonitril P seperti tertera pada Sistem
pekat P, dan kocok dengan 5 mL metilen klorida P, kromatografi. Saring dan awaudarakan.
biarkan larutan memisah. Uapkan lapisan metilen Pengencer Buat campuran Dapar-asetonitril P
klorida (lapisan bawah) diatas tangas air hingga (95:5).
diperoleh residu berminyak. Masukkan residu secara Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
kuantitatif ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan saksama sejumlah Feniramin Maleat BPFI,
dan encerkan dengan 2-propanol P sampai tanda. Senyawa sejenis B Klorfeniramin BPFI, dan
Kadar deksklorfeniramin dalam larutan lebih kurang Senyawa sejenis C Klorfeniramin BPFI, larutkan
0,7 mg per mL. dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku masing-masing lebih kurang 0,02 mg per mL,
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, sonikasi selama 1 menit.
encerkan dengan 2-propanol P hingga kadar Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
deksklorfeniramin lebih kurang 0,014 mg per mL. lebih kurang 5 mg Deksklorfeniramin maleat BPFI,
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
zat, larutkan dalam 3 mL air. Basakan larutan tambahkan 5 mL Pengencer dan 1,0 mL Larutan
dengan menambahkan beberapa tetes amonium kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan
hidroksida pekat P, dan kocok dengan 5 mL metilen Pengencer sampai tanda, dan sonikasi selama 1
klorida P, biarkan memisah. Uapkan lapisan metilen menit. Larutan mengandung deksklorfeniramin
klorida (lapisan bawah) diatas tangas air hingga maleat 0,5 mg per mL dan feniramin maleat,
diperoleh residu berminyak. Masukkan residu secara senyawa sejenis B klorfeniramin, senyawa sejenis C
kuantitatif ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan klorfeniramin masing-masing 2 µg per mL.
dan encerkan dengan 2-propanol P sampai tanda. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kadar deksklorfeniramin dalam larutan lebih kurang Deksklorfeniramin maleat BPFI, larutkan dan
0,7 mg per mL. encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,5 mg
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja per mL, sonikasi selama 1 menit.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L51 larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang kadar 0,5 mg per mL, sonikasi selama 1 menit.
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan
resolusi, R, antara puncak R-enansiomer dan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
deksklorfeniramin (S-enansiomer) tidak kurang dari Pertahankan suhu kolom pada 30°. Laju alir lebih
1,5. [Catatan deksklorfeniramin (S-enansiomer) kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
tereluasi pertama]. sebagai berikut:
- 60 -
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Penetapan kadar Natrium klorida Pipet sejumlah
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus larutan injeksi setara dengan lebih kurang 90 mg
- 61 -
natrium klorida, masukkan ke dalam labu gelombang yang sama seperti pada Dekualinium
Erlenmeyer. Tambahkan berturut-turut 10 mL asam Klorida BPFI.
asetat glasial P, 75 mL metanol P dan 3 tetes eosin C. Larutkan 0,2 g zat dalam 90 mL air bebas
Y LP, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga karbon dioksida P, bila perlu dengan pemanasan,
titik akhir berwarna merah muda. dan encerkan hingga 100 mL. Pada 5 mL larutan
tambahkan 5 mL larutan kalium besi(III) sianida P
Tiap mL perak nitrat 0,1 N 5%: terbentuk endapan berwarna kuning.
setara dengan 5,844 mg NaCl D. Larutkan 0,2 g zat dalam 90 mL air bebas
karbon dioksida P, bila perlu dengan pemanasan,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis dan encerkan hingga 100 mL. Pada 10 mL larutan
tunggal dari kaca atau plastik. Wadah kaca tambahkan 1 mL asam nitrat encer P, terbentuk
sebaiknya dari kaca tipe I atau II. endapan putih. Saring dan gunakan filtrat untuk uji
identifikasi E.
Penandaan Pada etiket harus mencantumkan kadar E. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti
osmolar total dalam mOsmol per L. Jika isi injeksi tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
kurang dari 100 mL atau tertera bahwa injeksi tidak
untuk disuntikkan langsung tetapi diencerkan Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak
sebelum digunakan, maka etiket dapat berwarna. Lakukan penetapan menggunakan larutan
mencantumkan kadar osmolar total dalam mOsmol yang dibuat sebagai berikut: Larutkan 0,2 g zat
per mL. dalam 90 mL air bebas karbon dioksida P, bila perlu
dengan pemanasan, dan encerkan dengan pelarut
yang sama hingga 100 mL.
DEKUALINIUM KLORIDA
Dequalinium Chloride Warna dan Akromisitas <1291> Metode III tidak
berwarna; lakukan penetapan menggunakan larutan
2,0% dalam air bebas karbon dioksida P.
Dekualinium Klorida mengandung tidak kurang dari Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C30H40Cl2N4, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dihitung terhadap zat kering. Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan 2 g natrium
Pemerian Serbuk putih krem; higroskopis. heksansulfonat P dalam 300 mL air, atur pH hingga
4,0 dengan penambahan asam asetat P, tambahkan
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol. 700 mL metanol P. Saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Baku pembanding Dekualinium Klorida BPFI; sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dekualinium Klorida untuk Uji Kinerja BPFI. Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang
10 mg Dekualinium Klorida untuk Uji Kinerja
Identifikasi BPFI, masukkan dalam labu tentukur 10-mL,
Lakukan identifikasi B dan E atau A, C, D dan E. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
A. Larutkan dan encerkan lebih kurang 10 mg zat tanda.
dengan air hingga 100 mL. Pipet 10 mL larutan dan Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang
encerkan dengan air hingga 100 mL. Ukur serapan 10 mg Dekualinium Klorida BPFI, masukkan dalam
pada panjang gelombang 230–350 nm: serapan labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan
maksimum pada panjang gelombang 240 nm dan Fase gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ke
326 nm, serta berupa bahu pada 336 nm. dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase
Perbandingan serapan A240/A326 antara 1,56 dan 1,80; gerak sampai tanda.
Perbandingan serapan A326/A336 antara1,12 dan 1,30. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10
B. Spektrum serapan inframerah zat yang mg zat, masukkan dalam labu tentukur 10-mL,
didispersikan dalam kalium bromida P larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan tanda.
- 62 -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Doksisiklin Hiklat mempunyai potensi setara
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan dengan tidak kurang dari 800 µg dan tidak lebih dari
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju 920 µg doksisiklin, C22H24N2O8 per mg.
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku A, rekam Pemerian Serbuk hablur, kuning.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: perbandingan puncak Kelarutan larut dalam air dan dalam larutan alkali
terhadap lembah antara cemaran B dan dekualinium hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat; sukar
klorida tidak kurang dari 2,0. larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kloroform dan dalam eter.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku B
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI; tidak
kromatogram tidak kurang dari 5 kali waktu retensi boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
dekualinium klorida dan ukur semua respons rapat, terlindung cahaya dan pada tempat dingin.
puncak: Cemaran A tidak lebih dari 0,5 kali respons Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
puncak utama Larutan baku B (1%); total cemaran penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
selain cemaran A tidak lebih dari 5 kali puncak menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
utama Larutan baku B (10%); abaikan respons gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
puncak kurang dari 0,025 kali respons puncak utama yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari
Larutan baku B (0,05%). pembeku. Metasiklin Hidroklorida BPFI.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%; Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
lakukan pengeringan pada suhu 105º pada tekanan didispersikan dalam kalium bromida P
tidak lebih dari 5 mmHg selama 3 jam, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
menggunakan 1 g zat. gelombang yang sama seperti pada Doksisiklin
hiklat BPFI.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%,
menggunakan 1 g zat. Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 20 mg pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
zat dalam 2 mL asam sulfat P: setelah 5 menit warna menggunakan suspensi dalam air yang mengandung
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V4. 10 mg per mL.
Penetapan kadar [Catatan Untuk menghindari
pemanasan berlebih pada media reaksi, aduk Air <1031>Metode I Antara 1,4% dan 2,8%.
sempurna dan segera hentikan titrasi setelah titik
akhir.] Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
Timbang saksama lebih kurang 200 mg zat, larutkan lebih dari batas yang tertera pada Tabel sebagai
dalam 5 mL asam format anhidrida P, tambahkan berikut:
50 mL anhidrat asetat P. Titrasi secara
potensiometri dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tabel
Cemaran Batas
Tiap mL asam perklorat 0,1 N (%)
Metasiklin 2
setara dengan26,38 mg C30H40Cl2N4
Cemaran yang tereluasi sebelum 0,5
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup metasiklin
rapat. 6-epidoksisiklin 2
Cemaran lain yang tereluasi 0,5
setelah puncak utama doksisiklin
DOKSISIKLIN HIKLAT
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Doxycycline Hyclate
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
4-(Dimetilamino)-1,4,4a,5,5a,6,11,12a-oktahidro - Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
3,5,10,12,12a-pentahidroksi-6-metil-1,11-diokso - pada Penetapan kadar.
2-naftasenakarboksamida monohidroklorida, Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera
bersenyawa dengan etanol (2:1), monohidrat pada Larutan resolusi dalam Penetapan kadar.
[24390-14-5] Larutan baku persediaan metasiklin Timbang
(C22H24N2O8.HCl)2.C2H6O.H2O BM 1025,89 saksama Metasiklin hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer secara kuantitatif dan
jika perlu bertahap hingga kadar lebih kurang 1,2 mg
per mL.
- 63 -
Larutan baku 1 Lakukan seperti tertera pada Endotoksin bakteri <201> seperti tertera Doksisiklin
Larutan baku dalam Penetapan kadar. untuk Injeksi.
Larutan baku 2 Pipet 2 mL Larutan baku 1 dan 2
mL Larutan baku persediaan metasiklin ke dalam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sampai tanda. Larutan ini mengandung masing- Kromatografi <931>.
masing lebih kurang 0,024 mg per mL Doksisiklin Fase gerak Timbang dan masukkan 2,72 g kalium
Hiklat BPFI dan Metasiklin Hidroklorida BPFI. fosfat P; 0,74 g natrium hidroksida P; 0,50 g
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada tetrabutilamonium hidrogen sulfat P dan 0,40 g
Penetapan kadar. dinatrium edetat P ke dalam labu tentukur 1000-mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Tambahkan lebih kurang 850 mL air, aduk sampai
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap larut. Tambahkan 60 g butil alkohol tersier P dengan
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan bantuan air, encerkan dengan air sampai tanda dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: atur pH hingga 8,0 0,1 dengan penambahan larutan
waktu retensi relatif 4-epidoksisiklin (hasil natrium hidroksida 1 N. Saring melalui penyaring
degradasi utama), metasiklin, 6-epidoksisiklin dan dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil dan
doksisiklin berturut-turut lebih kurang 0,4; 0,6; 0,7 awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
dan 1,0; resolusi, R, antara puncak 4-epidoksisiklin menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
dan doksisiklin tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan Kromatografi <931>. Pengurangan jumlah butil
tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap alkohol tersier akan meningkatkan waktu retensi
Larutan baku 1, rekam kromatogram dan ukur doksisiklin dan memperbaiki pemisahan doksisiklin
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dari senyawa sejenisnya.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Pengencer Buat larutan asam hidroklorida 0,01
tidak lebih dari 2,0%. N.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan resolusi Larutkan Doksisiklin hiklat
volume sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku 2 BPFI dalam Pengencer hingga kadar doksisiklin
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lebih kurang 6 mg per mL. Pipet 5 mL larutan ini ke
kromatogram selama 1,7 kali waktu retensi dalam labu tentukur 25-mL, panaskan di atas tangas
doksisiklin dan ukur respons puncak. Hitung uap selama 60 menit, uapkan sampai kering di atas
persentase metasiklin dalam zat dengan rumus: pemanas, jaga jangan sampai hangus. Larutkan dan
encerkan residu dengan Pengencer sampai tanda.
Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 atau
C rU
10.000 M lebih kecil. Larutan ini mengandung campuran 4-
W rM epidoksisiklin, 6-epidoksisiklin, dan doksisiklin.
Bila disimpan di lemari es, larutan ini bisa
CM adalah kadar Metasiklin Hidroklorida BPFI digunakan selama 14 hari. [Catatan Selama
dalam mg per mL Larutan baku 2; W adalah bobot melakukan prosedur ini, lindungi Larutan baku dan
zat dalam mg Larutan uji; rU dan rM berturut-turut Larutan uji dari cahaya].
adalah respons puncak metasiklin dari Larutan uji Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 12
dan Larutan baku 2. mg Doksisiklin Hiklat BPFI, masukkan ke dalam
Hitung persentase dari masing-masing senyawa labu tentukur 10-mL, tambahkan lebih kurang 6 mL
sejenis, selain metasiklin, dengan rumus: Pengencer, sonikasi selama 5 menit atau sampai
larut dan tambahkan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 120
C ri
10.000 S mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
W rS larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai
tanda. Saring melalui penyaring membran dengan
CS adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
per mL Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mg Larutan uji; ri adalah respons puncak setiap Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
cemaran Larutan uji; dan rS adalah respons puncak tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm, kolom
doksisiklin Larutan baku 2. 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21,
pertahankan suhu kolom pada 60 1°. Laju alir lebih
Syarat lain Jika pada etiket tertera doksisiklin hiklat kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
steril, memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan terhadap Larutan resolusi, ukur respons puncak
Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Doksisiklin untuk Injeksi. Jika pada etiket tertera 4-epidoksisiklin (produk utama degradasi), 6-
doksisiklin hiklat, harus diproses lebih lanjut untuk epidoksisiklin dan doksisiklin berturut-turut lebih
pembuatan sediaan injeksi, memenuhi syarat uji kurang 0,4; 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
4-epidoksisiklin dan puncak doksisiklin tidak
- 64 -
kurang dari 3,0; faktor ikutan puncak doksisiklin pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
Larutan baku, ukur respons puncak seperti yang seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. belum dibuka dalam lemari pembeku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Identifikasi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram selama 1,7 kali waktu retensi Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
doksisiklin dan ukur respons puncak utama. Hitung diperoleh pada Penetapan kadar.
kadar dalam µg doksisiklin, C22H24N2O8, per mg zat B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
yang digunakan, dengan rumus: menunjukkan maksimum dan minimum pada
panjang gelombang yang sama dengan Larutan baku
CP rU
seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
100
W rS Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,2
unit Endotoksin FI per mg doksorubisin
C adalah kadar Doksisiklin hiklat BPFI dalam mg hidroklorida; lakukan penetapan menggunakan
per mL Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin, larutan injeksi dengan kadar 1,1 mg per mL.
C22H24N2O8 dalam µg per mg; W adalah bobot
doksisiklin hiklat dalam mg Larutan uji; rU dan rS Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan penetapan dengan Prosedur uji menggunakan
Larutan baku. penyaringan membran, dengan seluruh volume
larutan injeksi yang diambil secara aseptik.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya. pH <1071> Antara 2,5 dan 4,5.
Penandaan Bila dimaksudkan untuk penggunaan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril Injeksi.
atau harus diproses lebih lanjut untuk sediaan
injeksi. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi larutan
Tambahan Monografi mengandung doksorubisin dari cahaya]
INJEKSI DOKSORUBISIN Fase gerak, Pengencer, dan Larutan kesesuaian
HIDROKLORIDA sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Injection Doxorubicin Hydrochloride kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Injeksi Doksorubisin Hidroklorida adalah larutan Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan
steril doksorubisin hidroklorida dalam air untuk Doksorubisinon BPFI, masukkan ke dalam labu
injeksi. Mengandung doksorubisin hidroklorida, tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
C27H29NO11.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih kurang
8 dan 12 µg per mL. [Catatan Jika perlu larutkan
lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. Dapat mengandung natrium klorida, dalam asetonitril P menggunakan 5% volume akhir
dekstrosa atau zat tambahan untuk isoosmosis. larutan sebelum dilarutkan dalam Pengencer].
Larutan uji Pipet sejumlah larutan injeksi,
Baku pembanding Doksorubisin Hidroklorida encerkan dengan Pengencer hingga kadar
BPFI [Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan doksorubisin hidroklorida lebih kurang 0,4 mg per
mL.
vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi]; tidak boleh dikeringkan sebelum Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
digunakan. Simpan pada lemari pembeku, Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
terlindung dari cahaya, dan diamkan pada suhu Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ruang sebelum dibuka. Doksorubisinon BPFI ukur semua respons puncak seperti tertera pada
[Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan vial Prosedur: resolusi, R, antara doksorubisin dan
epirubisin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
dan isi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi]; C21H18O9; 414,36. Epirubisin kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Hidroklorida BPFI [Catatan Bersifat karsinogenik, kromatogram dan ukur respons puncak seperti
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
menghindari kontaminasi]; C27H29NO11.HCl; penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
579,98. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
- 65 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan Kromatografi <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Pengencer Campuran Larutan A–Larutan B (50 :
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 50).
Hitung persentase doksorubisinon dalam larutan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
injeksi dengan rumus: sejumlah Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan
Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
𝑟𝑢 𝐶𝑆 encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
( ) × ( ) × 𝑃 × 100 masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
baku; CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam kurang 0,1 mg per mL.
µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar Larutan uji Pipet sejumlah larutan injeksi,
doksorubisin hidroklorida dalam µg per mL Larutan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
uji; P adalah potensi doksorubisinon dalam µg per doksorubisin hidroklorida lebih kurang 0,1 mg per
mg Doksorubisinon BPFI. mL.
Hitung persentase cemaran tidak spesifik lain dalam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
larutan injeksi dengan rumus: tinggi pada panjang gelombang analisis 254 nm,
untuk identifikasi B gunakan detektor “diode array”
𝑟𝑖 𝐶𝑆 190-400 nm dan kolom berukuran 2,1 mm × 10 cm
( ) × ( ) × 𝑃 × 𝐹 × 100 berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 1,7
𝑟𝑆 𝐶𝑈
µm. Pertahankan suhu kolom pada 35 dan
ri adalah respons puncak cemaran lain dalam autosampler pada 4°. Laju alir lebih kurang 0,5 mL
Larutan uji; rS adalah respons puncak doksorubisin per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dalam Larutan baku; CS dan CU berturut-turut
adalah kadar doksorubisin hidroklorida dalam µg Waktu Larutan A Larutan B
per mL Larutan baku dan Larutan uji; P adalah (menit) (%) (%)
potensi doksorubisin dalam µg per mg Doksorubisin 0 90 10
Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 15 25 75
mg per µg. Masing-masing cemaran dan total 16 25 75
cemaran tidak lebih dari yang tertera pada Tabel. 16,1 90 10
18 90 10
Tabel
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Waktu sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Batas
Nama Retensi puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
(%)
Relatif relatif tertera pada Tabel dalam Cemaran organik.
Doksorubisin 1,0 - Resolusi, R, antara puncak doksorubisin dan
epirubisin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Epirubisin 1,05 -
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Doksorubisinon 1,08 3,0 kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Daunorubisinon 1,35 - tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan
Masing-masing 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
- 2,0
cemaran lain ulang tidak lebih dari 0,73%.
Total cemaran - 5,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi larutan Hitung persentase doksokrubisin hidroklorida,
mengandung doksorubisin dari cahaya] C27H29NO11.HCl, dalam injeksi dengan rumus:
Larutan A Pipet 1 mL asam trifluoroasetat P,
encerkan dengan air sampai 1 liter. Kadar larutan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 𝑃 × 𝐹 × 100
lebih kurang 0,1%, saring dan awaudarakan. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Larutan B Buat campuran asetonitril P– metanol
P–asam trifluoroasetat P (800:200:1), saring dan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
awaudarakan. doksorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku;
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A CS adalah kadar doksorubisin hidroklorida dalam mg
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem per mL Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian dalam larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
- 66 -
pada etiket; dan Larutan uji; P adalah potensi dalam metanol P tidak lebih dari 1% volume labu.
doksorubisin dalam µg per mg Doksorubisin Encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 kurang (L/1000) mg per mL. Pipet sejumlah volume
mg per µg. larutan ini, encerkan dengan Media disolusi hingga
kadar lebih kurang 0,012 mg per mL. L adalah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis jumlah efavirens dalam mg per tablet yang tertera
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca tipe I, pada etiket.
terlindung dari cahaya. Simpan pada lemari Larutan uji Saring alikot menggunakan penyaring
pendingin. Injeksi dapat dikemas dalam wadah dosis membran polietilena, encerkan dengan Media
ganda dengan volume tidak lebih dari 100 mL. disolusi hingga kadar lebih kurang sama dengan
Larutan baku.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah efavirens
Tambahan Monografi C14H9ClF3NO2, yang terlarut secara
TABLET EFAVIRENS spektrofotometri dari Larutan baku dan Larutan uji,
Efavirenz Tablets pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 247 nm dalam sel 1-cm.
Tablet Efavirens mengandung efavirens, Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
C14H9ClF3NO2, tidak kurang dari 92,0% dan tidak kurang dari 80% (Q) efavirens, C14H9ClF3NO2 dari
lebih dari 108,0% dari jumlah yang tertera pada jumlah yang tertera pada etiket.
etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Efavirens BPFI; tidak boleh Prosedur keseragaman kandungan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Pengencer Campuran asetonitril P-air (50:50).
terlindung cahaya. [Peringatan Berbahaya pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah
sistem reproduksi]Senyawa Sejenis B Efavirens Efavirens BPFI, larutkan dan encerkan dengan
BPFI; C14H11ClF3NO2; 317,69. Pengencer hingga kadar lebih kurang 12 µg per mL.
Larutan uji Gunakkan tidak kurang dari 10 tablet,
Identifikasi masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam wadah
A. Masukkan satu tablet yang telah diserbuk terpisah yang sesuai, larutkan dengan 250 mL
haluskan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan Pengencer. Aduk selama 90 menit, sentrifus selama
5 mL asetonitril P, kocok menggunakan vortex. 10 menit dan saring 10 mL dengan penyaring
Ambil 3 mL larutan ini, sentrifugasi selama 5 menit. membran nilon atau PVDF, masukkan filtrat ke
Pindahkan lebih kurang 1-2 mL beningan ke wadah dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan
yang sesuai, uapkan hingga kering dengan aliran Pengencer hingga kadar efavirens lebih kurang 12
nitrogen P. Dispersikan 0,5 – 1 mg zat dalam kalium µg per mL.
bromida P. Spektrum serapan inframerah zat yang Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium baku pada panjang gelombang 246 nm dalam sel 1-
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada cm, menggunakan Pengencer sebagai blangko.
bilangan gelombang yang sama seperti pada Hitung jumlah dalam mg efavirens, C14H9ClF3NO2
Efavirens BPFI. dalam tablet dengan rumus:
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti 𝐴𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 𝑉 × 𝐷 × 100
diperoleh pada Penetapan kadar. 𝐴𝑆 𝐿
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H15NO.HCl,
tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm dan dihitung terhadap zat kering.
kolom berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan
pengisi L10 dengan ukuran partikel 5 µm. Pemerian Serbuk atau hablur halus, putih; tidak
Pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju alir lebih berbau; terpengaruh oleh cahaya.
kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf diprogram
sebagai berikut: Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam
etanol; tidak larut dalam eter.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI;
0 60 40 tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
16 50 50 tertutup rapat, terlindung cahaya. Pseudoefedrin
23 35 65 Hidroklorida BPFI.
28 30 70
29 20 80
Identifikasi
31 20 80
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
32 60 40
40 60 40
didispersikan dalam kalium bromida P hanya
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, yang sama seperti pada Efedrin Hidroklorida BPFI.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
untuk senyawa sejenis B efavirens dan efavirens
Keasaman atau kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam
berturut-turut 0,9 dan 1,0; resolusi antara efavirens
dan senyawa sejenis B efavirens tidak kurang dari 20 ml air dan tambahkan 1 tetes merah metil LP. Jika
1,2; simpangan baku relatif pada penyuntikkan larutan berwarna kuning, akan berubah menjadi
merah pada penambahan tidak lebih dari 0,10 mL
ulang tidak lebih dari 2,0%.
asam sulfat 0,02 N. Jika larutan berwarna merah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
muda, berubah menjadi kuning pada penambahan
volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku dan
tidak lebih dari 0,20 mL natrium hidroksida 0,02N.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase efavirens, C14H9ClF3NO2 dalam Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 217° dan
tablet yang digunakan dengan rumus:
220°.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Pemerian Hablur putih sampai putih kekuningan.
dalam Larutan uji; rs adalah respons puncak efedrin
dalam Larutan baku; CS adalah kadar Efedrin Kelarutan Larut dalam metanol dan dalam asam
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; asetat anhidrat; agak sukar larut dalam etanol;
CU adalah kadar efedrin hidroklorida dalam mg per praktis tidak larut dalam air dan dalam eter.
ml Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; F
Baku pembanding Estazolam BPFI; tidak boleh
adalah faktor respons relatif seperti tertera pada
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Tabel. Masing-masing cemaran dan total cemaran
terlindung cahaya. [Peringatan Berbahaya pada
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
sistem reproduksi]. Senyawa Sejenis A Estazolam
BPFI; Nordazepam BPFI.
Tabel
Identifikasi
Nama Senyawa Waktu retensi Faktor Batas
relatif respons (%) A. Spektrum serapan inframerah zat yang
relatif didispersikan dalam kalium bromida P,
Efedrin 1,0 - - menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Pseudoefedrin 1,1 - - gelombang yang sama seperti pada Estazolam BPFI.
α-Asetilbenzil 1,4 2,5 0,2 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
alkohol Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Cemaran lain - 1,0 0,1 diperoleh pada Penetapan kadar.
- 70 -
sesuai, encerkan dengan air hingga kadar lebih Prosedur Lakukan penetapan jumlah
kurang 0,02 mg per mL. C12H12N2O3, yang terlarut dengan mengukur
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja serapan alikot, jika perlu diencerkan dengan dapar
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan borat alkalis pH 9,6 dan serapan larutan baku
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 Fenobarbital BPFI pada panjang gelombang
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang serapan maksimum lebih kurang 240 nm.
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons kurang dari 75% (Q) C12H12N2O3 dari jumlah yang
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tertera pada etiket.
tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan Penetapan kadar
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Dapar pH 4,5, Fase gerak, Larutan baku internal,
kromatogram 2,5 kali waktu retensi estazolam dan Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
estazolam, C16H11ClN4, dalam zat dengan rumus: Fenobarbital.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
𝑟𝑈 𝐶𝑆 dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
( ) × ( ) × 100 halus tablet setara dengan lebih kurang 20 mg
𝑟𝑠 𝐶𝑈
fenobarbital, tambahkan 15,0 mL Larutan baku
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama internal, campur dan sonikasi selama 15 menit,
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar saring dengan penyaring membran dengan porositas
estazolam dalam mg per ml Larutan baku; CU 0,5 µm atau lebih halus, sebelum digunakan.
adalah kadar estazolam dalam mg per ml Larutan uji Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
berdasarkan bobot yang ditimbang. Penetapan kadar dalam Fenobarbital. Hitung
jumlah dalam mg fenobarbital, C12H12N2O3, dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu ruang
terkendali. 𝑅𝑈
( )𝑊
𝑅𝑆
TABLET FENOBARBITAL RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
Tablet Luminal respons puncak Larutan uji dan Larutan baku; W
Phenobarbital Tablet adalah bobot Fenobarbital BPFI dalam mg dalam
Larutan baku.
Tablet fenobarbital mengandung fenobarbital,
C12H12N2O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dari 110,0% dari jumlah yang tertera dalam etiket. baik.
fosfomisin natrium dihitung berdasarkan kesetaraan Larutan uji Ke dalam tabung Nessler 50 mL,
dengan fosfomisin (C3H7O4P: 138,06). masukkan 1,0 g zat, larutkan dan encerkan dengan
air hingga 40 mL. Pada larutan ini, tambahkan 2 mL
Pemerian Serbuk hablur putih. asam asetat 1 N, encerkan dengan air hingga tanda.
Prosedur Ke dalam tiap tabung dari 2 tabung yang
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, agak sukar masing-masing berisi Larutan baku dan Larutan uji,
larut dalam metanol, dan praktis tidak larut dalam tambahkan 1 tetes natrium sulfida LP, aduk rata,
etanol. diamkan selama 5 menit. Amati permukaan dari atas
pada dasar putih: Warna yang terjadi pada Larutan
Baku pembanding Fosfomisin Natrium BPFI. uji tidak lebih gelap dari warna yang terjadi pada
Simpan dalam lemari pendingin. Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,025
udara. unit Endotoksin FI per mg.
Sulfat Ke dalam 25 mL larutan yang diperoleh pada Fase gerak, sonikasi hingga kadar masing-masing
uji Klorida lakukan uji Sulfat seperti pada Uji lebih kurang 50 µg per mL.
identifikasi umum <291>. Opalesens yang terjadi Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tidak lebih intens dari larutan pembanding yang Glikuidon BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
dibuat dengan menggunakan 2 mL larutan baku gerak sonikasi hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
kalium sulfat (0,02%). mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sonikasi
Lakukan pengeringan pada suhu 105°. hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. diameter kolom 3,9 atau 4,6 mm berisi bahan pengisi
L1 dengan ukuran partikel lebih kurang 3 – 10 µm.
Logam berat Metode III Tidak lebih dari 10 bpj; Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
lakukan menggunakan zat yang diperoleh dari Sisa sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
pemijaran. puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
antara puncak glikuidon dan isokuinolin tidak
Cemaran organik Isokuinolin tidak lebih dari kurang dari 1,5; efisensi kolom untuk puncak
0,75%; total cemaran lain tidak lebih dari 1,0%. glikuidon tidak kurang dari 2000 lempeng teoritis.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
<931>. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, kromatogram dan ukur respons puncak utama.
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera Hitung persentase, glikuidon, C27H33N3O6S, dalam
pada Penetapan kadar. zat dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Isokuinolin BPFI, larutkan dan encerkan dengan 𝑟𝑈
( ) × 𝐶 × 100
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL. 𝑟𝑆
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sonikasi rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke Glikuidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah rapat.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku,
Larutan uji dan Larutan pembanding ke dalam
kromatograf, rekam kromatogram selama dua kali Tambahan monografi
waktu retensi puncak utama dan ukur semua respons GRANISETRON HIDROKLORIDA
puncak. Respons puncak isokuinolin pada Granisetron Hydrochloride
kromatogram Larutan uji tidak lebih dari Larutan
baku. Total cemaran lain pada kromatogram
Larutan uji tidak lebih dari respons puncak utama
Larutan pembanding.
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam metilen klorida; sukar larut dalam metanol. Granisetron Hidroklorida BPFI larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Baku pembanding Granisetron Hidroklorida kurang 5 µg per mL.
BPFI;tidak boleh dikeringkan, simpan pada wadah Larutan identifikasi Timbang saksama masing-
tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Setelah masing sejumlah Senyawa sejenis A Granisetron
dibuka, simpan di bawah aliran gas inert. Senyawa BPFI dan Senyawa sejenis B Granisetron BPFI
sejenis A Granisetron BPFI; Senyawa sejenis B larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Granisetron BPFI; Senyawa sejenis E Granisetron kadar masing-masing lebih kurang 10 dan 5 µg per
BPFI. mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis C
sama seperti pada Granisetron Hidroklorida BPFI. granisetron dan granisetron tidak kurang dari 3,5;
B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera faktor ikutan puncak granisetron tidak lebih dari 2,0.
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5; lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
menggunakan larutan 10 mg per mL dalam air bebas relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%.
karbon dioksida P. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Larutan identifikasi dan Larutan uji ke dalam
Lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam. kromatograf, rekam kromatogram selama dua kali
waktu retensi granisetron dan ukur respons semua
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran
dalam zat dengan rumus:
Senyawa sejenis E Granisetron Tidak lebih dari
0,5%. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
tertera pada Kromatografi <931>. ( ) × ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑠 𝐶𝑈 𝐹
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (80:20). ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Fase gerak Campuran etil asetat P-isopropil dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
alkohol P-amonium hidroksida P (50:30:6,5). granisetron dari Larutan baku; CS dan CU adalah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kadar granisetron hidroklorida dalam mg per ml
Senyawa sejenis E Granisetron BPFI, larutkan dan Larutan baku dan Larutan uji; F adalah faktor
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,25 mg respons relatif yang tertera pada Tabel. Masing-
per mL. [Catatan Untuk menghitung kadar baku masing cemaran tidak lebih dari yang tertera pada
pembanding, gunakan faktor koreksi yang tertera Tabel; total cemaran tidak lebih dari 1,0%. Abaikan
pada etiket] puncak cemaran kurang dari 0,05%.
Larutan uji Timbang saksama 250 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan Tabel
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Nama Waktu Faktor Batas
masing 2 µL Larutan baku dan Larutan uji pada retensi Respons (%)
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke relatif Relatif
dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan Senyawa sejenis D 0,4 1,0 0,1
merambat hingga setengah tinggi lempeng. Angkat granisetron
lempeng, tandai batas rambat, keringkan, paparkan Senyawa sejenis B 0,5 0,59 0,5
pada uap iodin P selama 30 menit: bercak senyawa granisetron
sejenis E granisetron Larutan uji tidak lebih intens Senyawa sejenis A 0,7 1,0 1,0
dari bercak Larutan baku. granisetron
Senyawa sejenis C 0,8 1,0 0,2
granisetron
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Granisetron 1,0 - -
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Cemaran lain - 1,0 0,1
Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi semua
larutan granisetron hidroklorida dari cahaya]
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji Lakukan seperti pada Penetapan kadar.
- 78 -
Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi semua baku; CU adalah kadar granisetron hidroklorida
larutan granisetron hidroklorida dari cahaya] dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot
Fase gerak Pipet 1,6 ml asam ortofosfat P, yang ditimbang.
encerkan dengan air hingga 800 mL. Tambahkan
200 mL asetonitril P, campur. Tambahkan 1,0 mL Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
heksilamin, campur. Atur pH hingga 7,5 ± 0,05 baik, terlindung cahaya, pada suhu ruang.
dengan penambahan trietilamin P (lebih kurang 4
mL). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Tambahan monografi
tertera pada Kromatografi <931>. INJEKSI GRANISETRON
Larutan baku Timbang saksama sejumlah HIDROKLORIDA
Granisetron Hidroklorida BPFI larutkan dan Granisetron Hydrochloride Injections
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 1,0 mg per mL. Injeksi granisetron hidroklorida adalah larutan steril
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama granisetron hidroklorida dalam air untuk injeksi.
sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Fase Mengandung granisetron hidroklorida, setara
gerak hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. dengan granisetron, C18H24N4O, tidak kurang dari
Pipet 2 mL larutan ke dalam vial kaca bening 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%, dari jumlah yang
bersumbat, sumbat vial dan paparkan pada cahaya tertera pada etiket. Dapat mengandung pengawet
matahari selama 4 jam atau letakkan di bawah lampu yang sesuai.
UV selama 16 jam (granisetron mengalami
degradasi sebagian menjadi senyawa sejenis C Baku pembanding Granisetron Hidroklorida
granisetron). Tingkat degradasi lebih kurang 0,3% BPFI;tidak boleh dikeringkan, simpan pada wadah
menjadi senyawa sejenis C granisetron harus tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Setelah
diperoleh yang ditunjukkan dengan puncak yang dibuka, simpan di bawah aliran gas inert. Senyawa
sesuai pada kromatogram. Jika degradasi tidak sejenis B Granisetron BPFI; Senyawa sejenis C
tercapai, paparkan kembali larutan di bawah sinar Granisetron BPFI; Senyawa sejenis D Granisetron
matahari atau lampu UV. BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan bersifat
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin
tanda, campur. dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja belum dibuka dalam lemari pembeku..
tinggi dilengkapi dengan detektor 305 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Identifikasi
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
kolom pada 40⁰. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per tertera pada Kromatografi <931>.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Fase gerak Buat campuran metilen klorida P-
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: etanol P-air-amonium hidroksida P (60:40:5:2).
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis C Larutan uji Gunakan larutan injeksi.
granisetron dan granisetron tidak kurang dari 3,5; Larutan baku Timbang saksama sejumlah
faktor ikutan puncak granisetron tidak lebih dari 2,0. Granisetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, encerkan dengan air atau etanol P hingga kadar
rekam kromatogram dan ukur respons puncak granisetron sesuai dengan larutan uji. [Catatan
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Untuk menghitung kadar granisetron dalam larutan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. baku, gunakan bobot molekul granisetron 312,41
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dan granisetron hidroklorida 348,87].
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam volume Larutan baku dan Larutan uji mengandung
kromatogram dan ukur respons puncak utama. granisetron setara dengan lebih kurang 4 sampai 5
Hitung persentase granisetron hidroklorida, µg pada lempeng kromatografi, keringkan lempeng
C18H24N4O.HCl, dalam zat dengan rumus: di bawah aliran udara hangat selama lebih kurang 5
menit. Masukkan lempeng ke dalam bejana
𝑟𝑈 𝐶𝑆 kromatografi berisi Fase gerak yang telah dijenuhkan,
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑠 𝐶𝑈 biarkan merambat hingga dua per tiga tinggi lempeng
(lebih kurang 15 cm). Angkat lempeng, tandai batas
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama rambat, keringkan di bawah aliran udara hangat, dan
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar amati di bawah cahaya UV 254 nm: warna, ukuran
granisetron hidroklorida dalam mg per ml Larutan dan Rf bercak utama kromatogram Larutan uji sesuai
- 79 -
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Injeksi.
Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan penetapan
di bawah cahaya redup dan gunakan vial Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
autosampler berwarna cokelat dan peralatan kaca Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
aktinik rendah] Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan penetapan
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem pada cahaya redup dan gunakan vial autosampler
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti pada cokelat dan gelas kaca aktinik rendah]
Penetapan kadar. Dapar Timbang 15,6 g natrium fosfat dihidrat
Larutan baku Timbang saksama sejumlah monobasa P, larutkan dalam 900 mL air, atur pH
Granisetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan hingga 2,0 dengan penambahan asam ortofosfat P,
encerkan dengan air hingga kadar granisetron encerkan dengan air hingga 1000 mL.
hidroklorida lebih kurang (0,11×L) mg per mL. L Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi tetrahidrofuran P (75:24:1,1), saring dan
yang tertera pada etiket. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan uji Gunakan larutan injeksi. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kromatografi <931>.
volume sama (lebih kurang 15/L L, dengan L Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi masing-masing sejumlah Granisetron Hidroklorida
yang tertera pada etiket) Larutan baku, dan Larutan BPFI, Senyawa Sejenis B Granisetron BPFI,
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram Senyawa Sejenis C Granisetron BPFI, Senyawa
selama tidak kurang tiga kali waktu retensi puncak Sejenis D Granisetron BPFI, larutkan dan encerkan
granisetron dan ukur semua respons puncak. Hitung dengan campuran air- metanol P (75:25) hingga
persentase masing-masing cemaran dalam zat kadar masing-masing zat lebih kurang 0,1 mg per
dengan rumus: mL. Encerkan larutan dengan air hingga kadar
masing-masing lebih kurang L µg per mL. L adalah
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1 312,41 jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi yang
( )×( )×( )×( ) × 100 tertera pada etiket.
𝑟𝑠 𝐶𝑈 𝐹 348,87
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Granisetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
encerkan dengan air hingga kadar granisetron
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
hidroklorida lebih kurang (0,11×L) mg per mL. L
granisetron dari Larutan baku; CS adalah kadar
adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi
Granisetron Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
yang tertera pada etiket.
Larutan baku; CU adalah kadar granisetron dalam
Larutan uji Encerkan larutan injeksi (1:10).
mg per mL Larutan uji; F adalah faktor respons
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
relatif yang tertera pada Tabel; 312,41 dan 348,87
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
berturut-turut adalah bobot molekul granisetron dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan
granisetron hidroklorida. Masing-masing cemaran
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
tidak lebih dari yang tertera pada Tabel. Abaikan
“polar encapped” dengan ukuran partikel 4 m.
puncak senyawa sejenis A granisetron dengan waktu
Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. Lakukan
retensi lebih kurang 0,5 sampai 0,6. Abaikan puncak
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
cemaran kurang dari 0,1%.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Tabel
puncak granisetron dan senyawa sejenis C
- 80 -
granisetron tidak kurang dari 2. Lakukan Pemerian Serbuk hablur putih sampai praktis putih;
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 215°
kromatogram dan ukur respons puncak seperti disertai penguraian.
tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
granisetron tidak lebih dari 3; simpangan baku Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan eter;
relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak lebih agak sukar larut dalam aseton dan etanol; sukar larut
dari 2,0%. dalam kloroform.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 15/L L, dengan L Baku pembanding Hidrokortison BPFI; tidak
adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
yang tertera pada etiket) Larutan baku, dan Larutan dalam wadah tertutup rapat.
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
selama tidak kurang tiga kali waktu retensi puncak Identifikasi
granisetron dan ukur respons puncak utama. Hitung A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
persentase granisetron, C18H24N4O, dalam tiap mL didispersikan dalam minyak mineral P,
injeksi dengan rumus: menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Hidrokorotison
𝑟𝑈 𝐶𝑆 312,41 BPFI.
( )×( )×( ) × 100 B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
𝑟𝑠 𝐶𝑈 348,87
mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama minimum pada panjang gelombang yang sama
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar seperti pada Hidrokorotison BPFI. Serapan masing-
granisetron hidroklorida dalam mg per mL Larutan masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
baku; CU adalah kadar granisetron dalam mg per mL gelombang serapan maksimum lebih kurang 242
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada nm: berbeda tidak lebih dari 2,5%.
etiket; 312,41 dan 348,87 berturut-turut adalah
bobot molekul granisetron dan granisetron Rotasi jenis <1081> Antara +150° dan +156°;
hidroklorida. lakukan penetapan menggunakan larutan dalam
dioksan P yang mengandung 10 mg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, terlindung dari cahaya, pada Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
suhu ruang terkendali. lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
Penandaan Pada etiket tertera nama dan jumlah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
pengawet yang ditambahkan. penetapan menggunakan 100 mg zat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan antara hidrokortison dan propilparaben tidak kurang
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L3 dari 9,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 3000
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,2
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons tidak lebih dari 2,0%.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
volume sama (lebih kurang 5µL) Larutan baku, Hitung presentase hidrokortison, C21H30O5, dalam
Pengencer dan Larutan uji ke dalam kromatograf, zat yang digunakan dengan rumus:
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam 𝑅𝑈 𝐶𝑆
zat dengan rumus: × × 100
𝑅𝑆 𝐶𝑈
𝑟𝑖 𝐶𝑆
× × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
respons puncak Hidrokortison terhadap propil
ri adalah respons puncak dari masing-masing paraben dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
cemaran yang diperoleh dalam Larutan uji; rS adalah kadar Hidrokortison BPFI dalam mg per mL
adalah respons puncak Hidrokortison yang Larutan baku; dan CU adalah kadar Hidrokortison
diperoleh dari Larutan baku; CS adalah kadar dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
Hidrokortison BPFI dalam mg per mL Larutan yang ditimbang.
baku; dan CU adalah kadar Hidrokortison dalam mg
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
ditimbang. baik, simpan pada suhu ruang terkendali.
Larutan baku Buat larutan baku dalam pelarut air A. Basa nitrogen organik <261> Memenuhi
dalam metanol P (10%). syarat.
Larutan uji Buat larutan uji dalam pelarut air Larutan uji Triturasi sejumlah serbuk tablet setara
dalam metanol P (10%). dengan lebih kurang 1000 mg hidroksiklorokuin
Fase gerak Campuran etanol P- air-ammonium sulfat dengan 50 mL air (kadar larutan lebih kurang
hidroksida P (80:16:4). 20 mg per mL), saring. Gunakan sisa filtrat untuk uji
Penampak bercak Gunakan Penampak bercak 1. Identifikasi B.
B. Filtrat menunjukkan reaksi Sulfat seperti
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Spektrofotometri seperti yang tertera pada C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah diperoleh pada Penetapan kadar.
Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Disolusi <1231>
dengan air hingga kadar lebih kurang 20 mg per mL. Media: 900 mL air
Pipet sejumlah larutan, encerkan dengan asam Alat tipe 2: 50 rpm
hidroklorida P (1 dalam 100) hingga kadar lebih Waktu: 60 menit
kurang 10 µg per mL. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Larutan uji Timbang sejumlah zat, masukkan ke hidroksiklorokuin sulfat, C18H26ClN3O.H2SO4, yang
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan terlarut secara spektrofotometri dengan mengukur
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 20 serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media
mg per mL. Pipet sejumlah larutan, encerkan dengan disolusi dan larutan baku Hidroksiklorokuin Sulfat
asam hidroklorida P (1 dalam 100) hingga kadar BPFI dalam media yang sama pada panjang
lebih kurang 10 µg per mL. gelombang serapan maksimum lebih kurang 343
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan nm.
uji pada panjang gelombang serapan maksimum Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
lebih kurang 343 nm, menggunakan asam kurang dari 70% (Q), C18H26ClN3O.H2SO4, dari
hidroklorida P (1 dalam 100) sebagai blangko. jumlah yang tertera pada etiket.
Hitung persentase hidroksiklorokuin sulfat,
C18H26ClN3O.H2SO4, dalam zat dengan rumus: Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Tabel 3
Suhu Peningkatan Suhu Waktu Tambahan monografi
Awal (°) suhu Akhir tunggu pada TETES MATA HIPROMELOSA
(°/menit) (°) Suhu Akhir
Hypromellose Ophthalmic Solution
(menit)
50 0 50 3 Hydroxypropyl Methylcellulose
50 10 100 - Ophthalmic Solution
100 34,9 250 8
Tetes Mata Hipromelosa adalah larutan steril
Gunakan helium P sebagai gas pembawa, dengan hipromelosa. Mengandung hipromelosa
perbandingan split 40:1, dan laju alir lebih kurang (hidroksipropil metilselulosa), tidak kurang dari
4,3 mL per menit atau atur laju alir dengan Larutan 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
baku hingga waktu retensi baku internal lebih tertera pada etiket. Dapat mengandung pengawet,
kurang 10 menit. Lakukan kromatografi terhadap dapar, dan penstabil yang sesuai.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Baku pembanding Hipromelosa BPFI; Untuk
antara puncak metil iodida, isopropil iodida, dan penetapan kuantitatif, lakukan susut pengeringan
baku internal masing-masing tidak kurang dari 5 pada suhu 105° selama 1 jam saat akan digunakan.
(urutan eluasi adalah metil iodida, isopropil iodida, Simpan dalam wadah tertutup rapat. Bersifat
kemudian baku internal); simpangan baku relatif higroskopis.
pada 6 kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%,
menggunakan perbandingan respons puncak metil Identifikasi
iodide dan isopropil iodida terhadap baku internal. A. Pipet sejumlah volume tetes mata, teteskan
Prosedur Suntikkan lebih kurang 1-2 µL lapisan pada kaca objek, diamkan hingga air menguap:
atas Larutan baku dan Larutan uji ke dalam terbentuk lapisan tipis.
kromatograf. Rekam kromatogram selama tidak B. Pipet 5 mL tetes mata, masukkan ke dalam
kurang dari 20,3 menit dan ukur respons puncak. tabung reaksi, panaskan pada nyala api kecil: larutan
Hitung persentase metoksi (-OCH3) dalam zat hangat keruh yang berubah menjadi jernih setelah
dengan rumus: dingin.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada imipenem Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
- 90 -
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan dari Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
S
gelombang yang sama seperti pada Irbesartan BPFI. natrium azida dalam µg per mL Larutan baku; C U
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram adalah kadar irbesartan dalam mg per mL Larutan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti uji; 42,02 dan 65,01 berturut-turut adalah bobot
diperoleh pada Penetapan kadar. molekul azida dan natrium azida. F adalah faktor
koreksi, 1000.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
Kromatografi <931>.
bpj.
- 91 -
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera Dapar Buat campuran air-asam ortofosfat P
pada Penetapan kadar. (950:5,5). Atur pH hingga 3,2 dengan penambahan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah trietilamin P.
Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A Irbesartan Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P (670:330), saring dan awaudarakan. Jika perlu
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
per mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
kadar lebih kurang 1 mg per mL. Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja metanol P hingga kadar masing-masing lebih kurang
tinggi yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan 0,05 mg per mL.
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju Larutan baku Timbang saksama sejumlah
alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %. kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
kromatogram dan ukur semua respons puncak. alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
Hitung persentase senyawa sejenis A irbesartan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
dalam zat dengan rumus: rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera dalam Prosedur: waktu retensi relatif
𝑟𝑢 𝐶𝑠 untuk senyawa sejenis A irbesartan dan irbesartan
( ) × ( ) × 100 berturut-turut adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0;
𝑟𝑠 𝐶𝑢
resolusi, R, antara puncak irbesartan dan puncak
r dan r berturut-turut adalah respons puncak
U S
senyawa sejenis A irbesartan tidak kurang dari 2,0.
senyawa sejenis A irbesartan dari Larutan uji dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan baku; C adalah kadar Senyawa Sejenis A
S
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Irbesartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku; C U
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
adalah kadar irbesartan dalam mg per mL Larutan relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0
uji. Hitung persentase cemaran lain dalam zat %.
dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
𝑟𝑖 𝐶𝑠
( ) × ( ) × 100 kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
𝑟𝑠 𝐶𝑢 persentase irbesartan, C H N O, dalam zat dengan
25 28 6
rumus:
r adalah respons puncak cemaran lain dari Larutan
i
yang tertera pada Tabel Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
S
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat BPFI 524 nm menggunakan Blangko sebagai koreksi.
[Perhatian Zat yang tidak diencerkan, mudah Serapan Larutan uji tidak lebih dari Larutan baku.
meledak dan dapat meledak karena benturan atau
pemanasan berlebih.] mengandung isosorbid dinitrat Isosorbid 5-nitrat dan Isosorbid 2-nitrat Masing-
41,3%. Tidak boleh dikeringkan sebelum masing tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
terlindung dari panas berlebih. Isosorbid Mononitrat tertera pada Kromatografi <931>.
BPFI; Isosorbid 2-nitrat BPFI; Simpan dalam Fase gerak Campuran air-metanol P (70:30),
wadah tertutup rapat, pada lemari pendingin. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk tertera pada Kromatografi <931>.
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan Isosorbid 2-nitrat BPFI, larutkan dan encerkan
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg
dibuka dalam lemari pembeku. per mL.
Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah
Identifikasi Isosorbid Mononitrat BPFI, larutkan dan encerkan
A. Keringkan sejumlah volume injeksi pada dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg
tekanan udara rendah pada suhu di bawah 40º hingga per mL.
diperoleh residu setara dengan lebih kurang 25 mg Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
isosorbid dinitrat. Tambahkan pada residu 10 mL sejumlah Isosorbid 2-nitrat BPFI dan Isosorbid
diklorometan P, aduk selama 5 menit. Saring dan Mononitrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
uapkan filtrat hingga kering. Spektrum serapan Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih
inframerah residu yang didispersikan dalam kalium kurang 50 µg per mL.
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada Larutan uji Keringkan sejumlah volume injeksi
bilangan gelombang yang sama seperti pada setara dengan lebih kurang 50 mg isosorbid dinitrat
Isosorbid Dinitrat BPFI. pada tekanan udara rendah pada suhu di bawah 40⁰.
B. Menunjukkan reaksi garam Natrium dan Triturasi residu dengan 50 mL Fase gerak, aduk.
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Saring melalui penyaring kaca fiber, gunakan filtrat.
<291>. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi “end-
capped” L1 dengan ukuran partikel lebih kurang 5
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 unit µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
Endotoksin FI per mL injeksi. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Injeksi. antara puncak isosorbid mononitrat dan isosorbid 2-
nitrat tidak kurang dari 2,4.
Nitrit Tidak lebih dari 1 bpj. Lakukan penetapan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan cara Spektrofotometri UV seperti tertera volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku 1,
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya Larutan baku 2, dan Larutan uji ke dalam
<1191>. kromatograf, rekam semua respons puncak. Hitung
Blangko Campuran 40 mL air, 2 mL larutan asam persentase cemaran berdasarkan perbandingan
sulfanilat, 2 mL larutan asam puncak kromatogram. Respons puncak isosorbid 2-
aminonaftalensulfonat. Encerkan dengan air hingga nitrat pada kromatogram Larutan uji tidak lebih
50 mL. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam. besar dari puncak utama pada Larutan baku 1; dan
Larutan baku Pipet 2 mL larutan baku nitrit (20 respons puncak isosorbid 5-nitrat pada kromatogram
bpj), encerkan dengan air hingga 40 mL. Larutan uji tidak lebih besar dari puncak utama pada
Tambahkan 2 mL larutan asam sulfanilat, 2 mL Larutan baku 2.
larutan asam aminonaftalensulfonat. Encerkan
dengan air hingga 50 mL. Diamkan pada suhu ruang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
selama 1 jam. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji Ke dalam 40 mL injeksi tambahkan 2 Kromatografi <931>.
mL larutan asam sulfanilat, 2 mL larutan asam Pengencer Campuran metanol P dan air (25:75).
aminonaftalensulfonat. Encerkan dengan air hingga Fase gerak Timbang sejumlah amonium asetat P,
50 mL. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam. larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan kadar lebih kurang 0,39 mg per mL, saring dan
baku pada panjang gelombang serapan maksimum awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
- 95 -
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dihitung terhadap zat anhidrat. [Catatan Perlakukan
Kromatografi <931>. dengan hati-hati untuk menghindari partikel
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kalsitriol terhirup dan terpapar ke kulit.]
Isosorbid dinitrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 100 µg Pemerian Hablur putih atau hampir putih; peka
per mL, saring. Pipet 1 mL filtrat ke dalam labu terhadap udara, panas dan cahaya.
tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer
sampai tanda. Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, eter dan minyak lemak; praktis tidak larut dalam air.
encerkan dengan Pengencer hingga kadar isosorbid
dinitrat lebih kurang 20 µg per mL. Baku pembanding Kalsitriol BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
tinggi dilengkapi dengan detektor 214 nm dan terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Setelah
kolom 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L13 dibuka, simpan bagian yang tidak digunakan di
dengan ukuran partikel lebih kurang 3 µm. Laju alir bawah gas inert dalam lemari pembeku.
lebih kurang 1,3 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti A. Spektrum serapan inframerah zat yang
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan didispersikan dalam kalium bromida P atau
1,5. menggunakan attenuated total reflectance (ATR),
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan gelombang yang sama seperti pada Kalsitriol BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam B. Waktu retensi puncak utama pada
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Hitung persentase isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
dalam injeksi dengan rumus:
Air <1031> Metode I Antara 3,5% dan 5,5%; untuk
𝑟𝑈 𝐶𝑆 bentuk monohidrat.
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Cemaran organik [Catatan Lakukan penetapan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari secepat mungkin untuk menghindari larutan
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar mengandung kalsitriol terpapar cahaya dan udara.]
Isosorbid Dinitrat BPFI dalam µg per mL Larutan Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
baku; CU adalah kadar Isosorbid dinitrat berdasarkan Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan
jumlah yang tertera pada etiket. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 µL Larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
rapat. selama tidak kurang dari dua kali waktu retensi
puncak kalsitriol, rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak. Hitung persentase masing-
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
KALSITRIOL
Calcitriol 𝑟𝑖
H
CH3 H3C CH3 100 × ( )
CH3 𝑟𝑇
OH
OH
CH2
ri adalah respons masing-masing puncak selain
H puncak utama kalsitriol dan pre-kalsitriol Larutan
HO
uji; dan rT adalah jumlah semua respons puncak
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total
(5Z,7E)-9,10-Sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1, cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
3, 25-triol [32222-06-3] Tabel.
C27H44O3 BM 416,64
Monohidrat [77326-95-5] BM 434,65 Tabel
Metilen kalsitriol 1,5 0,25 uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kasitriol
Cemaran lain tidak spesifik - 0,1 BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
Total cemaran - 1,0 kadar kalsitriol dalam mg per mL Larutan uji
Abaikan puncak kurang dari 0,05% terhadap bobot yang ditimbang.
Penetapan kadar [Catatan Lakukan penetapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
secepat mungkin untuk menghindari larutan rapat, tidak tembus cahaya. Simpan seperti petunjuk
mengandung kalsitriol terpapar cahaya dan udara.] pada etiket.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Penandaan Mencantumkan bentuk monohidrat atau
<931>. anhidrat.
Dapar Buat larutan tris (hidroksimetil)
aminometan P 1 mg per mL dalam air, atur pH
hingga 7,0-7,5 dengan penambahan asam ortofosfat Tambahan monografi
P. KAPSUL KALSITRIOL
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Calcitriol Capsules
(55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Kapsul Kalsitriol berisi larutan kalsitriol dalam
tertera pada Kromatografi <931>. minyak yang sesuai, mengandung kalsitriol,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C27H44O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Kalsitriol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
yang sesuai dan larutkan dalam asetonitril P [Catatan Pada larutan dapat terjadi isomerisasi
sejumlah 55% dari volume labu. Encerkan dengan yang reversibel menjadi pre-kalsitriol yang
Dapar sampai tanda. Larutan mengandung kalsitriol dipengaruhi suhu dan waktu. aktivitas obat berasal
0,1 mg per mL. dari kedua komponen]
Larutan kesesuaian sistem Panaskan 2,0 mL
Larutan baku pada 80º selama 30 menit. Baku pembanding Kalsitriol BPFI; tidak boleh
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Setelah
larutkan dalam asetonitril P sejumlah 55% dari dibuka, simpan bagian yang tidak digunakan di
volume labu, encerkan dengan Dapar sampai tanda. bawah gas inert dalam lemari pembeku.
Larutan mengandung kalsitriol 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40º. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sistem, rekam respons puncak seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur: waktu retensi relatif pre-kalsitriol dan Fase gerak Buat campuran etil asetat P –
kalsitriol berturut-turut lebih kurang 0,9 dan 1,0;
heksana P – metanol P – n-propanol P (60:40:2:1).
resolusi, R, antara puncak pre-kalsitriol dan
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
kalsitriol tidak kurang dari 3,5. Lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam respons
tertera pada Kromatografi <931>.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Kalsitriol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
1,0%.
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
gerak hingga kadar lebih kurang 1,5 µg per mL.
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
[Catatan Kadar Larutan baku disesuaikan dengan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kadar Larutan uji].
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
retensi kalsitriol, ukur respons puncak kalsitriol dan
20 kapsul. Keluarkan semua isi kapsul, bersihkan
pre-kalsitriol. Hitung persentase kalsitriol,
cangkang kapsul dan timbang saksama. Hitung
C27H44O3, dalam zat dengan rumus:
bobot rata-rata isi kapsul.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 Untuk kapsul 0,25 µg per kapsul atau kurang
( ) × ( ) × 100 Gunakan isi kapsul tanpa pengenceran.
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Untuk kapsul lebih dari 0,25 µg Encerkan isi kapsul
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1,5 µg
rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons per mL.
puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan
- 97 -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Kelarutan Agak sukar larut dalam air; praktis tidak
tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom larut dalam aseton dan dalam etanol. Bentuk amorf
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3 dengan dapat membentuk larutan lewat jenuh dalam air.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,2 mL
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Baku pembanding Kalsium Folinat BPFI; tidak
uji, rekam respons puncak seperti tertera pada boleh dikeringkan, simpan dalam wadah terlindung
Prosedur: respons puncak antara kalsitriol dan cahaya, dalam lemari pendingin. Asam formilfolat
respons puncak minyak pembawa terpisah baik. BPFI (Senyawa Sejenis D Kalsium Folinat BPFI)
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
kromatogram dan ukur respons puncak kalsitriol dan simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
pre-kalsitriol. Hitung persentase kalsitriol, dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
C27H44O3, dalam kapsul dengan rumus: dibuka dalam lemari pembeku.
rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons Identifikasi Lakukan identifikasi A, B, dan D atau
puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan A, C dan D.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kasitriol A. Memenuhi syarat uji Rotasi jenis.
BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah B. Spektrum serapan inframerah zat yang
kadar kalsitriol dalam g per mL Larutan uji didispersikan dalam kalium bromida P,
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Kalsium Folinat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup BPFI. Jika spektrum yang diperoleh berbeda,
rapat, tidak tembus cahaya. lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan secara
terpisah sejumlah zat dan Kalsium Folinat BPFI
dalam air dan teteskan aseton P secukupnya hingga
Tambahan monografi terbentuk endapan. Diamkan selama 15 menit,
KALSIUM FOLINAT sentrifus sampai terbentuk endapan. Kumpulkan
endapan dan cuci endapan dua kali, tiap kali dengan
Calcium Folinate
sejumlah kecil aseton P dan keringkan. Lakukan
penetapan menggunakan residu.
C. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
Penjerap Gunakan lempeng Selulosa F254.
Fase gerak Buat campuran isoamil alkohol P-
asam sitrat monohidrat P 50 g per L, yang telah di
atur pH hingga 8 dengan penambahan amonia P
(1:10). Campur, diamkan dan gunakan lapisan
Kalsium(2S)-2-[[4[[[(6RS)-2-amino-5-formil-4- bawah.
okso1,4,5,6,7,8-heksahidropteridin-6- Larutan baku Timbang lebih kurang 15 mg
il]metil]amino]benzoil]amino]pentandioat Kalsium Folinat BPFI, masukkan ke dalam labu
[1492-18-8] tentukur 5-mL, larutkan dan encerkan dengan
C20H21CaN7O7 BM 511,5 amonia P 3% sampai tanda.
C20H21CaN7O7,xH2O Larutan uji Timbang lebih kurang 15 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan
Kalsium folinat mengandung tidak kurang dari dan encerkan dengan amonia P 3% sampai tanda.
97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C20H21CaN7O7, Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
dihitung terhadap zat anhidrat. Mengandung tidak 5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kurang dari 7,54% dan tidak lebih dari 8,14% kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kalsium, Ca, dihitung terhadap zat anhidrat. Dapat kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase
mengandung variasi air hidrat. gerak, biarkan merambat hingga 15 cm. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di
Pemerian Serbuk hablur atau amorf, putih atau udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet 254
kuning muda, higroskopik. nm: ukuran dan harga RF bercak utama yang
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan bercak
utama Larutan baku.
- 98 -
D. Menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. laju alir lebih kurang 4 mL per menit.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kejernihan larutan <881> Jernih; serapan pada volume sama yang sesuai Larutan baku dan Larutan
panjang gelombang 420 nm tidak lebih dari 0,60. uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Lakukan penetapan menggunakan larutan 2,5% ukur respons puncak utama. Hitung persentase
dalam air bebas karbon dioksida P, jika perlu aseton, etanol, dan metanol dalam zat.
panaskan pada suhu 40°.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,5%. Timbang
pH <1071> Antara 6,8 dan 8,0; lakukan penetapan saksama lebih kurang 300 mg zat, larutkan dalam 50
menggunakan larutan 2,5% dalam air bebas karbon mL air. Jika perlu panaskan pada suhu 40°.
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 40°. Tambahkan 10 mL asam nitrat 2N, titrasi dengan
perak nitrat 0,005 N LV sambil diaduk. tetapkan titik
Rotasi jenis <1081> Antara +14,4º dan +18,0º akhir secara potensiometrik. Hitung jumlah klorida
terhadap zat anhidrat, lakukan penetapan dalam mg.
menggunakan larutan 2,5% dalam air bebas karbon
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 40°. Tiap mL perak nitrat 0,005 N
setara dengan 0,177 mg klorida.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 17,0%.
Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: Platinum Tidak lebih dari 20 bpj.
larutkan 100 mg zat dalam 50 mL pelarut dan 15 mL Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
formamida P. Aduk selama 6 menit sebelum titrasi kurang 1 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur
dan gunakan pentiter yang sesuai yang tidak 100-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
mengandung piridin. tanda.
Larutan baku Buat Larutan baku platina 30 bpj
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari dalam campuran asam nitrat P-air (1:99). Buat
0,5 unit Endotoksin FI per mg kalsium folinat, jika beberapa konsentrasi Larutan baku.
digunakan untuk pembuatan sediaan parenteral Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
tanpa prosedur sterilisasi lebih lanjut. uji pada garis emisi platinum 265,9 nm dengan
spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Aseton, Etanol dan Metanol Aseton tidak lebih Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>
dari 0,5%; etanol tidak lebih dari 3,0% dan metanol dilengkapi dengan lampu hollow katoda platina.
tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan Ukur penetapan blangko dan lakukan koreksi. Buat
cara Kromatografi gas seperti tertera pada kurva yang menggambarkan hubungan antara serapan
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan metode Larutan baku terhadap kadar platinum dan buat
standar adisi untuk aseton, etanol, dan metanol.] garis regresi. Dari kurva yang diperoleh, tentukan
Larutan baku Timbang saksama masing-masing kadar platinum dalam Larutan uji. Hitung kadar
0,125 g aseton P, 0,750 g etanol anhidrat P, dan platinum dalam bpj dalam zat menggunakan kurva
0,125 g metanol P, masukkan ke dalam labu tentukur kalibrasi.
1000-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,25 g Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi Dapar Timbang lebih kurang 2,2 g natrium fosfat
dengan injektor headspace, detektor ionisasi nyala dibasa dodekahidrat P, larutkan dalam air,
dan kolom dengan penyangga leburan silika tambahkan 2,0 mL Larutan tetrabutilamonium
dan fase diam kopolimer stirena-divinilbenzena 0,32 hidroksida P 40%, atur pH hingga 7,8 dengan
mm x 10 m. Suhu injektor dan detektor pada 250. penambahan asam ortofosfat P. Encerkan dengan air
Kondisikan headspace sampler dengan suhu hingga 780 mL.
kesetimbangan 80°, waktu kesetimbangan 20 menit Fase gerak Campuran metanol P-Dapar
dan waktu presurisasi 30 detik. Suhu kolom (220:780), saring dan awaudarakan. Jika perlu
diprogram sebagai berikut: lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Waktu Suhu Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
(menit) (°C) 10 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
Kolom 0-6 125 →185 10-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
6-15 185 tanda.
Injektor 250 Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
Detektor 250 kurang 10 mg Kalsium Folinat BPFI, masukkan ke
- 99 -
dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan setara dengan 4,008 mg Ca
dengan air sampai tanda.
Larutan baku A Pipet 1 mL Larutan baku Penetapan kadar kalsium folinat Lakukan
persediaan ke dalam labu tentukur 100-mL, penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
encerkan dengan air sampai tanda. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang Dapar Timbang lebih kurang 2,2 g natrium fosfat
10 mg Asam formilfolat BPFI (Senyawa Sejenis D dibasa dodekahidrat P, larutkan dalam air,
Kalsium Folinat BPFI) masukkan ke dalam labu tambahkan 2,0 mL Larutan tetrabutilamonium
tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan hidroksida P 40%,, atur pH hingga 7,8 dengan
Fase gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini, penambahan asam ortofosfat P. Encerkan dengan air
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan hingga 780 mL.
dengan air sampai tanda. Fase gerak Campuran metanol P-Dapar
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan baku A (220:780), saring dan awaudarakan. Jika perlu
ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan air lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem
sampai tanda. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 mL Larutan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
baku B ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan 10 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
dengan Larutan baku A sampai tanda. 10-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tanda.
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10
kolom 4 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1 mg Kalsium Folinat BPFI, masukkan ke dalam labu
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan air
1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40º. sampai tanda.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kesesuaian sistem rekam kromatogram dan ukur tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kolom 4 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1
resolusi, R, antara Senyawa Sejenis D Kalsium dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Folinat BPFI dan kalsium folinat tidak kurang dari 1,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
2,2. 40º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah rekam kromatogram dan ukur respons puncak
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji, seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Larutan baku A, Larutan baku B, Larutan relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak lebih
pembanding, dan Larutan kesesuaian sistem ke dari 2,0%.
dalam kromatograf. Rekam kromatogram 2,5 kali Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
waktu retensi folinat dan ukur semua respons volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam
dalam zat. Masing-masing cemaran dan total cemaran kromatogram dan ukur respons puncak utama.
tidak lebih dari batas seperti tertera pada Tabel. Hitung persentase kalsium folinat, C20H21CaN7O7,
dengan rumus:
Tabel
rU CS
Cemaran Batas 100
Senyawa sejenis D Tidak lebih dari respons rS CU
kalsium folinat puncak Larutan baku B
(1%) ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Senyawa sejenis A, B, C, Masing-masing tidak kalsium folinat dari Larutan uji dan Larutan baku;
E, F, G kalsium folinat lebih dari respons CS adalah kadar Kalsium folinat BPFI dalam mg per
puncak utama Larutan mL Larutan baku; CU adalah kadar kalsium folinat
baku A (1%) dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
Total cemaran Tidak lebih dari 2,5 kali
yang ditimbang.
(selain senyawa sejenis D respons puncak Larutan
kalsium folinat) baku A (2,5%)
Abaikan respons puncak lebih kecil dari respons puncak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
utama Larutan pembanding (0,1%). udara, terlindung cahaya. Jika digunakan untuk
sediaan steril, simpan dalam wadah steril, kedap
Penetapan kadar kalsium Timbang saksama lebih udara dan disegel.
kurang 400 mg zat, larutkan dalam 150 mL air dan
encerkan dengan 300 mL air. Titrasi dengan natrium
edetat 0,1 M LV. Tambahan monografi
INJEKSI KALSIUM FOLINAT
Tiap mL natrium edetat 0,1 M Calcium Folinate Injection
- 100 -
persentase karvedilol, C24H26N2O4, yang terlarut kolom berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan
dengan rumus: pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm.
Pertahankan suhu kolom pada 35º. Laju alir lebih
𝐴𝑈 𝑉 kurang 1.5 mL per menit. Lakukan kromatografi
( ) 𝐶𝑆 ( ) 100 terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
𝐴𝑆 𝐿
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
AU dan AS berturut-turut adalah serapan terkoreksi faktor ikutan untuk puncak karvedilol tidak lebih
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dari 2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 3500
koreksi dalam mg per mL Larutan baku, sesuai yang lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
tertera pada etiket dalam Tabel; V adalah volume penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %.
dalam mL Media disolusi; L adalah jumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
karvedilol dalam mg per tablet yang tertera pada volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
etiket; 100 adalah faktor konversi terhadap Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
persentase. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Hitung persentase zat terlarut dalam tablet dengan
kurang dari 80% (Q) C24H26N2O4 dari jumlah yang rumus:
tertera pada etiket.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 𝑉 × 100
UJI 2 𝑟𝑆 𝐿
Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
cantumkan memenuhi Uji Disolusi 2. rU dan rS adalah respons puncak dari Larutan uji dan
Media disolusi: 900 mL cairan lambung buatan Larutan baku. CS adalah kadar Karvedilol BPFI
tanpa enzim. dalam mg per mL Larutan baku; L adalah jumlah
Alat, Waktu, Larutan baku persediaan, Larutan mg per tablet seperti yang tertera pada etiket; V
baku, Larutan uji dan Prosedur Lakukan pengujian adalah volume Media disolusi, 900 mL.
seperti pada Uji 1.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C24H26N2O4 dari jumlah yang kurang dari 80% (Q) C24H26N2O4 dari jumlah yang
tertera pada etiket. tertera pada etiket.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dari Larutan baku dan semua puncak Larutan uji
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk selain puncak karvedilol. Abaikan puncak dengan
puncak karvedilol tidak lebih dari 2,0 dan waktu retensi relatif kurang atau sama dengan 0,04
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang dan puncak kurang dari 0,05% dari nominal respons
tidak lebih dari 2,0%. puncak karvedilol dalam Larutan baku. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah persentase masing-masing cemaran dalam tablet
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan uji dan dengan rumus:
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. 𝑟𝑖 𝐶𝑆
Hitung persentase karvedilol, C24H26N2O4 dalam ( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
tablet yang digunakan dengan rumus:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
𝑟𝑢 𝐶𝑠 dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak
( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 karvedilol dari Larutan baku; CS adalah kadar
Karvedilol BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari CU adalah kadar karvedilol dalam mg per mL
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Karvedilol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; etiket.
CU adalah kadar karvedilol dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah tertera pada etiket. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Kromatografi <931>.
lebih dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari Dapar Timbang lebih kurang 0,7 g kalium fosfat
1,0%. monobasa anhidrat P, masukkan ke dalam labu
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair tentukur 1000-mL. Larutkan dengan 500 mL air,
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi tambahkan 10 mL trietilamina P. Atur pH hingga
<931>. 3,0 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P,
Dapar, Fase gerak, Larutan metanol, Pengencer, tambahkan air sampai tanda.
Larutan uji persediaan. Lakukan seperti tertera pada Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 1,04 g
Penetapan kadar. natrium dodesilsulfat P, masukkan ke dalam labu
Larutan baku persediaan Timbang saksama tentukur 2000-mL, larutkan dengan lebih kurang
sejumlah Karvedilol BPFI, larutkan dengan 150 mL Dapar dan sonikasi. Tambahkan 720 mL
campuran Pengencer-air (9:1) dan sonikasi sampai asetonitril P dan encerkan dengan air sampai tanda.
larutan jernih. Encerkan secara kuantitatif dan jika Saring melalui penyaring nilon 66 dengan porositas
perlu bertahap dengan Larutan metanol hingga 0,2 µm, awaudarakan. Jika perlu lakukan
kadar lebih kurang 0,0125 mg per mL. penyesuaian, menurut Kesesuaian system seperti
Larutan baku Encerkan secara kuantitatif dan jika tertera pada Kromatografi <931>.
perlu bertahap. Larutan baku persediaan dengan Pengencer Buat campuran metanol P-asam
campuran air-Pengencer (1:1) hingga kadar lebih hidroklorida 1 M (9:1).
kurang 1,25 µg per mL. Larutan metanol Buat campuran metanol P-air
Larutan uji Pipet 25 mL beningan dari Larutan uji (1:1).
persediaan yang diperoleh dari Penetapan kadar ke Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air Karvedilol BPFI, larutkan dengan campuran
sampai tanda. Saring melalui penyaring yang sesuai Pengencer-air (9:1) dan sonikasi sampai larutan
dengan porositas 0,45 µm. jernih. Encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja bertahap dengan Larutan metanol hingga kadar
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom lebih kurang 0,0125 mg per mL.
4,6 mm x 5 cm, berisi bahan pengisi L7. Pertahankan Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 mL tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
per menit dan waktu analisis lebih kurang 30 menit. sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, 25 mg karvedilol, masukkan ke dalam labu tentukur
rekam kromatogram dan ukur respons puncak 100-mL. Tambahkan 10 mL air, kocok dan
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk tambahkan 70 mL Pengencer, sonikasi selama lebih
puncak karvedilol tidak lebih dari 2,0 dan kurang 30 menit. Kocok secara mekanik lebih
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang kurang 30 menit dan encerkan dengan Pengencer
tidak lebih dari 3,0 %. sampai tanda. Larutan ini mempunyai kadar lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kurang 0,25 mg per mL. Sentrifus lebih kurang 50
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan uji dan mL larutan pada 2000 rpm selama 10 menit.
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
kromatogram dan ukur respons puncak karvedilol persediaan, encerkan dengan metanol P hingga
- 104 -
kadar lebih kurang 0,0125 mg per mL. Saring Fase gerak Campuran amonium asetat P-dioksan
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 P-metanol P (20:40:40).
µm dan buang 5 mL filtrat pertama. Penampak bercak Gunakan uap iodum.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji Larutkan sejumlah krim setara dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja 30 mg ketokonazol dalam 16 mL metanol P dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom sonikasi, tambahkan 2 mL air dan encerkan dengan
4,6 mm x 5 cm, berisi bahan pengisi L7. Pertahankan metanol P hingga 20 mL dan saring.
suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
per menit dan waktu analisis lebih kurang 30 menit. Ketonazol BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, metanol P hingga kadar 0,15%.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk Ketokonazol BPFI dan Ekonazol Nitrat BPFI,
puncak karvedilol tidak lebih dari 2,0 dan larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang kadar masing-masing lebih kurang 0,15%.
tidak lebih dari 2,0%. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masing 20 µL Larutan uji, Larutan baku dan
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan Larutan resolusi pada lempeng kromatografi.
Larutan uji Tahap B ke dalam kromatograf, rekam Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
Hitung persentase karvedilol, C24H26N2O4, dengan Fase gerak merambat hingga 15 cm di atas garis
rumus: penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering di udara.
Paparkan dengan Penampak bercak dan amati:
𝑟𝑈 𝐶𝑆 harga Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan
( )×( ) × 100 uji sesuai dengan Larutan baku. Bercak lain selain
𝑟𝑆 𝐶𝑈
bercak utama tidak lebih intensif dari bercak yang
CS adalah kadar Karvedilol BPFI dalam mg per mL diperoleh dari Larutan baku. Uji ini absah jika ada
Larutan baku; CU adalah kadar karvedilol dalam mg dua bercak utama yang berbeda nyata pada Larutan
per mL Larutan uji Tahap B berdasarkan jumlah resolusi.
yang tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut B. Waktu retensi puncak utama pada
adalah respons puncak dari Larutan uji Tahap B dan kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Larutan baku. baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
rapat, tidak tembus cahaya dan terlindung dari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lembap. Simpan pada suhu ruang terkendali. Kromatografi <931>.
Fase Gerak A Buat campuran asetonitril P-
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang digunakan ammonium asetat 0,05 M (25:75), atur pH hingga
jika tidak menggunakan Uji 1. 6,0 dengan penambahan asam asetat glasial P.
Fase Gerak B Buat campuran ammonium asetat
0,05 M yang telah diatur pH hingga 6,0 dengan
KRIM KETOKONAZOL penambahan asam asetat glasial P-asetonitril P
(20:80).
Ketoconazole Cream
Larutan A Campuran air-metanol P (2:98)
Larutan uji persediaan Timbang saksama
Krim ketonazol adalah ketokonazol dalam basis
sejumlah krim setara dengan 30 mg ketokonazol,
krim yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari
larutkan dalam 50 mL metanol P, kocok selama 45
95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, C26H28Cl2N4O4,
menit, dan sonikasi selama 10 menit, tambahkan 2
dari jumlah yang tertera pada etiket.
mL air. Dinginkan hingga suhu ruang dan encerkan
dengan metanol P hingga 100,0 mL. Dinginkan
Baku pembanding Ketokonazol BPFI; tidak boleh
larutan pada suhu 5º selama 1 jam dan saring.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
Larutan uji Pipet 1 bagian volume Larutan uji
tempa dingin dan terlindung dari cahaya. Ekonazol
persediaan, encerkan secara kuantitatif dengan
Nitrat BPFI dan Campuran Senyawa Sejenis
Larutan A hingga 500.
Ketokonazol BPFI.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Campuran Senyawa Sejenis Ketokonazol BPFI,
Identifikasi
larutkan dengan Larutan A hingga kadar 0,03%.
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
Penjerap Campuran silika gel P untuk
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi end-
kromatografi lapis tipis kinerja tinggi.
capped polar-embeded octadecylsilyl amorphous
- 105 -
Blangko kapsul Keluarkan isi 10 kapsul dan Waktu pengambilan Jumlah terlarut
bersihkan semua cangkang kapsul, masukkan ke alikot (jam) (%)
dalam labu tentukur 1000-mL. Tambahkan lebih 1 10 - 25
kurang 800 mL Media disolusi pada suhu 37°. Aduk 4 55 - 80
sampai cangkang kapsul hancur. Diamkan sampai 8 Tidak kurang dari 80
mencapai suhu ruang, kemudian encerkan dengan
Media disolusi sampai tanda. Pipet 100 mL larutan, Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%.
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Saring larutan melalui penyaring dengan porositas Prosedur keseragaman kandungan. [Catatan
10 µm, kemudian saring filtrat melalui penyaring Lindungi Larutan baku dan Larutan uji dari
dengan porositas 0,45 µm. cahaya].
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 100 mg Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian
Gunakan filtrat sebagai Blangko kapsul. sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 150 mg tertera pada Penetapan kadar.
Pipet 30 mL filtrat, masukkan ke dalam labu yang Larutan uji Ambil 10 kapsul, masukkan tiap isi 1
sesuai, encerkan dengan 15,0 mL Media disolusi. kapsul masing-masing ke dalam labu tentukur 250-
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 200 mg mL secara terpisah, tambahkan lebih kurang 150 mL
Pipet 25 mL filtrat, masukkan ke dalam labu yang Fase gerak pada tiap labu, aduk selama 2 jam.
sesuai, encerkan dengan 25,0 mL Media disolusi. Masing masing encerkan dengan Fase gerak sampai
Prosedur Lakukan penetapan jumlah ketoprofen, tanda, campur. Sentrifus dan pipet sejumlah volume
C16H14O3, yang terlarut dengan mengukur serapan beningan yang mengandung lebih kurang 2,4 mg
Larutan baku, Larutan uji, dan Blangko kapsul yang ketoprofen, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
sesuai pada panjang gelombang serapan maksimum mL. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
lebih kurang 258 nm, menggunakan Media disolusi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sebagai blangko. Hitung kadar ketoprofen, volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
C16H14O3, dalam mg per mL Larutan uji pada tiap Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
titik waktu pengambilan alikot dengan rumus: kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, dalam tiap
𝐶𝑆 kapsul dengan rumus:
(𝐴𝑈 − 𝐴𝐶𝐵 ) × ( )
𝐴𝑆
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
AU dan ACB berturut-turut adalah serapan Larutan uji 𝑟𝑆 𝐶𝑈
dan Blangko kapsul; CS adalah kadar Ketoprofen
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; AS adalah rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
serapan Larutan baku. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, yang Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
terlarut pada tiap titik waktu pengambilan alikot CU adalah kadar ketoprofen dalam mg per mL
dengan rumus: Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket.
(𝐷 + Ʃ𝑅) × 100
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
𝐿
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
D adalah jumlah ketoprofen yang terlarut dalam mg, Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi Larutan
dihitung dengan cara mengkalikan volume sebelum baku dan Larutan uji dari cahaya].
pengambilan alikot (mL) dengan kadar ketoprofen Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam
dalam mg per mL Larutan uji pada titik waktu asetat glasial P (90:110:1). Saring dan
tertentu pengambilan alikot; R adalah jumlah awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
ketoprofen yang diambil dalam mg, dihitung menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
dengan cara mengkalikan volume alikot yang Kromatografi <931>.
diambil (mL) dengan kadar ketoprofen dalam mg Larutan baku persediaan Timbang saksama
per mL Larutan uji pada tiap titik waktu sejumlah Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan
pengambilan alikot; 100 adalah faktor konversi dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,24
untuk persentase; L adalah jumlah ketoprofen dalam mg per mL.
mg per kapsul seperti yang tertera pada etiket. Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
Toleransi Persentase ketoprofen, C16H14O3, yang baku persediaan ke dalam wadah yang sesuai,
harus larut dari jumlah yang tertera pada etiket pada encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
tiap titik waktu pengambilan alikot, tertera pada ketoprofen lebih kurang 0,024 mg per mL.
Tabel. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Ketoprofen BPFI dan Senyawa Sejenis A
- 107 -
O
Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar berturut-turut 0,25 mg per H3C
O
O
mL dan 0,5 mg per mL. Pipet 4 mL larutan,
H CH3
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan HO Cl
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem dan 1,0, resolusi, R, antara klobetasol propionat dan
kromatografi Lakukan seperti tertera pada senyawa sejenis klobetasol propionat A tidak kurang
Penetapan kadar. dari 1,5, efisiensi kolom yang ditetapkan dari
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, puncak klobetasol propionat tidak kurang dari 5000
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar 0,1 mg per lempeng teoritis, faktor ikutan puncak klobetasol
mL. propionat tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
kurang 10 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
rekam kromatogram dan ukur respons puncak. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
klobetasol propionat yang digunakan dengan rumus: kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Waktu retensi relatif klobetasol propionat dan
𝑟𝑖 beklometason dipropionat berturut-turut lebih
100 ( )
𝑟𝑆 kurang 1,0 dan 1,6. Hitung presentase klobetasol
propionat, C25H32ClFO5, dalam zat yang digunakan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dengan rumus:
dan rs adalah jumlah respons semua puncak.
𝑅𝑈 𝐶𝑆
× × 100
Hilangkan persyaratan 𝑅𝑆 𝐶𝑈
Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471> Metode V Memenuhi syarat. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. respons puncak Klobetasol propionat terhadap
beklometason dipropionat dari Larutan uji dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku; CS adalah kadar Klobetasol propionat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada BPFI dalam mg per mL Larutan baku; dan CU
Kromatografi <931>. adalah kadar Klobetasol propionat dalam mg per mL
Fase gerak Buat campuran asetonitril P, natrium Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
fosfat monobasa 0,05 M (atur pH 2,5 dengan
penambahan asam fosfat P 85%) dan metanol P Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
(19:17:4). Saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan tertutup rapat dan terlindung cahaya.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama Tambahan monografi
sejumlah beklometason dipropionat, larutkan dalam SALEP KLOBETASOL PROPIONAT
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Clobetasol Propionate Ointment
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dalam metanol Salep Klobetasol Propionat mengandung klobetasol
P dan Larutan baku internal hingga diperoleh propionat, C25H32ClFO5, tidak kurang dari 90,0%
larutan yang mengandung lebih kurang 0,04 mg dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera
Klobetasol Propionat BPFI per mL dan 0,08 mg pada etiket, dalam basis salep yang sesuai.
beklometason dipropionat per mL.
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang Baku pembanding Klobetasol Propionat BPFI;
mengandung lebih kurang 0,001 mg Senyawa [Catatan Dapat bersifat toksik terhadap kesuburan
Sejenis A Klobetasol Propionat BPFI dan 0,1 mg dan janin, penanganan harus hati-hati] Tidak boleh
Klobetasol Propionat BPFI per mL dalam Fase dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
gerak. terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 4 mg Senyawa Sejenis A Klobetasol Propionat BPFI;
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
tambahkan 40,0 mL Larutan baku internal, Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis
encerkan dengan metanol P sampai tanda. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P-
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja etanol P (100:10:5).
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dan encerkan
alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan dengan kloroform P hingga kadar 0,5 mg per mL.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
rekam kromatogram dan ukur respons puncak setara dengan lebih kurang 1,0 mg klobetasol
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif propionat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
lebih kurang untuk senyawa sejenis A klobetasol plastik bersumbat 25-mL, tambahkan 10 mL metanol P
propionat, klobetasol propionat berturut-turut 1,1 dan tutup. Panaskan dalam tangas air pada suhu 70
- 109 -
selama 4 menit, angkat tabung, dan kocok kuat. dengan 5 mL Fase gerak. Kumpulkan lapisan bagian
Ulangi pemanasan dan pengocokan. Dinginkan bawah ke dalam labu tentukur sebelumnya.
campuran dalam tangas es selama 5 menit dan sentrifus Encerkan kumpulan ekstrak dalam labu tentukur 25-
pada lebih kurang 3500 rpm selama 10 menit. Pipet 5 mL dengan Fase gerak sampai tanda, saring melalui
mL beningan ke dalam vial yang sesuai, uapkan penyaring dengan porositas 0,45 m. Kadar larutan
dengan bantuan aliran uap nitrogen sampai kering. lebih kurang 0,04 mg per mL.
Larutkan residu dalam 1,0 mL kloroform P. Kadar Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
larutan lebih kurang 0,5 mg per mL. tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dengan Fase gerak, biarkan fase gerak merambat seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat klobetasol propionat dan senyawa sejenis A
lempeng, tandai batas rambat, keringkan di udara, klobetasol propionat berturut-turut lebih kurang 1,0
dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm : dan 1,1; resolusi, R, antara puncak klobetasol
harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan propionat dan senyawa sejenis A klobetasol
Larutan baku. propionat tidak kurang dari 1,5; efisiensi kolom
puncak klobetasol propionat tidak kurang dari 5000
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik lempeng teoritis; faktor ikutan puncak klobetasol
<52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih propionat tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
dari 102 koloni per g. Uji terhadap Staphylococcus relatif puncak klobetasol propionat pada
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dan Salmonella sp memberikan hasil negatif. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Waktu retensi relatif klobetasol propionat dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada beklometason dipropionat berturut-turut lebih
Kromatografi <931>. kurang 1,0 dan 1,6. Hitung persentase klobetasol
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa 0,05 propionat, C25H32ClFO5, dalam salep dengan rumus:
M, atur pH hingga 2,5 dengan penambahan asam
ortofosfat P 85%. 𝑅𝑢 𝐶𝑠
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar- ( ) × ( ) × 100
𝑅𝑠 𝐶𝑢
metanol P (95:85:20). Saring dan awaudarakan, jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. puncak klobetasol propionat terhadap puncak baku
Larutan baku internal Timbang saksama internal yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
sejumlah beklometason dipropionat, larutkan dan baku; CS adalah kadar Klobetasol Propionat BPFI
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
kurang 0,2 mg per mL. klobetasol propionat dalam mg per mL Larutan uji
Larutan baku Timbang saksama sejumlah berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dalam metanol
P dan tambahkan sejumlah Larutan baku internal Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
hingga kadar Klobetasol Propionat BPFI dan dilipat atau dalam wadah tertutup rapat, simpan pada
beklometason dipropionat berturut-turut lebih suhu ruang terkendali. Tidak boleh didinginkan.
kurang 0,04 mg per mL dan 0,08 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
masing-masing sejumlah Senyawa Sejenis A KLORFENAMIN MALEAT
Klobetasol Propionat BPFI dan Klobetasol Klorfeniramin Maleat
Propionat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Chlorphenamine Maleate
gerak hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,001
mg per mL dan 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
setara dengan lebih kurang 1,0 mg klobetasol
propionat, masukkan ke dalam corong pisah 125-
mL. Tambahkan 30 mL n-heksana P dan 10,0 mL
Larutan baku internal, kocok. Masukkan lapisan
bagian bawah ke dalam labu tentukur 25-mL.
Ekstraksi kembali lapisan n-heksana 2 kali, tiap kali 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]
- 110 -
piridina maleat (1:1) [113-92-8] Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
C16H19CIN2 .C4H4O4 BM 390,86 encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,28 µg per mL.
Klorfenamin Maleat mengandung tidak kurang dari Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
C16H19ClN2 .C4H4O4, dihitung terhadap zat kering. tambahkan sejumlah Pengencer, sonikasi selama 1
menit, dan encerkan dengan Pengencer hingga
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau. kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam eter ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dan dalam benzen. resolusi, R, antara senyawa sejenis C klorfenamin
dan klorfenamin tidak kurang dari 1,5; resolusi, R,
Baku pembanding Klorfenamin Maleat BPFI; antara senyawa sejenis B klorfenamin dan feniramin
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi
tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Senyawa terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Sejenis B Klorfenamin Maleat BPFI; Senyawa ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Sejenis C Klorfenamin Maleat BPFI; Feniramin simpangan baku relatif klorfenamin pada
Maleat BPFI. penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
Identifikasi kromatogram dan ukur respons puncak seperti
A. Spektrum serapan inframerah zat yang tertera pada Prosedur perbandingan “signal to
didispersikan dalam kalium bromida P noise” klorfenamin tidak kurang dari 10.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
gelombang yang sama seperti pada Klorfenamin volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Maleat BPFI. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
B. Waktu retensi puncak asam maleat dan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
klorfenamin pada Larutan uji sesuai dengan Larutan Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
baku, seperti diperoleh pada Penetapan kadar. rumus:
𝑟𝑖 𝐶𝑈 1
Hilangkan persyaratan ( ) × ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑆 𝐹
Jarak lebur <1021> Antara 130° dan 135°.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam. klorfenamin dari Larutan baku; CS adalah kadar
klorfenamin dalam mg per mL Larutan baku; CU
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. adalah kadar klorfenamin maleat dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; F
adalah faktor respons relatif seperti tertera pada
Tambahan persyaratan Tabel. Masing-masing cemaran dan total cemaran
Rotasi jenis <1081> −0,10º sampai +0,10º. tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Lakukan penetapan menggunakan 100 mg zat per
mL dalam air pada suhu 20⁰. Tabel
kering di udara. Amati bercak di bawah cahaya menit. Kocok selama 15 menit, dan sentrifus.
ultraviolet 254 nm: harga Rf, warna, dan intensitas Encerkan beningan dengan Fase gerak hingga kadar
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan 6 µg per mL.
baku.
A2. Lakukan penetapan seperti tertera pada Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Fase gerak, Larutan baku, dan Larutan uji Kromatografi <931>.
Lakukan seperti tertera pada Identifikasi A1. Fase gerak Buat campuran metanol P-asetonitril
Penjerap Silika gel 60. P-air (15:35:50). Saring dan awaudarakan. Jika
Penampak bercak Campuran asam sulfat P- perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
etanol P 95% (50:50). sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Pengencer Metanol P-air (50:50)
10 μL Larutan baku dan Larutan uji (untuk tablet Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kekuatan 750 µg dan 1,5 mg) dan 100 μL Larutan Levonorgestrel BPFI dan Etinil Estradiol BPFI,
baku dan Larutan uji (untuk tablet kekuatan 30 µg) masukkan ke dalam wadah yang sesuai, larutkan dan
pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan masing 4 µg per mL.
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 10-15 Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan tablet setara dengan lebih kurang 0,18 mg
kering di udara. Semprot dengan Penampak bercak levonorgestrel, masukkan ke dalam wadah yang
dan panaskan pada suhu 105° selama beberapa sesuai, larutkan dalam 5 mL Pengencer, sonikasi
menit: harga Rf, warna, dan intensitas bercak utama selama 30 menit. Aduk kuat selama 15 menit,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. sentrifus, dan gunakan beningan.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan pembanding Pipet sejumlah volume
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Larutan uji, encerkan dengan Pengencer hingga
diperoleh pada Penetapan kadar. kadar 0,36 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Disolusi <1231> tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
Untuk tablet kekuatan 750 µg dan 1,5 mg. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
Media disolusi: 500 mL larutan natrium dodesil dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
sulfat P 0,1% dalam asam hidroklorida 0,1 N. kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
Alat tipe 2: 75 rpm. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Waktu : 30 menit. baku, rekam kromatogram selama dua kali waktu
Lakukan penetapan persentase levonorgestrel, retensi levonorgestrel (waktu retensi levonorgestrel
C21H28O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi lebih kurang 26 menit) dan ukur semua respons
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Penetapan puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
kadar. antara puncak levonorgestrel dan etinil estradiol
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tidak kurang dari 12.
Levonorgestrel BPFI, larutkan dalam etanol P 95%, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan encerkan dengan Media disolusi hingga kadar 6 volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan uji dan
µg per mL. Larutan pembanding ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan uji Pipet 10 mL alikot, saring dengan kromatogram selama dua kali waktu retensi puncak
penyaring yang sesuai, gunakan filtrat. utama dan ukur semua respons puncak. Respons
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah puncak tiap cemaran pada kromatogram Larutan uji
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 750 µg dan 1,5 pembanding (1,0%). Total respons puncak cemaran
mg) ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan pada kromatogram Larutan uji tidak lebih dari 2 kali
ukur respons puncak utama. respons puncak utama Larutan pembanding (2,0%).
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) levonorgestrel, C21H28O2, dari Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar A atau
jumlah yang tertera pada etiket. B.
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Keseragaman kandungan. <931>.
Fase gerak, Larutan baku, Sistem Kromatografi, Fase gerak Campuran asetonitril P-air (50:50).
dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Penetapan kadar. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Larutan uji Masukkan 1 tablet yang telah tertera pada Kromatografi <931>.
diserbukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat, Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 6
tambahkan 5,0 mL Fase gerak, sonikasi selama 45 mg Levonorgestrel BPFI, masukkan ke dalam labu
- 114 -
Cl
tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase N
gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam HO CH3
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase gerak K
N N N
N N
sampai tanda.
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 750 µg dan 1,5
mg) Timbang dan serbukkan 20 tablet. Timbang
saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
kurang 1,5 mg levonorgestrel, masukkan ke dalam
tabung reaksi bersumbat, tambahkan 5 mL Fase 2-Butil-4-kloro-1-[p-(o-1H-tetrazol-5-
gerak, sonikasi selama 45 menit. Kocok selama 15 ilfenil)benzil] imidazol-5-metanol, garam
menit, dan sentrifus. Encerkan beningan dengan monokalium [124750-99-8]
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 6 µg per mL. C22H22ClKN6O BM 461,00
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 30 µg)
Timbang dan serbukkan 20 tablet. Timbang saksama Losartan Kalium mengandung C22H22ClKN6O, tidak
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
60 µg levonorgestrel, masukkan ke dalam tabung dihitung terhadap zat kering bebas pelarut.
reaksi bersumbat, tambahkan 5 mL Fase gerak,
sonikasi selama 45 menit. Kocok selama 15 menit, Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
dan sentrifus. Encerkan beningan dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 6 µg per mL. Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja isopropil alkohol; sukar larut dalam asetonitril.
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L1 Baku pembanding Losartan Kalium BPFI. tidak
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
1,3 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap rapat, terlindung cahaya. Bersifat higroskopis pada
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons kelembapan diatas 75%.
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
levonorgestrel lebih kurang 7,9 menit; efisiensi Identifikasi
kolom tidak kurang dari 5.000 lempeng teoritis; dan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
faktor ikutan tidak lebih dari 1,6. didispersikan dalam minyak mineral P atau kalium
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan baku dan bilangan gelombang yang sama seperti pada
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Losartan Kalium BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
Hitung persentase levonorgestrel, C21H28O2, dalam mL dalam metanol P, menunjukkan maksimum dan
tablet dengan rumus: minimum hanya pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Losartan Kalium BPFI.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 C. Menunjukkan reaksi Kalium seperti tertera
( )×( ) × 100 pada Uji Identifikasi Umum <291>.
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Jika
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak pada etiket tertera dalam bentuk amorf, tidak lebih
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dari 5,0%.
Levonorgestrel BPFI dalam µg per mL Larutan
baku; CU adalah kadar levonorgestrel dalam µg per Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera bpj.
pada etiket.
B. Gunakan rata-rata kadar dari 10 tablet yang Hilangkan persyaratan
diperoleh pada Keseragaman sediaan. Sikloheksana dan isopropil alkohol Sikloheksana
tidak lebih dari 0,1%; dan isopropil alkohol tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lebih dari 0,2%. Lakukan penetapan dengan cara
baik, terlindung cahaya. Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah volume
LOSARTAN KALIUM sikloheksana dan isopropil alkohol, masukkan ke
Losartan Potassium dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan
dimetilformamida P hingga kadar masing-masing
lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL
- 115 -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
alir lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
kolom 35°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari.
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak pembeku.
kurang dari 5600 lempeng teoritis; faktor ikutan
tidak lebih dari 1,4 dan simpangan baku relatif pada Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,5%. didispersikan dalam kalium bromida P,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan gelombang yang sama seperti pada Manitol BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Jika spektrum yang diperoleh menunjukkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. perbedaan, lakukan perlakuan terhadap Manitol
Hitung persentase losartan kalium, C22H22ClKN6O, BPFI dan Zat uji sebagai berikut, sebelum
dalam zat dengan rumus: melakukan kembali pengujian spektrum serapan
inframerah:
𝑟𝑢 𝐶𝑠 Manitol BPFI Larutkan 25 mg Manitol BPFI
( ) × ( ) × 100 dalam 0,25 mL air tanpa pemanasan. Larutan jernih.
𝑟𝑠 𝐶𝑢
Uapkan hingga kering dengan pemanasan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari menggunakan “microwave oven” 600 – 700 W
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
S
selama 20 menit, atau panaskan dalam oven pada
Losartan kalium BPFI dalam mg per mL Larutan suhu 100o selama 1 jam, lakukan pengeringan secara
baku; C adalah kadar losartan kalium dalam mg per
U
bertahap dalam hampa udara hingga diperoleh
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. residu kering putih, tidak lengket atau serbuk
kekuningan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Zat uji Larutkan 25 mg zat dalam 0,25 mL air
baik, pada suhu ruang terkendali. tanpa pemanasan. Larutan jernih. Uapkan hingga
kering dengan pemanasan menggunakan
Tambahan persyaratan “microwave oven” 600 – 700 W selama 20 menit,
Penandaan Jika bentuk amorf, cantumkan pada atau panaskan dalam oven pada suhu 100 o selama 1
etiket. jam, lakukan pengeringan secara bertahap dalam
hampa udara hingga diperoleh residu kering putih,
tidak lengket atau serbuk kekuningan.
MANITOL
Mannitol Jarak lebur <1021> Antara 165º dan 170.
penghilangan endotoksin lebih lanjut, memenuhi Larutan baku terhadap kadar nikel dalam µg per mL.
syarat: tidak lebih dari 4 unit Endotoksin FI untuk Dari kurva yang diperoleh hitung kadar nikel, Ni,
sediaan parenteral dengan kadar manitol 100 g per dalam µg per mL Larutan uji.
liter atau kurang; tidak lebih dari 2,5 unit Endotoksin
FI untuk sediaan parenteral dengan kadar manitol Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
lebih dari 100 g per liter. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Fase gerak, Larutan keeseuaian sistem A,
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam Larutan kesesuaian sistem B, Larutan baku B,
menggunakan 1 g zat. Larutan baku C, Larutan uji, dan Sistem
kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan
Gula mereduksi Tidak lebih dari 0,1% sebagai kadar.
glukosa. Lakukan penetapan dengan prosedur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 7 g volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji,
zat, tambahkan 13 mL air. Didihkan secara perlahan Larutan baku B, dan Larutan baku C ke dalam
dengan 40 mL tembaga(II) tartrat alkali LP selama kromatograf. Rekam kromatogram selama tidak
3 menit, dan biarkan selama 2 menit: terbentuk kurang dari 1,5 kali waktu retensi manitol dan ukur
endapan. Saring melalui penyaring kaca masir (10 - semua respons puncak. [Catatan Waktu retensi
16 µm) yang dilapisi tanah diatome P atau manitol lebih kurang 20 menit]. Hitung persentase
penyaring kaca masir (5 - 10 µm), Bilas residu masing-masing cemaran dalam zat yang digunakan.
dengan air hangat (50- 60) hingga air bilasan tidak Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
bersifat basa, dan saring melalui penyaring kaca lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
masir yang sama, buang semua filtrat. Segera
larutkan residu dalam 20 mL larutan besi(III) sulfat Waktu retensi
Cemaran Batas
LP, saring melalui penyaring kaca masir, bilas relatif
saringan dengan 15–20 mL air. Kumpulkan bilasan Isomalt 0,60 -
(puncak pertama)
dan filtrat, panaskan sampai 80, titrasi dengan
Maltitol 0,69 -
kalium permanganat 0,02 M LV: dibutuhkan tidak Isomalt 0,73 -
lebih dari 3,2 mL untuk mengubah warna hijau (puncak kedua)
menjadi merah dan bertahan sekurang-kurangnya Manitol 1,00 -
selama 10 detik. Sorbitol 1,20 Tidak lebih dari
respons puncak
Nikel Tidak lebih dari 1 bpj. utama Larutan baku
Larutan uji Suspensikan 10,0 g zat dalam 30 mL B (2,0%)
asam asetat P encer (115 - 125 g per liter), Masing-masing - Tidak lebih dari 2
cemaran lain kali respons puncak
tambahkan air, kocok hingga larut. Encerkan dengan
utama Larutan baku
air sampai 100 mL. Tambahkan 2,0 mL larutan C (0,1%)
jenuh amonium pirolidinditiokarbamat P (lebih Total isomalt dan - Tidak lebih dari
kurang 10 g per liter) dan 10,0 mL metil isobutil maltitol respons puncak
keton P, kocok selama 30 detik terlindung dari utama Larutan baku
cahaya terang. Biarkan lapisan memisah, gunakan B (2,0%)
lapisan metil isobutil keton. Total cemaran - Tidak lebih dari
Larutan baku nikel LP (10 bpj) Timbang saksama respons puncak
lebih kurang 478 mg Nikel(II) sulfat heptahidrat P, utama Larutan baku
B (2,0%)
masukkan dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan
* Isomalt tereluasi dalam dua puncak. Koeluasi maltitol
dan encerkan dengan air sampai tanda. Segera dan puncak kedua isomalt mungkin terjadi.
sebelum digunakan, pipet 1,0 mL larutan ini ke * Abaikan respons puncak yang lebih kecil dari 0,05%.
dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan dan encerkan
dengan air sampai tanda. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku Buat tiga larutan baku dengan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
prosedur yang sama seperti tertera pada Larutan uji. Kromatografi <931>.
Pada masing-masing larutan baku tambahkan 0,5; Fase gerak Air yang telah diawaudarakan.
1,0; dan 1,5 mL Larutan baku nikel LP (10 bpj). Larutan kesesuaian sistem A Timbang saksama
Prosedur Ukur serapan ketiga Larutan baku dan sejumlah sorbitol dan Manitol BPFI, masukkan ke
Larutan uji secara berurutan pada garis emisi 232,0 dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
nm dengan spektrofotometer serapan atom seperti encerkan hingga kadar masing-masing 25,0 mg per mL.
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya Larutan kesesuaian sistem B Timbang sejumlah
<1191> dilengkapi dengan lampu “hollow” katoda maltitol dan isomalt, masukkan dalam labu tentukur
nikel, menggunakan nyala asetilen–udara. Lakukan yang sesuai, larutkan dan encerkan hingga kadar
penetapan blangko. Buat kurva kalibrasi serapan masing-masing 1,0 mg per mL.
- 118 -
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
penetapan menggunakan larutan 20 mg zat dalam 10 seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mL air. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50
mg Mekobalamin BPFI, masukkan dalam labu
Warna dan Akromisitas <1291> Larutan berwarna tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase
merah; lakukan penetapan menggunakan larutan 20 gerak sampai tanda.
mg zat dalam 10 mL air. Larutan kesesuaian sistem Timbang masing-
masing 5 mg mekobalamin dan hidroksokobalamin
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 12%; asetat, masukkan dalam labu tentukur 100 mL,
lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
Kromatografi <931>. dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. .
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
seperti tertera pada Penetapan kadar. tinggi dilengkapi dengan detektor 266 nm dan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan
zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL, larutkan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pertahankan suhu kolom pada 40⁰. Atur laju alir
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Larutan uji hingga diperoleh waktu retensi mekobalamin lebih
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan kurang 12 menit. Lakukan kromatografi terhadap
Fase gerak sampai tanda. Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Larutan sensitivitas Pipet 1 mL Larutan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kesesuaian sistem ke dalam labu tentukur 10-mL, resolusi, R, antara mekobalamin dan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. hidroksokobalamin tidak kurang dari 3; efisiensi
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kolom tidak kurang dari 6000 lempeng teoritis.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
simpangan baku relatif pada enam kali penyuntikan relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak lebih
ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan kromatografi dari 1,0%.
terhadap Larutan sensitivitas, rekam kromatogram Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan ukur respons puncak seperti tertera pada volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Prosedur: respons puncak mekobalamin pada dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram Larutan sensitivitas setara dengan 7- kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
13% respons puncak mekobalamin pada Hitung persentase mekobalamin, C63H91CoN13O14P,
kromatogram Larutan kesesuaian sistem. dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan uji ke 𝑟𝑈 𝐶𝑆
dalam kromatograf, rekam kromatogram tidak ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
kurang dua setengah kali waktu retensi
mekobalamin, dan ukur semua respons puncak: rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
masing-masing respons puncak selain respons mekobalamin dari Larutan uji dan Larutan baku;
puncak mekobalamin tidak lebih dari 0,5% respons CS adalah kadar Mekobalamin BPFI dalam mg per
puncak mekobalamin dan total semua respons mL Larutan baku; CU adalah kadar mekobalamin
puncak selain respons puncak mekobalamin tidak dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
lebih dari 2,0% respons puncak mekobalamin. yang ditimbang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rapat, tidak tembus cahaya.
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan terlindung
cahaya, gunakan peralatan kaca aktinik rendah].
Dapar fosfat pH 3,5 Larutkan 3,1 g natrium Tambahan monografi
dihidrogen fosfat P dalam 1 L air. Atur pH hingga KAPSUL MEKOBALAMIN
3,5 dengan penambahan asam ortofosfat encer LP.
Fase gerak Buat campuran 200 mL asetonitril P
Mecobalamin Capsules
dan 800 mL dapar fosfat pH 3,5 Kemudian
Kapsul Mekobalamin mengandung mekobalamin,
tambahkan dan larutkan 3,76 g natrium 1-heksan
C63H91CoN13O14P, tidak kurang dari 90,0% dan
sulfonat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
- 120 -
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100 Cemaran organik Masing-masing senyawa sejenis
𝑟𝑆 𝐶𝑈
A tinidazol dan cemaran lain tidak lebih dari 0,1%;
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak total cemaran tidak lebih dari 0,2%. Lakukan
mekobalamin dari Larutan uji dan Larutan baku; penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
CS adalah kadar Mekobalamin BPFI dalam µg per tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mL Larutan baku; CU adalah kadar mekobalamin Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah Penetapan kadar.
yang tertera pada etiket. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Metronidazol BPFI dan Senyawa Sejenis A
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Tinidazol BPFI, larutkan dalam Fase gerak, hingga
rapat, terlindung dari cahaya. kadar metronidazol dan senyawa sejenis A tinidazol
berturut-turut lebih kurang 0,001 mg per mL dan
0,002 mg per mL.
METRONIDAZOL Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Metronidazole kurang 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
relatif senyawa sejenis A tinidazol dan metronidazol
2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol [443-48-1] berturut-turut lebih kurang 0,75 dan 1,0; resolusi, R,
C6H9N3O3 BM 171,15 antara senyawa sejenis A tinidazol dan metronidazol
tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan metronidazol
Metronidazol mengandung tidak kurang dari 99,0% tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
dan tidak lebih dari 101,0% C6H9N3O3,dihitung penyuntikan ulang metronidazol dan senyawa
terhadap zat kering. sejenis A tinidazol masing-masing tidak lebih dari
6,0%.
Pemerian Hablur atau serbuk hablur tidak berbau, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
putih hingga kuning puncat; stabil di udara, warna volume sama (lebih kurang 30 µL) Larutan baku dan
menjadi lebih gelap bila terpapar oleh cahaya. Larutan uji ke dalam kromatograf; rekam
kromatogram sekitar 30 menit dan ukur semua
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis
etanol; larut dalam asam hidroklorida (1 dalam 2); A tinidazol dalam zat dengan rumus:
sukar larut dalam eter dan dalam kloroform.
𝑟𝑖 𝐶𝑆
Baku pembanding Metronidazol BPFI; tidak boleh ( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dikeringkan. Simpan pada wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis A Tinidazol
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
BPFI (2-metil-5 nitroimidazol).
senyawa sejenis A tinidazol dalam Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
Identifikasi
Tinidazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
adalah kadar metronidazol dalam mg per mL
didispersikan dalam kalium bromida P,
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang;
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
gelombang yang sama seperti pada Metronidazol
rumus:
BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
𝑟𝑖 𝐶𝑆
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti ( )( ) 100
diperoleh pada Penetapan kadar. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. hasil degradasi dalam Larutan uji dan rS adalah
respons puncak metronidazol dalam Larutan baku;
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. CS adalah kadar Metronidazol BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; CU adalah kadar metronidazol
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 50 dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
bpj. yang ditimbang
- 122 -
sampai memadat. Timbang saksama padatan setara A. Spektrum serapan inframerah zat yang dibuat
dengan lebih kurang 500 mg metronidazol, lapisan film diantara dua lempeng natrium klorida P
tambahkan 60 mL asam asetat anhidrat P yang telah atau kalium bromida P menunjukkan maksimum
dinetralkan terhadap 1-naftolbenzein P dengan asam hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
perklorat 0,1 N LV, hangatkan sampai meleleh, pada Misoprostol BPFI.
lanjutkan pemanasan selama 30 menit dan kocok B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
selama 5 menit, diamkan hingga suhu ruang. Titrasi lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi
dengan asam perklorat 0,1 N LV menggunakan secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
indikator p-naftolbenzein LP. Lakukan penetapan Penjerap Gunakan silika gel P dengan ukuran
blangko. partikel 10–40 μm.
Fase gerak Buat campuran toluen P-etil asetat P-
Tiap mL asam perklorat 0,1 N etanol mutlak P-asam asetat glasial P (8:2:1:0,1)
setara dengan 17,12 mg C6H9N3O3 [Catatan Larutan dibuat segar]
Penampak bercak Gunakan uap iodum P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terlindung dari cahaya. Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
etanol mutlak P hingga kadar 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P
hingga kadar 0,1 mg per mL.
Tambahan monografi Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
MISOPROSTOL masing 100 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
Misoprostol lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat
hingga 10-15 cm. Angkat lempeng, tandai batas
rambat, biarkan kering di udara. Paparkan dengan
Penampak bercak hingga bercak tampak dan amati
kromatogram: harga Rf, warna, dan intensitas bercak
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Campuran metil ras-7-{(1R,2R,3R)-3-hidroksi-2- diperoleh pada Penetapan kadar.
[(1E,4R)-4-hidroksi-4-metilok-1-en-1-il]-5-
oksosiklopentil}heptanoat dan metil ras-7- Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 1,0%;
{(1R,2R,3R)-3-hidroksi-2-[(1E,4S)-4-hidroksi-4- lakukan penetapan menggunakan 1,0 mL larutan
metilok-1-en-1-il]-5-oksosiklopentil}heptanoat yang dibuat dengan cara: timbang 10 mg zat,
[59122-46-2] larutkan dalam 1 mL metanol anhidrat P.
C22H38O5 BM
382,5 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Misoprostol mengandung tidak kurang dari 96,5% Kromatografi <931>. [Catatan Larutan dibuat
dan tidak lebih dari 102,0%, C22H38O5, dihitung segar dan lakukan penetapan segera]
terhadap zat anhidrat. Larutan A Buat campuran asetonitril P-air-
metanol P (28:69:3).
Pemerian Cairan seperti minyak, jernih, tidak Larutan B Buat campuran asetonitril P-air-
berwarna atau kekuningan; bersifat higroskopis. metanol P (47:50:3).
[Catatan Dapat terdegradasi secara bertahap pada Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
suhu ruang, degradasi lebih cepat pada suhu lebih dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
tinggi] kromatografi.
Pengencer Campur asetonitril P-air (31:69).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
etanol 95%; agak sukar larut dalam asetonitril. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Baku pembanding Misoprostol BPFI; tidak boleh tanda, sonikasi selama lebih kurang 10 menit
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu penangas
pada suhu antara -25° dan -10°, terlindung cahaya. di bawah suhu ruang untuk menghindari degradasi
misoprostol].
Identifikasi Lakukan identifikasi A atau B dan C.
- 124 -
Pertahankan suhu “autosampler” pada 4°. Laju alir CU adalah kadar misoprostol dalam mg per mL
lebih kurang 0,5 mL per menit. Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
ukur semua respons puncak: waktu retensi masing- rapat. Simpan pada suhu antara -25° dan -10°.
masing enansiomer misoprostol lebih kurang 14
menit dan 16 menit; resolusi, R, antara puncak
masing-masing enansiomer misoprostol tidak Tambahan monografi
kurang dari 2,0. Hitung persentase masing-masing TABLET MISOPROSTOL
enansiomer dalam zat dengan rumus : Misoprostol Tablets
𝑟𝑈 𝐶𝑆 Disolusi <1231>
( ) × ( ) × 100 Media disolusi: 500 mL air
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 30 menit
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Lakukan penetapan persentase misoprostol,
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar C22H38O5, yang terlarut dengan cara Kromatografi
Misoprostol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
- 126 -
Sistem kromatografi dan Fase gerak Lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
seperti pada Penetapan kadar. Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL.
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL. Timbang saksama sejumlah serbuk setara dengan
Encerkan sejumlah larutan ini dengan air hingga lebih kurang 400 µg misoprostol, masukkan ke
diperoleh kadar 0,2 µg per mL untuk tablet dengan dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 10 mL
kekuatan 100 µg dan 0,4 µg per mL untuk tablet Fase gerak, sonikasi selama 10 menit, dan encerkan
dengan kekuatan 200 µg. dengan Fase gerak sampai tanda [Catatan Lakukan
Larutan uji Saring sejumlah alikot (lebih kurang sonikasi dengan suhu penangas di bawah suhu
10 mL) dengan penyaring yang sesuai. Biarkan ruang untuk menghindari degradasi misoprostol].
filtrat hingga mencapai suhu ruang. Saring larutan dengan penyaring yang sesuai, buang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah beberapa mL filtrat pertama.
volume sama (lebih kurang 250 µL) Larutan baku Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Hitung persentase misoprostol, C22H38O5, yang dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
terlarut. kolom pada 35º dan suhu “autosampler” pada 4°.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
kurang dari 80% (Q) C22H38O5 dari jumlah yang kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tertera pada etiket. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat 1,5.
Keseragaman kandungan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak, Sistem Kromatografi, dan Prosedur volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Hitung persentase misoprostol, C22H3805, dalam
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL. tablet dengan rumus:
Larutan uji (untuk tablet dengan kekuatan 100
µg) Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 5-mL. 𝑟𝑈 𝐶𝑆
Tambahkan 3 mL Fase gerak, sonikasi selama 10 ( ) × ( ) × 100
menit [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu
𝑟𝑆 𝐶𝑈
penangas di bawah suhu ruang untuk menghindari
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
degradasi misoprostol]. Tambahkan fase gerak
sampai tanda. Saring larutan dengan penyaring yang Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
sesuai, tambahkan dan buang beberapa mL filtrat Misoprostol BPFI dalam µg per mL Larutan baku;
pertama. CU adalah kadar misoprostol dalam µg per mL
Larutan uji (untuk tablet dengan kekuatan 200 Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
µg) Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 10- etiket.
mL. Tambahkan 6 mL Fase gerak, sonikasi selama
10 menit [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penangas di bawah suhu ruang untuk menghindari rapat, terlindung dari lembab.
degradasi misoprostol]. Tambahkan fase gerak
sampai tanda. Saring larutan dengan penyaring yang
sesuai, buang beberapa mL filtrat pertama. Tambahan monografi
SALEP MOMETASON FUROAT
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Mometasone Furoate Ointment
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Monografi Misoprostol Salep Mometason Furoat adalah mometason furoat
dalam basis salep yang sesuai. Mengandung
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara mometason furoat, C27H30Cl2O6, tidak kurang dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Kromatografi <931>. tertera pada etiket.
Fase gerak Campur asetonitril P-air (45:55).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Baku pembanding Mometason Furoat BPFI; tidak
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
tertera pada Kromatografi <931>. rapat dan terlindung cahaya.
Identifikasi
- 127 -
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Pengencer C hingga kadar Mometason furoat BPFI
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti lebih kurang 0,1 µg per mL.
yang diperoleh pada Penetapan kadar. Blangko Campuran Pengencer C-Pengencer A
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada (3:1).
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. setara dengan lebih kurang 2,0 mg mometason
Fase gerak A Gunakan metanol P. furoat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
Fase gerak B Campuran kloroform P-etil asetat P bertutup ulir 50 mL. Tambah 5,0 mL Pengencer A,
(3:1). dan beberapa manik kaca, kocok menggunakan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah vortex. Tambahkan 15,0 mL Pengencer C, campur.
Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan Sentrifugasi selama 10 menit. Saring melalui
dengan metanol P hingga kadar 0,6 mg per mL. penyaring polipropilen dengan porositas 0,2 µm,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep buang 1-2 mL filtrat pertama.
setara dengan lebih kurang 3 mg mometason furoat, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
masukkan ke dalam tabung sentrifuga bertutup ulir tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
50 mL. Tambahkan 5,0 mL metanol P ke dalam kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan
tabung, tutup. Panaskan di atas tangas uap hingga pengisi L60 dengan ukuran partikel 5 µm dan
salep meleleh, kocok kuat hingga salep memadat. pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 25±5.
Tempatkan dalam tangas es selama 10 menit. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Sentrifus, saring beningan. Ekstraksi 1 mL filtrat kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
dengan 1 mL heksana P, gunakan fase bagian rekam kromatogram dan ukur respons puncak
bawah. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%.
masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lempeng kromatografi yang dilapisi silika gel P volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji dan
setebal 0,25 mm, biarkan bercak mengering. Blangko ke dalam kromatograf. Rekam
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi kromatogram dan ukur semua respons puncak.
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak A, biarkan Hitung persentase tiap cemaran dalam salep dengan
merambat lebih kurang 2 cm dari titik penotolan. rumus:
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan
kering di udara. Masukkan lempeng ke dalam bejana 𝑟𝑖
( ) × 100
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase 𝑟𝑇
gerak B, biarkan merambat tiga perempat kali
panjang lempeng. Angkat lempeng, tandai batas ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rT
rambat, biarkan kering di udara. Amati bercak di adalah total semua respons puncak.
bawah sinar UV 254 nm; harga Rf dan intensitas
bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak Tabel
Larutan baku.
Waktu
Batas
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik Nama retensi
(%)
<52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus aureus, relatif
Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli dan 9ɑ-kloro-11β, 0,56 0,2
spesies Salmonella memberikan hasil negatif. 17,21,trihidroksi-16ɑ-
metilpregna-1,4-dien-3,20-
dion 17-(2-furoat)
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 9ɑ,21-dikloro-11β, 17- 0,73 0,2
dihidroksi-16ɑ-
Cemaran organik Masing-masing cemaran dan metilpregna-1,4-dien-3,20-
total cemaran tidak lebih dari yang tertera pada dion
Tabel. Lakukan penetapan dengan cara 21-kloro-17-hidroksi-16ɑ- 0,88 0,2
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada metilpregna-1,4-dien-
Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi larutan 3,11,20-trion 17-(2-furoat)
dari cahaya]. 21-kloro-9β, 11β-epoksi- 0,94 1,0
Pengencer A, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, 17-hidroksi-16ɑ-
metilpregna-1,4-dien-3,20-
dan Larutan baku persediaan Lakukan seperti yang
dion 17-(2-furoat)
tertera pada Penetapan kadar.
Mometason furoat 1,0 -
Pengencer C Buat campuran air-asetonitril P- Cemaran lain 1 1,04 -
asam asetat glasial P (70:30:1). Cemaran lain 2 1,13 -
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Cemaran lain tidak spesifik - 0,2
Larutan baku persediaan, encerkan dengan Total cemaran spesifik dan - 1,0
tidak spesifik
- 128 -
Fase gerak Campuran 1,2-dikloroetana P- 50,0 mL. Saring melalui penyaring nilon dengan
metanol P (97:3). porositas 0,45 µm.
Penampak bercak Biru tetrazolium alkalis LP Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan
Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan kolom 5 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 “end
dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 20 µg capped” yang dideaktivasi basa dengan ukuran
per mL. partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit
Larutan baku 2 Campur satu bagian volume dan pertahankan suhu kolom pada 60°. Lakukan
Larutan baku 1 dengan satu bagian volume aseton kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
P. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan baku 3 Campur satu bagian volume tertera pada Prosedur: waktu retensi puncak
Larutan baku 1 dengan tiga bagian volume aseton P. mometason furoat lebih kurang 9 menit; faktor
Larutan baku 4 Timbang saksama sejumlah ikutan tidak lebih dari 1,2.
Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 1 mg per volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
mL. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan uji Lakukan aktuasi beberapa kali kromatogram dan ukur respons puncak utama.
sehingga diperoleh 1 mg Mometason Furoat, Hitung persentase C27H30Cl2O6, dengan rumus:
tambahkan 4 mL aseton P, kocok dengan bantuan
ultrasonik dan saring. Uapkan filtrat sampai kering rU CS
dan larutkan dalam 1,0 mL aseton P. 100
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing rS CU
50 µL tiap larutan pada lempeng kromatografi,
masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak. Biarkan Larutan uji dan Larutan baku; CS dan adalah kadar
fase gerak merambat hingga tiga perempat tinggi Mometason Furoat BPFI dalam mg per mL Larutan
lempeng. Angkat lempeng, dan tandai batas rambat, baku; CU adalah kadar mometason furoat dalam mg
keringkan di udara. Semprot dengan penampak per mL Larutan uji berdasarkan jumlah per dosis
bercak dan panaskan pada suhu lebih kurang 50° aktuasi yang tertera pada etiket.
selama 5 menit. Diamkan sampai suhu ruang dan
semprot kembali dengan biru tetrazolium alkalis LP.
Pada kromatogram Larutan uji: semua bercak Tambahan monografi
sekunder tidak lebih intensif dari bercak Larutan INJEKSI MORFIN HIDROKLORIDA
baku 1 (2%), tidak lebih dari satu bercak sekunder Morphine Hydrochloride Injection
yang lebih intensif dari bercak Larutan baku 2 (1%),
bercak sekunder lain tidak lebih intensif dari Injeksi Morfin Hidroklorida adalah larutan steril
Larutan baku 3 (0,5%). dalam Air untuk Injeksi, mengandung morfin
hidroklorida hidrat, C17H19NO3.HCl.3H2O, tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada jumlah yang tertera pada etiket.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran metanol P-air (55:45). Baku pembanding Morfin Hidroklorida trihidrat
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti lemari pendingin dan terlindung cahaya. Endotoksin
tertera pada Kromatografi <931>. BPFI; [Catatan Bersifat Pirogenik, Penanganan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Vial Dan Isi Harus Hati-Hati Untuk Menghindari
Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan Kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, simpan
dengan metanol P 80% hingga kadar lebih kurang larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam
20 µg per mL. waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
Larutan uji Lakukan aktuasi beberapa kali dalam lemari pembeku.
sehingga diperoleh 1 mg Mometason Furoat,
tambahkan 20 mL metanol P 90% panas dan
Identifikasi Pipet sejumlah volume sediaan setara
tambahkan 25 mL 2,2,4-trimetil-pentana P,
dengan 40 mg morfin hidroklorida hidrat, masukkan
dinginkan, kocok campuran dan saring lapisan
ke dalam labu tentukur 20-mL, tambahkan air
metanol melalui saringan kapas murni yang
sampai tanda, kocok.
sebelumnya telah dibilas dengan metanol P 80%.
A. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-
Ulangi ekstraksi pada lapisan organik sebanyak dua
mL, tambahkan air sampai tanda, kocok. Spektrum
kali, tiap kali dengan 10 mL metanol P 80%, saring
serapan ultraviolet larutan ini menunjukkan
ekstrak melalui penyaring kapas. Kumpulkan
maksimum pada panjang gelombang antara 283 nm
ekstrak dan tambahkan metanol 80% hingga volume
dan 287 nm.
- 130 -
B. Pipet 5 mL larutan, masukkan ke dalam labu morfin terhadap etilefrin hidroklorida pada enam
tentukur 100-mL, encerkan dengan natrium kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
hidroksida encer LP sampai tanda, kocok. Spektrum Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
serapan ultraviolet larutan ini menunjukkan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
maksimum pada panjang gelombang antara 296 nm Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dan 300 nm. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase morfin hidroklorida hidrat,
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,5 unit C17H19NO3.HCl.3H2O, dalam injeksi dengan rumus:
Endotoksin FI per mg morfin hidroklorida.
RU CS
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan 100
penetapan menggunakan Penyaringan membran RS CU
seperti tertera pada Uji sterilitas dari produk yang
diuji. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
respons puncak morfin hidroklorida terhadap
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat. etilefrin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Morfin Hidroklorida
Volume injeksi dalam wadah <1131> Memenuhi Trihidrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
syarat. adalah kadar morfin hidroklorida hidrat dalam mg
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
Fase gerak Buat larutan 1,0 g natrium lauril sulfat udara, tidak tembus cahaya.
P dalam 500 mL asam ortofosfat encer (1 dalam
1000). Atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
natrium hidroksida LP. Ke dalam 240 mL larutan ini Tambahan monografi
tambahkan 70 mL tetrahidrofuran P, campur, saring KRIM NEOMISIN SULFAT DAN
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian HIDROKORTISON ASETAT
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Neomycin Sulfate and Hydrocortisone Acetate
Kromatografi <931>
Cream
Larutan baku internal Timbang saksama
sejumlah etilefrin hidroklorida, masukkan ke dalam
Krim Neomisin Sulfat dan Hidrokortison Asetat
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
mengandung neomisin sulfat, setara dengan
dalam air hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
neomisin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25
dari 135,0% dan mengandung hidrokortison asetat,
mg Morfin Hidroklorida Trihidrat BPFI, masukkan
C23H32O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 10,0 mL
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku internal, encerkan dengan air sampai
tanda.
Baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI; lakukan
Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume
pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak
sediaan setara dengan 80 mg morfin hidroklorida
hidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan, rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, Bersifat higroskopis. Hidrokortison Asetat BPFI:
tambahkan 10,0 mL Larutan baku internal, lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
encerkan dengan air sampai tanda. 60° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja wadah tertutup rapat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan
Identifikasi
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
A. Memenuhi syarat untuk Neomisin seperti
dengan ukuran partikel lebih kurang 5 µm.
tertera pada Prosedur untuk Basitrasin, Neomisin
Pertahankan suhu kolom pada 40°. Atur laju alir
dan Polimiksin B dalam Identifikasi secara
hingga waktu retensi morfin lebih kurang 10 menit.
kromatografi lapis tipis <281>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
B. Waktu retensi puncak utama hidrokortison
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
asetat pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Larutan baku seperti diperoleh pada Penetapan
morfin dan etilefrin hidroklorida tidak kurang dari 3;
kadar hidrokortison asetat.
simpangan baku relatif perbandingan respon puncak
- 131 -
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg per mL
Larutan baku dan CU adalah kadar hidrokortison
Penetapan kadar neomisin Lakukan seperti tertera asetat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
pada Penetapan potensi antibiotik secara jumlah yang tertera pada etiket.
mikrobiologi <131>. Timbang saksama sejumlah
krim setara dengan 3,5 mg neomisin, masukkan ke Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam corong pisah secara kuantitatif, dengan baik.
bantuan 50 mL eter P, kocok. Ekstraksi empat kali,
tiap kali dengan 20 mL Dapar D.3. Kumpulkan
lapisan air, dan encerkan dengan Dapar D.3 hingga Tambahan monografi
volume yang sesuai untuk memperoleh Larutan uji OKSKARBAZEPIN
persediaan. Encerkan Larutan uji persediaan secara Oxcarbazepine
kuantitatif dan bertahap dengan Dapar D.3 hingga
diperoleh Larutan uji dengan kadar yang setara
dengan dosis tengah Larutan baku.
Waktu Faktor
Batas
Cemaran organik [Catatan Jika senyawa sejenis A Nama retensi respon
(%)
okskarbazepin dan senyawa sejenis B okskarbazepin relatif relatif
diketahui merupakan cemaran terkait proses, Senyawa sejenis E 2,1 1,2 0,05
okskarbazepin
lakukan penetapan cemaran organik, Prosedur 2.]
Metoksikarbamazepin 2,5 1,6 0,05
Prosedur 1 Lakukan penetapan dengan cara
Senyawa sejenis B 7,4 1,3 0,05
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada okskarbazepin
Kromatografi <931>. Metoksidibenzazepin 7,9 1,5 0,05
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Masing-masing - 1,0 0,05
Penetapan kadar. cemaran lain
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah Total cemaran - - 1,0
Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin BPFI,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Prosedur 2 Lakukan penetapan dengan cara
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kromatografi <931>.
Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Dapar A Buat larutan campuran yang
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,25 µg per mengandung kalium fosfat monobasa 0,004 M dan
mL. natrium fosfat dibasa 0,063 M. Timbang 0,544 g
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, kalium fosfat monobasa P dan 8,943 g natrium fosfat
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga dibasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. mL, larutan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi Dapar B Timbang 3,6 g dinatrium edetat P,
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Masukkan larutan ke dalam wadah yang sesuai,
okskarbazepin dan karbamazepin tidak kurang dari tambahkan 1000 mL Dapar A, campur.
8,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Pengencer Timbang sejumlah asam askorbat,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku kurang 1,8 g per L.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Larutan A Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
10,0%. Dapar B- asetonitril P (15:2:2:1). Saring dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah awaudarakan.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan B Buat campuran asetonitril P-air-
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam tetrahidrofuran P-Dapar B (6:2:1:1). Saring dan
kromatogram selama sepuluh kali waktu retensi awaudarakan.
puncak okskarbazepin dan ukur semua respons Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dalam zat dengan rumus: kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
ri CS 1 sejumlah Senyawa Sejenis A Okskarbazepin BPFI,
100 Senyawa Sejenis B Okskarbazepin BPFI, Senyawa
rS CU F Sejenis D Okskarbazepin BPFI, dan Senyawa
Sejenis E Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran encerkan dengan campuran asetonitril P-Pengencer
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak (1:1) hingga kadar masing-masing lebih kurang 2 µg
okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar per mL.
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Larutan baku persediaan Timbang saksama
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
mL Larutan uji; F adalah faktor respons relatif encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
seperti tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran kurang 0,1 mg per mL.
dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
pada Tabel. persediaan masukkan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, encerkan dengan campuran asetonitril P-
Tabel Pengencer (1:1) hingga kadar lebih kurang 2 µg per
mL.
Waktu Faktor Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Batas
Nama retensi respon
(%) larutkan dan encerkan dengan campuran asetonitril
relatif relatif
P-Pengencer (1:1) hingga kadar lebih kurang 1 mg
Okskarbazepin 1,0 1,0 -
Karbamazepin 1,7 1,9 0,5
per mL.
- 133 -
Identifikasi A C
A. Timbang lebih kurang 840 mg serbuk tablet Q30 = u S D V 100
okskarbazepin, masukkan ke dalam labu tentukur AS L
50-mL. Tambahkan 45 mL kloroform P, kocok
secara mekanik selama lebih kurang 30 menit, Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2, yang
encerkan dengan kloroform P sampai tanda,
sentrifus dan kumpulkan beningan ke dalam cawan terlarut dalam 60 menit ( Q60 ) dengan rumus:
petri. Uapkan beningan di atas tangas air pada suhu
60º. Keringkan residu dan gerus residu dengan A C V
kalium bromida P; Spektrum serapan inframerah Q60 = u S D V 100 + Q30 S
residu yang dikeringkan dan didispersikan dalam AS L V
Kalium bromida P (1:100), menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
sama seperti pada Okskarbazepin BPFI. dan Larutan baku; CS adalah kadar Okskarbazepin
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti jumlah okskarbazepin dalam mg per tablet yang
diperoleh pada Penetapan kadar. tertera pada etiket; D adalah faktor pengenceran dari
Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (900
Disolusi <1231> mL); VS adalah volume alikot yang diambil dalam
UJI 1 mL.
Media disolusi: Toleransi Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak
Tablet yang mengandung okskarbazepin 150 mg; kurang dari 70% (Q), C15H12N2O2 dan dalam waktu
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 0,3%, 60 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q),
deaerasi. C15H12N2O2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Tablet yang mengandung okskarbazepin 300 mg :
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 0,6%, UJI 2 [Catatan Jika sediaan memenuhi uji ini maka
deaerasi. dicantumkan memenuhi syarat Disolusi Uji 2]
Tablet yang mengandung okskarbazepin 600 mg: Media disolusi, Alat tipe 2 dan Waktu Lakukan
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 1,0 %, seperti tertera pada Uji 1.
deaerasi. Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan
Alat tipe 2: 60 rpm. cara spektrofotometri seperti tertera pada
Waktu: 30 dan 60 menit. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan Larutan baku persediaan Timbang saksama
cara spektrofotometri seperti tertera pada sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
- 135 -
kurang 3,3 mg per mL. [Catatan Larutan ini stabil produk degradasi, disarankan menggunakan
selama 22 jam pada suhu 10º.] Prosedur 2.]
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan Prosedur 1 Lakukan penetapan dengan cara
baku persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
encerkan dengan Media disolusi yang sesuai dengan Kromatografi <931>.
kekuatan tablet hingga diperoleh kadar (L/900) mg Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
per mL. L adalah jumlah dalam mg per tablet seperti kadar.
tertera pada etiket. Pengencer Buat campuran metanol P-air (60:40).
Larutan uji Pipet sejumlah volume alikot, saring Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 asetonitril P (75:29:21). Saring dan awaudarakan.
µm. Volume alikot yang dipipet harus digantikan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
dengan sejumlah volume sama Media disolusi yang sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
sesuai. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C15H12N2O2 sejumlah Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin
yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
dan Larutan baku pada panjang gelombang serapan hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 mg per
maksimum lebih kurang 304 nm. Hitung persentase mL dan 1,0 µg per mL.
okskarbazepin, C15H12N2O2, yang terlarut dalam 30 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
menit ( Q30 ) dengan rumus: Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 µg per
mL.
A CS Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Q30 = u D V 100 tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
AS L sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
600 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2, yang tentukur 500-mL, larutkan dengan Pengencer
hingga 50% volume labu, sonikasi selama 15 menit
terlarut dalam 60 menit ( Q60 ) dengan rumus: sambil sesekali di kocok, dinginkan hingga suhu ruang
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
melalui penyaring kaca masir dengan porositas 2
A C V
Q60 = u S D V 100 + Q30 S µm. Buang filtrat pertama. Larutan mengandung
AS L V setara dengan lebih kurang 1,2 mg okskarbazepin
per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Okskarbazepin persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah sesuai, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
jumlah okskarbazepin dalam mg per tablet yang lebih kurang 0,5 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada etiket; D adalah faktor pengenceran dari
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (900
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
mL); VS adalah volume alikot yang diambil dari
media dalam mL. ukur semua respons puncak seperti tertera pada
Toleransi untuk tablet 150 mg dan 300 mg : Prosedur: resolusi, R, antara puncak okskarbazepin
dan karbamazepin tidak kurang dari 8,0. Lakukan
Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak kurang dari
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
70% (Q), C15H12N2O2 dan dalam waktu 60 menit
kromatogram dan ukur respons puncak utama
harus larut tidak kurang dari 80% (Q), C15H12N2O2
dari jumlah yang tertera pada etiket. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Toleransi untuk tablet 600 mg : Dalam waktu 30 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
menit, harus larut tidak kurang dari 50% (Q), 10,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
C15H12N2O2 dan dalam waktu 60 menit harus larut
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
tidak kurang dari 80% (Q), C15H12N2O2 dari jumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
yang tertera pada etiket
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
tablet dengan rumus:
Cemaran organik [Catatan Berdasarkan rute
sintesis, lakukan salah satu Prosedur 1 atau ri CS 1
100
Prosedur 2. Jika metoksikarbamazepin berpotensi
merupakan produk degradasi, disarankan rS CU F
menggunakan Prosedur 1. Jika karbamazepinadion
atau dibenzazepinodion berpotensi merupakan
- 136 -
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran BPFI; Karbamazepin BPFI dan Okskarbazepin
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak BPFI berturut-turut lebih kurang 0,05 µg per mL;
okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar 0,6 µg per mL; dan 0,06 mg per mL.
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Larutan baku persediaan Timbang saksama
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per sejumlah Karbamazepin BPFI, larutkan dan
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
pada etiket; F adalah faktor respons relatif seperti kurang 12 µg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan untuk membantu kelarutan. [Catatan Suhu tangas
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada air tidak lebih dari 23º.]
Tabel. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai
Tabel berisi Pengencer sejumlah 50% dari volume labu
dan asetonitril P sejumlah 20% dari volume labu.
Nama Waktu Faktor Batas Diamkan larutan hingga suhu ruang, encerkan
retensi respons (%) dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan
relatif relatif
mengandung Karbamazepin BPFI 0,6 µg per mL.
Okskarbazepin 1,0 1,0 -
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Karbamazepin 1,6 1,5 0,5
Dibenzazepinon 2,0 1,0 0,05 tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
Metoksikarbamazepin 2,3 1,3 0,05 sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
Masing-masing produk - 1,0 0,10 375 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
degradasi tentukur 250-mL, tambahkan 150 mL asetonitril P,
Total cemaran - - 0,75 sonikasi selama 15 menit, kocok selama 15 menit, dan
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Kocok
Prosedur 2 Lakukan penetapan dengan cara dan diamkan selama 30 menit sampai mengendap.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Gunakan beningan. Larutan mengandung
Kromatografi <931>. okskarbazepin lebih kurang 1,5 mg per mL.
Dapar A Timbang lebih kurang 4,2 g [Catatan Suhu tangas air tidak lebih dari 23º.]
tris(hidroksimetil)amino metana P dan 0,2 g Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
dinatrium edetat P, masukkan ke dalam labu ke dalam labu tentukur yang sesuai berisi Pengencer
tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air sejumlah 50% dari volume labu dan asetonitril P
sampai tanda. sejumlah 20% dari volume labu. Diamkan larutan
Dapar B Timbang lebih kurang 18 g hingga suhu ruang, encerkan dengan asetonitril P
tris(hidroksimetil)amino metana P dan 0,9 g sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan
dinatrium edetat P, masukkan ke dalam labu porositas 0,45 µm. Larutan mengandung
tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air okskarbazepin 0,3 mg per mL.
sampai tanda. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pengencer Buat campuran asetonitril P-larutan tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
asam askorbat 1,8 g per L (1:99). kolom 3,0 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan A Buat campuran Dapar A- dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
tetrahidrofuran P-asetonitril P (85:10:5). Saring kolom pada 35 dan suhu autosampler pada 5. Laju
dan awaudarakan. alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Kromatograf
Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar B diprogram sebagai berikut :
-tetrahidrofuran P (70:20:10). Saring dan
awaudarakan. Waktu Larutan A Larutan B
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A (menit) (%) (%)
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem 0 95 5
kromatografi. 33,0 30 70
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang 33,1 95 5
saksama sejumlah Senyawa Sejenis C 45,0 95 5
Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin BPFI,
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
kadar berturut-turut 1 µg per mL dan 12 µg per mL. sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons
Jika perlu lakukan sonikasi untuk melarutkan. puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
[Catatan Suhu tangas air tidak lebih dari 23º.] antara puncak senyawa sejenis C okskarbazepin dan
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah karbamazepin tidak kurang dari 1,2. Lakukan
Larutan kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tentukur yang berisi Pengencer sejumlah 50% dari kromatogram dan ukur respons puncak seperti
volume labu. Diamkan larutan hingga suhu ruang, tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan penyuntikan ulang tidak lebih dari 15%.
mengandung Senyawa Sejenis C Okskarbazepin
- 137 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan 600 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam tentukur 500-mL, tambahkan Pengencer hingga
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 50% volume labu, sonikasi selama 15 menit sambil
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam sesekali dikocok, dinginkan pada suhu ruang dan
tablet dengan rumus: encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
melalui penyaring kaca masir dengan porositas 2
ri CS 1 µm. Buang filtrat pertama. Larutan mengandung
100 okskarbazepin lebih kurang 1,2 mg per mL.
rS CU F Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak kurang 0,1 mg per mL.
karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
pada etiket ; F adalah faktor respons relatif seperti kolom pada 50 dan suhu autosampler pada 5. Laju
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Tabel. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Tabel ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Waktu Faktor volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Batas
Nama retensi respons Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
(%)
relatif relatif kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Karbamazepinedion 0,72 0,70 0,2
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2
Okskarbazepin 1,0 1,0 -
dalam tablet dengan rumus:
Senyawa sejenis C 1,3 - -
okskarbazepin
Karbamazepin 1,4 1,0 0,5 rU CS
Dibenzazepinodion 1,7 2,8 0,2 100
Masing-masing - 1,0 0,1 rS CU
produk degradasi
Total cemaran - - 1,0
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan
Kromatografi <931>. baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per
Dapar Timbang lebih kurang 6,8 g kalium fosfat mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
monobasa P, larutkan dalam 1000 mL air. pada etiket.
Tambahkan 2 mL trietilamin P dan campur. Atur pH
hingga 6,0 dengan penambahan asam ortofosfat P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pengencer Buat campuran metanol P-air (80:20). baik, pada suhu ruang terkendali.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
asetonitril P (62:22:16). Saring dan awaudarakan. Penandaan Cantumkan Uji Disolusi yang
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian digunakan jika tidak menggunakan Uji 1.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Cantumkan Prosedur Cemaran organik yang
Larutan baku persediaan Timbang saksama digunakan, jika tidak menggunakan Prosedur 1.
sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,5 mg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi Tambahan monografi
untuk membantu kelarutan. OLANZAPIN
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Olanzapine
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per mL.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
- 138 -
Waktu Faktor
Batas rU CS
Cemaran Retensi Respons
(%) 100
Relatif Relatif rS CU
Senyawa sejenis B 0,3 2,3 0,10
Olanzapin
Senyawa sejenis 0,8 2,3 0,10
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
A Olanzapin Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Olanzapin 1,0 - - Olanzapin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Klorometil 1,1 1,0 0,15 adalah kadar olanzapin dalam mg per mL Larutan uji
olanzapinium berdasarkan bobot yang ditimbang.
klorida
Masing-masing - - 0,10
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
cemaran lain yang
tidak spesifik
rapat pada suhu ruang.
Total Cemaran - - 0,4
ke dalam wadah yang sesuai dan tambahkan 2,0 mL mL larutan ini, masukkan ke dalam wadah yang
Fase gerak. sesuai dan tambahkan 2,0 mL Fase gerak.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
Pipet 5 mL filtrat, masukkan ke dalam wadah yang Pipet 5 mL filtrat, masukkan ke dalam wadah yang
sesuai dan tambahkan 2,0 mL Fase gerak. sesuai dan tambahkan 2,0 mL Fase gerak.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
L10 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih L11 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi kurang 1,5 ml per menit. Pertahankan suhu kolom
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan pada 40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
tidak lebih dari 2,0%. relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 2,0%.
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Hitung persentase olanzapin (C17H20N4S) yang kromatogram dan ukur respons puncak utama.
terlarut dengan rumus: Hitung persentase olanzapin (C17H20N4S) yang
terlarut dengan rumus:
𝑟𝑈 𝑉
( ) × 𝐶𝑆 × ( ) × 100 𝑟𝑈 𝑉
𝑟𝑆 𝐿 ( ) × 𝐶𝑆 × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐿
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Olanzapin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; L Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
adalah jumlah olanzapin dalam mg per tablet seperti Olanzapin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; L
yang tertera pada etiket; V adalah volume Media adalah jumlah olanzapin dalam mg per tablet seperti
disolusi, 900 mL. yang tertera pada etiket; V adalah volume Media
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak disolusi, 900 mL.
kurang dari 80% (Q) C17H20N4S, dari jumlah yang Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
tertera pada etiket. kurang dari 80% (Q) C17H20N4S, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
UJI 2
Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,1 N. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 20 menit. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Lakukan penetapan jumlah C17H20N4S yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Kromatografi <931>. [Catatan Dapat ditambahkan
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. beberapa tetes asetonitril P tidak lebih 5% dari
Fase gerak Timbang sejumlah amonium asetat P, volume akhir pada Larutan baku dan Larutan uji
larutkan dan encerkan dengan campuran metanol P- sebelum enceran akhir untuk mengurangi
air (2:3) hingga kadar lebih kurang 10 gram per liter, pembentukan busa].
atur pH hingga 4,0 dengan menggunakan asam Dapar 1 Buat larutan asam ortofosfat P dengan
hidroklorida P. Saring menggunakan penyaring kadar 3,3 mL per L, atur pH hingga 2,5 dengan
dengan porositas 0,45 µm dan awaudarakan. Jika penambahan natrium hidroksida P 50%.
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Dapar 2 Buat larutan natrium dodesil sulfat P 8,7
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. g per L dalam Dapar 1.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Dapar 3 Buat larutan dinatrium edetat P 18,6 mg
sejumlah Olanzapin BPFI masukkan dalam labu per L dalam Dapar 2.
tentukur yang sesuai, tambahkan asetonitril P lebih Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar 2
kurang 8% dari volume labu, sonikasi hingga larut, (12:13), saring dan awaudarakan.
kemudian encerkan dengan Media disolusi hingga Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar 2 (7:3),
kadar lebih kurang 0,28 mg per mL. saring dan awaudarakan.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
persediaan encerkan dengan Media disolusi hingga dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kadar (L/900) mg per mL dengan L adalah kekuatan kromatografi.
dalam mg per tablet yang tertera pada etiket. Pipet 5
- 141 -
Sisa pelarut Lakukan Kromatografi gas seperti Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
tertera pada Kromatografi <931>. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
P, etanol P, etil asetat P, aseton P dan diklorometan Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji,
P, masing-masing encerkan dengan N,N- masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan
dimetilformamida P hingga kadar berturut-turut 120 dengan Fase gerak sampai tanda.
µg, 200 µg, 200 µg, 200 µg dan 24 µg per mL. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku masing-masing sejumlah Omeprazol Natrium BPFI
persediaan masukan ke dalam vial “headspace”, dan Senyawa Sejenis I Omeprazole BPFI, masukkan
tutup rapat. ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
Larutan uji Timbang saksama 0,2 g zat masukkan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
ke dalam vial “headspace”, tambahkan 5,0 mL N,N- masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
dimetilformamida, tutup rapat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm, kolom
injektor “headspace”, detektor ionisasi nyala dan dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi
kolom kapiler , berisi bahan pengisi 6% sianida L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
fenil-94% dimetilpolisiloksan, (atau dengan kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap
polaritas yang sama sebagai fase diam). Atur suhu Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram,
kolom pada 35° selama 10 menit, dan naikan suhu dan ukur respons puncak seperti tertera pada
hingga 200° dengan kenaikan 40° per menit, Prosedur: resolusi, R, antara puncak omeprazol dan
pertahankan suhu ini selama 3 menit. Suhu injektor senyawa sejenis I omeprazol tidak kurang dari 2,0.
dan detektor berturut-turut pada 200° dan 260°. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Pertahankan suhu vial ”headspace” pada 60° selama volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
30 menit. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
dengan laju alir 2,0 mL per menit. Lakukan rekam kromatogram selama 3,5 kali waktu retensi
kromatografi terhadap gas yang terbentuk dari puncak utama dan ukur semua respons puncak.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Respons puncak masing-masing cemaran dari
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Larutan uji tidak lebih dari 0,2 kali respons puncak
antara masing-masing pasangan puncak utama utama Larutan pembanding (0,1%) dan total
yang berdekatan tidak kurang dari 1,5. cemaran tidak lebih besar dari respons puncak utama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan pembanding (0,5%)
volume sama gas yang terbentuk dari Larutan uji
dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 300 mg zat, larutkan dalam 50 mL air . Titrasi
Hitung persentase metanol, etanol, etil asetat, dengan asam hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik
aseton dan diklorometan dalam zat yang digunakan. akhir secara potensiometri. Lakukan penetapan
Masing-masing sisa pelarut tidak lebih dari batas blangko.
yang tertera pada Tabel.
Tiap mL asam hidroklorida 0,1 N
Tabel setara dengan 36,74 mg C17H18N3NaO3S
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 7,0%.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
dibuka dalam lemari pembeku. Senyawa Sejenis I Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
Omeprazol BPFI. penetapan dengan Penyaring Membran dalam Uji
Sterilitas Produk. Lakukan penetapan dengan
Identifikasi melarutkan dan mengencerkan sejumlah Omeprazol
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai Natrium untuk Injeksi dengan Air untuk injeksi (atau
dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada larutan pepton steril 0,1%) hingga kadar lebih
Penetapan kadar. kurang 8 mg omeprazole per mL.
B. Timbang sejumlah sediaan, larutkan dan
encerkan dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
kadar lebih kurang 20 µg per mL omeprazol. Injeksi.
Spektrum serapan ultraviolet larutan menunjukkan
maksimum pada panjang gelombang antara 276 nm Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
dan 305 nm. Perbandingan serapan pada panjang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
gelombang maksimum 305 nm terhadap 276 nm pada Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan
antara 1,6 dan 1,8. pengujian segera dalam kondisi terlindung cahaya
C. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti setelah Larutan baku dan Larutan uji disiapkan].
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Dapar Timbang lebih kurang 0,34 g natrium
fosfat dodekahidrat P dan 0,627 g dinatrium
Kejernihan larutan <881> Larutan jernih atau hidrogen fosfat dodekahidrat P, masukkan ke dalam
tidak lebih opalesen dari Suspensi padanan I. labu tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan
Lakukan penetapan menggunakan 5 isi wadah dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 11,0 ± 0,2.
sediaan, tambahkan sejumlah volume air hingga dengan penambahan asam hidroklorida 2 N atau
diperoleh kadar omeprazol lebih kurang 4,0 mg per natrium hidroksida 2 N.
mL. Pengencer Ukur sejumlah volume lebih kurang
200 mL asetonitril P, masukkan ke dalam labu
Warna dan akromisitas <1291> Serapan Larutan tentukur 1000-mL, encerkan dengan Dapar sampai
uji pada panjang gelombang 440 nm tidak lebih dari tanda.
0,1. Gunakan Larutan uji seperti pada Kejernihan Larutan uji, Fase gerak dan Sistem kromatografi
larutan. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji,
pH <1071> Antara 10,1 dan 11,1. Lakukan masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
penetapan menggunakan larutan yang diperoleh dari dengan Pengencer sampai tanda.
Kejernihan larutan. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 6
mg Senyawa sejenis I omeprazole BPFI, masukkan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 5 mL
Prosedur keseragaman kandungan untuk sediaan asetonitril P untuk melarutkan, encerkan dengan
dengan kekuatan omeprazol 20 mg. [Catatan Pengencer sampai tanda dan campur. Pipet 1 mL
Lakukan pengujian dalam kondisi terlindung larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
cahaya.] dengan Pengencer sampai tanda, campur
Pengencer Larutan natrium tetraborat 0,01 M Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
yang mengandung 20% etanol P. tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
Larutan uji Larutkan isi dari 1 vial sediaan dalam kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan
sejumlah volume natrium tetraborat 0,01 M, pengisi L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap
dengan natrium tetraborat 0,01 M sampai tanda, Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur
kocok. Pipet 2 mL larutan ini ke dalam labu tentukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda. resolusi, R, antara puncak omeprazol dan senyawa
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sejenis I omeprazol tidak kurang dari 3,0.
Omeprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Pengencer hingga kadar lebih kurang 8 g per mL. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku pada panjang gelombang serapan maksimum kromatogram selama 3,5 kali waktu retensi puncak
lebih kurang 305 nm menggunakan Pengencer utama dan ukur semua respons puncak. Senyawa
sebagai blangko. sejenis I dari Larutan uji tidak lebih 1,0% masing-
masing cemaran lain tidak lebih dari respons puncak
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,0 unit utama Larutan pembanding (1,0%); total cemaran
Endotoksin FI per mg omeprazol. tidak lebih dari 1,5 kali respons puncak utama
Larutan pembanding (1,5%).
- 145 -
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram porositas 0,45 µm, jika perlu encerkan dengan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Media disolusi.
diperoleh pada Penetapan kadar. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
ondansetron, C18H19N3O yang terlarut dengan
Disolusi <1231> mengukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
UJI 1 pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Media disolusi: 500 mL air, awaudarakan kurang 248 nm dengan menggunakan Media
Alat tipe 2: 50 rpm disolusi sebagai blangko. Hitung persentase
Waktu: 15 menit ondansetron, C18H19N3O, yang terlarut dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah rumus:
Ondansetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar 𝐴𝑈 𝐶𝑆 293,36
( )×( )×( ) × 𝑉 × 100
larutan mendekati kadar Larutan uji. 𝐴𝑆 𝐿 329,83
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
disaring dengan penyaring yang sesuai dengan AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
porositas 0,45 µm, jika perlu encerkan dengan dan Larutan baku; CS adalah kadar Ondansetron
Media disolusi. Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Prosedur Lakukan penetapan jumlah L adalah kadar ondansetron dalam mg per tablet
ondansetron, C18H19N3O, yang terlarut dengan yang tertera pada etiket; 293,36 dan 329,83 berturut-
mengukur serapan Larutan uji dan Larutan baku turut adalah bobot molekul ondansetron dan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih ondansetron hidroklorida anhidrat dan V adalah
kurang 310 nm dengan menggunakan Media volume dalam mL Media disolusi, 500 mL.
disolusi sebagai blangko. Hitung persentase Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
ondansetron, C18H19N3O, yang terlarut dengan kurang dari 80% (Q), ondanserton, C18H19N3O, dari
rumus: jumlah yang tertera pada etiket.
𝐴𝑈 𝐶𝑆 293,36
( )×( )×( ) × 𝑉 × 100
𝐴𝑆 𝐿 329,83
UJI 4
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N,
dan Larutan baku; CS adalah kadar Ondansetron awaudarakan
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Alat tipe 2: 50 rpm
L adalah jumlah ondansetron dalam mg per tablet Waktu: 30 menit
yang tertera pada etiket; 293,36 dan 329,83 berturut- Larutan baku persediaan Timbang saksama
turut adalah bobot molekul ondansetron dan sejumlah Ondansetron Hidroklorida BPFI, larutkan
ondansetron hidroklorida anhidrat dan V adalah dan encerkan dengan Media disolusi hingga kadar
volume dalam mL Media disolusi, 500 mL. lebih kurang 0,45 mg per mL.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
kurang dari 80% (Q), ondanserton, C18H19N3O, dari persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
jumlah yang tertera pada etiket. encerkan dengan Media disolusi, jika perlu bertahap
hingga kadar L/500 mg per mL, L adalah kadar
UJI 2 ondansetron hidroklorida dalam mg per tablet yang
Media disolusi, Alat tipe 2, Larutan baku, Larutan tertera pada etiket.
uji, dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Uji 1. Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
Waktu: 30 menit disaring dengan penyaring yang sesuai dengan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak porositas 0,45 µm, jika perlu encerkan dengan
kurang dari 80% (Q), ondanserton, C18H19N3O, dari Media disolusi.
jumlah yang tertera pada etiket. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
ondansetron, C18H19N3O yang terlarut dengan
UJI 3 mengukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,01 pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
N, awaudarakan. kurang 249 nm menggunakan Media disolusi
Alat tipe 2: 50 rpm sebagai blangko. Gunakan sel 1-cm untuk tablet
Waktu: 30 menit yang mengandung 4 mg atau 8 mg; sel 0,2-cm untuk
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tablet yang mengandung 16 mg atau 24 mg. Hitung
Ondansetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan persentase ondansetron, C18H19N3O, yang terlarut
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar dengan rumus:
larutan mendekati kadar Larutan uji.
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah 𝐴𝑈 𝐶𝑆 293,36
( )×( )×( ) × 𝑉 × 100
disaring dengan penyaring yang sesuai dengan 𝐴𝑆 𝐿 329,83
- 147 -
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Larutan baku Timbang saksama sejumlah
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Ondansetron Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Pengencer, encerkan secara kuantitatif dan jika
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar
Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan ondansetron lebih kurang 0,05 mg per mL.
kromatografi terhadap Larutan uji tidak kurang dari Larutan uji persediaan Timbang dan
45 menit, rekam kromatogram, dan ukur semua serbukhaluskan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang
respons puncak. Hitung persentase masing-masing saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
cemaran dalam serbuk tablet dengan rumus: kurang 50 mg ondansetron, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL. Tambahkan 70 mL Pengencer dan
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1 sonikasi selama lebih kurang 20 menit. Encerkan
( ) × ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹 dengan Pengencer sampai tanda. Sentrifus sebagian
larutan.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Larutan uji Pipet sejumlah beningan Larutan uji
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak persediaan, encerkan secara kuantitatif dengan
ondansetron dari Larutan baku; CS adalah kadar Pengencer hingga kadar ondansetron lebih kurang
ondansetron dalam mg per mL Larutan baku; CU 0,05 mg per mL. Saring melalui penyaring nilon
adalah kadar ondansetron dalam mg per mL Larutan dengan porositas 0,45 µm.
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
F adalah faktor respons relatif masing-masing tinggi dilengkapi dengan detektor 216 nm dan
cemaran seperti tertera pada Tabel. Masing-masing kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
yang tertera pada Tabel. 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku dan rekam kromatogram, ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
puncak ondansetron tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Tabel Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Cemaran Waktu Faktor Batas kromatogram dan ukur respons puncak utama.
retensi respons (%) Hitung persentase ondansetron, C18H19N3O, dalam
relatif relatif serbuk tablet dengan rumus:
2-metil imidazol* 0,22 0,53 0,2
Senyawa sejenis C 0,40 1,2 0,2 𝑟𝑈 𝐶𝑆
Ondansetron ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Senyawa sejenis D 0,47 1,3 0,1
Ondansetron
Senyawa sejenis A 0,87 0,90 0,2 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Ondansetron Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Desmetil 0,90 0,91 0,2 ondansetron dalam mg per mL Larutan baku dan CU
ondansetron adalah kadar ondansetron dalam mg per mL Larutan
Ondansetron 1,0 - - uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Cemaran lain - 1,0 0,2
Total cemaran - - 1,0 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
*Tidak termasuk dalam jumlah seluruh cemaran
rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang
terkendali.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Penandaan Cantumkan uji disolusi yang
Kromatografi <931>. digunakan.
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P 2,7
mg per mL, atur pH hingga 5,4 dengan penambahan
natrium hidroksida 1 N. Tambahan monografi
Fase gerak Buat campuran Dapar - asetonitril P OSELTAMIVIR FOSFAT
(4:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Oseltamivir Phosphate
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi<931>.
Pengencer Campuran Dapar - asetonitril P
(1:1).
- 149 -
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
( )×( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
dwell time, voltase fragmentasi, suhu gas pengering, Tutup vial, campur dan panaskan pada suhu 60°
aliran gas pengering, tekanan nebulizer dan voltase selama 20 menit. Sentrifus dan gunakan beningan.
kapiler yang sesuai untuk mendapatkan respons Larutan baku Pipet berturut-turut sejumlah
yang optimal. [Catatan Dapat digunakan splitter Larutan baku persediaan 1 dan Larutan baku
aliran setelah kolom dengan perbandingan split persediaan 2 encerkan dengan piridin P hingga
lebih kurang 3:1] Lakukan kromatografi terhadap kadar masing-masing lebih kurang 21 µg per mL.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 15 mg
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi zat masukkan ke dalam vial. Tambahkan 1,0 mL
relatif senyawa sejenis A oseltamivir dibandingkan Pereaksi penderivat. Tutup vial, campur dan
dengan oseltamivir lebih kurang 2,6; resolusi, R, panaskan pada suhu 60° selama 20 menit. Sentrifus
antara puncak senyawa sejenis A oseltamivir dan gunakan beningan.
(deteksi dengan MD-SIM) dan oseltamivir (deteksi Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan UV) sebagai baseline. [Catatan Resolusi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler
dua senyawa harus dapat meminimalisir noise pada 0,32 mm x 30 m berisi fase diam G1, dengan ukuran
background dan efek supresi ion untuk sisa senyawa partikel 0,25 µm. Pertahankan suhu injektor dan
sejenis A oseltamivir oleh matriks oseltamivir] dan detektor masing-masing pada 260º. Perbandingan
simpangan baku relatif puncak senyawa sejenis A split 1:50. Atur suhu kolom seperti di bawah ini:
oseltamivir pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
15,0%. Suhu Kenaikan Suhu akhir Waktu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah awal suhu (°) tahan pada
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan (°) (°/menit) suhu akhir
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam (menit)
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 180 0 180 2
Hitung persentase senyawa sejenis A oseltamivir 180 8 250 10
dalam zat dengan rumus:
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan
𝑟𝑈 𝐶𝑆 split flow lebih kurang 64 mL per menit, kecepatan
( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 linear lebih kurang 27 cm per detik. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak seperti
senyawa sejenis A oseltamivir dalam Larutan uji tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif tributil
dan Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis fosfin oksida dan oseltamivir fosfat berturut-turut
A Oseltamivir BPFI dalam mg per mL Larutan lebih kurang 0,54 dan 1,0; simpangan baku relatif
baku; CU adalah kadar oseltamivir fosfat dalam mg puncak tributil fosfin oksida dan oseltamivir fosfat
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
ditimbang. Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih
kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
Prosedur 3 kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
Tributil fosfin oksida Tidak lebih dari 0,1%; respons puncak. Hitung persentase tributil fosfin
Lakukan penetapan secara Kromatografi gas seperti oksida dalam zat dengan rumus:
tertera pada Kromatografi <931>.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
Pereaksi penderivat Gunakan penderivat yang
( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
sesuai [Catatan Dapat digunakan reagen Tri-Sil1].
Blangko Pipet 1 mL Pereaksi penderivat ke dalam rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
vial. Tutup vial, kocok dan panaskan pada suhu 60° tributil fosfin oksida pada Larutan uji dan Larutan
selama 20 menit. Sentrifus untuk memisahkan baku; CS adalah kadar Tributil Fosfin Oksida BPFI
endapan garam piridin dan gunakan beningan. dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama oseltamivir fosfat dalam mg per mL Larutan uji
sejumlah Tributil Fosfin Oksida BPFI, larutkan dan berdasarkan bobot yang ditimbang.
encerkan dengan piridin P hingga kadar lebih
kurang 21 mg per mL. Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sejumlah Oseltamivir Fosfat BPFI, masukkan ke Kromatografi <931>.
dalam vial, larutkan dan encerkan dengan Pereaksi Dapar Timbang lebih kurang 6,8 g kalium
penderivat hingga kadar lebih kurang 21 mg per mL. dihidrogen fosfat P, larutkan dalam 980 mL air. Atur
pH hingga 6,0 dengan penambahan larutan kalium
- 151 -
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Air <1031> Metode I Tidak kurang dari 4,5% dan
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar tidak lebih dari 8,0%.
Oseltamivir Fosfat BPFI dalam mg per mL Larutan
baku; CU adalah kadar oseltamivir fosfat dalam mg Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ditimbang. Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi larutan
yang mengandung pantoprazol natrium dari
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup cahaya]
baik, pada suhu 25°, masih diperbolehkan disimpan [Catatan Lakukan Uji 1 atau Uji 2].
pada suhu antara 15° dan 30°. Uji 1
Dapar amonium fosfat, Fase gerak, Pengencer,
Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku
Tambahan monografi persediaan, Larutan uji persediaan dan Sistem
PANTOPRAZOL NATRIUM Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Pantoprazole Sodium
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,4 µg per mL.
Larutan uji Lakukan seperti yang tertera pada
Larutan uji persediaan dalam Penetapan kadar..
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Penetapan kadar. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
- 152 -
antara puncak senyawa sejenis A pantoprazol dan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,03
pantoprazol tidak kurang dari 10,0. Lakukan mg per mL.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif untuk kadar lebih kurang 0,46 mg per mL.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan 305
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan nm, kolom 4,6 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Hitung persentase masing-masing cemaran organik menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dalam zat dengan rumus:
Waktu Larutan A Larutan B
𝑟𝑖 𝐶𝑆 (menit) (%) (%)
( )×( ) × 100 0 80 20
𝑟𝑆 𝐶𝑈
40 20 80
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
masing-masing cemaran dari Larutan uji dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan baku; CS dan CU adalah kadar pantoprazol sistem ukur respons puncak pada panjang
natrium dalam µg per mL Larutan baku dan Larutan gelombang 290 nm, seperti tertera pada Prosedur:
uji. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis E
lebih dari yang tertera pada Tabel 1. pantoprazol dan campuran senyawa sejenis D dan F
pantoprazol tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Tabel 1 kromatografi terhadap Larutan baku ukur respons
puncak pada panjang gelombang 290 nm seperti
Waktu tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif untuk
Batas penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%, faktor
Nama retensi
(%) ikutan tidak lebih dari 2,0. [Catatan Senyawa
relatif
Senyawa sejenis A 0,52 0,20 Sejenis C Pantoprazol diukur pada panjang
pantoprazol gelombang 305 nm, senyawa lain diukur pada
Pantoprazol 1,0 - panjang gelombang 290 nm].
Senyawa sejenis B 1,7 0,15 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pantoprazol volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Cemaran lain - 0,10 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Total cemaran - 0,5
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Abaikan puncak cemaran lain kurang dari 0,05%.
Hitung persentase cemaran dalam zat dengan rumus:
Uji 2
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
Larutan A Timbang 1,74 g kalium fosfat dibasa P, ( )×( ) × ( ) 100
larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
7,0±0,05 dengan penambahan asam fosfat P (330
g/L). Saring dan awaudarakan. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan masing-masing cemaran dari Larutan uji dan
awaudarakan. Larutan baku; CS dan CU adalah kadar pantoprazol
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A natrium dalam mg per mL Larutan baku dan
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Larutan uji dan F adalah faktor respons relatif.
kromatografi. Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak
Pengencer Campuran asetonitril P-natrium lebih dari yang tertera pada Tabel 2.
hidroksida 0,001 N (1:1).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Tabel 2
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, Senyawa
Sejenis A Pantoprazol BPFI, Senyawa Sejenis B Cemaran Waktu Faktor Batas
Pantoprazol BPFI, Senyawa Sejenis C Pantoprazol retensi respons (%)
BPFI, Campuran Senyawa Sejenis D dan F relatif relatif
Senyawa sejenis
Pantoprazol BPFI, dan Senyawa Sejenis E 0,6 3,3 0,10
C pantoprazol
Pantoprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Senyawa sejenis
Pengencer hingga kadar Pantoprazol Natrium BPFI 0,9 1,0 0,20
A pantoprazol
0,46 mg per mL dan masing-masing senyawa sejenis Pantoprazol 1,0 - -
pantoprazol 1,3 µg per mL. Senyawa sejenis
Larutan baku Timbang saksama sejumlah D pantoprazol 1,2 1,0 0,20
Pantoprazol Natrium BPFI, larutkan dan encerkan dan senyawa
- 153 -
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dalam
uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
diperoleh pada Penetapan kadar. Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; 383,37 dan 405,35 berturut-turut
Disolusi <1231> adalah bobot molekul pantoprazole dan pantoprazol
natrium; V adalah volume Media disolusi, 1000 mL
Uji 1 dan L adalah kadar dalam mg per tablet sesuai yang
Lakukan prosedur seperti metode B alat 1 dan alat tertera pada etiket.
2 dalam Sediaan lepas tunda seperti tertera pada Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut
Disolusi <1231> tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
TAHAP ASAM jumlah yang tertera pada etiket.
Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
0,1 N. TAHAP DAPAR
Alat tipe 2 : 75 rpm. Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH
Waktu: 120 menit. 6,8.
Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang Alat tipe 2 : 75 rpm.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Waktu : 30 menit.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
Pengencer Campuran dapar fosfat pH 6,8- terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
natrium hidroksida 0,5 N (1:1). tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P- Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
trietilamin P (60:40:1), atur pH hingga 7,0±0,05 penyaring dengan porositas 0,45 µm. Segera
dengan penambahan asam fosfat P. Saring dan encerkan dua kali dengan natrium hidroksida 0,5 N.
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari jumlah
Kromatografi <931>. yang tertera pada etiket.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah 20 mg Pantoprazol Natrium BPFI, Uji 2
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Tambah Lakukan prosedur seperti metode B alat 1 dan alat
30 mL natrium hidroksida 0,02 N, sonikasi sampai 2 dalam Sediaan lepas tunda. seperti tertera pada
larut. Tambah 2 mL asetonitril P, encerkan dengan Disolusi <1231>
natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda. TAHAP ASAM
Larutan baku Pipet 1,0 mL Larutan baku Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
persediaan ke dalam labu tentukur 20-mL, encerkan 0,1 N.
dengan Pengencer sampai tanda. Alat tipe 2 : 100 rpm.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui Waktu: 120 menit.
penyaring dengan porositas 0,45 µm. Segera Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
encerkan dua kali dengan natrium hidroksida 0,5 N. terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera
Pindahkan tablet ke dalam labu disolusi yang berisi pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya
Media tahap dapar. <1191>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku persediaan Timbang saksama
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, masukkan ke
kolom 4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L1 dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam
dengan ukuran partikel 3 μm. Pertahankan suhu natrium hidroksida 0,1 N sampai 10% volume akhir
kolom pada 30o. Laju alir lebih kurang 1 mL per labu, encerkan dengan dapar fosfat pH 6,8 sampai
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan tanda. Larutan ini mengandung pantoprazol natrium
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak lebih kurang 0,46 mg per mL. Kocok sampai jernih.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Larutan baku tahap asam Encerkan sejumlah
relatif tidak lebih dari 2,0% dan faktor ikutan tidak volume Larutan baku persediaan dengan Media
lebih dari 2,5. tahap asam hingga 1000 mL. Kadar akhir larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lebih kurang 10% dari jumlah yang tertera pada
volume sama (lebih kurang 10 mL) Larutan baku etiket dalam mg per L.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung penyaring yang sesuai dengan porositas 10 µm.
persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang Pindahkan tablet ke dalam labu disolusi yang berisi
terlarut dengan rumus: Media tahap dapar.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah pantoprazol,
𝑟𝑈 𝐶𝑆 383,37 C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan mengukur
( )×( )× ( ) × 𝑉 × 100 serapan Larutan uji pada panjang gelombang
𝑟𝑆 𝐿 405,35
serapan maksimum lebih kurang 305 nm
- 155 -
dibandingkan terhadap serapan Larutan baku tahap Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
asam dalam sel 4-cm, menggunakan Media tahap kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari jumlah
asam sebagai blangko. Hitung persentase yang tertera pada etiket.
pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan
rumus: Uji 3
Lakukan prosedur seperti metode B alat 1 dan alat
𝐴𝑈 𝐶𝑆 383,37 2 dalam Sediaan lepas tunda seperti tertera pada
( )×( )× ( ) × 𝑉 × 100 Disolusi <1231>
𝐴𝑆 𝐿 405,35
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
yang terlarut dengan rumus: kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari jumlah
yang tertera pada etiket.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 383,37
𝐴 − [( ) × ( ) × 𝐷𝑈 × ( ) × 100]
𝑟𝑆 𝐿 405,35 Uji 4
Lakukan prosedur seperti metode B alat 1 dan alat
A adalah persentase pantoprazol yang diperoleh 2 dalam Sediaan lepas tunda seperti tertera pada
pada Penetapan kadar; rU dan rS berturut-turut Disolusi <1231>
adalah respons puncak dalam Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar Pantoprazol Natrium TAHAP ASAM
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; 383,37 dan Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
405,35 berturut-turut adalah bobot molekul 0,1 N.
pantoprazol dan pantoprazol natrium; DU adalah Alat tipe 2 : 100 rpm. Gunakan singker.
faktor pengenceran Larutan uji dan L adalah kadar Waktu: 120 menit.
dalam mg per tablet sesuai yang tertera pada etiket. Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
jumlah yang tertera pada etiket. Pengencer Campuran air-asetonitril P (7:3).
Dapar Timbang 771 mg amonium asetat P,
TAHAP DAPAR larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 8,5±0,1
Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH dengan penambahan asam asetat P atau amonium
6,8. hidroksida P.
Alat tipe 2 : 100 rpm. Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (7:3).
Waktu : 45 menit. Saring dan awaudarakan.
Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja awaudarakan.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
baku pada TAHAP ASAM, encerkan dengan Media kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
tahap dapar hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
mL. Kromatografi <931>.
Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
disolusi berisi Media tahap asam, lakukan seperti sejumlah Senyawa Sejenis A Pantoprazol BPFI,
pada TAHAP ASAM. Setelah 2 jam dalam Media larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
tahap asam, enaptuangkan media dari labu disolusi, kadar lebih kurang 6,8 µg per mL. Pipet 10 mL
tambahkan Media tahap dapar dan lakukan uji. larutan, ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
Setelah 45 menit, pipet 10 mL alikot, saring melalui 23 mg Pantoprazol Natrium BPFI dan encerkan
penyaring dengan porositas 0,45 µm. dengan Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku tahap asam Timbang saksama
TAHAP ASAM. sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI larutkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,23
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan mg per mL.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji Setelah 2 jam dalam Media tahap
kromatogram dan ukur respons puncak utama. asam, pindahkan tablet dari labu disolusi dan
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
yang terlarut dengan rumus: tambahkan Pengencer sampai 50% volume labu,
sonikasi selama 20 menit (tidak lebih dari 60 menit).
𝑟𝑢 𝐶𝑆 383,37 Putar labu setiap beberapa menit. Encerkan dengan
( )×( )× ( ) × 𝑉 × 100 Pengencer sampai tanda. Larutan ini mengandung
𝑟𝑠 𝐿 405,35
pantoprazol lebih kurang 0,2 mg per mL.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dalam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan baku; 383,37 dan 405,35 berturut-turut dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
adalah bobot molekul pantoprazol dan pantoprazol kolom pada 30° dan suhu autosampler pada 4°. Laju
natrium; V adalah volume Media disolusi, 1000 mL alir lebih kurang 1 mL per menit. Kromatograf
dan L adalah kadar dalam mg per tablet sesuai yang diprogram sebagai berikut:
tertera pada etiket.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
- 157 -
retensi puncak pantoprazol dan ukur semua respons turut lebih kurang 0,2 mg per mL; 0,4 µg per mL
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran dan 0,4 µg per mL.
dalam zat dengan rumus: Larutan uji Masukkan 5 tablet ke dalam labu
tentukur yang sesuai. [Catatan Gunakan labu
𝑟𝑖 𝐶𝑆 383,37 tentukur 50-mL untuk tablet mengandung
( )×( )×( ) × 100 pantoprazol 20 mg atau gunakan labu tentukur
𝑟𝑆 𝐶𝑈 405,35
100-mL untuk tablet mengandung pantoprazol 40
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran mg]. Tambahkan Pengencer sampai 60% volume
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak akhir labu, kocok secara mekanik selama 60 menit
pantoprazol natrium dari Larutan baku; CS adalah dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL Saring melalui penyaring yang sesuai, encerkan
Larutan baku; CU adalah kadar pantoprazol dalam filtrat dengan natrium hidroksida 0,02 N hingga
mg per mL Larutan uji; 383,37 dan 405,35 berturut- kadar pantoprazol lebih kurang 0,2 mg per mL.
turut adalah bobot molekul pantoprazol dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pantoprazol natrium. Masing-masing cemaran dan tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
total cemaran tidak lebih dari yang tertera pada Tabel kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
3. dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Tabel 3 Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
Nama Waktu retensi Batas dan ukur respons puncak seperti tertera pada
relative (%) Prosedur: Resolusi, R, antara senyawa sejenis A
Pantoprazol 1,0 - pantoprazol dan pantoprazol tidak kurang dari 3;
Senyawa sejenis D dan F 1,2 0,5 faktor ikutan untuk pantoprazol tidak lebih dari 2,0.
pantoprazol Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Senyawa sejenis A 1,3 0,5 rekam kromatogram dan ukur respons puncak
pantoprazol seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Senyawa sejenis B 2,7 0,3 relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari
pantoprazol 2,0%.
Masing-masing cemaran - 0,2
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lain
Total cemaran - 1,0
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Abaikan puncak cemaran kurang dari 0,1%. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam tablet dengan rumus:
Kromatografi <931>.
Larutan A Timbang 3,85 g amonium asetat P dan 𝑟𝑈 𝐶𝑆 383,37
( )×( )×( ) × 100
1,1 g tetrabutilamonium hidrogen sulfat P larutkan 𝑟𝑆 𝐶𝑈 405,35
dalam 1000 mL air, atur pH hingga 7,9 dengan
penambahan larutan amonium hidroksida P (1:1). rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Pengencer Campuran asetonitril P-natrium Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
hidroksida 0,02 N (1:1). Pantoprazol Natrium BPFI dalam Larutan baku, CU
Fase gerak Campuran Larutan A-asetonitril P adalah kadar pantoprazol dalam mg per mL Larutan
(65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan uji; 383,37 dan 405,35 berturut-turut adalah bobot
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti molekul pantoprazol dan pantoprazol natrium.
tertera pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan baku Timbang saksama sejumlah baik, pada suhu ruang.
Pantoprazol Natrium BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan natrium Penandaan Cantumkan tablet tidak boleh dibagi,
hidroksida 0,02 N sampai 60% volume akhir labu. dikunyah atau digerus sebelum dimakan.
Sonikasi selama 5 menit hingga larut, tambahkan Cantumkan uji disolusi yang digunakan jika tidak
lebih kurang 2% asetonitril P, encerkan dengan menggunakan Uji 1.
natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda. Larutan
ini mengandung pantoprazol natrium lebih kurang
0,2 mg per mL. INJEKSI PARASETAMOL
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Injeksi Asetaminofen
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, Senyawa Paracetamol Infusion
Sejenis A Pantoprazol BPFI dan Senyawa Sejenis B
Pantoprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Injeksi Parasetamol adalah larutan dapar isotonik
natrium hidroksida 0,02 N hingga kadar berturut-
steril untuk injeksi intravena yang mengandung
parasetamol dengan sejumah zat dan alkali atau
- 159 -
asam yang sesuai. Mengandung parasetamol, menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih B, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dua
puncak utama tidak kurang dari 4,0.
Baku pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji,
terlindung cahaya. 4-Aminofenol BPFI. Endotoksin larutan baku A dan Larutan baku C ke dalam
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik. Penanganan kromatograf, rekam kromatogram 12 kali waktu
vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari retensi puncak utama dan ukur semua respons
kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, simpan puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran
larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dalam lemari pembeku. Tabel
Nama Batas
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
4-aminofenol Tidak lebih dari 0,1 kali respons
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
puncak utama Larutan baku A
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar. (0,1%)
4- tidak lebih dari 0,001 kali respons
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5. kloroasetanilid puncak utama Larutan baku A (10
bpj)
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat. Cemaran lain Tidak lebih dari 0,25 kali respons
puncak utama Larutan baku A
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,0 unit (0,25%)
Endotoksin FI per mg parasetamol.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pirogen <231> Memenuhi syarat. Fase gerak Gunakan natrium butansulfonat 0,01
M dalam campuran air-metanol P-asam format P
Serapan cahaya tampak Lakukan penetapan (85:15:0,4) saring dan awaudarakan. Jika perlu
seperti tertera pada Spektrofotometri dan hamburan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
cahaya <1191> pada 500 nm tidak lebih dari 0,04. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
Kromatografi <931>. mL.
Larutan A Buat larutan 0,115 g Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
tetrabutilamonium hidroksida P 40%, dalam injeksi, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
metanol P. lebih kurang 0,1 mg per mL.
Fase gerak Campuran Larutan A-dinatrium Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
hidrogen fosfat 0,05 M-natrium dihidrogen fosfat tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm dan
0,05 M (25:37,5:37,5), saring dan awaudarakan. Jika kolom 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L1
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji Gunakan cairan injeksi. Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan baku A Pipet 1 mL Larutan uji, encerkan puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi
dengan Fase gerak hingga 100 mL. kolom tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis;
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah 4- faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
Aminofenol BPFI dan Parasetamol BPFI, larutkan relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
masing-masing lebih kurang 20 µg per mL. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan baku C Timbang saksama sejumlah 4- Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kloroasetanilid BPFI, larutkan dan encerkan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 µg Hitung persentase parasetamol, C₈H₉NO₂, dalam
per mL. injeksi dengan rumus:
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm dan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( )×( ) × 100
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 𝑟𝑆 𝐶𝑈
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
kolom pada 35°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
- 160 -
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak dikocok. Dinginkan dan encerkan dengan
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Pengencer sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang
Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; 12-13 mg per mL.
CU adalah kadar parasetamol dalam mg per mL Larutan uji Pipet 20,0 mL Larutan uji persediaan
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
etiket. Pengencer sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang
4,8-5,2 mg per mL.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
untuk sediaan steril seperti tertera pada Injeksi. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Terlindung dari cahaya. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-metanol P (3:1), saring
Tambahan monografi dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
SUPOSITORIA PARASETAMOL menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
Kromatografi <931>.
Acetaminophen Suppositories Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Supositoria Parasetamol mengandung parasetamol,
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
mL.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji persediaan Tara cawan kecil dan
batang pengaduk, masukkan 5 buah supositoria pada
Baku pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh
cawan, panaskan perlahan di atas tangas uap hingga
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
supositoria meleleh, aduk, dinginkan sambil diaduk,
terlindung cahaya. 4-Aminofenol BPFI.
dan timbang. Timbang saksama sejumlah massa
setara dengan lebih kurang 100 mg parasetamol,
Identifikasi
masukkan ke dalam corong pisah yang sesuai,
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
tambahkan 30 mL n-heksana P, kocok hingga larut.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Tambahkan 30 mL air, kocok perlahan dan biarkan
diperoleh pada Penetapan kadar.
lapisan memisah (Jika terbentuk emulsi, tambah
B. Masukkan sejumlah supositoria setara dengan
waktu hingga lapisan memisah). Alirkan lapisan
lebih kurang 20 mg parasetamol ke dalam gelas
bagian bawah ke dalam labu tentukur 200-mL,
piala. Tambahkan 20 mL metanol P dan panaskan di
ekstraksi lapisan n-heksana yang tersisa dalam
atas tangas uap hingga meleleh. Angkat gelas piala
corong pisah 3 kali, tiap kali dengan 30 mL air,
dari tangas uap, dinginkan sambil sesekali diaduk,
kumpulkan lapisan bagian bawah ke dalam labu
saring: filtrat memenuhi uji Identifikasi secara
tentukur 200-mL yang sama. Encerkan kumpulan
Kromatografi Lapis Tipis <281>, gunakan fase
ekstrak dalam labu tentukur dengan air sampai
gerak campuran diklorometana P-metanol P (4:1).
tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
4-Aminofenol <310> Memenuhi syarat.
ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Fase gerak,
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01
Larutan kesesuaian sistem, Sistem kromatografi,
mg per mL. Saring larutan melalui penyaring dengan
Prosedur, dan Kriteria keberterimaan Lakukan
porositas 0,5 µm atau lebih halus, buang 10 mL
seperti tertera pada Uji Batas 4-Aminofenol dalam
filtrat pertama. Gunakan larutan jernih sebagai
Sediaan mengandung Parasetamol <310>
Larutan uji.
Dapar Timbang saksama sejumlah natrium sitrat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dihidrat P dan asam sitrat anhidrat P, larutkan dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 243 nm dan
encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut
kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
lebih kurang 4,0 g per L dan 1,5 g per L.
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Pengencer Campuran Dapar - asetonitril P (9:1).
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan baku persediaan Timbang saksama
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
sejumlah 4-Aminofenol BPFI, larutkan dan encerkan
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 25 µg
2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
per mL.
ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku Pipet 20,0 mL Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
persediaan dan 15,0 mL Larutan baku persediaan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons
Pengencer sampai tanda.
puncak utama. Hitung persentase parasetamol,
Larutan uji persediaan Masukkan sejumlah
C8H9NO2, dalam supositoria dengan rumus:
supositoria ke dalam labu tentukur yang sesuai.
Tambahkan Pengencer hingga lebih kurang
setengah labu, sonikasi selama 1 jam dengan sering
- 161 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Klorida <361> Tidak lebih dari 0,011% atau setara
rapat. Simpan pada suhu ruang terkendali atau di dengan 0,31 mL asam hidroklorida 0,020 N;
tempat sejuk. lakukan penetapan menggunakan 2 g zat.
N
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
N O
lebih dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari
CH3
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
1-(5-Oksoheksil)teobromin [6493-05-6]
Kromatografi <931>.
C13H18N4O3 BM 278,31
Larutan A dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Pentoksifilin mengandung tidak kurang dari 98,0%
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
dan tidak lebih dari 102,0% C13H18N4O3.
sejumlah kofein dan Pentoksifilin BPFI, larutkan
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih.
berturut-turut lebih kurang 0,7 µg per mL dan 350
µg per mL.
Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kloroform dan dalam metanol; sukar larut dalam
Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
etanol; agak sukar larut dalam eter.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,7 µg per
mL.
Baku pembanding Pentoksifilin BPFI; tidak boleh
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
terlindung cahaya. Kofein BPFI.
kadar lebih kurang 350 µg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kesempurnaan melarut <901> Memenuhi syarat;
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
lakukan penetapan menggunakan larutan 1 g zat
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
dalam 50 mL air bebas karbondioksida P.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara kofein dan pentoksifilin tidak
Identifikasi
kurang dari 10,0. Lakukan kromatografi terhadap
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
didispersikan dalam kalium bromida P,
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
gelombang yang sama seperti pada Pentoksifilin
5,0%.
BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
B. Waktu retensi puncak utama pada
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatogram tidak kurang lima kali waktu retensi
pentoksifilin, ukur respons semua puncak. Hitung
Hilangkan persyaratan
persentase masing-masing cemaran dalam zat
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 104° dan
dengan rumus:
107°.
𝑟𝑖 𝐶𝑆
Keasaman Larutkan 1 g zat dalam 50 mL air bebas ( ) × ( ) × 100
karbondioksida P, tambahkan 1 tetes biru brom 𝑟𝑆 𝐶𝑈
- 162 -
Larutan B Campuran metanol P-larutan kalium masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
dihidrogen fosfat P 0,544% (7:3). Saring dan batas yang tertera pada Tabel.
awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Tabel
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Nama Batas
kromatografi. (%)
Pengencer larutan kalium dihidrogen fosfat P Teobromin 0,2
0,544%-metanol P (1:1). Teofilin 0,2
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, Kofein 0,2
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Masing-masing cemaran 0,2
kurang 1 mg per mL. lain
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Total cemaran 1,0
Teobromin BPFI, Teofilin BPFI, Kofein BPFI dan
Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Pengencer sampai kadar masing-masing 2 µg per Injeksi.
mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan Kromatografi <931>.
pengisi L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat Fase gerak Campuran larutan kalium dihidrogen
kesesuaian sistem. Kromatograf diprogram sebagai fosfat P 0,544%-metanol P (52:48).
berikut: Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Waktu Larutan A Larutan B kurang 50 µg per mL.
(menit) (%) (%)
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
0 86 14
Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
6 86 14
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 50 µg per mL.
13 10 90
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
30 10 90
sejumlah Kofein BPFI dan Pentoksifilin BPFI,
38 86 14
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
43 86 14
kadar masing-masing lebih kurang 50 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm, dan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan
seperti yang tertera pada Prosedur: urutan eluasi
pengisi L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
berturut-turut: teobromin, teofilin, kofein dan
kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap
pentoksifilin; waktu retensi pentoksifilin lebih
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
kurang 12; resolusi, R, antara puncak teofilin dan
ukur respons puncak seperti yang tertera pada
kofein tidak kurang dari 4, dan resolusi, R, antara
Prosedur: resolusi, R, antara kofein dan
puncak kofein dan pentoksifilin tidak kurang dari
pentoksifilin tidak kurang dari 5,0; efisiensi kolom
10; efisiensi kolom respons puncak pentoksifilin
tidak kurang dari 2000 lempeng teoritis. Lakukan
tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis; dan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
tidak lebih dari 2,0%.
tertera pada Prosedur simpangan baku relatif pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase pentoksifilin, C13H18F2N4O3,
𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100 dalam tiap mL injeksi dengan rumus:
𝑟𝑆 𝐶𝑈
𝑟𝑈 𝐶𝑆
ri adalah respons puncak teobromin, teofilin atau ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
kofein dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
teobromin, teofilin atau kofein dari Larutan baku;
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
CS adalah kadar teobromin, teofilin atau kofein
pentoksifilin dari Larutan uji dan Larutan baku;
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
CS adalah kadar Pentoksifilin BPFI dalam µg per mL
pentoksifilin dalam µg per mL Larutan uji. Masing-
Larutan baku; CU adalah kadar pentoksifilin dalam
- 164 -
µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang Pengencer, Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti
tertera pada etiket. yang tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dipiridilamin, larutkan dengan Fase gerak hingga
baik, terlindung cahaya. kadar lebih kurang 5 µg per mL. Pipet 5 mL larutan
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
Tambahan monografi Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
GEL PIROKSIKAM lebih kurang 5 mg piroksikam, masukkan dalam
Piroxicam Gel labu tentukur 100-mL, tambahkan 5 mL Pengencer,
kocok perlahan selama 30 menit, tambahkan 50 mL
Gel Piroksikam mengandung Piroksikam, Fase gerak, kocok kuat selama 30 menit. Encerkan
C15H13N3O4S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak dengan Fase gerak sampai tanda, saring melalui
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada penyaring kaca fiber dengan porositas 1 μm.
etiket. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi detektor fluoresen dengan panjang
Baku pembanding Piroksikam BPFI; simpan gelombang eksitasi 313 nm dan panjang gelombang
emisi 380 nm, dan kolom 4,6 mm × 25 cm berisi
pada wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya,
bahan pengisi “end capped” L7 dengan ukuran
dalam lemari pendingin.
partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 40.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
Identifikasi kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
tertera pada Identifikasi secara Kromatografi 2-piridilamin tidak kurang dari 0,8 dan tidak lebih
Lapis Tipis <281>. dari 1,5 antara 0,8 dan 1,5.
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-metanol Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
P-asam asetat glasial P (80:10:1). Saring dan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
awaudarakan. Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Pengencer Buat larutan asam hidroklorida P 0,01 kromatogram dan ukur semua respons puncak.
M dalam metanol P. Respons puncak utama 2-piridilamin dari Larutan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
Piroksikam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji Timbang sejumlah gel setara lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang 10 mg piroksikam, campur dengan 0,1 mL Kromatografi <931>.
natrium klorida P jenuh sampai campuran menjadi Pengencer Buat larutan asam hidroklorida 0,01
keruh. Encerkan dengan Pengencer sampai 5 mL, M dalam metanol P.
kocok, sentrifugasi dan gunakan beningan. Jika Dapar Buat larutan natrium dihidrogen fosfat 0,05 M
perlu saring beningan. atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam fosfat P.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
masing 5 µL Larutan baku dan Larutan uji pada metanol P (55:30:15). Saring dan awaudarakan. Jika
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
merambat hingga 15 cm. Angkat lempeng, tandai Piroksikam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
batas rambat, keringkan dan amati di bawah cahaya Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
ultraviolet 254 nm. Harga RF bercak utama yang Campur, jika perlu sonikasi. Pipet 5 mL larutan ke
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan bercak dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase
utama Larutan baku. gerak sampai tanda.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti dengan lebih kurang 5 mg piroksikam, masukkan
diperoleh pada Penetapan kadar. dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 5 mL
Pengencer, kocok perlahan selama 30 menit,
pH <1071> Antara 7,2 dan 8,2. Lakukan penetapan tambahkan 50 mL Fase gerak, kocok kuat selama 30
menggunakan larutan 10% b/v. menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda,
campur. Saring melalui penyaring kaca fiber dengan
2-piridilamin Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan porositas 1 μm.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. tinggi dilengkapi dengan detektor UV 248 nm, dan
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi “end
- 165 -
capped” L7 dengan ukuran partikel 5 m. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pertahankan suhu kolom pada 40. Laju alir lebih Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
terhadap Larutan baku, ukur respons puncak seperti air hingga kadar masing-masing berturut-turut 6 mg
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan per mL dan 250 µg per mL.
1,5. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan lempeng kromatografi silika gel P. Masukkan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga
Hitung persentase piroksikam, C15H13N3O4S dalam lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
zat yang digunakan dengan rumus: lempeng, tandai batas rambat dan biarkan Fase
gerak menguap. Amati bercak di bawah cahaya UV:
𝑟𝑈 𝐶𝑆 harga Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan
( ) × ( ) × 100 uji sesuai dengan Larutan baku.
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut-
Kromatografi <931>.
turut adalah kadar Piroksikam BPFI dalam mg per
Fase gerak Campuran etanol P-larutan amonium
mL Larutan baku dan Larutan uji berdasarkan bobot
asetat P 0,40% (17:3), saring dan awaudarakan. Jika
yang tertera pada etiket.
perlu lakukan Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tertutup rapat.
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara
bertahap dengan asam hidroklorida 0,01 N hingga
Tambahan monografi
kadar berturut-turut 1,2 mg per mL dan 0,05 mg per
LARUTAN ORAL PSEUDOEFEDRIN mL, dan saring.
HIDROKLORIDA DAN TRIPROLIDIN Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral
HIDROKLORIDA setara dengan lebih kurang 60 mg pseudoefedrin
Pseudoephedrine Hydrochlorides and klorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
Triprolidine Hydrochlorides Oral Solution encerkan dengan asam hidroklorida 0,01 N sampai
tanda dan campur.
Larutan oral Pseudoefedrin Hidroklorida dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Triprolidin Hidroklorida mengandung tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
pseudoefedrin hidroklorida, C10H15NOHCl dan kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
triprolidin hidroklorida, C19H22N2HClH2O, tidak
kromatografi terhadap Larutan baku rekam
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
jumlah yang tertera pada etiket.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
triprolidin dan pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0;
Baku pembanding Pseudoefedrin Hidroklorida
faktor ikutan puncak triprolidin tidak lebih dari 2,0
BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat,
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
terlindung cahaya. Triprolidin hidroklorida BPFI;
tidak lebih dari 2,0%.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertutup rapat, terlindung cahaya.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
Waktu retensi relatif pseudoefedrin, dan triprolidin
dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
berturut-turut adalah 0,68 dan 1,0. Hitung jumlah
Penetapan kadar.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada pseudoefedrin hidroklorida, C10H15NOHCl, dalam
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. mg tablet dengan rumus:
Fase gerak Campuran butyl alcohol P-asam
𝑟𝑈
asetat glasial P-air (8:2:2). ( ) × 50𝐶
Larutan uji Masukkan lebih kurang 10 mL larutan 𝑟𝑆
oral ke dalam labu bersumbat kaca yang sesuai,
tambahkan 10 mL eter P dan encerkan dengan 2 mL rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
natrium hidroksida 1 N, kocok selama 5 menit, Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
diamkan hingga lapisan memisah.
- 166 -
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dalam mg per Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
mL Larutan baku berdasarkan jumlah yang tertera masing sejumlah volume sama 10 µL Larutan baku
pada etiket. Hitung jumlah triprolidin hidroklorida, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika
C19H22N2HClH2O, dalam mg tablet dengan rumus: gel P, diamkan sampai bercak mengering.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
𝑟𝑈 332,88 yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
( ) × 50𝐶 × ( ) merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi
𝑟𝑆 314,86
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak biarkan Fase gerak menguap. Amati bercak di
Larutan uji dan Larutan baku; 332,88 dan 314,86 bawah cahaya UV pada panjang gelombang 254 nm
berturut-turut adalah bobot molekul triprolidin dan 365 nm: Nilai Rf bercak utama yang diperoleh
hidroklorida monohidrat dan triprolidin hidroklorida dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
anhidrat; C adalah kadar Triprolidin Hidroklorida
BPFI dalam mg per mL Larutan baku berdasarkan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
jumlah yang tertera pada etiket. Prosedur keseragaman kandungan triprolidin
hidroklorida dan pseudoefedrin hidroklorida
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya. Disolusi <1231> Prosedur gabungan sampel
Media disolusi: 900 mL air.
Alat tipe 2: 50 rpm
Tambahan monografi Waktu: 45 menit
Lakukan penetapan persentase triprolidin
TABLET PSEUDOEFEDRIN
hidroklorida, C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin
HIDROKLORIDA DAN TRIPROLIDIN hidroklorida, C10H15NO.HCl yang terlarut dengan
HIDROKLORIDA cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Pseudoephedrine Hydrochlorides and pada Kromatografi <931>.
Triprolidine Hydrochlorides Tablets Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Larutan
Tablet Pseudoefedrin Hidroklorida dan Triprolidin Oral Pseudoefedrin Hidroklorida dan Triprolidin
Hidroklorida mengandung pseudoefedrin Hidroklorida.
hidroklorida C10H15NO.HCl dan triprolidin Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hidroklorida, C19H22N2.HCl.H2O, tidak kurang dari Triprolidin hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam
tertera pada etiket. Media disolusi jika perlu bertahap hingga kadar
masing-masing lebih kurang mendekati kadar
Baku pembanding Pseudoefedrin Hidroklorida Larutan uji.
BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat, Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
terlindung cahaya. Triprolidin hidroklorida BPFI; penyaring yang sesuai.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertutup rapat, terlindung cahaya. volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Identifikasi kromatogram dan ukur respons puncak utama.
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Hitung persentase triprolidin hidroklorida,
Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin hidroklorida
baku, seperti diperoleh pada Penetapan kadar. C10H15NO.HCl dan yang terlarut.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. kurang dari 75% (Q), C19H22N2.HCl.H2O dan
C10H15NO.HCl, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran butil alkohol P-asam
asetat glasial P-air (8:2:2).
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
bersumbat kaca yang sesuai, tambahkan 10 mL air,
Kromatografi <931>.
kocok selama 5 menit, biarkan hingga terbentuk
Fase gerak Campuran etanol P-larutan amonium
endapan, gunakan beningan.
asetat 0,40% (17:3), saring dan awaudarakan. Jika
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
air hingga kadar berturut-turut 6 mg per mL dan 250
Triprolidin Hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin
µg per mL.
Hidroklorida BPFI , larutkan dan encerkan dengan
- 167 -
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak pH <1071> Antara 6,7 dan 7,3.
tripolidin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Triprolidin Hidroklorida Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
BPFI anhidrat dalam mg per mL Larutan baku; CU tertera pada Injeksi Volume Kecil.
adalah kadar triprolidin hidroklorida dalam mg per
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Cemaran organik Jumlah intensitas seluruh bercak
pada etiket; 332,88 dan 314,86 berturut-turut adalah lain selain bercak utama pada Larutan uji tidak lebih
bobot molekul triprolidin hidroklorida monohidrat dari 5,0%. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
dan triprolidin hidroklorida anhidrat. yang tertera pada Kromatografi <931>.
Penjerap Campuran kromatografi silika gel
Hitung persentase pseudoefedrin hidroklorida, setebal 0,25 mm.
C10H15NO.HCl, dalam tablet dengan rumus: Fase gerak Buat campuran etilasetat P-isopropil
alkohol P-amonium hidroksida P-air (25:15:5:1).
𝑟𝑈 𝐶𝑆 Larutan uji Sejumlah volume injeksi yang diukur
( ) × ( ) × 100 saksama, encerkan dengan air hingga kadar ranitidin
𝑟𝑆 𝐶𝑈
25 mg per mL. [Catatan Sediaan injeksi dengan
kadar yang lebih rendah, gunakan tanpa
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pengenceran seperti yang tertera pada Prosedur].
pseudoefedrin hidroklorida dari Larutan uji dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku; CS adalah kadar Pseudoefedrin
Ranitidin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam air
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
baku; CU adalah kadar pseudoefedrin hidroklorida hingga kadar lebih kurang 560 g per mL.
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah Larutan baku encer Encerkan sejumlah volume
yang tertera pada etiket. Larutan baku yang diukur saksama dengan air
- 168 -
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 280 g per ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak
mL (Larutan baku encer A), 140 g per mL (Larutan Larutan uji dan Larutan baku; L adalah jumlah
baku encer B), 84 g per mL (Larutan baku encer ranitidin yang tertera pada etiket, dalam mg per mL
C), 28 g per mL (Larutan baku encer D) dan 14 g injeksi; D adalah kadar ranitidin dalam mg per mL
per mL (Larutan baku encer E). Larutan Uji berdasarkan jumlah yang dinyatakan
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah pada etiket dan faktor pengenceran; 314,40 dan
Senyawa Sejenis A Ranitidin BPFI, larutkan dalam 350,87 berturut-turut adalah bobot molekul ranitidin
metanol P hingga kadar lebih kurang 1,27 mg per dan ranitidin hidroklorida; C adalah kadar Ranitidin
mL. Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing baku;.
10 µL Larutan baku, Larutan baku encer A, B, C, D
dan E, sejumlah volume Larutan uji, yang setara Wadah dan penyimpanan Simpan larutan dalam
dengan 250 g ranitidin, pada lempeng. Pada dosis tunggal atau dosis ganda dalam wadah gelas
lempeng yang sama tapi pada titik penotolan yang tipe I, terlindung dari cahaya. Simpan dibawah 30.
lain, totolkan sejumlah volume yang sama Larutan Tidak boleh dibekukan.
uji, dan tambahkan 10 µL Larutan resolusi diatas
totolan tersebut. Biarkan totolan kering dan
masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf Tambahan monografi
berisi Fase gerak biarkan Fase gerak merambat TABLET RIFAMPISIN DAN ISONIAZID
hingga tidak kurang dari 15 cm. Angkat lempeng, Rifampicin and Isoniazid Tablets
tandai batas rambat dan biarkan Fase gerak
menguap. Amati lempeng memakai uap iodum dan Tablet Rifampisin dan Isoniazid mengandung
tandai bercak yang tampak. Bandingkan intensitas rifampisin, C43H58N4O12, dan isoniazid, C6H7N3O,
bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dengan bercak utama dari Larutan baku dan Larutan dari jumlah yang tertera pada etiket.
baku encer (A, B, C, D dan E). Kesesuaian sistem
dipenuhi jika terjadi pemisahan sempurna antara Baku pembanding Rifampisin BPFI. Hindari
bercak utama Larutan uji dan Larutan resolusi dan paparan oksigen. Simpan dalam wadah tertutup
ada bercak pada kromatogram Larutan baku encer rapat, terlindung cahaya dan kelembaban, dalam
E. Bercak lain selain bercak utama yang terbesar lemari pendingin. Isoniazid BPFI. Simpan dalam
mempunyai ukuran dan intensitas tidak lebih besar wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan
dari bercak utama Larutan baku (2,0%) dan tidak dalam lemari pendingin. Rifampisin Kuinon BPFI.
ada bercak lain yang ukuran dan intensitasnya lebih
dari Larutan baku encer A (1,0%). Identifikasi Waktu retensi puncak utama rifampisin
dan isoniazid dalam kromatogram Larutan uji sesuai
Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera dengan Larutan baku yang diperoleh pada
pada Injeksi. Penetapan kadar.
Lakukan penetapan jumlah isoniazid, C6H7N3O, Rifampisin Kuinon BPFI, larutkan dalam asetonitril
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja P hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. per mL. Pipet 5 mL ke dalam labu tentukur 50-mL,
Dapar Buat larutan kalium dihidrogen fosfat P encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
0,05 M, atur pH hingga 6,2 dengan penambahan Larutan uji Timbang dan serbukkan sejumlah
natrium hidroksida 0,1 M. tablet setara dengan lebih kurang 200 mg rifampisin,
Fase gerak Campuran Dapar -asetonitril P masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
(99:1), atur pH hingga 4,0 ± 0,05 dengan dalam asetonitril P sampai tanda, saring. Pipet 5 mL
penambahan larutan asam fosfat P 2%, saring dan filtrat ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian dengan Pengencer sampai tanda.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kromatografi <931>. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Larutan uji 2 Jika perlu encerkan Larutan uji 1 kolom 4,6 mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi L7
dengan Dapar. dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1 kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap resolusi, R, antara rifampisin dan rifampisin kuinon
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons tidak kurang dari 4; efisiensi kolom tidak kurang
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan dari 2000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih
tidak lebih dari 2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 2,0.
dari 1500 lempeng teoritis, dan simpangan baku Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji 2 dan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam Hitung persentase cemaran berdasarkan
kromatogram dan ukur respons puncak isoniazid. perbandingan puncak kromatogram.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) rifampisin, C43H58N4O12 dan Tabel
isoniazid, C6H7N3O dari jumlah yang tertera pada Nama Waktu Faktor Batas (%)
etiket. retensi Respons
relatif Relatif
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Rifampisin 1,0 1,0 -
Rifampisin 0,55 1,19 Tidak lebih dari
kuinon empat kali
Cemaran organik Tidak lebih dari yang tertera
respons puncak
pada Tabel. Lakukan penetapan dengan cara utama Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku (4,0%)
Kromatografi <931>. [Catatan Semua larutan Rifampisin 1,25 1,03 Tidak lebih dari
dibuat segera sebelum digunakan]. n-oksida 1,5 kali respons
Larutan A Buat campuran larutan asam sitrat P puncak utama
21,01%- larutan kalium dihidrogen fosfat P 13,61%- Larutan baku
larutan dikalium hidrogen fosfat P 17,42% (1,5%)
Pengencer Buat campuran Larutan A – larutan 3-formil 1,51 1,22 Tidak lebih dari
dikalium dihidrogen fosfat P 17,42% – air – asetonitril rifamisin SV lima kali
isonikotinil respons puncak
P (10:77:640:250).
hidrazon utama Larutan
Larutan B Buat campuran larutan asam fosfat P baku (5,0%)
0,1%, natrium perklorat P 0,19%, asam sitrat P 3-formil 2,61 1,25 Tidak lebih dari
0,59%, dan kalium dihidrogen fosfat P 2,09% rifamisin SV respons puncak
Fase gerak Campuran Larutan B dan asetonitril utama Larutan
P (65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu baku (1,0%)
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem - - Tidak lebih dari
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Cemaran lain 1,5 kali respons
Larutan baku Timbang saksama sejumlah puncak utama
Rifampisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan baku
(1,5%)
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
mL. Pipet 1 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kromatografi <931>. [Catatan Semua larutan
masing-masing sejumlah Rifampisin BPFI dan
dibuat segera sebelum digunakan].
- 170 -
Dapar Larutkan 1,4 g natrium fosfat dibasa rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
anhidrat P dalam 1 L air, atur pH hingga 6,8 dengan Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
penambahan asam fosfat P. Rifampisin BPFI atau Isoniazid BPFI dalam mg per
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (4:96), mL Larutan baku berdasarkan yang tertera pada
saring dan awaudarakan. etiket.
Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar (55:45)
saring dan awaudarakan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan rapat, terlindung dari lembap.
A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Tambahan monografi
Kromatografi <931>. TABLET DISPERSIBEL RIFAMPISIN,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah ISONIAZID, DAN PIRAZINAMIDA
Rifampisin BPFI dan Isoniazid BPFI, larutkan
Rifampicin, Isoniazid and Pyrazinamide
dalam metanol P hingga kadar masing-masing lebih
kurang 0,8 dan 0,4 mg per mL. Pipet 10 mL larutan
Dispersible Tablets
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
Dapar sampai tanda. Tablet Dispersibel Rifampisin, Isoniazid dan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Pirazinamida mengandung rifampisin, C43H58N4O12,
dari 20 tablet . Timbang saksama sejumlah serbuk isoniazid, C6H7N3O, dan pirazinamida, C5H5N3O,
tablet setara dengan lebih kurang 40 mg isoniazid, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
masukkan kedalam labu tentukur 500-mL, larutkan dari jumlah yang tertera pada etiket, dalam basis
dalam 100 mL metanol P. Encerkan dengan Dapar dispersibel yang sesuai. Dapat mengandung perisa
sampai tanda. yang sesuai.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan Baku pembanding Rifampisin BPFI; hindari
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 paparan oksigen, simpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya dan kelembapan, dalam
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
lemari pendingin. Isoniazid BPFI; simpan dalam
kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
lemari pendingin. Pirazinamida BPFI; simpan
dalam wadah tertutup rapat. Rifampisin Kuinon
Waktu Larutan A(%) Larutan B(%)
(menit) BPFI.
0 100 0
5 100 0 Identifikasi Lakukan identifikasi A dan B, atau C.
6 0 100 A. Waktu retensi puncak utama isoniazid dan
15 0 100 pirazinamida pada kromatogram Larutan uji sesuai
16 100 0 dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
20 100 0 Penetapan kadar isoniazid dan pirazinamida.
[Catatan Jenuhkan kolom dengan Larutan B selama satu B. Waktu retensi puncak utama rifampisin pada
jam sebelum penyuntikan] kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rifampisin.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak C. Lakukan identifikasi C1, atau jika tidak ada
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom lampu UV lakukan identifikasi C2.
rifampisin dan isoniazid berturut-turut tidak kurang C1. Lakukan penetapan seperti tertera pada
dari 25.000 dan 3.000 lempeng teoritik, faktor ikutan Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada Fase gerak Campuran metanol P-amonium
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. hidroksida P (100:1,5).
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Isoniazid BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam diperoleh kadar 1 mg per mL dan sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Rifampisin BPFI dan Pirazinamida BPFI secara
Hitung persentase rifampisin, C43H58N4O12, dan proporsional sesuai perbandingan kekuatan dalam
isoniazid, C6H7N3O, dalam serbuk tablet dengan tablet, larutkan dalam metanol P.
rumus: Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
𝑟𝑈 tablet setara dengan lebih kurang 5 mg isoniazid,
( ) × 𝐶 × 100 kocok dengan 5 mL metanol P selama 15 menit,
𝑟𝑆 saring, dan gunakan filtrat.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
- 171 -
kromatografi silika gel P R6. Masukkan lempeng ke baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 10-15 rifampisin lebih kurang 25 menit; waktu retensi
cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan relatif 3-(isonikotinoilhidrazinometil)rifamisin
kering di udara. Amati bercak di bawah cahaya [Catatan Merupakan hidrazon yang dihasilkan dari
ultraviolet 254 nm: nilai Rf, warna, dan intensitas reaksi antara 3-formilrifamisin dan isoniazid] dan
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan rifampisin kuinon terhadap rifampisin berturut-turut
baku. lebih kurang 0,5 dan 0,7.
C2. Lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Fase gerak, Larutan baku, dan Larutan uji Larutan pembanding ke dalam kromatograf. Rekam
Lakukan seperti tertera pada Identifikasi C1. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
kromatografi silika gel P R5. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan Tabel
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 10-15 Nama Batas
cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan
kering di udara, paparkan pada uap iodum P selama Cemaran Tidak lebih besar dari respons
20 menit: nilai Rf, warna, dan intensitas bercak utama hidrazon puncak utama Larutan pembanding
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. (5,0%)
Rifampisin Tidak lebih dari 0,8 kali respons
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 3 menit. kuinon puncak utama Larutan pembanding
Gunakan air pada suhu 15-25°. (4,0%)
Cemaran lain Tidak lebih dari 0,3 kali respons
puncak utama Larutan pembanding
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. (1,5%)
Total cemaran Tidak lebih dari 2 kali respons
Senyawa Sejenis Rifampisin Lakukan penetapan puncak utama Larutan pembanding
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti (10,0%)
tertera pada Kromatografi <931>. Abaikan puncak kurang dari 0,02 kali respons puncak utama
Dapar fosfat, Fase gerak, Pengencer, Larutan Larutan pembanding (0,1%) dan puncak dengan waktu retensi
relatif terhadap rifampisin kurang dari 0,23.
kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar Rifampisin.
Penetapan kadar Isoniazid dan Pirazinamida
Pelarut Campuran metanol P-dapar fosfat pH 7,0
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
(4:6).
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
<931>.
Rifampisin BPFI larutkan dan encerkan dalam
Larutan amonium asetat Larutkan 50 g ammonium
Pelarut hingga kadar 0,20 mg per mL.
asetat P dalam 1000 mL air, atur pH hingga 5,0
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
dengan penambahan asam asetat glasial P.
lebih kurang 4 mg Rifampisin BPFI dan 2 mg
Fase gerak Campuran Larutan amonium asetat-
Isoniazid BPFI, larutkan dalam 25 mL asam asetat
metanol P (940:60). Saring dan awaudarakan. Jika
encer LP, diamkan pada suhu ruang selama 30
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
menit.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Isoniazid BPFI dan sejumlah Pirazinamida BPFI
tablet setara lebih kurang 40 mg rifampisin, kocok
secara proporsional sesuai perbandingan kekuatan
segera dengan 200 mL Pelarut, dan saring.
dalam tablet, larutkan dan encerkan dengan air
Larutan pembanding Pipet sejumlah volume
hingga kadar isoniazid 0,06 mg per mL.
Larutan uji, encerkan dengan Pelarut hingga kadar
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
rifampisin 10 µg per mL.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tablet setara lebih kurang 30 mg isoniazid,
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL. Larutkan
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1
dalam 400 mL air dan kocok selama 15 menit.
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang
[Catatan Jika terbentuk gelembung udara, gunakan
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
400 mL metanol P 4% sebagai pengganti air].
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Encerkan dengan air sampai tanda. Saring larutan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
melalui penyaring dengan porositas 0,45m, buang
resolusi, R, antara puncak rifampisin dan rifampisin
beberapa mL filtrat pertama.
kuinon tidak kurang dari 4. Lakukan kromatografi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
terhadap Larutan kesesuaian sistem dan Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan
- 172 -
kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L1 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang kromatogram dan ukur respons puncak utama.
2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Hitung persentase rifampisin, C43H58N4O12, dalam
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons tablet dengan rumus:
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
antara puncak isoniazid dan pirazinamida tidak 𝑟𝑈 𝐶𝑆
kurang dari 2. ( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Rifampisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Hitung persentase isoniazid, C6H7N3O, dan CU adalah kadar rifampisin dalam mg per mL
pirazinamida, C5H5N3O, dalam tablet dengan Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
rumus: etiket.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25- sejumlah Campuran senyawa sejenis risperidon
mL. Tambahkan 5,0 mL air kemudian 12,5 mL BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
Dapar, biarkan dingin hingga suhu ruang. Encerkan sesuai. Larutkan dengan metanol P sejumlah 20%
dengan metanol P sampai tanda. Larutan volume labu tentukur. Tambahkan air sejumlah 20%
mengandung kadar lebih kurang 1 µg per mL. volume labu tentukur diikuti dengan Dapar
Sistem kromatografi Seperti tertera pada sejumlah 50% volume labu tentukur, dan biarkan
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap dingin hingga suhu ruang. Encerkan dengan metanol
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan P sampai tanda. Larutan mengandung lebih kurang
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 0,25 mg per mL.
resolusi, R, antara puncak bisiklorisperidon dan Z- Larutan baku persediaan Timbang saksama
oksim tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi sejumlah Risperidon BPFI, larutkan dan encerkan
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: mL.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku
tidak lebih dari 10%. Waktu retensi relatif lihat persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
tabel. mL. Tambahkan 5,0 mL air kemudian 12,5 mL
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Dapar, biarkan dingin hingga suhu ruang. Encerkan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dengan metanol P sampai tanda. Larutan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam mengandung lebih kurang 0,2 mg per mL
kromatogram dua kali waktu retensi risperidon dan Risperidon BPFI.
ukur semua respons puncak. Hitung persentase Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral,
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus: setara dengan lebih kurang 5 mg risperidon,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1 tambahkan 12,5 mL Dapar, tambahkan metanol P
( )×( ) ( ) × 100 hingga hampir penuh, dan kocok. Biarkan dingin
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
hingga suhu ruang, encerkan dengan metanol P
ri adalah respons puncak dari masing-masing sampai tanda. Larutan mengandung lebih kurang 0,2
cemaran dari Larutan Uji; rS adalah respons puncak mg per mL.
risperidon dari Larutan baku; CS adalah kadar Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Risperidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku; tinggi dilengkapi dengan detektor 275 nm dan
CU adalah kadar risperidon dalam mg per mL kolom 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang
etiket. F adalah faktor respons relatif masing-masing 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
cemaran seperti tertera pada Tabel. Masing-masing Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
yang tertera pada Tabel. resolusi, R, antara puncak bisiklorisperidon dan Z-
oksim tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi
Tabel terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Waktu Faktor ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Batas simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Nama retensi Respons
(%)
relatif Relatif tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif lihat
Risperidon cis-N- tabel.
0,33 0,97 0,50
oksida Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Bisiklorisperidonb 0,43 0,67 0,50 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Z-oksimc 0,53 - - Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Risperidon 1,0 - - kromatogram dua kali waktu retensi risperidon dan
Masing-masing ukur respons puncak utama. Hitung persentase
cemaran lain yang - 1,0 0,20
risperidon, C23H27FN4O2, dalam sediaan yang
tidak spesifik
Total cemaran - - 1,0
digunakan dengan rumus:
.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara ( ) × ( ) × 100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Kromatografi <931>.
Dapar Timbang saksama sejumlah amonium rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
asetat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
kadar lebih kurang 5,0 g per L. Risperidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar CU adalah kadar risperidon dalam mg per mL
(11:39). Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket.
- 174 -
suhu kolom pada 15°. Laju alir lebih kurang 1,1 mL tanda. Pipet 1 mL larutan ini, masukkan ke dalam
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Larutan
baku sampai tanda.
Waktu Larutan A Larutan B Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
(menit) (%) (%) mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
0 100 0 larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai
50 100 0 tanda.
80 90 10 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
100 100 0 tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 “end
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian capped” dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons suhu kolom pada 15°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
puncak terhadap lembah (Hp/Hv) dari senyawa kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
sejenis A roksitromisin dan roksitromisin tidak respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kurang dari 2,0; Hp adalah tinggi puncak senyawa perbandingan puncak terhadap lembah (Hp/Hv) dari
sejenis A roksitromisin dari garis dasar dan Hv senyawa sejenis A roksitromisin dan roksitromisin
adalah tinggi di atas garis dasar dari titik terendah tidak kurang dari 1,5; Hp adalah tinggi puncak
kurva pemisah puncak ini dari puncak roksitromisin; senyawa sejenis A roksitromisin dari garis dasar dan
waktu retensi relatif senyawa sejenis A roksitromisin Hv adalah tinggi di atas garis dasar dari titik terendah
lebih kurang 1,15. kurva pemisah puncak ini dari puncak roksitromisin.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Blangko, volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Rekam kromatogram dan ukur semua respons kromatogram dan ukur respons puncak utama.
puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran Hitung persentase roksitromisin, C41H76N2O15
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. dalam zat dengan rumus:
Tabel 𝑟𝑈 𝐶𝑆
Nama Batas ( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
(%)
Senyawa sejenis A tidak lebih dari respons
roksitromisin puncak Larutan baku (1,0%) rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Cemaran lain tidak tidak lebih dari 0,5 kali dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
spesifik respons puncak Larutan baku Roksitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku
(0,5%) dan CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan
Total cemaran tidak lebih dari 3 kali respons uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
puncak Larutan baku (3,0%)
Abaikan puncak dengan respons 0,05 kali respons puncak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah
utama Larutan baku (0,05%). Abaikan respons puncak terlindung cahaya dan terlindung dari lembap.
toluen yang sesuai pada kromatogram Blangko.
Waktu
Batas
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Nama retensi seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
(%)
relatif lebih dari 1,5 dan resolusi, R, antara puncak kedua
Senyawa sejenis A sefdinir 1,14 0,7 senyawa sejenis A sefdinir dan sefdinir tidak kurang
(cincin terbuka lakton d
dari 1,2. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sefdinir)
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Sefdinir lakton 1,22 0,5
Analog sefdinir isoksazol 1,36 0,5 seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
E-Sefdinir 1,51 0,7 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Cincin terbuka lakton a 1,61 0,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dekarboksi sefdinir volume sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan
Cincin terbuka lakton b 1,64 0,5 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dekarboksi sefdinir kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Cemaran lain - 0,2 jumlah sefdinir, C14H13N5O5S2, dalam zat dengan
Total cemaran - 3,0 rumus:
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram hingga 5,5 ± 0,1 dengan penambahan larutan asam
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang fosfat P (1 dalam 10).
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan D Buat larutan dinatrium edetat P
dengan kadar 37,2 mg per mL.
Disolusi <1231> Larutan E Pipet 0,4 mL Larutan D ke dalam 1000
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat 0,05 M pH mL Larutan C, saring dan awaudarakan.
6,8. Larutan F Buat campuran Larutan C-asetonitril
Alat tipe 2: 50 rpm. P-metanol P-Larutan D (500:300:200:0,4), saring
Waktu: 30 menit. dan awaudarakan.
Lakukan penetapan zat terlarut dengan cara Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan E
Spektrofotometri seperti tertera pada dan Larutan F seperti yang tertera pada Sistem
Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>. kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan kesesuaian sistem persediaan 1 Timbang
Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan Media saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Sefdinir BPFI,
disolusi hingga kadar lebih kurang 0,33 mg per mL. larutkan dan encerkan dengan Larutan C hingga
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring yang kadar lebih kurang 40 µg per mL.
sesuai dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. Larutan kesesuaian sistem persediaan 2 Timbang
Encerkan dengan sejumlah Media disolusi hingga saksama sejumlah Senyawa Sejenis B Sefdinir BPFI,
kadar sefdinir lebih kurang 0,33 mg per mL. larutkan dan encerkan dengan Larutan C hingga
Blangko Larutkan satu kapsul kosong dalam 100 kadar lebih kurang 40 µg per mL.
mL Media disolusi, encerkan sampai 900 mL, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
saring. lebih kurang 37,5 mg Sefdinir BPFI, masukkan ke
Prosedur Lakukan penetapan jumlah dalam labu tentukur 25-mL. Tambahkan berturut-
C14H13N5O5S2, yang terlarut secara spektrofotometri turut 10 mL Dapar; 5,0 mL Larutan kesesuaian
dari Larutan baku dan Larutan uji dalam kuvet 0,1- sistem persediaan 1 dan 5,0 mL Larutan kesesuaian
cm (flow cell), pada panjang gelombang serapan sistem persediaan 2, encerkan dengan Larutan C
maksimum lebih kurang 290 nm. Hitung persentase sampai tanda.
sefdinir, C14H13N5O5S2, yang terlarut dengan rumus: Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan
𝐴𝑈 1 dengan Dapar hingga kadar lebih kurang 750 µg per
( ) × 𝐶𝑆 × 𝑉 × 𝐷 × ( ) × 100 mL.
𝐴𝑆 𝐿
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji baku persediaan, encerkan dengan Larutan C
dan Larutan baku; CS adalah kadar Sefdinir BPFI hingga kadar lebih kurang 15 µg per mL.
dalam mg per mL Larutan baku; D adalah faktor Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 kapsul.
pengenceran dari Larutan uji; V adalah volume Keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan
Media disolusi, 900 mL; dan L adalah jumlah cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot
sefdinir dalam mg per kapsul yang tertera pada rata-rata tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
etiket. kapsul setara dengan lebih kurang 300 mg sefdinir,
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL. Larutkan
kurang dari 80% (Q), C14H13N5O5S2 dari jumlah
dalam 30 mL Dapar, encerkan dengan Larutan C
yang tertera pada etiket.
sampai tanda. Kadar larutan ini lebih kurang 1,5 mg
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. per mL.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Kromatografi <931>. kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan A Buat larutan natrium fosfat dibasa P dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
dengan kadar 14,2 g per liter. kolom pada 40º dan autosampler pada 4°. Laju alir
Larutan B Buat larutan kalium fosfat monobasa P lebih kurang 1 mL per menit. Kromatograf
dengan kadar 13,6 g per liter. diprogram sebagai berikut:
Dapar Buat campuran Larutan A-Larutan B
(lebih kurang 2:1) atur pH hingga 7,0 ± 0,1 dengan Waktu Larutan E Larutan F
penambahan asam fosfat P atau natrium hidroksida (menit) (%) (%)
P. 0 95 5
Larutan C Pipet sejumlah volume larutan 2 95 5
tetrametilamonium hidroksida P 10%, encerkan 22 75 25
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1%, atur pH 32 50 50
- 180 -
37 50 50 Waktu Faktor
Batas
38 95 5 Nama retensi respons
(%)
relatif relatif
58 95 5 7S-Sefdinir 1,18 1,0 0,2
Sefdinir lakton 1,23 1,0 1,0
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Senyawa sejenis B 1,28 1,0 0,2
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons sefdinir
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Sefdinir isoksazol 1,37 0,72 0,5
analog
antara sefdinir dan puncak ketiga senyawa sejenis A
Cemaran sefdinir 2 1,44 1,0 0,5
sefdinir tidak kurang dari 1,5 dan faktor ikutan Sefdinir glioksalik 1,49 1,0 0,2
senyawa sejenis B sefdinir tidak lebih dari 1,5. analog
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, E-sefdinir 1,51 1,0 1,2
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Cincin terbuka 1,62 1,0 1,0
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku lakton a dekarboksi
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. sefdinir
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Cincin terbuka 1,64 1,0 1,0
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku lakton b dekarboksi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam sefdinir
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Cemaran sefdinir 3 1,82 1,0 0,2
Hitung persentase tiap cemaran dalam kapsul Cemaran lain - 1,0 0,2
Total cemaran - - 5,0
dengan rumus:
Abaikan puncak cemaran yang kurang dari 0,1%.
hidroksibenzoat tidak kurang dari 3,0 dan faktor tidak lebih dari 0,1% volume akhir dan encerkan
ikutan puncak utama tidak lebih dari 2,0. Lakukan dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar 10 µg
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam per mL.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring,
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada jika perlu encerkan dengan Media disolusi hingga
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. diperoleh kadar 10 µg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Lakukan penetapan jumlah sefiksim,
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku dan C16H15N5O7S2 yang terlarut secara spektrofotometri
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan mengukur Larutan baku dan Larutan uji,
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
persentase sefdinir dalam serbuk kapsul dengan kurang 288 nm.
rumus: Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) sefiksim, C16H15N5O7S2, dari
𝑟𝑈 𝐶𝑆 jumlah yang tertera pada etiket.
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑠 𝐶𝑈
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 12,0%.
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Sefdinir BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
adalah kadar sefdinir dalam mg per mL Larutan uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi <931>.
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah seperti tertera pada Penetapan kadar.
tertutup rapat, tidak tembus cahaya, dan pada suhu Dapar fosfat pH 7,0 Timbang 0,68 g kalium
ruang terkendali. dihidrogen fosfat P, larutkan denga 29,1 mL natrium
hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air hingga 100
mL.
Tambahan monografi Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji,
KAPSUL SEFIKSIM encerkan dengan Dapar fosfat pH 7,0 hingga kadar
0,01 mg per mL.
Cefixime Capsules
Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang dari
20 kapsul. Timbang sejumlah isi kapsul setara
Kapsul Sefiksim mengandung sefiksim,
dengan lebih kurang 100 mg sefiksim, masukkan ke
C16H15N5O7S2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan dan encerkan
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
dengan Dapar fosfat pH 7,0.
etiket.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Sefiksim BPFI; merupakan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
bentuk trihidrat dari sefiksim. Simpan dalam wadah
Larutan pembanding ke dalam kromatograf. Rekam
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
kromatogram tidak kurang dua setengah kali waktu
pendingin.
retensi respons puncak utama dan ukur semua
respons puncak: masing-masing respons puncak
Identifikasi
selain respons puncak utama tidak lebih dari respons
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
puncak Larutan pembanding (1,0%) dan total
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti pada
respons puncak selain respons puncak utama tidak
Penetapan kadar.
lebih dari respons puncak Larutan pembanding
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
(6,0%).
mL dalam dapar asam fosfat pH 7,0 menunjukkan
maksimum pada panjang gelombang 288 nm.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Disolusi <1231>
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat pH 7,2 Timbang 6,8 g kalium fosfat
Larutan tetrabutilamonium hidroksida Pipet 25
monobasa P, larutkan dalam air, atur pH hingga 7,2
mL larutan tetrabutilamonium hidroksida P 10%,
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N dan
tambahkan 100 mL air, atur pH hingga 7,0 dengan
encerkan dengan air hingga 1000 mL,
penambahan asam ortofosfat 0,1 M.
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 7,2.
Fase gerak Campuran Larutan
Alat tipe 1: 100 rpm.
tetrabutilamonium hidrosida - asetonitril P (72:28),
Waktu: 30 menit.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sefiksim BPFI, larutkan dengan sejumlah metanol P
- 182 -
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti maleat BPFI. Campuran Cemaran Setirizin
tertera pada Kromatografi <931>. Hidroklorida BPFI; mengandung setirizin
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama hidroklorida, Senyawa sejenis A setirizin BPFI;
sejumlah Sefiksim BPFI, larutkan dan encerkan Senyawa sejenis B setirizin BPFI; dan Senyawa
dengan air hingga kadar 1 mg per mL. Panaskan sejenis G setirizin BPFI.
larutan pada penangas air suhu 100° selama 45
menit, dinginkan. Identifikasi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Sefiksim BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
gerak hingga kadar sefiksim 0,2 mg per mL. Fase gerak Buat campuran amonia 18 N-metanol
Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang dari P-metilen klorida P (1:10:90).
20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul Larutan baku Timbang saksama sejumlah
setara dengan lebih kurang 50 mg sefiksim, Setirizin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL. Larutkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,0 mg
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan sejumlah Setirizin Hidroklorida BPFI dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Klorfeniramin maleat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang dengan metanol P hingga kadar masing-masing
0,6 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap lebih kurang 1,0 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kapsul, larutkan dan encerkan dengan metanol P
waktu retensi relatif isomer E sefiksim 0,86; hingga kadar 1,0 mg per mL. Saring larutan melalui
resolusi, R, antara isomer E sefiksim dan sefiksim penyaring nilon dengan porositas 0,45 µm, gunakan
tidak kurang dari 1,5; dan simpangan baku relatif filtrat.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan sistem, dan Larutan uji pada lempeng silika gel F254.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
Hitung persentase sefiksim, C16H15N5O7S2, dalam Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat
serbuk kapsul dengan rumus: lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di
udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
𝑟𝑈 𝐶𝑆 pada panjang gelombang 254 nm: harga Rf bercak
( )𝑥( ) 𝑥100 utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Uji
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dinyatakan absah jika pada Larutan kesesuaian
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sistem, dua bercak utama terpisah.
sefiksim dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
adalah kadar Sefiksim BPFI dalam mg per mL Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Larutan baku; CU adalah kadar sefiksim dalam mg diperoleh pada Penetapan kadar.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket. Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL air
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Alat tipe 2: 50 rpm
rapat, terlindung cahaya. Waktu: 45 menit
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Setirizin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
Tambahan monografi dengan air hingga kadar lebih kurang 0,005 mg per
KAPSUL SETIRIZIN mL.
Cetirizine Capsules Larutan uji Saring sejumlah alikot (lebih kurang
10 mL) dengan penyaring yang sesuai, gunakan
Kapsul Setirizin mengandung setirizin hidroklorida, filtrat, jika perlu encerkan dengan Media disolusi
C21H25ClN2O3.2HCl, tidak kurang dari 95,0% dan hingga diperoleh kadar setirizin hidroklorida lebih
tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera kurang 0,005 mg per mL.
pada etiket. Prosedur Lakukan penetapan persentase
C21H25ClN2O3.2HCl, yang terlarut dengan
Baku pembanding Setirizin Hidroklorida BPFI; mengukur serapan Larutan baku pada panjang
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah gelombang serapan maksimum lebih kurang 230 nm
tertutup rapat dan terlindung cahaya. Klorfeniramin dan 260 nm menggunakan Media disolusi sebagai
- 183 -
blangko, hitung selisih serapan sebagai Ab, dan kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji, dan
ukur serapan Larutan uji pada panjang gelombang Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam
serapan maksimum lebih kurang 230 nm dan 260 nm kromatogram dan ukur semua respons puncak
menggunakan Media disolusi sebagai blangko, [Catatan Gunakan kromatogram Larutan
hitung selisih serapan sebagai Au. kesesuaian sistem untuk identifikasi puncak
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak senyawa sejenis A setirizin]. Masing-masing
kurang dari 80% (Q) C21H25ClN2O3.2HCl dari cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
jumlah yang tertera pada etiket. yang tertera pada Tabel.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sukar larut dalam dimetilsulfoksida; praktis tidak
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan larut dalam aseton dan dalam diklorometan.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Baku pembanding Silastatin Natrium BPFI;
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dalam wadah asli dibawah suhu 5º ± 3º, terlindung
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur dari cahaya. Gunakan segera setelah kemasan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dibuka. Penggunaan ulang tidak dianjurkan.
resolusi, R, antara puncak setirizin dan senyawa
sejenis B setirizin tidak kurang dari 1,5. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan didispersikan dalam kalium bromida P,
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. gelombang yang sama seperti pada Silastatin
Hitung persentase setirizin hidroklorida, Natrium BPFI.
C21H25ClN2O3.2HCl, dalam kapsul dengan rumus: B. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
rU CS
100 Warna dan Akromisitas <1291>Metode III
rS CU Warna larutan tidak lebih intensif dari Larutan
padanan W6. Lakukan penetapan menggunakan
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan 1,0% dalam air bebas karbondioksida P.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Setirizin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17
Larutan baku; CU adalah kadar setirizin hidroklorida unit Endotoksin per mg silastatin natrium. [Catatan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah Persyaratan ini untuk Silastatin Natrium yang
yang tertera pada etiket. digunakan pada pembuatan sediaan parenteral
tanpa proses lebih lanjut untuk penghilangan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup endotoksin bakteri.]
rapat, terlindung cahaya dan kelembapan, pada
suhu ruang. Rotasi optik <1081> +41,5º sampai +44,5º.
Lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg per
mL dalam asam hidroklorida P-metanol P (1:120).
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 terdapat tiga puncak utama: dua puncak pertama
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, (senyawa sejenis A silastatin) dapat terelusi tanpa
tambahkan 2,0 mL Larutan baku internal, encerkan pemisahan sempurna; faktor kapasitas dari puncak
dengan air sampai tanda. ketiga (silastatin) tidak kurang dari 10. Lakukan
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi kromatografi terhadap Larutan sensitivitas dan
detektor ionisasi nyala dengan kolom 0,53 mm x 30 rekam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
m berisi bahan pengisi G6. Gunakan nitrogen P perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari
sebagai gas pembawa, laju alir lebih kurang 9 mL 5,0.
per menit. Atur suhu kolom pada 50° sampai 2,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
menit; 50°-70° sampai 5 menit; dan pertahankan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
suhu kolom pada 70° sampai 5,5 menit. Pertahankan sensitivitas, Larutan pembanding, Larutan baku 2
suhu injektor dan detektor pada 160° dan 220º. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Pada
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji: respons puncak lain tidak lebih besar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dari respons puncak utama pada Larutan
Kromatografi <931>. pembanding (0,5%); jumlah respons puncak lain
Larutan A Campuran asetonitril P–asam fosfat P tidak lebih besar dari 2 kali respons puncak utama
0,1% (30:70). Saring dan awaudarakan. pada Larutan pembanding (1,0%). Abaikan respons
Larutan B Gunakan asam fosfat P 0,1%. Saring puncak yang kurang dari respons puncak utama pada
dan awaudarakan. Larutan sensitivitas dan puncak yang sesuai dengan
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A puncak utama Larutan baku 2.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 300 mg zat, larutkan dalam 30 mL metanol P.
Kromatografi <931>. Tambahkan 5 mL air dan asam hidroklorida 0,1 N
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 32 mg sampai pH lebih kurang 3,0 dan titrasi dengan
zat, larutkan dalam 20,0 mL air. natrium hidroksida 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir
Larutan sensitivitas Pipet 2 mL Larutan uji ke secara potensiometrik dengan membaca volume
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air diantara tiga titik infleksi.
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
Larutan pembanding Pipet 5 mL Larutan uji ke setara dengan 19,02 mg C16H25N2NaO5S
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu Wadah dan penyimpanan Simpan terlindung dari
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. kelembapan, pada suhu tidak lebih dari 8°. Jika zat
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 16 steril, simpan dalam wadah steril, kedap dan
mg zat, larutkan dan encerkan dengan hidrogen bersegel.
peroksida P sampai 10,0 mL. Biarkan selama 30
menit. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. steril, pada etiket harus dinyatakan steril dan bebas
Larutan baku 2 Timbang saksama lebih kurang 32 endotoksin.
mg mesitil oksida, masukkan ke dalam labu tentukur
100-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur Tambahan monografi
50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. SILDENAFIL SITRAT
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sildenafil Citrate
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
kolom pada 50°. Laju alir lebih kurang 2,0 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. udara. Simpan pada suhu ruang.
Tabel
Waktu
Batas
Tambahan monografi
Cemaran retensi TABLET SILDENAFIL
(%)
relatif
Sildenafil Tablets
Sildenafil 1,0 -
Sildenafil N-oksida 1,2 -
Senyawa sejenis A 1,7 0,3 Tablet Sildenafil mengandung Sildenafil sitrat setara
Sildenafil dengan sildenafil, C22H30N6O4S tidak kurang dari
Cemaran lain - 0,10 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Total cemaran lain - 0,3 tertera pada etiket.
Total cemaran - 0,5
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%. Baku pembanding Sildenafil sitrat BPFI; simpan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dan dalam lemari pendingin, higroskopik.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi
Dapar Pipet 7 mL trietilamin P encerkan dengan A. Larutan A Campuran amonium hidroksida P-
air hingga 1000 mL. Aduk dan atur pH hingga air (10:90).
3,0±0,1 dengan penambahan asam fosfat P. Larutan baku Timbang sejumlah Sildenafil Sitrat
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P- BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
asetonitril P (58:25:17). Saring dan awaudarakan. hingga kadar 1,4 mg per mL.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan uji Serbukkan 1 tablet, tambahkan
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. sejumlah Larutan A hingga diperoleh kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sildenafil 1 mg per mL, sonikasi selama 2 menit,
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan kocok dan sentrifus. Gunakan beningan.
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,028 Prosedur Lakukan ekstraksi terhadap masing-
mg per mL. masing Larutan baku dan Larutan uji menggunakan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat cartridge SPE C18 dengan ukuran 6 mL, yang
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga dicuci dengan 10 mL metanol P diikuti dengan 10
kadar lebih kurang 0,028 mg per mL. mL Larutan A, buang pencuci. Masukkan masing-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja masing 5 mL Larutan baku dan Larutan uji kedalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm, kolom masing-masing cartridge. Cuci setiap cartridge
3,9 mm x 15 cm yang berisi L1 dengan ukuran dengan 10 mL air. Keringkan pada hampa udara.
partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30º. Elusi sildenafil dari tiap cartridge dengan 5 mL
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan metanol P dan kumpulkan eluat dalam wadah yang
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam sesuai. Tambahkan lebih kurang 200 mg kalium
kromatogram dan ukur respons puncak seperti bromida P pada tiap wadah, campur dan uapkan
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari hingga kering. Pada masing-masing lebih kurang 70
1,5 dan simpangan baku relatif pada enam kali mg campuran kering tambahkan lebih kurang 140
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,85%. mg kalium bromida P, campur: spektrum serapan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah inframerah residu campuran yang didispersikan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam hanya pada panjang gelombang yang sama seperti
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung pada Sildenafil sitrat BPFI.
persentase sildenafil sitrat, C22H30N6O4S.C6H8O7, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dengan rumus: Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100 Disolusi <1231>
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,01
N.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak utama
Alat tipe 1: 100 rpm.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Waktu: 15 menit.
Sildenafil Sitrat BPFI dalam mg per mL Larutan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
baku; CU adalah kadar sildenafil sitrat dalam mg per Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dalam Media
mL Larutan uji. disolusi hingga kadar lebih kurang 0,03 mg per mL.
- 188 -
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan sildenafil N-oksida dan sildenafil tidak kurang dari
penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan 2,6 (Larutan kesesuaian sistem) faktor ikutan tidak
Media disolusi. lebih dari 1,3 dan simpangan baku relatif pada
Prosedur Lakukan penetapan jumlah sildenafil, penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0% (Larutan
C22H30N6O4S yang terlarut dengan mengukur baku), dan perbandingan ”signal to noise” tidak
serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang kurang dari 10 (Larutan sensitifitas).
gelombang serapan maksimum lebih kurang 290 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
nm. Hitung persentase zat terlarut dengan rumus: volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
𝐴𝑈 474,58 𝐶𝑠 kromatogram selama tidak kurang dari 3 kali waktu
( )×𝑉×( ) × 𝐷 × ( ) × 100 retensi sildenafil dan ukur semua respons puncak.
𝐴𝑆 666,70 𝐿
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan rumus:
uji dan Larutan baku; V adalah volume Media
disolusi, 900 mL; 474,58 dan 666,70 berturut-turut 𝑟𝑖 𝐶𝑆 474,58
( )×( )×( ) × 100
adalah bobot molekul sildenafil dan sildenafil sitrat; 𝑟𝑆 𝐶𝑈 666,70
D adalah faktor pengenceran Larutan uji; CS adalah
kadar Sildenafil Sitrat BPFI dalam mg per mL ri adalah respons masing-masing cemaran dari
Larutan baku; L adalah kadar sildenafil yang tertera Larutan uji; rS adalah respons puncak utama dari
pada etiket dalam mg per tablet. Larutan baku; CS adalah kadar Sildenafil BPFI
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat
kurang dari 80% (Q) sildenafil C22H30N6O4S, dari dalam mg per mL Larutan uji; 474,58 dan 666,70
jumlah yang tertera pada etiket. berturut-turut adalah bobot molekul sildenafil dan
sildenafil sitrat. Masing-masing cemaran dan total
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Tabel sebagai berikut:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tabel
Kromatografi <931>. Waktu Retensi Batas
Nama
Dapar, Fase gerak, Pengencer, dan Sistem Relatif (%)
kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Sildenafil 1,0 -
Penetapan kadar, kecuali lakukan kromatografi tiga Sildenafil N-oksida 1,2 0,20
kali waktu retensi sildenafil. Masing-masing - 0,20
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama cemaran lain
Total cemaran - 0,50
sejumlah 70 mg Sildenafil Sitrat BPFI masukkan
[Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%].
dalam labu tentukur 250-mL, larutkan dalam 1 mL
campuran hidrogen peroksida P dan asam format P
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
(2:1), diamkan selama tidak lebih dari 10 menit dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dapar Encerkan 7 mL trietilamin P dengan air
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan
hingga 1000 mL, atur hingga pH 3,0 dengan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
penambahan asam fosfat P.
0,0014 mg per mL.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P–
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume
asetonitril P (58:25:17), saring dan awaudarakan.
Larutan baku, encerkan dengan Fase gerak hingga
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
kadar lebih kurang 0,00035 mg per mL.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji persediaan Masukkan 5 tablet ke
Pengencer Campuran asetonitril P-air (90:10).
dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 25 mL
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pengencer, dispersikan dengan bantuan sonikasi.
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Sonikasi
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,028
jika perlu. Sentrifus dan gunakan beningan.
mg per mL.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume Larutan
Larutan uji persediaan Dispersikan 1 tablet dalam
uji persediaan dengan Fase gerak hingga diperoleh
5 mL Pengencer dengan bantuan sonikasi. Jika
kadar sildenafil lebih kurang 0,5 mg per mL.
tablet sudah terdispersi sempurna, encerkan dengan
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi
Fase gerak sampai 250,0 mL sambil dikocok.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku
Sentrifus dan gunakan beningan.
dan Larutan sensitivitas, rekam masing-masing
Larutan uji Encerkan sejumlah volume Larutan
kromatogram selama tidak kurang dari 3 kali waktu
uji persediaan dengan Fase gerak hingga kadar
retensi sildenafil dan ukur semua respons puncak
sildenafil lebih kurang 0,02 mg per mL.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
- 189 -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Baku pembanding Sitikolin Natrium BPFI; tidak
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 rapat, terlindung cahaya. Zat bersifat higroskopik,
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu lakukan penanganan pada kelembapan di bawah
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per 30%. Buang bagian yang tidak digunakan setelah
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku wadah dibuka. Asam 5’-Sitidilat BPFI.
rekam kromatogram selama tidak kurang dari 1,5
kali waktu retensi sildenafil dan ukur respons Identifikasi
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
tidak lebih dari 1,3 dan simpangan baku relatif pada Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. diperoleh pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan didispersikan dalam kalium bromida P,
Larutan uji ke dalam kromatograf, Lakukan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam gelombang yang sama seperti pada Sitikolin Natrium
kromatogram selama 1,5 kali waktu retensi BPFI.
sildenafil dan ukur respons puncak. Hitung C. Pada 1 mg zat tambahkan 3 mL asam
persentase sildenafil, C22H30N6O4S, dalam tablet hidroklorida encer LP, larutan menunjukkan reaksi
yang digunakan dengan rumus: Natrium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 474,58 pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan
( )×( )×( ) × 100 menggunakan larutan 500 mg zat dalam 10 mL air.
𝑟𝑆 𝐶𝑈 666,70
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
penetapan menggunakan larutan 1 g zat dalam 8 mL
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
air.
Sildenafil BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
adalah kadar sildenafil dalam mg per mL Larutan uji Warna dan Akromisitas <1291> Tidak berwarna;
berdasarkan bobot yang tertera pada etiket. 474,58 lakukan penetapan menggunakan larutan 1 g zat
dan 666,70 berturut-turut adalah bobot molekul dalam 8 mL air.
sildenafil dan sildenafil sitrat.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,05%. Lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penetapan menggunakan 0,10 g zat: opalesensi yang
baik, pada suhu ruang terkendali. terjadi tidak lebih keruh dibandingkan larutan
pembanding yang mengandung 5,0 mL Larutan
baku natrium klorida 10 µg per mL.
Tambahan monografi
SITIKOLIN NATRIUM Amonium Tidak lebih dari 0,05%.
Citicoline Sodium Larutan pembanding Timbang saksama 29,7 mg
amonium klorida P, larutkan dalam 1 L air. Tiap mL
larutan mengandung setara 10 µg amonium.
Larutan raksa(II) kalium iodida alkalis Larutkan
10 g kalium iodida P dalam 10 mL air, tambahkan
larutan jenuh raksa(II) klorida P secara perlahan
sambil diaduk sampai terbentuk endapan merah
yang tidak larut. Tambahkan 30 g kalium hidroksida
Garam Mononatrium sitidin -5’-difosfokolin P dan biarkan melarut, kemudian tambahkan 1 tetes
[33818-15-4] atau lebih larutan jenuh raksa(II) klorida P, encerkan
C14H25N4NaO11P2 BM 510,31 dengan air sampai 200 mL. Biarkan terbentuk
endapan, gunakan beningan.
Sitikolin Natrium mengandung tidak kurang dari Prosedur Timbang 0,20 g zat, masukkan ke dalam
98,0% C14H25N4NaO11P2, dihitung terhadap zat labu destilasi, tambahkan 200 mL air bebas amonia
kering. P dan 1 g magnesium oksida P, distilasi, masukkan
destilat ke dalam tabung Nessler berisi 5 mL air
Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih, tidak bebas amonia P dan 1 tetes asam hidroklorida encer
berbau. LP. Hentikan destilasi jika sudah mencapai 40 mL,
tambahkan 2 mL larutan raksa(II) kalium iodida
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, tidak larut alkalis, campur, diamkan selama 15 menit:
dalam etanol dan dalam aseton. opalesensi yang terjadi tidak lebih keruh
- 190 -
dibandingkan larutan pembanding yang Larutan uji Timbang saksama 0,75 g zat
mengandung 10,0 mL Larutan pembanding. masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal, encerkan
Besi <331> Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan dengan air sampai tanda.
penetapan menggunakan 200 mg zat: opalesensi Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan dengan dengan injektor “headspace”, detektor ionisasi
2,0 mL Larutan baku besi 10 µg per mL. nyala dan kolom kapiler dari leburan silika, berisi
bahan pengisi polietilen glikol (20PEG-20M atau
Fosfat Tidak lebih dari 0,1%. yang sama polaritasnya). Pertahankan suhu injektor,
Larutan pembanding fosfat Timbang saksama kolom dan detektor masing-masing berturut-turut
0,286 g kalium dihidrogen fosfat P, yang telah pada suhu 200, 60 dan 250. Pertahankan
dikeringkan hingga bobot tetap pada suhu 105⁰, ”headspace” pada suhu 80⁰ selama 45 menit.
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan
larutkan dan encerkan dengan air, kocok. Sebelum laju alir antara 1,0 – 2,0 mL per menit. Lakukan
digunakan, pipet 10 mL larutan ke dalam labu kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda, kromatogram dan ukur respons puncak seperti
dan kocok. Setiap mL larutan mengandung 20 µg tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
fosfat. dari 5000 lempeng teoritis, resolusi, R, antara
Prosedur Larutkan 100 mg zat dalam 10 mL air, respons puncak sitikolin dan puncak terdekat tidak
tambahkan 1 mL larutan amonium molibdat (1 g kurang dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
amonium molibdat P dalam 40 mL asam sulfat penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
0,5M) dan 0,5 mL asam 1,2,4-aminonaftolsulfonat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
LP, biarkan selama 5 menit. Warna yang terjadi tidak volume sama (lebih kurang 1 L) Larutan uji dan
lebih intensif dari 5,0 mL Larutan pembanding Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
fosfat. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase metanol, etanol dan aseton
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%; menggunakan metode baku internal.
lakukan pengeringan pada suhu 100° selama 5 jam
di atas fosforpentoksida P dengan pengurangan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
tekanan udara. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
bpj. Lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 5’-
Arsen <321> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
penetapan menggunakan 2,0 g zat. hingga kadar 7,5 µg per mL
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 2,5
0,30 unit Endotoksin per mg, untuk penggunaan mg per mL.
sediaan parenteral. Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji ke
dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, untuk sampai tanda, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
penggunaan sediaan parenteral. mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sisa pelarut Jumlah metanol, etanol dan aseton volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku,
berturut-turut tidak lebih dari 0,3; 0,5 dan 0,5%. Larutan pembanding dan Larutan uji ke dalam
Lakukan Kromatografi gas seperti tertera pada kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali waktu
Kromatografi <931>. retensi puncak utama, dan ukur semua respons
Larutan baku internal Encerkan sejumlah n- puncak. Hitung persentase 5’-sitidilat dalam zat
propanol P, dengan air hingga diperoleh larutan dengan membandingkan terhadap respons puncak
mengandung n-propanol 500 µg per mL. Larutan baku. Hitung persentase cemaran lain
Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol dengan membandingkan terhadap respons puncak
P, etanol P dan aseton P, encerkan dengan air Larutan pembanding. Masing-masing cemaran dan
hingga diperoleh larutan mengandung metanol, total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
etanol dan aseton berturut-turut 450, 750 dan 750 µg Tabel.
per mL. Tabel
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku Nama Batas
persediaan dan 5 mL Larutan baku internal ke 5’-sitidilat 0,3 %
dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air
sampai tanda.
- 191 -
Tambahan monografi
- 192 -
𝑟𝑢 𝐶𝑆 Disolusi <1231>
( )×( ) × 100 Media disolusi : 900 mL air
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Alat tipe 1 : 100 rpm
Waktu : 45 menit.
rU dan rS berturut-turut adalah perbandingan respons Prosedur Lakukan penetapan persentase
puncak sitikolin dan 5’-sitidilat dari Larutan uji dan C12H15Cl2NO5S, yang terlarut dengan mengukur
Larutan baku; CS adalah kadar Sitikolin Natrium serapan alikot yang telah di saring, dan serapan
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah larutan baku Tiamfenikol BPFI 0,28 mg per mL
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan dalam media yang sama pada panjang gelombang
jumlah yang tertera pada etiket. serapan maksimum lebih kurang 266 nm. [Catatan
Untuk kekuatan 500 mg, jika perlu lakukan
pengenceran pada alikot].
- 193 -
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kurang dari 70% (Q), C12H15Cl2NO5S, dari jumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan
yang tertera pada etiket. kolom 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
lakukan pengeringan isi kapsul pada suhu 105 resolusi, R, antara tiamfenikol dan cemaran tidak
sampai bobot tetap. kurang dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Kromatografi <931>. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Hitung persentase tiamfenikol, C12H15Cl2NO5S,
Penetapan kadar. dalam kapsul dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Tiamfenikol BPFI larutkan dan encerkan dengan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL. ( ) × ( ) × 100
Larutan uji Timbang isi tidak kurang dari 𝑟𝑆 𝐶𝑈
20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
Timbang saksama sejumlah isi kapsul, larutkan dan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih tiamfenikol dari Larutan uji dan Larutan baku;
kurang 1 mg per mL. CS adalah kadar Tiamfenikol BPFI dalam mg per mL
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku; CU adalah kadar tiamfenikol dalam
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tertera pada etiket.
kromatogram selama tidak kurang tiga setengah kali
waktu retensi puncak utama dan ukur semua respons Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
puncak: respons puncak masing-masing cemaran rapat, terlindung dari cahaya. Simpan pada tempat
dari Larutan uji tidak lebih dari respons puncak kering.
utama Larutan baku (1,0%) dan total respons
puncak cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari tiga
kali respons puncak utama Larutan baku (3,0%). Tambahan monografi
TIKLOPIDIN HIDROKLORIDA
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara Ticlopidine Hydrochloride
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air - asetonitril P (4:1).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. 5-(o-klorobenzil)-4,5,6,7-tetrahidrotieno-[3,2-c]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah piridin hidroklorida [53885-35-1]
Tiamfenikol BPFI larutkan dan encerkan dengan C14H14ClNS.HCl BM 300,25
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
mL. Tiklopidin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 kapsul, dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan C14H14ClNS.HCl, dihitung terhadap zat kering.
cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot
rata-rata isi tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.
isi kapsul, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam
Larutan kesesuaian sistem Timbang 25 mg etanol; sangat sukar larut dalam etil asetat.
Tiamfenikol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
25-mL, tambah 2,0 mL natrium hidroksida 1 N, Baku pembanding Tiklopidin Hidroklorida BPFI:
biarkan 10 menit, tambahkan 2,0 mL asam tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
hidroklorida 1 N, encerkan dengan Fase gerak tertutup rapat, terlindung cahaya; Sulkonazol Nitrat
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu BPFI: Senyawa Sejenis A Tiklopidin Hidroklorida
tentukur 50-mL, tambah 5 mg Tiamfenikol BPFI, BPFI; Senyawa Sejenis B Tiklopidin Hidroklorida
encerkan dengan Fase gerak hingga tanda. BPFI.
- 194 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. C adalah kadar formaldehida dari kurva kalibrasi
Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. yang dihasilkan dari respons puncak derivat metanol
dan tiga Larutan baku terderivatisasi dalam µg per
Formaldehida Tidak lebih dari 20 bpj. Lakukan mL; D adalah faktor pengenceran (200); W adalah
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja bobot zat dalam gram.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam Cemaran organik
hidroklorida P (3:2:0,004). Uji 1
Larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin Timbang Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis
saksama sejumlah 2,4-dinitrofenil hidrazin P, tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga Fase gerak Buat campuran butanol P-air-asam
kadar lebih kurang 1,65 mg per mL. asetat glasial P (4:5:1). Kocok baik dalam corong
Larutan baku persediaan Ukur saksama sejumlah pisah, biarkan mengendap, buang lapisan air, dan
larutan formaldehida, setara dengan 37 mg gunakan lapisan organik.
formaldehida, masukkan ke dalam labu tentukur Pengencer Campuran metilen klorida P-metanol
100-mL, encerkan dengan metanol P sampai tanda. P (1:2).
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Penampak bercak Campuran iodum LP-metanol
persediaan, encerkan dengan metanol P hingga P (1:1).
kadar lebih kurang 1,85 µg per mL. Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Timbang saksama 500 mg zat, Tiklopidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
masukkan dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Jika perlu kurang 15 mg per mL.
lakukan sonikasi untuk melarutkan. Larutan baku B Timbang saksama masing-
Derivatisasi Larutan baku dan Larutan uji Pipet masing sejumlah Senyawa Sejenis A Tiklopidin
2,0 mL Larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin, masukkan Hidroklorida BPFI dan Senyawa Sejenis B
ke dalam lima labu tentukur 10-mL yang berbeda. Tiklopidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Masukkan 50 µL asam hidroklorida 2 N dan 150 µL, encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
250 µL, dan 500 µL Larutan baku ke dalam tiga labu masing lebih kurang 2,5 mg per mL.
tentukur pertama. Masukkan 500 µL Larutan uji ke Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dalam labu tentukur keempat dan 500 µL metanol P larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
ke dalam labu tentukur kelima. Campur tiap larutan kadar lebih kurang 15 mg per mL.
dengan baik dan biarkan bereaksi selama lebih Campuran larutan baku Pipet lebih kurang 1,5
kurang 30 menit pada suhu ruang. Encerkan tiap mL Larutan baku B dan 250 µL Larutan uji,
larutan dengan Fase gerak sampai tanda, kocok. masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
Larutan harus diuji dalam waktu 4 jam. dengan Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Prosedur Totolkan secara terpisah 2, 5, dan 10 µL
tinggi dilengkapi dengan detektor 365 nm dan Campuran larutan baku dan 20 µL Larutan uji pada
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 lempeng silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang bejana yang telah dijenuhkan dan biarkan merambat
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap 15 cm dari titik awal. Angkat lempeng, tandai batas
Larutan baku terderivatisasi yang disiapkan dari 500 rambat dan biarkan mengering di udara lebih kurang
µL, rekam kromatogram dan ukur respons puncak selama 1 jam. Lihat secara visual di bawah sinar UV.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Beri tanda senyawa sejenis A tiklopidin dan
- 195 -
senyawa sejenis B tiklopidin. Semprot dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penampak bercak, beri tanda cemaran lain dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
bandingkan dengan bercak tiklopidin hidroklorida Kromatografi <931>.
pada Campuran larutan baku. Masing-masing Dapar Timbang masing-masing 1,1 g natrium
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada fosfat monobasa P dan 0,28 g natrium fosfat dibasa
Tabel 1. P, larutkan dan encerkan dengan air hingga 1000
mL. Jika perlu, atur pH hingga antara 6,1 dan 6,6
Tabel 1 dengan penambahan asam fosfat P atau natrium
Nama Faktor Batas hidroksida P .
Retardasi (Rf) (%) Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol
Tiklopidin hidroklorida 1,00 - P-Dapar (6:7:7), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Senyawa sejenis A lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
1,26 0,5
tiklopidin hidroklorida seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Senyawa sejenis B Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
1,41 0,5
tiklopidin hidroklorida sejumlah masing-masing Tiklopidin hidroklorida
BPFI dan Sulkonazol nitrat BPFI, larutkan dan
Uji2 encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair masing lebih kurang 0,2 mg per mL. Jika perlu
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi lakukan sonikasi untuk melarutkan.
<931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Tiklopidin hidroklorida BPFI, larutkan dan
Larutan baku, Larutan uji, dan Sistem kromatografi encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. kurang 0,4 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
kromatogram 1,5 kali waktu retensi puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tiklopidin dan ukur semua respons puncak. Hitung tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan
persentase N-metil tiklopidin dalam tiklopidin kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7
hidroklorida yang digunakan dengan rumus: dengan ukuran partikel 10 µm. Pertahankan suhu
kolom pada 40. Laju alir lebih kurang 2 mL per
𝑟𝑖 menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
( ) 𝑥 100
𝑟𝑇 kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
ri adalah respons puncak N-metil tiklopidin dalam resolusi, R, antara puncak tiklopidin hidroklorida
Larutan uji; dan rT adalah total semua respons dengan puncak sulkonazol nitrat tidak kurang dari
puncak dalam Larutan uji. Hitung persentase 2,6. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
masing-masing cemaran dalam tiklopidin rekam kromatogram dan ukur respons puncak
hidroklorida yang digunakan dengan rumus: seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
𝑟𝑖 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
( ) 𝑥 100 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
𝑟𝑆
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran kromatogram 1,5 kali waktu retensi puncak
dalam Larutan uji; dan rS adalah respons puncak tiklopidin dan ukur respons puncak utama. Hitung
tiklopidin dalam Larutan baku. Masing-masing persentase tiklopidin hidroklorida,
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas C14H14ClNS.HCl, dalam zat dengan rumus:
yang tertera pada Tabel 2.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( )( ) 𝑥 100
Tabel 2 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Nama Waktu Batas
retensi (%) rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
relatif tiklopidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Tiklopidin hidroklorida 1 - kadar tiklopidin dalam Larutan baku; CU adalah
N-metil tiklopidin 1,18 0,5 kadar tiklopidin dalam Larutan uji berdasarkan
Masing-masing cemaran - 0,10
bobot yang ditimbang.
lain
Total cemaran - 1,0 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, simpan pada suhu di bawah 30°.
- 196 -
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Larutan A Campuran air-asam fosfat P (88:12).
tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali. Dapar Timbang 3,5 g natrium 1-pentansulfonat
P, larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga lebih
kurang 3,0 ± 0,05 dengan penambahan Larutan A
Tambahan monografi atau natrium hidroksida 1 N.
TIZANIDIN HIDROKLORIDA Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
Tizanidine Hydrochloride (20:80), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama masing-masing sejumlah Senyawa Sejenis
A Tizanidin BPFI, Senyawa Sejenis B Tizanidin
BPFI, dan Senyawa Sejenis C Tizanidin BPFI,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
5-Kloro-4-(2-imidazolin-2-ilamino)-2,1,3- sejumlah Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan
benzotiadiazol monohidroklorida [64461-82-1] dengan Fase gerak, tambahkan sejumlah Larutan
C9H8ClN5S.HCl BM 290,17 kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar tizanidin hidroklorida dan
Tizanidin Hidroklorida mengandung tidak kurang masing-masing senyawa sejenis tizanidin lebih
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, kurang 0,23 mg per mL dan 0,01 mg per mL.
C9H8ClN5S.HCl, dihitung terhadap zat kering. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
Pemerian Serbuk hablur; hampir putih hingga agak dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,046
kuning. mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Kelarutan Sukar larut dalam air dan metanol. larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 1,14 mg per mL.
Baku pembanding Tizanidin Hidroklorida BPFI: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
tertutup rapat; Senyawa Sejenis A Tizanidin BPFI; kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
Senyawa Sejenis B Tizanidin BPFI; Senyawa Sejenis
Pertahankan suhu kolom pada 50. Laju alir lebih
C Tizanidin BPFI.
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
A. Spektrum serapan inframerah zat yang tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
didispersikan dalam kalium bromida P tizanidin dengan puncak senyawa sejenis C tizanidin
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan tidak kurang dari 4,0; dan resolusi, R, antara puncak
gelombang yang sama seperti pada Tizanidin tizanidin dengan puncak senyawa sejenis B
Hidroklorida BPFI. tizanidin tidak kurang dari 4,0. Lakukan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang kromatogram dan ukur respons puncak seperti
diperoleh pada Penetapan kadar. tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
C. Larutan 10 mg per mL zat menunjukkan reaksi dari 5000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
Klorida cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
Umum <291>. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
Waktu retensi relatif tertera pada Tabel].
pH <1071> Antara 4,3 dan 5,3; lakukan penetapan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
menggunakan larutan 10 mg zat per mL. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; kromatogram dan ukur semua respons puncak.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
menggunakan 0,5 g zat. rumus:
tizanidin dalam Larutan baku; CS adalah kadar puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
Tizanidin hidroklorida BPFI dalam mg per mL untuk tizanidin tidak lebih dari 2,0; dan simpangan
Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji 2,0%. [Catatan Waktu retensi relatif untuk senyawa
berdasarkan bobot yang ditimbang; 253,71 dan sejenis C tizanidin dan tizanidin berturut-turut 0,5
290,17 berturut-turut adalah bobot molekul tizanidin dan 1,0.]
dan tizanidin hidroklorida; dan F adalah faktor Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
respons relatif (seperti tertera pada Tabel). Masing- volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
batas yang tertera pada Tabel. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase tizanidin hidroklorida,
Tabel C9H8ClN5S.HCl, dalam zat dengan rumus:
Nama Waktu Faktor Batas
retensi respons (%) 𝑟𝑈 𝐶𝑆
relatif relatif ( )( ) 𝑥 100
Senyawa sejenis C 𝑟𝑆 𝐶𝑈
0,8 1,0 0,1
tizanidin
Tizanidin 1,0 - - rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Senyawa sejenis B tizanidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
1,4 1,1 0,1
tizanidin kadar Tizanidin hidroklorida BPFI dalam µg per
Senyawa sejenis A mL Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin
10,2 1,1 0,1
tizanidin hidroklorida dalam µg per mL Larutan uji
Masing-masing berdasarkan bobot yang ditimbang.
- 1,0 0,1
cemaran lain
Total cemaran - - 0,3 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Tambahan monografi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada TABLET TIZANIDIN
Kromatografi <931>. Tizanidine Tablets
Dapar Timbang 6,8 g kalium fosfat monobasa P,
larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga lebih
Tablet Tizanidin mengandung tizanidin hidroklorida
kurang 7,5 ± 0,05 dengan penambahan kalium
setara dengan tizanidin, C9H8ClN5S, tidak kurang
hidroksida 5,3 N.
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
yang tertera pada etiket.
(20:80). saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Baku pembanding Tizanidin Hidroklorida BPFI:
tertera pada Kromatografi <931>.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tertutup rapat; Senyawa Sejenis A Tizanidin BPFI;
sejumlah masing-masing Tizanidin hidroklorida
Senyawa Sejenis B Tizanidin BPFI; Senyawa Sejenis
BPFI dan Senyawa sejenis C Tizanidin BPFI,
C Tizanidin BPFI.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar masing-masing lebih kurang 46 µg per mL dan
Identifikasi
0,12 µg per mL.
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
diperoleh pada Penetapan kadar.
dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 46 µg
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
per mL.
sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
pada Penetapan kadar menggunakan detektor diode
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
array pada panjang gelombang 210-400 nm.
kadar lebih kurang 46 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Disolusi <1231>
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
UJI 1
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7.
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N
Pertahankan suhu kolom pada 35. Laju alir lebih Alat tipe 1: 100 rpm
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi Waktu: 15 menit
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Larutan A, Dapar, dan Fase gerak Lakukan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti seperti tertera pada Penetapan kadar.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tizanidin dengan puncak senyawa sejenis C tizanidin Tizanidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
tidak kurang dari 6. Lakukan kromatografi terhadap dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang L
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons per 500 mg per mL, dimana L adalah kadar tizanidin
- 199 -
hidroklorida yang tertera pada etiket dalam mg per AU danAS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
tablet. dan Larutan baku; CS adalah kadar Tizanidin
Larutan uji Encerkan alikot dengan Media hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan baku. V adalah volume Media disolusi, 500 mL; L adalah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kadar tizanidin hidroklorida yang tertera pada etiket
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan dalam mg per tablet; dan 253,71 dan 290,17
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 berturut-turut adalah bobot molekul tizanidin dan
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu tizanidin hidroklorida.
kolom pada 50. Laju alir lebih kurang 1 mL per Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kurang dari 80% (Q) tizanidin, C9H8ClN5S, dari
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak jumlah yang tertera pada etiket.
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kromatografi <931>.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan A, Dapar, Fase gerak, Larutan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kesesuaian sistem, Larutan baku, Sistem
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung kromatografi, dan Kesesuaian sistem Lakukan
persentase tizanidin, C9H8ClN5S, yang terlarut seperti tertera pada Penetapan kadar.
dengan rumus: Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
𝑟𝑈 1 253,71 tablet setara dengan lebih kurang 20 mg tizanidin,
( ) × 𝐶𝑆 × 𝑉 × ( ) ( ) × 100 masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
𝑟𝑆 𝐿 290,17
Tambahkan lebih kurang 50 mL Dapar, sonikasi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak selama 15 menit, kocok sesekali, dan kocok secara
tizanidin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS mekanik selama 15 menit. Tambahkan 20 mL
adalah kadar Tizanidin hidroklorida BPFI dalam mg asetonitril P, campur. Biarkan dingin, encerkan
per mL Larutan baku; V adalah volume Media dengan Dapar sampai tanda, dan campur. Sentrifus
disolusi, 500 mL; L adalah kadar tizanidin sejumlah larutan selama 10 menit dengan kecepatan
hidroklorida yang tertera pada etiket dalam mg per 2000 rpm atau lebih. Saring larutan melalui penyaring
tablet; dan 253,71 dan 290,17 berturut-turut adalah membran dengan porositas 0,45 µm atau lebih halus,
bobot molekul tizanidin dan tizanidin hidroklorida. gunakan filtrat.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang dari 80% (Q) tizanidin, C9H8ClN5S, dari volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
UJI 2 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini, pada Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
etiket cantumkan bahwa produk memenuhi UJI 2] rumus:
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N,
𝑟𝑖 𝐶𝑆 253,71 1
awaudarakan. ( )( )( ) ( ) 𝑥 100
Alat tipe 1: 100 rpm 𝑟𝑆 𝐶𝑈 290,17 𝐹
Waktu: 30 menit
Larutan baku Timbang saksama sejumlah ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Tizanidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
dengan Media hingga kadar lebih kurang L per 500 tizanidin dalam Larutan baku; CS adalah kadar
mg per mL, dimana L adalah kadar tizanidin Tizanidin hidroklorida BPFI dalam mg per mL
hidroklorida yang tertera pada etiket dalam mg per Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin
tablet. hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 253,71
membran dengan porositas 0,45 µm atau yang dan 290,17 berturut-turut adalah bobot molekul
sesuai. tizanidin dan tizanidin hidroklorida; dan F adalah
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut faktor respons relatif (seperti tertera pada Tabel).
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
baku, pada panjang gelombang lebih kurang 228 lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
nm. Hitung persentase tizanidin, C9H8ClN5S, yang
terlarut dengan rumus: Tabel
Nama Waktu Faktor Batas
𝐴𝑈 1 253,71 retensi respons (%)
( ) × 𝐶𝑆 × 𝑉 × ( ) ( ) × 100 relatif relatif
𝐴𝑆 𝐿 290,17
- 200 -
Larutan baku; CU adalah kadar tramadol hidroklorida Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah <52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus aureus
yang tertera pada etiket. dan Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil
negatif.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Simpan di tempat sejuk, terlindung cahaya. Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
respons puncak triamsinolon asetonida terhadap <52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus aureus
baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dan Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil
adalah kadar Triamsinolon Asetonida BPFI dalam negatif.
µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
triamsinolon asetonida dalam µg per mL Larutan uji Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat. Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (70:30),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Tambahan monografi penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
SALEP TRIAMSINOLON ASETONIDA yang tertera pada Kromatografi <931>.
Triamcinolone Acetonide Ointment Larutan baku internal Timbang saksama
sejumlah fluoksimesteron, larutkan dan encerkan
Salep Triamsinolon Asetonida adalah Triamsinolon dengan isopropil alkohol P hingga kadar lebih
Asetonida dalam basis salep yang sesuai. kurang 50 µg per mL.
Mengandung triamsinolon asetonida, C24H31FO6, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam
dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang 75
µg per mL. Campur larutan ini dengan Fase gerak
Baku pembanding Triamsinolon Asetonida BPFI; (1:1). Kadar Triamsinolon asetonida BPFI lebih
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah kurang 37,5 µg per mL.
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
pendingin. setara dengan 1,5 mg triamsinolon asetonida,
masukkan ke dalam tabung sentrifuga bertutup ulir.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Tambahkan 20,0 mL Larutan baku internal, tutup
Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. rapat tabung. Panaskan pada suhu 60° selama 5
Fase gerak Buat campuran kloroform P-benzen menit, kocok kuat selama tidak kurang dari 30 detik.
P-metanol P (100:40:20). Ulangi pemanasan dan pengocokan selama 3 kali.
Larutan A Buat larutan biru tetrazolium P dalam Dinginkan larutan dalam tangas metanol es selama
metanol P (1 dalam 500). 15-20 menit, dan sentrifus selama 15 menit pada
Larutan B Buat larutan natrium hidroksida P suhu -5°. Pipet sejumlah volume beningan, encerkan
dalam air (1 dalam 5). dengan Fase gerak (1:1). Dinginkan dalam tangas
Penampak bercak Campuran Larutan A- Larutan metanol es selama 10-15 menit, aduk sesekali.
B (1:1). Saring larutan menggunakan wol kaca atau prefilter
Larutan baku Timbang saksama sejumlah disk, kemudian saring dengan penyaring membran
Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam porositas 0,45 μm hingga diperoleh larutan jernih.
etanol P hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL. Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Masukkan lebih kurang 2,0 g salep ke tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 5,0 mL kolom 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Atur
kloroform P, kocok selama 10 menit. Tambahkan laju alir hingga waktu retensi triamsinolon asetonida
15,0 mL etanol P, kocok selama 10 menit. Saring lebih kurang 14,5 menit. Lakukan kromatografi
larutan ke dalam tabung sentrifuga, dan uapkan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
filtrat hingga kering. Larutkan residu dalam etanol ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
P hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL. resolusi, R, antara puncak triamsinolon asetonida
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- dan fluoksimesteron tidak kurang dari 2,0; dan
masing 10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
lempeng kromatografi silika gel P dengan jarak tidak lebih dari 3,0%.
lebih kurang 1,5 cm dari bawah lempeng. Masukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah volume sama (15 µL sampai 25 µL) Larutan baku
dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan Fase dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
gerak merambat hingga 12 cm diatas garis kromatogram, dan ukur respons puncak baku
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat, internal dan triamsinolon asetonida. Hitung
dan keringkan di udara. Semprot lempeng dengan persentase triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
Penampak bercak, terjadi warna biru: harga Rf, dalam salep dengan rumus:
warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku.
- 204 -
Kromatografi gas seperti yang tertera pada (kendalikan produk degradasi oksidatif lebih kurang
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan kurva 2%).
kalibrasi untuk etanol, metilen klorida, kloroform, Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200
dan toluene.] mg trimetazidin hidroklorida, masukkan ke dalam
Larutan baku Timbang saksama masing-masing labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
sejumlah etanol mutlak P, metilen klorida P, air sampai tanda.
kloroform P, dan toluen P, larutkan dan encerkan Larutan pembanding persediaan Pipet 2,0 mL
dalam air hingga kadar masing-masing lebih kurang Larutan uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
0,5; 0,06; 0,006; dan 0,089 mg per mL. mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan
larutkan dan encerkan dalam air hingga kadar lebih pembanding persediaan, masukkan ke dalam labu
kurang 100 mg per mL. tentukur 10-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi Larutan sensitivitas Pipet 1,0 mL Larutan
dengan injektor headspace, detektor ionisasi nyala pembanding, masukkan ke dalam labu tentukur 10-
dan kolom kapiler G43. Gunakan gas nitrogen P mL, encerkan dengan air sampai tanda.
sebagai gas pembawa dengan laju alir 2 mL per Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
menit. Suhu injektor 200°, suhu detektor 250°. tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan
Kondisi headspace dengan suhu kesetimbangan kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi bahan
60° selama 45 menit. Atur suhu kolom sebagai pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
berikut: Kromatograf diprogram sebagai berikut :
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dilakukan. Hanya lot benih kerja yang memenuhi
rapat, terlindung cahaya. syarat yang digunakan untuk propagasi.
Vaksin ruahan akhir didistribusikan ke dalam wadah dari 1 hewan mati selama periode pengamatan. Jika
steril dan dibekukeringkan sehingga kandungan 2 hewan mati selama masa pengamatan dan autopsi
kelembapan sesuai untuk stabilitas produk; wadah tidak menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis, ulangi
tertutup baik dalam vakum atau gas inert. pengujian menggunakan 6 marmot yang lain.
Vaksin BCG stabil pada suhu 2-8º masa Vaksin memenuhi syarat jika tidak lebih dari 1
kedaluwarsa tidak lebih dari 2 tahun dari tanggal hewan uji mati selama 42 hari setelah penyuntikan
pembuatan. Penyimpanan produk akhir pada -20º dan hasil autopsi tidak menunjukkan gejala-gejala
untuk memperpanjang shelf-life harus divalidasi. tuberkulosis.
Hanya lot akhir yang memenuhi syarat unit
viabilitas dan Identifikasi, Uji batas, dan Penetapan Sterilitas <71> Memenuhi syarat, kecuali terhadap
kadar dapat diluluskan untuk penggunaan. Jika uji mikobakteria.
mikobakteria virulen pada vaksin ruahan akhir
memenuhi syarat, maka tidak dilakukan pada lot Reaktivitas kulit Gunakan 6 marmot sehat,
akhir. Jika uji reaktivitas kulit pada lot benih kerja berwarna putih atau pucat, masing-masing dengan
dan pada 5 lot akhir berturut-turut memenuhi syarat bobot tidak kurang dari 250 g dan tidak
maka uji tersebut tidak dilakukan pada lot akhir. mendapatkan perlakuan yang dapat mengganggu
pengujian. Suntikkan secara intradermal pada
Perhitungan unit viabilitas Tetapkan jumlah unit masing-masing marmot, secara acak, masing-
viabilitas per milliliter dengan cara menghitung masing 0,1 mL vaksin yang direkonstitusi dan 2 seri
viabilitas pada media padat menggunakan metode pengenceran sepuluh kali lipat dari vaksin tersebut
yang sesuai untuk produk yang diuji atau serta dosis yang sama dari baku vaksin. Amati lesi
menggunakan metode biokimia yang sesuai. Rasio yang terbentuk di area penyuntikan selama 4
jumlah unit viabilitas setelah dan sebelum minggu. Vaksin memenuhi syarat jika reaksi yang
dibekukeringkan tidak kurang dari nilai yang dihasilkan tidak berbeda bermakna dari reaksi yang
disetujui. dihasilkan oleh vaksin pembanding.
Stabilitas termal Simpan lot akhir vaksin beku Air <1031> Tidak lebih dari batas yang telah
kering pada suhu 37º ± 1º selama 4 minggu. disetujui, ditetapkan dengan metode yang sesuai.
Tentukan jumlah unit viabilitas seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan uji secara paralel untuk PENETAPAN KADAR
vaksin yang disimpan pada suhu 37º ± 1º dan vaksin Tetapkan jumlah unit viabilitas vaksin yang sudah
yang disimpan pada suhu penyimpanan yang sesuai. direkonstitusi dengan cara menghitung viabilitas
Jumlah unit viabilitas vaksin yang disimpan pada pada media padat menggunakan metode yang sesuai
suhu 37º ± 1º tidak kurang dari 20% dibandingkan untuk produk yang diuji atau menggunakan metode
dengan vaksin yang disimpan pada suhu biokimia yang sesuai dan tervalidasi. Jumlah berada
penyimpanan. dalam rentang yang tertera pada etiket. Lakukan uji
secara paralel terhadap vaksin pembanding.
IDENTIFIKASI
Vaksin BCG diidentifikasi secara mikroskopis PENANDAAN
bentuk basil dengan pewarnaan bakteri tahan asam Jumlah minimum dan maksimum unit viabilitas per
dan melalui bentuk karakteristik koloni yang milimeter dalam sediaan vaksin yang sudah
tumbuh dalam media padat. Alternatif lain, dapat direkontitusi.
digunakan teknik biologi molekuler (misalnya
amplifikasi asam nukleat). Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
terlindung dari sinar matahari langsung.
UJI BATAS
Mikobakteria virulen Uji mikobakteria virulen
dilakukan pada vaksin ruahan akhir atau lot akhir. Tambahan monografi
Suntikkan secara subkutan atau intramuskular pada VAKSIN CAMPAK (HIDUP)
masing-masing 6 marmot, dengan bobot 250-400 g Measles Vaccine, Live
dan tidak pernah mendapat perlakuan yang dapat
mempengaruhi pengujian, vaksin yang diuji setara Vaksin campak (hidup) merupakan sediaan beku
dengan 50 dosis manusia. Amati hewan selama tidak kering dari jenis virus campak yang sesuai dan
kurang dari 42 hari. Pada akhir periode pengamatan, dilemahkan. Vaksin direkonstitusi sesaat sebelum
lakukan autopsi dan amati gejala infeksi digunakan, seperti tertera pada etiket, untuk
tuberkulosis, abaikan beberapa reaksi minor pada menghasilkan larutan jernih yang dapat berwarna
area penyuntikan. Hewan yang mati selama periode ketika terdapat indikator pH.
pengamatan juga diamati gejala tuberkulosisnya.
Vaksin memenuhi syarat jika tidak satu pun marmot PRODUKSI
menunjukkan gejala tuberkulosis dan jika tidak lebih
- 210 -
Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih kultur harus bebas dari agens asing. Media kultur sel
dan sistem bank sel jika virus dipropagasi dalam sel dapat mengandung indikator pH seperti fenol merah,
diploid manusia. Metode produksi harus dapat dan antibiotik yang sesuai pada kadar efektif
menghasilkan vaksin campak hidup dengan terkecil. Diutamakan agar substrat bebas dari
imunogenisitas dan keamanan yang memadai secara antibiotik selama produksi. Tidak kurang dari 500
konsisten. Kecuali telah dijustifikasi dan disetujui, mL kultur sel produksi disisihkan sebagai kultur sel
pasase virus dalam produk akhir lot benih induk yang tidak diinfeksi (sel kontrol). Suspensi virus
tidak boleh lebih dari virus yang digunakan untuk dipanen pada waktu yang sesuai dengan galur virus
membuat vaksin yang sudah terbukti khasiat dan yang digunakan.
keamanannya dalam uji klinik; walaupun dengan Hanya panenan tunggal yang memenuhi persyaratan
persetujuan resmi, kelebihan jumlah pasase dari berikut yang dapat digunakan dalam pembuatan
yang digunakan dalam uji klinik tidak boleh lebih produk ruahan.
dari 5. Potensi neurovirulensi galur vaksin perlu
dipertimbangkan selama uji praklinik, berdasarkan Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi dengan
data epidemiologi yang tersedia tentang netralisasi serum dalam kultur sel, menggunakan
neurovirulensi dan neurotropisme, terutama untuk antibodi spesifik.
virus tipe liar. Mengingat hal tersebut, analisis risiko
perlu dilakukan. Jika perlu, lakukan pengujian pada Konsentrasi virus Lakukan seperti yang ditentukan
galur vaksin menggunakan model hewan yang dapat dalam Penetapan Potensi untuk mengawasi
membedakan virus tipe liar dan virus yang konsistensi produksi dan untuk menentukan
dilemahkan; pengujian galur antara pada proses pengenceran yang akan digunakan untuk produk
pelemahan juga mungkin diperlukan. ruahan.
SUBSTRAT UNTUK PROPAGASI VIRUS Agens asing <72> Panenan tunggal memenuhi
Virus dipropagasi dalam sel diploid manusia syarat.
<1412> atau dalam kultur sel embrio ayam yang
berasal dari sekelompok ayam bebas dari patogen Sel kontrol Jika sel diploid manusia digunakan
spesifik <1411> untuk produksi, sel kontrol harus memenuhi
persyaratan untuk Identifikasi. Sel kontrol juga
LOT BENIH harus memenuhi persyaratan untuk Agens asing.
Galur virus campak harus diidentifikasi berdasarkan <72>
catatan sejarah yang mencantumkan informasi
mengenai asal mula galur dan proses-proses VAKSIN RUAHAN AKHIR
rekayasa selanjutnya. Lot benih virus disiapkan Panenan virus yang memenuhi persyaratan di atas
dalam jumlah besar dan disimpan pada suhu dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan
dibawah -20° dalam bentuk beku kering, atau sel. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan dan
dibawah -60° jika tidak dalam bentuk beku kering. kumpulan panenan diencerkan sesuai kebutuhan.
Hanya lot benih yang memenuhi persyaratan berikut Hanya vaksin produk ruahan yang memenuhi
yang dapat digunakan untuk propagasi virus. persyaratan berikut yang dapat digunakan untuk
pembuatan produk jadi.
Identifikasi Lot benih induk dan lot benih kerja
diidentifikasi dengan netralisasi serum dalam kultur Sterilitas <71> memenuhi syarat. Lakukan
sel, menggunakan antibodi spesifik. penetapan menggunakan 10 mL produk ruahan
untuk setiap media.
Konsentrasi virus Konsentrasi virus dari lot benih
induk dan lot benih kerja ditentukan untuk LOT AKHIR
mengawasi konsistensi produksi. Konsentrasi minimum virus untuk pelulusan
ditetapkan untuk memastikan bahwa konsentrasi
Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi minimum yang tertera pada etiket masih terpenuhi
persyaratan untuk lot benih. pada akhir masa simpan, dengan
mempertimbangkan data uji stabilitas.
PROPAGASI DAN PANENAN Hanya produk jadi yang memenuhi syarat
Semua proses bank sel dan kultur sel selanjutnya konsentrasi minimum virus untuk pelulusan,
dilakukan dalam kondisi aseptik di daerah di mana termasuk persyaratan untuk stabilitas termal, dan
tidak ada sel lain yang ditangani selama produksi. persyaratan seperti pada Identifikasi dan Sterilitas,
Serum hewan yang cocok dapat digunakan dalam albumin serum sapi, dan air, dapat diluluskan untuk
media pertumbuhan, tetapi media terakhir untuk penggunaan. Jika penetapan serum albumin sapi
memelihara sel selama multiplikasi virus tidak pada produk ruahan telah dilakukan dengan hasil
mengandung serum hewan. Serum dan tripsin yang yang memenuhi syarat, penetapan ini dapat
digunakan dalam persiapan suspensi sel dan media dihilangkan pada produk jadi.
- 211 -
IDENTIFIKASI PENANDAAN
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai etiket Cantumkan: galur virus yang digunakan dalam
dicampur dengan antibodi campak spesifik, tidak proses pembuatan vaksin; tipe dan asal sel yang
bisa menginfeksi kultur sel yang rentan. digunakan dalam pembuatan vaksin; konsentrasi
minimum virus; hindarkan kontak antara vaksin dan
UJI BATAS disinfektan.
Sterilitas <71> Vaksin yang telah direkonstitusi
memenuhi syarat.
Tambahan monografi
Serum Albumin Sapi Mengandung tidak lebih dari VAKSIN CAMPAK, MUMPS, RUBELA
50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal manusia. (Hidup)
Gunakan Metode imunokimia <1385> yang sesuai. Measles, Mumps, Rubella Vaccine (Live)
Air <1031> Mengandung tidak lebih dari 3,0% air. Vaksin campak, mumps dan rubela (hidup) adalah
Gunakan penetapan air semi-mikro. sediaan beku kering dari jenis virus campak, mumps,
dan rubela yang sesuai dan dilemahkan. Vaksin
PENETAPAN POTENSI direkonstitusi segera sebelum digunakan seperti
Titrasi vaksin untuk virus infektif, menggunakan tertera pada etiket hingga diperoleh cairan jernih
tidak kurang dari 3 vial vaksin dan inokulasi yang dapat berwarna jika terdapat indikator pH.
sejumlah sumuran yang sesuai untuk setiap
pengenceran. Titrasi 1 vial virus pembanding secara PRODUKSI
triplo untuk kontrol setiap pengujian. Konsentrasi 3 (tiga) komponen yang disiapkan dijelaskan pada
virus dari larutan pembanding dipantau monografi Vaksin Campak (hidup),Vaksin Mumps
menggunakan grafik pemantau dan titer ditetapkan (hidup), dan Vaksin Rubela (hidup) serta memenuhi
berdasarkan riwayat oleh setiap laboratorium persyaratan pada monografi ini.
pengujian. Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan
Jika menggunakan pembanding yang diproduksi bahwa jika di uji produk memenuhi syarat toksisitas
sendiri, lakukan pembakuan terhadap baku abnormal immunosera dan vaksin untuk manusia.
Internasional yang disetujui secara berkala. Hitung
konsentrasi virus individu untuk setiap vial vaksin VAKSIN RUAHAN AKHIR
dan untuk setiap replikat pembanding, serta Panenan virus tunggal tiap komponen dikumpulkan
konsentrasi virus gabungan yang sesuai, dan diklarifikasi untuk menghilangkan sel.
menggunakan metode statistik umum. Perkiraan Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan dan
konsentrasi gabungan untuk 3 vial vaksin tidak gabungan panenan dilarutkan dengan tepat. Jumlah
kurang dari konsentrasi yang tercantum pada etiket; yang sesuai dari gabungan panenan untuk tiap
konsentrasi minimum virus yang tercantum pada komponen dicampur. Hanya vaksin ruahan akhir
etiket tidak kurang dari 3,0 log10 CCID50 per dosis yang memenuhi syarat di atas dikumpulkan dan
tunggal manusia. dijernihkan untuk menghilangkan sel. Stabilisator
Penetapan tidak valid jika: yang sesuai dapat ditambahkan dan kumpulan
a. Tingkat kepercayaan (P = 0,95) dari perkiraan panenan diencerkan sesuai kebutuhan. Hanya vaksin
konsentrasi virus dari baku pembanding untuk produk ruahan yang memenuhi syarat berikut yang
gabungan 3 replikat lebih besar dari ± 0,3 log 10 dapat digunakan untuk pembuatan produk jadi.
CCID50;
b. Perbedaan konsentrasi virus pembanding lebih Sterilitas <71> memenuhi syarat. Lakukan
dari 0,5 log10 CCID50 dari nilai yang telah penetapan menggunakan 10 mL produk ruahan
ditetapkan. untuk setiap media.
Pengujian diulangi jika tingkat kepercayaan (P =
0,95) dari konsentrasi virus gabungan vaksin lebih LOT AKHIR
besar dari ± 0,3 log10 CCID50; data yang diperoleh Untuk tiap komponen, konsentrasi minimum virus
dari pengujian yang valid dikombinasikan dengan untuk pelulusan ditetapkan untuk memastikan
- 212 -
bahwa konsentrasi minimum yang tertera pada label secara berkala. Perhitungan konsentrasi setiap
masih terpenuhi pada akhir masa simpan. komponen virus yang terdapat dalam vaksin
Hanya produk jadi yang memenuhi syarat kombinasi tersebut tetap mengacu pada nilai titer
konsentrasi minimum virus untuk pelulusan, dari setiap komponen virus. Perhitungan statistik
termasuk persyaratan untuk stabilitas termal, dan dari penggabungan hasil menggunakan metode
persyaratan seperti pada Identifikasi dan Uji, dapat statistik rerata geometrik.
diluluskan untuk penggunaan. Jika penetapan serum Persyaratan konsentrasi virus campak, mumps dan
albumin sapi pada produk ruahan telah dilakukan rubela pada vaksin kombinasi setiap komponen
dengan hasil yang memenuhi syarat, penetapan ini tidak kurang dari yang tertera pada etiket.
dapat dihilangkan pada produk jadi. Konsentrasi virus campak yang tertera pada etiket
tidak kurang dari 3,0 log10 CCID50 per dosis tunggal
Stabilitas termal Inkubasi tidak kurang dari 3 vial manusia, konsentrasi virus mumps yang tertera pada
produk jadi pada 37±1° selama 7 hari. Tentukan label tidak kurang dari 3,7 log10 CCID50 per dosis
konsentrasi virus seperti yang dijelaskan pada tunggal manusia, konsentrasi virus rubela yang
Penetapan secara paralel untuk vaksin yang tertera pada label tidak kurang dari 3,0 log10 CCID50
diinkubasi dan untuk vaksin yang disimpan pada per dosis tunggal manusia.
suhu penyimpanan. Penurunan konsentrasi virus Penetapan tidak valid jika:
dari vaksin yang diinkubasi tidak lebih dari 1,0 log10 - Tingkat kepercayaan (P=0,95) konsentrasi virus
dibanding vaksin yang tidak diinkubasi. dari pembanding untuk gabungan 3 replikat lebih
besar dari ± 0,3 log10 CCID50
IDENTIFIKASI - Konsentrasi virus dari baku pembanding berbeda
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai etiket lebih dari 0,5 log10 CCID50 dari nilai yang
dicampur dengan antibodi campak, mumps dan ditetapkan.
rubela spesifik, tidak bisa menginfeksi kultur sel
yang rentan. Jika vaksin direkonstitusi sesuai etiket Penetapan diulang jika tingkat kepercayaan(P =
dicampur dengan antibodi spesifik untuk 0,95) dari gabungan konsentrasi virus vaksin lebih
menetralkan 2 komponen viral, virus ke 3 besar dari ±0,3 log10 CCID50, data didapatkan dari
menginfeksi sel kultur yang rentan. pengujian yang valid dengan metode statistik umum
untuk menghitung konsentrasi virus yang
UJI BATAS digunakan. Tingkat kepercayaan (P = 0,95) dari
Sterilitas <71> Vaksin yang telah direkonstitusi gabungan konsentrasi virus tidak lebih besar dari ±
memenuhi syarat. 0,3 log10 CCID50.
Desain uji yang berbeda jika dijustifikasi dan
Serum Albumin Sapi Mengandung tidak lebih dari diotorisasi dapat digunakan dan menghasilkan
50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal manusia. perbedaan validitas dan kriteria penerimaan. Vaksin
Gunakan Metode imunokimia<1385> yang sesuai. harus memenuhi syarat uji di atas.
2 (dua) komponen yang disiapkan dijelaskan pada Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
monografi Vaksin Campak (hidup) dan Vaksin
Rubela (hidup) serta memenuhi syarat pada Serum Albumin Sapi Mengandung tidak lebih dari
monografi ini. 50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal manusia.
Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan Gunakan metode imunokimia<1385> yang sesuai.
bahwa produk akan memenuhi uji keamanan dan
efikasi. PENETAPAN POTENSI
A. Campur vaksin dengan sejumlah antibodi virus
VAKSIN RUAHAN AKHIR rubela spesifik. Titrasi vaksin untuk virus
Panenan virus tiap komponen dikumpulkan dan campak infektif minimal tiga kali pengulangan
dibersihkan untuk menghilangkan sel. Stabilisator menggunakan tidak kurang dari 8 sumuran
yang sesuai dapat ditambahkan dan gabungan untuk tiap tahap pengenceran 0,5 log10 atau
panenan dilarutkan dengan tepat. Campur jumlah dengan metode presisi yang sebanding.
yang sesuai dari gabungan panenan untuk tiap Gunakan baku pembanding virus yang sesuai
komponen. untuk validasi tiap penetapan. Konsentrasi
Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat virus campak tidak kurang dari yang tertera
berikut yang dapat digunakan untuk pembuatan pada label, minimum konsentrasi virus campak
produk jadi. yang tertera pada etiket tidak kurang dari 1 x
103 CCID50 tiap dosis tunggal manusia.
Sterilitas<71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL Penetapan tidak valid jika tingkat kepercayaan
ruahan untuk setiap media sterilisasi. (P=0,95) logaritma konsentrasi virus lebih
besar dari ± 0,3.
LOT AKHIR Baku Pembanding Vaksin Campak (hidup)
Untuk tiap komponen, konsentrasi minimum virus sesuai untuk penggunaan sebagai
untuk pelulusan ditetapkan untuk memastikan pembanding.
stabilitas data bahwa konsentrasi minimum yang B. Titrasi vaksin untuk virus rubela infektif
tertera pada label masih terpenuhi pada akhir masa minimal tiga kali pengulangan menggunakan
simpan. tidak kurang dari 8 sel kultur untuk tiap tahap
Hanya produk jadi yang memenuhi syarat pengenceran 0,5 log10 atau dengan metode
konsentrasi minimum virus dari tiap komponen presisi yang sebanding. Gunakan baku
untuk pelulusan, termasuk persyaratan untuk pembanding virus yang sesuai untuk validasi
stabilitas termal dan persyaratan seperti pada tiap penetapan. Konsentrasi virus rubela tidak
Identifikasi dan Uji, dapat diluluskan untuk kurang dari yang tertera pada etiket, minimum
penggunaan. Jika penetapan serum albumin sapi konsentrasi virus rubela yang tertera pada
pada produk ruahan telah dilakukan dengan hasil etiket tidak kurang dari 1 x 103 CCID50 tiap
memenuhi syarat, penetapan ini dapat dihilangkan dosis tunggal manusia. Penetapan tidak valid
pada produk jadi. jika tingkat kepercayaan (P=0,95) logaritma
konsentrasi virus lebih besar dari ± 0,3.
Stabilitas termal Inkubasi sampel produk jadi pada Baku Pembanding Vaksin Rubela (hidup)
37±1° selama 7 hari. Tentukan konsentrasi virus sesuai untuk penggunaan sebagai
seperti yang dijelaskan pada Penetapan secara pembanding.
paralel untuk vaksin yang diinkubasi pada 37°
selama 7 hari dan untuk vaksin yang disimpan pada
2-8°. Penurunan konsentrasi virus dari vaksin yang Tambahan monografi
diinkubasi tidak lebih dari 1,0 log10 dibanding VAKSIN HEMOFILUS TIPE B
vaksin yang tidak diinkubasi. KONJUGAT (Hib)
Haemophilus type b conjugate vaccine
IDENTIFIKASI
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai label Vaksin hemofilus tipe b konjugat adalah sediaan cair
dicampur dengan antibodi virus campak dan rubela atau beku kering dari polisakarida, berasal dari galur
spesifik, tidak akan menginfeksi kultur sel yang Haemophilus influenzae tipe yang sesuai, terikat
rentan. Jika vaksin direkonstitusi sesuai label secara kovalen dengan protein pembawa.
dicampur dengan antibodi spesifik untuk Polisakarida, poliribosilribitol fosfat (PRP), adalah
menetralisasi 1 (satu) komponen viral, virus ke 2 kopolimer linier yang terdiri dari pengulangan unit
(dua) menginfeksi sel kultur yang rentan. 3--D-ribofuranosil-(1→1)-ribitol-5-fosfat
[(C10H19O12P)n], dengan ukuran molekul tertentu.
UJI BATAS Protein pembawa, ketika dikonjugasi ke PRP, dapat
Air <1031> Mengandung tidak lebih dari 3,0% air. menginduksi respon imun sel B bergantung sel T
Gunakan penetapan air semi-mikro. pada polisakarida.
- 214 -
Produksi dan karakteristik protein pembawa dengan deteksi amperometrik (HPAEC-PAD) dan
dijelaskan secara umum seperti tertera pada Substrat immunoassay dengan antibodi anti-PRP.
Sel Untuk Produksi Vaksin Manusia <1412>.
Hanya protein pembawa yang memenuhi syarat Protein pembawa bebas Tentukan kadar melalui
yang digunakan dalam penyiapan konjugat. metode yang sesuai, baik secara langsung atau
melalui derivat kadar melalui perhitungan hasil uji
KONJUGAT RUAHAN yang lain. Jumlah harus memenuhi syarat yang
PRP dimodifikasi secara kimia agar terjadi disetujui untuk produk tertentu.
konjugasi. Sebagian didepolimerisasi baik sebelum
atau selama proses produksi konjugat. Gugus fungsi Gugus fungsi yang tidak reaktif Tidak ada gugus
reaktif atau penghubung dapat digunakan pada fungsi yang tidak reaktif terdeteksi pada konjugat
protein pembawa atau PRP sebelum konjugasi. ruahan kecuali proses validasi menunjukkan bahwa
Untuk menjaga konsistensi, produk derivatisasi gugus fungsi tidak reaktif yang terdeteksi pada tahap
dipantau. Konjugat dihasilkan melalui ikatan ini telah dihilangkan selama proses produksi yang
kovalen antara PRP dan protein pembawa. Apabila bertahap (misalnya, karena waktu paruh pendek).
memungkinkan, gugus fungsi yang tidak reaktif
tetapi berpotensi reaktogenik dideaktivasi Residu pereaksi Penghilangan residu pereaksi
menggunakan capping agent; konjugat dimurnikan seperti sianida, fenol dan EDAC
untuk menghilangkan pereaksi. (ethyldimethylaminopropylcarbodiimide)
Hanya konjugat ruahan yang memenuhi syarat yang dikonfirmasi melalui uji yang sesuai atau melalui
dapat digunakan dalam pembuatan produk akhir proses validasi.
ruahan vaksin. Untuk masing-masing uji dan
masing-masing produk tertentu, batas keberterimaan Sterilitas <71> Lakukan pengujian menggunakan
ditetapkan dan setiap bets konjugat harus memenuhi 10 mL untuk setiap media atau setara dengan 100
batas yang telah ditetapkan. Untuk vaksin beku dosis.
kering, beberapa uji lebih baik dilakukan pada lot
akhir dibandingkan pada konjugat ruahan karena RUAHAN 3-O-DESASIL-4’-MONOFOSFORIL
proses beku kering dapat mempengaruhi komponen LIPID A
yang diuji. Memenuhi syarat ruahan pada monografi 3-O-
Desasil-4’-Monofosforil Lipid A
PRP Kadar PRP ditentukan dengan Uji Ribosa
<1405> atau Uji Fosfor <1401> menggunakan VAKSIN RUAHAN AKHIR
Metode Imunokimia <1385>, atau dengan Bahan tambahan, pengawet antimikroba, dan
Kromatografi cair kinerja tinggi penukar anion stabilisator dapat ditambahkan pada konjugat ruahan
seperti yang tertera pada Kromatografi <931> sebelum pengenceran dengan pelarut yang sesuai
menggunakan detektor amperometrik. hingga konsentrasi akhir. Hanya vaksin ruahan akhir
yang memenuhi syarat yang digunakan dalam
Protein Kandungan protein ditentukan melalui pembuatan lot akhir.
metode kimia yang sesuai (misalnya Metode
Imunokimia <1385>) Pengawet antimikroba Jumlah tidak kurang dari
85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang
Rasio PRP terhadap protein Tentukan rasio ditetapkan. Jika digunakan, tentukan jumlah
melalui perhitungan. pengawet antimikroba menggunakan metode kimia
yang sesuai.
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL
ditentukan dengan kromatografi eksklusi ukuran untuk setiap media.
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>,
dikombinasikan dengan sistem deteksi yang sesuai. LOT AKHIR
Nilai keberterimaan ditetapkan untuk konjugat Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi
ruahan. Setiap bets harus memenuhi batas yang telah dan Uji Batas yang dapat diluluskan untuk
ditetapkan. penggunaan. Jika uji pengawet antimikroba telah
dilakukan pada vaksin ruahan akhir, dapat
PRP Bebas Beberapa metode pemisahan PRP bebas dihilangkan pada lot akhir.
dari konjugat, seperti presipitasi, filtrasi gel,
eksklusi ukuran, pertukaran anion dan kromatografi Tingkat penyerapan Memenuhi syarat sesuai
hidrofobik, ultrafiltrasi dan ultrasentrifugasi. PRP monografi 3-O-Desasil-4’-Monofosforil Lipid A
bebas dapat diukur dengan berbagai teknik, seperti
kromatografi cair kinerja tinggi penukar anion pH <1071> Memenuhi syarat yang telah disetujui.
- 216 -
PRP Bebas Beberapa metode pemisahan PRP bebas Vaksin Hepatitis B (rDNA) adalah sediaan dari
dari konjugat, seperti presipitasi, filtrasi gel, ukuran- antigen permukaan Hepatitis B (HBsAg),
eksklusi, pertukaran anion dan kromatografi komponen protein virus Hepatitis B; antigen dapat
hidrofobik, ultrafiltrasi dan ultrasentrifugasi. PRP dijerapkan pada pembawa mineral seperti
bebas dapat diukur dengan berbagai teknik, seperti aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat.
kromatografi cair kinerja tinggi penukar anion Vaksin dapat mengandung ajuvan 3-O-desasil-4’-
dengan deteksi amperometrik (HPAEC-PAD) dan monofosforil lipid A. Antigen diperoleh secara
immunoassay dengan antibodi anti-PRP. Jumlah teknologi DNA rekombinan.
PRP bebas tidak lebih dari syarat yang telah
disetujui. PRODUKSI
KETENTUAN UMUM PRODUKSI
IDENTIFIKASI Vaksin hendaknya telah terbukti menginduksi
Vaksin diidentifikasi menggunakan Metode antibodi pelindung yang spesifik pada manusia.
imunokimia <1385> yang sesuai untuk PRP . Jika Metode produksi harus menunjukkan bahwa vaksin
dapat digunakan, lakukan pengujian 3-O-Desasil-4’- memenuhi persyaratan keamanan dan imunogenitas
Monofosforil Lipid A untuk mengidentifikasi vaksin secara konsisten.
yang mengandung 3-O-Desasil-4’-Monofosforil Vaksin Hepatitis B (rDNA) diproduksi melalui
Lipid A. ekspresi gen virus yang ditandai untuk HBsAg pada
ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau sel mamalia
UJI BATAS ovarium hamster cina (CHO = Chinese Hamster
PRP Tidak kurang dari 80% jumlah PRP yang Ovary) atau lini sel lain yang sesuai, pemurnian
tertera pada etiket. PRP ditentukan dengan Uji HBsAg yang dihasilkan dan memberikan
Ribosa <1405> atau Uji Fosfor <1401> imunogenik. Kesesuaian dan keamanan sel disetujui
menggunakan Metode imunokimia <1385>, atau oleh instansi yang berwenang.
dengan kromatografi cair kinerja tinggi penukar
anion seperti tertera pada Kromatografi <931> Vaksin dapat mengandung gen S (protein utama),
menggunakan detektor amperometrik. kombinasi gen S dan gen pre S2 (protein sedang)
atau kombinasi gen S, gen pre-S2 dan gen pre-S1
Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per (protein besar).
dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida
atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai Persiapan pembanding Bagian dari bets
adsorben. representatif yang terbukti paling tidak sebagai
imunogenik pada hewan sebagai bets tersebut,
Pengawet antimikroba Jumlah tidak kurang dari dalam studi klinis pada orang dewasa muda yang
85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang sehat, menghasilkan tidak kurang dari 95%
ditetapkan. Jika digunakan, tentukan jumlah serokonversi, yang sesuai dengan tingkat antibodi
pengawet antimikroba menggunakan metode kimia penetralisir HBsAg yang diakui protektif, setelah
yang sesuai. imunisasi primer lengkap. Tingkat antibodi tidak
kurang dari 10 mIU per mL diakui sebagai
Air <1031> Tidak lebih dari 3,0% untuk vaksin pelindung.
beku kering.
KARAKTERISASI BAHAN
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Studi pengembangan dilaksanakan untuk
mengkarakterisasi antigen. Struktur protein lengkap,
Endotoksin Bakteri <201> Memenuhi syarat yang lemak dan karbohidrat antigen telah ditetapkan.
telah disetujui oleh instansi yang berwenang untuk Karakteristik morfologi dari partikel antigen dapat
produk tertentu. Jika terdapat komponen vaksin ditetapkan dengan mikroskop elektron. Kerapatan
yang menghambat penetapan endotoksin, lakukan rata-rata partikel antigen ditetapkan dengan metode
Uji pirogen seperti yang tertera pada Produksi. kimia-fisika, seperti sentrifugasi gradien. Epitop
antigen dikarakterisasi. Fraksi protein antigen
PENANDAAN dikarakterisasi melalui struktur primer (misalnya :
Cantumkan: jumlah PRP per dosis tunggal manusia penetapan komposisi asam amino, analisa sekuen
dalam mikrogram; tipe dan jumlah dari protein asam amino parsial dan pemetaan peptida).
pembawa per dosis tunggal manusia.
BIAKAN DAN PANENAN
Identitas, kemurnian mikroba, retensi plasmid dan
Tambahan monografi perolehan yang konsisten ditetapkan pada tahap
VAKSIN HEPATITIS B (rDNA) produksi yang sesuai. Jika sel mamalia digunakan,
Hepatitis B (rDNA) Vaccine maka dilakukan uji agens asing dan mikoplasma
mengikuti prosedur uji agens asing pada vaksin
- 217 -
Sel inang dan vektor yang berasal dari DNA Jika 3-O-Desasil-4’-Monofosforil Lipid A Memenuhi
sel mamalia digunakan untuk produksi, tidak lebih syarat monografi 3-O-Desasil-4’-Monofosforil
dari 10 pg DNA dalam jumlah antigen dimurnikan Lipid A.
ekivalen dengan dosis tunggal manusia dari vaksin.
Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan per L
penetapan menggunakan 10 mL dari tiap media. Uji
tambahan pada antigen murni, diperbolehkan Pengawet antimikroba <61> Jika menggunakan
tergantung pada metode produksi yang digunakan, pengawet antimikroba, tentukan jumlah
contoh uji untuk residu serum hewan dimana sel menggunakan metode yang sesuai. Tidak kurang
mamalia yang digunakan untuk produksi atau uji dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang
residu kimia digunakan selama ekstraksi dan ditetapkan.
pemurnian
Sterilitas <71> Memenuhi syarat
- 218 -
antigen permukaan yang sesuai. Sumber dan riwayat Biakan diinkubasi pada suhu 35° sampai 37° dan
pasase harus disetujui oleh instansi yang berwenang. diamati selama tidak kurang dari 2 minggu.
Penggunaan uji cepat (misalnya PCR multipleks),
SUBSTRAT UNTUK PROPAGASI VIRUS dapat dilakukan dalam batasan waktu prosedur.
Benih virus influenza yang digunakan dalam
produksi vaksin dipropagasi dalam telur ayam yang Identifikasi Untuk vaksin yang diproduksi dalam
telah dibuahi dari Sekelompok Ayam Bebas Patogen biakan lini sel, sel kontrol harus diidentifikasi
Spesifik untuk Produksi dan Pengawasan Mutu dengan metode biokimia (seperti analisis isoenzim),
Vaksin <1411> atau Substrat Sel Untuk Produksi uji penanda imunologis dan sitogenetik yang
Vaksin Manusia <1412>, seperti fibroblas embrio disetujui oleh instansi yang berwenang.
ayam atau sel ginjal ayam dari sekelompok ayam
bebas patogen spesifik <1411>. Untuk produksi, PROPAGASI VIRUS DAN PANENAN
setiap galur virus ditumbuhkan dalam rongga Agens antimikroba dapat ditambahkan pada
alantois dari telur ayam yang telah dibuahi dari inokulum. Setelah inkubasi pada suhu yang
sekelompok ayam sehat. terkendali, cairan alantois dipanen dan digabungkan
untuk membentuk panenan gabungan monovalen.
LOT BENIH VIRUS Agens antimikroba dapat ditambahkan pada saat
Produksi vaksin berdasarkan sistem lot benih. panen. Penisilin atau streptomisin tidak digunakan
Jumlah maksimal pasase antara lot benih induk dan pada tahap produksi.
lot benih kerja harus disetujui oleh instansi yang
berwenang. Vaksin akhir mewakili 1 pasase dari lot PANENAN MONOVALEN GABUNGAN
benih kerja. Antigen hemaglutinin dan Untuk membatasi kemungkinan kontaminasi,
neuraminidase dari setiap lot benih diidentifikasi inaktivasi dimulai sesegera mungkin setelah
berasal dari galur virus influenza yang tepat dengan persiapan. Virus diinaktivasi dengan metode yang
metode yang sesuai. Hanya lot benih kerja virus telah terbukti efektif secara konsisten untuk
yang memenuhi syarat berikut yang dapat digunakan produksi dibuktikan pada 3 bets berturut-turut agar
dalam pembuatan panenan gabungan monovalen. konsisten untuk produsen. Proses inaktivasi harus
terbukti mampu menginaktivasi virus influenza
Kontaminasi Bakteri dan Jamur Panenan tunggal tanpa merusak sifat antigenisitas; proses tersebut
memenuhi Uji sterilitas <71> dilakukan harus menyebabkan perubahan minimum antigen
menggunakan 10 mL untuk setiap media. hemaglutinin dan neuraminidase. Proses inaktivasi
juga harus terbukti mampu menginaktivasi virus
Mikoplasma <74> Lakukan penetapan leukosis unggas dan mikoplasma. Jika panenan
menggunakan 10 mL. monovalen gabungan disimpan setelah inaktivasi,
penyimpanan dilakukan pada suhu 5±3°.
UJI PADA SEL KONTROL Jika digunakan larutan formaldehid, konsentrasi
Virus Hemadsorbsi Pada akhir periode tidak lebih dari 0,2 g per L CH2O setiap saat selama
pengamatan atau pada saat virus dipanen dari biakan inaktivasi; jika digunakan β-propilakton,
produksi, tidak kurang dari 25% dari sel kontrol konsentrasi tidak lebih dari 0,1% v/v setiap saat
harus diuji keberadaan virus hemadsorbsi selama inaktivasi.
menggunakan sel darah merah marmot. Durasi Sebelum atau sesudah prosedur inaktivasi, panenan
penyimpanan sel tidak lebih dari 7 hari, dan suhu monovalen gabungan terkonsentrasi dan dimurnikan
penyimpanan 2 sampai 8°. Selama uji virus dengan sentrifugasi berkecepatan tinggi atau metode
hemadsorbsi, media tidak mengandung ion kalsium lain yang sesuai dan partikel virus inaktif menjadi
dan magnesium. komponen subunit dengan menggunakan prosedur
yang disetujui. Untuk setiap galur baru, validasi
Uji pada cairan beningan Tidak kurang dari 10 mL dilakukan untuk menunjukkan bahwa ruahan
cairan beningan gabungan dari biakan kontrol yang monovalen terutama terdiri dari partikel virus
dikumpulkan pada akhir periode pengamatan harus inaktif. Hanya panenan monovalen gabungan yang
diuji dalam substrat sel yang sama, tetapi tidak memenuhi syarat berikut yang dapat digunakan
dalam bets yang sama, seperti yang digunakan untuk dalam pembuatan vaksin ruahan akhir.
produksi. Sampel tambahan tidak kurang dari 10 mL
harus diuji pada sel manusia dan sel monyet. Sampel Antigen Hemaglutinin Tetapkan kandungan
harus diinokulasi ke dalam botol biakan sel, antigen hemaglutinin dengan uji imunodifusi,
sedemikian rupa sehingga pengenceran cairan melalui perbandingan dengan larutan pembanding
beningan dalam media nutrisi tidak melebihi 1 antigen Hemaglutinin atau dengan preparat antigen
dalam 4. Area lapisan sel tidak kurang dari 3 cm2 per yang dikalibrasi. Lakukan uji pada 20-25°.
mL cairan beningan. Tidak kurang satu botol dari Untuk beberapa vaksin, bentuk fisik partikel
setiap biakan sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. hemaglutinin mencegah penetapan kuantitatif
dengan imunodifusi setelah inaktivasi virus. Untuk
- 220 -
vaksin ini, penetapan antigen Hemaglutinin Panenan Monovalen Gabungan, dan Uji batas
dilakukan pada panenan gabungan monovalen formaldehid bebas, ovalbumin, dan protein total
sebelum inaktivasi. Proses produksi divalidasi untuk yang telah dilakukan dengan hasil yang memenuhi
menunjukkan penyimpanan yang sesuai untuk syarat pada ruahan akhir, maka uji tersebut pada lot
antigen Hemaglutinin dan pelacak yang sesuai akhir dapat dihilangkan.
digunakan dalam formulasi, misalnya, kandungan
protein.
dikalibrasi. Lakukan uji pada 20-25o. Vaksin untuk membuat toksoid murni ruahan. Toksin
mengandung tidak kurang dari 15µg hemaglutinin dimurnikan untuk menghilangkan komponen yang
pada setiap dosis manusia dari setiap galur yang dapat menyebabkan reaksi merugikan pada manusia.
digunakan. Batas kepercayaan (P = 0,95) tidak Toksin murni didetoksifikasi dengan formaldehid
kurang dari 80% dan tidak lebih dari 125% dengan metode yang mencegah destruksi potensi
kandungan antigen hemaglutinin yang diperkirakan. imunogenik dari toksoid dan pembalikan toksoid
Batas kepercayaan terendah (P = 0,95) tidak kurang menjadi toksin, khususnya jika terpapar panas.
dari 80% dari jumlah yang tertera pada etiket untuk Sebagai alternatif, pemurnian dapat dilakukan
setiap galur. setelah detoksifikasi. Hanya toksoid murni ruahan
Untuk beberapa vaksin, penetapan kuantitatif yang memenuhi syarat yang dapat digunakan dalam
antigen hemaglutinin terhadap larutan baku yang pembuatan vaksin ruahan akhir.
tersedia tidak dimungkinkan. Identifikasi
imunologis dari antigen hemaglutinin dan penetapan Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL
semi kuantitatif dilakukan dengan metode yang untuk setiap media.
sesuai.
Bebas toksin dan ireversibilitas toksoid Gunakan
larutan dapar yang sama seperti untuk vaksin akhir,
Tambahan monografi tanpa adsorben, siapkan larutan toksoid murni
VAKSIN JERAP DIFTERI ruahan pada 100 Lf per mL. Bagi larutan menjadi 2
Diphtheria Vaccine (Adsorbed) bagian yang sama. Pertahankan suhu larutan
pertama pada 5º ± 3º dan larutan lainnya pada 37º
Vaksin jerap difteri adalah sediaan berisi toksoid selama 6 minggu. Lakukan uji dalam sel Vero untuk
formol difteri dengan suatu adsorben mineral. toksin difteri aktif menggunakan 50 µL per sumuran
Toksoid formol diperoleh dari toksin yang pada kedua sampel. Sampel tidak boleh
diproduksi dari pertumbuhan Corynebacterium mengandung pengawet antimikroba dan bahan
diphtheriae. detoksifikasi harus ditentukan di bawah konsentrasi
toksik pada sel Vero. Toksisitas non-spesifik dapat
PRODUKSI dihilangkan dengan dialisis.
KETENTUAN UMUM PRODUKSI Gunakan sel Vero segar yang ditripsinisasi pada
Toksisitas spesifik Metode produksi divalidasi konsentrasi yang sesuai, misalnya 2,5 x 10 5 per mL
untuk menunjukkan bahwa produk, ketika diuji, dan toksin difteri pembanding yang diencerkan
akan memenuhi persyaratan pengujian berikut: dalam 100 Lf per mL toksoid difteri. Toksin difteri
Suntikkan secara subkutan sejumlah 5 kali dosis pembanding mengandung tidak kurang dari 100
tunggal manusia yang tercantum pada etiket, pada 5 LD50 per mL atau 67 hingga 133 Lr per 100 dalam 1
ekor marmot sehat, dengan bobot 250-350 g, yang Lf dan 25.000 hingga 50.000 dosis reaksi minimum
sebelumnya tidak diberi perlakuan dengan bahan untuk kulit marmot dalam 1 Lf (toksin difteri BRP
apapun yang dapat mengganggu pengujian. Jika digunakan sebagai toksin pembanding). Encerkan
dalam waktu 42 hari setelah injeksi hewan terlihat toksin dalam 100 Lf per mL toksoid difteri pada
tanda-tanda kematian dari toksemia difteri, vaksin konsentrasi yang sesuai, misalnya 2 x 10-4 Lf per
tidak memenuhi syarat. Jika terdapat lebih dari satu mL. Siapkan 2 seri pengenceran larutan toksin
hewan mati akibat penyebab non-spesifik, ulangi difteri yang diencerkan dan gunakan sampel uji yang
pengujian sebanyak satu kali, jika lebih dari satu tidak diencerkan (50 µL per sumuran). Masukkan
hewan mati pada pengujian kedua, vaksin tidak larutan ke dalam sumuran pada lempeng jaringan
memenuhi syarat. kultur steril yang mengandung media yang sesuai
untuk sel Vero. Untuk memastikan bahwa setiap
TOKSOID MURNI RUAHAN efek sitotoksik yang dicatat spesifik untuk toksin
Untuk pembuatan toksin difteri, yang akan difteri, siapkan dalam pengenceran paralel dimana
digunakan pada pembuatan toksoid, kultur benih toksin dinetralkan dengan konsentrasi antitoksin
diatur dalam sistem lot benih yang difteri yang sesuai, misalnya 100 IU per mL.
toksinogenisitasnya dijaga dan jika perlu dipulihkan Sertakan sumuran kontrol tanpa toksoid atau toksin
dengan pemilihan ulang. Galur Corynebacterium dan dengan toksoid non-toksik pada 100 Lf per mL
diphtheriae dengan toksinogenisitas tinggi dengan pada setiap lempeng untuk memastikan
asal dan riwayat yang diketahui, ditumbuhkan dalam pertumbuhan sel normal. Tambahkan suspensi sel ke
media cair yang sesuai. Pada akhir kultivasi, dalam tiap sumuran, tutup lempeng dan inkubasi
kemurnian masing-masing kultur diuji dan kultur pada suhu 37º selama 5-6 hari. Efek sitotoksik
yang terkontaminasi dibuang. Media kultur yang dilihat dari adanya penghambatan metabolisme sel
mengandung toksin dipisahkan secara aseptik dari Vero yang ditunjukkan oleh indikator pH media.
massa bakteri sesegera mungkin. Kandungan toksin Efek sitopatik dikonfirmasi dengan pemeriksaan
(Lf per mL) diperiksa untuk memantau konsistensi mikroskopis atau pewarnaan yang sesuai, seperti
produksi. Panenan tunggal dapat dikumpulkan MTT. Uji tidak absah jika 5 x 10-5 Lf per mL toksin
- 222 -
difteri baku dalam 100 Lf per mL toksoid tidak sejumlah Natrium sitrat P hingga diperoleh larutan
memiliki efek sitotoksik pada sel Vero atau jika efek 100 g per L. Suhu dijaga pada 37° selama 16 jam dan
sitotoksik dengan jumlah toksin tersebut tidak sentrifugasi hingga diperoleh beningan. Beningan
dinetralkan dalam sumuran yang mengandung bereaksi dengan antitoksin difteri yang sesuai,
antitoksin difteri. Toksoid murni ruahan memenuhi menghasilkan endapan.
syarat jika tidak ada toksisitas yang dapat
dinetralkan dengan antitoksin ditemukan pada kedua UJI BATAS
sampel. Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per
dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida
Kemurnian antigenik Tidak kurang dari 1500 Lf atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai
per mg nitrogen protein. Lakukan penetapan seperti absorben.
tertera pada Uji Pada Vaksin: Nilai Flokulasi (Lf)
Untuk Toksin dan Toksoid Difteri dan Tetanus Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g
(Ramon Assay) Asam Sialat dalam Vaksin per L.
Polisakarida <1410>
Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan,
VAKSIN RUAHAN AKHIR tentukan jumlah pengawet antimikroba
Vaksin ruahan akhir disiapkan dengan adsorpsi menggunakan metode kimia yang sesuai. Tidak
sejumlah toksoid murni ruahan pada pembawa kurang dari jumlah minimum yang efektif dan tidak
mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada etiket.
aluminium hidroksida; menghasilkan campuran
yang isotonik dengan darah. Pengawet antimikroba Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
yang sesuai dapat ditambahkan. Pengawet
antimikroba tertentu, terutama golongan fenolik, PENETAPAN POTENSI
berdampak buruk pada aktivitas antigenik dan tidak Lakukan metode untuk pengujian vaksin difteri
boleh digunakan. Hanya vaksin ruahan akhir yang jerap yang disetujui oleh instansi berwenang.
memenuhi syarat yang dapat digunakan pada Tingkat kepercayaan bawah (P = 0,95) dari potensi
penyiapan lot akhir. yang diperkirakan tidak kurang dari 30 IU per dosis
tunggal manusia.
Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan,
tentukan jumlah pengawet antimikroba
menggunakan metode kimia yang sesuai. Tidak Tambahan monografi
kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari VAKSIN JERAP DIFTERI DAN TETANUS
jumlah yang ditetapkan. (DT)
Adsorbed Diphteria and Tetanus Vaccine
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL (DT)
untuk setiap media.
Vaksin jerap difteri dan tetanus adalah sediaan berisi
LOT AKHIR
toksoid formol difteri dan toksoid formol tetanus
Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis
dengan suatu adsorben mineral. Toksoid formol
ke dalam wadah steril yang disegel. Wadah ditutup
dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh pertumbuhan
untuk mencegah kontaminasi. Hanya lot akhir yang
Corynebacterium diphtheriae dan Clostridium
memenuhi syarat Identifikasi, Uji Batas dan
tetani berturut-turut dalam media yang sesuai.
Penetapan potensi yang dapat dirilis untuk
digunakan. Uji batas pengawet antimikroba dan
PRODUKSI
Penetapan potensi yang telah dilakukan dengan
KETENTUAN UMUM PRODUKSI
hasil yang memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan
Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan
Akhir, maka keduanya tidak perlu dilakukan pada lot
Tetanus Metode produksi divalidasi untuk
akhir.
menunjukkan bahwa produk, ketika diuji, akan
Uji batas formaldehid bebas yang telah dilakukan
memenuhi syarat sebagai berikut:
pada antigen yang dimurnikan atau pada ruahan
Suntikkan secara subkutan sejumlah 5 kali dosis
akhir, dan memperlihatkan bahwa kadar dalam lot
tunggal manusia yang tercantum pada label, pada 5
akhir tidak lebih dari 0,2 g per L, maka Uji batas
ekor marmot sehat, dengan bobot 250 - 350 g, yang
formaldehid bebas pada lot akhir dapat dihilangkan.
sebelumnya tidak diberi perlakuan dengan bahan
apapun yang dapat mengganggu pengujian. Jika
IDENTIFIKASI
dalam waktu 42 hari setelah injeksi hewan terlihat
Toksoid difteri diidentifikasi menggunakan metode
tanda-tanda kematian dari toksemia difteri atau
imunokimia <1385> yang sesuai. Metode berikut,
tetanus, vaksin tidak memenuhi syarat. Jika terdapat
berlaku untuk vaksin tertentu, diberikan sebagai
lebih dari satu hewan mati akibat penyebab non-
contoh. Larutkan dalam vaksin yang akan diuji,
spesifik, ulangi pengujian sebanyak satu kali, jika
- 223 -
penjerap mineral dimana terdapat suspensi inaktif Stabilitas lot akhir dan produk antara terkait
dari Bordetella pertussis (B. pertussis); penjerap dievaluasi menggunakan satu atau lebih indikator
mineral seperti suspensi dari aluminium hidroksida uji. Uji tersebut meliputi penetapan ukuran molekul,
atau aluminium fosfat hidrat atau kalsium fosfat penetapan PRP bebas dalam konjugat, dan uji
dalam larutan salin atau larutan isotonik lain yang imunogenisitas pada mencit. Dengan
sesuai. mempertimbangkan hasil uji stabilitas, persyaratan
Toksoid formol disiapkan dari toksin yang pelulusan ditetapkan berdasarkan indikator uji
diproduksi oleh biakan Corynebacterium tersebut untuk memastikan bahwa vaksin memenuhi
diphtheriae dan Clostridium tetani berturut-turut syarat hingga akhir periode validasi.
dalam media yang sesuai. Toksin diubah menjadi Vaksin baku Bila penetapan absah dapat dilakukan,
toksoid menggunakan larutan formaldehid dengan vaksin baku komponen tunggal dapat digunakan
metode yang mencegah reversibilitas toksoid. untuk penetapan vaksin kombinasi. Jika hal ini tidak
Antigen permukaan Hepatits B adalah komponen memungkinkan karena adanya interaksi antara
protein virus Hepatitis B, antigen diperoleh secara komponen vaksin kombinasi atau karena perbedaan
teknologi DNA rekombinan. komposisi antara vaksin baku komponen tunggal
Polisakarida, poliribosilribitol fosfat (PRP) adalah dan vaksin uji, bets vaksin kombinasi yang terbukti
susunan kopolimer linier dari 3-ß-D-ribofuranosil- efektif dalam uji klinis atau yang mewakili bets
(1→1)-ribitol-5-fosfat ((C10H19O12P)n) yang dapat digunakan sebagai vaksin baku. Bets yang
berulang, dengan ukuran molekul yang ditetapkan mewakili harus diuji dengan prosedur yang sama
dan diturunkan dari galur Haemophilus influenzae dengan bets yang diuji klinis. Vaksin baku dapat
tipe b yang sesuai. Protein pembawa, ketika distabilkan dengan metode yang terbukti tidak
dikonjugasikan ke PRP, dapat menginduksi respon mempunyai efek pada penetapan potensi.
imun sel B bergantung sel T terhadap polisakarida.
Produk ini diberikan dengan komponen hemofilus PRODUKSI KOMPONEN
dalam wadah yang terpisah, isinya dicampur dengan Komponen produksi memenuhi syarat monografi
komponen lain segera sebelum digunakan. Vaksin Jerap Difteri, Vaksin Jerap Tetanus, Vaksin
Produk akhir mengandung antimikroba yang sesuai. Jerap Pertusis Sel Utuh, Vaksin Hepatitis B (rDNA)
Sifat antigenik vaksin dipengaruhi secara negatif dan Vaksin konjugat haemophilus tipe b.
oleh adanya pengawet antimikroba tertentu
khususnya dari tipe fenolik dan beberapa tipe RUAHAN AKHIR
ammonium kuaterner yang tidak boleh digunakan. Seluruh komponen vaksin pada wadah yang
sama Vaksin ruahan akhir disiapkan dengan
PRODUKSI adsorpsi, secara terpisah atau bersama-sama, pada
KETENTUAN UMUM PRODUKSI jumlah yang sesuai dari toksoid difteri, toksoid
Metode produksi harus menunjukkan hasil vaksin tetanus, antigen permukaan hepatitis B yang
yang konsisten terhadap potensi dan keamanan dimurnikan pada pembawa mineral seperti
klinik pada manusia. aluminium fosfat hidrat atau aluminium hidroksida,
pencampuran sejumlah suspensi yang tepat jika
Jika komponen hemofilus tersedia dalam wadah komponen B.pertussis yang tidak aktif dan
terpisah dan merupakan bagian dari studi campuran dari jumlah konjugat PRP yang sesuai;
konsistensi, penetapan potensi difteri, tetanus, campuran yang dihasilkan isotonik dengan darah.
pertusis, dan hepatitis B dilakukan pada sejumlah Konsentrasi opasitas bakteri B.pertussis vaksin
bets vaksin yang telah direkonstitusi. Untuk kontrol ruahan akhir tidak lebih dari 20 UI per dosis tunggal
rutin berikutnya, pengujian komponen ini dapat manusia. Jika dua atau lebih galur B. pertussis
dilakukan tanpa pencampuran dengan komponen digunakan, komposisi lot vaksin ruahan akhir yang
hemofilus. berturut-turut harus konsisten untuk setiap galur
yang diukur dalam unit opasitas. Dapat ditambahkan
Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan pengawet antimikroba yang sesuai.
Tetanus Suntikkan secara subkutan sejumlah 5 kali
dosis sediaan uji seperti tertera pada label pada Seluruh komponen vaksin pada wadah yang
masing-masing 5 ekor marmot. Tidak seekor terpisah Vaksin ruahan akhir disiapkan dengan
hewanpun menunjukkan gejala, atau mati karena adsorpsi, secara terpisah atau bersama-sama, pada
keracunan toksin difteri atau tetanus selama 42 hari. jumlah yang sesuai dari toksoid difteri, toksoid
Jika selama periode pengamatan lebih dari satu tetanus, antigen permukaan hepatitis B yang
hewan mati karena penyebab yang tidak spesifik, dimurnikan pada pembawa mineral seperti
ulangi pengujian. Pada pengujian kedua tidak seekor aluminium fosfat hidrat atau aluminium hidroksida,
hewanpun menunjukkan gejala atau mati karena pencampuran sejumlah suspensi yang tepat jika
keracunan toksin difteri atau tetanus, atau karena komponen B.pertussis yang tidak aktif dan
sebab lain dalam waktu 42 hari. campuran dari jumlah konjugat PRP yang sesuai;
campuran yang dihasilkan isotonik dengan darah.
- 225 -
Konsentrasi opasitas bakteri B.pertussis vaksin Pemerian cairan keruh hampir putih yang
ruahan akhir tidak lebih dari 20 UI per dosis tunggal menggunakan mineral sebagai pembawa, lama-lama
manusia. Jika dua atau lebih galur B. pertussis akan mengendap jika didiamkan.
digunakan, komposisi lot vaksin ruahan akhir yang
berturut-turut harus konsisten untuk setiap galur
yang diukur dalam unit opasitas. Ruahan akhir diisi
secara terpisah. Pengawet antimikroba yang sesuai
dapat ditambahkan. Ruahan akhir komponen IDENTIFIKASI
hemofilus dibuat dengan pengenceran konjugat Uji identifikasi A, B, C, D dan E dapat dihilangkan
besar ke konsentrasi akhir menggunakan pengencer jika uji F dilakukan. Uji F dapat dihilangkan jika uji
yang sesuai. Dapat ditambahkan stabilisator diisi A, B, C, D dan E dilakukan.
secara terpisah dan diliofilisasi. A. Toksoid difteri Larutkan sejumlah natrium
Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat di sitrat P dalam sediaan uji hingga diperoleh
bawah ini yang dapat digunakan untuk pembuatan larutan 5-10%. Simpan pada suhu 37° selama
lot akhir. lebih kurang 16-20 jam dan sentrifus hingga
diperoleh beningan. Beningan bereaksi dengan
Pengawet antimikroba <61> Tidak kurang dari imunoserum difteri yang sesuai: terbentuk
85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang endapan.
tertera pada etiket. Jika digunakan, tetapkan jumlah B. Toksoid tetanus Beningan yang diperoleh pada
pengawet antimikroba dengan metode kimia atau uji A bereaksi dengan imunoserum tetanus
fisikokimia yang sesuai. yang sesuai: terbentuk endapan.
C. Komoponen pertussis Tambahkan antiserum B.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL pertussis yang sesuai pada sediaan uji:
untuk setiap media. terbentuk aglutinasi.
D. Antigen permukaan hepatitis B Diidentifikasi
LOT AKHIR menggunakan residu sentrifugasi yang
Hanya lot akhir yang memenuhi syarat uji diperoleh pada uji identifikasi A, memberikan
osmolalitas seperti tertera pada Identifikasi, Uji dan reaksi positif ketika di uji dengan metode in
Penetapan potensi yang dapat diluluskan. vitro yang sesuai.
Uji batas untuk toksisitas spesifik toksoid difteri, E. PRP Komponen hemofilus diidentifikasi
tetanus toksoid dan komponen pertusis dan menggunakan metode imunokimia yang sesuai
pengawet antimikroba dan pengujian untuk <1385>.
komponen difteri, tetanus dan pertusis telah F. Vaksin memberikan kekebalan aktif pada
dilakukan dengan hasil yang memuaskan pada mencit dan marmot ketika diberikan seperti
vaksin ruahan akhir, maka dapat dihilangkan pada tertera pada uji untuk Penetapan potensi.
lot akhir. Uji batas formaldehid bebas yang telah
dilakukan pada antigen yang dimurnikan atau pada UJI BATAS
ruahan akhir, dan menunjukkan kadar dalam lot Jika komponen hemofilus terdapat pada wadah
akhir tidak lebih dari 0,2 g per L, maka Uji batas terpisah, pengujian untuk toksisitas spesifik toksoid
formaldehid bebas pada lot akhir dapat dihilangkan. difteri, toksoid tetanus, dan komponen pertusis,
Jika uji dilakukan secara in vivo untuk komponen aluminum, formaldehid bebas, pengawet
Hepatitis B dan memberikan hasil memuaskan pada antimikroba dan sterilitas dilakukan pada wadah
vaksin ruahan, maka dapat dihilangkan pada lot dengan komponen difteri, tetanus, pertusis dan
akhir. hepatitis B; uji PRP, air, sterilitas dan pirogen yang
dilakukan pada wadah yang mengandung komponen
PRP Bebas PRP yang tidak terikat ditentukan hemofilus.
setelah penghilangan konjugat, misalnya dengan Beberapa pengujian untuk komponen hemofilus
kromatografi eksklusi ukuran, kromatografi dilakukan pada produk beku kering dibandingkan
pertukaran anion, pemisahan hidrofobik, ultrafiltrasi pada ruahan konjugat meskipun proses beku kering
dan ultrasentrifugasi. Jumlah PRP bebas tidak lebih dapat mempengaruhi komponen yang diuji.
dari syarat yang telah disetujui.
Air <1031> Tidak lebih dari 3% untuk komponen
pH <1071> 6,0 sampai 7,0. hemofilus beku kering.
Osmolalitas <941> Memenuhi syarat, PRP Tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari
direkonstitusi jika digunakan, dalam batas yang 120% dari jumlah PRP yang tertera pada etiket. PRP
disepakati untuk persiapan tertentu. ditentukan dengan analisa ribosa <1405> atau
fosfor <1401>, secara metode imunokimia <1385>
atau kromatografi cair penukar anion pada
- 226 -
Tambahan monografi
- 227 -
Prosedur Suntikkan per kilogram bobot kelinci Jika vaksin tersedia dengan 5 komponen pada wadah
sejumlah volume setara dengan 1 µg PRP untuk yang sama, ruahan akhir dibuat dengan
vaksin dengan toksoid difteri atau protein difteri menambahkan sejumlah ruahan konjugat hemofilus
CRM 197 sebagai pembawa, 0,1 µg PRP untuk pada ruahan tetravalen. Jika komponen hemofilus
vaksin dengan toksoid tetanus sebagai pembawa, pada wadah terpisah ruahan komponen hemofilus
0,025 µg PRP untuk vaksin dengan Kompleks dibuat dengan pengenceran ruahan konjugat ke
Protein membran luar meningococcal grup sebagai konsentrasi akhir dengan pelarut yang sesuai untuk
pembawa. beku kering dan dapat ditambahkan penstabil.
Hanya ruahan yang memenuhi persyaratan dapat
Vaksin pembanding Bila penetapan absah dapat digunakan untuk pembuatan lot akhir.
dilakukan, vaksin pembanding komponen tunggal
dapat digunakan untuk penetapan vaksin kombinasi. Albumin Serum Sapi Pada vaksin akhir tidak lebih
Jika hal ini tidak memungkinkan karena adanya dari 50 ng per dosis tunggal manusia. Ditetapkan
interaksi antara komponen vaksin kombinasi atau pada komponen poliomyelitis dengan metode
karena perbedaan komposisi antara vaksin imunokimia <1385> selama pembuatan vaksin
pembanding komponen tunggal dan vaksin uji, bets ruahan akhir, sebelum penambahan penjerap.
vaksin kombinasi yang terbukti efektif dalam uji
klinis atau yang mewakili bets dapat digunakan Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, tidak
sebagai vaksin pembanding. Bets yang mewakili kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari
harus diuji dengan prosedur yang sama dengan bets kandungan yang diharapkan. Tetapkan kadar
yang diuji klinis. Vaksin pembanding dapat pengawet antimikroba dengan metode kimia yang
distabilkan dengan metode yang terbukti tidak sesuai.
mempunyai efek pada penetapan potensi.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan penetapan menggunakan 10 ml untuk masing-
Tetanus Metode produksi divalidasi untuk masing media.
menunjukkan bahwa produk jika diuji, akan
memenuhi pengujian berikut: Suntikkan secara LOT AKHIR
subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti Jika komponen hemofilus tersedia dalam wadah
yang tertera pada etiket ke masing-masing 5 marmot terpisah, ruahan akhir komponen hemofilus dibuat
sehat, dengan berat masing-masing 250-350 g, yang beku kering. Hanya lot akhir yang memenuhi
belum diuji sebelumnya. Jika dalam 42 hari hewan persyaratan uji osmolalitas seperti tertera pada
yang telah disuntik menunjukkan gejala atau mati persyaratan Identifikasi, Uji dan Penetapan potensi
karena toksin difteri atau tetanus, maka vaksin yang dapat diluluskan.
tersebut tidak memenuhi syarat. Jika lebih dari satu Jika penetapan kandungan formaldehid bebas telah
hewan uji mati karena faktor non spesifik, ulangi ditentukan pada ruahan murni antigen dan panenan
pengujian sekali lagi; jika lebih dari satu hewan uji monovalen murni atau kumpulan trivalen virus polio
mati pada pengujian kedua, vaksin tersebut tidak atau ruahan akhir dan hal tersebut telah
memenuhi syarat. menunjukkan bahwa kandungan lot terakhir tidak
melebihi 0,2 g per L, pengujian formaldehid tidak
KOMPONEN PRODUKSI perlu dilakukan pada lot akhir.
Komponen produksi memenuhi persyaratan Jika pengujian in vivo komponen poliomyelitis telah
monografi Vaksin Jerap Difteri, Vaksin Jerap dilakukan dengan hasil memenuhi syarat pada
Tetanus, Vaksin Jerap Pertusis Aselular, Vaksin vaksin ruahan akhir, pengujian tidak perlu dilakukan
Poliomyelitis (inaktif) dan Vaksin Hemofilus Tipe b pada lot akhir.
Konjugat . Pengujian in vivo komponen poliomyelitis tidak
perlu dilakukan bila telah dilakukan untuk produk
RUAHAN AKHIR yang diberikan dan untuk masing-masing tipe virus
Ruahan komponen difteri, tetanus, pertusis dan polio, maka kriteria penerimaan penentuan antigen
poliomyelitis dibuat melalui penyerapan, pemisahan D adalah panen hasil yang sama dengan pengujian
atau keduanya, jumlah yang sesuai dengan ruahan in vivo dalam terminologi penerimaan atau
murni dari toksoid difteri, toksoid tetanus dan penolakan bets. Uji in vivo harus meliputi pengujian
pertusis aseluler ke dalam ajuvan seperti aluminium khasiat bets, uji pendahuluan, misalnya melalui
hidroksida atau aluminium fosfat hidrat dan pemanasan atau penurunan aktifitas imunogenik.
campuran sejumlah tertentu panenan virus polio Jika terdapat perubahan yang signifikan dalam
manusia murni yang sesuai tipe 1, 2 dan 3 atau proses pembuatan antigen atau formulasinya,
sejumlah tertentu kumpulan panenan monovalen beberapa dampak pengujian in vivo dan in vitro
membentuk trivalen yang sesuai. Dapat harus dievaluasi dan perlu dilakukan validasi ulang.
ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai.
- 228 -
Osmolalitas <941> Memenuhi syarat, Jika komponen hemofilus terdapat pada wadah
direkonstitusi jika digunakan, dalam batas yang terpisah, pengujian untuk residu toksin pertusis dan
disepakati untuk persiapan tertentu. toksoid pertusis yang ireversibel, aluminum,
formaldehid bebas, pengawet antimikroba dan
PRP Bebas Jika komponen hemofilus terdapat sterilitas dilakukan pada wadah dengan komponen
dalam sediaan cair, keberadaan komponen lain dapat difteri, tetanus, pertusis dan poliomyelitis; uji PRP,
mengganggu dalam pengujian dan tidak air, sterilitas dan pirogen yang dilakukan pada
dimungkinkan untuk pemisahan PRP dari ajuvan. wadah yang mengandung mono-hemofilus.
Keberadaan PRP bebas ditetapkan pada komponen Beberapa pengujian untuk komponen hemofilus
hemofilus setelah pemisahan konjugat, misalnya dilakukan pada produk beku kering dibandingkan
secara presipitasi, kromatografi (gel filtrasi, pada ruahan konjugat meskipun proses beku kering
hidropobik, penukar anion, eksklusi ukuran), dapat mempengaruhi komponen yang diuji.
ultrafiltrasi, ultrasentrifugasi, dan imunoassay
dengan antibodi anti-PRP. Jumlah PRP bebas tidak Toksisitas spesifik komponen pertusis Gunakan
lebih dari jumlah yang telah ditetapkan. tidak kurang dari 5 mencit sehat dengan bobot 14-16
g, untuk kelompok uji dan kontrol salin. Gunakan
IDENTIFIKASI mencit dengan jenis kelamin yang sama atau
Uji identifikasi A, B, C dan D dilakukan distribusikan jantan dan betina secara rata pada
menggunakan vial yang mengandung komponen kedua kelompok. Biarkan hewan uji makan atau
difteri, tetanus, pertusis dan poliomyelitis; uji minum selama setidaknya 2 jam sebelum
identifikasi E dilakukan pada vial baik yang penyuntikan dan selama pengujian. Suntikkan setiap
mengandung lima komponen atau vial yang mencit kelompok uji secara intraperitoneal dengan
mengandung mono-hemofilus. 0,5 mL vaksin setara dengan tidak kurang dari
A. Toksoid difteri diidentifikasi menggunakan setengah dosis manusia tunggal. Suntikkan setiap
metode imunokimia <1385> yang sesuai. mencit kelompok kontrol dengan 0,5 mL larutan
Metode ini digunakan untuk vaksin tertentu, steril natrium klorida 9 g per L, yang mengandung
sebagai contoh. Larutkan vaksin yang akan sejumlah sama pengawet antimikroba dengan vaksin
diuji dalam natrium sitrat P untuk uji, jika digunakan. Timbang kelompok mencit
mendapatkan larutan 100 g per L. Simpan pada segera sebelum penyuntikan, 72 jam, dan 7 hari
suhu 37º selama 16 jam dan disentrifugasi setelah penyuntikan. Vaksin memenuhi syarat jika:
sampai didapatkan cairan supernatan yang a) pada akhir 72 jam, bobot total mencit kelompok
jernih. Cairan supernatan yang jernih bereaksi vaksin uji tidak kurang dari sebelum penyuntikan; b)
dengan antitoksin difteri membentuk endapan. pada akhir hari ke-7, peningkatan rata-rata bobot
B. Toksoid tetanus diidentifikasi menggunakan mencit kelompok uji tidak kurang dari 60% dari
metode imunokimia <1385> yang sesuai. mencit kelompok kontrol; dan c) tidak lebih dai 5%
Metode ini digunakan untuk vaksin tertentu, mencit kelompok uji mati selama pengujian.
sebagai contoh. Cairan supernatan jernih yang Pengujian dapat diulang dan hasil uji dapat
dihasilkan selama uji identifikasi A bereaksi dikombinasi.
dengan antitoksin tetanus membentuk
endapan. PRP Tidak kurang dari 80% dari jumlah PRP yang
C. Residu sentrifugasi yang diperoleh pada tertera pada etiket. PRP ditentukan dengan analisa
Identifikasi A dapat digunakan. Metode lain ribosa <1405> atau fosfor <1401>, secara metode
yang sesuai untuk memisahkan bakteri dari imunokimia <1385> atau kromatografi cair penukar
adsorben juga dapat digunakan. Identifikasi anion pada Kromatografi <931> dengan detektor
vaksin pertusis menggunakan aglutinasi amperometrik.
bakteri dari endapan yang disuspensi ulang
dengan antisera spesifik terhadap B. Pertussis Aluminum <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per
atau penetapan komponen pertusis seperti dosis tunggal manusia, jika aluminum hidroksida
tertera pada Penetapan potensi. atau aluminum hidrat fosfat digunakan sebagai
D. Vaksin mengandung virus polio manusia tipe adsorben.
1, 2 dan 3 dengan metode imunokimia <1385>
yang sesuai, contoh penetapan antigen D Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g
menggunakan enzyme-linked immunosorbent per L
assay (ELISA).
E. Komponen hemofilus diidentifikasi Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan,
menggunakan metode imunokimia <1385> tentukan jumlah pengawet antimikroba menggunak
yang sesuai untuk PRP. metode kimia yang sesuai. Tidak kurang dari 85%
dan tidak lebih dari 115% dari kandungan yang
UJI BATAS ditetapkan.
- 229 -
Air <1031> Tidak lebih dari 3% untuk komponen Toksoid formol disiapkan dari toksin yang
hemofilus beku kering. diproduksi oleh pertumbuhan Corynebacterium
diphtheriae dan Clostridium tetani.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat Vaksin mengandung toksoid pertusis lain atau
protein seperti toksin pertusis bebas dari sifat toksik
Endotoksin Bakteri <201> Memenuhi syarat. diproduksi dengan ekspresi rekayasa genetik dari
gen terkait. Toksoid pertusis dihasilkan dari toksin
PENETAPAN POTENSI pertusis dengan metode pelemahan toksin yang
Komponen Difteri Lakukan seperti tertera pada berbahaya dengan menjaga khasiat imunogenik
penetapan Vaksin Jerap Difteri. Nilai potensi yang setara dan menghindari reaksi balik toksin.
dengan tingkat kepercayaan terendah (P=0,95) tidak Komponen aselular pertusis juga dapat mengandung
kurang dari 30 IU per dosis tunggal manusia. filamen hemaglutinin, pertaktin (69 kDa membran
luar protein) dan komponen B. pertussis lain yang
Komponen Tetanus Lakukan seperti tertera pada telah ditetapkan seperti antigen fimbrial-2 dan
pengujian Vaksin Jerap Tetanus. Jika penetapan fimbrial-3. Dua antigen kemudian dapat dimurnikan
dilakukan pada marmot, nilai potensi dengan tingkat bersama. Komposisi dan karakteristik antigen
kepercayaan terendah (P=0,95) tidak kurang dari 40 didasarkan pada proteksi dan bebas dari reaksi yang
IU per dosis tunggal manusia; jika penetapan tidak diinginkan dalam kelompok target untuk
dilakukan pada mencit, nilai potensi dengan tingkat vaksin yang dihasilkan.
kepercayaan terendah (P=0,95) tidak kurang dari 60
IU per dosis tunggal manusia PRODUKSI
KETENTUAN PRODUKSI
Komponen Pertusis Lakukan seperti tertera pada Metode produksi harus menunjukkan vaksin yang
penetapan Vaksin Pertusis Sel Utuh. Potensi tidak konsisten terhadap potensi dan keamanan pada
kurang dari 4,0 IU per dosis tunggal manusia dan manusia.
Nilai potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
(P=0,95) tidak kurang dari 2,0 IU per dosis tunggal Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan
manusia. Tetanus Metode produksi divalidasi untuk
menunjukkan bahwa produk jika diuji, akan
Komponen Poliomyelitis memenuhi syarat berikut: Suntikkan secara
Kandungan antigen D, sebagai parameter subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti
konsistensi produksi, tentukan kandungan antigen D yang tertera pada etiket ke tiap 5 marmot yang sehat,
pada virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3 dengan berat masing-masing 250-350 g, yang belum
menggunakan metode imunokimia <1385> yang belum pernah digunakan untuk pengujian. Jika
sesuai, dengan teknik desorption. Metode ini dalam 42 hari hewan yang telah disuntik
menggunakan pembanding yang dikalibrasi. Untuk menunjukkan gejala atau mati karena toksin difteri
setiap tipe 1, 2 dan 3, kandungan komponen atau tetanus, maka vaksin tersebut tidak memenuhi
poliomyelitis yang dihitung terhadap pembanding syarat. Jika lebih dari satu hewan uji mati karena
jumlah antigen D yang tertera pada etiket, berada faktor non spesifik, ulangi pengujian sekali lagi; jika
dalam batas yang dipersyaratkan untuk vaksin. lebih dari satu hewan uji mati pada pengujian kedua,
Vaksin poliomyelitis (Inaktif) BRP dikalibrasi dan vaksin tersebut tidak memenuhi syarat.
digunakan dalam pengujian antigen D.
Pengujian in vivo Vaksin memenuhi pengujian in Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 100
vivo pada monografi Vaksin Poliomyelitis (Inaktif). unit Endotoksin FI per dosis manusia.
Dalam ruahan yang dimurnikan dari komponen
toksoid difteri, toksoid tetanus, toksin pertusis
Tambahan monografi aselular, dilakukan untuk memonitor prosedur
VAKSIN JERAP DIFTERI, TETANUS, pemurnian dan membatasi jumlah vaksin akhir.
PERTUSIS ASELULAR (DTPa) Untuk masing-masing komponen, kandungan
Diphtheria, Tetanus, Pertussis (Acellular, bakteri endotoksin kurang dari batas yang telah
Component) Vaccine (Adsorbed) (DTaP) ditentukan untuk vaksin tertentu sebagian besar
kandungannya seperti kandungan vaksin akhir
Vaksin jerap difteri, tetanus, pertusis aselular adalah kurang dari 100 IU per dosis tunggal manusia.
vaksin kombinasi yang terdiri dari: toksoid formol Vaksin pembanding Bila uji absah dapat
difteri; toksoid formol tetanus; komponen individual dilakukan, vaksin pembanding komponen tunggal
antigenik murni dari Bordetella pertussis (B. dapat digunakan untuk penetapan vaksin kombinasi.
pertussis); adsorben mineral seperti aluminium Jika hal ini tidak memungkinkan karena adanya
hidroksida atau aluminium fosfat hidrat. interaksi antara komponen vaksin kombinasi atau
karena perbedaan komposisi antara komponen
tunggal vaksin pembanding dan vaksin uji, bets
- 230 -
vaksin kombinasi yang terbukti efektif dalam uji c. Tambahkan antiserum B. pertussis yang
klinis atau yang mewakili bets dapat digunakan sesuai pada sediaan uji: terbentuk aglutinasi.
sebagai vaksin pembanding. Bets yang mewakili
harus diuji dengan prosedur yang sama dengan bets UJI BATAS
yang diuji klinis. Vaksin pembanding dapat Kandungan Residu Toksin Pertusis dan
distabilkan dengan metode yang terbukti tidak Ireversibilitas Toksoid Pertusis Lot akhir sesuai
mempunyai efek pada penetapan potensi. dengan Uji Batas.
pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae dan Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis
Clostridium tetani. ke dalam wadah steril. Wadah ditutup untuk
mencegah kontaminasi. Hanya lot akhir yang
PRODUKSI memenuhi syarat Identifikasi, Uji Batas dan
KETENTUAN UMUM PRODUKSI Penetapan potensi yang dapat dirilis untuk
Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan digunakan.
Tetanus Metode produksi divalidasi untuk Toksisitas spesifik komponen pertusis, Pengawet
menunjukkan bahwa produk jika diuji, akan antimikroba dan Penetapan potensi yang telah
memenuhi syarat berikut: Suntikkan secara dilakukan dengan hasil memenuhi syarat pada
subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti Vaksin Ruahan Akhir, maka keduanya tidak perlu
yang tertera pada etiket ke tiap 5 marmot yang sehat, dilakukan pada lot akhir.
dengan berat masing-masing 250-350 g, yang belum
belum pernah digunakan untuk pengujian. Jika Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g
dalam 42 hari hewan yang telah disuntik per L. Lakukan pada antigen yang dimurnikan atau
menunjukkan gejala atau mati karena toksin difteri pada ruahan akhir. Uji pada lot akhir dapat
atau tetanus, maka vaksin tersebut tidak memenuhi dihilangkan jika telah memenuhi syarat pada Vaksin
syarat. Jika lebih dari satu hewan uji mati karena Ruahan Akhir.
faktor non spesifik, ulangi pengujian sekali lagi; jika
lebih dari satu hewan uji mati pada pengujian kedua, IDENTIFIKASI
vaksin tersebut tidak memenuhi syarat. Lakukan penetapan yang sesuai, seperti tertera pada
Metode Imunokimia <1385>. Larutkan sejumlah
RUAHAN TOKSOID DIFTERI DAN TETANUS natrium sitrat P dalam sediaan uji hingga diperoleh
DIMURNIKAN, RUAHAN SUSPENSI B. larutan 5-10%. Simpan pada suhu 37° selama lebih
PERTUSSIS INAKTIF kurang 16-20 jam dan sentrifus hingga diperoleh
Ruahan toksoid difteri dan tetanus dimurnikan, beningan.
ruahan suspensi B. pertussis inaktif memenuhi a. Beningan bereaksi dengan imunoserum
syarat monografi Vaksin Jerap Difteri, Vaksin Jerap difteri yang sesuai: terbentuk endapan.
Tetanus, Vaksin Jerap Pertusis Sel Utuh. b. Beningan bereaksi dengan imunoserum
tetanus yang sesuai: terbentuk endapan.
VAKSIN RUAHAN AKHIR c. Tambahkan antiserum B. pertussis yang
Vaksin ruahan akhir dimurnikan dengan jumlah sesuai pada sediaan uji: terbentuk aglutinasi.
toksoid difteri dan toksoid tetanus jerap yang sesuai,
oleh mineral pembawa seperti aluminium fosfat UJI BATAS
terhidrasi atau aluminium hidroksida dan campuran Toksisitas spesifik komponen pertusis Gunakan
dari jumlah yang sesuai dari suspensi B. pertussis tidak kurang dari 5 mencit sehat dengan bobot 14-16
inaktif; campuran yang dihasilkan isotonik dengan g, untuk kelompok uji dan kontrol salin. Gunakan
darah. Konsentrasi B. pertussis dari vaksin ruahan mencit dengan jenis kelamin yang sama atau
akhir tidak melebihi opasitas dari 20 IU per dosis distribusikan jantan dan betina secara rata pada
tunggal manusia. Jika menggunakan dua atau lebih kedua kelompok. Biarkan hewan uji makan atau
galur B. pertussis, komposisi dari lot yang berurutan minum selama setidaknya 2 jam sebelum
dari vaksin ruahan akhir harus konsisten dengan penyuntikan dan selama pengujian. Suntikkan
proporsi masing-masing galur yang diukur dalam secara intraperitoneal setiap mencit kelompok uji
unit opasitas. dengan 0,5 mL vaksin setara dengan tidak kurang
Pengawet antimikroba yang sesuai, terutama tipe dari setengah dosis tunggal manusia. Suntikkan
fenolik, mempengaruhi aktivitas antigenik dan tidak setiap mencit kelompok kontrol dengan 0,5 mL
boleh digunakan. larutan steril natrium klorida P 0,9%, yang
Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat mengandung sejumlah sama pengawet antimikroba
berikut yang dapat akan digunakan pada penyiapan dengan vaksin uji, jika digunakan. Timbang
lot akhir. kelompok mencit segera sebelum penyuntikan, 72
jam dan 7 hari setelah penyuntikan. Vaksin
Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, memenuhi syarat jika: a) pada akhir 72 jam, bobot
tentukan jumlah pengawet antimikroba total mencit kelompok vaksin uji tidak kurang dari
menggunakan metode yang sesuai. Tidak kurang sebelum penyuntikan; b) pada akhir hari ke-7,
dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang peningkatan rata-rata bobot mencit kelompok uji
ditetapkan. tidak kurang dari 60% dari mencit kelompok
kontrol; dan c) tidak lebih dari 5% mencit kelompok
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL uji mati selama pengujian. Pengujian dapat diulang
untuk setiap media. dan hasil uji dapat dikombinasi.
LOT AKHIR
- 232 -
Uji absah jika dosis sediaan uji dan sediaan baku Selama pengembangan vaksin, proses produksi
yang dapat melindungi 50% hewan uji terletak harus divalidasi dan menunjukkan bahwa komponen
diantara dosis imunisasi tertinggi dan terendah yang yang dihasilkan konsisten dan memenuhi syarat;
diberikan pada mencit dan regresi tidak menunjukan setelah menunjukkan konsistensi, uji tidak perlu
deviasi yang signifikan (P ≤ 0,05). Dosis tantang diterapkan secara rutin untuk setiap bets.
berada diantara 100-1000 LD50 dan LD50 tidak lebih
dari 300 unit koloni per dosis. Adenilat Siklase Tidak lebih dari 500 ng setara
dengan satu dosis vaksin akhir, ditentukan dengan
analisis imunoblot atau metode lain yang sesuai.
Tambahan monografi
VAKSIN JERAP PERTUSIS ASELULAR Sitotoksin trakeal Tidak lebih dari 2 pmol setara
Pertussis Vaccine (Acellular, Component, dengan satu dosis vaksin akhir, ditetapkan metode
Adsorbed) penetapan potensi secara biologi atau Kromatografi
<931> yang sesuai.
Vaksin Jerap Pertusis Aselular merupakan preparasi
Tidak adanya residu toksin dermonekrotik
antigenik komponen suspensi steril sel aselular satu
Suntikkan secara intradermal 0,1 mL jumlah
atau lebih galur Bordetella pertussis (B. pertussis)
komponen atau fraksi antigenik yang setara dengan
yang telah diinaktivasi, yang diberi perlakuan untuk
1 dosis vaksin akhir, pada masing-masing dari 3 bayi
memperkecil toksisitas dan menjaga potensi. Vaksin
mencit yang sudah disapih. Amati selama 48 jam.
mengandung adsorben mineral seperti aluminium
Tidak menunjukkan adanya reaksi dermonekrotik.
hidroksida atau aluminium fosfat hidrat.
Vaksin mengandung pertusis toksoid atau protein
Sifat Spesifik Komponen vaksin dianalisis dengan
mirip pertusis-toksin yang bebas dari sifat toksik,
satu atau lebih metode di bawah ini untuk
yang dihasilkan melalui ekspresi gen yang
menentukan identitas dan sifat spesifiknya (aktivitas
dimodifikasi dari gen yang sesuai. Toksoid pertusis
per unit jumlah protein) dibandingkan dengan
dibuat dari toksin pertusis dengan metode yang
penyiapan baku.
membuat toksin tidak berbahaya dengan
Toksin Pertussis
mempertahankan sifat imunogenik yang memadai
Metode in vitro: efek CHO (Chinese Hamster
dan menghindari perubahan kembali menjadi toksin.
Ovary) cell-clustering dan hemaglutinasi.
Vaksin dapat mengandung hemaglutinin berfilamen,
Metode in vivo: aktifitas lymphocytosis-promoting,
pertaktin (protein membran luar 69 kDa) dan
aktivitas sensitisasi histamin dan aktivitas sekresi
komponen B. pertussis lain yang ditentukan seperti
insulin.
antigen fimbrial-2 dan fimbrial-3. Dua antigen
Toksin menunjukkan aktivitas ADP-ribosyl
terakhir dapat dimurnikan bersama. Komposisi dan
transferase menggunakan transdusin sebagai
karakteristik antigenik didasarkan pada bukti
akseptor.
perlindungan dan bebas dari reaksi tak terduga
Filamen hemagglutinin Hemaglutinasi dan
dalam kelompok sasaran vaksin.
penghambatan oleh antibodi spesifik.
Pertaktin, antigen fimbrial-2 dan fimbrial-3
PRODUKSI
Reaktivitas dengan antibodi spesifik.
Proses produksi harus menghasilkan vaksin yang
Toksoid Pertusis Toksoid yang diinduksi pada
secara konsisten sebanding dengan vaksin yang
hewan menghasilkan antibodi yang mampu
terbukti efektif secara klinis dan aman pada
menghambat semua sifat toksin pertusis.
manusia.
Saat bentuk rekayasa genetika B. pertussis
KOMPONEN MURNI
digunakan, konsistensi produksi dan stabilitas
Produksi setiap komponen didasarkan pada sistem
genetik harus ditetapkan sesuai dengan persyaratan
lot benih. Kultur benih dari toksin yang dibuat,
monografi Produk dari teknologi DNA rekombinan.
dikelola untuk dilestarikan atau, jika perlu,
mengembalikan toksigenisitas melalui seleksi yang
Baku vaksin Bets vaksin yang terbukti efektif
ditentukan.
dalam uji klinis atau bets yang representatif akan
Darah manusia atau produk darah manusia tidak
digunakan sebagai baku vaksin. Untuk pembuatan
digunakan dalam media kultur apapun untuk
bets yang representatif, perlu mematuhi proses
propagasi bakteri, baik untuk benih maupun untuk
produksi secara ketat yang digunakan dalam
vaksin. Media yang digunakan untuk pembuatan lot
pembuatan bets uji klinis. Baku vaksin sebaiknya
benih dan inokula dapat mengandung darah atau
distabilkan dengan metode yang telah terbukti tidak
produk darah yang berasal dari hewan.
memiliki efek signifikan pada prosedur pengujian
Toksin pertusis (jika mengandung hemaglutinin dan
ketika dilakukan perbandingan terhadap bets yang
pertaktin berfilamen, dimurnikan), setelah
distabilkan dan yang tidak distabilkan
karakterisasi yang tepat, didetoksifikasi
menggunakan pereaksi kimia yang sesuai, dengan
KARAKTERISASI KOMPONEN
- 234 -
Pengawet antimikroba <61> Jumlah tidak kurang Prosedur Gunakan 3 dosis sediaan baku dalam
dari jumlah minimal efektif dan tidak lebih dari pelarut yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang
115% dari jumlah yang tertera pada label. Jika disuspensikan dengan larutan yang sesuai. Ketiga
digunakan, tetapkan jumlah pengawet antimikroba dosis diatur sedemikian sehingga dosis yang
menggunakan metode kimia yang sesuai. melindungi 50% mencit mendekati dosis tengah.
Umumnya digunakan dosis 0,5 unit; 0,1 unit dan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 0,02 unit sediaan baku dan (1 dalam 8); (1 dalam 40)
dan (1 dalam 200) enceran sediaan uji, masing-
PENETAPAN POTENSI masing dosis tidak lebih dari 0,5 mL. Suntikkan
Potensi yang di estimasi tidak kurang dari 4,0 UI per setiap mencit satu dosis secara intraperitoneal.
dosis tunggal manusia dan pada batas kepercayaan Setelah 14 hingga 17 hari, suntikkan mencit secara
lebih rendah (P=0,95) potensi yang diestimasi tidak intraserebral satu dosis suspensi tantang B. pertussis.
kurang dari 2,0 UI per dosis tunggal manusia. Pada saat yang sama suntikkan secara intraserebral
Lakukan penetapan dengan membandingkan dosis pada 4 kelompok mencit terdiri dari 10 ekor suspensi
sediaan uji dan dosis sediaan Baku vaksin pertusis tantang dengan enceran yang sesuai untuk
yang dapat memberikan perlindungan yang sama menetapkan DL50 dalam dosis yang diberikan pada
bagi mencit terhadap dosis letal intraserebral B. mencit yang telah diinokulasi. Amati mencit tiap
pertussis. hari selama 14 hari setelah penyuntikan dengan
suspensi tantang. Hitung potensi vaksin
Pemilihan galur tantang dan pembuatan menggunakan metode statistik probit atau metode
suspensi tantang Gunakan Bordetella pertussis statistik lain yang sesuai, berdasarkan jumlah mencit
yang sesuai dan dapat menyebabkan kematian yang hidup, tidak termasuk mencit yang mati dalam
mencit dalam waktu 14 hari setelah penyuntikan waktu 48 jam setelah penyuntikan suspensi tantang.
secara intraserebral. Jika dalam waktu 48 jam Jika perlu, ulangi pengujian. Jika dilakukan lebih
setelah penyuntikan, lebih dari 20% hewan mati, dari satu kali pengujian, potensi dan batas
galur dianggap tidak sesuai. Buat satu subkultur dari kepercayaan dihitung berdasarkan semua hasil uji
galur di atas dan suspensikan hasil panenan B. yang absah. Uji absah jika dosis sediaan uji dan
pertussis dalam larutan yang mengandung kasein sediaan baku yang dapat melindungi 50% hewan uji
hidrolisat P 1% dan natrium klorida P 0,6%, pH 7,0 terletak diantara dosis tertinggi dan terendah yang
sampai 7,2 atau dalam larutan lain yang sesuai. diberikan pada mencit, kurva dosis respons
Tetapkan opasitas suspensi. Buat satu seri menunjukkan kemiringan yang bermakna dengan
pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan deviasi yang tidak bermakna, terhadap kesejajaran
tiap enceran pada masing-masing kelompok mencit atau linieritas dan dosis tantang lebih kurang 100
yang terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara DL50.
intraserebral 0,02 mL atau 0,03 mL tiap enceran
pada tiap mencit dalam masing-masing kelompok Penandaan
yang dialokasikan. Setelah 14 hari hitung jumlah Cantumkan jumlah UI per dosis tunggal manusia;
mencit yang hidup dari masing-masing kelompok. metode inaktivasi; nama dan jumlah adsorben;
Dari hasil tersebut hitung opasitas suspensi yang vaksin harus dikocok sebelum digunakan; vaksin
mengandung 100 DL50 dalam setiap dosis tantang. tidak boleh dibekukan sebelum digunakan.
Untuk penetapan potensi vaksin, buat subkultur
segar dari galur B. pertussis yang sama, dan dari
panenan bakteri buat suspensi dengan opasitas yang Tambahan monografi
setara dengan lebih kurang 100 DL50 dalam setiap
dosis tantang. Buat tiga pengenceran suspensi VAKSIN JERAP TETANUS
tantang. Tetanus Vaccine (Adsorbed)
sebelumnya tidak diperlakukan dengan pemberian pengujian, jika lebih dari satu hewan mati pada
bahan apapun yang dapat mengganggu pengujian. pengujian kedua, toksoid tidak memenuhi syarat.
Jika dalam waktu 21 hari setelah injeksi hewan
terlihat tanda-tanda kematian dari toksemia tetanus, Kemurnian antigen Tidak kurang dari 1000 Lf per
vaksin tidak memenuhi syarat. Jika terdapat lebih mg nitrogen protein.
dari satu hewan mati akibat penyebab non-spesifik,
ulangi pengujian sebanyak satu kali, jika lebih dari VAKSIN RUAHAN AKHIR
satu hewan mati pada pengujian kedua, vaksin tidak Vaksin ruahan akhir dibuat dengan adsorpsi
memenuhi syarat. sejumlah toksoid murni ruahan pada pembawa
mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau
Toksoid Murni Ruahan Untuk pembuatan toksin aluminium hidroksida; menghasilkan campuran
tetanus, yang akan digunakan pada pembuatan yang isotonik dengan darah. Pengawet antimikroba
toksoid, kultur benih dikelola dalam sistem lot benih yang sesuai dapat ditambahkan. Pengawet
dimana toksinogenisitas dijaga dan jika perlu antimikroba tertentu, terutama golongan fenolik,
dipulihkan dengan pemilihan ulang. Galur berdampak buruk pada aktivitas antigenik dan tidak
Clostridium tetani dengan toksinogenisitas tinggi boleh digunakan. Hanya vaksin ruahan akhir yang
dengan asal dan riwayat yang diketahui, ditanam memenuhi syarat yang dapat digunakan pada
dalam media cair yang sesuai. Pada akhir kultivasi, penyiapan lot akhir.
kemurnian masing-masing kultur diuji dan kultur
yang terkontaminasi dibuang. Media kultur yang Pengawet antimikroba <61> Jumlah tidak kurang
mengandung toksin dikumpulkan secara aseptik. dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang
Kandungan toksin (Lf per mL) diperiksa untuk ditetapkan. Jika digunakan, tetapkan jumlah
memantau konsistensi produksi. Panenan tunggal pengawet antimikroba menggunakan metode kimia
dapat dikumpulkan untuk membuat toksoid murni yang sesuai.
ruahan. Toksin dimurnikan untuk menghilangkan
komponen yang dapat menyebabkan efek samping Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL
pada manusia. Toksin murni didetoksifikasi dengan untuk setiap media.
formaldehid dengan metode yang mencegah
destruksi potensi imunogenik dari toksoid dan LOT AKHIR
pembalikan toksoid menjadi toksin, khususnya jika Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis
terpapar panas. Sebagai alternatif, pemurnian dapat ke dalam wadah steril tamper-proof . Wadah ditutup
dilakukan setelah detoksifikasi. Hanya toksoid untuk mencegah kontaminasi.
murni ruahan yang memenuhi syarat yang dapat Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi,
digunakan dalam pembuatan vaksin ruahan akhir. Uji Batas, dan Penetapan potensi, yang dapat
diluluskan untuk digunakan.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL Uji batas pengawet antimikroba dan Penetapan
untuk setiap media. potensi yang telah dilakukan dengan hasil yang
memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan Akhir, maka
Bebas toksin dan ireversibilitas toksoid Gunakan keduanya tidak perlu dilakukan pada lot akhir.
larutan dapar yang sama seperti untuk vaksin akhir, Uji batas formaldehid bebas dilakukan pada ruahan
tanpa adsorben, siapkan larutan toksoid murni murni toksoid atau ruahan akhir dan menunjukkan
ruahan pada konsentrasi yang sama seperti vaksin bahwa kadar pada lot akhir tidak lebih 0,2 g per L,
akhir. Bagi larutan menjadi 2 bagian yang sama. maka Uji batas formaldehid bebas pada lot akhir
Pertahankan suhu larutan pertama pada 5±3º dan dapat dihilangkan.
larutan lainnya pada 37º selama 6 minggu. Lakukan
uji pada kedua larutan dengan metode berikut. IDENTIFIKASI
Gunakan 15 marmot, dengan bobot 250-350 g, yang Toksoid tetanus diidentifikasi menggunakan Metode
sebelumnya tidak diperlakukan atau diberikan bahan imunokimia <1385> yang sesuai. Metode berikut,
apapun yang dapat mengganggu pengujian. berlaku untuk vaksin tertentu. Larutkan sejumlah
Suntikkan secara subkutan pada 5 marmot sejumlah natrium sitrat P dalam vaksin yang akan diuji,
5 mL larutan yang diinkubasi pada 5±3º. Suntikkan hingga kadar 100 g per L. Suhu dijaga pada 37°
secara subkutan pada 5 marmot sejumlah 5 mL selama 16 jam dan sentrifugasi hingga diperoleh
larutan yang diinkubasi pada 37º. Suntikkan secara beningan. Beningan bereaksi dengan antitoksin
subkutan pada 5 marmot tidak kurang dari 500 Lf tetanus yang sesuai, menghasilkan endapan.
toksoid murni ruahan yang tidak diinkubasi dalam
volume 1 mL. Jika dalam waktu 21 hari setelah UJI BATAS
injeksi hewan tidak terlihat tanda-tanda kematian Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per
dari toksemia tetanus, toksoid murni ruahan dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida
memenuhi syarat. Jika terdapat lebih dari satu hewan atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai
mati akibat penyebab non-spesifik, ulangi adsorben.
- 239 -
Vaksin mumps (hidup) adalah sediaan beku kering, Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi syarat
berasal dari galur virus mumps yang sesuai. Vaksin untuk lot benih.
direkonstitusi sesaat sebelum digunakan, seperti
tertera pada label, untuk menghasilkan larutan jernih Uji neurovirulensi Lot benih induk atau lot benih
yang dapat berwarna jika mengandung indikator pH. kerja harus terbukti bebas dari neurovirulensi
melalui uji pada monyet yang rentan terhadap
mumps dari spesies yang disetujui oleh instansi yang
PRODUKSI berwenang. Untuk menghindari penggunaan monyet
Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih yang tidak perlu, lot benih virus harus disiapkan
dan sistem bank sel. Jika virus dipropagasi dalam dalam jumlah besar.
sel diploid manusia, metode produksi harus dapat Uji neurovirulensi dapat dilakukan sebagai berikut:
menghasilkan vaksin mumps hidup dengan Tidak kurang dari 10 monyet digunakan pada setiap
imunogenisitas dan keamanan yang memadai secara uji. Segera sebelum inokulasi, semua monyet harus
konsisten. Kecuali telah dijustifikasi dan disetujui, terbukti negatif mumps secara serologis. Zat uji
pasase virus dalam produk akhir lot benih induk diberikan melalui injeksi 0,5 mL ke dalam daerah
tidak boleh lebih dari virus yang digunakan untuk thalamus dari setiap hemisfer. Jumlah total virus
membuat vaksin, yang sudah terbukti khasiat dan mumps yang diberikan kepada masing-masing
keamanannya dalam studi klinis; Potensi monyet harus tidak kurang dari jumlah yang
neurovirulensi galur vaksin perlu dipertimbangkan terkandung dalam dosis tunggal vaksin manusia
selama pengembangan pre-klinis, berdasarkan data yang direkomendasikan. Monyet harus diamati
epidemiologi yang tersedia tentang neurovirulensi selama 17-21 hari untuk gejala kelumpuhan dan
dan neurotropisme, terutama untuk virus tipe liar. bukti keterlibatan neurologis lainnya. Hewan yang
Mengingat hal tersebut, analisis risiko perlu mati dalam waktu 48 jam setelah injeksi dapat
dilakukan. Jika perlu, lakukan pengujian pada galur diganti. Uji tidak valid dan harus diulang jika lebih
vaksin menggunakan model hewan yang dapat dari 20% monyet mati karena penyebab tidak
membedakan virus tipe liar dan virus yang spesifik. Pada akhir periode pengamatan, semua
dilemahkan; pengujian pada galur pelemahan monyet dibius dan dibunuh untuk diotopsi;
intermediat juga mungkin diperlukan. Metode pemeriksaan histopatologis dari area otak yang tepat
- 240 -
dilakukan untuk bukti keterlibatan sistem saraf diinokulasi. Pada waktu panenan virus, pipet
pusat. sejumlah 0,25 mL cairan amniotik yang diambil dari
Zat uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak tiap telur kontrol harus diuji untuk agens
kurang dari 80% monyet yang diinokulasi positif hemaglutinasi dengan penambahan eritrosit ayam,
terhadap mumps; tidak ada bukti klinis atau keduanya secara langsung dan setelah satu pasase
histopatologis dari keterlibatan sistem saraf pusat melalui telur spesifik bebas patogen. Uji secara
yang disebabkan oleh virus yang disuntikkan. lengkap harus disetujui oleh instansi berwenang.
Gabungan cairan amniotik harus diuji untuk agen
BIAKAN SEL UNTUK PRODUKSI adventitious termasuk virus leukosis unggas dengan
Virus hemadsorbsi Pada akhir periode metode seperti pada Uji tambahan jika digunakan
pengamatan, 25% biakan sel kontrol diuji untuk biakan sel embrio unggas.
keberadaan virus haemadsorbsi, menggunakan sel
darah merah marmot dan terbukti negatif. Jika sel PROPAGASI DAN PANENAN
darah merah disimpan, durasi penyimpanan tidak Semua proses bank sel dan biakan sel selanjutnya
lebih dari tujuh hari, dan suhu penyimpanan harus dilakukan dalam kondisi aseptik di daerah di mana
dalam kisaran 2 sampai 8o. Instansi yang berwenang tidak ada sel lain yang ditangani selama produksi.
di beberapa negara, mempersyaratkan uji virus Serum hewan yang cocok dapat digunakan dalam
haemadsorbsi dilakukan pada biakan kontrol 3-5 media biakan. Serum dan tripsin yang digunakan
hari dan 12 hari setelah inokulasi biakan produksi, dalam persiapan suspensi sel dan media biakan
dan tipe sel darah merah lain termasuk sel manusia harus bebas dari agens asing. Media biakan sel dapat
(golongan darah O), monyet, ayam (spesies unggas mengandung indikator pH seperti fenol merah, dan
lain), dapat digunakan selain sel marmot. antibiotik yang sesuai pada kadar efektif terkecil.
Pengamatan dilakukan setelah inkubasi selama 30 Diutamakan agar substrat bebas dari antibiotik
menit pada 0 sampai 4º, kemudian setelah inkubasi selama produksi. Tidak kurang dari 500 mL biakan
lebih lanjut selama 30 menit pada 20 sampai 25 0. sel produksi disisihkan sebagai biakan sel yang tidak
Pengamatan sel darah monyet dilakukan setelah diinfeksi (sel kontrol). Jika virus dipropagasi dalam
inkubasi akhir selama 30 menit pada 34 sampai 37 o. embrio ayam, 2 persen tapi tidak kurang dari 20 telur
disisihkan sebagai biakan sel yang tidak diinfeksi
Uji untuk agens asing non hemadsorbsi Sepuluh (sel kontrol). Suspensi virus dipanen pada waktu
milliliter gabungan cairan biakan sel pada akhir yang sesuai dengan galur virus yang digunakan.
periode pengamatan harus diuji dalam sel substrat Hanya panenan tunggal yang memenuhi syarat
yang sama, tetapi dari bets berbeda, seperti yang berikut yang dapat digunakan dalam pembuatan
digunakan untuk pertumbuhan virus. Tambahan 10 produk ruahan.
mL sampel dari masing-masing kelompok harus
diuji dalam sel simian. Monolayer sel harus Identifikasi Lot benih induk dan lot benih kerja
diinokulasi sedemikian rupa sehingga pengenceran diidentifikasi dengan netralisasi serum dalam biakan
cairan yang terkumpul dalam media nutrisi tidak sel, menggunakan antibodi spesifik.
melebihi 1 dalam 4. Luas lembaran sel tidak kurang
dari 3 cm2 per mL cairan yang terkumpul. Tidak Konsentrasi virus Konstentrasi virus dalam
kurang dari satu botol biakan sel harus tetap tidak panenan tunggal ditetapkan seperti tertera pada Titer
diinokulasi sebagai kontrol. virus untuk mengawasi konsistensi produksi dan
Biakan yang diinokulasi harus diinkubasi pada suhu untuk menentukan pengenceran yang akan
35 sampai 37° dan harus diperiksa untuk morfologi digunakan untuk produk ruahan akhir.
abnormal selama tidak kurang dari 14 hari.
Agens asing <72> Panenan tunggal memenuhi
Uji tambahan jika digunakan biakan sel embrio syarat
unggas Tidak terbukti adanya virus. Gunakan
pengujian untuk virus leukosia unggas termasuk uji Sel kontrol atau telur kontrol Jika sel diploid
untuk deteksi Resistance Inducing Factor (RIF), manusia digunakan untuk produksi, sel kontrol
Complement Fixation Tests (CF) dan Enzyme Linked harus memenuhi syarat untuk Identifikasi; sel
Immunosorbent Assays (ELISA). kontrol dan telur kontrol memenuhi syarat untuk
Agens asing <72>.
Uji tambahan jika digunakan sel diploid manusia
Gunakan analisis isozim, HLA dan uji imunologi Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
lainnya dan analisis karyotipe tidak kurang dari satu untuk setiap panenan tunggal.
metafase penyebaran kromosom.
Telur berembrio Tiap bets telur yang digunakan Titrasi virus Kandungan virus hidup tiap panenan
untuk produksi, 2% (20 telur) dianggap sebagai tunggal ditentukan dengan titrasi sel biakan
kontrol yang tidak diinokulasi dan diinkubasi untuk menggunakan baku pembanding virus mumps
waktu dan suhu yang sama seperti pada telur yang hidup. Titer ditentukan dengan perbandingan
- 241 -
terhadap baku pembanding yang disetujui instansi Panenan virus yang memenuhi syarat di atas
yang berwenang. Minimum titer yang diterima harus dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan
ditentukan. sel. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan dan
kumpulan panenan diencerkan sesuai kebutuhan.
Gabungan virus Hanya vaksin produk ruahan yang memenuhi syarat
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL berikut yang dapat digunakan untuk pembuatan
untuk setiap panenan tunggal. produk jadi.
Titrasi virus Kandungan virus hidup tiap panenan Bahan tambahan Semua bahan tambahan seperti
tunggal ditentukan dengan titrasi sel biakan pengencer dan stabilisator yang ditambahkan pada
menggunakan baku pembanding virus mumps produk selama penyiapan ruahan akhir tidak
hidup. Titer ditentukan dengan perbandingan memengaruhi khasiat dan keamanan vaksin.
terhadap baku pembanding yang disetujui instansi
yang berwenang. Minimum titer yang diterima harus Kontaminasi bakteri dan jamur Produk ruahan
ditentukan. memenuhi syarat Sterilitas <71> menggunakan 10
mL untuk setiap media.
Uji untuk gabungan virus ternetralisasi dalam sel
biakan Volume setiap kumpulan virus yang setara Serum Albumin Sapi Kurang dari 50 ng per dosis
dengan tidak kurang dari 500 dosis manusia atau 50 tunggal manusia.
mL harus dinetralkan dengan antiserum spesifik,
dan harus diuji menggunakan agens adventitious LOT AKHIR
dengan inokulasi pada biakan sel simian. Sejumlah Konsentrasi minimum virus untuk pelulusan
volume sama gabungan virus harus diuji pada ditetapkan untuk memastikan bahwa konsentrasi
biakan kultur manusia dan dalam biakan sel tipe minimum yang tertera pada label masih terpenuhi
yang sama tetapi dari bets yang berbeda yang pada akhir masa simpan, dengan
digunakan untuk pembuatan gabungan virus.Virus mempertimbangkan data uji stabilitas. Hanya lot
yang tidak diinokulasi tetap sebagai kontrol. Semua akhir yang memenuhi syarat konsentrasi minimum
biakan sel diamati selama paling kurang 14 hari. virus untuk pelulusan, termasuk persyaratan untuk
Tidak terbukti adanya agens adventitious dan tidak stabilitas termal, dan persyaratan seperti pada
lebih dari 20% dari wadah biakan dibuang untuk Identifikasi dan Uji, dapat diluluskan untuk
alasan tidak spesifik di akhir waktu uji. penggunaan. Jika penetapan serum albumin sapi dan
jika mungkin ovalbumin, pada produk ruahan telah
Uji tambahan jika digunakan telur unggas atau dilakukan dengan hasil yang memenuhi syarat,
biakan sel untuk produksi Volume setiap penetapan ini dapat dihilangkan pada lot akhir.
kumpulan virus yang setara dengan tidak kurang
dari 100 dosis manusia atau 10 mL, harus diuji pada Stabilitas termal Inkubasi tidak kurang dari 3 vial
kelompok embrio telur unggas dengan inokulasi lot akhir beku kering pada 37±1° selama 7 hari.
jalur alantoik dan sejumlah volume yang sama diuji Tentukan konsentrasi virus seperti yang dijelaskan
pada kelompok telur yang berbeda dengan inokulasi pada Penetapan secara paralel untuk vaksin yang
jalur kuning telur. Gunakan 0,5 mL inokulum untuk dipanaskan dan untuk vaksin yang disimpan pada
setiap telur. Tidak terbukti adanya agens suhu yang ditetapkan. Konsentrasi virus dari vaksin
adventitious pada akhir 3 sampai 7 hari waktu yang dipanaskan lebih rendah dari 1,0 log 10
pengamatan. Jika ditemukan adanya agens dibanding vaksin yang tidak dipanaskan.
adventitious pada kontrol yang tidak diinokulasi,
maka uji harus diulang. IDENTIFIKASI
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai label
Klarifikasi gabungan virus dicampur dengan antibodi mumps spesifik, tidak
Titrasi virus Kandungan virus hidup tiap panenan akan menginfeksi biakan sel yang rentan.
tunggal ditentukan dengan titrasi sel biakan
menggunakan baku pembanding virus mumps UJI BATAS
hidup. Titer ditentukan dengan perbandingan Kontaminasi bakteri dan jamur Vaksin yang telah
terhadap baku pembanding yang disetujui instansi direkonstitusi memenuhi syarat Sterilitas <71>.
yang berwenang. Minimum titer yang diterima harus
ditentukan. Air <1031> Tidak kurang dari 3,0%. Gunakan
penetapan air semi-mikro.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
untuk setiap panenan tunggal. Serum albumin sapi Tidak kurang dari 50 ng per
dosis tunggal manusia, lakukan penetapan seperti
VAKSIN RUAHAN AKHIR tertera pada Metode imunokimia <1385>.
- 242 -
Ovalbumin Jika vaksin diproduksi di embrio ayam, dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan sel yang
mengandung tidak lebih dari 1 µg ovalbumin per sesuai. Vaksin dapat mengandung satu tipe virus,
dosis tunggal manusia, lakukan penetapan seperti kombinasi virus tipe 1 dan tipe 3, atau kombinasi
tertera pada Metode imunokimia <1385>. dari ketiga tipe virus galur Sabin, dibuat dalam
bentuk yang cocok untuk pemberian oral dan
PENETAPAN POTENSI memenuhi semua persyaratan yang tercantum.
Lakukan titrasi virus infektif, menggunakan tidak Vaksin berupa cairan jernih yang dapat berwarna
kurang dari 3 wadah vaksin terpisah. Titrasi satu jika terdapat indikator pH.
wadah baku pembanding virus yang sesuai (triplo)
untuk memvalidasi setiap uji. Titer virus baku PRODUKSI
dimonitor menggunakan control chart yang Galur vaksin dan metode pembuatan harus konsisten
ditetapkan oleh setiap laboratorium. menghasilkan vaksin yang imunogenik dan aman
Jika menggunakan baku pembanding yang digunakan oleh manusia. Pembuatan vaksin
diproduksi sendiri, lakukan pembakuan terhadap berdasarkan sistem lot benih virus. Lini sel
Baku Internasional yang disetujui secara berkala. digunakan menurut sistem bank sel. Jika biakan sel
Hitung konsentrasi virus individu untuk setiap vial ginjal monyet primer digunakan, pembuatan harus
vaksin dan untuk setiap replikat baku pembanding, memenuhi persyaratan yang dijelaskan dibawah ini.
serta konsentrasi virus gabungan yang sesuai, Kecuali dinyatakan lain dan disetujui oleh instansi
menggunakan metode statistik umum. Perkiraan yang berwenang, virus dalam produk akhir tidak
konsentrasi gabungan untuk 3 vial vaksin tidak melewati lebih dari 2 pasase lot benih induk.
kurang dari konsentrasi yang tercantum pada label;
konsentrasi minimum virus yang tercantum pada Baku pembanding Baku internasional untuk
label tidak kurang dari 3,7 log10 CCID50 per dosis poliovirus tipe 1 (Sabin), poliovirus tipe 2 (Sabin)
tunggal manusia. Penetapan tidak valid jika: untuk uji MAPREC (Mutant Analysis by PCR and
a. Tingkat kepercayaan (P = 0,95) dari perkiraan Restriction Enzyme Cleavage), dan poliovirus tipe 3
konsentrasi virus baku pembanding untuk (Sabin) DNA sintetis untuk uji MAPREC digunakan
gabungan 3 replikat lebih besar dari ± 0,3 log 10 sebagai penanda genetik dan uji molekular untuk
CCID50. konsistensi produksi.
b. Perbedaan konsentrasi virus BP lebih dari 0,5 Baku pembanding untuk setiap tipe poliovirus pada
log10 CCID50 dari nilai yang telah ditetapkan. sabin asli + 2 tingkat pasase yaitu, WHO (SO + 2)/I
Pengujian diulangi jika tingkat kepercayaan (P = untuk virus tipe 1, WHO (SO + 2)/II untuk virus tipe
0,95) dari konsentrasi virus gabungan vaksin lebih 2, dan WHO (SO + 2)/III untuk virus tipe 3
besar dari ± 0,3 log10 CCID50; data yang diperoleh digunakan untuk perbandingan neurovirulensi in
dari pengujian yang valid dikombinasikan dengan vivo dengan vaksin homotipe.
metode statistik biasa untuk menghitung konsentrasi
virus sampel. Tingkat kepercayaan (P = 0,95) dari Substrat untuk propagasi virus Virus diperbanyak
konsentrasi virus gabungan tidak lebih besar dari ± dalam sel diploid manusia atau sel lini lestari
0,3 log10 CCID50. <1412>, atau dalam biakan sel ginjal monyet primer
Jika dijustifikasi dan disetujui, desain uji berbeda (termasuk serial pasase sel dari sel ginjal monyet
dapat digunakan; hal tersebut mungkin dapat primer).
menghasilkan data validitas dan kriteria
keberterimaan berbeda. Namun, vaksin harus Biakan sel ginjal monyet primer [Catatan:
memenuhi syarat jika diuji seperti dijelaskan di atas. Persyaratan khusus subtsrat untuk propagasi virus
dibawah ini berlaku terhadap biakan sel ginjal
Penandaan monyet primer. Monyet digunakan untuk pembuatan
Cantumkan galur virus yang digunakan dalam biakan sel ginjal monyet primer dan untuk
pembuatan vaksin, vaksin dibuat menggunakan pengujian virus].
embrio ayam atau dibuat dari tipe sel asli, Jika vaksin dibuat dalam biakan sel ginjal monyet
konsentrasi minimum virus, hindarkan kontak primer, spesies hewan yang digunakan harus
vaksin dengan desinfektan. disetujui oleh instansi berwenang, sehat, dipelihara
dalam koloni sistem tertutup, dimonitor secara
intensif, dan sebelumnya tidak pernah digunakan
Tambahan monografi untuk tujuan eksperimental lain.
Monyet harus dipelihara dalam kandang yang
VAKSIN POLIOMIELITIS, HIDUP berjarak sejauh mungkin satu sama lain pada
(ORAL) ruangan dengan ventilasi memadai. Lakukan
Poliomyelitis Vaccine, Live (Oral) pencegahan agar tidak terjadi infeksi silang antar
monyet.
Vaksin poliomielitis oral adalah sediaan virus
poliomielitis hidup tipe 1, tipe 2, atau tipe 3 yang
- 243 -
Tidak lebih dari dua monyet dipelihara dalam satu dengan metode aseptis dalam biakan tersebut. Jika
kandang dan setiap monyet tidak boleh bertukar serum hewan digunakan dalam propagasi sel, media
kandang. pemeliharaan setelah inokulasi virus tidak boleh
Monyet harus dipelihara di negara pembuat vaksin ditambahkan serum.
dalam koloni karantina selama tidak kurang dari 6 Setiap kelompok biakan sel yang berasal dari satu
minggu sebelum digunakan. Koloni karantina monyet atau janin yang tidak lebih dari 10 monyet
adalah sekumpulan monyet sehat terpilih yang mendekati melahirkan dibuat dan diuji sebagai
dipelihara dalam satu ruangan dengan makanan kelompok individual.
terpisah dan fasilitas kebersihan, serta tidak
berhubungan dengan monyet lain selama periode LOT BENIH VIRUS
karantina. Jika selama periode karantina tingkat Galur virus polio yang digunakan harus
kematian keseluruhan yang terdiri dari satu atau diidentifikasi oleh catatan histori yang mencakup
lebih koloni mencapai 5% (tidak termasuk kematian informasi tentang asal usul galur. Lot benih kerja
akibat kecelakaan atau kematian tidak disebabkan dibuat dengan pasase tunggal dari lot benih induk
oleh infeksi penyakit), karantina monyet dari koloni dan pada tingkat pasase yang disetujui dari virus
tersebut harus dilanjutkan hingga tidak kurang dari sabin asli. Lot benih virus dibuat dalam jumlah besar
6 minggu. Koloni harus dipelihara secara kontinu dan disimpan pada suhu dibawah -60°. Hanya lot
dalam isolasi, seperti dalam karantina, begitu juga benih virus yang memenuhi persyaratan di bawah
setelah periode karantina selesai. Setelah monyet ini dapat digunakan untuk Propagasi virus.
terakhir dalam suatu koloni dikeluarkan, ruangan
yang ditempati koloni tersebut harus dibersihkan Identifikasi Setiap lot benih kerja diindentifikasi
dan didekontaminasi secara menyeluruh sebelum sebagai virus polio yang sesuai dengan tipenya
digunakan untuk koloni selanjutnya. Jika menggunakan antibodi spesifik.
menggunakan ginjal dari monyet yang mendekati
melahirkan, monyet tersebut dikarantina selama Konsentrasi virus Tetapkan menggunakan metode
masa kehamilan. di bawah ini, konsentrasi virus merupakan dasar
Monyet yang akan diambil ginjalnya diperiksa jumlah virus yang digunakan dalam uji
secara menyeluruh, khususnya untuk membuktikan neurovirulensi.
ada atau tidaknya infeksi tuberkulosis dan
herpesvirus B (cercopithecine herpesvirus 1). Agens asing <72> Jika lot benih kerja dibuat dalam
Jika ginjal monyet yang digunakan menunjukkan sel diploid manusia atau dalam sel lestari kontinu,
lesi patologis pada pembuatan lot benih pada vaksin, harus memenuhi persyaratan lot benih untuk vaksin
maka seluruh koloni tidak dapat digunakan kecuali virus. Jika lot benih kerja dibuat dalam biakan sel
jika ada bukti bahwa penggunaannya tidak merusak ginjal monyet primer, harus memenuhi persyaratan
keamanan produk. pada Propagasi dan panen virus, Produk ruahan
Seluruh prosedur yang dijelaskan di bawah ini harus monovalen, serta uji dalam mencit dewasa, mencit
dilakukan di luar area produksi vaksin. Monyet menyusui, dan marmot.
harus bebas dari antibodi terhadap virus simian Sebagai tambahan terhadap persyaratan pada agens
(SV40), virus imunodefisiensi simian dan asing <72>, untuk vaksin yang dibuat dalam lini sel
spumavirus. Sampel darah yang digunakan dalam dan ketika lot benih dibuat dalam biakan sel ginjal
pengujian untuk antibodi SV40 harus diambil monyet primer, lakukan uji untuk sCMV yang
sedekat mungkin dengan waktu pengambilan ginjal. tervalidasi. Lot benih kerja harus bebas dari urutan
Jika untuk produksi digunakan Macaca sp., monyet DNA virus simian 40 (SV40) yang terdeteksi.
harus bebas dari antibodi terhadap infeksi virus
cercopithecine herpesvirus 1 (herpesvirus B). Gejala Uji Neurovirulensi Setiap lot benih induk dan kerja
infeksi herpesvirus manusia digunakan sebagai harus memenuhi syarat untuk neurovirulensi pada
indikator bebas dari antibodi herpesvirus B dengan vaksin poliomielitis oral dalam mencit atau monyet
memperhitungkan bahaya penanganan herpesvirus transgenik. Prosedur yang sesuai untuk uji pada
B. Monyet yang digunakan untuk produksi lot benih mencit dan monyet tersedia di WHO. Paling kurang
baru harus bebas dari antibodi terhadap simian tiga bets berturut-turut produk ruahan monovalen
cytomegalovirus (sCMV). yang dibuat dari lot benih baru harus memenuhi
Biakan sel ginjal monyet primer untuk pembuatan persyaratan neurovirulensi vaksin oral poliomielitis
vaksin Ginjal yang tidak memperlihatkan tanda- sebelum lot benih dianggap sesuai untuk digunakan.
tanda patologis digunakan untuk membuat biakan Selain itu, lot benih sebaiknya tidak digunakan lagi
sel. Jika monyet berasal dari koloni yang dipelihara dalam produksi vaksin jika frekuensi kegagalan
untuk produksi vaksin, biakan sel ginjal monyet produk ruahan monovalen yang dihasilkan dari lot
yang dipasase secara berseri dari sel ginjal monyet benih tersebut lebih besar dari yang diprediksi
primer dapat digunakan untuk propagasi virus, jika secara statistik. Prediksi statistik ini dihitung setelah
tidak, sel ginjal monyet tidak diperbanyak secara setiap uji berdasarkan semua produk ruahan
seri. Virus untuk pembuatan vaksin ditumbuhkan monovalen yang diuji; sebanding dengan
- 244 -
probabilitas tingkat penolakan palsu pada panenan virus memberikan hasil yang tidak
kesempatan uji pertama (misalnya 1%), probabilitas konsisten dengan riwayat pembuatan sebelumnya.
tingkat penolakan palsu pada pengujian ulang dapat Sel kontrol Memenuhi syarat identitas dan Agens
diabaikan. asing <72>, atau jika biakan sel ginjal monyet
primer digunakan, dijelaskan seperti dibawah ini.
Penanda fenotipe atau genotipe Setiap lot benih
virus harus memenuhi syarat uji MAPREC. Uji Biakan sel ginjal monyet primer [Catatan:
MAPREC tervalidasi dilakukan untuk setiap lot Persyaratan khusus dibawah ini berlaku untuk
benih induk dan kerja untuk menetapkan profil propagasi dan panen dalam biakan sel ginjal
(misalnya persentase kadar mutan). Prosedur monyet primer].
(Mutant analysis by PCR and restriction enzyme Biakan sel Pada hari inokulasi dengan lot benih
cleavage (MAPREC) untuk vaksin polio oral tipe kerja virus, setiap biakan sel diperiksa terhadap
1,2,3 (Sabin) yang sesuai tersedia pada WHO. degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif.
Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya senyawa
PROPAGASI DAN PANENAN VIRUS asing, seluruh kelompok biakan tersebut harus
Semua proses bank sel dan biakan sel turunannya ditolak.
dilakukan dalam kondisi aseptik pada area di mana Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus,
tidak ada sel lain yang ditangani selama pembuatan. sampel tidak kurang dari 30 mL cairan yang
Serum hewan yang sesuai dapat digunakan dalam dikumpulkan dari biakan sel ginjal dari setiap
media biakan, tetapi media akhir untuk monyet tunggal atau dari janin tidak lebih dari 10
mempertahankan pertumbuhan sel selama propagasi fetus dari monyet yang hamper melahirkan, dibagi
virus tidak boleh mengandung serum hewan. Serum dua bagian sama rata. Satu bagian cairan diuji dalam
dan tripsin yang digunakan dalam pembuatan biakan sel ginjal monyet dari spesies yang sama,
suspensi sel dan media harus bebas dari senyawa namun bukan hewan yang sama dengan yang
asing hidup. Media biakan sel dapat mengandung digunakan pada pembuatan vaksin. Bagian cairan
indikator pH seperti fenol merah dan antibiotik yang lainnya, jika perlu, diuji dalam biakan sel ginjal
sesuai dengan kadar efektif terendah. Dianjurkan monyet dari spesies lain sehingga uji pada cairan
untuk menggunakan substrat bebas antibiotik dilakukan dalam biakan sel dari setidaknya satu
selama pembuatan. Pada hari inokulasi dengan lot spesies yang diketahui sensitif terhadap SV40.
benih kerja virus, tidak kurang dari 5% atau 1000 Cairan diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini
mL (mana yang lebih rendah) dari biakan sel yang sedemikian hingga pengenceran cairan dalam media
digunakan untuk pembuatan vaksin dipisahkan nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area permukaan sel
sebagai biakan sel yang tidak terinfeksi (sel kontrol). tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. Tidak kurang
Persyaratan khusus yang diberikan dibawah ini, dari satu botol dari setiap jenis biakan sel tidak
berlaku untuk sel kontrol ketika vaksin dibuat dalam diinokulasi sebagai kontrol. Jika spesies monyet
biakan sel ginjal monyet primer. Suspensi virus yang digunakan untuk pembuatan vaksin diketahui
dipanen tidak lebih dari 4 hari setelah inokulasi sensitif terhadap SV40, uji pada spesies kedua tidak
virus. Setelah inokulasi pembuatan biakan sel diperlukan. Serum hewan dapat digunakan dalam
dengan lot benih kerja virus, sel terinokulasi propagasi sel, asalkan tidak mengandung antibodi
dipertahankan pada suhu tetap yang sesuai, antara SV40, tetapi media pemeliharaan setelah inokulasi
33-35°±0,5°, biakan sel kontrol dipertahankan pada bahan uji tidak mengandung serum tambahan
suhu 33-35° untuk periode inkubasi yang relevan. kecuali seperti yang dijelaskan di bawah ini. Biakan
Hanya panenan virus tunggal yang memenuhi syarat diinkubasi pada suhu 35° – 37° dan diamati selama
dibawah ini yang dapat digunakan pada pembuatan tidak kurang dari 4 minggu. Selama periode
produk ruahan monovalen. pengamatan ini dan setelah tidak kurang dari 2
minggu inkubasi, dibuat setidaknya satu subkultur
Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi panenan cairan dari masing-masing biakan ini dalam sistem
virus seperti tertera pada Penetapan untuk biakan sel yang sama. Subkultur juga diamati
memantau konsistensi pembuatan dan untuk setidaknya selama 2 minggu. Serum dapat
menentukan pengenceran yang akan digunakan ditambahkan ke biakan asli pada saat membuat
untuk vaksin ruahan akhir. subkultur, asalkan serum tidak mengandung
antibodi SV40. Teknik antibodi fluoresensi dapat
Uji molekular untuk konsistensi pembuatan digunakan untuk mendeteksi virus SV40 dan virus
Lakukan uji MAPREC yang tervalidasi pada setiap lain di dalam sel.
panenan virus kecuali dinyatakan lain. Kriteria Sampel selanjutnya, tidak kurang dari 10 mL cairan
keberterimaan untuk konsistensi pembuatan yang dikumpulkan diuji untuk cercopithecid
ditentukan untuk setiap produsen dan untuk setiap herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dalam biakan
benih kerja. Kriteria ini ditinjau secara berkala dan sel ginjal kelinci. Serum yang digunakan dalam
diperbarui sesuai dengan yang disetujui oleh instansi media nutrisi dari biakan ini harus bebas dari
berwenang. Investigasi konsistensi dilakukan jika inhibitor virus B. Human herpesvirus telah
- 245 -
digunakan sebagai indikator untuk bebas dari Uji untuk agens asing lain pada waktu panen atau
inhibitor virus B karena bahaya penanganan virus B. dalam 7 hari inokulasi pembuatan biakan dengan lot
Sampel diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini benih virus, sejumlah tidak kurang dari 20 mL cairan
sedemikian hingga pengenceran cairan dalam media sampel yang dikumpulkan dari setiap kelompok
nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area permukaan sel biakan kontrol diuji dalam 2 jenis biakan sel ginjal
tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. Tidak kurang monyet, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada
dari satu botol dari setiap jenis biakan sel tidak akhir periode pengamatan untuk biakan sel kontrol
diinokulasi sebagai kontrol. Biakan diinkubasi pada asli, ambil sampel cairan dan ulangi pengujian
suhu 35 – 37° dan diamati selama tidak kurang dari dengan mengacu pada bagian ini dalam dua jenis
2 minggu. biakan sel ginjal monyet dan dalam biakan sel
Kemudian, sejumlah 10 mL cairan sampel yang kelinci, seperti tertera pada Biakan sel di atas.
diambil dari biakan sel pada hari inokulasi dengan Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B),
lot benih virus diuji kandungan agens asing dengan pembuatan biakan sel tidak boleh digunakan dan
inokulasi ke dalam biakan sel manusia yang sensitif langkah-langkah pengamanan pembuatan vaksin
terhadap virus campak. yang dijelaskan di atas harus dilakukan. Cairan yang
Uji tidak valid jika lebih dari 20% wadah biakan dikumpulkan dari biakan sel kontrol pada saat panen
dipisahkan karena alasan tidak spesifik pada akhir virus dan pada akhir periode pengamatan dapat
periode tersebut. Jika pada pengujian ditemukan dikumpulkan sebelum pengujian untuk agens asing.
adanya agens asing, panen tunggal dari seluruh Sejumlah 2% cairan sampel yang dikumpulkan diuji
kelompok biakan sel yang bersangkutan ditolak. dalam masing-masing sistem biakan sel yang
Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B), ditentukan.
pembuatan vaksin poliomielitis oral harus
dihentikan dan diinformasikan kepada instansi yang Panenan tunggal
berwenang. Pembuatan tidak boleh dilanjutkan Uji untuk panenan tunggal yang dinetralisasi
sampai investigasi menyeluruh telah selesai dan dalam biakan sel ginjal monyet primer Sejumlah
tindakan pencegahan terhadap munculnya kembali tidak kurang dari 10 mL dari setiap panenan tunggal
infeksi telah dilakukan, serta hanya dengan dinetralkan dengan antiserum poliomielitis tipe
persetujuan instansi yang berwenang. spesifik yang dibuat dalam hewan selain monyet.
Jika pengujian tidak dilakukan segera, sampel cairan Dalam membuat antisera untuk tujuan tersebut,
biakan sel yang dikumpulkan harus disimpan pada antigen pengimunisasi yang digunakan harus dibuat
suhu -60° atau lebih rendah, kecuali sampel untuk dalam sel non-simian.
uji virus B dapat disimpan pada suhu 4°, asalkan Separuh dari suspensi yang dinetralkan (setara
pengujian dilakukan tidak lebih dari 7 hari setelah dengan tidak kurang dari 5 mL panenan tunggal)
diambil. diuji dalam biakan sel ginjal monyet yang dibuat
Biakan sel kontrol Pada hari inokulasi dengan lot dari spesies yang sama, tetapi bukan hewan yang
benih kerja virus, 25% (tetapi tidak lebih dari 2,5 L) sama, seperti yang digunakan pada pembuatan
suspensi sel yang diperoleh dari ginjal setiap monyet vaksin. Separuh suspensi yang dinetralkan lainnya,
tunggal atau dari tidak lebih dari 10 monyet yang jika perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari
hampir melahirkan, digunakan untuk membuat spesies berbeda sehingga uji pada suspensi yang
biakan sel kontrol yang tidak diinokulasi. Biakan sel dinetralkan dilakukan dalam biakan sel dari
kontrol ini diinkubasi dalam kondisi yang sama setidaknya satu spesies yang diketahui sensitif
dengan biakan yang diinokulasi selama tidak terhadap SV40.
kurang dari 2 minggu dan diperiksa selama periode Suspensi yang dinetralkan diinokulasi ke dalam
tersebut untuk melihat adanya perubahan sitopatik. botol biakan sel ini sedemikian hingga pengenceran
Uji tidak valid jika lebih dari 20% biakan sel kontrol suspensi dalam media nutrisi tidak melebihi 1 dalam
dipisahkan karena alasan tidak spesifik. Pada akhir 4. Area permukaan sel tidak kurang dari 3 cm2 per
periode pengamatan, biakan sel kontrol diperiksa mL suspensi yang dinetralkan. Tidak kurang dari
terhadap degenerasi yang disebabkan oleh senyawa satu botol, dari setiap jenis biakan sel, tidak
infektif. Jika pemeriksaan ini atau uji lain yang diinokulasi dan digunakan sebagai kontrol,
dibutuhkan pada bagian ini memperlihatkan adanya dipertahankan dengan media nutrisi pada
agens asing dalam biakan kontrol, virus polio yang konsentrasi yang sama dengan antiserum spesifik
ditumbuhkan dalam biakan yang diinokulasi dari yang digunakan untuk netralisasi.
kelompok yang sama harus ditolak. Serum hewan dapat digunakan dalam propagasi sel,
Uji untuk virus hemadsorbsi Pada waktu panen asalkan tidak mengandung antibodi SV40, tetapi
atau dalam 4 hari inokulasi pembuatan biakan media pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji
dengan lot benih virus, sejumlah 4% sampel biakan tidak mengandung serum tambahan kecuali seperti
sel kontrol diambil dan diuji untuk virus yang dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi
hemadsorpsi. Pada akhir periode pengamatan, pada suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak kurang
biakan sel kontrol yang tersisa diuji serupa. Lakukan dari 4 minggu. Selama periode pengamatan ini dan
pengujian seperti tertera pada Agens asing <72> setelah tidak kurang dari 2 minggu inkubasi,
- 246 -
setidaknya dibuat satu subkultur cairan dari masing- dari ruahan yang ditemukan memiliki tingkat mutasi
masing biakan ini dalam sistem biakan sel yang lebih besar dari 1,0% dinyatakan gagal uji. Untuk
sama. Subkultur juga diamati setidaknya selama 2 produk ruahan monovalen virus polio tipe 1 atau 2,
minggu. Serum dapat ditambahkan ke biakan asli batas tingkat mutasi harus disetujui oleh instansi
pada saat membuat subkultur, asalkan serum tidak berwenang.
mengandung antibodi SV40. Kriteria keberterimaan untuk penilaian konsistensi
Uji tambahan dilakukan untuk agens asing pada pembuatan ditetapkan untuk setiap produksi lot
sampel panenan tunggal yang dinetralkan dengan benih kerja dengan persetujuan dari instansi yang
menginokulasi 10 mL ke dalam biakan sel manusia berwenang. Kriteria ini diperbarui ketika setiap
yang sensitif terhadap virus campak. Uji ini juga ruahan baru dibuat dan dianalisis. Jika produk
valid untuk mendeteksi sCMV. ruahan monovalen memberikan hasil yang tidak
Teknik antibodi fluoresensi dapat digunakan untuk konsisten dari riwayat pembuatan sebelumnya,
mendeteksi virus SV40 dan virus lain di dalam sel. lakukan investigasi terhadap konsistensi.
Uji tidak valid jika lebih dari 20% dari wadah biakan Jika virus polio (Sabin) monovalen ruahan gagal uji
dipisahkan karena alasan tidak spesifik pada akhir MAPREC, lakukan investigasi terhadap konsistensi
periode tersebut. proses pembuatan. Dalam hal gagal uji terjadi pada
Jika perubahan sitopatik muncul pada biakan, lot benih kerja baru, investigasi ini juga mencakup
penyebab perubahan tersebut harus diinvestigasi. pertimbangan kesesuaian lot benih tersebut. Produk
Jika perubahan sitopatik terlihat disebabkan oleh ruahan monovalen yang memenuhi syarat uji
virus polio yang tidak ternetralkan, ulangi MAPREC selanjutnya dilakukan uji neurovirulensi
pengujian. Jika terdapat SV40 atau agens asing lain in vivo.
yang berasal dari panenan tunggal, panenan tunggal Sambil menunggu hasil validasi dari uji MAPREC,
tersebut ditolak. produk ruahan monovalen diuji sifat reproduksi
virusnya pada suhu 36° hingga 40°. Perbandingan
PRODUK RUAHAN MONOVALEN kapasitas replikasi virus dalam produk ruahan
Produk ruahan monovalen dapat dibuat dengan monovalen diperoleh pada suhu antara 36° dan 40°
pengumpulan sejumlah panenan tunggal dari jenis dibandingkan dengan lot benih atau baku
virus yang sama yang memenuhi syarat. Produk pembanding untuk uji penanda dan dengan galur
ruahan monovalen dari lini sel berkelanjutan dapat rct/40- dan rct/40+ virus polio yang sesuai dari tipe
dimurnikan. Setiap produk ruahan monovalen yang sama. Suhu inkubasi yang digunakan dalam
disaring melalui penyaring retentif bakteri. Hanya pengujian ini dikontrol dalam ± 0,1°.
produk ruahan monovalen yang memenuhi syarat Produk ruahan monovalen memenuhi syarat jika
berikut ini yang dapat digunakan untuk pembuatan kedua virus dalam panenan dan baku pembanding
vaksin ruah akhir. yang sesuai, titer yang ditetapkan pada suhu 36°
setidaknya 5.0 log10 lebih besar dari yang ditetapkan
Identifikasi Setiap produk ruahan monovalen pada suhu 40°. Jika pertumbuhan pada suhu 40°
diidentifikasi sebagai virus poliomielitis tipe sangat rendah sehingga perbandingan yang valid
tertentu, menggunakan antibodi spesifik. tidak dapat ditetapkan, gunakan suhu antara 39,0° –
39,5°. Pada suhu tersebut, pengurangan titer baku
Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi virus pembanding harus dalam kisaran 3,0 – 5,0 log10 dari
menggunakan metode yang dijelaskan dibawah ini, nilai pada suhu 36°; pengurangan minimum yang
dan untuk menentukan pengenceran yang akan dapat diterima ditentukan untuk setiap jenis virus
digunakan untuk vaksin ruahan akhir, untuk pada suhu tertentu. Jika titer yang diperoleh untuk
kuantitas virus yang digunakan dalam uji satu atau lebih virus pembanding tidak sesuai
neurovirulensi, serta untuk menetapkan dan dengan nilai yang diharapkan, ulangi pengujian.
memantau konsistensi pembuatan.
Uji Neurovirulensi Setiap ruahan monovalen
Penanda fenotipe atau genotipe Uji MAPREC memenuhi syarat seperti tertera pada Lot benih
tervalidasi dilakukan untuk virus polio Sabin tipe 1, virus.
2, atau 3 menggunakan prosedur seperti tertera pada
Lot benih virus. Pada analisis ini, jumlah mutasi Biakan sel ginjal monyet primer
pada posisi 480 dan 525 dari genom (480-A; 525- [Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku
C) untuk tipe 1, posisi 481 dari genom (481-G) untuk panenan monovalen yang berasal dari biakan
untuk tipe 2, dan posisi 472 dari genom (472-C) sel ginjal monyet primer].
untuk tipe 3 diperkirakan dan diekspresikan sebagai Retrovirus Tidak terdapat indikasi keberadaan
perbandingan relatif terhadap baku internasional retrovirus. Panenan monovalen yang dikumpulkan
untuk analisis MAPREC dari setiap tipe virus polio diperiksa menggunakan uji transkripsi balik.
(Sabin) terkait. Dikarenakan uji MAPREC untuk Uji pada kelinci Sampel panenan monovalen
poliovirus tipe 3 (sabin) sangat prediktif terhadap yang dikumpulkan diuji terhadap cercopithecid
neurovirulensi in vivo, virus polio monovalen tipe 3 herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dengan
- 247 -
menyuntikkan tidak kurang dari 100 mL ke dalam akhir periode pengamatan, serta tidak ada hewan
tidak kurang dari 10 kelinci sehat dengan bobot 1,5 yang memperlihatkan tanda-tanda infeksi filovirus.
– 2,5 kg. Setiap kelinci menerima tidak kurang dari
10 mL dan tidak lebih dari 20 mL. Setiap kali VAKSIN RUAHAN AKHIR
pemberian intradermal 0,1 mL di beberapa titik Vaksin ruahan akhir dibuat dari 1 (satu) atau lebih
hingga mencapai 1 mL (karena volume maksimum produk ruahan monovalen memenuhi syarat dan
yang dapat disuntikkan secara intradermal di setiap dapat mengandung lebih dari 1 (satu) tipe virus.
titik adalah 0,1 mL), dan sisanya disuntikkan secara Dapat mengandung perisa dan zat penstabil yang
subkutan. Kelinci diamati selama tidak kurang dari sesuai. Vaksin ruahan akhir harus memenuhi
3 minggu terhadap kematian dan tanda-tanda persyaratan Sterilitas <71> untuk dapat digunakan
penyakit. pada Lot Akhir. Gunakan 10 mL vaksin ruahan akhir
Semua kelinci yang mati setelah 24 jam pertama untuk setiap media.
pengujian dan kelinci yang memperlihatkan tanda-
tanda penyakit diperiksa dengan otopsi. Otak dan
organ diambil untuk pemeriksaan lebih rinci untuk LOT AKHIR
menetapkan penyebab kematian. Lot akhir harus memenuhi persyaratan Stabilitas
Uji tidak valid jika lebih dari 20% kelinci yang termal, Identifikasi, Sterilitas, dan Titer Virus.
diinokulasi memperlihatkan tanda-tanda infeksi
kambuhan selama periode pengamatan. Panenan Stabilitas termal Simpan tidak kurang dari 3
monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat jika wadah dari lot akhir pada 37° ± 1° selama 48 jam.
tidak ada satu kelinci yang memperlihatkan bukti Tentukan konsentrasi virus total seperti tertera pada
infeksi virus B atau agens asing lain atau lesi apa pun Titer virus secara paralel untuk vaksin yang
yang disebabkan oleh suspensi ruahan. disimpan pada suhu tinggi dan vaksin yang disimpan
Jika terdapat virus B, lakukan langkah-langkah pada suhu penyimpanan. Konsentrasi virus total
pengamanan pembuatan vaksin yang dijelaskan di vaksin yang disimpan pada suhu tinggi tidak lebih
atas dalam Biakan sel. rendah dari 0,5 log10 dari vaksin yang disimpan pada
Uji pada marmot [Catatan: Jika biakan sel ginjal suhu penyimpanan.
monyet primer tidak berasal dari monyet yang
disimpan dalam koloni tertutup, panenan Baku Pembanding Virus poliomielitis (Sabin) tipe
monovalen yang dikumpulkan harus memenuhi 1 Baku Pembanding; Virus poliomielitis (Sabin) tipe
syarat untuk uji berikut]. Suntikkan 0,1 mL panenan 2 Baku Pembanding; Virus poliomielitis (Sabin) tipe
monovalen yang dikumpulkan secara intraserebral 3 Baku Pembanding; campuran virus hidup
(0,05 mL pada tiap belahan otak) dan 0,5 mL secara poliomielitis trivalent (Sabin tipe 1, tipe 2, dan tipe
intraperitoneal pada tidak kurang dari 5 marmot 3) Baku Pembanding.
dengan bobot masing-masing 350 – 450 g. Ukur
suhu rektal setiap hewan uji pada setiap hari kerja IDENTIFIKASI
selama 6 minggu. Pada akhir periode pengamatan, Vaksin mengandung virus poliomyelitis dari setiap
lakukan otopsi pada setiap hewan uji. tipe yang tercantum pada label. Lakukan uji
Sebagai tambahan, suntikkan pada tidak kurang dari imunologi pada biakan sel menggunakan antibodi
5 marmot, 0,5 mL secara intraperitoneal dan amati spesifik.
seperti yang dijelaskan diatas selama 2-3 minggu.
Pada akhir periode pengamatan, lakukan pasase dari Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
hewan-hewan tersebut hingga tidak kurang dari 5
marmot menggunakan darah dan suspensi jaringan PENETAPAN POTENSI
hati atau limpa. Ukur suhu rektal setiap marmot Titer virus per dosis tunggal manusia tidak kurang
selama 2-3 minggu. Otopsi semua hewan yang dari 6,0 log10 CCID50 untuk tipe 1, tidak kurang dari
setelah hari pertama pengujian mati atau dimatikan 5,0 log10 CCID50 untuk tipe 2, dan tidak kurang dari
karena memperlihatkan tanda-tanda penyakit, atau 5,5 log10 CCID50 untuk tipe 3.
pada 3 hari berturut-turut memperlihatkan suhu Lakukan titrasi virus, menggunakan tidak kurang
tubuh lebih dari 40,1°; lakukan pemeriksaan dari 3 wadah vaksin terpisah. Titrasi satu wadah
histologi untuk mendeteksi infeksi dengan filovirus; baku pembanding virus yang sesuai (triplo) untuk
sebagai tambahan, suntikkan suspensi jaringan hati memvalidasi setiap uji. Titer virus baku dimonitor
atau limpa atau darah secara intraperitoneal pada menggunakan control chart yang ditetapkan oleh
tidak kurang dari 3 marmot. Jika terdapat tanda- setiap laboratorium. Jika vaksin mengandung lebih
tanda infeksi dengan filovirus, lakukan konfirmasi dari satu tipe virus poliomielitis, lakukan titrasi
dengan uji serologi pada darah hewan yang secara terpisah untuk setiap tipe menggunakan
terpengaruh. Panenan monovalen yang antiserum spesifik (lebih diutamakan antibody
dikumpulkan memenuhi syarat jika tidak kurang monoklonal) untuk menetralkan setiap tipe yang
dari 80% marmot tidak mati dan tetap sehat hingga ada. Hitung titer virus individu untuk setiap wadah
vaksin dan untuk setiap pengulangan baku, serta titer
- 248 -
Biakan sel monyet untuk produksi vaksin Ginjal primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
monyet yang tidak menunjukkan lesi patologis digunakan untuk produksi, sampel sel yang setara
digunakan untuk pembuatan biakan sel. Tiap dengan tidak kurang dari 500 mL suspensi sel, pada
kelompok biakan sel yang diperoleh dari satu konsentrasi vaksin untuk produksi digunakan
monyet menghasilkan satu produksi biakan sel sebagai sel kontrol. Panenan tunggal harus
terpisah, untuk mendapatkan panenan tunggal memenuhi persyaratan berikut untuk digunakan
terpisah. dalam pembuatan vaksin. Pada gabungan panenan
Suspensi sel primer ginjal monyet memenuhi syarat monovalen murni dilakukan uji identifikasi dan
mikobakteri seperti tertera pada Uji untuk kontaminasi bakteri dan jamur. Setelah konsistensi
mikobakteri <73>. produksi pada tahap panenan tunggal terbukti, pada
Jika digunakan sel sekunder atau tersier, harus gabungan panenan monovalen murni dilakukan uji
ditunjukkan dengan uji validasi yang sesuai bahwa konsentrasi virus.
biakan sel melampaui batas jumlah pasase untuk
produksi harus bebas dari tumorigenisitas. Sel Kontrol Sel kontrol biakan sel produksi
memenuhi syarat identifikasi (jika sistem bank sel
LOT BENIH digunakan untuk produksi) dan dengan persyaratan
Setiap 3 galur virus polio yang digunakan harus untuk agens asing; Jika sel primer, sekunder atau
diidentifikasi oleh catatan histori yang mencakup tersier ginjal monyet digunakan, lakukan uji biakan
informasi tentang asal usul galur. Hanya lot benih sel seperti yang tertera pada Uji biakan sel ginjal
kerja yang memenuhi persyaratan berikut yang kelinci dan Uji biakan sel ginjal cercopithecus.
dapat digunakan untuk propagasi virus. Uji biakan sel ginjal kelinci Uji sampel tidak
kurang dari 10 mL beningan yang dikumpulkan dari
Identifikasi Setiap lot benih kerja diidentifikasi biakan kontrol bebas dari herpesvirus B
mengandung virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3 (cercopithecine herpesvirus 1) dan virus lainnya
dengan netralisasi virus dalam biakan sel dengan inokulasi pada biakan sel ginjal kelinci.
menggunakan antibodi spesifik. Pengenceran beningan dalam medium nutrisi tidak
lebih besar dari seperempat dan luas lapisan sel
Konsentrasi Virus Konsentrasi virus pada setiap lot setidaknya 3 cm2 per mL inokulum. Pisahkan satu
benih kerja ditetapkan untuk menentukan jumlah atau lebih wadah dari setiap bets sel dengan media
virus yang akan digunakan untuk inokulasi produksi yang sama sebagai sel kontrol yang tidak
biakan sel. diinokulasi. Inkubasi biakan pada suhu 37˚ dan
amati setidaknya selama 2 minggu. Uji ini tidak
Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi syarat valid jika lebih dari 20% biakan sel kontrol tidak
lot benih untuk vaksin virus. Selain itu, jika sel memenuhi syarat karena alasan tidak spesifik.
primer, sekunder atau tersier ginjal monyet telah Uji biakan sel ginjal cercopithecus Uji sampel
digunakan untuk isolasi galur, dipastikan bahwa tidak kurang dari 10 mL beningan dikumpulkan dari
galur tidak terkontaminasi dengan virus simian biakan kontrol bebas dari virus SV40 dan agens
seperti virus simian imunodefisiensi, virus simian asing lainnya dengan inokulasi ke biakan sel yang
40, filoviruses dan herpesvirus B (cercopithechine dibuat dari ginjal monyet cercopithecus, atau sel lain
herpesvirus 1). Lot benih kerja dibuat dalam sel yang terbukti setidaknya sensitif untuk SV40,
primer, sekunder atau tersier ginjal monyet dengan metode seperti tertera pada Uji biakan sel
memenuhi persyaratan seperti tertera pada ginjal kelinci. Uji ini tidak valid jika lebih dari 20%
Propagasi dan panenan virus untuk panen tunggal biakan sel kontrol tidak memenuhi syarat karena
yang diproduksi dalam sel tersebut. alasan tidak spesifik.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan Metode imunokimia <1385> yang sesuai seperti
penetapan menggunakan 10 mL media. penetapan antigen-D menggunakan (ELISA).
yang telah dikeringkan. Gunakan larutan baku Serbuk atau pellet berwarna putih atau krem, sangat
sebagai berikut mudah larut dalam air.
Vaksin polisakarida tifoid adalah sediaan dari pemeriksaan mikroskopis dari apusan pewarnaan
kapsular polisakarida Vi murni yang diperoleh dari Gram dan aglutinasi biakan dengan antisera spesifik
galur Salmonella typhi Ty 2 atau galur lain yang yang sesuai.
sesuai yang memiliki kemampuan untuk Biakan diinaktivasi pada awal fase stasioner dengan
menghasilkan polisakarida Vi. Kapsular penambahan formaldehid. Sel bakteri dieliminasi
polisakarida Vi terdiri dari unit berulang 2- dengan sentrifugasi; polisakarida diendapkan dari
asetilamino-2-deoksi-D-asam galaktopiranuronat media biakan dengan penambahan setrimonium
terasetilasi sebagian pada 3-O, terikat dengan α- bromida. Endapan yang diperoleh dipanen dan dapat
(1→4). disimpan pada -20o sebelum dimurnikan.
mosmol per kg). Hanya vaksin ruahan akhir yang mL Pengencer pada setiap tabung. Tambahkan 0,5
memenuhi syarat yang dapat digunakan dalam mL larutan besi(III) klorida P dalam asam
pembuatan lot akhir. hidroklorida P 0,2 M (200 g per L) ke dalam setiap
tabung, tutup tabung dan kocok untuk
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan menghilangkan gelembung.
penetapan menggunakan 10 mL setiap media. Ukur serapan setiap larutan pada 540 nm
menggunakan blangko. Bandingkan serapan setiap
Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, Larutan reaksi dengan Larutan koreksi. Buat kurva
tentukan jumlah pengawet antimikroba kalibrasi dari serapan untuk 5 Enceran larutan
menggunakan metode fisikokimia yang sesuai. pembanding persediaan dan kandungan setara
Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dengan asetilkolin klorida dan tentukan kandungan
dari jumlah yang ditetapkan. asetilkolin klorida dalam larutan uji untuk setiap
volume yang diuji. Hitung rata-rata 2 nilai.
pH <1071> pH Antara 6,5 dan 7,5. Air <1031> Tidak lebih dari 3,0%.
Gugus O-asetil 0,085 (± 25%) µmol per dosis (25 PENETAPAN POTENSI
µg polisakarida). Lakukan penetapan menggunakan Metode
Larutan uji Masukkan 3 mL vaksin pada 3 imunokimia yang sesuai <1385> dengan
tabung (2 Larutan reaksi dan 1 Larutan koreksi). pembanding polisakarida murni. Estimasi
Larutan pembanding persediaan Larutkan 0,150 polisakarida Vi per dosis tidak kurang dari 80 % dan
g asetilkolin klorida P dalam 10 mL air (Larutan tidak lebih dari 120% dari yang tertera pada label
persediaan mengandung 15 g per L asetilkolin dengan batas kepercayaan (P=0,95).
klorida).
Enceran larutan pembanding persediaan Segera PENANDAAN Cantumkan: jumlah polisakarida
sebelum digunakan, encerkan 0,5 mL Larutan per dosis tunggal manusia (25 µg); jumlah semua
pembanding persediaan dengan 50 mL air polisakarida dalam wadah.
(mengandung 150 µg per mL asetilkolin klorida).
Pada 10 tabung, masukkan secara duplo (Larutan
reaksi dan Larutan koreksi) 0,1 mL; 0,2 mL; 0,5 mL; Tambahan monografi
1,0 mL; dan 1,5 mL Enceran larutan pembanding VAKSIN RABIES
persediaan. Rabies Vaccine
Pengencer Air-asam hidroklorida encer LP (1:2)
Blangko Air 3 mL Vaksin rabies untuk manusia disiapkan dalam
Prosedur biakan sel pada sediaan beku kering dari galur virus
Tambahkan air pada setiap tabung hingga 3 mL. rabies yang sesuai yang ditumbuhkan dalam biakan
Tambahkan 0,5 mL Pengencer pada setiap tabung sel dan diinaktivasi dengan metode tervalidasi.
larutan koreksi dan blangko. Tambahkan 1,0 mL Vaksin direkonstitusi sesaat sebelum digunakan,
larutan alkalin hidroksilamin P pada setiap tabung. seperti tertera pada label, untuk menghasilkan
Biarkan bereaksi selama 2 menit dan tambahkan 0,5
- 256 -
larutan jernih yang dapat berwarna jika terpapar Serum dan tripsin yang digunakan dalam pembuatan
indikator pH. suspensi sel dan media harus bebas dari agens asing
hidup. Media biakan sel dapat mengandung
PRODUKSI indikator pH seperti merah fenol dan antibiotik yang
Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih sesuai dengan kadar efektif terendah. Tidak kurang
dan sistem bank sel jika virus dipropagasi dalam sel dari 500 mL biakan sel yang digunakan untuk
diploid manusia. Metode produksi harus dapat produksi vaksin dipisahkan sebagai biakan sel yang
menghasilkan vaksin rabies dengan imunogenisitas, tidak diinfeksi (sel kontrol); Suspensi virus dipanen
keamanan, dan stabilitas yang memadai secara pada satu atau lebih kesempatan selama inkubasi.
konsisten. Kecuali telah dijustifikasi dan disetujui, Panen berturut-turut dari produksi biakan sel yang
pasase virus dalam produk akhir lot benih induk sama dapat dikumpulkan dan dianggap sebagai
tidak boleh lebih dari virus yang digunakan untuk panenan tunggal. Hanya panenan virus tunggal yang
membuat vaksin yang sudah terbukti khasiat dan memenuhi syarat berikut ini dapat digunakan pada
keamanannya dalam studi klinis; namun kelebihan pembuatan panenan virus inaktif.
jumlah pasase dari yang digunakan dalam uji klinik
tidak boleh lebih dari 5 pasase. Metode produksi Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi sebagai
divalidasi untuk menunjukkan bahwa produk akan virus rabies menggunakan antibodi spesifik.
memenuhi Uji toksisitas abnormal <252> untuk
imunosera dan vaksin untuk penggunaan manusia. Konsentrasi virus Titrasi virus infektif dalam
biakan sel; titer digunakan untuk memonitor
Substrat untuk Propagasi Virus Virus dipropagasi konsistensi produksi.
dalam sel diploid manusia seperti tertera pada
Substrat sel untuk produksi vaksin manusia <1412> Sel kontrol Sel kontrol dari produksi biakan sel
atau dalam biakan sel embrio ayam yang berasal dari dimana panenan tunggal yang diperoleh memenuhi
Sekelompok ayam bebas patogen spesifik untuk uji identifikasi dan Agens asing <72>.
produksi dan pengawasan mutu vaksin <1411>.
PEMURNIAN DAN INAKTIVASI
LOT BENIH Panenan virus dapat dimurnikan dengan metode
Galur virus rabies harus diidentifikasi berdasarkan yang sesuai; panenan virus diinaktivasi dengan
catatan sejarah yang mencantumkan informasi metode yang divalidasi pada tahap proses yang tetap
mengenai asal mula galur dan proses-proses dan terdefinisi dengan baik, yang mungkin sebelum,
rekayasa selanjutnya. Lot benih kerja disiapkan selama atau setelah konsentrasi atau pemurnian apa
tidak melewati lebih dari 5 pasase dari lot benih pun. Untuk memastikan bahwa proses inaktivasi
induk. Hanya lot benih kerja yang memenuhi syarat virus efektif, kondisi yang dapat menyebabkan
yang digunakan untuk propagasi. agregasi virus harus dihindari pada langkah proses
sebelum inaktivasi virus. Setiap agregat yang ada
Identifikasi Setiap lot benih kerja diidentifikasi dalam persiapan inaktivasi virus harus dihilangkan
sebagai virus rabies menggunakan antibodi spesifik. segera sebelum proses inaktivasi, misalnya dengan
metode filtrasi yang sesuai. Harus ditunjukkan
Konsentrasi virus Konsentrasi virus dari lot benih dalam studi validasi proses bahwa proses inaktivasi
kerja ditetapkan menggunakan metode biakan sel dilakukan secara efektif dalam inaktivasi virus
dengan imunofluoresensi, untuk menjamin rabies sehingga menjamin aktivitas perlindungan
konsistensi produksi. imunogenik yang konsisten.
Konsistensi harus didasarkan pada:
Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi syarat 1) Kinetika inaktivasi ditunjukkan konsisten
lot benih untuk vaksin virus. Jika virus telah menggunakan setidaknya 5 bets berturut-turut.
dilakukan pasase pada otak tikus, dilakukan uji Virus uji, dikumpulkan pada waktu yang tepat,
spesifik untuk virus murine. diinokulasi ke dalam substrat yang sensitif untuk
menetapkan kurva inaktivasi. Jika perlu, zat
PROPAGASI VIRUS DAN PANENAN yang digunakan untuk inaktivasi dinetralkan
Semua proses bank sel dan biakan sel turunannya sebelum inokulasi.
dilakukan dalam kondisi aseptik pada area di mana 2) Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tidak ada sel lain yang ditangani selama pembuatan. inaktivasi lengkap ditetapkan untuk menentukan
Serum hewan yang sesuai dapat digunakan dalam waktu inaktivasi yang diperlukan. Uji untuk sisa
media biakan, tetapi media akhir untuk virus infektif digunakan untuk tujuan ini. Total
mempertahankan pertumbuhan sel selama propagasi waktu inaktivasi yang digunakan dalam produksi
virus tidak boleh mengandung serum hewan. Media rutin harus setidaknya dua kali dari waktu yang
mungkin mengandung albumin manusia. diperlukan untuk inaktivasi virus lengkap.
Jika betapropiolakton digunakan, konsentrasi
pengenceran 1:3500 – 1:5000 selama 24 jam atau
- 257 -
hingga inaktivasi selesai. Hanya suspensi virus Hanya lot akhir yang memenuhi syarat unit
inaktif yang memenuhi syarat berikut ini dapat viabilitas dan Identifikasi, Uji Batas, dan Penetapan
digunakan untuk pembuatan vaksin ruahan akhir. potensi dapat diluluskan untuk penggunaan. Jika
penetapan serum albumin sapi pada vaksin ruahan
Residu virus infektif Lakukan uji amplifikasi akhir telah dilakukan dengan hasil yang memenuhi
untuk residu virus rabies infektif segera setelah syarat, penetapan ini dapat dihilangkan pada lot
inaktivasi atau menggunakan sampel yang akhir.
dibekukan segera setelah inaktivasi dan disimpan
pada -70°. Inokulasi sejumlah suspensi virus inaktif IDENTIFIKASI
yang setara dengan tidak kurang dari 25 mL vaksin Vaksin dinyatakan mengandung antigen virus rabies
ruahan yang sesuai dengan setidaknya 25 dosis menggunakan Metode imunokimia yang sesuai
vaksin manusia ke dalam biakan sel dengan tipe <1385> menggunakan antibodi spesifik, terutama
yang sama seperti yang digunakan untuk produksi antibodi monoklonal; atau dapat digunakan
vaksin atau jenis sel lain yang disetujui. Sel yang Penetapan potensi.
digunakan untuk uji harus memiliki sensitivitas
optimal terhadap residu virus rabies infektif, contoh: Kandungan glikoprotein Kandungan glikoprotein
sel vero, BHK-21 atau sel neuroblastoma yang ditetapkan menggunakan Metode imunokimia yang
diketahui sangat sensitif terhadap virus rabies yang sesuai <1385>. Contoh: Single radial
digunakan. Jika sel lain digunakan, sel tersebut immunodiffusion (SRID), enzyme-linked
harus terbukti memiliki setidaknya sensitivitas yang immunosorbent assay (ELISA) atau uji ikatan
sama dengan yang ditentukan. Pasase dapat dibuat antibodi. Kandungan glikoprotein dalam produk
setelah 7 hari. Pertahankan biakan selama 21 hari tertentu berada dalam batas yang disetujui oleh
dan kemudian periksa biakan sel untuk virus rabies pihak yang berwenang.
menggunakan uji imunofluoresensi atau metode lain
yang sesuai dengan sensitivitas yang sebanding. Serum Albumin Sapi Mengandung tidak lebih dari
Panenan virus inaktif memenuhi syarat jika virus 50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal manusia.
rabies inaktif tidak terdeteksi. Gunakan Metode imunokimia yang sesuai.<1385>.
Residu DNA sel inang Tidak lebih besar dari 10 ng Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
per dosis tunggal manusia. Jika lini sel lestari
digunakan untuk propagasi virus, kandungan residu Endotoksin Bakteri <201> Tidak lebih dari 25 IU
DNA sel inang ditentukan dengan metode yang per dosis tunggal manusia.
sesuai.
Pirogen <231> Memenuhi syarat, suntikkan 1,0 mL
VAKSIN RUAHAN AKHIR dosis tunggal manusia yang diencerkan hingga 10-
Vaksin ruahan akhir dibuat dari satu atau lebih 100 kali volume pada tiap kelinci. Uji ini dilakukan
suspensi virus inaktif. Stabilisator yang disetujui apabila terdapat zat pirogenik non-endotoksin.
dapat ditambahkan untuk menjaga aktivitas produk
selama dan setelah beku kering. Hanya vaksin Air <1031> Mengandung tidak lebih dari 3,0% air.
ruahan akhir yang memenuhi syarat berikut ini
digunakan dalam pembuatan lot akhir. PENETAPAN POTENSI
Potensi vaksin rabies ditetapkan dengan
Kandungan glikoprotein Kandungan glikoprotein membandingkan dosis yang diperlukan untuk
ditetapkan menggunakan Metode imunokimia yang melindungi mencit terhadap efek dari dosis letal
sesuai <1385>. Contoh: Single radial virus rabies, yang diberikan secara intraserebral,
immunodiffusion (SRID), enzyme-linked dengan sejumlah sediaan baku vaksin rabies yang
immunosorbent assay (ELISA) atau uji ikatan diperlukan untuk memberikan perlindungan yang
antibodi. Kandungan glikoprotein dalam produk sama. Untuk perbandingan ini, sediaan baku vaksin
tertentu harus dalam batas yang disetujui oleh yang rabies dikalibrasi dalam Unit Internasional, dan
berwenang. persiapan virus rabies yang sesuai untuk digunakan
pada uji tantang. Sebagai alternatif, untuk
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL kenyamanan hewan, uji potensi serologi atau
untuk setiap media. Metode imunokimia yang tervalidasi <1385> untuk
kandungan glikoprotein direkomendasikan.
LOT AKHIR Metode alternatif divalidasi terhadap uji tantang dan
Vaksin ruahan akhir didistribusikan ke dalam wadah disetujui oleh instansi yang berwenang.
steril dan dibekukeringkan sehingga kandungan Uji tantang di bawah ini menggunakan model garis
kelembapan sesuai untuk stabilitas produk. Wadah paralel minimal 3 titik untuk vaksin yang akan diuji
kemudian ditutup untuk menghindari kontaminasi dan persiapan baku. Analis yang berkompeten dapat
dan masuknya uap air. melakukan uji sederhana menggunakan
- 258 -
pengenceran tunggal vaksin uji dan pembanding. Uji pada 0,03 mL suspensi mengandung tidak kurang
tersebut untuk menentukan bahwa vaksin memiliki dari 10 LD50; (3) Analisis statistik kurva dosis
potensi yang secara signifikan lebih tinggi dari respons dinyatakan paralel apabila menunjukkan
minimum yang dipersyaratkan, namun tidak kemiringan yang signifikan dan tidak menunjukkan
memberikan informasi lengkap tentang validitas adanya penyimpangan yang bermakna pada
setiap potensi penentuan individu. Penggunaan linieritas; (4) Batas kepercayaan (P=0,95) tidak
pengenceran tunggal memungkinkan pengurangan kurang dari 25% dan tidak lebih dari 400% dari
jumlah hewan yang diperlukan untuk pengujian. estimasi potensi.
Vaksin memenuhi syarat jika potensi tidak kurang
Seleksi dan distribusi hewan uji Gunakan mencit dari 2,5 IU per dosis tunggal manusia.
betina sehat umur 4 minggu dengan bobot antara 11-
15 g. Distribusikan mencit pada 6 kelompok dengan Penerapan titik akhir alternatif Setelah
jumlah yang sesuai untuk memenuhi persyaratan laboratorium menetapkan uji di atas untuk
validitas uji dan 4 kelompok masing-masing 5 penggunaan rutin, titik akhir letal digantikan oleh
mencit untuk titrasi suspensi tantang. pengamatan tanda klinis dan penerapan titik akhir
lebih awal dari kematian untuk mengurangi
Persiapan suspensi tantang Inokulasi mencit penderitaan hewan. Progres infeksi rabies pada
secara intraserebral dengan Challenge Virus mencit setelah disuntik secara intraserebral dapat
Standard (CVS) galur virus rabies dan ketika mencit diwakili oleh 5 tahap yang memiliki gejala klinis
menunjukkan tanda rabies, dieutanasia, kemudian yang khas seperti:
ambil otak dan siapkan homogenat dari jaringan Tahap 1 : Bulu yang acak-acakan, membungkuk ke
otak dalam pengencer yang sesuai. Pisahkan belakang
partikulat kotor dengan sentrifugasi dan gunakan Tahap 2 : Pergerakan lambat, kehilangan
beningan sebagai suspensi tantang. keseimbangan (gerakan memutar juga dapat terjadi)
Distribusikan suspensi dalam volume kecil pada Tahap 3 : Gerakan goyah, gemetar, kejang-kejang
ampul, segel dan simpan pada suhu di bawah -60°. Tahap 4 : Tanda paresis atau paralisis;
Cairkan 1 ampul suspensi dan buat pengenceran Tahap 5 : Keadaan hampir mati
serial dengan pengencer yang sesuai. Mencit diamati setidaknya 2 kali sehari mulai hari
Suntikkan sejumlah 0,03 mL CVS secara ke 4 setelah tantang. Gejala klinis dicatat
intraserebral pada 5 mencit di tiap kelompok. Amati menggunakan Tabel 1 Berdasarkan hasil penelitian,
mencit selama 14 hari. Hitung LD50 dari suspensi pada hasil akhir pengujian penetapan tahap 3
yang tidak diencerkan menggunakan jumlah hewan sebagai titik akhir setara dengan jika menggunakan
mati atau menunjukkan tanda rabies di setiap metode lethal end-point. Setiap laboratorium harus
kelompok, antara hari ke 5 dan 14. melakukan verifikasi untuk penetapan nilai scoring
menggunakan gejala klinis dan lethal end-point.
PENETAPAN POTENSI
Siapkan 3 seri pengenceran kelipatan lima dari Tabel 1 – Contoh tabel yang digunakan untuk
masing-masing vaksin uji dan 3 seri pembanding mencatat gejala klinis pada penetapan potensi
vaksin. Siapkan pengenceran sedemikian rupa vaksin rabies.
sehingga suspensi paling pekat dapat melindungi
lebih dari 50% hewan dan suspensi yang paling Hari setelah tantang
encer dapat melindungi kurang dari 50% hewan. Gejala klinis 4 5 6 7 8 9 10 11
Suntikkan secara intraperitoneal sebanyak 0,5 mL Bulu yang
acak-acakan,
dari 6 seri pengenceran, 1 untuk masing-masing dari membungkuk
6 kelompok mencit. Setelah 7 hari, siapkan 3 ke belakang
pengenceran yang sama dari vaksin uji dan Pergerakan
pembanding vaksin dan ulangi injeksi. 7 hari setelah lambat,
kehilangan
injeksi kedua, siapkan suspensi virus tantang keseimbangan,
berdasarkan titrasi awal, 0,03 mL mengandung gerakan
sekitar 50 LD50. Suntikkan 0,03 mL vaksin secara memutar
intraserebral pada setiap mencit yang divaksinasi. Gerakan
goyah,
Amati mencit pada tiap kelompok selama 14 hari, gemetar,
catat jumlah hewan mati atau menunjukkan tanda kejang
rabies di setiap kelompok pada hari ke 5 sampai hari Paresis atau
ke 14 setelah tantang. paralisis;
Keadaan
hampir mati
Pengujian memenuhi syarat jika (1) vaksin uji dan
pembanding vaksin pada rentang enceran dosis
PENANDAAN Cantumkan sumber biologik sel
paling pekat dan paling encer dapat melindungi 50%
yang digunakan untuk membuat vaksin.
mencit (2) Titrasi suspensi tantang menunjukkan
- 259 -
PROPAGASI VIRUS, PANENAN TUNGGAL, biakan sel yang tidak terinfeksi (sel kontrol). Jika
DAN GABUNGAN PANENAN MONOVALEN digunakan teknologi bioreaktor, ukuran dan
Seluruh proses pada bank sel dan biakan sel penanganan sampel sel yang akan diuji disetujui
selanjutnya dilakukan dalam kondisi aseptik pada oleh instansi yang berwenang. Virus dipanen pada
area dimana tidak ada sel atau virus lain yang waktu yang sesuai dengan galur virus yang
ditangani. Serum hewan yang disetujui dapat digunakan.
digunakan pada media biakan, tetapi media akhir Hanya panenan tunggal virus yang memenuhi syarat
untuk memelihara pertumbuhan sel selama berikut ini dapat digunakan untuk proses lebih
multiplikasi virus tidak boleh mengandung serum lanjut.
hewan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam
pembuatan suspensi sel dan media harus bebas Kontaminasi bakteri dan jamur Setiap panenan
agens asing. Media biakan sel dapat mengandung virus tunggal memenuhi syarat Sterilitas <71>
indikator pH seperti merah fenol dan antibiotik yang dengan menggunakan 10 mL untuk setiap media.
sesuai pada kadar efektif terendah. Disarankan
untuk memiliki substrat bebas dari antibiotik selama Sel Kontrol <72> Memenuhi syarat.
produksi.
PANENAN GABUNGAN MONOVALEN
BIAKAN VIRUS ANTARA TERSIMPAN Panenan gabungan monovalen disiapkan dengan
Jika biakan virus antara tersimpan disiapkan dari lot mengumpulkan sejumlah panenan tunggal dari jenis
benih kerja, digunakan untuk inokulasi, pada hari virus yang sama. Jika tidak ada panenan gabungan
inokulasi tidak kurang dari 5% atau 500 mL biakan monovalen yang disiapkan, uji di bawah ini
sel yang digunakan, bilamana lebih besar, disisihkan dilakukan pada setiap panenan tunggal.
sebagai biakan sel yang tidak terinfeksi (sel kontrol). Hanya panenan tunggal atau panenan gabungan
Biakan virus antara dipanen pada waktu yang sesuai monovalen yang memenuhi syarat berikut ini dapat
dengan galur virus dan disimpan pada suhu di bawah digunakan untuk pembuatan panenan monovalen
–60°. murni.
Hanya biakan virus antara tersimpan yang
memenuhi syarat berikut ini dapat digunakan untuk Identifikasi Setiap panenan tunggal atau panenan
propagasi virus. gabungan monovalen diidentifikasi sebagai tipe
rotavirus dengan penetapan imunologi
Identifikasi Setiap biakan virus antara tersimpan menggunakan antibodi spesifik atau uji identitas
diidentifikasi sebagai tipe rotavirus dengan molekular seperti Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
penetapan imunologi menggunakan antibodi <1389>.
spesifik atau uji identitas molekular seperti Teknik
Amplifikasi Asam Nukleat <1389>. Kontaminasi bakteri dan jamur Setiap panenan
tunggal dan gabungan panenan memenuhi syarat
Kontaminasi bakteri dan jamur Setiap panenan Sterilitas <71> dengan menggunakan 10 mL untuk
virus tunggal memenuhi persyaratan Sterilitas <71> setiap media.
dengan menggunakan 10 mL untuk setiap media.
Konsentrasi Virus Tetapkan konsentrasi panenan
Konsentrasi Virus Tetapkan konsentrasi panenan monovalen murni seperti tertera pada Penetapan
monovalen murni seperti tertera pada Penetapan potensi untuk memonitor konsistensi pembuatan dan
potensi untuk memonitor konsistensi pembuatan dan untuk menentukan pengenceran yang akan
untuk menentukan pengenceran yang akan digunakan untuk vaksin ruahan akhir. Dapat
digunakan untuk vaksin ruahan akhir. Dapat digunakan metode biakan sel langsung dan Teknik
digunakan metode biakan sel langsung dan Teknik Amplifikasi Asam Nukleat <1389>, seperti
Amplifikasi Asam Nukleat <1389>, seperti kuantifikasi PCR dari replikasi virus dalam biakan
kuantifikasi PCR dari replikasi virus dalam biakan sel.
sel.
Agens asing <72> Setiap panenan tunggal atau
Agens asing <72> Memenuhi syarat. gabungan panenan monovalen memenuhi syarat.
Sel Kontrol Memenuhi syarat identifikasi dan agens PANENAN MONOVALEN MURNI
asing <72>. Panenan monovalen murni dibuat dari panenan
tunggal atau gabungan panenan monovalen.
PROPAGASI VIRUS DAN PANENAN Panenan tunggal atau gabungan panenan monovalen
TUNGGAL dijernihkan untuk menghilangkan debris sel dan
Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus atau selanjutnya dipurifikasi. Hanya panenan monovalen
biakan virus antara tersimpan, biakan sel yang murni yang memenuhi syarat berikut ini dapat
digunakan untuk produksi vaksin disisihkan sebagai digunakan untuk pembuatan vaksin ruahan akhir.
- 261 -
Kontaminasi bakteri dan jamur Setiap panenan penurunan virus di antara serotipe, penurunan dapat
virus tunggal memenuhi syarat Sterilitas <72> ditentukan dari total konsentrasi virus.
dengan menggunakan 10 mL untuk setiap media.
IDENTIFIKASI
Konsentrasi Virus Tetapkan konsentrasi panenan Vaksin menunjukkan mengandung setiap tipe
monovalen murni seperti tertera pada Penetapan rotavirus seperti tertera pada label dengan penetapan
potensi untuk memonitor konsistensi pembuatan dan imunologi menggunakan antibodi spesifik atau uji
untuk menentukan pengenceran yang akan identitas molekular. Jika PCR digunakan untuk
digunakan untuk vaksin ruahan akhir. Dapat Penetapan potensi, maka dapat digunakan sebagai
digunakan metode biakan sel langsung dan Teknik uji identifikasi.
Amplifikasi Asam Nukleat <1389>, seperti
kuantifikasi PCR dari replikasi virus dalam biakan Kontaminasi bakteri dan jamur Memenuhi syarat
sel. Sterilitas <71>.
Residu DNA Seluler Maksimum 100 µg DNA Air <1031> Tidak lebih dari 3%. Penetapan
seluler per dosis manusia untuk pertumbuhan virus menggunakan metode dan batas yang telah disetujui
pada lini sel lestari. oleh instansi yang berwenang.
yang terbukti aman dan efektif dalam uji klinis pada besar dan disimpan pada suhu dibawah -20° dalam
manusia. Spesifikasi untuk konsentrasi virus pada bentuk beku kering, atau dibawah -60° jika tidak
dasarnya harus menetapkan titer minimum yang dalam bentuk beku kering.
dijamin terkandung dalam satu dosis manusia dan Hanya lot benih yang memenuhi persyaratan berikut
harus disetujui oleh instansi yang berwenang. yang dapat digunakan untuk propagasi virus.
PENANDAAN Cantumkan: jenis atau tipe rotavirus Identifikasi Lot benih induk dan lot benih kerja
terkandung dalam vaksin; jumlah minimum setiap diidentifikasi dengan netralisasi serum dalam biakan
tipe virus yang terkandung dalam 1 dosis tunggal sel, menggunakan antibodi spesifik.
manusia; substrat sel yang digunakan dalam
pembuatan vaksin. Konsentrasi virus Konsentrasi virus dari lot benih
induk dan lot benih kerja ditentukan untuk
mengawasi konsistensi produksi.
Tambahan monografi
VAKSIN RUBELA (Hidup) Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi syarat.
Rubella Vaccine (Live)
Uji neurovirulensi Lot benih induk atau lot benih
Vaksin rubela (hidup) adalah sediaan beku kering kerja harus terbukti bebas dari neurovirulensi
dari jenis virus rubela yang sesuai dan dilemahkan. melalui uji pada monyet yang rentan terhadap rubela
Vaksin direkonstitusi segera sebelum digunakan dari spesies yang disetujui oleh instansi yang
seperti tertera pada label hingga diperoleh cairan berwenang. Untuk menghindari penggunaan monyet
jernih yang dapat berwarna jika ada indikator pH. yang tidak perlu, lot benih virus harus disiapkan
dalam jumlah besar.
PRODUKSI Uji neurovirulensi dapat dilakukan sebagai berikut:
Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih Tidak kurang dari 10 monyet digunakan pada setiap
dan sistem bank sel. Metode produksi harus dapat uji. Segera sebelum inokulasi, semua monyet harus
menghasilkan vaksin rubela hidup dengan terbukti negatif secara serologis untuk rubela. Zat uji
imunogenisitas dan keamanan yang memadai secara diberikan melalui injeksi 0,5 mL ke dalam daerah
konsisten. Virus tidak dapat dipasase pada lini sel, thalamus dari setiap hemisfer. Jumlah total virus
kecuali telah dijustifikasi dan disetujui, pasase virus rubela yang diberikan kepada masing-masing
dalam produk akhir lot benih induk tidak boleh lebih monyet harus tidak kurang dari jumlah yang
dari virus yang digunakan untuk membuat vaksin terkandung dalam dosis tunggal vaksin manusia
yang sudah terbukti khasiat dan keamanannya dalam yang direkomendasikan. Monyet harus diamati
studi klinis. selama 17-21 hari untuk gejala kelumpuhan dan
bukti keterlibatan neurologis lainnya. Hewan yang
Potensi neurovirulensi galur vaksin perlu mati dalam waktu 48 jam setelah injeksi dapat
dipertimbangkan selama pengembangan pre-klinis, diganti. Uji tidak valid dan harus diulang jika lebih
berdasarkan data epidemiologi yang tersedia tentang dari 20% monyet mati karena penyebab tidak
neurovirulensi dan neurotropisme, terutama untuk spesifik. Pada akhir periode pengamatan, semua
virus tipe liar. Mengingat hal tersebut, analisis risiko monyet dibius dan dibunuh untuk diautopsi;
perlu dilakukan. Jika perlu, lakukan pengujian pada pemeriksaan histopatologis dari area otak yang tepat
galur vaksin menggunakan model hewan yang dapat dilakukan untuk bukti keterlibatan sistem saraf
membedakan virus tipe liar dan virus yang pusat.
dilemahkan; pengujian pada galur pelemahan Zat uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak
intermediet juga mungkin diperlukan. kurang dari 80% monyet yang di inokulasi positif
Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan terhadap rubela; tidak ada bukti klinis atau
bahwa produk akan memenuhi Uji toksisitas histopatologis dari keterlibatan sistem saraf pusat
abnormal <252> untuk imunosera dan vaksin untuk yang disebabkan oleh virus yang disuntikkan.
penggunaan manusia.
BIAKAN SEL UNTUK PRODUKSI
SUBSTRAT UNTUK PROPAGASI VIRUS Virus Virus hemadsorbsi Pada akhir periode
dipropagasi dalam sel diploid manusia, biakan sel pengamatan, 25% biakan sel kontrol diuji untuk
ginjal kelinci seperti tertera pada Substrat Sel Untuk keberadaan virus haemadsorbsi, menggunakan sel
Produksi Vaksin Manusia <1412>. darah merah marmot dan terbukti negatif. Jika sel
darah merah disimpan, durasi penyimpanan tidak
LOT BENIH lebih dari tujuh hari, dan suhu penyimpanan 2-8o.
Galur virus rubela harus diidentifikasi berdasarkan Instansi yang berwenang di beberapa Negara
catatan sejarah yang mencantumkan informasi mempersyaratkan uji virus haemadsorbsi dilakukan
mengenai asal mula galur dan proses rekayasa pada biakan kontrol 3-5 hari dan 12 hari setelah
selanjutnya. Lot benih virus dibuat dalam jumlah inokulasi biakan produksi, dan tipe sel darah merah
- 263 -
lain termasuk sel manusia (golongan darah O), produksi yang sama dikumpulkan dan dianggap
monyet, ayam (spesies unggas lain), dapat sebagai panenan tunggal.
digunakan selain sel marmot. Pengamatan dilakukan Hanya panenan tunggal yang memenuhi syarat
setelah inkubasi selama 30 menit pada 0-4º, berikut yang dapat digunakan dalam pembuatan
kemudian setelah inkubasi lebih lanjut selama 30 produk ruahan.
menit pada 20-25o. Pengamatan sel darah monyet
dilakukan setelah inkubasi akhir selama 30 menit Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi dengan
pada 34-37o. netralisasi serum dalam biakan sel, menggunakan
antibodi spesifik.
Uji untuk Agens Asing Non Hemadsorbsi
Sepuluh milliliter gabungan cairan biakan sel pada Konsentrasi virus Lakukan seperti tertera pada
akhir periode pengamatan harus diuji dalam substrat Penetapan untuk konsistensi produksi dan untuk
sel yang sama, tetapi dari bets berbeda, seperti yang menentukan pengenceran yang akan digunakan
digunakan untuk pertumbuhan virus. Tambahan 10 untuk produk ruahan.
mL sampel dari masing-masing kelompok harus
diuji dalam sel simian. Sel monolayer harus Agens asing <72> Memenuhi syarat.
diinokulasi sedemikian rupa sehingga pengenceran
cairan yang terkumpul dalam media nutrisi tidak Sel kontrol Memenuhi syarat sesuai Agens asing
melebihi 1 dalam 4. Luas lembaran sel tidak kurang <72>
dari 3 cm2 per mL cairan yang terkumpul. Tidak
kurang dari satu botol biakan sel harus tetap tidak Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
diinokulasi sebagai kontrol. untuk setiap panenan tunggal.
Biakan yang diinokulasi harus diinkubasi pada suhu
35 -37° dan harus diamati untuk morfologi abnormal Titrasi virus Kandungan virus hidup tiap panenan
selama tidak kurang dari 14 hari. tunggal ditentukan dengan titrasi sel biakan
menggunakan baku pembanding virus rubela hidup.
Uji tambahan jika digunakan sel ginjal kelinci Titer ditentukan dengan perbandingan terhadap
untuk produksi bebas dari kontaminasi Sampel baku pembanding yang disetujui instansi yang
dari biakan kontrol diambil saat panenan virus berwenang. Minimum titer yang diterima harus
terakhir harus diwarnai dengan deteksi Nosema ditentukan.
cuniculi atau pewarnaan Giemsa atau teknik
imunofluorosen lebih dipilih karena lebih sensitif Gabungan virus
untuk deteksi kontaminasi Nosema cuniculi kadar Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
rendah. untuk setiap panenan tunggal.
Uji tambahan jika digunakan sel diploid manusia Titrasi virus Kandungan virus hidup tiap panenan
untuk produksi Gunakan analisis isozim, human tunggal ditentukan dengan titrasi sel biakan
leukocyte antigen (HLA) dan uji imunologi lain dan menggunakan baku pembanding virus rubela hidup.
analisis karyotipe tidak kurang dari satu penyebaran Titer ditentukan dengan perbandingan terhadap
metafase kromosom. baku pembanding yang disetujui instansi yang
berwenang. Minimum titer yang diterima harus
PROPAGASI DAN PANENAN ditentukan. .
Semua proses bank sel dan biakan sel selanjutnya
dilakukan dalam kondisi aseptik di daerah di mana Uji untuk gabungan virus ternetralisasi dalam sel
tidak ada sel lain yang ditangani selama produksi. biakan Tidak ada bukti klinis adanya agens
Serum hewan yang cocok dapat digunakan dalam adventitious dan tidak lebih dari 20% dari wadah
media pertumbuhan, tetapi media terakhir untuk biakan dibuang untuk alasan tidak spesifik di akhir
memelihara sel selama multiplikasi virus tidak waktu uji.
mengandung serum hewan. Serum dan tripsin yang
digunakan dalam persiapan suspensi sel dan media Uji tambahan jika digunakan biakan sel ginjal
biakan harus bebas dari agens asing. Media biakan kelinci digunakan untuk produksi Tidak kurang
sel dapat mengandung indikator pH seperti fenol dari 80% kelinci tetap sehat dan hidup pada waktu
merah, dan antibiotik yang sesuai pada kadar efektif pengamatan serta tidak ada kelinci yang
terkecil. Diutamakan agar substrat bebas dari menunjukkan luka pada semua tempat inokulasi atau
antibiotik selama produksi. Tidak kurang dari 500 bukti infeksi viral.
mL biakan sel produksi disisihkan sebagai biakan
sel yang tidak diinfeksi (sel kontrol). Suhu inkubasi Klarifikasi gabungan virus
dikendalikan selama pertumbuhan virus. Suspensi Titrasi virus Kandungan virus hidup tiap panenan
virus dipanen pada satu atau dua kali selama 28 hari tunggal ditentukan dengan titrasi sel biakan
inokulasi. Panenan yang banyak dari biakan sel menggunakan baku pembanding virus rubela hidup.
- 264 -
Titer ditentukan dengan perbandingan terhadap Menggunakan seroneutralisasi dalam sel biakan
baku pembanding yang disetujui instansi yang dengan antiserum spesifik.
berwenang. Minimum titer yang diterima harus
ditentukan. Kontaminasi bakteri dan jamur Vaksin yang telah
direkonstitusi memenuhi syarat Sterilitas <71>.
Sterilitas <71> memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
untuk setiap panenan tunggal. Serum albumin sapi Mengandung tidak lebih dari
50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal manusia.
Gunakan metode imunokimia <1385> yang sesuai
VAKSIN RUAHAN AKHIR
Panenan virus tunggal yang memenuhi syarat di atas Air <1031> Mengandung tidak lebih dari 3,0% air.
dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan Gunakan penetapan air semi-mikro
sel. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan dan
kumpulan panenan diencerkan sesuai kebutuhan. PENETAPAN POTENSI
Hanya vaksin produk ruahan yang memenuhi syarat Titrasi vaksin untuk virus infektif, menggunakan
berikut yang dapat digunakan untuk pembuatan tidak kurang dari 3 vial vaksin dan inokulasi
produk jadi. sejumlah sumuran yang sesuai untuk setiap
pengenceran. Titrasi 1 vial Larutan baku secara
Kontaminasi bakteri dan jamur Produk ruahan triplo untuk kontrol setiap pengujian. Konsentrasi
memenuhi syarat Sterilitas <71> menggunakan 10 virus dari Larutan baku dimonitor menggunakan
mL untuk setiap media. grafik pemantau dan titer ditetapkan berdasarkan
riwayat oleh setiap laboratorium pengujian.
Bahan tambahan Semua bahan tambahan seperti Hubungan baku pembanding internasional
pengencer dan stabilisator yang ditambahkan pada ditetapkan dan dikontrol secara berkala jika baku
produk selama penyiapan ruahan akhir tidak pembanding yang digunakan dari produsen. Hitung
mempengaruhi keamanan dan efikasi konsentrasi konsentrasi virus individu untuk setiap vial vaksin
vaksin. dan untuk setiap replikat pembanding, serta
konsentrasi virus gabungan yang sesuai,
Serum Albumin Sapi Kurang dari 50 ng per dosis menggunakan metode statistik umum. Konsentrasi
tunggal manusia. virus gabungan untuk 3 vial vaksin tidak kurang dari
yang tertera pada label, konsentrasi virus tidak
LOT AKHIR kurang dari 3,0 log10 CCID50 per dosis tunggal
Konsentrasi minimum virus untuk pelulusan manusia.
ditetapkan untuk memastikan bahwa konsentrasi Penetapan tidak valid jika:
minimum yang tertera pada label masih terpenuhi - Tingkat kepercayaan (P=0,95) dari estimasi
pada akhir masa simpan, dengan konsentrasi virus pembanding untuk gabungan 3
mempertimbangkan data uji stabilitas. pengulangan lebih besar dari ± 0,3 log 10 CCID50
Hanya produk jadi yang memenuhi syarat - Konsentrasi virus baku pembanding berbeda
konsentrasi minimum virus untuk pelulusan, lebih dari 0,5 log10 CCID50 dari nilai yang
termasuk persyaratan untuk stabilitas termal, dan ditetapkan.
persyaratan seperti pada Identifikasi dan Uji, dapat Penetapan diulang jika tingkat kepercayaan (P =
diluluskan untuk penggunaan. Jika penetapan serum 0,95) gabungan konsentrasi virus vaksin lebih besar
albumin sapi pada produk ruahan telah dilakukan dari ± 0,3 log10 CCID50, data didapatkan dari
dengan hasil yang memenuhi syarat, penetapan ini pengujian yang valid dengan metode statistik umum
dapat dihilangkan pada produk jadi. untuk menghitung konsentrasi virus uji. Tingkat
kepercayaan (P = 0,95) dari gabungan konsentrasi
Stabilitas termal Inkubasi tidak kurang dari 3 vial virus tidak lebih besar dari ± 0,3 log 10 CCID50.
produk jadi pada 37±1° selama 7 hari. Tentukan
konsentrasi virus seperti tertera pada Penetapan PENANDAAN Cantumkan: galur virus yang
potensi secara paralel untuk vaksin yang diinkubasi digunakan dalam proses pembuatan vaksin; tipe dan
dan untuk vaksin yang disimpan pada suhu asal sel yang digunakan dalam pembuatan vaksin;
penyimpanan. Penurunan konsentrasi virus dari konsentrasi minimum virus; hindarkan kontak
vaksin yang diinkubasi tidak lebih dari 1,0 log 10
antara vaksin dan disinfektan.
dibanding vaksin yang tidak diinkubasi.
IDENTIFIKASI
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai label Tambahan monografi
dicampur dengan antibodi rubela spesifik, tidak VAKSIN VARISELA (Hidup)
akan menginfeksi biakan sel yang rentan. Varicella Vaccine (Live)
- 265 -
Vaksin varisela (hidup) adalah sediaan beku kering Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi syarat
dari galur herpesvirus 3 manusia yang sesuai dan lot benih untuk vaksin virus hidup; lakukan
dilemahkan. Vaksin direkonstitusi segera sebelum penetapan menggunakan 50 mL zat yang diambil
digunakan seperti tertera pada label hingga dari biakan sel.
diperoleh cairan jernih yang dapat berwarna jika
terpapar indikator pH. Uji neurovirulensi Lot benih induk atau lot benih
kerja harus terbukti bebas dari neurovirulensi
PRODUKSI melalui uji pada monyet yang rentan terhadap
Produksi vaksin didasarkan pada sistem lot benih varisela dari spesies yang disetujui oleh instansi
virus dan sistem bank sel. Metode produksi harus yang berwenang. Untuk menghindari penggunaan
secara konsisten menghasilkan vaksin varisela monyet yang tidak perlu, lot benih virus harus
dengan imunogenisitas memadai dan aman disiapkan dalam jumlah besar.
digunakan oleh manusia. Virus dalam vaksin akhir Uji neurovirulensi dapat dilakukan sebagai berikut:
tidak boleh dipasase dalam biakan sel melebihi Tidak kurang dari 10 monyet digunakan pada setiap
jumlah pasase yang disetujui oleh instansi yang uji. Segera sebelum inokulasi, semua monyet harus
berwenang dari virus asli yang diisolasi. terbukti negatif secara serologis untuk varisela. Zat
Neurovirulensi potensial galur vaksin ditetapkan uji diberikan melalui injeksi 0,5 mL ke dalam daerah
selama pengembangan pre klinik, berdasarkan data thalamus dari setiap hemisfer. Jumlah total virus
epidemiologi yang tersedia pada neurovirulensi dan varisela yang diberikan kepada masing-masing
neurotropisme, utamanya untuk virus tipe liar. monyet harus tidak kurang dari jumlah yang
Mengingat hal tersebut, analisis risiko perlu terkandung dalam dosis tunggal vaksin manusia
dilakukan. Jika perlu, uji dilakukan pada galur yang direkomendasikan. Monyet harus diamati
vaksin menggunakan model hewan yang selama 17 sampai 21 hari untuk gejala kelumpuhan
mendeferensiasi tipe liar dan virus yang dilemahkan; dan bukti keterlibatan neurologis lainnya. Hewan
uji pada galur yang dilemahkan secara intermediet yang mati dalam waktu 48 jam setelah injeksi dapat
dapat pula diperlukan. diganti. Uji tidak valid dan harus diulang jika lebih
Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan dari 20% monyet mati karena penyebab tidak
bahwa produk memenuhi syarat Uji toksisitas spesifik. Pada akhir periode pengamatan, semua
abnormal <252> untuk imunosera dan vaksin untuk monyet dibius dan dibunuh untuk diautopsi;
penggunaan manusia. pemeriksaan histopatologis dari area otak yang tepat
dilakukan untuk bukti keterlibatan sistem saraf
SUBSTRAT UNTUK PROPAGASI VIRUS pusat.
Virus dipropagasi dalam sel diploid manusia Zat uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak ada
<1412>. bukti klinis atau histopatologis dari keterlibatan
sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus yang
LOT BENIH disuntikkan.
Galur herpes virus 3 manusia yang digunakan harus
diidentifikasi sebagai galur yang cocok dengan BIAKAN SEL UNTUK PRODUKSI
rekaman riwayat yang memuat informasi tentang Uji Virus hemadsorbsi Pada akhir periode
asal galur dan rekayasa selanjutnya. Virus tidak pengamatan, 25% biakan sel kontrol diuji untuk
dapat dipasase pada lini sel. Lot benih dibuat dalam keberadaan virus haemadsorbsi, menggunakan sel
bentuk sel yang sama dengan yang digunakan pada darah merah marmot dan terbukti negatif. Jika sel
produksi untuk vaksin akhir. Lot benih virus darah merah disimpan, durasi penyimpanan tidak
disiapkan dalam jumlah besar dan disimpan pada lebih dari tujuh hari, dan suhu penyimpanan harus
suhu dibawah -20° jika dibekukeringkan, atau dalam kisaran 2-8o.
dibawah -60° jika tidak dibekukeringkan. Instansi yang berwenang di beberapa negara,
Hanya lot benih virus yang memenuhi syarat berikut mempersyaratkan uji virus haemadsorbsi dilakukan
ini yang dapat digunakan untuk propagasi virus. pada biakan kontrol 3-5 hari dan 12 hari setelah
inokulasi biakan produksi, dan tipe sel darah merah
Identifikasi Lot benih induk dan lot benih kerja lain termasuk sel manusia (golongan darah O),
diidentifikasi sebagai herpes virus 3 manusia dengan monyet, ayam (spesies unggas lain), dapat
netralisasi serum dalam biakan sel, menggunakan digunakan selain sel marmot. Pengamatan dilakukan
antibodi spesifik. setelah inkubasi selama 30 menit pada 0 -4o,
kemudian setelah inkubasi lebih lanjut selama 30
Konsentrasi virus Konsentrasi virus dari lot benih menit pada 20-250. Untuk sel darah monyet
induk dan lot benih kerja ditentukan seperti tertera pengamatan dilakukan setelah inkubasi akhir selama
dalam Penetapan Potensi untuk mengawasi 30 menit pada 34-37o.
konsistensi produksi.
Uji agens asing non hemasorbsi Sepuluh milliliter
gabungan cairan biakan sel pada akhir periode
- 266 -
pengamatan harus diuji dalam substrat sel yang Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
sama, tetapi dari bets berbeda, seperti yang untuk setiap panenan tunggal.
digunakan untuk pertumbuhan virus. Tambahan 10
mL sampel dari masing-masing kelompok harus Gabungan Virus
diuji dalam sel simian. Botol biakan sel harus Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
diinokulasi sedemikian rupa sehingga pengenceran untuk setiap panenan tunggal
cairan yang terkumpul dalam media nutrisi tidak
melebihi 1 dalam 4. Luas lembaran sel tidak kurang Uji untuk gabungan virus ternetralisasi dalam sel
dari 3 cm2 per mL cairan yang terkumpul. Tidak biakan Volume setiap kumpulan virus yang setara
kurang dari satu botol biakan sel harus tetap tidak dengan tidak kurang dari 500 dosis manusia harus
diinokulasi sebagai kontrol. dinetralkan dengan antiserum spesifik, yang tidak
Biakan yang diinokulasi harus diinkubasi pada suhu boleh berasal dari manusia, simian atau sapi.
35-37° dan harus diperiksa untuk morfologi Antigen imunisasi yang digunakan untuk
abnormal selama tidak kurang dari 14 hari. menyiapkan antiserum tidak boleh dibuat
menggunakan galur vaksin, harus diproduksi dalam
Identifikasi Uji yang sesuai menggunakan analisis biakan sel yang bebas dari agens mikroba asing yang
isozim, human leukocyte antigen (HLA) dan uji dapat menimbulkan antibodi yang menghambat
imunologi lain dan kariotipe tidak kurang dari satu pertumbuhan agens asing yang mungkin ada dalam
metafase kromosom. kumpulan virus varisela.
Sampel harus diuji dalam biakan sel dengan tipe
PROPAGASI DAN PANENAN yang sama, tetapi pada bets yang berbeda, seperti
Seluruh proses bank sel dan biakan sel selanjutnya yang digunakan untuk menyiapkan kumpulan virus
dilakukan dalam kondisi aseptik pada area dimana dan pada biakan sel manusia lainnya. Biakan sel
tidak ada sel atau virus lain yang ditangani. Serum yang tidak diinokulasi harus disimpan sebagai
hewan yang disetujui dapat digunakan dalam media kontrol. Semua biakan sel harus diamati tidak
biakan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam kurang dari 14 hari. Sel yang cocok adalah HeLa dan
persiapan suspensi sel dan media harus bebas agens MRC5.
asing. Media biakan sel dapat mengandung indikator Kumpulan virus memenuhi syarat jika tidak ada
pH seperti merah fenol dan antibiotik yang disetujui bukti keberadaan agens adventif, dan tidak lebih dari
pada kadar efektif terendah. Disarankan untuk 20% dari biakan dibuang karena alasan non-spesifik
memiliki substrat bebas dari antibiotik selama pada akhir periode pengujian.
produksi. Sebanyak 5%, tetapi tidak kurang dari 50
mL biakan sel yang digunakan untuk produksi Klarifikasi gabungan virus
vaksin disisihkan sebagai biakan sel yang tidak Titrasi virus Kandungan virus hidup dari gabungan
terinfeksi (sel kontrol). Sel terinfeksi dicuci, virus ditentukan dengan titrasi sel biakan
dilepaskan dari permukaan penunjang dan menggunakan baku pembanding virus rubela hidup.
dikumpulkan. Lakukan sonikasi terhadap suspensi Titer ditentukan dengan perbandingan terhadap
sel. baku pembanding yang disetujui instansi yang
Hanya panenan virus memenuhi syarat yang dapat berwenang. Minimum titer yang diterima harus
digunakan dalam persiapan vaksin ruahan akhir. ditentukan.
Identifikasi Panenan virus mengandung virus yang Sterilitas <71> memenuhi syarat. Gunakan 20 mL
diidentifikasi sebagai herpes virus 3 manusia dengan untuk setiap panenan tunggal
netralisasi serum dalam biakan sel, menggunakan
antibodi spesifik. VAKSIN RUAHAN AKHIR
Panenan virus yang memenuhi syarat dikumpulkan
Konsentrasi virus Konsentrasi dari virus menular dan dijernihkan untuk menghilangkan sel. Zat
dalam panenan virus ditentukan seperti tertera dalam penstabil yang sesuai dapat ditambahkan dan
Penetapan Potensi untuk mengawasi konsistensi panenan yang dikumpulkan diencerkan secukupnya.
produksi dan untuk menentukan pengenceran yang Hanya vaksin ruahan akhir memenuhi syarat yang
akan digunakan untuk produk ruahan. dapat digunakan untuk persiapan lot akhir
Agens asing <72> Lakukan penetapan Bahan tambahan Semua bahan tambahan seperti
menggunakan 50 mL zat yang diambil dari biakan pengencer dan stabilisator yang ditambahkan pada
sel. produk selama penyiapan ruahan akhir tidak
mempengaruhi keamanan dan efikasi konsentrasi
Sel kontrol Sel kontrol dari produksi biakan sel vaksin.
dimana panenan tunggal yang diperoleh memenuhi
uji identifikasi dan Agens asing <72>. Serum Albumin Sapi Tidak lebih dari 50 ng per
dosis manusia tunggal.
- 267 -
IDENTIFIKASI
Ketika vaksin yang direkonstitusi seperti tertera
pada label dicampur dengan herpes virus 3 antibodi
spesifik manusia, tidak dapat lagi menginfeksi sel
kultur yang rentan.
L-valin, ester 9-[(2-hidroksietoksi)metil]guanin,
monohidroklorida [124832-27-5]
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
C13H20N6O4.HCl BM 360,80
Serum albumin sapi Mengandung tidak lebih dari
Valasiklovir Hidroklorida mengandung tidak
0,5 µg serum albumin sapi per dosis tunggal
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 102,0%
manusia. Gunakan metode imunokimia <1385>
C13H20N6O4.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat
yang sesuai.
bebas pelarut.
PENETAPAN POTENSI
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
Gunakan tidak kurang dari 3 vial vaksin terpisah
yang dipilih secara random dari lot akhir. Tentukan
Kelarutan Larut dalam air; tidak larut dalam
kandungan virus individu untuk setiap vial vaksin
diklorometan.
dan untuk setiap pengulangan serta bandingkan
dengan pembanding vaksin varisela. Tidak ada baku
Baku pembanding Valasiklovir Hidroklorida
internasional yang ditetapkan atau dibuat untuk
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
vaksin varisela dan tidak ada persyaratan untuk
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
potensi berdasarkan pada bahan yang
cahaya, dalam lemari pendingin. Lakukan
diformulasikan.
pengerjaan ditempat kering. Senyawa Sejenis A
Asiklovir BPFI. Senyawa Sejenis C Valasiklovir
Instansi yang berwenang memberikan persetujuan
BPFI. Senyawa Sejenis D Valasiklovir BPFI.
penyiapan baku virus vaksin varisela untuk
Senyawa Sejenis E Valasiklovir BPFI. Senyawa
menentukan konsentrasi virus dalam pengujian.
Sejenis F Valasiklovir BPFI. Senyawa Sejenis G
Uji stabilitas dipercepat harus dipertimbangkan oleh
Valasiklovir BPFI.
instansi yang berwenang untuk penetapan
konsistensi produksi.
Identifikasi
A.Spektrum serapan inframerah zat yang
Instansi yang berwenang harus menetapkan jumlah
didispersikan dalam kalium bromida P
virus vaksin minimum yang terkandung dalam 1
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
(satu) dosis manusia. Prosedur uji dan rentang
gelombang yang sama seperti pada Valasiklovir
kepercayaan yang dapat diterima harus disetujui
Hidroklorida BPFI.
oleh instansi yang berwenang.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram dari
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Uji dinyatakan tidak valid jika:
diperoleh pada Penetapan kadar.
- 268 -
C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera mL Larutan baku persediaan, encerkan dengan
pada Uji Identifikasi Umum <291> Lakukan etanol P sampai tanda.
penetapan menggunakan larutan 50 mg per mL. Larutan uji Timbang 250 mg zat, masukkan ke
dalam labu tentukur 5-mL. Tambahkan 2 mL air,
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; sonikasi selama 20 menit sampai larut. Tambahkan
lakukan penetapan menggunakan 2 g zat. etanol P sampai 95% volume labu. Diamkan hingga
suhu ruang dan encerkan dengan etanol P sampai
Air <1031> Metode I, bentuk anhidrat tidak lebih tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas
dari 2,0%. Jika pada etiket tertera bentuk hidrat 0,45 m.
antara 5,0% dan 11,0%; lakukan penetapan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 4
menggunakan 200 mg zat. µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
silika gel P yang telah dieluasi dengan Metanol P.
Paladium (Jika Paladium digunakan dalam proses Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
sintesis). Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak
dengan cara Inductively Coupled Plasma-optical merambat lebih kurang 7 cm di atas garis penotolan.
emission spectrophotometric system. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan
Pengencer Campuran air-asam nitrat P kering. Amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm,
(99,8:0,2). bandingkan bercak senyawa sejenis E dan G dalam
Blangko Gunakan Pengencer. Larutan uji dengan bercak Larutan baku. Terdapat 3
Larutan baku Pipet sejumlah larutan baku bercak yang terpisah pada Larutan baku yaitu
paladium (II) klorida dengan kadar lebih kurang 1 senyawa sejenis D, E dan G valasiklovir. Semprot
mg per mL. Encerkan dengan Pengencer hingga lempeng dengan Penampak bercak, amati di bawah
kadar berturut-turut lebih kurang 0,03; 0,19; 0,30; cahaya ultraviolet 366 nm: bandingkan bercak
0,38; 0,75 dan 1,13 µg per mL. senyawa sejenis F valasiklovir dalam Larutan uji
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, terhadap Larutan baku. Nilai RF relatif dan batas
larutkan dengan Pengencer hingga kadar lebih masing-masing cemaran tertera pada Tabel 1.
kurang 30 mg per mL.
Sistem spektrofotometri Lakukan pengukuran Tabel 1
emisi terhadap Blangko dan seri Larutan baku, Nilai RF Batas
Nama
rekam dan ukur serapan emisi pada panjang relative (%)
gelombang 340,458 nm: simpangan baku relatif Valasiklovir hidroklorida 1 -
tidak lebih dari 10,0%; koefisien korelasi tidak Senyawa sejenis D
1,1 -
kurang dari 0,995. Valasiklovir *
Prosedur Lakukan pengukuran emisi terhadap Senyawa sejenis E
1,3 0,2
valasiklovir
Blangko dan Larutan uji, rekam dan ukur serapan
Senyawa sejenis F
emisi. Hitung kadar paladium dalam zat dengan valasiklovir
1,8 0,1
menggunakan kurva kalibrasi. Senyawa sejenis G
1,9 0,05
valasiklovir
Cemaran organik Total cemaran dari Uji 1, 2 dan * Cemaran ditetapkan pada UJI 2
3 tidak lebih dari 5,0%.
UJI 1 (Senyawa Sejenis E, F dan G). Lakukan UJI 2
penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol <931>.
P-tetrahidrofuran P-amonia P (54:34:12:3). Larutan A Timbang 0,3 g asam trifluoroasetat P
Penampak bercak Larutan fluoresamin P 0,01 % larutkan dengan air hingga 100 mL. Saring dan
dalam etilen diklorida P. awaudarakan.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan B Timbang 0,3 g asam trifluoroasetat P
masing-masing lebih kurang 5 mg Senyawa Sejenis larutkan dengan metanol P hingga 100 mL. Saring
D Valasiklovir BPFI dan Senyawa Sejenis G dan awaudarakan.
Valasiklovir BPFI; 10 mg Senyawa Sejenis E Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Valasiklovir BPFI; 8,4 mg Senyawa Sejenis F dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Valasiklovir BPFI, masukkan ke dalam labu kromotografi.
tentukur 10-mL. Tambahkan 2 mL air, aduk, Pengencer Campuran air-etanol P (4:1).
tambahkan 6 mL etanol P dan sonikasi selama 20 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
menit. Biarkan dingin dan encerkan dengan etanol P sejumlah Valasiklovir Hidroklorida BPFI; Senyawa
sampai tanda. Sejenis C Valasiklovir Hidroklorida BPFI dan
Larutan baku Pada dua labu tentukur 10-mL Senyawa Sejenis A Asiklovir, larutkan dan encerkan
terpisah, masukkan masing-masing 1,0 mL dan 0,5 dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
berturut-turut 0,4 mg per mL; 0,8 dan 1,6 µg per mL.
- 269 -
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji dan Sistem
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan Penetapan kadar.
pengisi L11 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lebih kurang 0,8 mL per menit. Pertahankan suhu volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
kolom pada 15°. Kromatograf diprogram sebagai Larutan uji ke dalam kromatograf; rekam
berikut: kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
Waktu Larutan A Larutan B rumus:
(menit) (%) (%)
0 90 10 𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
5 90 10 ( )×( ) × ( ) × 100
35 60 40
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
35,01 90 10
45 90 10 ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian valasiklovir dari Larutan baku; CS adalah kadar
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir
antara valasiklovir dan senyawa sejenis C hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji. F adalah
valasiklovir tidak lebih dari 1,5 dan antara senyawa faktor respons relatif masing-masing cemaran
sejenis C valasiklovir dan senyawa sejenis A seperti tertera pada Tabel 4.
valasiklovir tidak lebih dari 1,5; faktor ikutan untuk
valasiklovir hidroklorida tidak lebih dari 1,5. Tabel 4
Prosedur Suntikkan sejumlah volume lebih Waktu Faktor
Batas
Nama retensi respons
kurang 10 µL Larutan uji ke dalam kromatograf. (%)
relatif relatif
Rekam kromatogram dan ukur semua respons Guanin dan asiklovir 0,18 1,51 2,0
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran Senyawa sejenis A 0,42 1,12 0,2
dengan rumus: asiklovir
𝑟𝑖 D-valasiklovir 0,55 1,0 3,0
( ) × 100
𝑟𝑇 Valasiklovir 1,0 - -
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
puncak larutan uji. Masing-masing cemaran dan Kromatografi <931>.
total cemaran tertera pada Tabel 2. Fase gerak Campuran air-metanol P-asam
perklorat P (19:1:0,1).
Tabel 2 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Nama Waktu retensi Batas Valasiklovir Hidroklorida BPFI, larutkan dan
relatif (%) encerkan dengan asam hidroklorida 0,05 N hingga
Guanin* 0,31 - kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. [Catatan
Asiklovir* 0,42 -
Valasiklovir Hidroklorida BPFI dapat mengandung
Asiklovir alaninat 0,54 0,2
sejumlah D-valasiklovir].
Valasiklovir 1,00 -
Senyawa sejenis C 0,3
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
1,06 larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida
valasiklovir
Senyawa sejenis A - 0,05 N hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
1,09 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
asiklovir*
Senyawa sejenis D 0,5 tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, dan
1,17
valasiklovir kolom 4 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L66
Asiklovir isoleusinat 1,30 0,2 dengan ukuran partikel 5µm. Laju alir lebih kurang
N-formil valasiklovir 1,61 0,8 0,75 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
Guaninil valasiklovir 1,66 0,2 10. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Bis valasiklovir 2,0 0,3 rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Cemaran lain - 0,1 tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
* Cemaran ditetapkan pada UJI 3 valasiklovir hidroklorida dan D-valasiklovir tidak
kurang dari 2,0; simpangan baku relatif pada
UJI 3 penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.
- 270 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,044 mg per
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan mL.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji Saring alikot melalui penyaring
kromatogram dan ukur respons puncak utama. membran dengan porositas 0,45 m. Encerkan dengan
Hitung persentase valasiklovir hidroklorida, Pengencer hingga kadar valasiklovir lebih kurang
C13H20N6O4.HCl dalam zat yang digunakan dengan 0,044 mg per mL.
rumus: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
𝑟𝑈 𝐶𝑆 tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
( ) ( ) 𝑥 100 kolom 4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L1
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama 2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut- Larutan baku rekam kromatogram dan ukur respons
turut adalah kadar valasiklovir hidroklorida dalam puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
mg per mL Larutan baku dan Larutan uji; tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
berdasarkan bobot yang ditimbang. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
rapat, pada suhu di bawah 30°. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Penandaan Jika dalam bentuk hidrat, cantumkan Hitung persentase zat yang terlarut dengan rumus:
pada etiket.
𝑟𝑈 𝐶𝑠 324,34
( )×( )×𝑉×( ) × 𝐷 × 100
𝑟𝑆 𝐿 360,80
Tambahan monografi
TABLET VALASIKLOVIR rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Valacyclovir Tablets dari Larutan uji dan Larutan baku; V adalah volume
Media disolusi, 900 mL; 324,34 dan 360,80
Tablet Valasiklovir mengandung valasiklovir berturut-turut adalah bobot molekul valasiklovir dan
hidroklorida setara dengan valasiklovir, C13H20N6O4 valasiklovir hidroklorida; D adalah faktor
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% pengenceran Larutan uji; CS adalah kadar
dari jumlah yang tertera pada etiket. Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; L adalah kadar valasiklovir yang
Baku pembanding Valasiklovir Hidroklorida tertera pada etiket dalam mg per tablet.
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan kurang dari 75% (Q) valasiklovir, C13H20N6O4, dari
dalam lemari pendingin. jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi UJI 2
A.Waktu retensi puncak utama kromatogram Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Alat tipe 2: 50 rpm.
diperoleh pada Penetapan kadar. Waktu: 45 menit.
B.Menunjukkan reaksi Klorida seperti yang Larutan baku Timbang saksama Valasiklovir
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Hidroklorida BPFI larutkan dan encerkan dengan
Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per
Disolusi <1231> mL untuk tablet dengan kekuatan 500 mg; 1,2 mg
UJI 1 per mL untuk tablet dengan kekuatan 1000 mg.
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N. Sejumlah volume metanol P tidak lebih 5% dari
Alat tipe 2: 50 rpm. volume akhir, dapat digunakan untuk membantu
Waktu: 45 menit. kelarutan.
Lakukan penetapan jumlah C13H20N6O4 yang Larutan uji Saring alikot melalui penyaring
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja membran dengan porositas 0,45 m. Buang 3 mL filtrat
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. pertama.
Pengencer Larutan asam fosfat P 0,1%. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Fase gerak Campuran asetonitril P-Pengencer C13H20N6O4, yang terlarut dengan mengukur
(5:95). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti gelombang serapan maksimum lebih kurang 252 nm
tertera pada Kromatografi <931>. menggunakan sel 0,02-cm. Hitung persentase
Larutan baku Timbang saksama sejumlah valasiklovir, C13H20N6O4 yang terlarut dengan
Valasiklovir Hidroklorida BPFI, larutkan dalam rumus:
- 271 -
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara D- A. Spektrum serapan infra merah zat yang
valaksiklovir dan valasiklovir tidak kurang dari 1,3; didispersikan dalam minyak mineral P,
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. gelombang yang sama seperti pada Valsartan BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku ke Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur diperoleh pada Penetapan kadar.
respons puncak utama. Hitung persentase
valasiklovir, C13H20N6O4, dalam tablet yang Serapan tidak lebih dari 0,02. Ukur serapan larutan
digunakan dengan rumus: zat dalam metanol P (1 dalam 20) dalam sel 1-cm
pada panjang gelombang 420 nm.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 324,34
( )×( )×( ) × 100 Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
𝑟𝑆 𝐶𝑈 360,80
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10
Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
bpj.
Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir dalam
mg per mL Larutan uji; 324,34 dan 360,80 berturut Tambahan persyaratan
turut adalah bobot molekul valasiklovir dan Nitrosamin Lakukan penetapan menggunakan
valasiklovir hidroklorida. metoda yang sesuai. Masing-masing cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang terkendali. Tabel
Nitrosamin Batas
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang (bpj)
digunakan. N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0.3
N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0.083
simpangan baku relatif senyawa sejenis A valsartan mL Larutan uji. Hitung persentase masing-masing
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%. cemaran lain dalam zat dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan 𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 𝑟𝑆 𝐶𝑈
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase senyawa sejenis A valsartan ri adalah respons puncak cemaran lain dari Larutan
dalam zat dengan rumus: uji; rS adalah respons puncak valsartan dari Larutan
baku; CS adalah kadar Valsartan BPFI dalam mg per
𝑟𝑈 𝐶𝑆 mL Larutan baku; CU adalah kadar valsartan dalam
( )×( ) × 100 mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
𝑟𝑆 𝐶𝑈
ditimbang. Masing-masing cemaran dan total
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
senyawa sejenis A valsartan dari Larutan uji dan Tabel.
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Tabel
Valsartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Cemaran Batas
adalah kadar valsartan dalam mg per mL Larutan (%)
uji. Senyawa sejenis B valsartan 0,2
Senyawa sejenis C valsartan 0,1
Senyawa sejenis B valsartan, senyawa sejenis C Cemaran lain 0,1
Total cemaran 0,3
valsartan dan senyawa sejenis lainnya
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan kadar.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kromatografi <931>.
Valsartan BPFI, Senyawa Sejenis B Valsartan BPFI Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
dan Senyawa Sejenis C Valsartan BPFI, larutkan asetat glasial P-air (500:1:500). Saring dan
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
masing-masing lebih kurang 1 µg per mL. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Kromatografi <931>.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Penetapan kadar kecuali gunakan detektor 225 nm. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
puncak senyawa sejenis B valsartan dan valsartan tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan
tidak kurang dari 1,8; simpangan baku relatif puncak kolom 3,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1
senyawa sejenis B valsartan pada penyuntikan ulang dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
tidak lebih dari 10,0% dan simpangan baku relatif
0,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
puncak valsartan pada penyuntikan ulang tidak lebih
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
dari 2,0%. puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan 2,0%.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Hitung persentase senyawa sejenis B valsartan dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
senyawa sejenis C valsartan dalam zat dengan kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
rumus: Hitung persentase valsartan, C24H29N5O3, dalam zat
yang digunakan dengan rumus:
𝑟𝑈 𝐶𝑆 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( )×( ) × 100 ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝑟𝑆 𝐶𝑈
rU dan rS adalah respons puncak senyawa sejenis B rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
valsartan atau senyawa sejenis C valsartan dari
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Valsartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Senyawa sejenis B Valsartan BPFI atau Senyawa dan CU adalah kadar valsartan dalam mg per mL
sejenis C Valsartan BPFI dalam mg per mL Larutan Larutan uji.
baku dan CU adalah kadar valsartan dalam mg per
- 274 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup labu tentukur 10-mL, larutkan dalam 5 mL metanol
rapat, pada suhu ruang terkendali, terlindung dari P. Tambahkan 0,1 mL dietilamina P, encerkan
panas dan kelembaban. dengan metanol P sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih kurang 50 mg Flunitrazepam BPFI, masukkan
Tambahan monografi ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dalam 5 mL
ZOLPIDEM TARTRAT metilen klorida P dan encerkan dengan metilen
Zolpidem Tartrate klorida P sampai tanda. Campur 1 mL larutan ini
dengan 1 mL Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
larutkan dalam 5 mL metanol P. Tambahkan 0,1 mL
dietilamina P, encerkan dengan metanol P sampai
tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
Bis[N,N-dimetil-2-[6-metil-2-(4-metilfenil) sistem dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
imidazo[1,2-α]piridin-3-il]asetamid] (2R,3R)-2,3- silika gel F254. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dihidroksibutanadioat [99294-93-6] kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase
C42H48N6O8 BM 764,87 gerak, biarkan Fase gerak merambat hingga dua per
tiga tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
Zolpidem Tartrat mengandung tidak kurang dari rambat, biarkan kering di udara. Amati bercak di
98,5% dan tidak lebih dari 101,0%, C42H48N608, bawah cahaya ultraviolet pada panjang gelombang
dihitung terhadap zat anhidrat. 254 nm: harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku. Uji dinyatakan
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih; absah jika pada Larutan kesesuaian sistem, dua
bersifat higroskopis. bercak utama terpisah.
C. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 1 mL
Kelarutan Sukar larut dalam air; agak sukar larut metanol P, panaskan perlahan: 0,1 mL larutan
dalam metanol; praktis tidak larut dalam metilen menunjukkan reaksi Tartrat cara C seperti tertera
klorida. pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Baku pembanding Zolpidem Tartrat BPFI; tidak Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup penetapan menggunakan larutan yang dibuat dengan
rapat pada suhu 5° ± 3°, terlindung cahaya. cara: triturasi 250 mg zat dan 125 mg asam tartrat
Flunitrazepam BPFI. Senyawa sejenis A Zolpidem P, larutkan dalam 20 mL air dan encerkan dengan air
BPFI; C19H21N3O; 307,39. hingga 25 mL. [Catatan Lindungi larutan dari
cahaya dan lakukan penetapan segera]
Identifikasi Lakukan identifikasi A dan C atau B Warna dan Akromisitas <1291> Metode III
dan C. warna larutan tidak lebih intensif dari Larutan
A. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 10 mL padanan W6 atau V6; lakukan penetapan
asam hidroklorida 0,1 N, tambahkan 10 mL air. menggunakan larutan yang dibuat dengan cara:
Tambahkan tetes demi tetes 1 mL amonium triturasi 0,25 g zat dan 0,125 g asam tartrat P,
hidroksida (encerkan 14 g amonium hidroksida larutkan dalam 20 mL air dan encerkan dengan air
pekat minimum 30% b/b NH3 dengan air hingga 100 hingga 25 mL. [Catatan Lindungi larutan dari
mL), sambil diaduk. Saring dan kumpulkan cahaya dan lakukan penetapan segera]
endapan. Bilas endapan dengan air, keringkan dalam
oven pada suhu 105° selama 2 jam: spektrum Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%;
serapan inframerah endapan yang telah dikeringkan lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat.
dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
gelombang yang sama seperti pada Zolpidem Tartrat lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.
BPFI yang diperlakukan sama.
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran dietilamina P- Larutan asam fosfat Buat larutan asam fosfat P
sikloheksan P-etil asetat P (10:45:45). dengan kadar 5,6 g per liter.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol
mg Zolpidem Tartrat BPFI, masukkan ke dalam P-Larutan asam fosfat (18:23:59). Atur pH hingga
- 275 -
5,5 dengan penambahan trietilamin P. Saring dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian udara, terlindung cahaya.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 5 Tambahan monografi
mg Senyawa Sejenis A Zolpidem BPFI, masukkan ke TABLET ZOLPIDEM
dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan Zolpidem Tablets
dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Tablet Zolpidem mengandung zolpidem tartrat,
lebih kurang 5 mg zat, masukkan ke dalam labu C42H48N6O8, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
gerak sampai tanda. Campur 10,0 mL larutan ini
dengan 10,0 mL Larutan baku. Baku pembanding Zolpidem Tartrat BPFI; tidak
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, rapat pada suhu 5°±3°, terlindung cahaya.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Flunitrazepam BPFI. Senyawa sejenis A Zolpidem
tanda. BPFI; C19H21N3O; 307,39.
Larutan pembanding Pipet 2 mL Larutan uji ke
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase Identifikasi
gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Fase gerak lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi
sampai tanda. secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Fase gerak Buat campuran dietilamina P-
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan sikloheksan P-etil asetat P (10:45:45).
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15
dengan ukuran partikel 4 m. Laju alir lebih kurang mg Zolpidem Tartrat BPFI, masukkan ke dalam
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap labu tentukur 5-mL, larutkan dalam 2,5 mL metanol
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan P. Tambahkan 0,05 mL dietilamina P, encerkan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dengan metanol P sampai tanda.
waktu retensi zolpidem lebih kurang 10 menit; Larutan flunitrazepam Timbang saksama
waktu retensi relatif asam tartrat dan senyawa sejumlah Flunitrazepam BPFI, larutkan dan
sejenis A zolpidem terhadap zolpidem berturut- encerkan dengan diklorometana P hingga kadar 3,0
turut lebih kurang 0,16 dan 0,8; resolusi, R, antara mg per mL.
puncak senyawa sejenis A zolpidem dan zolpidem Larutan kesesuaian sistem Campur satu bagian
tidak kurang dari 2,0 [Catatan Gunakan Larutan baku dengan satu bagian Larutan
kromatogram dari Larutan kesesuaian sistem untuk flunitrazepam.
identifikasi senyawa sejenis A zolpidem]. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tablet setara dengan lebih kurang 30 mg zolpidem
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan tartrat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga,
Larutan pembanding ke dalam kromatograf. Rekam tambahkan 5 mL air, kocok. Sentrifus hingga
kromatogram dan ukur semua respons puncak: diperoleh beningan, saring melalui penyaring nilon
masing-masing cemaran tidak lebih dari 0,5 kali dengan porositas 0,45 µm. Masukkan filtrat ke
respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%); dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,1 mL
total cemaran tidak lebih dari respons puncak utama dietilamin P, encerkan dengan metanol P sampai
Larutan pembanding (0,2%). Abaikan respons tanda.
puncak kurang dari 0,25 kali respons puncak utama Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
Larutan pembanding (0,05%). Abaikan respons masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
puncak asam tartrat. sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
silika gel F254 atau silika gel 60 F245. Masukkan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
300 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak
125-mL, larutkan dalam campuran 20 mL asam merambat hingga 15 cm. Angkat lempeng, tandai
asetat glasial P dan 20 mL anhidrida asetat P. batas rambat, biarkan kering di udara. Amati bercak
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan di bawah cahaya ultraviolet pada panjang
titik akhir secara potensiometrik. Lakukan gelombang 254 nm: harga Rf bercak utama Larutan
penetapan blangko. uji sesuai dengan Larutan baku. Uji dinyatakan
absah jika pada Larutan kesesuaian sistem, dua
Tiap mL asam perklorat 0,1 N bercak utama terpisah.
setara dengan 38,24 mg C42H48N6O8
- 276 -
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan A Buat campuran asetonitril P-metanol
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti P-Larutan asam fosfat (18:23:59). Atur pH hingga
diperoleh pada Penetapan kadar. 5,5 dengan penambahan trietilamin P, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Disolusi <1231> menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N Kromatografi <931>.
Alat tipe 2: 50 rpm Larutan B Gunakan asetonitril P.
Waktu: 45 menit Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Lakukan penetapan persentase zolpidem tartrat, dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
C42H48N6O8, yang terlarut dengan cara Kromatografi kromatografi.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan baku Timbang saksama sejumlah
<931>. Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa sejenis A
Larutan asam fosfat Buat larutan asam fosfat P Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan dengan
dengan kadar 5,6 mg per mL. Larutan A hingga kadar masing-masing lebih kurang
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol 50 µg per mL.
P-Larutan asam fosfat (18:23:59). Atur pH hingga Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
5,5 dengan penambahan trietilamin P. Saring dan tablet setara dengan lebih kurang 10 mg zolpidem
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian tartrat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Tambahkan 80 mL Larutan A, kocok dengan
Kromatografi <931>. bantuan sonikasi, dan encerkan dengan Larutan A
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring
Zolpidem Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan nilon dengan porositas 0,45 µm.
dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji ke
5,5 µg per mL. dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan A sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke
sejumlah Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
sejenis A Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan Larutan A sampai tanda.
dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing Larutan pembanding 2 Campur satu bagian
lebih kurang 50 µg per mL. Larutan pembanding 1 dengan satu bagian Larutan
Larutan uji Saring sejumlah alikot, jika perlu A.
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kurang 5,5 µg per mL. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dengan ukuran partikel 4 m. Pertahankan suhu
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per Larutan Larutan
Waktu
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan A B Eluasi
(menit)
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur (%) (%)
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 0-20 100 0 Isokratik
20-40 100→50 0→50 Gradien Linier
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
40-45 50 50 Isokratik
zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari 2,0.
45-46 50→100 50→0 Gradien Linier
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 46-60 100 0 Kesetimbangan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan kembali
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Hitung persentase zolpidem tartrat, C42H48N6O8, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
yang terlarut. seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak zolpidem lebih kurang 10,5 menit; waktu retensi
kurang dari 75% (Q) C42H48N6O8 dari jumlah yang relatif asam tartrat dan senyawa sejenis A zolpidem
tertera pada etiket. terhadap zolpidem berturut-turut lebih kurang 0,16
dan 0,8; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. A zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan uji, Larutan pembanding 1, dan Larutan
Kromatografi <931>. pembanding 2 ke dalam kromatograf, rekam
Larutan asam fosfat Buat larutan asam fosfat P kromatogram dan ukur semua respons puncak.
dengan kadar 5,6 mg per mL. Respons puncak selain puncak utama Larutan uji
tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
- 277 -
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
LAMPIRAN
- 278 -
Bila pada monografi yang merujuk <51> A terhadap mikroba dan kompatibel dengan
pada perubahan lampiran menjadi <52> dan inaktivator yang digunakan.
bila merujuk <51> B menjadi lampiran <53>
METODE PENGHITUNGAN
PENGUJIAN MIKROBIOLOGI SEDIAAN
Pengujian dilakukan dengan metode Penyaringan
NONSTERIL: UJI PENGHITUNGAN
Membran atau salah satu Metode Angka Lempeng
MIKROBA <52> yang sesuai. Metode lain adalah Angka Paling
Mungkin (APM) yang secara umum kurang akurat
PENDAHULUAN
untuk penghitungan mikroba, namun sesuai untuk
Bab ini menjelaskan tentang pengujian kuantitatif produk dengan tingkat kontaminasi rendah.
untuk bakteri mesofil dan kapang khamir yang dapat Pemilihan metode pengujian berdasarkan
tumbuh pada kondisi aerob. beberapa faktor antara lain jenis produk yang diuji,
Pengujian ini dirancang untuk menentukan batas mikroba yang dipersyaratkan, dan ukuran
apakah suatu bahan atau sediaan memenuhi sampel yang memadai untuk memperkirakan
spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah kesesuaian dengan spesifikasi. Kesesuaian metode
ditetapkan. Untuk pelaksanaan pengujian, ikuti terpilih harus ditetapkan.
petunjuk di bawah ini, termasuk jumlah sampel dan
interpretasi hasil uji. UJI FERTILITAS, KESESUAIAN METODE
Metode ini tidak dapat diaplikasikan untuk sediaan PENGHITUNGAN DAN KONTROL
yang mengandung mikroba viabel sebagai bahan NEGATIF
aktif.
Ketentuan Umum
Prosedur mikrobiologi alternatif termasuk metode
Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba
otomatisasi dapat digunakan setelah dibuktikan
pada sediaan yang diuji harus ditetapkan.
kesetaraannya dengan metode farmakope.
Jika terjadi perubahan kinerja pengujian atau
perubahan sediaan yang mempengaruhi hasil uji,
PROSEDUR UMUM
maka harus dilakukan kesesuaian terhadap metode.
Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik sebagai
tindakan pencegahan untuk menghindari Penyiapan Galur Mikroba Uji
kontaminasi mikroba luar terhadap sediaan, tetapi Gunakan suspensi mikroba uji yang stabil,
tidak mempengaruhi mikroba yang diuji. terstandar atau siapkan seperti yang tertera di bawah
Jika sediaan yang akan diuji memiliki aktivitas ini. Galur mikroba uji dipelihara dengan teknik
antimikroba, sifat antimikroba dihilangkan atau biakan lot benihhingga mikroba yang digunakan
dinetralkan sebelum diuji. Jika digunakan untuk inokulasitidak lebih dari 5 pasase dari master
inaktivator, harus dibuktikan efikasi dan tidak toksik lot benih asli. Biakkan tiap galur bakteri dan kapang
terhadap mikroba. khamir uji secara terpisah seperti tertera pada Tabel
Jika dalam penyiapan sampel digunakan 1.
surfaktan, harus dibuktikan surfaktan tidak toksik
Untuk membuat suspensi mikroba uji gunakan Digest Agar dan Sabouraud Dextrose Agar seperti
LarutanDapar Natrium Klorida-Pepton pH 7,0 atau tertera pada Tabel 1. Inkubasi sesuai dengan kondisi
Larutan Dapar Fosfat pH 7,2; untuk yang tertera pada Tabel 1.
mempertahankan spora Aspergillus brasiliensis, Untuk media padat, pertumbuhan yang diperoleh
tambahkan polisorbat 80 P 0,05%pada dapar. tidak boleh berbeda lebih dari faktor dua dari nilai
Gunakan suspensi dalam waktu 2 jam, atau 24 jam hitung inokulum standar. Contoh jika inokulum
jika disimpan pada 2º - 8º. Sebagai alternatif standar yang digunakan adalah 100 CFU maka nilai
penyiapan dan pengenceran suspensi segar sel hitung yang diterima adalah 100 CFU/2 = 50 sampai
vegetatif A. brasiliensis atau B. subtilis, dapat 100 x 2 = 200 CFU.
digunakan suspensi spora yang stabil dengan Pertumbuhan mikroba dan hasil uji fertilitas pada
volume yang sesuai untuk inokulasi. Suspensi spora inokulum yang dibuat segar harus sebanding dengan
yang stabil dipertahankan pada 2º – 8º untuk jangka bets sebelumnya. Media cair dapat digunakan jika
waktu yang tervalidasi. pertumbuhan mikroba uji terlihat jelas dan
sebanding dengan hasil uji fertilitas bets media
Kontrol Negatif sebelumnya.
Untuk membuktikan kesesuaian kondisi
pengujian, dilakukan kontrol negatif menggunakan Kesesuaian Metode Penghitungan Mikroba
pelarut yang sesuai seperti pada penyiapan larutan dalam Sediaan
uji. Kontrol negatif harus menunjukkan tidak ada
pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif juga PENYIAPAN SAMPEL
dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada Metode penyiapan sampel disesuaikan dengan
Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada sifat fisik sediaan yang diuji. Jika dengan prosedur
kontrol negatif diperlukan investigasi. yang diuraikan di bawah ini tidak ada yang
memuaskan maka harus dikembangkan prosedur
Fertilitas Media lain yang sesuai.
Uji setiap bets media siap pakai dan setiap bets Sediaan Larut Air Larutkan atau encerkan
media yang dibuat dari media kering atau dari sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10) dalam
komponen yang tertera pada formula. Larutan Dapar Natrium Klorida-Pepton pH 7,0,
Inokulasi secara terpisah sejumlah mikroba (tidak atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-
lebih dari 100 koloni) ke dalam lempeng media Casein Digest Broth, bila perlu atur pH hingga 6 - 8.
Soybean-Casein Digest Broth, Soybean-Casein
- 280 -
Jika perlu encerkan lebih lanjut dengan pelarut yang dari sampel tidak dapat dihindari, alikuot suspensi
sama. mikroba dapat ditambahkan setelah proses
Sediaan Bukan Lemak yang Tidak Larut netralisasi, pengenceran atau penyaringan.
dalam Air Suspensikan sediaan yang akan diuji
(biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar NETRALISASI/PENGHILANGAN
Natrium Klorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan AKTIVITAS ANTIMIKROBA
Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-Casein Digest Jumlah perolehan kembali mikroba uji dari
Broth. Dapat ditambahkan surfaktan seperti sampel yang disiapkan seperti tertera pada Inokulasi
polisorbat 80P 1 g per L untuk membantu dan Pengenceran, dan diinkubasi mengikuti
mensuspensikan bahan yang sulit dibasahi, jika prosedur yang tertera pada Perolehan kembali
perlu atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan lebih mikroba uji dalam sediaan, dibandingkan dengan
lanjut dengan pelarut yang sama. jumlah perolehan kembali mikroba uji dari kontrol.
Sediaan Berlemak Larutkan sediaan yang akan Jika pertumbuhan terhambat (dengan faktor
diuji dalam isopropil miristat yang disterilkan reduksi lebih besar dari 2), harus dilakukan
dengan cara penyaringan, atau campurkan sediaan modifikasi prosedur uji penghitungan untuk
yang akan diuji dengan sesedikit mungkin memastikan validitas hasil. Modifikasi prosedur
polisorbat 80 steril atau surfaktan non-inhibitor lain dapat dilakukan dengan:
steril, jika perlu hangatkan dalam tangas air pada (1) Penambahan jumlah volume pengencer
suhu tidak lebih dari 40º atau pada kasus tertentu atau media biakan;
tidak lebih dari 45º. Aduk perlahan-lahan dan jika (2) Penambahan larutan penetral khusus atau
perlu pertahankan suhu dalam tangas air. umum pada pengencer;
Tambahkan secukupnya pengencer yang telah (3) Penyaringan membran; atau
dihangatkan hingga diperoleh pengenceran 1 dalam (4) Kombinasi perubahan di atas.
10. Aduk perlahan-lahan dan jika perlu pertahankan
suhu dengan waktu sesingkat mungkin untuk Zat Penetral Zat penetral digunakan untuk
pembentukan emulsi. Lakukan pengenceran menetralkan aktivitas senyawa antimikroba (seperti
bertingkat dengan pengencer yang mengandung yang tertera pada Tabel 2). Zat tersebut dapat
polisorbat 80 atau surfaktan non-inhibitor lain ditambahkan pada pelarut atau media yang sesuai
sterildengan kadar sesuai. sebelum disterilkan. Zat penetral yang digunakan
Cairan atau Padatan dalam bentuk Aerosol harus menunjukkan efikasi dan tidak toksik terhadap
Pindahkan seluruh isi sediaan secara aseptik ke mikroba yang dibuktikan dengan penambahan zat
dalam penyaring membran atau wadah steril penetral pada blangko tanpa sediaan.
yangsesuai untuk pengambilan sampel. Gunakan
seluruh isi atau sejumlah tertentu sediaan dari tiap Tabel 2. Zat Penetral/Metode Umum
wadah yang diuji. untuk Zat Penghambat
“Transdermal Patches” Lepaskan lapisan Zat Penghambat Zat Penetral /Metode
pelindung, letakkan bagian berperekat menghadap Glutaraldehid, raksa Natrium hidrogen sulfit
ke atas pada lempeng kaca atau baki plastik steril. (Natrium bisulfit)
Agar tidak saling menempel, tutup permukaan Fenolik, alkohol,
Pengenceran
berperekat dengan bahan berpori steril yang sesuai aldehid, sorbat
Aldehid Glisin
(misal kasa steril), kemudian pindahkan lembaran
Senyawa amonium
transdermal dalam wadah berisi pengencer yang kuartener,
mengandung inaktivator seperti polisorbat 80 parahidroksibenzoat Lesitin
dan/atau lesitin dengan volume yang sesuai. Kocok (paraben), bis-
kuat selama tidak kurang dari 30 menit. biguanida
Senyawa amonium
INOKULASI DAN PENGENCERAN kuartener, iodin, Polisorbat
Tambahkan suspensi mikroba uji pada sampel dan paraben
kontrol (pengencer tanpa sampel) seperti yang Raksa Tioglikolat
tertera diatas, untuk mendapatkan inokulum dengan Raksa, halogen, aldehid Tiosulfat
jumlah tidak lebih dari 100 koloni. Volume suspensi EDTA (edetat) Ion Mg atau Ca
inokulum yang ditambahkan tidak lebih dari 1% dari
volume sediaan yang diencerkan. Jika tidak ditemukan metode netralisasi yang
Untuk menunjukkan perolehan kembali mikroba sesuai, dapat diartikan bahwa kegagalan isolasi
uji yang dapat diterima dari sediaan, gunakan mikroba yang diinokulasikan disebabkan oleh
sampel dengan faktor pengenceran terendah yang aktivitas antimikroba dari sediaan. Hal ini
memungkinkan. Jika tidak memungkinkan karena menunjukkan bahwa sediaan tidak mungkin
terdapat aktivitas antimikroba atau kelarutan yang terkontaminasi spesies mikroba uji yang digunakan.
rendah, perlu dikembangkan protokol uji yang Lakukan pengujian dengan faktor pengenceran
sesuai. Jika penghambatan pertumbuhan mikroba tertinggi yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba
- 281 -
uji dan kriteria keberterimaan khusus. Sebagai disiapkan seperti pada Penyiapan Sampel, Inokulasi
informasi, produk mungkin dapat menghambat dan Pengenceran serta Netralisasi/ Penghilangan
spesies mikroba spesifik tertentu seperti tertera pada Aktivitas Antimikroba dengan menyebarkan pada
Tabel 1, namun tidak dapat menghambat galur permukaan lempeng media. Inkubasi dan hitung
mikroba lainnya. jumlah koloni seperti yang telah dijelaskan pada
Metode Tuang.
PEROLEHAN KEMBALI MIKROBA UJI Metode Angka Paling Mungkin (APM) Metode
DALAM SEDIAAN APM kurang presisi dan akurat dibandingkan
Untuk tiap mikroba yang tercantum seperti tertera dengan Metode Penyaringan Membran atau Metode
pada Tabel 1, lakukan uji terpisah. Hanya mikroba Angka Lempeng Total. Hasilnya tidak dapat
dari galur uji yang ditambahkan yang dihitung. diandalkan terutama untuk penghitungan kapang.
Penyaringan Membran Gunakan penyaring Metode APM dapat digunakan untuk menghitung
membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. ALT jika tidak ada metode lain yang. Jika metode
Jenis bahan penyaring dipilih sedemikian rupa APM telah ditetapkan, lakukan pengujian seperti
sehingga kemampuan menahan bakteri tidak dibawah ini.
dipengaruhi oleh kandungan sampel uji. Gunakan Siapkan minimal tiga seri pengenceran (10-1, 10-
2
satu membran penyaring untuk tiap mikroba uji. , 10-3) sediaan dengan cara seperti tertera pada
Pindahkan sejumlah sampel yang sesuai yang Penyiapan Sampel, Inokulasi dan Pengenceran serta
disiapkan seperti tertera pada Penyiapan Sampel, Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas Antimikroba.
Inokulasi dan Pengenceran serta Netralisasi/ Dari tiap tingkat pengenceran sediaan, inokulasikan
Penghilangan Aktivitas Antimikroba (setara 1 g masing-masing tiga alikot 1 g atau 1 mL ke dalam
sediaan, atau kurang dari 1 g jika diperkirakan tiga seri tabung berisi 9 – 10 mL media Soybean-
jumlah koloni besar) ke dalam penyaring membran, Casein Digest Broth. Jika perlu tambahkan
saring segera dan bilas penyaring membran dengan surfaktan seperti polisorbat 80 atau inaktivator
sejumlah tertentu volume pengencer. senyawa antimikroba ke dalam media. Jika dibuat
Untuk menentukan Angka Lempeng Total (ALT) tiga tingkat pengenceran, maka diperoleh 9 tabung
mikroba aerob, pindahkan penyaring membran ke terinokulasi.
permukaan lempeng media Soybean-Casein Digest Inkubasi semua tabung yang telah diinokulasi
Agar (SCDA). Untuk menentukan Angka Kapang pada suhu 30° - 35° selama tidak lebih dari 3 hari.
Khamir (AKK), pindahkan membran ke permukaan Jika terdapat kesulitan dalam membaca hasil, atau
lempeng media Sabouraud Dextrose Agar. Inkubasi ketidakyakinan terhadap sifat dari sediaan yang
seperti tertera pada Tabel 1. Lakukan pengamatan diuji, lakukan sub-kultur pada media Broth yang
dan penghitungan. sama atau Soybean Casein Digestic Agar selama 1
Metode Angka Lempeng Total Metode angka sampai 2 hari pada suhu yang sama, gunakan hasil
lempeng total dilakukan setidaknya duplo untuk tiap ini. Dengan menggunakan Tabel 3 dapat ditentukan
media, dan hasil merupakan rata-rata hitung jumlah angka paling mungkin (APM) per g atau per mL
koloni. sediaan uji.
Metode TuangUntuk cawan Petri berdiameter 9
cm, tambahkan 1 mL sampel yang disiapkan seperti Tabel 3. Nilai Angka Paling Mungkin Mikroba
tertera pada Penyiapan Sampel, Inokulasi dan Kombinasi jumlah APM
Pengenceran serta Netralisasi /Penghilangan tabung pada tiap seri per g atau Batas
Aktivitas Antimikroba ke dalam tiap cawan dan yang menunjukkan per mL Kepercayaan
kemudian tambahkan 15 - 20 mL Soybean-Casein pertumbuhan sediaan 95%
Jumlah g atau mL
Digest Agar atau Sabouraud Dextrose Agar pada
sediaan per tabung
suhu tidak lebih dari 45°. Jika digunakan cawan
0,1 0,01 0,001
Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. 0 0 0 <3 0 - 9,4
Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji yang tertera 0 0 1 3 0,1 - 9,5
pada Tabel 1. 0 1 0 3 0,1 - 10
Inkubasi seperti tertera pada Tabel 1. Hitung 0 1 1 6,1 1,2 - 17
jumlah koloni rata-rata dari tiap cawan media dan 0 2 0 6,2 1,2 - 17
hitung jumlah koloni inokulum awal. 0 3 0 9,4 3,5 - 35
Metode SebarUntuk cawan Petri berdiameter 9 cm, 1 0 0 3,6 0,2 - 17
tambahkan 15-20 mL Soybean-Casein Digest Agar 1 0 1 7,2 1,2 - 17
atau Sabouraud Dextrose Agar pada suhu lebih 1 0 2 11 4 - 35
kurang 45° pada tiap cawan Petri, dan biarkan 1 1 0 7,4 1,3 - 20
memadat. Jika digunakan cawan Petri yang lebih 1 1 1 11 4 - 35
besar, sesuaikan jumlah media. Keringkan lempeng 1 2 0 11 4 - 35
media dalam laminar air flow atau dalam inkubator. 1 2 1 15 5 - 38
Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji yang tertera 1 3 0 16 5 - 38
2 0 0 9,2 1,5 - 3,5
pada Tabel 1. Inokulasikan 0,1 mL sampel yang
2 0 1 14 4 - 35
- 282 -
dan penghitungan jumlah koloni, lakukan seperti petunjuk di bawah ini, termasuk jumlah sampel dan
yang tertera pada Metode Tuang. interpretasi hasil uji.
Prosedur mikrobiologi alternatif termasuk metode
METODE ANGKA PALING MUNGKIN (APM) otomatisasi dapat digunakan setelah dibuktikan
Siapkan dan encerkan sampel dengan metode kesetaraannya dengan metode Farmakope.
sesuai seperti yang tertera pada Uji Fertilitas dan
Kesesuaian Metode Penghitungan. Inkubasi semua PROSEDUR UMUM
tabung selama 3-5 hari pada suhu 30°-35°. Jika
perlu, lakukan subkultur menggunakan metode yang Penyiapan sampel dilakukan seperti tertera pada
sesuai. Catat jumlah tabung yang menunjukkan Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
pertumbuhan mikroba pada tiap tingkat Penghitungan Mikroba <52>.
pengenceran. Tentukan APM mikroba per g atau per Jika sediaan yang akan diuji memiliki aktifitas
mL sediaan yang diuji berdasarkan Tabel3. antimikroba, sifat antimikroba dihilangkan atau
dinetralkan seperti tertera pada Pengujian
Interpretasi Hasil Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan
Mikroba <52>.
Angka Lempeng Total (ALT) mikroba aerob Jika dalam penyiapan sampel digunakan
dianggap sama dengan jumlah koloni yang surfaktan, harus dibuktikan surfaktan tidak toksik
ditemukan pada Soybean-Casein Digest Agar; jika terhadap mikroba dan kompatibel dengan
koloni jamur ditemukan pada media ini, maka inaktivator yang digunakan seperti tertera pada
dihitung sebagai bagian dari ALT. Angka Kapang Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
dan Khamir (AKK) dianggap sama dengan jumlah Penghitungan Mikroba<52>.
koloni yang ditemukan pada Sabouraud Dextrose
Agar; jika koloni bakteri ditemukan pada media ini, FERTILITAS DAN DAYA HAMBAT DARI
maka dihitung sebagai bagian dari AKK. Jika AKK MEDIA, KESESUAIAN UJI DAN
diperkirakan melebihi kriteria keberterimaan karena KONTROL NEGATIF
adanya pertumbuhan bakteri, dapat digunakan
Sabouraud Dextrose Agar yang mengandung Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba
antibiotik. Jika penghitungan dilakukan pada sediaan yang diuji harus ditetapkan. Jika terjadi
menggunakan metode APM, nilai penghitungan perubahan kinerja pengujian atau perubahan sediaan
yang diperoleh merupakan Angka Lempeng Total yang mempengaruhi hasil uji, maka harus dilakukan
(ALT) mikroba aerob. kesesuaian terhadap metode.
Jika telah ditetapkan kriteria keberterimaan untuk
mutu mikrobiologi, maka diinterpretasikan sebagai Penyiapan Galur Uji
berikut:
- 101 koloni: maksimum penghitungan yang dapat Gunakan suspensi mikroba uji yang stabil,
diterima = 20; terstandar seperti yang tertera di bawah ini. Galur
- 102 koloni: maksimum penghitungan yang dapat mikroba uji dipelihara dengan teknik biakan lot
diterima = 200; benih sehingga mikroba yang digunakan untuk
- 103 koloni: maksimum penghitungan yang dapat inokulasi tidak lebih dari 5 pasase dari master lot
diterima = 2000; dan seterusnya. benih asli.
Larutan dan media yang direkomendasikan tertera
pada Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji MIKROBA AEROB
Mikroba Spesifik <53>. Biakkan masing-masing galur bakteri secara
terpisah dalam wadah berisi media Soybean-Casein
Digest Broth atau Soybean-Casein Digest Agar,
PENGUJIAN MIKROBIOLOGI pada suhu 30° - 35° selama 18 - 24 jam. Biakkan
SEDIAAN NONSTERIL: UJI MIKROBA galur uji Candida albicans secara terpisah pada
SPESIFIK <53> Sabouraud Dextrose Agar atau dalam Sabouraud
Dextrose Broth pada suhu 20° - 25° selama 2 - 3 hari.
PENDAHULUAN
Staphylococcus ATCC 6538, NCIMB
Bab ini menjelaskan tentang keberadaan atau aureus 9518, CIP 4.83 atau
batas mikroba spesifik yang dapat dideteksi dengan NBRC 13276
kondisi dan metode yang sesuai. Pseudomonas ATCC 9027, NCIMB
Pengujian ini dirancang untuk menetapkan apakah aeruginosa 8626, CIP 82.118 atau
suatu bahan atau sediaan memenuhi kriteria NBRC 13275
spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah Escherichia coli ATCC 8739, NCIMB
ditetapkan. Untuk pelaksanaan pengujian, ikuti 8545, CIP 53.126 atau
NBRC 3972
- 284 -
Salmonella enterica ATCC 14028 Reinforced Medium for Clostridia pada suhu 30° -
subsp. enterica 35° selama 24 - 48 jam. Sebagai alternatif penyiapan
serovar Typhimurium dan pengenceran suspensi segar sel vegetatif Cl.
atau sebagai pilihan Sporogenes, dapat digunakan suspensi spora yang
lain stabil untuk inokulasi. Suspensi spora yang stabil
Salmonella enterica NBRC 100797, NCTC dipertahankan pada suhu 2°- 8° untuk jangka waktu
subsp. enterica 6017 atau CIP 80.39 yang tervalidasi.
serovar Abony
Candida albicans ATCC 10231, NCPF Kontrol Negatif
3179, IP 48.72 atau Untuk memverifikasi kesesuaian kondisi
NBRC 1594 pengujian, dilakukan kontrol negatif menggunakan
pelarut yang sesuai menggantikan larutan uji.
Gunakan Larutan Dapar natrium klorida–pepton pH Kontrol negatif harus menunjukkan tidak ada
7,0 atau Larutan Dapar fosfat pH 7,2 untuk pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif juga
membuat suspensi uji. Gunakan suspensi tersebut dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada
dalam waktu 2 jam atau jika digunakan sampai 24 Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada
jam harus disimpan pada suhu 2° - 8°. kontrol negatif diperlukan investigasi.
UJI FERTILITAS MEDIA CAIR Lakukan uji seperti tertera pada Pengujian
Inokulasi sejumlah mikroba uji (tidak lebih dari 100 Sediaan dengan masa inkubasi terpendek.
koloni) ke dalam media yang sesuai. Inkubasi pada Mikroba uji spesifik harus dapat dideteksi dengan
suhu tertentu selama tidak lebih dari periode reaksi indikasi seperti dijelaskan dalam Pengujian
terpendek seperti tertera pada prosedur uji. Sediaan.
Pertumbuhan mikroba uji harus terlihat jelas dan Adanya aktivitas antimikroba pada sediaan
harus sebanding dengan hasil uji fertilitas bets media memerlukan modifikasi prosedur uji seperti tertera
sebelumnya. pada Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas
Antimikroba dalam Pengujian Mikrobiologi
UJI FERTILITAS MEDIA PADAT Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba
Gunakan Metode Sebar seperti tertera pada <52>.
Metode Angka Lempeng Total dalam Pengujian Untuk sediaan tersebut, jika aktivitas antimikroba
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan untuk mikroba tertentu tidak dapat dinetralisasi,
Mikroba <52>. Inokulasi masing-masing lempeng dapat diasumsikan bahwa mikroba yang dihambat
dengan sejumlah mikroba uji yang sesuai (tidak tersebut tidak ada dalam sediaan.
lebih dari 100 koloni). Inkubasi pada suhu tertentu
selama tidak lebih dari periode terpendek seperti PENGUJIAN SEDIAAN
tertera dalam prosedur uji. Pertumbuhan mikroba Uji Bakteri Gram Negatif Bile-Tolerant
harus dapat dibandingkan dengan hasil uji fertilitas
bets media sebelumnya. PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI
Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10
UJI DAYA HAMBAT MEDIA CAIR ATAU menggunakan tidak kurang dari 1 g sediaan yang
PADAT akan diuji seperti tertera pada Pengujian
Inokulasi sejumlah mikroba uji tidak kurang dari Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan
100 koloni pada media yang sesuai. Inkubasi pada Mikroba <52>, tetapi gunakan Soybean-Casein
suhu tertentu selama tidak kurang dari periode Digest Broth sebagai pengencer, campur, dan
terpanjang seperti tertera pada prosedur uji. Tidak inkubasi pada suhu 20° - 25° selama waktu yang
terdapat pertumbuhan mikroba uji. cukup untuk menumbuhkan bakteri tetapi tidak
cukup untuk memicu multiplikasi mikroba
UJI INDIKATIF MEDIA (biasanya 2 jam tetapi tidak lebih dari 5 jam).
Gunakan Metode Sebar seperti tertera pada
Metode Angka Lempeng Total dalam Pengujian UJI KUALITATIF
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
Mikroba <52>. Inokulasi masing-masing lempeng monografi, inokulasi sejumlah volume setara
dengan sejumlah mikroba uji yang sesuai (tidak dengan 1 g sediaan seperti tertera pada Penyiapan
lebih dari 100 koloni). Inkubasi pada suhu tertentu Sampel dan Pra-inkubasi dalam media
selama rentang waktu seperti tertera pada prosedur Enterobacteria Enrichment Broth Mossel. Inkubasi
uji. Koloni mikroba uji harus terlihat jelas dan pada suhu 30° - 35° selama 24 - 48 jam. Lakukan
menunjukkan reaksi indikasi yang sama dengan bets subkultur pada lempeng Violet Red Bile Glucose
media sebelumnya. Agar. Inkubasi pada suhu 30°- 35° selama 18 - 24
jam.
Kesesuaian Metode Uji Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
pertumbuhan koloni.
Untuk masing-masing sediaan baru yang diuji,
lakukan penyiapan sampel seperti tertera pada UJI KUANTITATIF
Pengujian Sediaan. Pada saat pencampuran, Seleksi dan subkultur Inokulasi sejumlah
tambahkan secara terpisah masing-masing suspensi sediaan yang akan diuji ke dalam media
mikroba uji sejumlah tidak lebih dari 100 koloni. Enterobacteria Enrichment Broth Mossel dengan
- 286 -
penyiapan seperti tertera pada Penyiapan Sampel Glucose Agar. Inkubasi pada suhu 30° - 35° selama
dan Pra-inkubasi dan/atau lakukan pengenceran 18 – 24 jam.
sampel tersebut hingga masing-masing mengandung Interpretasi Hasil positif ditunjukkan dengan
0,1 g; 0,01 g dan 0,001 g (atau 0,1 mL; 0,01 mL dan adanya pertumbuhan koloni. Catat jumlah terkecil
0,001 mL). Inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 24- dari sediaan yang memberikan hasil positif dan
48 jam. Lakukan subkultur dengan menginokulasi jumlah terbesar dari sediaan yang memberikan hasil
masing-masing biakan pada lempeng Violet Red Bile negatif. Tentukan angka yang mungkin dari bakteri
menggunakan Tabel 2.
Escherichia coli
SELEKSI DAN SUBKULTUR
PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI Pindahkan 0,1 mL Soybean-Casein Digest Broth
Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10 ke dalam 10 mL media Rappaport Vasiliadis
menggunakan tidak kurang dari 1 g sediaan yang Salmonella Enrichment Broth, inkubasi pada suhu
akan diuji seperti tertera pada Pengujian 30°-35 selama 18-24 jam. Lakukan subkultur pada
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan lempeng Xylose Lysine Deoxycholate Agar. Inkubasi
Mikroba <52>, dangunakan 10 mL atau sejumlah pada suhu 30° - 35 selama 18 - 48 jam.
tertentu setara dengan 1 g atau 1 mL sediaan yang
akan diuji, inokulasikan ke dalam sejumlah volume INTERPRETASI
media Soybean-Casein Digest Broth seperti tertera Pertumbuhan koloni berwarna merah, dengan atau
dalam Kesesuaian Metode Uji, campur, dan inkubasi tanpa titik hitam di bagian tengah menunjukkan
pada suhu 30° - 35 selama 18 - 24 jam. kemungkinan adanya Salmonella yang dikonfirmasi
dengan uji identifikasi.
SELEKSI DAN SUBKULTUR Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
Kocok wadah, pindahkan 1 mL Soybean-Casein pertumbuhan koloni seperti diuraikan atau jika hasil
Digest Broth ke dalam 100 mL MacConkey Broth, konfirmasi uji identifikasi negatif.
inkubasi pada suhu 42°-44 selama 24-48 jam.
Lakukan subkultur pada lempeng MacConkey Agar, Pseudomonas aeruginosa
inkubasi pada suhu 30°- 35 selama 18 - 72 jam.
PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI
INTERPRETASI Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10
Pertumbuhan koloni menunjukkan kemungkinan digunakan menggunakan tidak kurang dari 1 g
adanya E.coli yang dikonfirmasi dengan uji sediaan yang akan diuji seperti tertera pada
identifikasi. Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat Penghitungan Mikroba <52>, dan gunakan 10 mL
pertumbuhan koloni atau jika hasil konfirmasi uji atau sejumlah tertentu setara dengan 1 g atau 1 mL
identifikasi negatif. sediaan yang akan diuji, inokulasikan ke dalam
sejumlah volume media Soybean-Casein Digest
Salmonella Broth (seperti tertera pada Kesesuaian Metode Uji),
dancampur.
PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI Untuk menguji “transdermal patches”, saring
Siapkan sediaan yang akan diuji seperti tertera pada sejumlah volume sampel setara dengan satu “patch”
Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji (seperti tertera pada “Transdermal Patches” dalam
Penghitungan Mikroba <52>, dan gunakan sejumlah Penyiapan sampel dalam Pengujian Mikrobiologi
tertentu sediaan yang akan diuji setara dengan tidak Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba <52>)
kurang dari 10 g atau 10 mL, inokulasikan ke dalam menggunakan penyaring membran steril, dan
sejumlah volume media Soybean-Casein Digest masukkan membran ke dalam 100 mL media
Broth (seperti tertera pada Kesesuaian metode uji), Soybean-Casein Digest Broth. Inkubasi pada suhu
campur, dan inkubasi pada suhu 30°-35 selama 18- 30° - 35 selama 18-24 jam.
24 jam.
- 287 -
atur pH hingga 7,2 0,2 dengan natrium hidroksida Potato Dextrose Agar
P, tambahkan Air murni sampai tanda, dan campur. Infusion from potatoes 200 g
Masukkan ke dalam wadah, dan sterilisasi. Simpan Dekstrosa 20,0 g
pada suhu 2° - 8. Agar 15,0 g
Larutan Dapar Fosfat pH 7,2 Siapkan campuran Air murni 1000 mL
Air murni dan Larutan Dapar persediaan (800:1
v/v), dan sterilisasi. Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 5,6 0,2
pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
Larutan Dapar Natrium Klorida – Pepton dengan siklus yang tervalidasi.
pH 7,0
Kalium dihidrogen fosfat 3,6 g Sabouraud Dextrose Broth
Dinatrium hidrogen fosfat 7,2 g Dekstrosa 20,0 g
dihidrat (setara 0,067 M
fosfat)
Mixture Peptic Digest of Animal 10,0 g
Tissue and Pancreatic Digest of
Natrium klorida 4,3 g
Casein (1:1)
Pepton (daging atau kasein) 1,0 g
Air murni 1000 mL
Air murni 1000 mL
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 5,6 0,2
Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan siklus yang
tervalidasi. pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
dengan siklus yang tervalidasi.
Soybean-Casein Digest Broth
Pancreatic digest of casein 17,0 g Enterobacteria Enrichment Broth Mossel
Papaic digest of soybean 3,0 g Pancreatic digest of gelatin 10,0 g
Natrium klorida 5,0 g Glukosa monohidrat 5,0 g
Dibasa hidrogen fosfat 2,5 g Dehydrated ox bile 20,0 g
Glukosa monohidrat 2,5 g Kalium dihidrogen fosfat 2,0 g
Air murni 1000 mL Dinatrium hydrogen fosfat 8,0 g
dihidrat
Brilliant green 15 mg
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,3 0,2
Air murni 1000 mL
pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
dengan siklus yang tervalidasi. Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,2 0,2
pada 25. Panaskan hingga 100º selama 30 menit dan
Soybean-Casein Digest Agar dinginkan segera.
Pancreatic digest of casein 15,0 g
Papaic digest of soybean 5,0 g Violet Red Bile Glucose Agar
Natrium klorida 5,0 g Yeast extract 3,0 g
Agar 15,0 g Pancreatic digest of gelatin 7,0 g
Air murni 1000 mL Bile salts 1,5 g
Natrium klorida 5,0 g
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,3 0,2 Glukosa monohidrat 10,0 g
Agar 15,0 g
pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
dengan siklus yang tervalidasi. Merah netral 30 mg
Kristal violet 2 mg
Sabouraud Dextrose Agar Air murni 1000 mL
Dekstrosa 40,0 g
Mixture peptic digest of 10,0 g Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,4 0,2
animal tissue and pancreatic pada 25. Panaskan hingga mendidih, jangan
digest of casein (1:1) dipanaskan menggunakan otoklaf.
Agar 15,0 g
Air murni 1000 mL MacConkey Broth
Pancreatic digest of gelatin 20,0 g
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 5,6 0,2 Laktosa monohidrat 10,0 g
pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf Dehydrated ox bile 5,0 g
dengan siklus yang tervalidasi. Ungu bromokresol 10 mg
Air murni 1000 mL
- 289 -
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,3 0,2 Dikalium sulfat 10,0 g
pada 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan Setrimid 0,3 g
siklus yang tervalidasi. Agar 13,6 g
Air murni 1000 mL
MacConkey Agar Gliserol 10,0 mL
Pancreatic digest of gelatin 17,0 g
Peptones (meat and casein) 3,0 g Panaskan hingga mendidih selama 1 menit dengan
Laktosa monohidrat 10,0 g pengocokan. Atur pH sehingga setelah sterilisasi
Natrium klorida 5,0 g menjadi 7,2 0,2 pada 25. Sterilisasi menggunakan
Bile salts 1,5 g otoklaf dengan siklus yang tervalidasi.
Agar 13,5 g
Merah netral 30,0 mg Mannitol Salt Agar
Kristal violet 1 mg Pancreatic digest of casein 5,0 g
Air murni 1000 mL Peptic digest of animal 5,0 g
tissue
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,1 ± 0,2 Beef extract 1,0 g
pada suhu 25º. Didihkan selama 1 menit dengan D-manitol 10,0 g
pengadukan konstan, kemudian sterilisasi Natrium klorida 75,0 g
menggunakan otoklaf dengan siklus yang tervalidasi. Agar 15,0 g
Merah fenol 0,025 g
Rappaport Vassiliadis Salmonella Enrichment Air murni 1000 mL
Broth
Soya peptone 4,5 g Panaskan hingga mendidih selama 1 menit dengan
Magnesium klorida heksahidrat 29,0 g pengocokan. Atur pH sehingga setelah sterilisasi
Natrium klorida 8,0 g menjadi 7,4 0,2 pada suhu 25. Sterilisasi
Dikalium fosfat 0,4 g menggunakan otoklaf dengan siklus yang tervalidasi.
Kalium dihidrogen fosfat 0,6 g
Hijau malakit 0,036 g Reinforced Medium for Clostridia
Air murni 1000 mL Beef extract 10,0 g
Pepton 10,0 g
Larutkan dalam keadaan agak hangat. Sterilisasi Yeast extract 3,0 g
menggunakan otoklaf dengan siklus yang tervalidasi, Soluble starch 1,0 g
pada suhu tidak lebih dari 115º. Setelah disterilisasi Glukosa monohidrat 5,0 g
menggunakan otoklaf pH menjadi 5,2 ± 0,2 pada Sistein hidroklorida 0,5 g
suhu 25º. Natrium klorida 5,0 g
Natrium asetat 3,0 g
Xylose Lysine Deoxycholate Agar Agar 0,5 g
Xylose 3,5 g Air murni 1000 mL
L-lysine 5,0 g
Laktosa monohidrat 7,5 g Basahi dan larutkan agar menggunakan air murni,
Sukrosa 7,5 g dan panaskan hingga mendidih dengan pengadukan
Natrium klorida 5,0 g secara terus menerus. Jika diperlukan, atur pH
Yeast extract 3,0 g sehingga setelah sterilisasi menjadi 6,8 0,2 pada
Merah fenol 80 mg suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan
Agar 13,5 g siklus yang tervalidasi.
Natrium deoksikolat 2,5 g
Natrium tiosulfat 6,8 g Columbia Agar
Besi(III) ammonium sitrat 0,8 g Pancreatic digest of casein 10,0 g
Air murni 1000 mL Meat peptic digest 5,0 g
Heart pancreatic digest 3,0 g
Atur pH sehingga setelah pemanasan menjadi 7,4 Yeast extract 5,0 g
0,2 pada suhu 25. Panaskan hingga mendidih, Maized starch 1,0 g
dinginkan hingga 50, tuang ke dalam cawan Petri. Natrium klorida 5,0 g
Jangan disterilisasi menggunakan otoklaf. Agar, tergantung pada 10,0-15,0 g
daya pembentukan gel
Cetrimide Agar Air murni 1000 mL
Pancreatic digest of gelatin 20,0 g
Magnesium klorida 1,4 g
- 290 -
Basahi dan larutkan agar menggunakan air murni, Pembuatan Obat yang Baik selama pembuatan,
dan panaskan hingga mendidih dengan pengadukan penyimpanan, dan distribusi sediaan farmasi.
secara terus menerus. Jika diperlukan, atur pH
sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,30,2 pada Uji mikroba sediaan nonsteril dilakukan sesuai
suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan dengan metode pada Pengujian mikrobiologi
siklus yang tervalidasi. Dinginkan hingga mencapai sediaan nonsteril: Uji penghitungan mikroba
45-50, bila perlu tambahkan gentamisin sulfat yang <52> dan Pengujian mikrobiologi sediaan
setara dengan 20 mg gentamisin basa, dan tuang ke nonsteril: Uji mikroba spesifik <53>. Kriteria
dalam cawan Petri. keberterimaan untuk sediaan farmasi nonsteril
berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) dan
Angka Kapang Khamir (AKK) tertera pada Tabel 1
Tambahan lampiran dan 2. Kriteria keberterimaan berdasarkan pada hasil
PENGUJIAN MIKROBIOLOGI SEDIAAN masing-masing uji atau rata-rata replikasi uji ketika
NONSTERIL: KRITERIA replikasi dilakukan (misalnya, metode lempeng).
KEBERTERIMAAN SEDIAAN DAN
BAHAN BAKU UNTUK PENGGUNAAN Apabila dipersyaratkan kriteria keberterimaan untuk
FARMASI <54> uji mikrobiologi, dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
Adanya mikroba tertentu dalam sediaan nonsteril • 101 koloni: maksimum penghitungan yang dapat
dapat berpotensi mengurangi atau bahkan diterima = 20;
menonaktifkan aktivitas sediaan terapeutik dan • 102 koloni: maksimum penghitungan yang dapat
berpotensi memberi dampak buruk bagi kesehatan diterima = 200;
pengguna. Oleh karena itu, industri harus
memastikan jumlah cemaran mikroba yang rendah • 103 koloni: maksimum penghitungan yang dapat
dalam obat jadi dengan menerapkan pedoman Cara diterima = 2000; dan seterusnya.
Tabel 1 meliputi daftar mikroba spesifik dan kriteria Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
keberterimaan yang ditetapkan. Jenis mikroba Penghitungan Mikroba <52> dan Pengujian
spesifik dan kriteria keberterimaan yang ditetapkan Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Mikroba
pada Tabel 1 tidak membatasi untuk dilakukannya uji Spesifik <53>
mikroba lain bila diperlukan untuk sediaan tertentu
tergantung pada sifat bahan awal dan proses produksi. Penurunan aktivitas air (water activity, aW) sangat
membantu mencegah pertumbuhan mikroba dalam
Jika hasil uji yang dilakukan menunjukan sediaan farmasi. Formulasi, proses produksi, dan
penghitungan mikroba yang tidak sesuai dengan pengujian sediaan nonsteril perlu mempertimbangkan
kriteria pada tingkat interpretasi yang ditentukan, parameter ini.
maka digunakan metode yang telah divalidasi dengan
Aktivitas air yang rendah telah lama digunakan untuk
batas deteksi sedekat mungkin dengan kriteria
mengendalikan kerusakan bahan makanan yang
keberterimaan.
disebabkan oleh mikroba. Contoh penurunan
Selain mikroba yang tertera pada Tabel 1,
kelembaban pada makanan adalah buah kering, sirup,
pertimbangan penting untuk pengujian mikroba lain
dan acar daging dan sayuran. Aktivitas air yang
dikaji berdasarkan:
rendah membuat bahan-bahan ini awet. Karakteristik
• Penggunaan sediaan: variasi bahaya tergantung
sediaan lainnya, seperti pH rendah atau tinggi, tidak
rute pemberian (mata, hidung, saluran
adanya nutrisi, keberadaan surfaktan, dan
pernapasan).
penambahan zat antimikroba, serta aktivitas air yang
• Sifat sediaan: apakah sediaan mendukung
rendah, membantu mencegah pertumbuhan mikroba.
pertumbuhan mikroba? Apakah sediaan
Namun, perlu dicatat bahwa banyak mikroorganisme
mengandung pengawet/antimikroba yang
yang resisten, termasuk pembentuk spora Clostridium
memadai?
spp., Bacillus spp., Salmonella spp. dan jamur
• Cara penggunaan
berfilamen, meskipun mikroorganisme tersebut
• Pengguna: risiko dapat berbeda untuk neonatus,
mungkin tidak berkembang biak dalam sediaan obat
bayi, kondisi lemah.
dengan aktivitas air rendah, namun dapat bertahan
• Penggunaan agen imunosupresif, kortikosteroid.
dalam sediaan.
• Adanya penyakit, luka, kerusakan organ.
Jika perlu, kajian berbasis risiko terhadap faktor- Jika memungkinkan saat memformulasikan suatu
faktor yang relevan dapat dilakukan oleh personil sediaan oral atau topikal, aktivitas air harus dievaluasi
yang dilatih khusus tentang mikrobiologi dan sehingga sediaan obat dapat awet. Sebagai contoh,
interpretasi data mikrobiologi. Untuk bahan awal, perubahan kadar natrium klorida, sukrosa, alkohol,
penilaian mempertimbangkan proses produksi, propilen glikol, atau gliserin yang kecil dalam
teknologi pengujian terkini, dan ketersediaan bahan formulasi dapat menghasilkan sediaan obat dengan
bermutu. aktivitas air yang rendah sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dalam sediaan. Hal Ini
sangat bermanfaat untuk sediaan dosis ganda yang
dapat terkontaminasi pada saat penggunaan. Uji
terhadap bahan pengemas harus dilakukan untuk
Tambahan lampiran menguji stabilitas sediaan dan memastikan bahwa
PENETAPAN AKTIVITAS AIR SEDIAAN kemasan melindungi sediaan dari kelembaban yang
NONSTERIL <55> dapat meningkatkan aktivitas air selama
penyimpanan.
Penetapan aktivitas air sediaan farmasi nonsteril Pengurangan frekuensi uji batas mikroba perlu
bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan justifikasi melalui penilaian risiko. Penurunan
terkait: frekuensi uji ini jika disetujui dapat berupa tidak
a. Optimasi formulasi sediaan untuk meningkatkan
melakukan uji batas mikroba, menerapkan uji
efektivitas antimikroba dari bahan pengawet, mikroba tidak pada semua lot atau penghapusan uji
b. Minimalisasi degradasi zat aktif dalam formulasi
rutin.
sediaan yang rentan terhadap hidrolisis kimia,
c. Minimalisasi kerentanan formulasi (terutama Sediaan cair yang tidak mengandung air atau sediaan
cairan, salep, losio dan krim) terhadap padat kering tidak mendukung pertumbuhan spora
kontaminasi mikroba, dan atau mikroba karena aktivitas airnya rendah.
d. Penyediaan metode yang rasional untuk Frekuensi pemantauan mikroba dapat ditentukan
penurunan frekuensi uji batas mikroba dan dengan mengkaji data riwayat pengujian sediaan dan
penapisan mikroorganisme yang tidak diinginkan menunjukkan efektivitas pengendalian kontaminasi
dalam pelulusan dan uji stabilitas sediaan mikroba pada bahan baku, kandungan air, proses
menggunakan metode seperti yang tertera pada produksi, formulasi, dan sistem pengemasan. Riwayat
- 293 -
Tabel 1. Aktivitas air (aW) yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme
Bakteri Aktivitas air Kapang dan Khamir Aktivitas air
(aW) (aW)
Pseudomonas aeruginosa 0,97 Rhyzopus nigricans 0,93
Bacillus cereus 0,95 Mucor plumbeus 0,92
Clostridium botulinum, Type A 0,95 Rhodotorula mucilaginosa 0,92
Escherichia coli 0,95 Saccharomyces cerevisiae 0,90
Clostridium perfringens 0,95 Paecilomyces variotti 0,84
Lactobacillus viridescens 0,95 Penicillium chrysogenum 0,83
Salmonella spp. 0,95 Aspergillus fumigatus 0,82
Enterobacter aerogenes 0,94 Aspergillus brasiliensis** 0,82
Bacillus subtilis 0,90 Penicillium glabrum 0,81
Micrococcus lysodekticus 0,93 Aspergillus flavus 0,78
Staphylococcus aureus 0,86 Aspergillus niger 0,77
Halobacterium halobium 0,75 Zygosachharomyces rouxii 0,62
(halophilic bacterium) (osmophilic yeast)
Clostridium sporogenes* 0,94 Xeromyces bisporus 0,61
(xerophilic fungi)
* Taylor, R. H., Dunn, M. L., Ogden, L. V., Jefferies , L. K., Eggett, D. L., and Steele, F. M. (2013), Conditions associated
with Clostridium sporogenes growth as a surrogate for Clostridium botulinum in nonthermally processed canned
butter, J. Dairy Sci., 96, 2754–2764. http://dx.doi.org/10.3168/jds.2012-6209. Di akses pada tanggal 15 Sept 2020.
Di akses pada tanggal 15 September 2020.
** Parra, R., and Magan, N. (2004), Modelling the effect of temperature and water activity on growth of Aspergillus
niger strains and applications for food spoilage moulds, Journal of Applied Microbiology, 97, 429–438.
doi:10.1111/j.1365-2672.2004.02320.x. Di akses pada tanggal 15 September 2020.
Sediaan obat dengan aktivitas air di bawah 0,75 obat memiliki aktivitas antimikroba, dan tempat
(misalnya tablet kempa langsung, kapsul berisi serbuk produksi sediaan tersebut mempunyai riwayat
atau cairan, sediaan cair tidak mengandung air, salep, bioburden yang rendah.
dan supositoria rektal) akan menjadi kandidat yang
sangat baik untuk pengurangan pengujian batas Tabel 2 berisi pengujian batas mikroba yang
mikroba untuk pelulusan produk dan uji stabilitas. Hal disarankan untuk sediaan farmasi berdasarkan
ini dibenarkan untuk sediaan farmasi yang dibuat dari aktivitas air. Hal-hal seperti yang telah disebutkan di
bahan dengan mutu mikrobiologi yang baik, atas, perlu diterapkan saat menetapkan uji batas
lingkungan produksi mendukung tidak terjadinya mikroba untuk masing-masing sediaan obat karena
kontaminasi mikroba, dan proses yang secara inheren pengukuran aktivitas air tidak dapat semata-mata
mengurangi kandungan mikroba, formulasi sediaan digunakan untuk membenarkan penghapusan uji
batas mikroba saat pelulusan produk
- 294 -
Tabel 2. Uji Batas mikroba untuk Sediaan farmasi berdasarkan Aktivitas air
Sediaan Aktivitas air Kontaminan berpotensi Rekomendasi uji
(aW) besar tumbuh
Inhalasi hidung 0,99 Bakteri Gram-negatif ALT,* AKK, S. aureus dan P. aeruginosa
Cairan topikal 0,99 Bakteri Gram-negatif ALT, AKK, S. aureus dan P. aeruginosa
Antasida 0,99 Bakteri Gram-negatif ALT, AKK, E. coli dan Salmonella spp.
Krim topikal 0,97 Bakteri Gram-positif ALT, AKK, S. aureus dan P. aeruginosa
Cairan oral 0,90 Bakteri Gram-positif dan ALT dan AKK
kapang
Suspensi oral 0,87 kapang ALT dan AKK
Salep topikal 0,55 - Pengurangan uji
Supositoria vaginal 0,30 - Pengurangan uji
dan rektal
Tablet kempa 0,36 - Pengurangan uji
Kapsul berisi cairan 0,30 - Pengurangan uji
* ALT = Angka Lempeng Total; AKK = Angka Kapang Khamir.
Catatan—Aktivitas air yang tertera pada Tabel 2 merupakan contoh sediaan. Industri diminta untuk menguji
masing-masing sediaan sebelum menetapkan suatu pengembangan metode pengujian.
Hal yang serupa dapat berlaku untuk pengujian batas aktivitas air dari bahan yang diuji. Instrumen yang
mikroba bahan obat. Namun, produsen harus tersedia secara komersial, menggunakan metode titik
memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang embun / chilled mirror atau teknologi lain jika
proses pembuatan, penjaminan mutu, dan catatan digunakan untuk penentuan aktivitas air perlu
pengujian. Hal ini dapat diperoleh melalui program dievaluasi dalam hal kesesuaian, validasi, dan
audit pemasok. kalibrasi. Instrumen-instrumen ini biasanya
dikalibrasi menggunakan larutan jenuh garam pada
Aktivitas air (aW) adalah perbandingan antara tekanan suhu 25°, seperti yang tercantum dalam Tabel 3.
uap H2O dalam sediaan (P) dan tekanan uap H2O
murni (Po) pada suhu yang sama. Secara numerik Tabel 3. Standar Larutan Jenuh Garam yang
sama dengan 1/100 kelembaban relatif (RH) produk Digunakan untuk Mengkalibrasi Instrumen
dalam sistem tertutup. RH dapat dihitung dari Penetapan Aktivitas Air
pengukuran langsung tekanan uap parsial atau titik
embun atau pengukuran tidak langsung oleh sensor Larutan Jenuh ERH (%) aW
dengan karakteristik fisik atau elektrik yang sensitif Garam
terhadap perubahan RH. Kalium sulfat 97,3 0,973
(K2SO4)
Hubungan antara aW dan kesetimbangan kelembaban Barium klorida 90,2 0,902
relatif (ERH) dihitung dengan persamaan berikut: (BaCl2)
Natrium klorida 75,3 0,753
𝑃 (NaCl)
aW = Magnesium nitrat 52,9 0,529
𝑃𝑜
(Mg(NO3)2)
dan Magnesium 32,8 0,328
klorida (MgCl2)
𝐸𝑅𝐻(%) = 𝑎𝑊 × 100
Inkubasi semua media pada 37° selama 56 hari. A. laidlawii NCTC 10116 CIP 75,27 ATTC 23206
Tetapkan fertilitas media dengan menggunakan galur M. gallisepticum NCTC 10115 CIP 104967 ATTC 19610
Mycobacterium sp. (misalnya BCG) dan jika perlu M. fermentans NCTC 10117 CIP 105680 ATTC 19989
gunakan bahan penetral yang sesuai. Jika M. hyorhinis NCTC 10130 CIP 104968 ATTC 17981
mikroorganisme kontaminan tumbuh selama 8 hari
M. orale NCTC 10112 CIP 104969 ATTC 23714
pertama inkubasi, ulangi uji dan lakukan uji sterilitas
bakteriologis secara bersamaan. Sediaan memenuhi M. pneumoniae NCTC 10119 CIP 103766 ATTC 15531
syarat jika pada akhir waktu inkubasi tidak ada M. synoviae NCTC 10124 CIP 104970 ATTC 25204
pertumbuhan mikobakteri.
Acholeplasma laidlawii BRP, Mycoplasma
fermentans BRP, Mycoplasma hyorhinis BRP,
Tambahan lampiran Mycoplasma orale BRP, dan Mycoplasma synoviae
UJI KEBERADAAN MIKOPLASMA <74> BRP dapat digunakan sebagai galur baku dengan
pasase rendah.
Uji mikoplasma untuk bank sel induk, bank sel kerja, Kondisi inkubasi Inkubasi media cair dalam wadah
lot benih virus atau sel kontrol, dapat dilakukan bersumbat pada suhu 35º - 38º. Inkubasi media padat
menggunakan metode kultur atau metode kultur sel pada kondisi mikroaerofilik (nitrogen dengan
indikator. Uji mikoplasma pada panenan virus, ruahan kandungan 5-10% karbon dioksida dan kelembaban
virus atau ruahan akhir (bets), dapat menggunakan yang cukup untuk menghindari pengeringan pada
metode kultur. Jika perlu metode kultur sel indikator permukaan agar) pada suhu 35º-38º.
juga dapat digunakan pada penapisan media.
Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan Sifat nutrisi
sebagai pengganti satu atau kedua metode tersebut Lakukan pengujian sifat nutrisi pada tiap bets media
setelah divalidasi. Jika perlu lakukan modifikasi dan baru. Inokulasi media yang dipilih menggunakan
validasi dengan persetujuan instansi yang berwenang. mikroorganisme uji yang sesuai; gunakan tidak lebih
dari 100 CFU per 60 mm diameter cawan yang
Metode Kultur mengandung 9 mL media padat dan 100 mL wadah
Pemilihan media kultur Uji dilakukan menggunakan yang berisi media cair; gunakan cawan dan wadah
sejumlah media, baik cair maupun padat untuk terpisah untuk tiap jenis mikroorganisme.
memastikan pertumbuhan pada kondisi inkubasi yang Inkubasikan media dan buat subkultur dari 0,2 mL
ditentukan dari sejumlah kecil mikoplasma yang media cair ke media padat dengan interval yang
mungkin terdapat di produk yang akan diuji. Media spesifik (lihat pada bagian uji mikoplasma pada
cair harus mengandung merah fenol. Media yang produk yang diuji). Media padat memenuhi syarat
digunakan harus memenuhi faktor kecukupan nutrisi apabila pertumbuhan koloni tiap mikroorganisme uji
minimal untuk mikroorganisme yang dijelaskan di memadai (nilai pertumbuhan yang diperoleh dari hasil
bawah ini. Faktor nutrisi dari tiap bets media baru pengujian tidak boleh lebih besar dari lima faktor
diverifikasi terhadap daftar mikroorganisme yang terhadap nilai perhitungan menggunakan inokulum
sesuai. Ketika uji mikoplasma dilakukan, minimal yang sama). Media cair memenuhi syarat apabila
satu jenis mikroorganisme berikut digunakan sebagai pertumbuhan pada cawan subkultur dari broth
kontrol positif: ditemukan paling sedikit 1 subkulur untuk tiap
Acholeplasma laidlawii (vaksin manusia dan mikroorganisme uji.
hewan jika antibiotik digunakan selama produksi). Senyawa inhibitor Uji senyawa inhibitor dilakukan
Mycoplasma gallisepticum (apabila menggunakan satu kali untuk produk yang ditentukan dan diulang
bahan dari avian selama produksi atau jika vaksin setiap kali ada perubahan dalam metode produksi
dibuat untuk penggunaan pada avian). yang dapat mempengaruhi deteksi mikoplasma.
Mycoplasma hyorhinis (vaksin hewan non-avian) Untuk memastikan tidak adanya inhibitor, lakukan uji
Mycoplasma orale (vaksin manusia dan hewan) sifat nutrisi pada media dengan dan tanpa produk
Mycoplasma pneumoniae (vaksin manusia) atau yang diuji. Jika pertumbuhan mikroorganisme uji
menjadi spesies lain yang dapat memfermentasi terjadi pada 1 subkultur lebih awal tanpa produk uji
glukosa, misalnya Mycoplasma fermentans. dibandingkan dengan produk uji, atau jika plat yang
Mycoplasma synoviae (apabila menggunakan diinokulasi dengan produk uji mempunyai jumlah
bahan dari avian selama produksi atau jika vaksin koloni lebih rendah dari 1/5 jumlah uji dari yang
dibuat untuk penggunaan pada avian). diinokulasi tanpa produk uji artinya produk uji
Galur uji merupakan isolat yang telah mengalami mengandung inhibitor dan inhibitor harus
pembatasan jumlah subkultur (tidak lebih dari 15), dinetralisasi atau efeknya dihilangkan. Contohnya,
disimpan dalam kondisi beku atau beku-kering. dengan pasase dalam media pertumbuhan yang tidak
Setelah perbanyakan, galur diidentifikasi dengan mengandung inhibitor atau pengenceran dengan
perbandingan jenis kultur, sebagai contoh: volume medium lebih besar sebelum uji. Jika
- 299 -
pengenceran dilakukan, volume media yang lebih Media di bawah ini direkomendasikan. Media lain
besar dapat digunakan atau volume inokulum dibagi dapat digunakan, jika media tersebut terbukti mampu
dalam beberapa labu 100 mL. Efektivitas netralisasi mempertahankan pertumbuhan mikoplasma pada tiap
atau proses lain dapat diuji dengan mengulangi uji bets dengan ada dan tidak adanya produk yang diuji.
untuk zat penghambat setelah netralisasi.
Uji mikoplasma pada produk yang akan diuji Hayflick Media (Rekomendasi untuk pendeteksian
Inokulasi 10 mL produk yang akan diuji dalam 100 umum mikoplasma)
mL tiap media cair. Apabila ditemukan adanya
perubahan pH secara signifikan ketika penambahan Media cair
produk yang akan diuji, kembalikan ke pH semula, Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL
dengan menambahkan larutan natrium hidroksida Serum kuda (tidak dipanaskan) 20,0 mL
20% atau asam hidroklorat. Inokulasi 0,2 mL produk Ekstrak Ragi (250 g/L) 10,0 mL
yang akan diuji pada tiap cawan media padat. Merah fenol (larutan 0,6 g/L) 5,0 mL
Inkubasi media cair selama 20-21 hari. Inkubasi Penisilin (20 000 IU/mL) 0,25 mL
media padat selama tidak kurang dari 14 hari, Kecuali Asam Deoksiribonukleat 1,2 mL
subkultur 20-21 hari tersebut diinkubasi selama 7 hari Atur hingga pH 7,8
pada media padat. Pada waktu yang sama, inkubasi
100 mL untuk tiap media cair dan cawan agar yang Media padat
tidak diinokulasi sebagai kontrol negatif. Pada hari Siapkan bahan seperti media cair dengan mengganti
ke-2 sampai hari ke-4 setelah inokulasi, lakukan beef heart infusion broth dengan beef heart infusion
subkultur tiap media cair dengan menginokulasi 0,2 agar yang mengandung agar 15 g per L
mL paling sedikit 1 cawan tiap media padat. Ulangi
prosedur antara hari ke-6 dan ke-8, kemudian antara Frey Media (Rekomendasi untuk deteksi M.
hari ke-13 dan ke-15, lalu antara hari ke-19 dan ke-21 synoviae)
setelah pengujian. Amati media cair setiap 2 sampai 3 Media cair
hari dan jika terjadi perubahan warna, lakukan Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL
subkultur. Jika pada media cair terlihat kontaminasi Vitamin esensial (2) 0,025 mL
bakteri atau jamur, maka pengujian tidak valid. Glukosa monohidrat 2,0 mL
Pengujian dikatakan valid apabila paling sedikit 1 (larutan 500 g per L)
cawan tiap media dan inokulasi tiap hari dapat Serum babi (inaktifasi pada suhu 56º 12,0 mL
diamati. Pada uji kontrol positif dilakukan dengan selama 30 menit)
menginokulasi tidak lebih dari 100 CFU dari paling β-Nikotinamida adenin dinukleotida 1,0 mL
sedikit 1 mikroorganisme uji pada media agar atau (larutan 10 g per L)
media broth. Jika pengujian mikoplasma dilakukan Sistein hidroklorida 1,0 mL
secara rutin dan bila memungkinkan, disarankan (larutan 10 g per L)
untuk melakukan rotasi spesies mikoplasma yang Merah fenol (larutan 0,6 g per L) 5,0 mL
digunakan sebagai kontrol positif. Uji Penisilin (20.000 IU per mL) 0,25 mL
mikroorganisme yang digunakan berdasarkan daftar
media biakan. Campur larutan β-Nikotinamida adenin dinukleotida
Interpretasi hasil Pada akhir periode inkubasi yang dan sistein hidroklorida kemudian tambahkan bahan
ditentukan, amati seluruh media padat yang lain setelah 10 menit. Atur hingga pH 7,8.
diinokulasi menggunakan mikroskop untuk melihat
keberadaan koloni mikoplasma. Produk memenuhi Media padat
syarat apabila tidak ada pertumbuhan jenis koloni Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL
mikoplasma. Produk dikatakan tidak memenuhi Agar, dimurnikan (3) 1,4 g
syarat jika ditemukan pertumbuhan koloni Atur hingga pH 7,8, sterilisasi dengan autoklaf
mikoplasma pada media padat. Pengujian dikatakan kemudian tambah:
tidak valid apabila satu atau lebih kontrol positif tidak Vitamin esensial (2) 0,025
menunjukkan pertumbuhan mikoplasma setidaknya mL
pada satu cawan subkultur. Pengujian dikatakan tidak Glukosa monohidrat 2,0 mL
valid apabila satu atau lebih kontrol negatif (larutan 500 g per L)
menunjukkan pertumbuhan mikoplasma. Jika Serum babi (tidak dipanaskan) 12,0 mL
terdapat koloni yang diduga mikoplasma, gunakan β-Nikotinamida adenin dinukleotida 1,0 mL
metode tervalidasi yang sesuai untuk menentukan (larutan 10 g per L)
apakah koloni tersebut merupakan koloni Sistein hidroklorida 1,0 mL
mikoplasma. (larutan 10 g per L)
Merah fenol (larutan 0,6 g per L) 5,0 mL
Rekomendasi Media Untuk Metode Kultur Penisilin (20 000 IU per mL) 0,25 mL
- 300 -
Sel dapat digunakan jika kedua galur baku tersebut Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
terdeteksi. Sel indikator harus disubkultur tanpa Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
antibiotik sebelum digunakan pada uji. untuk deteksi mikoplasma dengan amplifikasi asam
nukleat yang diekstraksi dari sampel uji dengan
Metode Uji primer spesifik terhadap asam nukleat target. Teknik
1. Tumbuhkan kultur sel indikator pada kerapatan amplifikasi asam nukleat menunjukkan urutan asam
yang sesuai (contoh 2x104 hingga 2x105 sel per nukleat tertentu dan tidak memerlukan mikoplasma
mL, 4x103 hingga 2,5x104 sel per cm2) yang hidup. Terdapat sejumlah teknik yang berbeda.
menghasilkan pertumbuhan sel yang merata Prosedur lain dapat digunakan, namun harus
setelah 3 hari. Inokulasi 1 mL produk uji ke wadah divalidasi seperti tertera pada pedoman yang
kultur sel dan inkubasi pada suhu 35º – 38º. tercantum pada akhir bagian ini. Jika kit komersial
2. Setelah minimal 3 hari inkubasi, saat sel tumbuh digunakan, terdapat parameter tertentu yang harus
merata, buat subkultur pada cover glass pada divalidasi oleh produsen dan diinformasikan kepada
wadah yang sesuai (contoh bagian kaca objek) pengguna.
untuk prosedur uji ini. Tumbuhkan sel pada
kerapatan rendah sehingga sel 50% merata setelah Teknik amplifikasi asam nukleat diterapkan jika
3-5 hari inkubasi. Hindari pemerataan sel yang ditetapkan pada monografi. Teknik amplifikasi asam
sempurna yang dapat mengganggu visualisasi nukleat juga dapat digunakan sebagai pengganti
mikoplasma setelah pewarnaan. metode kultur dan metode kultur sel indikator setelah
3. Buang media dan bilas sel indikator dengan dapar dilakukan validasi yang sesuai.
salin fosfat pH 7,4, tambahkan larutan fiksasi yang
sesuai (campurkan asam asetat glasial P - metanol Teknik amplifikasi asam nukleat langsung Dapat
P (1:3) yang dibuat segar, jika bisbenzimida P diterapkan jika terdapat bahan sitotoksik dan jika
digunakan untuk pewarnaan). metode cepat diperlukan.
4. Buang larutan fiksasi dan cuci sel dengan air steril.
Keringkan kaca objek dengan sempurna jika kaca Pengkayaan kultur sel diikuti oleh Teknik
objek akan diwarnai lebih dari 1 jam sesudahnya amplifikasi asam nukleat Uji sampel dan substrat sel
(perlakuan tertentu dibutuhkan untuk pewarnaan yang sesuai (seperti yang dijelaskan di bawah metode
kaca objek setelah pengeringan karena bercak kultur sel indikator) dikultur bersama selama periode
yang mungkin dihasilkan). tertentu, asam nukleat kemudian diekstraksi dari sel
5. Tambahkan pewarna DNA yang sesuai dan dan beningan serta digunakan untuk deteksi dengan
diamkan dalam waktu yang sesuai (jika teknik amplifikasi asam nukleat.
menggunakan bisbenzimida P, waktu yang
digunakan selama 10 menit)). Validasi
6. Hilangkan warna dan bersihkan permukaan Baku pembanding diperlukan pada berbagai tahap
dengan air. selama validasi dan untuk penggunaan sebagai
7. Pasang setiap cover glass jika memungkinkan kontrol selama pengujian rutin. Baku pembanding
(campuran gliserol P - dapar fosfat sitrat pH 5,5 berupa mikoplasma atau asam nukleat.
(1:1)). Periksa dengan mikroskop fluoresensi Untuk validasi batas deteksi, spesies berikut ini
(untuk pewarna bisbenzimida, gunakan eksitasi merupakan pilihan optimal jika dilihat dari frekuensi
330 nm/ 380 nm dan barrier filter LP 440 nm) kejadian kontaminasi dan hubungan filogenetik antar
pada perbesaran 400 kali atau lebih. spesies mikoplasma:
8. Bandingkan kultur uji kontrol negatif dan positif − A. laidlawii;
menggunakan mikroskop, periksa fluoresensi − M. fermentans;
yang berasal selain dari inti sel. Mikoplasma − M. hyorhinis (jika pengkayaan sel kultur
menghasilkan titik kecil dan filamen dalam ruang digunakan, galur fastidious seperti ATCC 29052
interselular. Periksa penampakan di beberapa area disertakan)
pandang sesuai hasil validasi. − M. orale
− M. pneumoniae atau M. gallisepticum;
Interpretasi Hasil − M. synoviae (jika ada penggunaan atau paparan
Produk yang diuji memenuhi syarat jika tidak terdapat terhadap bahan avian selama produksi)
fluorosensi spesifik mikoplasma. Uji tidak memenuhi − M. arginini;
syarat jika kontrol positif tidak menunjukkan − S. citri (jika ada penggunaan atau paparan
fluorosensi spesifik mikoplasma dan jika kontrol terhadap serangga atau bahan tanaman selama
negatif menunjukkan fluorosensi spesifik produksi).
mikoplasma.
Validasi spesifisitas memerlukan penggunaan spesies
bakteri yang sesuai selain mikoplasma. Genus bakteri
- 302 -
dengan filogenetik yang memiliki kekerabatan dekat nukleat real time yang digunakan untuk kontrol
dengan mikoplasma lebih sesuai untuk validasi ini kontaminasi sebagai uji batas.
meliputi Clostridium, Lactobacillus dan Dua karakteristik yang dianggap paling penting untuk
Streptococcus. validasi prosedur analitik adalah spesifisitas dan batas
deteksi. Ketegaran prosedur analitik harus dievaluasi.
Studi perbandingan untuk penggunaan Teknik Untuk tujuan dokumen ini, prosedur analitik
amplifikasi asam nukleat sebagai metode alternatif didefiniskan sebagai prosedur lengkap dari ekstraksi
Untuk tiap spesies uji mikoplasma: asam nukleat untuk deteksi produk yang
- Sebagai alternatif metode kultur: Uji teknik diamplifikasi. Jika kit komersial digunakan untuk
amplifikasi asam nukleat dapat mendeteksi 10 sebagian atau semua prosedur analitik, validasi
CFU/mL; terdokumentasi sudah dilakukan oleh produsen kit
- Sebagai alternatif metode kultur sel indikator; yang dapat menggantikan validasi oleh pengguna.
sistem uji teknik amplifikasi asam nukleat dapat Meskipun demikian, kinerja kit sehubungan dengan
mendeteksi 100 CFU/mL tujuan penggunaanya harus dibuktikan oleh pengguna
Atau batas deteksi yang setara dengan jumlah salinan (misal batas deteksi, ketegaran, deteksi silang bakteri
asam nukleat mikoplasma dalam sampel uji klas lain).
(menggunakan baku pembanding asam nukleat Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
mikoplasma yang sesuai). sebagai:
- uji pelengkap (misal untuk suspensi sitotoksik
Kontrol Internal Kontrol internal dibutuhkan untuk virus) atau untuk tujuan kontrol dalam proses
verifikasi rutin adanya penghambat. Kontrol internal - Metode alternatif untuk menggantikan metode
dapat mengandung urutan yang dikenali primer atau kompendial (metode kultur sel indikator atau
beberapa urutan lain yang sesuai. Kontrol internal metode kultur).
hendaknya ditambahkan ke bahan uji sebelum isolasi Pedoman ini memiliki 2 tujuan yaitu untuk validasi
asam nukleat sehingga dapat berlaku sebagai kontrol amplifikasi asam nukleat dan untuk studi pembanding
keseluruhan (ekstraksi, transkripsi balik, amplifikasi, antara amplifikasi asam nukleat dan metode
deteksi). kompendial.
Kontrol eksternal Kontrol positif eksternal Pedoman Untuk Validasi Mikoplasma Teknik
mengandung sejumlah salinan urutan target atau CFU Amplifikasi Asam Nukleat
dari 1 atau lebih spesies mikoplasma yang sesuai yang Tiga parameter yang harus dievaluasi: spesifisitas,
dipilih selama validasi uji. Satu dari kontrol positif batas deteksi dan ketegaran.
diatur dekat dengan titik cut-off positif untuk 1. Spesifisitas
menunjukkan sensitifitas yang diharapkan tercapai. Spesifisitas adalah kemampuan untuk menilai dengan
Kontrol negatif eksternal tidak mengandung urutan jelas asam nukleat target yang terdapat pada sampel.
target tapi tidak mewakili matriks yang sama sebagai Spesifisitas teknik amplifikasi asam nukleat
bahan uji. tergantung pada pemilihan primer, pelacak (untuk
analisis produk jadi) dan keketatan kondisi uji (untuk
tahap amplifikasi dan deteksi).
Interpretasi Hasil Primer yang digunakan juga dapat
Kemampuan teknik amplifikasi asam nukleat untuk
mengamplifikasi asam nukleat bakteri non
mendeteksi beragam spesies mikoplasma akan
mikoplasma, yang mengarah ke hasil positif palsu.
bergantung pada pemilihan primer, probe dan
Jika diperlukan, prosedur ditetapkan pada waktu
parameter metode. Kemampuan ini harus dibuktikan
validasi untuk menangani konfirmasi hasil positif.
menggunakan baku. Oleh karena teknik amplifikasi
sistem asam nukleat berdasarkan campuran primer,
Pedoman Validasi Amplifikasi Asam Nukleat perbandingan database analisis primer dan pelacak
Untuk Deteksi Mikoplasam tidak direkomendasikan. Hal ini karena interpretasi
Ruang Lingkup hasil rumit dan tidak menggambarkan hasil uji. Selain
Teknik Amplifikasi asam nukleat adalah uji kualitatif itu primer akan mendeteksi spesies bakteri lain,
atau kuantitatif adanya asam nukleat. Untuk deteksi potensi deteksi silang harus didokumentasikan dalam
kontaminasi mikoplasma dari variasi sampel seperti studi validasi. Genus bakteri dengan filogenetik yang
vaksin dan substrat sel, uji kualitatif cukup dan dapat memiliki kekerabatan dekat dengan mikoplasma lebih
dipertimbangkan sebagai uji batas. sesuai untuk validasi ini meliputi Clostridium,
Pedoman ini menjelaskan metode untuk validasi Lactobacillus dan Streptococcus. Namun tidak hanya
prosedur analitik amplifikasi asam nukleat kualitatif genus bakteri tersebut dan spesies yang diuji akan
untuk mendeteksi kontaminasi mikoplasma. Metode bergantung pada kemampuan teoritis (berdasarkan
tersebut berlaku untuk teknik amplifikasi asam pada urutan primer/probe) sistem Teknik amplifikasi
asam nukleat untuk mendeteksi spesies lain.
- 303 -
Berdasarkan pada hasil validasi spesifisitas, jika pengenceran tertinggi memberikan respon positif).
terdapat perbedaan dalam spesifisitas metode (seperti Rentang pengenceran dapat dipilih sekitar titik cut off
deteksi asam nukleat bakteri non mikoplasma), awal yang telah ditentukan. Konsentrasi mikoplasma
strategi yang sesuai harus dilakukan dalam studi (CFU atau salinan) dapat dideteksi pada 95% uji yang
validasi untuk menghasilkan interpretasi hasil positif dapat dihitung menggunakan metode statistik yang
pada pengujian rutin. Misal uji kedua dapat dilakukan sesuai. Hasil tersebut dapat digunakan untuk menilai
menggunakan metode alternatif tanpa perbedaan variabilitas prosedur analitik.
spesifisitas atau menggunakan metode kompendial.
3. Ketegaran
2. Batas Deteksi Ketegaran adalah ukuran kemampuan prosedur untuk
Batas deteksi prosedur analitik adalah jumlah tetap bertahan dan tidak terpengaruh oleh parameter
terendah asam nukleat target dalam sampel yang metode dengan variasi kecil yang disengaja pada
dapat dideteksi tapi tidak dikuantifikasi sebagai nilai parameter dan menyediakan indikasi keandalan
yang tepat. Untuk penetapan batas deteksi, titik cut metode selama penggunaan normal. Evaluasi
off positif harus ditentukan untuk prosedur analitik ketegaran harus dipertimbangkan pada tahap
amplifikasi asam nukleat. Titik cut off positif adalah pengembangan metode. Evaluasi seharusnya
jumlah minimum salinan urutan target per volume uji menunjukkan keandalan prosedur analitik yang
yang dapat dideteksi pada 95% ulangan pengujian. parameter metodenya divariasi dengan disengaja.
Titik cut off positif dipengaruhi oleh distribusi genom Untuk amplifikasi asam nukleat, variasi kecil dalam
mikoplasma dalam sampel individu yang diuji dan parameter metode bersifat kritis. Namun, ketegaran
faktor seperti efisiensi enzim dan dapat menghasilkan metode dapat dilakukan selama pengembangan ketika
perbedaan 95% nilai cut off untuk setiap uji. variasi kecil dalam konsentrasi reagen dilakukan
Untuk menentukan titik cut off positif, seri (misal MgCl2, primer atau deoksiribonukleotida).
pengenceran dikarakterisasi dan dikalibrasi (dalam Evaluasi harus dilakukan apabila terdapat modifikasi
CFU atau salinan asam nukleat) dalam galur baku kit ekstraksi atau prosedur ekstraksi serta jenis alat
kerja atau standar kompendial harus diuji pada hari PCR. Ketegaran suatu metode dapat dievaluasi
berbeda untuk menentukan variasi antar uji. melalui studi kolaborasi.
Untuk validasi batas deteksi, spesies berikut ini
mewakili seleksi optimal sebagai kontaminan dan Pedoman Studi Komparibilitas
hubungan filogenetik: Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
− A. laidlawii; sebagai pengganti metode kompendial (metode kultur
− M. fermentans; sel indikator atau metode kultur). Dalam kasus ini,
− M. hyorhinis (jika pengkayaan sel kultur studi komparibilitas harus dilakukan. Studi
digunakan, galur fastidious seperti ATCC komparibilitas ini harus meliputi perbandingan batas
29052 disertakan) deteksi respektif (masing-masing) metode alternatif
− M. orale dan metode kompendial. Tetapi spesifisitas
− M. pneumoniae atau M. gallisepticum; (mikoplasma terdeteksi, hasil positif palsu yang
− M. synoviae (jika ada penggunaan atau diprediksi) harus dipertimbangkan. Untuk batas
paparan terhadap bahan avian selama deteksi, kriteria penerimaan didefinisikan sebagai
produksi) berikut:
− M. arginini; - Jika metode alternatif diusulkan untuk
− S. citri (jika ada penggunaan atau paparan menggantikan metode kultur, sistem Teknik
terhadap serangga atau bahan tanaman amplifikasi asam nukleat harus dapat mendeteksi
selama produksi). 10 CFU per mL untuk setiap spesies uji
mikoplasma yang dijelaskan di atas,
Untuk setiap galur, minimal 3 seri independen - Jika metode alternatif diusulkan untuk
pengenceran kelipatan 10 harus diuji, dengan menggantikan metode kultur sel indikator, sistem
sejumlah replikasi pada setiap pengenceran dengan Teknik amplifikasi asam nukleat harus dapat
jumlah total 24 hasil uji, untuk mendapatkan hasil mendeteksi 100 CFU per mL untuk setiap spesies
analisis statistik. Misalnya dilakukan 3 seri uji mikoplasma yang dijelaskan di atas.
pengenceran pada hari berbeda dengan 8 replikasi Untuk kedua kasus, standar terkalibrasi yang sesuai
untuk tiap pengenceran, 4 seri pengenceran pada hari untuk sejumlah salinan asam nukleat dan sejumlah
berbeda dengan 6 replikasi untuk tiap pengenceran, CFU dapat digunakan untuk memenuhi penetapan
atau 6 seri pengenceran pada hari berbeda dengan 4 kriteria keberterimaan. Hubungan antara CFU dan
replikasi untuk tiap pengenceran. Untuk menetapkan salinan asam nukleat untuk sediaan baku harus
jumlah pengenceran pada tahap yang dapat ditetapkan sebelumnya untuk membandingkan
dikendalikan, uji pendahuluan harus dilakukan untuk kinerja metode Teknik amplifikasi asam nukleat
mendapatkan nilai awal titik cut off positif (misalnya dengan kinerja metode kompendial.
- 304 -
Satu dari dua strategi di bawah ini dapat digunakan Untuk pengujian serologis, indikator yang sesuai
untuk menunjukkan studi komparibilitas: untuk memantau konsistensi pengujian adalah:
- Lakukan metode alternatif Teknik amplifikasi − Rerata dan deviasi standar dari level atau skor
asam nukleat secara paralel dengan metode antibodi relatif dari sampel serum yang
kompendial untuk mengevaluasi batas deteksi diperoleh setelah pemberian dosis tetap dari
secara simultan kedua metode menggunakan sediaan baku vaksin;
sampel yang sama dari galur yang terkalibrasi. − tingkat antibodi (baku antiserum dan sampel
- Bandingkan kinerja metode alternatif Teknik serum negatif)
amplifikasi asam nukleat menggunakan data yang
− rasio level atau skor antibodi untuk antiserum
diperoleh sebelumnya dari validasi metode
baku ke sampel serum yang sesuai dengan
kompendial. Dalam hal ini, kalibrasi standar yang
vaksin baku.
digunakan untuk kedua validasi dan juga
Jika uji pengenceran tunggal digunakan, produksi
stabilitasnya harus didokumentasikan dengan
dan konsistensi uji dari waktu ke waktu dipantau
baik.
melalui indikator yang sesuai dan dengan melakukan
Laporan studi komparabilitas seharusnya
uji pengenceran berseri secara berkala, misalnya
menjelaskan semua elemen validasi (spesifisitas,
setiap 2 tahun.
batas deteksi dan variabilitas dan ketegaran) untuk
menilai semua kelebihan dan kekurangan metode
METODE A. Serologi pada mencit
amplifikasi asam nukleat alternatif dibandingkan
Seleksi dan distribusi hewan uji
dengan metode kompendial.
Gunakan mencit yang sehat dari stok yang sama,
sekitar umur 5 minggu. Bagikan hewan dalam 6
Tambahan lampiran kelompok dengan nomor yang sesuai dengan
persyaratan pengujian. Gunakan 3 pengenceran
PENETAPAN POTENSI VAKSIN
vaksin uji dan 3 pengenceran baku vaksin. Suntikkan
PERTUSIS ASELULAR <175> 0,5 mL tiap pengenceran secara intraperitoneal atau
Kapasitas vaksin untuk menginduksi pembentukan
subkutan ke setiap mencit yang diberikan ke setiap
antibodi spesifik pada mencit atau marmot
kelompok. Selama studi validasi, dapat digunakan
dibandingkan dengan kapasitas yang sama dari
kelompok mencit sebagai kontrol negatif dengan
sediaan baku yang diuji secara paralel; antibodi menyuntikkan pengencer.
ditentukan dengan metode imunokimia <1385> yang
sesuai seperti Enzyme-linked immunosorbent assay
Baku Vaksin Vaksin terbukti efektif dalam uji klinis
(ELISA).
atau perwakilan bets digunakan sebagai baku vaksin.
Persiapan bets yang representatif, diperlukan
Vaksin kombinasi yang mengandung komponen
persyaratan pada proses produksi yang digunakan
pertusis dengan komponen difteri dan tetanus, untuk bets yang diuji dalam uji klinis. Stabilitas baku
dilakukan uji serologi pada marmot dengan kelompok vaksin harus dipantau dan didokumentasikan.
hewan yang sama yang digunakan untuk uji serologis
Vaksin Jerap Difteri dan Vaksin Jerap Tetanus ketika
Baku Antiserum Baku antiserum dari aktivitas yang
kondisi imunisasi umum untuk semua komponen
ditetapkan digunakan dalam uji dan berfungsi sebagai
(misalnya, dosis, durasi) telah dibuktikan valid untuk dasar untuk penghitungan kadar antibodi dalam uji
vaksin kombinasi. serum. Bordetella pertussis mouse antiserum BRP
yang sesuai digunakan sebagai baku antiserum.
Model marmot yang digunakan memungkinkan
Model pengujian berikut diberikan sebagai contoh
pengurangan lebih lanjut dalam jumlah hewan yang
metode yang telah terbukti memberikan hasil yang
dibutuhkan dan harus dipertimbangkan oleh setiap
valid.
analis sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang. Pengumpulan sampel serum 4-5 minggu setelah
Metode A dan B yang dijelaskan di bawah ini vaksinasi, ambil darah tiap mencit yang telah
menggunakan pengenceran berseri untuk sediaan uji
dianastesi. Simpan serum pada -20° sampai
dan baku.
digunakan untuk penentuan antibodi.
Setelah validasi untuk vaksin tertentu, dimungkinkan
untuk menerapkan model yang disederhanakan Penentuan antibodi Uji serum individu untuk
seperti pengenceran tunggal untuk sediaan uji dan kandungan antibodi spesifik untuk setiap antigen
baku. Model seperti itu memungkinkan analis untuk
pertusis aseluler menggunakan metode yang
menentukan apakah imunogenisitas dari sediaan uji
tervalidasi seperti uji ELISA yang ditunjukkan di
sebanding dengan vaksin baku, tetapi tidak
bawah ini.
memberikan informasi tentang linieritas atau
paralelisme respon kurva dosis.
- 305 -
Uji Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) berfungsi sebagai dasar untuk penghitungan kadar
Lempeng mikrotiter (poli(vinil klorida) atau antibodi dalam uji.
polistiren yang sesuai untuk antigen tertentu) dilapisi
dengan antigen yang dimurnikan pada konsentrasi Persiapan pengenceran sediaan uji dan baku
100 ng per sumur. Setelah pencucian, diblok dengan Gunakan larutan natrium klorida P 9 g per L sebagai
menginkubasi lempeng dengan larutan albumin pengencer, siapkan seri pengenceran vaksin untuk
serum P kemudian dicuci. Pengenceran serum 2 kali diuji dan sediaan baku; seri yang berbeda dengan 2,5-
lipat dari mencit individu yang diimunisasi dengan 5 kali lipat telah terbukti sesuai. Gunakan tidak
vaksin uji atau baku dibuat di atas lempeng. kurang dari 3 pengenceran dalam kisaran yang
Antiserum baku disertakan di setiap lempeng. Setelah dianggap sesuai untuk semua komponen dalam vaksin
inkubasi pada 22-25° selama 1 jam, lempeng dicuci. yang akan diuji. Gunakan pengenceran untuk
Larutan enzim antibodi anti-mouse IgG terkonjugasi imunisasi sebaiknya dalam 1 jam setelah persiapan.
yang sesuai ditambahkan pada setiap lempeng dan Alokasikan 1 pengenceran untuk setiap kelompok
diinkubasi pada 22-25° selama 1 jam. Setelah marmot
pencucian, substrat kromogenik ditambahkan dari
konjugat enzim terikat melepaskan kromofor yang Imunisasi Suntikkan 1,0 mL pengenceran secara
dapat diukur serapannya seperti tertera pada subkutan ke setiap marmot yang diberikan ke
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. kelompoknya.
relatif vaksin uji dengan vaksin baku dihitung dengan − Dapar pemblok. Dapar fosfat salin mengandung
metode statistik. 0,5 g per L Polisorbat 20 P dan 25 g per L serbuk
Pengujian valid jika: susu skim.
− Batas kepercayaan (P = 0,95) tidak kurang dari − Substrat Peroksidase. Sesaat sebelum digunakan,
50% dan tidak lebih dari 200% perkiraan potensi larutkan 10 mg Diammonium 2,2’-azinobis(3-
relatif untuk setiap antigen pertusis aseluler. ethylbenzothiazoline-6-sulfonate) P (ABTS)
− Analisis statistik menunjukkan kemiringan yang dalam 20 mL larutan asam sitrat. Segera sebelum
signifikan dan tidak ada penyimpangan dari digunakan tambahkan 5 µL larutan Hidrogen
linearitas dan paralelisme kurva dosis-respons. peroksida P.
Prosedur Timbang saksama sejumlah yang cocok diatur untuk menyatakan adanya interaksi dengan
senyawa yang akan diuji dalam wadah sampel, senyawa obat, antara senyawa obat dan antara bahan
seperti tertera pada monografi. Atur pada suhu awal, aktif dan pengisi atau bahan pengemas.
laju pemanasan, arah perubahan suhu, dan suhu akhir Alat Rincian tergantung pada pabrik, ciri penting
seperti tertera dalam monografi. Jika tidak tercantum dari alat adalah rekaman penimbangan dan sumber
dalam monografi, parameter ditetapkan sebagai panas dapat diprogram. Peralatan berbeda dalam
berikut: dibuat pengujian pendahuluan dengan kemampuan menangani sampel berbagai ukuran,
rentang lebar (khusus suhu ruang hingga suhu rata-rata suhu sensor dan rentang kontrol atmosfer.
peruraian atau lebih kurang 10° hingga 20° diatas Kalibrasi Kalibrasi diperlukan dengan seluruh
titik lebur) dan laju pemanasan yang lebar (1° hingga sistem: skala massa dikalibrasi dengan bobot baku,
20° per menit) untuk menunjukkan adanya efek yang dan kalibrasi skala suhu melibatkan penggunaan
tidak lazim. Kemudian tetapkan laju pemanasan yang bahan baku, karena diasumsikan suhu sampel adalah
lebih rendah sehingga peruraian diminimalkan dan suhu tanur. Kalibrasi bobot dilakukan dengan
suhu transisi tidak terganggu. Tetapkan rentang suhu mengukur massa dari bobot baku dan
transisi dengan menarik garis dasar di perpanjang membandingkan massa yang diukur dengan nilai pad
hingga memotong tangen leburan (lihat Gambar 1). sertifikat. Kalibrasi suhu dilakukan dengan
menganalisa baku magnetik kemurnian tinggi seperti
nikel untuk suhu “curie” dan bandingkan nilai yang
terukur terhadap nilai teoritis.
Prosedur Gunakan metode pada sampel,
menggunakan kondisi seperti tertera dalam
monografi, dan hitung massa yang bertambah atau
hilang, dinyatakan dalam persentase perubahan
massa. Sebagai alternatif, tempatkan sejumlah bahan
dalam sample holder, dan rekam massa. Karena
lingkungan uji kritis, tekanan atau laju alir dan
komposisi gas ditetapkan. Atur suhu awal, laju
Gambar 1. Termogram pemanasan, dan suhu akhir sesuai instruksi pabrik,
dan mulai kenaikan suhu. Sebagai alternatif, lakukan
Pada pengujian bahan hablur murni, laju pemanasan pengujian termogram pada berbagai rentang suhu
1° per menit mungkin cukup, sedangkan laju (seperti dari suhu ruang hingga suhu peruraian, atau
pemanasan hingga 20° per menit lebih sesuai untuk 10° hingga 20° diatas titik lebur pada laju pemanasan
bahan polimer dan semi hablur. Mulai analisis dan 1° hingga 20° per menit). Hitung massa yang
rekam kurva differential thermal analysis dengan bertambah atau hilang, dinyatakan dalam persentase
suhu pada sumbu x dan perubahan energi pada perubahan massa.
sumbu y. Suhu lebur (suhu permulaan meleleh/lebur)
adalah perpotongan (188,79) dari perluasan garis “HOT-STAGE MICROSCOPY”
dasar dengan tangen pada titik slope (lereng) terbesar “Hot-Stage Microscopy” adalah tehnik analitik
(titik infleksi/perubahan) dari kurva (lihat Gambar yang melibatkan monitoring sifat optik sampel
1). Puncak adalah suhu pada puncak kurva (190,31°). menggunakan mikroskop sebagai fungsi suhu. “Hot-
Entalpi proporsional pada area di bawah kurva stage microscopy” dapat digunakan sebagai tehnik
setelah penggunaan koreksi garis dasar. untuk melengkapi tehnik analisis termal lainnya
seperti DSC, DTA atau variabel suhu difraksi serbuk
ANALISIS TERMOGRAVIMETRI sinar-x untuk karakteristik keadaan padat senyawa
Analisis termogravimetri mencakup penetapan farmasetik. Hal ini berguna untuk konfirmasi transisi
massa sampel sebagai fungsi suhu, atau lamanya seperti melebur, penghabluran kembali, dan
pemanasan, atau keduanya. Seringkali digunakan transformasi keadaan padat menggunakan tehnik
untuk memeriksa proses dehidrasi/desolvasi dan visual. “Hot-stage microscopy” harus dikalibrasi
dekomposisi senyawa. Jika dilakukan dengan baik untuk suhu.
dan benar, akan memberikan informasi lebih banyak
dibandingkan dengan susut pengeringan pada suhu ANALISIS CEMARAN EUTEKTIK
tetap, sering untuk waktu yang ditetapkan dan Prinsip metode kemurnian secara kalorimetri
biasanya didalam lingkungan yang tak diatur dengan adalah adanya hubungan antara penurunan suhu
baik. Biasanya, kehilangan pelarut yang terserap lebur dan suhu beku, dengan tingkat cemaran.
pada permukaan dapat dibedakan dari pelarut dalam Leburnya suatu senyawa ditandai dengan penyerapan
kisi-kisi hablur dan dari kehilangan akibat degradasi. panas laten fusi ∆Hf, pada suhu spesifik, To. Secara
Pengukuran dapat dilakukan dalam lingkungan teoritis, transisi peleburan untuk senyawa hablur
dengan kelembaban dan kadar oksigen yang dapat murni mutlak akan terjadi dalam rentang yang sangat
- 309 -
sempit. Pelebaran jarak lebur, yang disebabkan jumlah cemaran eutetik, yang bila dikalikan 100
cemaran, memberikan kriteria kemurnian yang memberikan persentase mol jumlah cemaran
sensitif. Efek itu nyata secara visual dengan eutektik.
mengamati termogram sampel yang berbeda Penyimpangan dari kurva linier teoritis
beberapa per sepuluh persen dalam kandungan disebabkan karena pembentukan larutan padat (KD ≠
cemaran. Bahan dengan kemurnian 99%, meleleh 0), sehingga harus berhati-hati dalam
lebih kurang 20% pada suhu 3° di bawah titik lebur menginterpretasi data.
bahan murni (lihat Gambar 2). Untuk mengamati efek linier kadar cemaran
Parameter peleburan (jarak lebur, ∆Hf dan terhadap penurunan suhu lebur, cemaran harus larut
kemurnian eutektik yang dihitung) diperoleh dari dalam fase cair atau leburan senyawa; tetapi tidak
termogram peleburan tunggal sampel dalam jumlah larut dalam fase padatan, artinya tidak terbentuk
kecil dan metode ini tidak memerlukan pengulangan, larutan fase padat. Untuk dapat larut dalam leburan
pengukuran suhu aktual yang tepat. Unit termogram diperlukan beberapa kesamaan kimiawi. Sebagai
secara langsung dapat dikonversi ke perpindahan contoh, adanya senyawa ionik dalam senyawa
panas, milikalori per detik. Penurunan titik beku organik netral dan terjadinya peruraian termal
dalam larutan encer oleh molekul berukuran hampir mungkin tidak tercermin dalam perkiraan kemurnian.
sama dinyatakan dalam persamaan Van't Hoff Pembatasan teori hanya sebagian yang telah diteliti.
yangdimodifikasi: Cemaran yang berasal dari jalur sintesis mirip
dengan produk akhir, sebab biasanya tidak ada
dT RT 2 masalah kelarutan dalam leburan. Cemaran dengan
= .( K D − 1)
dX 2 H f (1) molekul yang memiliki bentuk, ukuran, dan sifat
yang sama seperti komponen utama dapat masuk ke
T = suhu mutlak dalam derajat Kelvin (°K), X2 = dalam matriks komponen utama tanpa gangguan dari
fraksi mol dari komponen minor (zat terlarut; kisi-kisi, pembentukan larutan padatan atau inklusi;
cemaran seperti itu tidak terdeteksi oleh DSC.
cemaran); ∆Hf = panas molar fusi komponen utama;
Perkiraan kemurnian dapat terlalu tinggi dalam kasus
R = konstanta gas dalam Joule per mol x Kelvin; KD=
seperti itu. Hal ini lebih umum pada hablur yang
rasio distribusi zat terlarut dalam fase padat dan cair.
kurang teratur seperti yang ditunjukkan oleh panas
Dengan anggapan bahwa rentang suhu sempit dan
fusi yang rendah.
tidak ada larutan padatan yang terbentuk (KD= 0).
Selain itu, metode ini dapat diandalkan ketika
Integrasi persamaan Van't Hoff menghasilkan
kemurnian komponen utama lebih besar dari 98,5
hubungan antara fraksi mol dari cemaran dan
mol% dan bahan-bahan tersebut tidak terurai selama
penurunan suhu lebur berikut ini:
fase lebur.
Tingkat cemaran yang dihitung dari termogram
(To − Tm )H f memiliki reprodusibilitas dengan simpangan baku
X2 =
RT02 (2) lebih kurang 0,1° untuk senyawa ideal.
Senyawa dalam bentuk polimorfik tidak dapat
To = suhu lebur senyawa murni dalam °K, dan digunakan dalam penetapan kemurnian kecuali
Tm = suhu lebur ampel suji dalam °K. senyawa diubah seluruhnya menjadi satu bentuk.
Dengan tidak adanya pembentukan larutan padat, Sebaliknya DSC dan DTA selalu berguna untuk
kadar cemaran dalam fase cairada suatu suhu selama deteksi, dan oleh karena itu juga dapat digunakan
peleburan berbanding terbalik dengan fraksi yang untuk pemantauan polimorfisme.
melebur pada suhu tersebut dan penurunan suhu Prosedur Prosedur aktual dan perhitungan yang
lebur berbanding lurus dengan fraksi mol cemaran. digunakan tergantung pada instrumen yang
Gambar hubungan suhu sampel uji yang diamati, Ts, digunakan. Lihat pustaka pabrik, dan atau pustaka
terhadap kebalikan fraksi yang melebur, 1/F, pada analisis termal untuk mendapatkan teknik yang tepat
suhu Ts , akan menghasilkan garis lurus dengan untuk alat tertentu. Perlu diperhatikan keterbatasan
kemiringan yang sama dengan penurunan suhu lebur yang berasal dari pembentukan larutan padatan,
(To–Tm). Suhu lebur senyawa murni secara teoritis ketaklarutan dalam leburan, polimorfismae dan
diperoleh dengan ekstrapolasi pada1/F = 0; peruraian selama analisis.
kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang (B3) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril)
mendekati kadar yang tertera pada etiket. Satuan yang dikemas dalam wadah dosis tunggal,
sediaan didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang dengan atau tanpa zat tambahan aktif atau
mengandung dosis tunggal atau bagian dari suatu inaktif, yang disiapkan dari larutan asal dan
dosis zat aktif pada masing-masing dibeku-keringkan dalam wadah akhir dan
satuan.Persyaratan keseragaman sediaan tidak pada etiket dicantumkan metode pembuatan;
berlaku untuk suspensi, emulsi, atau gel dalam wadah dan
satuan dosis yang ditujukan untuk penggunaan secara (B4) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet
eksternal pada kulit. salut selaput, mengandung zat aktif 25 mg
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat atau lebih yang merupakan 25% atau lebih
keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. terhadap bobot, satuan sediaan atau dalam
Persyaratan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku kasus kapsul keras, kandungan kapsul,
untuk masing-masing zat aktif yang terkandung kecuali keseragaman dari zat aktif lain yang
dalam satuan sediaan yang mengandung satu atau tersedia dalam bagian yang lebih
lebih zat aktif, kecuali dinyatakan lain dalam kecilmemenuhi persyaratan keseragaman
farmakope. kandungan.
Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu
dari dua metode, yaitu Keragaman bobot dan Uji Keseragaman kandungan dipersyaratkan untuk
Keseragaman kandungan (Tabel 1). Uji semua bentuk sediaan yang tidak memenuhi kondisi
Keseragaman kandungan berdasarkan pada di atas pada uji Keragaman bobot. Jika dipersyaratkan
penetapan kadar masing-masing kandungan zat aktif uji Keseragaman kandungan, industri dapat
dalam satuan sediaan untuk menentukan apakah memenuhi persyaratan ini dengan melakukan uji
kandungan masing-masing terletak dalam batasan Keragaman bobot jika simpangan baku relatif (SBR)
yang ditentukan. Metode keseragaman kandungan kadardari zat aktif pada sediaan akhir tidak lebih dari
dapat digunakan untuk semua kasus. 2%. Penetapan SBR ini berdasarkan data validasi
Uji Keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan proses dan pengembangan produk industri. SBR
berikut: kadar adalah simpangan baku relatif kadar per satuan
(B1) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam sediaan (b/b atau b/v)dengan kadar tiap satuan sediaan
kapsul lunak; setara dengan hasil penetapan kadar tiapsatuan
(B2) Sediaan padat (termasuk serbuk, granuldan sediaan dibagi dengan bobot masing-masing satuan
sediaan padat steril) yang dikemas dalam sediaan (Tabel 2). Jika sediaan diuji Keragaman bobo
wadah dosis tunggal dan tidak mengandung tseperti di atas, Keseragaman kandungan harus
zat tambahan aktif atau inaktif; memenuhi syarat.
Tabel 1 Penggunaan Uji Keseragaman kandungan dan Uji Keragaman bobot untuk sediaan
Bentuk sediaan Tipe Sub tipe Dosisdan perbandingan zat aktif
25 mg dan 25 < 25 mg atau <
% 25%
Tablet Tidak bersalut Keragaman bobot Keseragaman
kandungan
Salut Selaput Keragaman bobot Keseragaman
kandungan
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
Kapsul Keras Keragaman bobot Keseragaman
kandungan
Lunak Suspensi, emulsi, atau gel Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
Larutan Keragaman bobot Keragaman bobot
Sediaan padat dalam wadah dosis Komponen Keragaman bobot Keragaman bobot
tunggal tunggal
Multi Larutan beku kering Keragaman bobot Keragaman bobot
komponen dalam wadah akhir
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
Larutan dalam wadah satuandosis Keragaman bobot Keragaman bobot
dandalam kapsul lunak
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
- 311 -
Tabel 2
Variabel Definisi Kondisi nilai
X Rata-rata dari masing-masing kandungan
(X1,X2,...Xn) yang dinyatakan dalam
persentase dari jumlah yang tertera
padaetiket
X1, X2, ..., Xn Kandungan masing-masing satuan
sediaan yang diuji, dinyatakan dalam
persentase dari jumlah yang tertera pada
etiket
n Jumlah contoh
(jumlah satuan dalam contoh)
k Konstanta keberterimaan Jika n = 10, maka k = 2,4
Jika n = 30, maka k= 2,0
s Simpangan baku contoh 1/ 2
n 2
(xi − X )
i =1
n −1
SBR Simpangan baku relatif (simpangan baku 100s
contoh yang dinyatakan dalam X
persentase rata-rata)
M (kasus 1) Nilai rujukan
Jika 98,5%≤ X ≤101,5%, maka M= X
yang digunakan
(NP =ks)
jika T≤101,5
Jika X <98,5%, maka M = 98,5%
(NP = 98,5 - X +ks)
Jika X >101,5%, maka M = 101,5%
(NP = X -101,5% +ks)
M (kasus 2) Nilai rujukan Jika 98,5%≤ X ≤T maka M= X
yang digunakan (NP =ks)
jika T> 101,5 M = 98,5%
Jika X <98,5%, maka
(NP = 98,5 - X +ks)
X M=T%
Jika >T maka
(NP = X -T+ks)
Nilai Rumus umum
keberterimaan M − X + ks
(NP)
(perhitungan diatas
dinyatakanuntuk kasus
yang berbeda)
L1 Nilai keberterimaan maksimum yang L1 = 15,0 kecuali
diperbolehkan dinyatakan lain pada
masing-masing
monografi
L2 Rentang deviasi maksimum dari tiap Pada bagian bawah, tidak ada L2 = 25,0 kecuali
satuan sediaan yang diuji dari satupun hasil satuan sediaan yang dinyatakan lain dalam
perhitungan nilai M boleh kurang dari [1-(0,01)(L2)]M. masing-masing
Pada bagian atas tidak ada satupun monografi
hasil satuan sediaan yang boleh
lebih besar dari [1+(0,01)(L2)]M
(berdasarkan nilai L2= 25,0)
T Nilai kandungan tiap satuan sediaan pada
saat diproduksi, dinyatakan sebagai
persentase dari jumlah yang tertera pada
etiket. Untuk penggunaan pada
farmakope, kecuali dinyatakan lain pada
masing-masing monografi, T adalah
100,0%. Untuk tujuan produksi, T adalah
nilai yang disetujui oleh industripada
saat produksi.
- 312 -
mempunyai viskositas tidak tergantung pada Kalibrasi: Kalibrasi setiap viskometer pada suhu
kecepatan alir. pengujian menggunakan cairan pembanding dengan
viskositas yang diketahui untuk menentukan
METODE I. VISKOMETER TABUNG konstanta viskometer, k. Nilai viskositas dari
KAPILER (TIPE UBBELOHDE) pembanding harus mencakup nilai viskositas cairan
uji.
Peralatan: Penetapan dapat dilakukan Hitung konstanta viskometer, k, dalam mm2/s2:
menggunakan viskometer tabung kapiler seperti
pada gambar (Gambar 1). k = η / (ρ × t)
v=k×t
Gambar 1. Viskometer Tabung Kapiler Jika bobot jenis cairan diketahui pada suhu
(Ubbelohde) pengukuran viskositas, maka viskositas Newtonian,
η, dalam mPa· s, dihitung:
Viskometer lain dapat digunakan jika menunjukkan
akurasi dan presisi tidak kurang dari yang diperoleh η=v×ρ
menggunakan viskometer yang tertera pada
lampiran ini. ρ = bobot jenis cairan (g/mL)
Prosedur: Isi viskometer melalui tabung (L) dengan Waktu alir yang diukur adalah rata-rata tidak kurang
jumlah cairan uji yang cukup yang sesuai untuk dari tiga penetapan berturut-turut. Hasil dinyatakan
viskometer yang digunakan atau dengan mengikuti valid jika persentase simpangan baku relatif (%
petunjuk produsen. Lakukan penetapan dengan RSD) untuk ketiga pembacaan tersebut tidak lebih
tabung pada posisi vertikal. Isi tabung (A) dengan dari 2,0%.
cairan, dan juga pastikan bahwa tinggi cairan di
tabung (B) berada di bawah bagian luar tabung METODE II. VISKOMETER KAPILER
ventilasi (M). Rendam viskometer dalam tangas air TABUNG BENTUK-U SEDERHANA
atau tangas minyak pada suhu tetap yang ditentukan (TIPE OSTWALD)
dalam masing-masing monografi, dan kecuali
dinyatakan lain atur suhu hingga ± 0,1°. Pertahankan Peralatan: Penetapan dapat dilakukan
viskometer dalam posisi vertikal selama jangka menggunakan viskometer kapiler tabung bentuk-U
waktu tidak kurang dari 30 menit sampai suhu cairan sederhana (Gambar 2).
uji mencapai kesetimbangan. Tutup tabung (M), dan
naikkan ketinggian cairan dalam tabung (N) ke
tinggi lebih kurang 8 mm di atas tanda (E ≡ h 1).
Pertahankan cairan pada ketinggian ini dengan
menutup tabung (N) dan membuka tabung (M).
Buka tabung (N), dan ukur waktu yang dibutuhkan
agar tinggi cairan turun dari batas (E ≡ h 1) ke batas
(F ≡ h2), menggunakan alat pengukur waktu yang
akurat dan sesuai. [Catatan— Waktu mengalir
minimum harus 200 detik].
- 314 -
Tambahan lampiran
PENETAPAN VISKOSITAS: METODE
ROTASIONAL <1053>
PENDAHULUAN
mengalir tetapi sering digambarkan sebagai Rheometer tegangan geser terkendali mengukur laju
viskositas nyata. geser (dari torsi pada sumbu rotor) yang dihasilkan
Viskometer tipe spindel lainnya dapat digunakan dari laju geser yang diberikan (atau kecepatan
selama memiliki akurasi dan presisi yang tidak rotasional). Rheometer rotasi silinder konsentrik
kurang dari yang diperoleh oleh viskometer yang terkadang disebut sebagai rheometer cup-and-bob.
dijelaskan dalam bab ini. Rheometer ini mempertimbangkan desain tambahan
Prosedur Jika pengukuran viskositas dilakukan yang tergantung pada putaran silinder luar (cup) atau
dalam gelas piala atau cawan dan laju geser tidak silinder dalam (bob). Rheometer rotating-cup
diketahui, untuk mendapatkan reprodusibilitas disebut sebagai sistem Searle, seperti yang
laboratorium yang mengukur viskositas ditunjukkan pada berturut-turut Gambar 3 dan
menggunakan instrumen yang berbeda, parameter Gambar 4.
ini harus dilaporkan bersama dengan viskositas yang
diukur:
1. Ukuran dan bentuk spindel
2. Kecepatan sudut atau kecepatan rotasi dari
spindle
3. Temperatur cairan uji
METODE II. RHEOMETER SILINDER Gambar 4. Sistem silinder konsentrik Searle untuk
KONSENTRIK rheometri rotasional
Prosedur Tempatkan sejumlah cairan uji dalam Gambar 5. Rheometer rotasional kerucut dan
rheometer, dan biarkan sampel mencapai lempeng dengan lempeng berputar
kesetimbangan termal, seperti yang ditunjukkan
pada masing-masing monografi. Operasikan Variabel dalam Gambar 5 dan Gambar 6
rheometer sesuai dengan prosedur yang didefinisikan sebagai berikut:
direkomendasikan oleh produsen instrumen. Untuk ω = kecepatan sudut (radian/s)
sistem non-Newtonian, monografi menyebut tipe M = torsi yang bekerja pada lempeng datar atau
rheometer yang sebaiknya digunakan dan laju geser permukaan kerucut (N.m)
pengukuran yang harus dilakukan. Tentukan α = sudut antara lempeng datar dan kerucut (radian)
viskositas nyata dengan mengubah laju geser (atau R = jari-jari kerucut (m)
tegangan geser, jika menggunakan rheometer
tegangan geser terkendali) pada rentang yang sesuai Prosedur Lakukan seperti pada Metode II.
dengan penggunaan cairan uji. Dari serangkaian Rheometer Silinder Konsentrik.
pengukuran viskositas tersebut, dapat diperoleh
hubungan antara laju geser dan tegangan geser dari
cairan non-Newtonian. METODE IV. RHEOMETER LEMPENG
PARALEL (ATAU CAKRAM PARALEL)
METODE III. RHEOMETER KERUCUT DAN Peralatan Rheometer lempeng paralel mirip dengan
LEMPENG rheometer kerucut dan lempeng kecuali cairan uji
dimasukkan ke dalam ruang antara lempeng datar
Peralatan Pada rheometer kerucut dan lempeng, atau cakram dan lempeng datar paralel sejajar atau
cairan dimasukkan ke dalam celah antara cakram dengan cakram lain.
datar atau lempeng dan kerucut yang membentuk Pengukuran yang dilakukan dengan lempeng atau
sudut tertentu. Sudut kerucut memastikan laju geser cakram yang lebih rendah stasioner (diam),
konstan yang disebabkan karena adanya sedangkan lempeng atau cakram yang lebih atas
peningkatan jarak celah dan kecepatan linear diputar pada kecepatan sudut konstan, ω (Gambar
sebagai peningkatan jarak dari titik asal. Pengukuran 7).
viskositas dapat dilakukan dengan memutar kerucut
atau lempeng, seperti ditunjukkan pada Gambar 5
dan Gambar 6.
[Catatan – Karena volume cairan uji kecil,
kehilangan pelarut mutlak dalam jumlah kecil dapat
menyebabkan perubahan viskositas dalam
persentase besar. Kehilangan tersebut berhubungan
dengan pelarut yang mudah menguap tetapi bisa
juga terjadi pada pelarut tidak mudah menguap
seperti air.]
suspensi, jarak celah harus ditetapkan cukup tinggi Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang
untuk menghindarkan penggerusan partikel antar terdiri atas 6 tabung transparan yang kedua ujungnya
lempeng. Lempeng paralel memiliki jarak celah terbuka, masing-masing dengan panjang 77,5 ± 2,5
yang dapat diatur oleh pengguna (dalam batas mm, diameter dalam 20,7 hingga 23 mm dan tebal
praktis), sehingga jika tidak ada partikel besar dapat dinding 1,0 hingga 2,8 mm, tabung-tabung ditahan
digunakan jarak celah yang lebih sempit. Seperti pada posisi vertikal oleh dua lempengan plastik,
halnya rheometer kerucut dan lempeng, kehilangan masing-masing dengan diameter 88 hingga 92 mm,
pelarut karena penguapan dapat mempengaruhi tebal 5 hingga 8,5 mm, dengan enam buah lubang,
viskositas cairan uji secara nyata, sehingga tindakan masing-masing berdiameter 22 hingga 26 mmdan
pencegahan yang memadai perlu dilakukan untuk berjarak sama dari pusat lempengan maupun antara
meminimalkan kehilangan pelarut. lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah
Prosedur Lakukan seperti Metode II. Rheometer lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat
Silinder Konsentrik. berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025 inci). Bagian-
bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga
buah baut melalui kedua lempengan plastik. Suatu
UJI WAKTU HANCUR <1251> alat pengait dipasang pada alat yang
menaikturunkan rangkaian keranjang melalui satu
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan titik pada sumbunya, digunakan untuk
kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam menggantungkan rangkaian keranjang.
masing-masing monografi, kecuali pada etiket Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit
dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca dan ukuran
sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang kasa dipertahankan.
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap Cakram Penggunaan cakram hanya diizinkan
dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat apabila tertera pada masing-masing monografi. Tiap
dalam dua atau lebih periode berbeda dengan jarak tabung mempunyai cakram berbentuk silinder
waktu yang jelas di antara periode pelepasan dengan perforasi, tebal 9,5 ± 0,15 mm dan diameter
tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari 20,7 ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari bahan plastik
etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur transparan yang sesuai, mempunyai bobot jenis
yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih. antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima lubang
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa berukuran 2 ± 0,1 mm yang tembus dari atas ke
sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. bawah, salah satu lubang melalui sumbu silinder,
Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan
sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji radius jarak 6 ± 0,2 mm. Pada sisi silinder terdapat
merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V yang
yang jelas. Kecuali bagian dari penyalut atau tegak lurus terhadap ujung silinder. Sisi paralel
cangkang kapsul yang tidak larut. trapesoid pada dasar mempunyai panjang 1,6 ± 0,1
mm dan ujung bawah terletak 1,5 hingga 1,8 mm
Alat dari keliling silinder. Sisi paralel pada bawah
silinder mempunyai panjang 9,4 ± 0,2 mm, dan
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas tengahnya terletak pada kedalaman 2,6 ± 0,1 mm
piala berukuran 1000 mL, dengan tinggi 138 hingga dari keliling silinder. Seluruh permukaan cakram
160 mm dan diameter dalam 97 hingga 115 mm, licin. Jika penggunaan cakram dicantumkan dalam
termostat untuk memanaskan cairan media antara masing-masing monografi, tambahkan cakram pada
35o hingga 39o dan alat untuk menaikturunkan masing-masing tabung dan lakukan penetapan
keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang seperti tertera pada Prosedur.
tetap antara 29 hingga 32 kali per menit melalui Prosedur
jarak tidak kurang dari 53 mm dan tidak lebih dari
57 mm. Volume cairan dalam wadah sedemikian Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada
sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat masing-masing 6 tabung dari keranjang, jika
kasa berada paling sedikit 15 mmdi bawah dinyatakan, masukkan 1 cakram pada tiap tabung.
permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah Jalankan alat selama 15 menit atau seperti
berjarak tidak kurang dari 25 mm dari dasar wadah. dinyatakan dalam masing-masing monografi,
Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah gunakan air bersuhu 37± 2o sebagai media, kecuali
sama dengan waktu yang diperlukan untuk bergerak dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-
ke bawah dan perubahan pada arah gerakan masing monografi, Pada akhir batas waktu, angkat
merupakan perubahan yang halus, bukan gerakan keranjang dan amati semua tablet: semua tablet
yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak
bergerak vertikal sepanjang sumbunya, tanpa hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
gerakan horizontal yang berarti atau gerakan sumbu lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
dari posisi vertikalnya. harus hancur sempurna.
- 318 -
Tablet larut Lakukan pengujian dengan prosedur Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian dengan
seperti tertera dalam Tablet tidak bersalut pada suhu prosedur seperti tertera pada Kapsul gelatin keras.
15-25°. Setelah 3 menit, angkat keranjang dan amati
semua tablet: semua tablet harus hancur. Jika 1 atau
2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian Tambahan lampiran
dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 METODE IMUNOKIMIA <1385>
tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Metode imunokimia berdasarkan pengikatan non-
Tablet dispersibel Lakukan pengujian dengan kovalen antara antigen oleh antibodi yang bersifat,
prosedur seperti tertera dalam Tablet tidak bersalut selektif dan reversibel. Metode ini digunakan untuk
pada suhu 15-25°. Setelah 3 menit, angkat keranjang mendeteksi atau mengukur suatu antigen maupun
- 319 -
Bagian depan endapan tidak bergerak ketika tidak yang diperkirakan sesuai dengan baku
ada lagi antigen berlebih. Untuk konsentrasi pembanding.
antibodi tertentu, hubungan antara jarak yang 3) Rancangan pengujian dilakukan secara acak.
ditempuh oleh endapan dan jumlah antigen yang 4) Jika bahan uji dalam bentuk serum atau
digunakan harus linear. diformulasikan dengan komponen lain, baku
Counter-immunoelectrophoresis adalah metode pembanding juga diperlakukan sama.
kuantitatif cepat dengan gradien konsentrasi antigen 5) Pengujian meliputi pengukuran ikatan non-
eksternal dan antibodi eksternal yang akan dibentuk spesifik pereaksi berlabel.
dalam medan listrik tergantung pada muatan 6) Untuk displacement immunoassay:
berbeda. Hasil pengenceran baku pembanding untuk a. Tentukan ikatan maksimum (zero
kalibrasi dan pengenceran bahan uji dimasukkan ke displacement)
dalam sumur pada gel dan sejumlah tetap pereaksi b. Pengenceran mencakup rentang respon
yang sesuai dimasukkan ke dalam sumur yang lengkap dari nilai yang dekat dengan ikatan
berseberangan. Titer bahan uji dapat ditentukan non-spesifik hingga ikatan maksimum,
sebagai pengenceran tertinggi yang sebaiknya untuk baku pembanding dan
menunjukkan garis presipitasi. bahan uji.
Prosedur Pertahankan Larutan uji, Larutan baku, deterjen tertentu dapat sedikit menguatkan intensitas
dan dapar pada suhu yang sama selama pengujian ini warna. Kadar garam yang tinggi dapat menyebabkan
dilakukan. Tentukan serapan Larutan uji dan terbentuknya endapan. Karena jenis protein berbeda
Larutan baku pada panjang gelombang 280 nm dapat memberikan respons intensitas warna
menggunakan dapar yang ditentukan sebagai berbeda, protein baku dan protein uji harus sama.
koreksi. Respons harus linier dalam rentang kadar Jika diperlukan lakukan pemisahan zat pengganggu
protein yang akan diuji untuk mendapatkan hasil dari protein dalam zat uji, lanjutkan seperti yang
yang akurat. tertera di bawah ini sebelum pembuatan larutan uji
Hamburan cahaya Keakuratan penentuan protein dilakukan. Efek zat pengganggu dapat dikurangi
dapat berkurang karena hamburan cahaya dari zat dengan pengenceran, jika kadar protein uji cukup
uji. Jika protein dalam larutan sebagai partikel yang untuk pengukuran yang akurat.
ukurannya sebanding dengan panjang gelombang Pada metode ini gunakan air suling untuk
cahaya pengukur (250 nm hingga 300 nm), pembuatan semua dapar dan pereaksi.
hamburan cahaya menghasilkan peningkatan nyata Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat.
dalam serapan zat uji. Untuk menghitung serapan Larutkan dalam dapar yang ditentukan hingga
pada panjang gelombang 280 nm akibat hamburan memperoleh kadar dalam rentang kurva baku. Dapar
cahaya, tentukan serapan larutan uji pada panjang yang sesuai akan menghasilkan larutan pH 10,0
gelombang 320 nm, 325 nm, 330 nm, 335 nm, 340 hingga 10,5.
nm, 345 nm dan 350 nm. Gambar logaritma dari Larutan baku Timbang saksama sejumlah protein
serapan yang diamati terhadap logaritma panjang baku. Larutkan dalam dapar sesuai yang telah
gelombang dan tentukan kurva baku yang paling ditentukan. Encerkan bagian dari larutan ini dengan
sesuai dengan titik-titik yang diplot dengan regresi dapar yang sama untuk mendapatkan tidak kurang
linier. Ekstrapolasi kurva untuk menentukan dari lima larutan baku yang memiliki kadar protein
logaritma serapan pada panjang gelombang 280 nm. pada rentang antara 5 µg per mL dan 100 µg per mL.
Antilogaritma dari nilai ini adalah serapan yang Blangko Gunakan dapar seperti yang digunakan
disebabkan oleh hamburan cahaya. Koreksi nilai untuk membuat Larutan uji dan Larutan baku.
yang diamati dengan mengurangi serapan yang Pereaksi tembaga(II) sulfat Larutkan dan
dikaitkan dengan hamburan cahaya dari serapan encerkan 100 mg tembaga(II) sulfat pentahidrat P
total pada panjang gelombang 280 nm untuk dan 0,2 g natrium tartrat P dalam air hingga 50 mL.
mendapatkan nilai serapan protein dalam larutan. Larutkan dan encerkan 10 g natrium karbonat
Saring dengan penyaring porositas 0,2 µm yang anhidrat P dalam air hingga 50 mL. Tuangkan
tidak mengadsorpsi protein atau penjernihan dengan secara perlahan larutan natrium karbonat ke dalam
sentrifugasi dapat dilakukan untuk mengurangi efek larutan tembaga sulfat sambal diaduk. Gunakan
hamburan cahaya, terutama jika larutannya sangat dalam 24 jam.
keruh. Pereaksi tembaga alkali Campurkan 1 volume
Hitung kadar protein dalam Larutan uji dengan pereaksi tembaga(II) sulfat, 2 volume dari 50 g per
rumus: L larutan natrium dodesil sulfat P dan 1 volume dari
32 g per L larutan natrium hidroksida P. Simpan
𝐴 pada suhu ruang dan gunakan dalam waktu 2
CU = CS ( 𝑈 )
𝐴𝑆 minggu.
Pereaksi fosfomolibdotungstat encer Campurkan
CS adalah kadar protein dalam larutan baku; AU dan 5 mL fosfomolibdotungstat LP dengan 55 mL air.
AS berturut-turut adalah serapan terkoreksi dari Simpan dalam wadah kaca aktinik rendah, pada
Larutan uji dan Larutan baku. suhu ruang.
Prosedur Tambahkan 1,0 mL Pereaksi tembaga
METODE 2 alkali ke dalam masing-masing Larutan baku,
Metode ini (umumnya disebut sebagai uji Lowry) Larutan uji dan blangko, dan homogenkan.
didasarkan pada reduksi kromogen asam campuran Diamkan selama 10 menit. Tambahkan 0,5 mL
fosfomolibdotungstat dalam pereaksi Pereaksi fosfomolibdotungstat encer, aduk dan
fosfomolibdotungstat oleh protein, yang diamkan pada suhu ruang selama 30 menit.
menghasilkan serapan maksimum pada panjang Tetapkan serapan larutan pada panjang gelombang
gelombang 750 nm. 750 nm, gunakan blangko.
Pereaksi fosfomolibdotungstat bereaksi terutama Perhitungan Korelasi antara serapan dan kadar
dengan residu tirosin dalam protein. Perubahan protein tidak linier. Gunakan rentang kadar kecil,
warna mencapai maksimum dalam waktu 20 hingga yang mendekati linearitas. Gambar hubungan
30 menit pada suhu kamar, selanjutnya warna akan serapan Larutan baku dengan kadar protein,
memudar secara perlahan-lahan. Mengingat metode gunakan regresi linier untuk menetapkan kurva
ini peka terhadap zat pengganggu, prosedur baku. Dari kurva baku dan serapan Larutan uji,
pengendapan protein dalam zat uji dapat dilakukan. tentukan kadar protein dalam Larutan uji.
Sebagian besar zat yang mengganggu menyebabkan
pemudaran intensitas warna; namun penambahan
- 322 -
protein dalam larutan alkali menghasilkan senyawa korelasi tidak kurang dari 0,99. Dari kurva baku dan
yang memberikan serapan pada panjang gelombang serapan Larutan uji, tentukan kadar protein dalam
545 nm. Uji ini menunjukkan perbedaan minimum Larutan uji.
antara jumlah IgG dan albumin ekivalen. Bahan pengganggu Untuk meminimumkan efek
Penambahan natrium hidroksida dan pereaksi biuret Bahan pengganggu, protein dapat diendapkan dari
sebagai pereaksi kombinasi, pencampuran yang Larutan uji dengan cara tambahkan 0,1 volume dari
tidak sempurna setelah penambahan natrium 500 g per mL larutan asam trikloroasetat P ke dalam
hidroksida, atau perpanjangan waktu antara 1 volume Larutan uji, buang beningan dan larutkan
penambahan larutan natrium hidroksida dan endapan dalam volume kecil natrium hidroksida 0,5
penambahan pereaksi biuret, sampel IgG akan N. Gunakan larutan yang diperoleh untuk
memberikan respon yang lebih tinggi dibandingkan menyiapkan larutan uji.
dengan sampel albumin. Metode asam trikloroasetat
yang digunakan untuk meminimalkan efek senyawa METODE 6
pengganggu juga dapat digunakan untuk Metode fluorometrik didasarkan pada derivatisasi
menentukan kadar protein dalam sampel uji pada protein dengan o-ftalaldehida, yang bereaksi dengan
kadar kurang dari 500 µg per mL. amin primer pada protein (N-terminal asam amino
Gunakan air suling untuk penyiapan semua dapar dan kelompok Ɛ-amino residu lisin). Sensitivitas uji
dan pereaksi yang digunakan untuk metode ini. ini dapat meningkat dengan menghidrolisis protein
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat. sebelum menambahkan o-ftalaldehida. Hidrolisis
Larutkan dalam larutan 9 g per L natrium klorida P membuat gugus α-amino asam amino konstituen
sehingga diperoleh kadar dalam rentang kurva baku. tersedia untuk reaksi dengan pereaksi ftalaldehida.
Enceran larutan uji Untuk satu volume Larutan Metode ini membutuhkan protein dengan jumlah
uji, tambahkan volume yang sama dari 60 g per L yang sangat kecil. Amin primer seperti
natrium hidroksida P dan aduk tris(hidroksimetil)aminometan dan dapar asam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah protein amino, bereaksi dengan ftalaldehid dan harus
baku. Larutkan dan encerkan dalam larutan 9 g per dihindari atau dihilangkan. Amonia pada kadar
L natrium klorida P hingga tidak kurang dari tiga tinggi bereaksi dengan ftalaldehida. Fluoresensi
larutan baku yang memiliki kadar protein pada yang diperoleh ketika amina bereaksi dengan
rentang antara 0,5 dan 10 mg per mL. ftalaldehida dapat bersifat tidak stabil. Penggunaan
Blangko Gunakan larutan 9 g per L natrium prosedur otomatis untuk membakukan prosedur ini
klorida P. dapat meningkatkan akurasi dan presisi pengujian.
Pereaksi biuret Larutkan 3,46 g tembaga(II) Gunakan air suling untuk menyiapkan semua dapar
sulfat pentahidrat P dalam 10 mL air panas, dan dan reagen yang digunakan dalam pengujian.
dinginkan (Larutan A). Larutkan 3,46 g natrium Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat.
sitrat P dan 20,0 g natrium karbonat anhidrat P Larutkan dalam larutan natrium klorida P 9 g per L
dalam 80 mL air panas, dan dinginkan (Larutan B). sehingga diperoleh kadar dalam kisaran kadar
Campurkan Larutan A dan Larutan B serta encerkan Larutan baku. Atur pH antara 8 dan 10,5 sebelum
dalam 200 mL air. Gunakan dalam rentang 6 bulan. penambahan pereaksi ftalaldehid.
Jangan gunakan pereaksi jika terjadi kekeruhan atau Larutan baku Timbang saksama sejumlah protein
mengandung endapan. baku. Larutkan dan encerkan dalam larutan natrium
Prosedur Pada satu volume Larutan uji, klorida P 9 g per L sehingga diperoleh tidak kurang
tambahkan sejumlah volume sama larutan natrium dari lima larutan baku dengan kadar protein pada
hidroksida P 60 g per L dan aduk. Segera tambahkan rentang antara 10 dan 200 µg per mL. Atur pH antara
Pereaksi biuret setara dengan 0,4 volume Larutan 8 dan 10,5 sebelum penambahan pereaksi
uji dan aduk cepat. Diamkan pada suhu antara 15° ftalaldehid.
dan 25° selama tidak kurang dari 15 menit. Dalam Blangko Gunakan larutan natrium klorida P 9 g
waktu 90 menit setelah penambahan Pereaksi per L.
biuret, tetapkan serapan Larutan baku dan Larutan Larutan dapar borat Larutkan 61,83 g asam borat
uji pada panjang gelombang serapan maksimum 545 P dalam air dan atur pH hingga 10,4 dengan larutan
nm, gunakan blangko sebagai koreksi. Larutan yang kalium hidroksida P. Encerkan hingga 1000 mL
terjadi kekeruhan atau endapan tidak dapat dengan air suling dan campur.
digunakan untuk perhitungan kadar protein. Larutan ftalaldehid persediaan Larutkan 1,20 g
Perhitungan Korelasi antara serapan dan kadar ftalaldehid P dalam 1,5 mL metanol P, tambahkan
protein mendekati linier dalam rentang kadar protein 100 mL Larutan dapar borat dan aduk. Tambahkan
yang ditunjukkan untuk Larutan baku. Tentukan 0,6 mL larutan makrogol 23 lauril eter P 300 g per
hubungan serapan Larutan baku dengan konsentrasi L dan aduk. Simpan pada suhu kamar dan gunakan
protein dan gunakan regresi linier untuk menetapkan dalam waktu 3 minggu.
kurva baku. Hitung koefisien korelasi untuk kurva Pereaksi ftalaldehid Tambahkan 15 µL 2-
baku. Sistem yang sesuai adalah sistem yang merkaptoetanol P ke dalam 5 mL Larutan
menghasilkan garis yang memiliki koefisien
- 324 -
Produk PCR spesifik yang dikenal sebagai amplikon penempelan dan perpanjangan primer; waktu
dapat dideteksi menggunakan berbagai metode inkubasi pada suhu tertentu; kecepatan peningkatan
dengan spesifisitas dan sensitifitas yang sesuai. suhu). Hal-hal ini bergantung pada berbagai
Uji multipleks PCR menggunakan beberapa parameter seperti:
pasangan primer yang dirancang untuk amplifikasi - panjang dan komposisi dasar dari primer dan
simultan target yang berbeda dalam satu reaksi. sekuens target;
- jenis DNA polimerase, komposisi dapar dan
4. Bahan volume reaksi yang digunakan untuk
Mengingat PCR memiliki sensitifitas tinggi, sampel amplifikasi;
harus dilindungi terhadap kontaminasi eksternal - Thermocycler yang digunakan dan tingkat
sekuens target. Pengambilan sampel, penyimpanan, konduktivitas termal antara alat, tabung
dan pengiriman bahan uji dilakukan dalam kondisi reaksi dan cairan reaksi.
yang meminimalisir degradasi target sekuens. Jika
target sekuens adalah RNA, diperlukan perlakuan 5.4. Deteksi
khusus karena RNA sangat sensitif terhadap Amplikon yang dihasilkan oleh PCR dapat
degradasi oleh ribonuklease. Perlu diperhatikan diidentifikasi berdasarkan ukuran, sekuens,
bahwa beberapa pereaksi tambahan, seperti modifikasi kimia atau kombinasi parameter tersebut.
antikoagulan atau pengawet, dapat mengganggu Deteksi dan karakterisasi berdasarkan ukuran dapat
prosedur pengujian. dilakukan menggunakan elektroferesis gel
(menggunakan lempeng gel agarosa atau
5. Metode Uji poliakrilamida atau elektroferesis kapiler) atau
5.1. Pencegahan kontaminasi kromatografi kolom (misalnya kromatografi cair).
Tingginya risiko kontaminasi menyebabkan Deteksi dan karakterisasi berdasarkan komposisi
perlunya pemisahan area yang ketat tergantung dari sekuens dapat dicapai menggunakan hibridisasi
penanganan bahan dan teknologi yang digunakan. spesifik dari pelacak yang memiliki sekuens
Hal yang perlu dipertimbangkan meliputi komplementer dengan sekuens target atau dengan
perpindahan personil, baju laboratorium, alur bahan, pemotongan amplifikasi bahan berdasarkan titik
suplai udara dan prosedur dekontaminasi. target spesifik dari enzim restriksi. Deteksi dan
Laboratorium hendaknya dibagi menjadi beberapa karakterisasi menggunakan modifikasi kimia dapat
area seperti: dicapai melalui penempelan fluorophore ke dalam
- area master-mix (area bebas cetakan misal amplikon dan selanjutnya fluoresensi dideteksi
primer, dapar dll) setelah eksitasi. Deteksi amplikon juga dapat
- area sebelum PCR (area penanganan pereaksi, dilakukan menggunakan pelacak bertanda yang
sampel dan kontrol) memungkinkan deteksi selanjutnya menggunakan
- area amplifikasi PCR (area penanganan bahan chemiluminescent, radioisotop atau immune-
amplifikasi dalam sistem tertutup) enzyme-coupled
- area sesudah deteksi PCR (area penanganan
bahan yang telah diamplifikasi dalam sistem 6. Evaluasi dan Interpretasi Hasil
terbuka) Hasil valid diperoleh jika kontrol positif memberi
Jika menggunakan sistem tertutup, pemisahan area hasil positif dan kontrol negatif memberi hasil
yang ketat tidak diperlukan. negatif (pembacaan hasil tidak meragukan).
Mengingat metode PCR memiliki sensitifitas sangat
5.2. Preparasi Sampel tinggi dan adanya risiko kontaminasi perlu
Saat preparasi sampel, sekuens target yang akan dilakukan konfirmasi hasil positif dengan
diamplifikasi perlu diekstraksi secara efisien atau melakukan pengulangan pengujian secara duplo,
dibebaskan dari bahan uji sehingga amplifikasi jika memungkinkan dari tube bahan uji berbeda.
menggunakan kondisi reaksi yang ditetapkan dapat Bahan uji disimpulkan positif jika minimal satu dari
terjadi. Berbagai prosedur ekstraksi secara hasil uji ulang memberikan hasil positif. Jika
fisikokimia dan/atau prosedur yang telah dioptimasi pengujian mensyaratkan batas tertentu maka
dapat digunakan. Zat aditif dalam bahan uji dapat dilakukan sistem uji kuantitatif.
mengganggu PCR. Prosedur pada 7.3.2 harus
digunakan sebagai kontrol internal untuk 7. Jaminan Mutu
mengendalikan inhibitor yang berasal dari bahan uji. 7.1. Validasi sistem PCR
Jika menggunakan cetakan RNA, perlu perhatian Program validasi harus mencakup validasi
khusus untuk mencegah aktivitas ribonuklease. instrumentasi dan metode PCR yang digunakan.
Validasi mengacu pada Pedoman ICH Q2 (RI)
5.3. Amplifikasi Validation of Analytical Procedures: Text and
Amplifikasi sekuens target menggunakan PCR Methodology.
dilakukan dalam kondisi siklus yang ditentukan Validasi uji PCR menggunakan baku kerja resmi
(profil suhu untuk denaturasi DNA untai ganda, yang sesuai atau baku in-house yang dikalibrasi
- 326 -
terhadap Standar Internasional untuk sekuens target, berlaku sebagai kontrol keseluruhan (ekstraksi,
jika tersedia. transkripsi balik, amplifikasi, deteksi).
7.1.1. Penentuan titik cut-off positif Selama validasi 7.3.3. Kontrol ambang batas Kontrol ambang batas
uji kualitatif, titik cut-off positif harus ditetapkan. untuk pengujian kuantitatif adalah sampel uji
Titik cut-off positif didefinisikan sebagai jumlah dengan analit pada konsentrasi yang didefinisikan
minimum sekuens target per volume bahan uji yang sebagai ambang batas yang tidak boleh dilampaui.
dapat dideteksi dalam 95% uji. Titik cut-off positif Kontrol ini berisi analit yang telah dikalibrasi dalam
tergantung pada faktor-faktor yang saling terkait Unit Internasional dan dianalisis secara paralel
seperti volume bahan uji yang diekstraksi dan dalam setiap uji kuantitatif.
efektivitas metode ekstraksi, transkripsi RNA target
ke cDNA, proses amplifikasi serta deteksi. Untuk 7.4. Asesmen Mutu Eksternal
menentukan batas deteksi sistem pengujian, harus Setiap laboratorium harus mengikuti program
mengacu titik cut-off positif untuk setiap sekuens Asesmen Mutu Eksternal.
target dan kinerja pengujian di atas dan di bawah
titik cut-off positif.
7.1.2. Sistem pengujian kuantitatif Untuk pengujian Tambahan lampiran
kuantitatif, parameter validasi adalah akurasi, UJI PADA VAKSIN: ALUMINIUM
presisi, spesifisitas, batas kuantitasi, linearitas, DALAM VAKSIN JERAP <1391>
rentang dan ketegaran.
Asam sulfar encer Tambahkan 5,5 mL asam sulfat
7.2. Kontrol kualitas pereaksi P ke dalam 60 mL air, biarkan dingin dan encerkan
Semua pereaksi yang penting untuk metode yang dengan air hingga 100 mL.
digunakan harus dikontrol sebelum digunakan Homogenkan bahan uji dan pindahkan sejumlah
secara rutin. Penerimaan/penggunaan pereaksi tertentu, diperkirakan mengandung aluminium 5 mg
didasarkan pada kriteria kualitas yang telah sampai 6 mg, ke dalam combustion flask 50 mL.
ditentukan. Primer adalah komponen penting dari uji Tambahkan 1 mL asam sulfat P; 0,1 mL asam nitrat
PCR sehingga desain, kemurnian dan validasi P dan beberapa manik kaca. Panaskan larutan
penggunaan primer dalam uji PCR membutuhkan hingga kental, terbentuk asap putih. Jika terjadi
perhatian khusus. Primer dapat dimodifikasi pengarangan, tambahkan beberapa tetes asam nitrat
(misalnya konjugasi dengan fluorophore atau P dan lanjutkan pemanasan hingga warna hilang.
antigen) sehingga memungkinkan penggunaan Biarkan sampai dingin selama beberapa menit,
metode spesifik untuk mendeteksi amplikon, jika tambahkan 10 mL air dengan hati-hati dan didihkan
modifikasi tersebut tidak menghambat amplifikasi hingga diperoleh larutan jernih. Dinginkan,
sekuens target yang akurat dan efisien. tambahkan 0,05 mL jingga metil LP dan netralkan
dengan larutan natrium hidroksida P pekat (6,5 mL
7.3. Kontrol Uji sampai 7 mL). Jika terbentuk endapan larutkan
7.3.1. Kontrol eksternal Untuk meminimalisir risiko melalui penambahan tetes demi tetes larutan asam
kontaminasi dan menjamin sensitifitas uji yang sulfat encer LP.
memadai, diperlukan kontrol eksternal dalam setiap Pindahkan larutan ke dalam labu Erlenmeyer 250
uji PCR sebagai berikut: mL, cuci combustion flask dengan 25 mL air.
- kontrol positif: mengandung salinan sekuens Tambahkan 25,0 mL natrium EDTA 0,02 M, 10 mL
target yang telah ditentukan: jumlah yang larutan dapar asetat pH 4,4, dan beberapa manik
mendekati nilai cut-off positif (kontrol kaca dan didihkan secara perlahan selama 3 menit.
inhibitor) dan ditentukan secara individual Tambahkan 0,1 mL piridilazonaftol LP dan titrasi
untuk setiap sistem pengujian dan sejumlah larutan selagi panas dengan tembaga (II) sulfat 0,02
kelipatan dari nilai cut-off positif dari sistem M sampai warna berubah menjadi coklat keunguan.
pengujian; Lakukan titrasi blangko tanpa vaksin.
- kontrol negatif: bahan uji dari matriks yang 1 mL natrium EDTA 0,02 M setara dengan
sesuai dan sudah terbukti bebas dari sekuens 0,5396mg Al.
target.
lebih kurang 5 mg per mL. Buat enceran larutan berturut-turut 0,5 mL; 1,0 mL dan 1,5 mL Larutan
dengan kadar antara 2,5 µg dan 25 µg ribosa. baku sesuai jenis vaksin yang diuji dan sesuaikan
Masukkan 0,20 mL dan 0,40 mL enceran larutan ke volume dalam tiap tabung dengan air sampai 2,0
dalam tabung, lakukan triplo. mL.
Larutan baku persediaan Timbang saksama 25 Siapkan blangko menggunakan 2,0 mL air dalam 2
mg ribosa P masukkan dalam labu tentukur 100-mL tabung uji.
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda Untuk semua tabung, tambahkan 5,0 mL resorsinol
(larutan mengandung ribosa 0,25 g per L). P. Panaskan pada suhu 105º selama 15 menit,
Larutan baku kerja Pipet 1 mL larutan baku dinginkan dengan air dingin dan pindahkan tabung
persediaan ke dalam labu tentukur 10-mL encerkan ke penangas yang berisi air es. Pada tiap tabung
dengan air sampai tanda. Larutan dibuat segar. tambahkan 5 mL isoamil alkohol P dan campur.
(larutan mengandung ribosa 25 mg per L). Pipet Pindahkan ke dalam penangas yang berisi air es
masing-masing 0,10 mL, 0,20 mL, 0,40 mL, 0,60 selama 15 menit. Sentrifugasi tabung dan
mL, 0,80 mL, dan 1,0 mL larutan baku kerja ke pertahankan tabung dalam penangas yang berisi air
dalam 6 tabung gelas. es sampai dilakukan pengukuran spektrofotometri.
Siapkan larutan blangko menggunakan 2 mL air. Ukur serapan tiap larutan beningan pada panjang
Pipet 2 mL air ke dalam masing-masing 6 tabung gelombang 580 nm dan 450 nm menggunakan
Larutan baku kerja, kocok. Tambahkan 2 mL isoamil alkohol P sebagai blangko. Tiap panjang
larutan besi (II) klorida 0,5 g per L dalam asam gelombang, ukur serapan sebagai nilai rata-rata yang
hidroklorida P pada setiap tabung, kocok. didapatkan dari 2 larutan yang serupa. Lakukan
Tambahkan 0,2 mL larutan orsinol 100 g per L koreksi menggunakan blangko.
dalam etanol P. Letakkan tabung pada tangas air Buat kurva yang menunjukkan perbedaan antara
selama 20 menit. Dinginkan dalam air berisi es. serapan Larutan baku pada panjang gelombang 580
Ukur serapan setiap larutan pada panjang nm dan 450 nm sebagai fungsi dari kandungan asam
gelombang 670 nm menggunakan blangko. Buat N-asetilneuraminat. Hitung jumlah asam N-
kurva baku dari serapan 6 larutan baku kerja asetilneuraminat (asam sialat) dalam Larutan uji.
terhadap kandungan ribosa. Tentukan kandungan
ribosa dalam larutan uji. Hitung rata-rata dari 3
penetapan. Tambahan lampiran
UJI PADA VAKSIN:HEKSOSAMIN
DALAM VAKSIN POLISAKARIDA
Tambahan lampiran <1407>
UJI PADA VAKSIN: ASAM SIALAT
DALAM VAKSIN POLISAKARIDA Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji
<1406> masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat hingga diperoleh kadar lebih kurang 5 mg per mL
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, polisakarida kering. Buat enceran hingga diperoleh
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda kadar antara 125 dan 500 µg glukosamin
hingga larutan mengandung polisakarida lebih (heksosamin). Pipet 1,0 mL enceran larutan ke
kurang 250 µg per mL. Menggunakan alat suntik, dalam gelas ukur.
pindahkan 4 mL larutan ke dalam ultrafiltration cell Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 60
10 mL yang sesuai untuk melewatkan bobot molekul mg glukosamin hidroklorida P masukkan ke dalam
relatif kurang dari 50.000. Lakukan ultrafiltrasi labu tentukur 100-mL. Larutkan dan encerkan
dengan pengadukan yang konstan di bawah nitrogen dengan air sampai tanda (larutan mengandung 0,500
pada tekanan 150 kPa. Isi ulang ultrafiltration cell g glukosamin per liter).
dengan air tiap kali volume cairan di dalamnya Larutan baku kerja Pipet 0,25 mL, 0,50 mL, 0,75
menurun menjadi 1 ml dan lanjutkan sampai mL, dan 1,0 mL larutan baku ke dalam 4 gelas ukur.
diperoleh 200 mL filtrat dan pertahankan volume di Blangko Gunakan 1 mL air.
dalam sel sekitar 2 mL. Gunakan alat suntik untuk Buat volume masing-masing gelas ukur menjadi 1
memindahkan sisa cairan dalam ultrafiltration cell mL dengan air. Tambahkan 1 mL larutan asam
ke dalam labu tentukur 10-mL. Bilas ultrafiltration hidroklorida P (292 g per L) ke dalam setiap gelas
cell 3 (tiga) kali tiap kali dengan 2 mL air, pindahkan ukur. Tutup gelas ukur dan masukkan ke dalam
bilasan ke dalam labu tentukur dan encerkan dengan penangas air selama 1 jam. Dinginkan hingga suhu
air sampai tanda. Dalam tiap 2 tabung uji masukkan ruang. Tambahkan ke dalam setiap gelas ukur 0,05
2,0 mL Larutan uji. mL larutan 5 g per L timolftalein P dalam etanol P;
Larutan baku Gunakan Larutan baku seperti tambahkan larutan natrium hidroksida P (200 g per
tertera pada masing-masing monografi. L) hingga terjadi warna biru dan kemudian
Prosedur Siapkan 2 seri masing-masing 3 tabung tambahkan asam hidroklorida 1 N sampai larutan
uji yang sesuai, masukkan ke dalam tiap tabung
- 330 -
tidak berwarna. Encerkan volume dalam setiap gelas antitoksin dengan konsentrasi 100 Lf-eq/mL
ukur hingga 10 mL dengan air (hidrolisat netral). dimasukkan ke dalam sederet tabung flokulasi
Dalam gelas ukur 10 mL seri kedua, tempatkan 1 dengan diameter 1 cm dengan jumlah bertingkat,
mL masing-masing hidrolisat yang dinetralkan. sebagai contoh 0,40; 0,45; 0,50; 0,55; 0,60; 0,65 mL.
Tambahkan 1 mL pereaksi asetilaseton (campuran 1 Tambahkan larutan Natrium klorida P 0,9 % ke
volume asetilaseton P dan 50 volume larutan dalam setiap tabung sehingga diperoleh volume total
natrium karbonat anhidrat P 53 g per L, disiapkan 1 mL. Ke dalam masing-masing tabung tersebut
segera sebelum digunakan) ke setiap gelas ukur. tambahkan 1 mL larutan uji dengan konsentrasi 50
Tutup gelas ukur dan masukkan ke dalam tangas air Lf per mL.
pada suhu 90 °C selama 45 menit. Dinginkan hingga Kocok tabung kemudian masukkan ke dalam
suhu ruang. Dalam setiap gelas ukur tambahkan 2,5 tangas air pada suhu konstan antara 30° dan 52°, dan
mL etanol P dan 1,0 mL larutan amati secara berkala hingga muncul flok pertama.
dimetilaminobenzaldehida (larutkan 0,8 g Gunakan lensa pembesar dan pencahayaan yang
dimetilaminobenzaldehida P dalam 15 mL etanol P baik jika diperlukan.
dan tambahkan 15 mL asam hidroklorida P, Catat tabung yang menunjukkan munculnya flok
disiapkan segera sebelum digunakan) dan encerkan pertama dan kedua dan waktu terbentuknya flok
volume dalam setiap gelas ukur dengan etanol P tersebut. Dua tabung dapat berflokulasi secara
hingga 10 mL. Tutup gelas ukur, campur dengan bersamaan.
membalik gelas ukur dan biarkan di tempat gelap Tabung yang pertama kali mengalami flokulasi
selama 90 menit. Ukur serapan masing-masing adalah tabung yang mengandung jumlah antitoksin
larutan pada panjang gelombang maksimum 530 nm yang setara dengan jumlah antigen dalam larutan
menggunakan blangko sebagai koreksi. uji. Kandungan antitoksin dari tabung ini dapat
Buat kurva kalibrasi dari serapan untuk 4 larutan digunakan untuk menghitung nilai Lf larutan
baku dan kandungan heksosamin yang sesuai dan uji. Jika 2 tabung mengalami flokulasi pada saat
baca dari kurva jumlah heksosamin dalam larutan yang sama, maka nilai Lf larutan uji dihitung dari
uji. rata-rata kandungan antitoksin kedua tabung.
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan flok
pertama (Kf) menunjukkan kualitas antigen. Jika
Tambahan lampiran pada suhu dan konsentrasi toksoid dan antitoksin
UJI PADA VAKSIN: NILAI FLOKULASI tertentu, nilai Kf meningkat dibandingkan dengan
(Lf) UNTUK TOKSIN DAN TOKSOID normal, ini menunjukkan bahwa antigen telah
DIFTERI DAN TETANUS (RAMON rusak. Nilai Kf juga dapat berubah dengan kualitas
antitoksin yang digunakan.
ASSAY) <1410>
Contoh:
Kandungan toksin atau toksoid dalam zat dapat Tabung A B C D E F
dinyatakan sebagai nilai flokulasi (Lf) yang Antitoksin yang
ditentukan menggunakan Ramon assay. Dalam ditambahkan 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65
(mL)
pengujian ini, antitoksin dengan konsentrasi
Saline yang
bertingkat ditambahkan ke dalam sejumlah tabung ditambahkan 0,60 0,55 0,50 0,45 0,40 0,35
yang berisi toksin atau toksoid dengan konsentrasi (mL)
yang sama. Pada titik ekivalen toksin atau toksoid Konsentrasi
dan antitoksin, flokulasi terjadi dalam satu tabung Antitoksin 40 45 50 55 60 65
atau lebih. Tabung pertama yang menunjukkan (Lf-eq)
Sampel hasil
terjadinya flokulasi digunakan untuk menentukan pengenceran yang 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
nilai Lf larutan uji. ditambahkan
Nilai Lf toksin atau toksoid ditentukan oleh
jumlah unit antitoksin yang ketika dicampur dengan Jika dalam contoh di atas, tabung pertama yang
larutan uji, menghasilkan campuran flokulasi yang mengalami flokulasi adalah tabung C, maka nilai Lf
optimal (Ramon assay). larutan uji yang diencerkan adalah 50 Lf per mL.
Antitoksin yang digunakan untuk Ramon assay Namun, jika tabung pertama yang mengalami
harus dikalibrasi langsung terhadap baku flokulasi adalah tabung A atau tabung F, hal ini tidak
internasional untuk toksoid difteri atau baku menunjukkan kesetaraan pada tingkat tersebut. Uji
internasional untuk toksoid tetanus untuk uji ulang menggunakan larutan uji dengan pengenceran
flokulasi, menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda atau memilih rentang dosis baku antitoksin
dijelaskan di bawah ini. Konsentrasi dinyatakan yang berbeda perlu dilakukan.
dalam Lf-ekuivalen per mL (Lf-eq/mL). Presisi lebih baik dapat diperoleh dengan
Nilai 1 Lf adalah jumlah toksin atau toksoid yang membuat urutan untuk flokulasi setelah tabung
berflokulasi dalam waktu tersingkat dengan 1 Lf-eq pertama. Jadi, dalam contoh yang tertera, jika
antitoksin spesifik. Sejumlah volume baku tabung kedua yang berflokulasi adalah tabung D,
- 331 -
nilai akhir untuk larutan uji yang diencerkan adalah kelompok ayam ditetapkan, tidak boleh
52, sedangkan jika tabung kedua yang mengalami ditambahkan unggas non-SPF ke dalam kelompok
flokulasi adalah tabung B, nilai akhir akan menjadi tersebut.
48. Setiap kelompok ayam diisolasi untuk
Jika tidak ada indikasi nilai Lf larutan uji yang meminimalkan risiko kontaminasi. Fasilitas isolasi
diharapkan diperoleh, disarankan untuk kelompok ayam SPF tidak boleh berdekatan dengan
mendapatkan perkiraan kasar menggunakan rentang kelompok ayam non-SPF. Kelompok ayam SPF
kandungan antitoksin lebih lebar dalam tabung diisolasi dalam isolator atau dalam bangunan yang
sebelum melanjutkan ke pengujian akhir. memiliki penyaring udara dengan tekanan positif.
Lakukan tindakan yang tepat untuk mencegah
Contoh: masuknya tikus, unggas liar, serangga, dan personel
Tabung A B C D E F yang tidak berwenang.
Konsentrasi
antitoksin
Personel yang memiliki akses untuk memasuki
20 30 45 70 100 150
(Lf-eq) fasilitas kelompok ayam SPF tidak boleh melakukan
kontak langsung dengan unggas lain atau dengan
Tingkat konsentrasi toksin atau toksoid dan bahan yang berpotensi menginfeksi kelompok ayam
antitoksin dalam pengujian dapat bervariasi, tetapi SPF. Dianjurkan bagi personel untuk mandi dan
ini akan sangat mempengaruhi waktu flokulasi, berganti pakaian atau mengenakan pakaian
sehingga pada tingkat yang sangat rendah, pengujian pelindung sebelum memasuki fasilitas yang
akan memakan waktu lama, sedangkan pada dikendalikan.
konsentrasi tinggi, timbulnya flokulasi mungkin Barang yang dibawa ke dalam fasilitas kelompok
sangat cepat sehingga sulit untuk membedakan ayam SPF seharusnya disterilisasi. Pakan
tabung pertama dan kedua yang lebih dulu dihindarkan dari kontaminasi mikroorganisme yang
mengalami flokulasi. tidak diinginkan dan air dengan kualitas air minum.
Obat yang dapat mengganggu deteksi penyakit
Uji flokulasi campuran untuk konsentrasi unggas tidak boleh diberikan pada kelompok ayam
rendah SPF.
Untuk konsentrasi yang sangat rendah, lebih baik Kesehatan kelompok ayam SPF direkam dan setiap
mengukur toksin atau toksoid dengan metode kelainan diinvestigasi. Faktor morbiditas,
flokulasi campuran. Metode ini membandingkan mortalitas, kondisi fisik umum, konsumsi pakan,
nilai Lf toksin atau toksoid yang diketahui dan produksi telur setiap hari dan kualitas telur,
campuran larutan uji dengan toksin atau toksoid kesuburan dan daya tetas dipantau. Rekaman
tersebut. disimpan dalam jangka waktu minimal 5 tahun.
Jika toksin atau toksoid dengan nilai Lf yang Rincian penyimpangan dalam parameter ini atau
diketahui dan toksin atau toksoid dengan nilai Lf deteksi infeksi diinformasikan sesegera mungkin
yang tidak diketahui berflokulasi bersama-sama, kepada pengguna telur.
campuran akan berflokulasi pada nilai Lf yang Uji atau kombinasi uji yang dijelaskan di bawah ini
merupakan jumlah kedua nilai Lf jika homogen. Jika harus memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang
toksin atau toksoid tidak homogen dicampur, akan relevan dengan serotipe virus. Sampel untuk
menghasilkan pola menyimpang dengan 2 flokulasi pengujian diambil secara acak.
maksimal. Sekelompok ayam SPF yang positif virus anemia
ayam atau Chicken Anemia Viruses (CAV) masih
dapat digunakan, kecuali produksi vaksin hidup
Tambahan lampiran pada unggas yang berumur kurang dari 7 hari harus
UJI PADA VAKSIN: SEKELOMPOK menggunakan sekelompok ayam SPF yang bebas
CAV. Untuk produksi vaksin inaktivasi pada unggas
AYAM BEBAS PATOGEN SPESIFIK
yang berumur kurang dari 7 hari dapat
UNTUK PRODUKSI DAN menggunakan sekelompok ayam SPF yang belum
PENGAWASAN MUTU VAKSIN <1411> terbukti bebas CAV, dengan menunjukkan bukti
proses inaktivasi CAV.
Apabila ditetapkan, ayam, embrio atau biakan sel
yang digunakan untuk produksi atau pengawasan PEMBENTUKAN KELOMPOK AYAM SPF
mutu vaksin berasal dari telur yang diproduksi dari Kelompok ayam SPF berasal dari ayam yang
sekelompok ayam bebas patogen spesifik/Specified terbukti bebas dari agens yang dapat menular secara
Pathogens Free (SPF). Status SPF dari sekelompok vertikal yang tercantum dalam Tabel 1. Hal ini
ayam dipastikan melalui sistem sebagai berikut. dilakukan dengan menguji 2 generasi sebelum
Sekelompok ayam didefinisikan sebagai ditetapkan sebagai kelompok SPF. Skema umum
sekelompok unggas di lingkungan yang sama dan prosedur untuk pembentukan dan pemeliharaan
memiliki penjaga khusus yang tidak memiliki kelompok ayam SPF seperti pada Tabel 2. Untuk
kontak dengan kelompok non-SPF. Setelah penambahan kelompok ayam SPF baru, serangkaian
- 332 -
uji harus dilakukan pada 3 generasi unggas. Semua dan/atau mikrobiologis/virologis dilakukan untuk
unggas dalam generasi pertama harus diuji mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan khusus
setidaknya sekali sebelum umur 20 minggu untuk uji untuk lesi tuberkulosis dilakukan dan sampel
bebas antigen leukosis avian dan diuji dengan histologis dari setiap lesi yang diduga terinfeksi
enzyme immunoassay (EIA) atau dengan netralisasi diwarnai untuk memverifikasi bebas dari
virus atau virus neutralisation (VN) untuk bebas Mycobacterium avium. Isi usus semua hewan yang
dari antibodi terhadap virus leukosit avian subtipe mati diperiksa secara mikrobiologis untuk
A, B dan J. Semua unggas juga harus diuji bebas dari memeriksa keberadaan Salmonella spp.
antibodi terhadap agens yang dapat menular secara menggunakan teknik yang dijelaskan di bawah ini.
vertikal yang tercantum dalam Tabel 1. Sejak umur Jika diperlukan, sampel usus dapat dikumpulkan
8 minggu, kelompok diuji untuk bebas dari dari 5 unggas.
Salmonella. Pemeriksaan klinis dilakukan pada
kelompok dari umur 8 minggu dan unggas tidak Uji kultur untuk Salmonella spp. Uji kultur untuk
boleh menunjukkan tanda-tanda penyakit infeksi. Salmonella spp. dilakukan baik dengan menguji
Metode pengujian yang akan digunakan untuk sampel feses atau cloacal swabs atau dengan metode
pengujian ini terdapat dalam tabel dan panduan lebih drag swabs. Jika dilakukan uji terhadap feses atau
lanjut sesuai Pengujian rutin kelompok ayam SPF. cloacal swabs, sejumlah 60 sampel diuji setiap 4
Sejak umur 20 minggu, kelompok diuji seperti minggu sepanjang hidup kelompok ayam SPF. Uji
dijelaskan dalam Pengujian rutin kelompok ayam dapat dilakukan pada kumpulan 10 sampel. Jika
SPF. Semua tahap pengujian ini juga diterapkan dilakukan drag swabs, minimal 2 drag swabs diuji
pada 2 generasi berikutnya, kecuali uji untuk setiap setiap 4 minggu sepanjang masa hidup kelompok
unggas sebelum bertelur untuk pengujian agens ayam SPF. Deteksi Salmonella spp. dalam sampel
yang dapat ditularkan secara vertikal. Semua hasil ini dilakukan melalui pengayaan sampel dilanjutkan
uji harus menunjukkan bebas dari patogen pada 3 dengan kultur menggunakan media selektif
generasi untuk kelompok yang terdiri dari Generasi Salmonella.
ke-3 yang akan ditetapkan sebagai SPF. Embrio SPF
yang berasal dari kelompok SPF lain dalam fasilitas Uji antigen leukosis avian Sebelum masa bertelur,
terpisah di lokasi yang sama dapat digunakan. Dari sampel cloacal swabs atau sampel darah kultivasi
umur 8 minggu, unggas pengganti ini dianggap menggunakan buffy coat diuji untuk memeriksa
sebagai kelompok dan diuji sesuai dengan prosedur keberadan antigen grup-spesifik leukosit. Sebanyak
pengujian yang dijelaskan di atas. 5% (minimum 10, maksimum 200) dari sekelompok
ayam SPF diambil setiap 4 minggu. Selama masa
PERSYARATAN PENGUJIAN AWAL UNTUK bertelur, sampel albumin dari 5% telur (minimum
GENERASI DARI KELOMPOK AYAM SPF 10, maksimum 200) diuji setiap 4 minggu.
Sekelompok ayam pengganti harus diuji sebelum Pengujian dilakukan dengan metode EIA untuk
ditetapkan sebagai SPF. Selain pengujian antigen grup spesifik menggunakan metode yang
Salmonella dan monitoring kesehatan serta dapat mendeteksi antigen dari subgrup A, B dan J.
pengamatan perilaku ayam SPF, pengujian spesifik
perlu dilakukan sejak umur 8 minggu. Uji antibodi terhadap agens lain Uji antibodi
Uji dilakukan pada dua sampel masing-masing 5% terhadap semua bahan yang tercantum dalam Tabel
pada kelompok unggas (minimum 10, maksimum 1 dilakukan selama masa bertelur kelompok ayam
200 ekor) yang diambil pada interval paling sedikit SPF. Setiap 4 minggu, diambil sampel dari 5%
4 minggu antara umur 12-16 minggu dan 16-20 kelompok ayam SPF (minimum 10, maksimum
minggu. Sampel dikumpulkan dan diuji satu persatu. 200). Disarankan 1,25% dari sekelompok ayam SPF
Sampel darah untuk uji antibodi dan sampel yang diambil setiap minggu untuk pengujian beberapa
sesuai untuk pengujian antigen leukosit patogen. Tabel 1 mengklasifikasikan patogen dalam
dikumpulkan. Metode pengujian yang digunakan kategori penyebaran cepat dan penyebaran lambat
dijelaskan dalam Pengujian rutin kelompok ayam atau tidak menyebar. Untuk patogen dengan
SPF. Jika semua hasil uji membuktikan tidak ada penyebaran lambat, setiap sampel diuji secara
infeksi, generasi baru dapat ditetapkan sebagai SPF. individual. Untuk patogen dengan penyebaran cepat,
tidak kurang dari 20% sampel yang dikumpulkan
PENGUJIAN RUTIN KELOMPOK AYAM SPF setiap 4 minggu diuji secara individual atau, jika
Pemeriksaan umum dan nekropsi Pemeriksaan dilakukan netralisasi serum atau uji ELISA, semua
klinis dilakukan minimal sekali seminggu selama sampel dapat diuji secara individual atau dengan
masa hidup kelompok untuk memastikan bahwa menyiapkan kumpulan 5 sampel, dikumpulkan pada
unggas tersebut bebas dari fowl-pox virus dan gejala saat yang sama.
infeksi lainnya. Jika kematian melebihi 0,2% per Metode yang sesuai untuk deteksi patogen tertera
minggu, nekropsi dilakukan pada semua hewan pada Tabel 1. Berdasarkan persetujuan instansi yang
yang mati untuk memverifikasi tidak ada gejala berwenang, metode pengujian lain dapat digunakan
infeksi. Apabila diperlukan, studi histopatologis
- 333 -
Tambahan lampiran Lini sel lestari Lini sel lestari memiliki kapasitas
UJI PADA VAKSIN: SUBSTRAT SEL untuk propagasi tanpa batas waktu secara in vitro;
UNTUK PRODUKSI VAKSIN MANUSIA sel sering memiliki perbedaan kariotipe
<1412> dibandingkan dengan sel asli; sel dapat diperoleh
dari jaringan yang sehat atau jaringan tumor, baik
Bab umum ini membahas lini sel diploid dan lini sel dari mamalia atau dari serangga.
lestari yang digunakan sebagai sel substrat untuk Secara teori terdapat risiko penggunaan lini sel
produksi vaksin untuk penggunaan manusia; lestari, terutama jika potensi tumor telah terbukti
informasi spesifik terkait vaksin yang dibuat melalui secara eksperimental. Risiko ini terkait dengan
teknologi DNA rekombinan tercantum pada Produk aktivitas biologi residu DNA sel inang dalam
monografi teknologi DNA rekombinan. Pengujian vaksin. Residu DNA sel inang dapat dikaitkan
akan dilakukan pada berbagai tahap (benih sel, sel dengan risiko infektivitas jika genom virus DNA
induk / master cell bank (MCB), Bank sel kerja / atau provirus terdapat dalam DNA seluler
working cell bank (WCB), Sel Akhir Produksi / End (kromosom terintegrasi atau ekstra kromosom).
of production cells (EOPC) atau Bank Sel Ekstensi / Selain itu, terdapat risiko potensial onkogenisitas
Extended cell bank (ECB) Bank Sel Ekstensi / jika sel substrat berpotensi tumor.
Extended cell bank (ECB) yang sesuai dengan sel Vaksin yang diproduksi menggunakan lini sel
pada atau melebihi level penggandaan populasi lestari, untuk mengetahui muncul atau tidaknya
maksimum yang digunakan untuk produksi) sesuai tumorigenik, harus dilakukan analisis dan mitigasi
Tabel 1 Ketentuan umum untuk penggunaan lini sel risiko untuk menentukan kriteria keberterimaan
dan metode pengujian dijelaskan di bawah ini. Jika DNA sel inang residu dalam produk akhir serta
sel atau sel primer yang telah mengalami beberapa mengevaluasi konsistensi protein sel inang.
pasase tidak mengikuti ketentuan bank sel
digunakan untuk produksi vaksin, persyaratan Sistem bank sel Produksi vaksin dalam lini sel
terdapat dalam masing-masing monografi. diploid atau sel lestari didasarkan pada sistem bank
sel. Umur in vitro sel dihitung dari bank sel induk.
Lini sel diploid Lini sel diploid memiliki Setiap WCB disiapkan dari satu atau lebih wadah
kemampuan pasase tinggi tetapi terbatas untuk MCB. Penggunaan, identitas, dan kontrol bank sel
propagasi secara in vitro. harus didokumentasikan dengan baik.
isolasi dan semua kultur berikutnya dicatat secara Untuk lini sel hewan, informasi berikut terkait
terperinci, dan jika bahan asal manusia atau hewan sumber sel didokumentasikan: spesies; galur;
digunakan, harus bebas dari agens asing dalam kondisi pembiakan hewan; asal geografis; umur;
vaksin virus <72> dan harus memenuhi Keamanan jenis kelamin; kondisi fisiologis umum, jaringan
virus atau organ yang digunakan; hasil semua uji patogen.
Jika larutan albumin manusia digunakan harus Sel yang berasal dari sel saraf, seperti
memenuhi persyaratan yang tertera pada Larutan neuroblastoma dan lini sel P12 tidak digunakan
Albumin Manusia. untuk produksi vaksin karena mengandung agens
Jika serum sapi digunakan, harus memenuhi ensefalopati spongiform.
persyaratan yang tertera pada Serum Sapi.
Tripsin yang digunakan untuk pembuatan kultur sel Histori benih sel Informasi berikut
diuji dengan metode yang sesuai dan terbukti steril didokumentasikan: metode yang digunakan untuk
serta bebas mikoplasma dan virus, kecuali yang mengisolasi benih sel; metode kultur; prosedur lain
berasal dari produk rekombinan. yang digunakan untuk membuat MCB, terutama
yang mungkin mencemari sel dari agens asing.
Benih sel Data asal sel, histori dan karakterisasi Informasi lengkap mungkin tidak tersedia pada
digunakan untuk menilai kesesuaian benih sel. komposisi media yang digunakan sebelumnya untuk
kultivasi sel, misalnya pada sumber bahan hewan;
Sumber benih sel Untuk lini sel manusia, informasi Jika disetujui oleh otoritas obat terkait, bank sel
berikut terkait donor harus didokumentasikan: asal yang sudah mapan menggunakan media tersebut
etnis dan geografis; usia; jenis kelamin; kondisi dapat digunakan untuk produksi vaksin
fisiologis umum; jaringan atau organ yang
digunakan; hasil semua uji patogen.
(8) Lini sel MRC-5, WI-38 dan FRhL-2 dinyatakan tidak berpotensi tumor dan tidak perlu diuji. Uji tidak dilakukan pada lini sel yang diketahui
berpotensi tumor, misalnya CHO dan BHK-21.
Pengujian dilakukan pada benih sel, tetapi menggunakan sel sesuai dengan sel pada atau melebihi level penggandaan populasi maksimum
yang digunakan untuk produks
Karakterisasi benih sel Harus diperiksa sifat ditularkan melalui arthropoda). Panel virus yang
berikut ini: diuji dipilih sesuai dengan kondisi pengetahuan
1. Identitas sel, menggunakan metode seperti ilmiah saat ini. Uji transkriptase balik tidak
analisis isoenzim, uji imunokimia in vitro, diperlukan untuk lini sel yang mengekspresikan
sidik jari asam nukleat dan teknik partikel retroviral endogen (misal. sel hewan
amplifikasi asam nukleat (NAT); pengerat) karena hasil uji diharapkan positif, dan
2. Karakteristik pertumbuhan sel dan sifat dengan demikian uji infektivitas harus dilakukan
morfologisnya (mikroskopi optik dan untuk menentukan apakah partikel retroviral
elektron); endogen ini infektif atau tidak.
3. Lini sel diploid, karyotipe; Lini sel yang menunjukkan retrovirus infektif, tidak
4. Lini sel diploid, masa hidup in vitro dalam dapat digunakan untuk produksi vaksin, kecuali
hal level penggandaan populasi. dinyatakan lain.
METODE UJI UNTUK BIAKAN SEL Uji agens asing dalam biakan sel Sel mamalia, sel
Morfologi Morfologi sel dideskripsikan dan hidup (setidaknya 107 sel) atau lisat sel yang setara,
didokumentasikan dengan baik. dalam beningan biakannya, diko-kultivasi (untuk sel
hidup) atau diinokulasi (untuk lisat sel) pada biakan:
Identifikasi Analisis sidik jari asam nukleat dan (1) Sel diploid manusia
beberapa pilihan metode yang relevan untuk (2) Sel ginjal simian kontinu
menentukan identitas sel: (3) Substrat sel selain sel manusia atau simian,
(1) karakteristik biokimia (analisis isoenzim); berasal dari bets terpisah.
(2) karakteristik imunologis (histokompatibilitas Pada lini sel serangga, lisat sel diinokulasi pada
antigen, uji imunokimia in vitro); biakan sel lapis tunggal dari sel lain, termasuk
(3) penanda sitogenetik; manusia, simian, dan sebagai tambahan, setidaknya
(4) teknik amplifikasi asam nukleat. satu lini sel yang berbeda dari yang digunakan
dalam produksi, yang sesuai untuk virus serangga
Sel kontaminan Analisis sidik jari asam nukleat dan dapat mendeteksi arbovirus manusia (contoh:
dilakukan untuk identifikasi, dan juga untuk melihat sel BHK-21).
apakah bebas dari sel kontaminan.
- 338 -
Hasil ko-kultivasi biakan sel (untuk sel hidup) atau Uji pada mencit menyusu Uji dilakukan jika
inokulasi biakan sel (untuk lisat sel) diamati efek analisis risiko menunjukkan bahwa mitigasi risiko
sitopatik selama tidak kurang dari 2 minggu. Jika perlu dipertimbangkan terhadap semua pengujian
lini sel diketahui mampu menumbuhkan pada sel substrat tertentu.
sitomegalovirus manusia ataupun simian, biakan sel Suntikkan 107 sel hidup atau lisat sel yang setara,
diploid manusia diamati selama tidak kurang dari 4 dalam beningan biakan pada kelompok mencit
minggu. Biakan sel diploid manusia yang menyusu dari dua kelahiran yang berumur kurang
diperpanjang selama 4 minggu untuk tujuan dari 24 jam, tidak kurang dari 10 hewan. Suntikkan
mendeteksi sitomegalovirus manusia atau simian, tidak kurang dari 0,1 mL secara intraperitonial dan
dapat digantikan dengan metode Teknik Amplifikasi 0,01 mL secara intraserebral.
Asam Nukleat<1389>. Untuk menjaga biakan sel Amati mencit menyusu selama tidak kurang dari 4
tetap sehat selama tambahan waktu 2 minggu, perlu minggu. Investigasi mencit menyusu yang sakit atau
diberikan medium segar atau lakukan subkultur memperlihatkan abnormalitas untuk menentukan
setelah 2 minggu ke dalam biakan segar agar dapat penyebab penyakit. Sel substrat memenuhi syarat
mendeteksi virus. Pada akhir periode pengamatan, pengujian jika tidak ditemukan adanya agens asing.
lakukan uji hemaglutinasi pada beningan biakan Pengujian invalid jika tidak kurang dari 80% mencit
atau pada sel hidup untuk haemadsorbingvirus menyusu dari setiap kelompok tetap sehat dan
menggunakan sel darah merah marmot. Jika sel bertahan hingga akhir masa pengamatan.
darah merah marmot disimpan, simpan pada suhu 5°
± 3° selama tidak lebih dari 7 hari. Lakukan analisis Uji pada telur (hanya untuk sel substrat unggas)
terhadap setengah dari biakan setelah inkubasi pada Uji dilakukan jika analisis risiko menunjukkan
5° ± 3° selama 30 menit dan setengah bagian lainnya bahwa mitigasi risiko perlu dipertimbangkan
setelah inkubasi pada 20° - 25° selama 30 menit. Uji terhadap semua pengujian pada sel substrat tertentu.
haemaglutinasi tidak dapat digunakan untuk Suntikkan inokulum 106 sel hidup atau lisat sel yang
arbovirus. setara, dalam beningan biakan ke dalam rongga
Uji dinyatakan valid jika tidak kurang dari 80% alantoik 10 telur ayam berembrio bebas patogen
biakan sel tetap hidup. Sel substrat memenuhi syarat spesifik berusia 9-11 hari dan ke dalam kantung
pengujian jika tidak ditemukan adanya agens asing. kuning telur 10 telur ayam berembrio bebas patogen
spesifik berusia 5-7 hari. Inkubasi selama tidak
Retrovirus Jika lini sel belum diketahui kurang dari 5 hari. Uji cairan alantoik menggunakan
menghasilkan partikel retroviral, periksa sel darah merah mamalia dan unggas untuk
keberadaan retrovirus menggunakan: mengetahui terbentuknya haemaglutinin, lakukan
(1) “Product-enhanced reverse transcriptase” pada suhu 5° ± 3° dan 20°- 25°, baca hasil setelah
(PERT) assay seperti tertera pada uji Teknik 30-60 menit. Sel substrat memenuhi syarat
Amplifikasi Asam Nukleat <1389> dilakukan pengujian jika tidak ditemukan agens asing.
terhadap beningan bank sel menggunakan sel Pengujian invalid jika tidak kurang dari 80% embrio
pada atau melebihi level penggandaan tetap sehat dan bertahan hingga akhir masa
populasi maksimum yang digunakan untuk pengamatan.
produksi
(2) Mikroskopi Elektron Transmisi Uji untuk virus spesifik Daftar virus spesifik yang
Jika uji (1) dan/atau (2) memberikan hasil positif, akan diuji ditentukan berdasarkan analisis risiko
lakukan uji infektivitas pada sel manusia yang sesuai kontaminasi virus sesuai dengan prinsip-prinsip
dengan metode PERT assay pada beningan. yang dirinci dalam Keamanan virus, dan
Jika lini sel menghasilkan partikel retroviral memperhitungkan (tetapi tidak terbatas pada) asal
(contoh: lini sel pengerat), uji retrovirus sel dan sumber potensial kontaminasi virus (contoh:
menggunakan: bahan yang berasal dari hewan atau tumbuhan). Uji
- Mikroskopi elektron transmisi. Teknik Amplifikasi Asam Nukleat<1389> dilakukan
- Uji infektivitas pada sel manusia dan sel dengan atau tanpa amplifikasi sebelumnya dalam
tambahan yang sesuai (contoh: sel Mus dunni sel. Untuk lini sel yang berasal dari hewan pengerat,
atau sel SC-1 untuk sel substrat CHO) dengan Teknik Amplifikasi Asam Nukleat<1389> atau uji
metode PERT assay pada beningan, kecuali produksi antibodi dalam mencit, tikus, ataupun
ketika sel amplifikasi positif terhadap reverse hamster digunakan untuk mendeteksi virus dengan
transcriptase, pembacaan dilakukan spesies spesifik.
menggunakan metode plaque atau fluorescent
focus. Uji virus menggunakan metode molekular
Sensitivitas metode PERT sangat tinggi, sehingga lainnya Sesuai persetujuan dengan instansi yang
interpretasi sinyal positif mungkin samar-samar dan berwenang, metode molekular lain (contoh: High
keputusan keberterimaan sel substrat didasarkan Throughput Sequencing) dapat digunakan sebagai
pada data yang tersedia. alternatif uji in vivo dan metode Teknik Amplifikasi
Asam Nukleat spesifik, atau sebagai tambahan atau
- 339 -
alternatif uji biakan sel in vitro berdasarkan analisis Hewan dengan nodul yang semakin berkembang
risiko. diamati selama 1-2 minggu. Di antara hewan yang
Metode Teknik Amplifikasi Asam Nukleat dan tidak mengalami pembentukan nodul, setengahnya
metode molekular lainnya didasarkan pada analisis diamati selama 3 minggu dan setengah lainnya
risiko dan tergantung pada langkah-langkah di mana diamati selama 12 minggu sebelum dieutanasia dan
kontaminan virus dapat ditetapkan. Dalam hal hasil dilakukan pemeriksaan histologis. Semua hewan
positif dengan metode molekuler lain atau uji NAT, dinekropsi dan dilakukan pemeriksaan terhadap
uji lebih lanjut harus dilakukan untuk menentukan pembentukan tumor di lokasi penyuntikan dan organ
apakah asam nukleat yang terdeteksi disebabkan lain seperti kelenjar getah bening, paru-paru, otak,
oleh adanya agens asing yang menginfeksi dan/atau limpa, ginjal, dan hati. Semua lesi mirip tumor dan
diketahui memiliki risiko terhadap kesehatan lokasi penyuntikan diperiksa secara histologis.
manusia. Selain itu, karena beberapa lini sel dapat
menimbulkan metastasis tanpa pertumbuhan tumor,
Uji untuk tumorigenisitas in vivo Pengujian ini setiap kelenjar getah bening regional yang terdeteksi
menetapkan perbandingan antara lini sel dan lini sel dan paru-paru hewan diperiksa secara histologis.
kontrol positif yang sesuai sebagai pembanding Pengujian valid jika dari 10 hewan yang disuntik
(contoh: sel HeLa atau sel Hep2). dengan sel kontrol positif baku, terdapat tidak
Hewan yang telah terbukti sesuai untuk pengujian kurang dari 9 hewan yang memperlihatkan
ini meliputi: pertumbuhan tumor secara progresif.
(1) Mencit atimik (genotipe Nu/Nu), Pada lini sel yang berpotensi menimbulkan tumor
(2) Mencit, tikus, atau hamster baru lahir, yang baru, didokumentasikan tingkat tumorigenisitas,
diberi perlakuan dengan serum atau globulin dari berbagai dosis sel substrat (contoh: 105, 106, dan
antitimosit, 107) disuntikkan dalam kelompok berbeda yang
(3) Mencit yang telah dihilangkan kelenjar timus terdiri dari 10 hewan. Jumlah hewan yang
(timektomisasi) dan teriradiasi yang telah menunjukkan pertumbahan nodul yang progresif
direkonstitusi (T-, B+) dengan sumsum tulang dalam kelompok hewan dimonitor untuk dihitung
dari mencit yang sehat. TPD50.
Pada hewan terpilih, lini sel dan sel kontrol positif
disuntikkan ke dalam kelompok terpisah terdiri dari
masing-masing 10 hewan. Dalam keduanya, Tambahan lampiran
inokulum untuk setiap hewan adalah 107 sel yang RESIDU TOKSIN PERTUSIS <1413>
disuspensikan dengan volume 0,2 mL, dan
penyuntikan dapat dilakukan melalui rute Uji residu toksin pertusis dilakukan secara in vitro,
intramuskular atau subkutan. Hewan yang baru lahir menggunakan sel Chinese Hamster Ovary (CHO),
diberi perlakuan dengan 0,1 mL serum atau globulin untuk pengujian komponen pertusis murni yang
antitimosit pada hari ke-0, 2, 7, dan 14 setelah tidak teradsorpsi.
kelahiran. Serum atau globulin poten adalah yang
dapat menekan mekanisme kekebalan (imun) hewan Baku Pembanding Toksin Pertusis Baku
yang sedang berkembang hingga inokulum Pembanding.
berikutnya dari 107 sel kontrol positif yang secara
teratur menghasilkan tumor dan metastasis. Hewan Uji pengelompokan sel CHO didasarkan pada
yang terpengaruh sangat parah dan menunjukkan induksi cluster dalam kultur sel CHO non-konfluen
pertumbuhan tumor yang progresif, dapat oleh toksin pertusis aktif. Kultur diperiksa dengan
dieutanasia sebelum uji berakhir, untuk menghindari mikroskop dan hitung setiap kelompok yang ada.
penderitaan hewan yang tidak perlu. Penetapan kadar dapat digunakan sebagai uji
Pada akhir periode pengamatan, semua hewan kuantitatif atau sebagai uji batas dengan sensitivitas
termasuk kelompok kontrol positif dieutanasia dan yang ditentukan dalam setiap pengujian
diamati secara visual dan mikroskopis dari bukti menggunakan pengenceran sediaan Toksin Pertusis
proliferasi sel yang diinokulasi di tempat Baku Pembanding.
penyuntikan dan di organ lain (contoh: kelenjar
getah bening, paru-paru, ginjal, dan hati). Sensitivitas uji CHO terhadap toksin pertusis
Semua hewan diamati dan dipalpasi secara berkala diverifikasi dengan Toksin Pertusis Baku
untuk mengetahui pembentukan nodul di lokasi Pembanding atau baku pembanding yang dikalibrasi
penyuntikan. Setiap nodul yang terbentuk diukur dalam Unit Internasional menggunakan uji CHO
dalam 2 arah tegak lurus, catat hasil pengukuran yang sesuai. Sensitivitas uji didefinisikan sebagai
secara teratur untuk melihat pertumbuhan nodul konsentrasi terendah dalam seri pengenceran baku
yang progresif. Hewan yang menunjukkan nodul pembanding untuk menghasilkan respons positif,
yang mulai mengalami regresi selama periode yaitu tidak kurang dari 10 cluster sel CHO. Uji yang
pengamatan dieutanasia sebelum nodul tidak lagi sesuai memiliki sensitivitas minimal 5 mUI per mL.
teraba, dan diproses untuk pemeriksaan histologis.
Metode dibawah ini digunakan sebagai contoh
- 340 -
Pereaksi dan peralatan Toksin Pertusis Baku a. Media kultur sel CHO Tambahkan media
Pembanding, lini sel CHO-K1 (ATCC No. CCL-61 Kaighn's modified Ham's F-12K dengan serum
atau ECACC No. 85051005), Media Kaighn's foetal bovine untuk mendapatkan konsentrasi
modified Ham's F-12K. akhir 10% v/v. Tambahkan larutan 0,2 M L-
Media yang komposisinya sedikit berbeda dari glutamin secukupnya untuk mendapatkan
Tabel 1 dapat digunakan. Prolin adalah komponen konsentrasi akhir 1% v/v. Jika perlu dapat
penting dari media. Bila perlu, atur pH hingga 7,2 ± ditambahkan larutan antibiotik/antimikotik. Jika
0,2. perlu, atur pH hingga 7,2 ± 0,2. Simpan pada
suhu 5° ± 3° selama maksimal 3 minggu,
Tabel 1. Media Kaighn's modified Ham's F-12K terlindung dari cahaya.
Asam Amino b. Larutan tripsin-EDTA (tripsin 0,25%).
L-Alanin 18,0 mg c. Dapar salin fosfat pH 7,4, tanpa kalsium atau
L-Arginin hidroklorida 422,0 mg magnesium. Larutkan 9,0 g Natrium klorida P,
L-Asparagin monohidrat 30,0 mg 0,144 g Kalium dihidrogen fosfat P dan 0,795 g
L-Asam aspartat 26,6 mg Dinatrium hidrogen fosfat heptahidrat P dalam
L-Sistein hidroklorida monohidrat 70,0 mg
L-Asam glutamat 29,0 mg
air. Encerkan hingga 1000,0 mL dengan pelarut
L-Glutamin 292,0 mg yang sama. Jika perlu, atur pH.
Glisin 15,0 mg d. Plat tetes dengan 24 sumur
L-Histidin hidroklorida monohidrat 45,8 mg e. Labu kultur jaringan 75 cm2.
L-Isoleusin 7,88 mg f. Tabung mikro polipropilen pengikat protein
L-Leusin 26,2 mg rendah.
L-Lisin hidroklorida 73,0 mg Kultur Sel CHO Sel diperoleh dari bank sel dan
L-Metionin 8,96 mg digunakan di antara tingkat pasase yang ditentukan.
L-Fenilalanin 9,92 mg
Sel CHO dikultur dalam labu kultur jaringan yang
L-Prolin 69,0 mg
L-Serin 21,0 mg
berisi 20 mL media kultur sel CHO dalam inkubator
L-Threonin 23,0 mg yang dilembabkan, diatur pada suhu 37° dan 5%
L-Triptofan 4,1 mg CO2. Sel dilewatkan pada rasio 1:5 hingga 1:20 saat
L-Tirosin disodium garam dihidrat 13,5 mg mendekati pertemuan. Sebelum digunakan, biarkan
L-Valin 23,0 mg semua pereaksi mencapai suhu ruang atau
Vitamin hangatkan hingga 37°.
Biotin 70 µg Untuk melewati sel, lepaskan media kultur sel CHO.
D-Kalsium pantoteanat 0,5 mg Cuci lapisan sel secara perlahan dengan membilas 2-
Kolin klorida 14,0 mg 3 kali dengan dapar salin fosfat. Buang dapar salin
Asam folat 1,3 mg
fosfat dan tambahkan 2 mL larutan tripsin-EDTA ke
myo-Inositol 18,0 mg
Nikotinamid 37 µg dalam labu, biarkan hingga menutupi lapisan
Piridoksin hidroklorida 60 µg tunggal selama 20 detik. Buang larutan tripsin-
Riboflavin 40 µg EDTA dengan pipet. Segera amati kultur
Tiamin hidroklorida 0,3 mg menggunakan mikroskop fase kontras. Saat sel
Vitamin B12 1,4 mg mulai berkontraksi, ketuk sisi labu kultur dengan
Garam anorganik kuat untuk mengeluarkan sel. Ketika sebagian besar
Kalsium klorida, anhidrat 102,0 mg sel terapung, tambahkan 10 mL media kultur sel
Tembaga(II) sulfat pentahidrat 2 µg CHO untuk menghentikan digesti tripsin.
Dinatrium hidrogen fosfat, anhidrat 115,5 mg
Tripsinisasi yang digunakan untuk pelepasan sel
Besi(II) sulfat heptahidrat 0,8 mg
Magnesium klorida, anhidrat 49,7 mg harus dikontrol dengan hati-hati untuk menghindari
Magnesium sulfat, anhidrat 192,0 mg digesti berlebihan yang menyebabkan pembelahan
Kalium klorida 285,0 mg reseptor toksin pertusis atau protein perlekatan sel,
Natrium bikarbonat 2,50 g atau keduanya.
Natrium klorida 7,53 g Tentukan konsentrasi dan viabilitas sel
Zink sulfat heptahidrat 0,144 mg menggunakan eksklusi trypan blue atau metode lain
Komponen lainnya yang sesuai. Untuk melanjutkan, viabilitas sel harus
D-Glukosa 1,26 g lebih besar dari 95%. Pindahkan suspensi sel dalam
Garam natrium hipoksantin 4,0 mg jumlah yang cukup ke dalam labu untuk rasio bagian
Asam lipoat 0,21 mg
1:5 hingga 1:20 dan tambahkan media kultur sel
Fenol merah 3,0 mg
Putresin dihidroklorida 0,32 mg CHO hingga volume menjadi 20 mL. Inkubasi sel
Natrium piruvat 220,0 mg dalam inkubator yang diatur pada suhu 37° dan 5%
Timidin 0,7 mg CO2 minimal 48 jam sebelum digunakan dalam uji
Air hingga CHO.
1000 mL g. Kepadatan pembenihan untuk uji CHO
Siapkan suspensi sel CHO menggunakan
prosedur tripsinisasi seperti tertera pada Kultur
- 341 -
Sel CHO. Hitung dan encerkan suspensi sel Perhitungan Hitung aktivitas residu toksin
menjadi antara 4 × 104 dan 8 × 104 sel CHO per pertusis dalam larutan uji dalam UI per mL, relatif
mL dalam media kultur sel CHO. Konsentrasi sel terhadap baku pembanding, dengan menggunakan
yang dipilih harus memungkinkan cluster untuk persamaan berikut:
diidentifikasi pada akhir periode stimulasi. Pipet
250 µL suspensi sel ke dalam plat tetes dengan 𝐺𝑀 (𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)𝑈
24 sumur. Simpan lempeng benih dalam × 𝐴𝑆
𝐺𝑀 (𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)𝑠
inkubator yang dilembabkan pada suhu 37° dan
5% CO2 sambil menyiapkan baku dan larutan GM (titik akhir)u dan GM (titik akhir)s berturut-turut
uji. adalah rata-rata geometrik nilai kebalikan dari
Penyiapan Toksin Pertusis Baku Pembanding pengenceran titik akhir (pengenceran terakhir
Rekonstitusi Toksin Pertusis Baku Pembanding dengan skor positif) untuk larutan uji dan larutan
seperti yang tercantum pada leaflet. Siapkan 7 seri baku; As adalah aktivitas penyiapan baku dalam UI
pengenceran kelipatan dua dalam media kultur sel per mL.
CHO, sehingga titik akhir penetapan kadar terjadi di
tengah seri pengenceran. Pengenceran disiapkan Sebagai contoh: Seri 7 pengenceran kelipatan dua
dalam tabung mikro polipropilen pengikat protein disiapkan untuk larutan baku dan larutan uji.
rendah. Tiap lempeng uji harus disertai satu seri Larutan baku memiliki aktivitas 1000 UI per mL.
pengenceran baku pembanding. Skor diamati pada setiap enceran larutan baku dan
Penyiapan komponen pertusis murni yang tidak larutan uji, nilai kebalikan dari titik akhir
teradsorpsi Encerkan larutan uji dalam media kultur pengenceran dan rata-rata geometrik nilai kebalikan
sel CHO untuk mendapatkan konsentrasi tertinggi dari titik akhir pengenceran ditunjukkan pada Tabel
yang tidak mengencerkan nutrisi media secara 2 dan 3.
bermakna, untuk memaksimalkan sensitivitas
pengujian. Siapkan seri pengenceran seperti yang Tabel 2. Pengenceran dan skor Larutan baku
yang tertera pada Penyiapan Toksin Pertusis Baku Skor
Pembanding. Pengenceran Larutan
baku Rep. 1 Rep. 2
Stimulasi sel CHO Pipet 250 µL dari masing-
masing tabung seri pengenceran penyiapan baku ke 1:100.000 + +
dalam sumur yang ditentukan dari lempeng uji yang 1:200.000 + +
telah berisi sel CHO. Dengan cara yang sama, pipet 1:400.000 + +
250 µL dari tiap enceran larutan uji ke dalam sumur 1:800.000 + -
yang ditentukan. Pipet 250 µL media kultur sel CHO 1:1.600.000 - -
1:3.200.000 - -
ke dalam sumur kontrol negatif. Kembalikan
1:6.400.000 - -
lempeng uji ke inkubator yang dilembabkan pada Titik akhir pengenceran 1:800.000 1:400.000
suhu 37° dan 5% CO2 selama 48 jam. Kebalikan dari titik akhir
Skoring dan interpretasi hasil Amati kultur sel pengenceran 800.000 400.000
menggunakan mikroskop fase kontras pada GM (titik akhir)s 565.685
perbesaran 4x atau 10x. Di semua sumur kultur sel
tidak boleh konfluen dan harus memiliki ruang Tabel 3. Pengenceran dan skor Larutan uji
pertumbuhan yang cukup untuk memungkinkan Skor
setiap cluster yang ada dapat dihitung. Tetapkan Pengenceran Larutan Uji
skor positif ketika 10 atau lebih formasi cluster sel Rep. 1 Rep. 2
CHO terlihat jelas dalam satu sumur. Tetapkan skor 1:100 + +
negatif untuk sumur yang berisi kurang dari 10 1:200 + +
cluster. Konsentrasi titik akhir adalah konsentrasi 1:400 + +
terendah dengan skor positif. 1:800 + +
1:1600 + -
Validitas pengujian Pengujian valid jika
1:3200 - -
a. sumuran kontrol negatif tidak menunjukkan 1:6400 - -
bukti pengelompokan. Titik akhir pengenceran 1:1600 1:800
b. sumur yang mengandung preparat toksin Kebalikan dari titik akhir
pembanding pada konsentrasi lebih besar atau pengenceran 1600 800
sama dengan 5 mUI per mL menunjukkan GM (titik akhir)u 1131
respons positif (yaitu 10 atau lebih cluster sel
CHO). Aktivitas residu toksin pertusis dalam larutan uji
c. titik akhir pengenceran yang jelas diamati untuk dapat ditentukan sebagai berikut: (1131/565685) ×
penyiapan baku. 1000 = 2 UI per mL.
d. nilai replikasi untuk titik akhir penyiapan baku
tidak berbeda lebih dari satu pengenceran
kelipatan dua dalam satu pengujian.
PEREAKSI
- 342 -
𝑔 𝐾𝐻𝐶8 𝐻4 𝑂4
0,20422 × 𝑚𝐿 𝐻𝐶𝐿𝑂4 (𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖)