Anda di halaman 1dari 120

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PRODUK GRIYA IB

HASANAH DI BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN

SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PADA JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

OLEH :

KURNIATI AMALIA A04130015

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
2017
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kurniati Amalia

NIM : A04 130015

Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 30 Januari 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tanjung III Ujung Rt.33 No.77 Kayutangi,

Banjarmasin

Nama Orang Tua ( Ayah) : Ir. Syamsuri (alm)

Nama Orang Tua (Ibu) : Nurul Aliah S.Sos

E-mail : A04130015@akuntansipoliban.ac.id

Riwayat Pendidikan :

- SDN Percontohan Sungai Miai 7 (2001-2007)

- SMP Negeri 24 Banjarmasin (2007-2010)

- SMA Negeri 3 Banjarmasin ( 2010-2013)

- POLIBAN Jurusan Akuntansi Program Studi

Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

Riwayat Kerja : Praktik Kerja Lapangan di PT. BNI Syariah

Kantor Cabang Banjarmasin (2017)

iv
MOTTO

The struggle that you do today


is the single way to build a better future
“Man Jadda Wajada”

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini dengan baik. Skripsi ini merupakan persyaratan untuk penyelesaian kuliah

D4 jurusan Akuntansi Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

Politeknik Negeri Banjarmasin.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis selalu menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun. Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini berkat bimbingan dan

bantuan segala pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak H. Edi Yohannes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri

Banjarmasin,

2. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku ketua Jurusan Akuntansi Politeknik

Negeri Banjarmasin,

3. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Lembaga Keuangan Syariah (ALKS),

4. Ibu Basyirah Ainun, SE,MM,Ak,CA selaku Wali Kelas yang sudah

memberi arahan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Lusiana Handayani, SE,CIFP,Ak,CA selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

vii
6. Bapak Edy Abdul Malik selaku Pimpinan PT. BNI Syariah Kantor

Cabang Banjarmasin yang telah memberikan kesempatan penulis

untuk melakukan penelitian pada Bank BNI Syariah Banjarmasin.

7. Bapak Andri saputra dan Bapak Galih Almatin bagian Marketing dan

Processing Bank BNI Syariah Banjarmasin yang telah menjadi

narasumber dalam penulisan ini.

8. Seluruh staf Pada BNI Syariah Banjarmasin yang telah membantu dalam

penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen pada Jurusan Akuntansi khususnya Program Studi

Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS).

10. Bapak (Alm) dan Ibu penulis yang menjadi motivasi dan senantiasa

mendidik dengan penuh kesabaran, tulus dalam mendo’akan, dan

memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,

11. Teman-teman seangkatan D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

(ALKS) angkatan tahun 2013,

12. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu kelancaran skripsi ini, penulis tidak dapat membalasnya

kecuali hanya mendoakan agar Allah SWT memberikan pahala yang

berlipat ganda.

viii
Dalam penulisan skripsi ini penulis sadar bahwa tidak ada sesuatupun

yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan besar hati

penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar menjadi

lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Banjarmasin, Agustus 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. iv

MOTTO ................................................................................................. v

SURAT PERNYATAAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI.......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv

DAFTAR BAGAN ................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii

ABSTRAK ............................................................................................. xviii

ABSTRACT ........................................................................................... xix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Permasalahan ..................................................................... 8

C. Batasan Masalah ................................................................ 8

D. Tujuan Penelitian ............................................................... 8

E. Kegunaan Penelitian .......................................................... 9

x
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ................................................................. 10

1. Risiko ........................................................................ 10

2. Manajemen Risiko .................................................... 12

3. Penerapan Manajemen Risiko Menurut Peraturan

Bank Indonesia .......................................................... 14

4. Proses Penerapan Manajemen Risiko ....................... 17

5. Proses Identifikasi Risiko di Bank Islam .................. 21

6. Risiko Pembiayaan .................................................... 24

7. Prinsip-Prinsip Pembiayaan ...................................... 29

8. Pembiayaan Murabahah ............................................ 33

9. Produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah ................ 37

B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................... 38

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ................ 42

B. Jenis Penelitian ................................................................. 42

C. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 44

E. Teknik Analisa Data ......................................................... 45

F. Kerangka Pemikiran ......................................................... 47

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. BNI Syariah .............................. 48

xi
2. Visi dan Misi ............................................................. 50

3. Struktur Organisasi ................................................... 51

4. Job Description ......................................................... 53

5. Produk dan Layanan BNI Syariah ............................ 57

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Aspek Pembahasan Wawancara ................................. 61

2. Responden Dalam Lingkup Wawancara .................... 61

3. Pembahasan Hasil Wawancara ................................... 63

a. Pembiayaan Murabahah ....................................... 63

b. Pembiayaan Konsumtif Produk Griya iB Hasanah 66

c. Risiko Produk Griya iB Hasanah ......................... 70

d. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Produk

Griya iB Hasanah ................................................. 73

e. Penerapan dan Pengelolaan Manajemen Risiko ...

Produk Griya iB Hasanah ..................................... 74

f. Strategi dalam Meminimalisir Risiko Produk

Griya iB Hasanah ................................................. 81

g. Analisis Manajemen Risiko Produk Griya iB

Hasanah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin ..... 85

xii
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................... 98

B. Saran ................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Daftar Sumber Terjadinya Risiko .................................................. 22

Tabel 2 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................. 38

Tabel 3 Aspek Wawancara .......................................................................... 61

Tabel 4 Data Responden dan Aspek Pembahasan Wawancara ................... 62

Tabel 5 Jenis-jenis Pembiayaan Berdasarkan Akad Murabahah ................ 65

Tabel 6 Strategi Penagangan Berdasarkan Kolektibilitas ........................... 83

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Tingkat Rasio NPF Pembiayaan .................................................. 3

Gambar 2 Tingkat Rasio NPF Nett Pembiayaan Murabahah Bagi Bus ....... 4

Gambar 3 Tingkat Kontribusi Produk di BNI Syariah Th 2015 dan 2014 ... 6

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 47

Gambar 5 Struktur Organisasi PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin ........ 52

Gambar 6 Produk dan Akad yang digunakan BNI Syariah .......................... 58

Gambar 7 Persyaratan Permohonan Nasabah Produk Griya ........................ 67

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 Flowchart Prosedur Pembiayaan Produk Griya iB Hasanah ............. 66

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Lampiran 2 Surat Keterangan Tempat Usaha PT. BNI Syariah Cab. Banjarmasin

Lampiran 3 Denah/Peta Perusahaan

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Penelitian di PT, BNI Syariah Cab. Banjarmasin

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 6 Lembar Hasil Wawancara

Lampiran 7 Brosur Ketentuan Uang Muka Produk Griya iB Hasanah

Lampiran 8 Brosur Simulasi Pembiayaan Griya iB Hasanah Nasabah Fix Income

Lampiran 9 Brosur Simulasi Pembiayaan Griya iB Hasanah Nasabah Non Fixed

Income

Lampiran 10 Brosur Produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah

Lampiran 11 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 12 Lembar Saran Penguji Seminar Skripsi 2016/2017

xvii
ABSTRAK

Kurniati Amalia / A04130015 / 2017 / ANALISIS MANAJEMEN RISIKO


PRODUK GRIYA IB HASANAH DI BNI SYARIAH CABANG
BANJARMASIN/ Perbankan Syariah / Manajemen Risiko / BNI SYARIAH

Annual report BNI Syariah menunjukkan bahwa produk dengan


kontribusi terbesar adalah pembiayaan Griya iB Hasanah (pembiayaan
murabahah), tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) BNI Syariah pada
tahun 2015 sebesar 1,46% dan NPF untuk pembiayaan murabahah BNI Syariah
sebesar 1,35%. Dengan tingkat rasio NPF yang rendah dibawah 5% maka BNI
Syariah dapat dikategorikan sebagai perusahaan dengan tingkat rasio NPF yang
baik. Hal ini tidak terlepas dari peran manajemen risiko perusahaan yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang penerapan dan pengelolaan
manajemen risiko beserta strategi yang dilakukan bank dalam meminimalisir
risiko produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis
data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan
data menggunakan kepustakaan, studi lapangan dan wawancara.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan dan pengelolaan
serta strategi manajemen risiko yang dilakukan BNI Syariah Cabang
Banjarmasin adalah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dengan proses
identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan atas risiko yang terjadi dan
melakukan pengendalian risiko dengan metode analisis manajemen risiko
pembiayaan berdasarkan wayout, analisis prinsip kehati-hatian pembiayaan
dengan aspek 5C, 7P, BI checking dan penyelamatan pembiayaan dengan
metode restrukturisasi (R3). Dengan adanya metode penerapan, pengelolaan dan
strategi tersebut BNI Syariah cabang Banjarmasin dapat mengurangi dan menekan
terjadinya persoalan Non Performing Financing (NPF) baik dalam produk
maupun dalam bank syariah itu sendiri.

Kata Kunci: Penerapan, Pengelolaan, Strategi, Manajemen Risiko, Produk Griya


iB Hasanah, Pembiayaan Murabahah

xviii
ABSTRACT

Kurniati Amalia / A04130015 / 2017 / RISK MANAGEMENT ANALYSIS OF


GRIYA IB HASANAH PRODUCT IN BNI SYARIAH BRANCH
BANJARMASIN / Islamic Bank / Risk Management / BNI Syariah

Annual report BNI Syariah in 2015 shows that products with the largest
contribution is Griya iB Hasanah (murabahah financing), Non Performing
Financing (NPF) ratio at 1.46% and NPF for murabahah financing at 1.35%.
Because of that BNI Syariah can be categorized as a company with a good NPF
ratio.It is a result of good risk management role.The aims of this study are to
know about implementation andmanagement of risk management along with
strategies undertaken by banks in order to minimizing risk on Griya iB Hasanah
product in BNI Syariah Branch Banjarmasin.
Themethod of this study is descriptive qualitative which used primary data
and secondary data. Collection data techniques used literature, field studies and
interviews.
In conclusion, the implementation, management and strategy of risk
management that undertaken by BNI Syariah Branch of Banjarmasin is based on
Bank Indonesia Regulation (PBI) with risk identification process, measurement of
risk, monitoring of risks occurring and performing risk control by financing risk
management analysis method based on wayout, prudential principles financing
analysis with aspects of 5C, 7P, BI checking and rescue financing by restructuring
method (R3). Hence, BNI Syariah branch of Banjarmasin can reduce and surpress
the occurrence of Non Performing Financing (NPF) problems both in product and
in bank itself.

Keywords: Implementation, Management, Strategy, Risk Management, Griya iB


Hasanah Product, Murabahah Financing

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan masyarakat saat ini semakin meningkat baik itu

kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Dengan pertumbuhan

masyarakat yang terus menerus bertambah menyebabkan semakin

bertambah pula kebutuhan masyarakat, akan tetapi adanya faktor

ekonomi yang sangat terbatas akhirnya membuat setiap kepala keluarga

sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh setiap masyarakat adalah kebutuhan akan papan yang

merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat setelah sandang dan

pangan. Masyarakat pada umumnya mempunyai kebutuhan baik itu

perumahan sebagai tempat berlindung maupun kendaraan sebagai alat

transportasi yang memudahkan masyarakat dalam mencapai arah

tujuannya. Namun seiring kemajuan teknologi, perkembangan ekonomi,

dan pertambahan jumlah penduduk, lahan untuk perumahan juga semakin

berkurang, berkurangnya lahan bagi perumahan mengakibatkan

persaingan, sehingga membangun hunian rumah membutuhkan biaya

yang tidak sedikit. Membangun atau membeli rumah haruslah

memerlukan banyak dana, padahal tidak semua orang mempunyai dana

yang cukup untuk membangun sebuah rumah. Hal tersebut kemudian

menempatkan kredit sebagai produk jasa perbankan yang banyak diminati

1
2

oleh kalangan masyarakat, dengan melihat masalah tersebut

pengembangan kepemilikan rumah dilirik oleh perbankan-perbankan

termasuk perbankan syariah sebagai alternatif utama dalam pembiayaan

perumahan, tentunya dengan syarat yang harus berpedoman dengan

prinsip syariah.

Pemberian Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal 35 ayat 1 menjelaskan

bahwa Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan

usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Undang-undang

tersebut diberlakukan agar nasabah mampu dalam melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan sesuai dengan perjanjian sehingga risiko

kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan dapat dihindari.

Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabahnya bank

syariah harus memperhatikan aspek 5C yang meliputi Character

(Karakter), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Condition (Kondisi)

dan Collateral (Jaminan), dengan tujuan untuk meminimalisir risiko

terjadinya pembiayaan bermasalah. Walaupun demikian, pembiayaan

yang diberikan kepada para nasabah tidak akan lepas dari risiko

terjadinya pembiayaan bermasalah. Dalam risiko pembiayaan

merupakan risiko yang disebabkan oleh kegagalan counterparty dalam

memenuhi kewajibannya. (Kasmir,2010: 260)


3

Risiko terjadinya pembiayaan bermasalah nantinya akan

berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF) oleh masing

masing Bank Syariah. Menurut kamus Bank Indonesia (BI), Non

Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) adalah

kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang

Lancar, Diragukan dan Macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank

umum, sedangkan NPF untuk Bank Syariah. Berdasarkan Peraturan Oto-

ritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor.15/POJK.03/2017 tentang penetapan

status dan tindak lanjut pengawasan bank umum, tingkat NPF bank yang

dikatakan baik apabila berada kurang dari 5%.

Berdasarkan laporan tahunan 7 Bank Umum syariah pada tahun

2015 tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan

diketahui pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1
Tingkat Rasio NPF Pembiayaan

Tingkat Rasio NPF Nett Tahun


2015 Bank Umum Syariah (BUS)
6,00%

5,00%
4,93%
4,20% Bank Muamalat
4,00% 3,89% 4,05%
3,19% Bank BNI Syariah
3,00% 2,74%
Bank BRI Syariah
2,00% Bank Syariah Mandiri
1,46%
1,00% Maybank Syariah Ind

0,00% Bank Bukopin Syariah


Bank Bank BNI Bank BRI Bank Maybank Bank Bank Bank Panin Dubai Syariah
Muamalat Syariah Syariah Syariah Syariah Bukopin Panin
Mandiri Ind Syariah Dubai
Syariah

Sumber : Annual report Bank Umum Syariah tahun 2015


4

Sedangkan tingkat rasio NPF pembiayaan Murabahah (jual Beli)

untuk 5 bank umum syariah pada tahun 2015 diketahui pada gambar 2

berikut ini:

Gambar 2
Tingkat Rasio NPF Nett Pembiayaan Murabahah Bagi BUS

Tingkat Rasio NPF Murabahah Bersih


Bank Umum Syariah (BUS)
Tahun 2015
6,00%
5,00%
5,00%
Bank BNI Syariah
4,00% 3,56% 3,84%
3,13% Bank Muamalat
3,00%
Bank Syariah Mandiri
2,00%
1,35%
Bank BRI Syariah
1,00%
0,00% Maybank Syariah Indo
Bank BNI Bank Bank Bank BRI Maybank
Syariah Muamalat Syariah Syariah Syariah
Mandiri Indo

Sumber : Annual report 5 Bank Umum Syariah (BUS) tahun 2015

Dari data tersebut dapat dilihat tingkat rasio NPF untuk pembiayaan

murabahah tahun 2015 paling kecil ada pada BNI Syariah yaitu dengan

tingkat NPF murabahah hanya sebesar 1,35%, sedangkan tingkat NPF

paling besar mencapai batas maksimum terjadi pada Maybank Syariah

Indonesia yaitu dengan tingkat NPF murabahah mencapai 5,00%. Oleh

karena itu, BNI Syariah dapat menjadi contoh yang baik untuk Bank

Umum Syariah lainnya, dalam melakukan peningkatan kualitas

pembiayaan khususnya murabahah dan meminimalisirkan risiko-risiko

yang terjadi dalam pembiayaan murabahah tersebut.


5

Dalam menjalankan bisnisnya, pembiayaan kredit kepemilikan

rumah pada perbankan syariah merupakan jenis pembiayaan dengan

kontribusi besar yang sangat berkembang hingga saat ini, salah satunya

pembiayaan yang dimiliki oleh PT. BNI Syariah. Pada Tahun 2015, Bisnis

pembiayaan konsumer BNI Syariah di tahun 2015 tetap tumbuh di tengah

kondisi perekonomian yang melambat. Hal ini tercermin pada angka

penyaluran pembiayaan yang meningkat sebesar 18,36% menjadi Rp9,36

triliun dari sebelumnya sebesar Rp7,91 triliun pada tahun 2014. Angka

pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan

nasional yang hanya sebesar 6,50%. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut,

pangsa pasar pembiayaan konsumer BNI Syariah terhadap penyaluran

kredit Bank umum meningkat dari 0,78% menjadi 0,85% atau tumbuh

sebesar 8,58%. Berdasarkan annual report BNI Syariah tahun 2015 pada

gambar 3, BNI Griya iB Hasanah yang merupakan produk unggulan BNI

Syariah memberikan kontribusi terbesar dalam penyaluran pembiayaan

konsumer di tahun 2015, yaitu sebesar 84,37% dari total pembiayaan

consumer. Secara keseluruhan, BNI Syariah tetap perhatian terhadap

kualitas pembiayaan konsumer yang telah disalurkannya, hal tersebut

dapat terlihat dari tingkat pembiayaan konsumer yang bermasalah masih

dapat terjaga di kisaran angka 0,2%.


6

Gambar 3

Tingkat Kontribusi Produk di BNI Syariah Tahun 2015 dan 2014

Sumber : Annual Report BNI Syariah Tahun 2015

Griya iB Hasanah adalah salah satu solusi yang diberikan BNI

Syariah untuk masyarakat yang kekurangan dana namun ingin memiliki

rumah dengan pembiayaan jangka panjang yang diberikan oleh Bank,

baik bekerjasama dengan pengembang (developer) maupun yang

dilakukan secara independen. Pembiayaan tersebut bertujuan untuk

memberikan kemudahan bagi nasabah dengan sistem angsuran dan

menggunakan akad Murabahah. Dalam aplikasinya produk Griya iB

Hasanah ini merupakan produk pembiayaan yang juga dapat memiliki

risiko terjadinya pembiayaan bermasalah yang besar, seperti risiko

finansial yang termasuk dalam risiko kredit yaitu kegagalan atau

kemacetan pembayaran pada saat jatuh tempo. Selain itu, risiko yang

muncul adalah risiko pasar yang timbul akibat pergeseran harga, risiko

operasional yang timbul akibat human error dan risiko hukum yang

berhubungan dengan legalitas. Beberapa risiko tersebut adalah risiko


7

besar yang harus mampu dikelola oleh pihak perbankan dalam

pembiayaan produk Griya iB Hasanah.

Dengan besarnya risiko kredit yang muncul pada produk Griya iB

Hasanah disebabkan bukan hanya moral hazard, namun akibat lamanya

jangka waktu pelunasan pembiayaan tersebut. Pembiayaan Griya iB

Hasanah memiliki jangka waktu angsuran selama ± 15 tahun. Hal ini

tentunya menimbulkan resiko kredit akibat macetnya pembayaran piutang

nasabah. kegagalan nasabah untuk membayar pembiayaan sesuai kontrak

atau akad sangat berdampak pada keuangan pihak perbankan. Namun dari

seluruh risiko tersebut BNI Syariah mampu meminimalisirkan risiko-

risiko yang terjadi, hal tersebut tidak lepas dari kuatnya strategi atau

mitigasi yang dimiliki BNI Syariah dalam menangani risiko-risiko yang

terjadi. Dalam permasalah tersebut penulis tertarik untuk melihat

kebijakan manajemen risiko dalam pembiayaan murabahah pada BNI

Syariah dengan fokus pada penerapan dan pengelolaan manajemen risiko

serta stretegi dalam meminimalisir risiko pembiayaan pada produk Griya

iB Hasanah di BNI Syariah Banjarmasin dengan mengangkatnya dalam

sebuah judul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PRODUK GRIYA iB

HASANAH DI BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN”.


8

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka

dapat dirumuskan permasalahan yang timbul yaitu:

1. Bagaimana penerapan dan pengelolaan manajemen risiko pada

pembiayaan Griya iB Hasanah di BNI Syariah Cabang

Banjarmasin?

2. Bagaimana strategi BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam

meminimalisir risiko pembiayaan pada produk Griya iB Hasanah?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, peneliti membatasi permasalahan

yaitu bagaimana BNI Syariah Banjarmasin menerapkan strategi

manajemen risiko agar dapat dikelola dengan baik. Dengan identifikasi

masalah seperti konsep manajemen risiko, konsep pembiayaan murabahah,

pembiayaan Griya iB Hasanah dan risiko atas pembiayaan Griya iB

Hasanah.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan batasan masalah tersebut, adapun

tujuan penulis dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui penerapan dan pengelolaan manajemen risiko dengan

melihat kebijakan pembiayaan Murabahah pada produk Griya iB

Hasanah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.


9

2. Mengetahui strategi yang digunakan oleh Bank BNI Syariah

Cabang Banjarmasin dalam meminimalisir risiko pembiayaan

pada produk Griya iB Hasanah.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan positif bagi

kajian ilmu pengetahuan.

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman dan memperluas wawasan penulis tentang manajemen

risiko di BNI Syariah khususnya pada produk Griya iB Hasanah.

2. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

referensi dan informasi tambahan mengenai Manajemen Risiko

khususnya untuk produk pembiayaan rumah secara kredit di Bank

Syariah.

3. Bagi PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

masukan dan gambaran informasi manajemen risiko dalam

menerapkan prinsip kehati-hatian terhadap pemberian pembiayaan

khususnya produk Griya iB Hasanah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Untuk lebih memahami penulisan tugas akhir, teori yang

digunakan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Risiko

Veithzal Rivai (2013:59) memberikan definisi terhadap ri-

siko sebagai berikut:

Risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena


ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika
terjadi akan menimbulkan konsekuansi tidak menguntungkan.
Lebih lanjut jika risiko pada usaha adalah suatu kondisi pada
usaha yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang
kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan
konsekuensi fisik maupun financial yang tidak menguntungkan
bagi tercapainya sasaran usaha, yaitu biaya,waktu, mutu usaha.

Menurut PBI No.13/23/PBI/2011, Risiko adalah potensi

kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. Dalam

konteks perbankan risko merupakan suatu kejadian potensial, baik

yang dapat diperkirakan (expected) maupun yang tidak dapat

diperkirakan (unexpected) yang berdampak negatif terhadap

pendapatan dan permodalan bank. Risiko juga dapat dianggap

sebagai kendala atau penghambat pencapaian suatu tujuan,dengan

kata lain risiko merupakan kemungkinan yang berpotensi

memberikan dampak negatif kepada sasaran yang ingin dicapai.

10
11

Dalam upaya menerapkan manjemen risiko,bank harus dapat

mengidentifikasi risiko dan memahami seluruh risiko yang melekat

(inherent risk), termasuk risiko yang bersumber dari aktivitas

cabang-cabang dan perusahaan anak. (Ikatan Bankir Indonesia,

2015: 6)

Berdasarkan jenisnya menurut Drs.Kasidi,M (2010: 5)

Risiko secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

a. Risiko Spekulatif (speculative risk)

Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung

dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang

menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan.

Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau

bisnis. Contohnya pembelian saham, pembelian valuta

asing, saving dalam bentuk emas, perubahan tingkat

suku bunga perbankan.

b. Risiko Murni (pure risk)

Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung

satu kemungkinan, yaitu kemungkinan rugi saja.

Contohnya bencana alam, resensi ekonomi dan

sebagainya.

Pengelompokan risiko ini menjadi sangat penting, karena setiap

kegiatan usaha baik perorangan maupun suatu badan akan selalu

berhadapan dengan risiko tersebut, baik itu risiko spekulatif


12

maupun risiko murni. Walaupun kategori suatu risiko tidak selalu

jelas, namun kebanyakan risiko dapat diklasifikasikan. Suatu risiko

tergolong risiko spekulatif atau risiko murni akan sangat

tergantung pada pendekatan yang digunakan.

Hubungan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi

secara linear negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan,

dibutuhkan risiko yang semakin besar untuk dihadapi. Untuk itu

diperlukan upaya yang serius agar hubungan tersebut menjadi

kebalikannya, yaitu aktivitas yang meningkatkan hasil pada saat

risiko menurun.

2. Manajemen Risiko

Menurut Ferry N. Idroes (2011: 5), Manajemen risiko

didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam

identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,

serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung

pada setiap aktifitas atau proses.

Menurut Veithzal Rifai (2013: 63), Manajemen risiko

adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko

yang timbul dari kegiatan usaha bank.

Menurut Ferry N.Idroes (2011:6), manajemen risiko

diperlukan untuk:

a. Mendukung pencapaian tujuan.


13

b. Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang

memberikan peluang jauh lebih tinggi dengan

mengambil risiko yang lebih tinggi; risiko yang lebih

tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi yang

sesuai terhadap risiko.

c. Mengurangi kemungkinan kesalahan fatal.

d. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap

aktivitas dan tingkatan dalam organisasi sehingga setiap

individu harus mengambil dan mengelola risiko masing

-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawabnya.

Manajemen risiko pada bank Islam seharusnya merupakan

suatu proses berkelanjutan tentang bagaimana bank mengelola

risiko yang dihadapinya. Meminimalkan potensi keterjadian dan

dampak yang ditimbulkan pada berbagai risiko yang tidak

dikehendaki. Pada sisi lain, menerima dan beroperasi dengan

risiko tersebut. Bahkan dalam dataran yang lebih tinggi, jika

memungkinkan bank Islam dapat mengonversi risiko menjadi

peluang bisnis yang menguntungkan. Lebih jauh, manajemen

risiko adalah tentang bagaimana bank secara aktif memilih jenis

dan tingkat risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha bank

tersebut.
14

3. Penerapan Manajemen Risiko Menurut Peraturan Bank Indonesia

Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 13/23/PBI/2011

tentang Penerapan Manajemen Risko bagi bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah, bahwa kegiatan usaha perbankan tidak

lepas dari risiko yang dapat mengganggu kelangsungan bank. Bank

syariah juga harus memiliki karakteristik produk dan jasa

perbankan syariah harus memerlukan fungsi identifikasi,

pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko yang sesuai

dengan kegiatan usaha perbankan syariah.

Menurut Peraturan Bank Indonesia, berdasarkan jenisnya

risiko dikategorikan sebagai berikut:

a. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko kerugian akibat kegagalan

pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank

sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

b. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan

rekening administrative akibat perubahan harga pasar,

antara kain risiko berupa perubahan nilai dari asset yang

dapat diperdagangkan atau disewakan.

c. Risiko Likuiditas

Yaitu risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber


15

pendanaan arus kas dan/atau asset likuid berkualitas

tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas

dan kondisi keuangan Bank.

d. Risiko Operasional

Adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses

internal yang kuranng memadai, kegagalan proses

internal, kesalahan manusia, kegagalan system, dan/atau

adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional Bank.

e. Risiko Hukum

Adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan

aspek yuridis dalam menghadapi tuntutan hukum pihak

lain. Penyebab dari risiko hukum antara lain, peraturan

perundang-undangan yang mendukung tidak tersedia,

kelalaian Bank dalam proses pengikatan sehingga

perikatan seperti syarat keabsahan kontrak tidak kuat,

pengikatan angunan kredit yang tidak sempurna.

f. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi

negative terhadap bank.


16

g. Risiko Stratejik

Adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan

dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan

bisnis.

h. Risiko Kepatuhan

Adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku, seperti prinsip Syariah.

i. Risiko Imbal Hasil(Rate of Return Risk)

Adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang

dibayarkan Bank kepada Nasabah, karena terjadi

perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari

penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku

nasabah dana pihak ketiga Bank.

j. Risiko Investasi (Equity Investment Risk)

Adalah risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian

usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil

berbasis profit and loss sharing.

Manajemen Risiko juga tidak lepas dari risiko

pembiayaannya, menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/23/PBI/2011 tanggal 02 November 2011 juga menyatakan

bahwa risiko pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan nasabah


17

atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai

dengan perjanjian yang disepakati. Termasuk dalam kelompok

risiko pembiyaan adalah risiko konsentrasi, yaitu risiko yang

timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana kepada satu

pihak atau sekelompok pihak, industry, sektor dan/ atau area

geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup

besar dan dapat mengancam kelangsungan usaha bank. Risiko

Pembiayaan dapat bersumber dari aktivitas bank, antara lain

aktivitas penyaluran dana bank baik on balance sheet maupun off

balance sheet. (Ikatan Bankir Indonesia, 2015: 73)

4. Proses Penerapan Manajemen Risiko

Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015:34), dalam

menerapkan manajemen risiko secara efektif, baik untuk bank

secara individu maupun bank secara konsolidasi dengan

perusahaan anak, bank harus melakukan penerapan minimal

mencakup empat pilar yaitu:

a. Melaksanakan tata kelola manajemen risiko bank sesuai

praktik terbaik. Tata kelola sistem manajemen risiko akan

berjalan baik apabila bank sudah menerapkan batas risiko

yang direncanakan diambil (risk appetite) dan toleransi risiko

(risk tolerance), dan menerapkan pengawasan aktif dari

Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan manajemen senior

bank lainnya.
18

b. Menyediakan kerangka manajemen risiko yang memadai.

Kerangka manejemen risiko meliputi strategi pelaksanaan

manajemen risiko, sistem organisasi manajemen risiko,

kecukupan kebijakan dana prosedur khususnya terkait

mananjemen risiko, dan penetapan limit dengan

memerhatikan tingkat risk appetite.

c. Mengupakayakan kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko serta menyediakan

sistem informasi manajemen risiko secara memadai, dan

menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan baik

secara kualitas maupun kualifikasi sesuai kebutuhan.

d. Melaksanakan sistem pengendalian Interen secara

menyeluruh.

Proses manajemen risiko menurut Ferry N.Idroes (2011: 7),

merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait dalam organisasi.

Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan dengan

definisi manajemen risiko yang telah dikemukakan yaitu

identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,

serta melakukan monitor dan pelaporan risiko. Berikut penjelasan

proses manajemen risiko dalam mendukung aktifitas yang

dilakukan oleh bank.


19

a. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan langkah awal untuk

melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat

pada aktifitas fungsional dan juga risiko dari produk dan

kegiatan usaha. Salah satu aspek penting dalam identifikasi

risiko adalah membuat daftar risiko yang mungkin terjadi

sebanyak mungkin serta manganalisisnya secara aktif agar

tidak timbul risiko yang berlebihan.

b. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko dengan cara melihat potensial

teradinya risiko kerusakan dan probabilitas terjadinya risiko

tersebut. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur,

namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu

keterjadian yang sangat jarang terjadi. Metode pengukuran

dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, sedangkan

model pengukuran risiko yang digunakan harus sesuai

dengan kebutuhan bank, manfaat yang dapat diperoleh

,serta peraturan yang berlaku.

c. Pemantauan Risiko

Pemantauan risiko dilakukan dengan cara

mengavaluasi pengukuran risiko yang terdapat dalam

kegiatan usaha bank serta pada kondisi efektvitas proses

manajemen risiko. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam


20

pemantauan adalah dengan melihat kemampuan dari bank

untuk menyerap risiko atau kerugian yang timbul, serta

melihat kemampuan kinerja sumber daya manusia yang

terdapat di dalam bank untuk mengantisipasi risiko yang

mungkin terjadi. Selain itu, bank juga harus menyiapkan

sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah

terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko agar

hasilnya dapat menyempurnakan proses manajemen risiko

yang terdapat dalam bank tersebut.

d. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dilakukan untuk melihat

kemungkinan penyempurnaan tahapan analisis risiko yang

diakibatkan oleh perubahan lingkungan. Langkah ini

dilanjutkan dengan penambahan serta penyempurnaan

perencanaan risiko perusahaan. Selain itu, dengan adanya

pengawasan dan pengendalian risiko bertujuan untuk

memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko cukup

efektif, dan selalu memantau perkembangan terhadap

kecenderungan berubahnya profil risiko, karena perubahan

ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko dan prioritas

risiko.
21

5. Proses Identifikasi Risiko di Bank Islam

Menurut Imam Wahyudi (2013:65), Proses identifikasi risiko

merupakan sebuah proses untuk menentukan risiko yang terjadi,

mengapa risiko terjadi dan bagaimana risiko itu terjadi. Proses

identifikasi risiko harus dilakukan secara menyeluruh. Risiko yang

melekat pada produk dan aktivitas bank dapat berbeda-beda.

Adapun beberapa tahapan dalam identifikasi risiko.

a) Pertama, menyusun daftar risiko secara komprehensif. Risiko

yang mungkin terjadi disusun berdasarkan dampak pada setiap

elemen kegiatan. Selain itu, perlu dicatat faktor-faktor yang

memengaruhi risiko secara terperinci. Pada proses ini akan

tergambar kemungkinan masalah yang dihadapi dan besarnya

konsekuensi atau kerugian yang mungkin terjadi.

b) Kedua, menganalisis karakteristik risiko yang melekat pada

bank Islam, risiko yang melekat pada produk maupun kegiatan

usaha bank.

c) Ketiga, menggambarkan proses terjadinya risiko dengan

menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya

risiko dan menentukan besarnya profitabilitas sebuah risiko

akan terjadi.

d) Keempat, membuat daftar sumber terjadinya risiko untuk

masing-masing risiko. Berikut daftar sumber terjadinya risiko

berdasarkan jenis-jenis risiko:


22

Tabel 1
Daftar Sumber terjadinya Risiko
NO Jenis Risiko Sumber Risiko
1 Risiko Pembiayaan Akun piutang, sewa dan pembiayaan
(kredit) (misalnya murabahah, diminishing
musyarakah,dan ijarah), transaksi
pembiayaan modal
kerja(salam,istishna’,mudharabah),
instrument ekuitas yang tidak
diperdagangkan (akad mudharabah dan
musyarakah), sertifikat investasi (Sukuk),
kinerja nasabah pembiayaan, target
NPF,eksekusi jaminan, jenis
pembiayaan,kualitas pembiayaan,limit
pembiayaan,dan jatuh tempo pembiayaan.
2 Risiko Investasi Akad Investasi mudharabah dan
musyarakah, kegiatan usaha dan
operasionalnya
3 Risiko Pasar Pergerakan harga dari surat-surat berharga
dan instrument yang bisa diperdagangkan
(sukuk), investasi dalam aset yang
disewakan, off balance sheet individual
portofolio (mudharabah muqayyadah),
harga komoditas dari asset salam, nilai
pasar dari sukuk, nilai pasar dari asset
murabahah, dan foreign exchange.
4 Risiko Likuiditas Arus kas (berapa jumlah dan jatuh
temponya), tipe dana berasal dari
pemegang akun lancar (dijamin,
pembayaran kembali setiap saat), dan
23

pemegang akun investasi tidak terikat (bagi


hasil dan rugi dari investasi atas nama
mereka)
5 Risiko Imbal hasil Perubahan pada imbal hasil acuan yang
terjadi di pasar
6 Risiko Operasional Proses, orang, sistem, tidak patuh pada
syariah, dan liabilitas fidusia
7 Risiko tidak taat Ketidaktaatan pada aturan syariah
Syariah

8 Risiko Strategis Perubahan dalam pasar, kondisi


ekonomi,regulasi, demografis dan
dampaknya pada bisinis dan inovasi
produk
9 Risiko Hukum Proses terjadinya akad, implementasi
regulasi
10 Risiko Kepatuhan Dampak variasi akad yang digunakan
dalam transaksi, fungsi keberadaan Dewan
Pengawas Syariah
Sumber: Manajemen Risiko Bank Islam (2013:66)

e) Kelima, menentukan pendekatan atau instrument yang tepat

untuk identifikasi risiko, misalnya berdasarkan pengalaman,

pencatatan atas risiko yang pernah terjadi, dan sebagainnya.

Dalam proses identifikasi risiko untuk menilai nasabah, dapat

dilakukan melalui credit scoring, menghitung probabilitas gagal

bayar dan kerugian ketika gagal bayar terjadi, rencana bisinis, dan

arus kas terkait bagaimana nasabah membayar kembali

kewajibannya. Risiko kredit bisa diidentifikasi dengan metode


24

credit scoring. Apabila nilai skor nasabah pembiayaan rendah,

maka probabilitas akan mengalami gagal bayar akan tinggi. Jika

nasabah seperti ini diterima proposalnya, dampaknya adalah

tingginya NPF (non performing financing) dan akhirnya

menyebabkan penurunan modal.

6. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh

adanya kegagalan peminjam (counterparty) dalam memenuhi

kewajibannya. Pada bank syariah, risiko pembiayaan mencakup

risiko terkait produk dan pembiayaan korporasi,diantaranya

(Karim, 2010: 260):

a. Risiko terkait Produk

1) Risiko Pembiayaan berbasis Natural Certainty Contract,

(NCC) Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang

memiliki kepastian pendapatan baik jumlah maupun

waktunya dan pihak-pihak yang bertransaksi saling

menukarkan asetnya. Pembiayaan berbasis NCC, yaitu:

a) Murabahah, Risiko yang timbul dari pembiayaan

murabahah, diantaranya:

(1) Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah

yang tidak membayar angsuran dengan sengaja.

(2) Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu

jatuh tempo yang disebabkan oleh ketidak


25

mampuan nasabah menimbulkan kerugian bagi

bank, karena bank tidak diperbolehkan menerima

tambahan pendapatan dari keterlambatan tersebut

melainkan menunggu hingga nasabah mampu

membayar angsurannya.

(3) Fluktuasi harga komparatif

(4) Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli

karena rusak atau tidak sesuai dengan

spesifikasi dari permintaan nasabah.

b) Ijarah, Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah

diantaranya:

(1) Dalam hal barang yang disewakan adalah milik

bank, ketiadaan nasabah akan menimbulkan

risiko tidak produktifnya aset ijarah.

(2) Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan

milik bank, timbul risiko kerusakan barang

diluar pemakaian normal.

(3) Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan

bank kepada nasabah memungkinkan timbulnya

risiko ketidaksesuaian antara nasabah terhadap

performance pemberi jasa.

c) Salam dan Istishna, Risiko yang timbul dari

pembiayaan diantaranya:
26

(1) Risiko gagal-serah barang.

(2) Risiko jatuhnya harga barang.

2) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty

Contracts (NUC) Adalah risiko pembiayaan dari

transaksi yang belum memiliki kepastian pendapatan

baik jumlah maupun waktunya dan pihak-pihak yang

bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi

satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta

risiko ditanggung bersama. Pembiayaan berbasis NUC,

yaitu mudharabah dan musyarakah. Risiko yang timbul

dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah,

diantaranya:

a) Asymmetric information problem, yaitu akibat

kecenderungan salah satu pihak lebih banyak

menguasai informasi bersikap tidak jujur.

b) Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola

dana sesuai dengan kontrak perjanjian.

c) Kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

b. Risiko Pembiayaan Korporasi

Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi

menimbulkan risiko tambahan selain risiko terkait produk,

yaitu:
27

1) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah

Pencairan Pembiayaan.

Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan

kondisi bisnis nasabah setelah pencairan biaya,

diantaranya:

a) Over Trading, hal ini terjadi ketika nasabah

mengembangkan volume bisnis yang besar dengan

dukungan modal yang kecil.

b) Adverse Trading, hal ini terjadi ketika nasabah

mengembangkan bisinisnya dengan kebijakan

melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap

tahunya sedangkan volume penjualan tidak stabil.

Dalam keadaan ini posisi nasabah lemah dan berisiko

tinggi.

c) Liquidity Run, hal ini terjadi ketika nasabah

mengalami kesulitan likuiditas karena kehilangan

sumber pendapatan dan peningkatan pengeluaran

yang tidak terduga. Keadaan ini akan

mempengaruhi kemampuan nasabah dalam

menyelesaikan kewajibannya kepada bank.

2) Risiko Analisis Bank

a) Analisis Pembiayaan yang Keliru


28

Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan

keputusan pembiayaan dari informasi yang

tersedia. Kekeliruan bukan karena perubahan

kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi nasabah

yang bersangkutan berisiko tinggi.

b) Creative Accounting

Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak

nasabah melalui penggunaan kebijakan akuntansi

perusahaan yang memberikan keterangan tidak sesuai

dengan laporan keuangan yang sebenarnya. Seperti,

menggambarkan keuntungan lebih besar, aset lebih

bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca

keuangan.

c) Karakter Nasabah

Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak

nasabah untuk menciptakan pembiayaan macet dan

bank belum secara objektif memberikan penilaian

terhadap karakter nasabah.

Bank perlu mengelola risiko pembiayaan yang melekat

pada seluruh portofolio dan mempertimbangkan hubungan antara

risiko pembiayaan dan risiko lainnya. Pengelolaan risiko

pembiayaan yang efektif merupakan komponen penting bagi

keberhasilan setiap organisasi perbankan. Bagi sebagian besar


29

bank, pinjaman merupakan sumber terbesar dan paling nyata dari

risiko pembiayaan. Meski demikian, sumber-sumber risiko

pembiayaan terdapat pada seluruh kegiatan bank, termasuk di

banking book dan trading book, dan baik on-balance-sheet maupun

off-balance-sheet. Bank menghadapi risiko pembiayaan

(counterparty risk) di berbagai instrument keuangan, tidak hanya

pinjaman tapi termasuk ekseptasi, transaksi antarbank, trade

financing, transaksi valuta sing, financial futures, swaps, bonds,

equities, aktivitas commitments and guarantees, dan penyelesaian

transaksi. (Ikatan Bankir Indonesia, 2015:73)

7. Prinsip-prinsip Pembiayaan

Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan kepada

nasabah, bank harus yakin bahwa pembiayaan yang diberikan

nantinya benar-benar akan kembali. Keyakinan ini dapat diperoleh

dari hasil analisis penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan

disalurkan. Penilaian pembiayaan dapat dilakukan dengan prinsip

kehati-hatian untuk mendapatkan keyakinan tentang calon nasabah

yang akan diberikan pembiayaan. Prinsip-prinsip pemberian

pembiayaan dilakukan dengan menggunakan prinsip analisis 5C

dan 7P. Prinsip 5C dan 7P tersebut adalah sebagai berikut:

(Kasmir,2013: 94)

a. Kepribadian atau watak (Character)


30

Character adalah sifat atau watak seseorang. Sifat dan

watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-

benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau

sifat dari calon debitur dapat dolihat dari latar belakang si

nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan

maupun yang bersifat pribadi.

b. Kemampuan atau kesanggupan (Capacity)

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan

nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini

dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan

pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya,

sehingga akan terlihat kemampuannya dalam

mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Modal atau kekayaan ( Capital)

Capital adalah menganalisis dari sumber mana saja modal

yang ada sekarang ini, termasuk presentase modal yang

digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,

berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.

d. Jaminan (Collateral)

Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah

baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan

hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan

juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu


31

masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat

dipergunakan secepatnya.

e. Kondisi (Condition)

Condition adalah penilaian kondisi politik, ekonomi, dan

sosial yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang

akan dating. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha

yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek

yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut

bermasalah relatif kecil.

Sedangkan prinsip analisis pembiayaan 7P adalah sebagai berikut:

a. Kepribadian (Personality)

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau

tingkah lakuya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality

juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan

nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality

penerapannya sama halnya dengan Character.

b. Tujuan (Purpose)

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil

pembiayaan. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat

bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal

kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain

sebagainya.

c. Penilaian (Prospect)
32

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan

datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain

mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting

karena jika suatu fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa

mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga

nasabah.

d. Pembayaran (Payment)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan

pembiayaan yang telah diambil atau dari mana saja dana

untuk pengembalian pembiayaan.

e. Kemampuan (Profitability)

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode

apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat,

apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya.

f. Perlindungan (Protection)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan

jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat

berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

g. Golongan (party)

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan

modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat


33

digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan

fasilitas yang berbeda.

Selain dari prinsip 5C dan 7P, terdapat prinsip 3R dalam

analisa pembiayaan dalam pemberian kredit kepada nasabah yakni:

a. Return (hasil yang diperoleh)

Penilaian penghasilan, apakah usaha yang akan dibiayai

benar-benar suatu usaha yang memberikan hasil didasarkan

pengalaman, kemampuan, pemasaran dan aspek lainnya.

b. Repayment Capacity (Kemampuan membayar kembali)

Penialian kesanggupan membayar kembali angsuran,

apakah nasabah benar-benar memiliki kemampuan untuk

mengembalikan angsuran yang dimilikinya. Hal ini dilihat

dari segi aliran kas, keuntungan yang akan diperoleh dan

watak yang dimiliki nasabah.

c. Risk Bearing Ability (Kemampuan menanggung risiko)

Penilaian kemapuan untuk menutup risiko yang mungkin

timbul jika angsuran menjadi macet.

8. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan akad jual beli

dimana bank menyebutkan jumlah keuntungan barang dengan

menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan

biaya – biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang

tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang disepakati oleh


34

penjual dan pembeli dengan harga yang disepakati. Kedua belah

pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.

Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah

disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam

perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran

cicilan. Dalam transaksi ini, barang diserahkan segera setelah akad,

sedangkan pembayaran dilakukan secara angunan atau cicilan.

(Azharudi Latif, 2005: 118)

Bank dapat menetapkan jangka waktu maksimal untuk

pembiayaan murabahah dengan mempertimbangkan hal-hal

berikut:

a. Tingkat (margin) keuntungan saat ini dan prediksi

perubahannya di masa mendatang yang berlaku di pasar

perbankan syariah

b. Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di

masa mendatang yang berlaku di pasar perbankan

konvensional

c. Ekspektasi bagi hasil kepada dana pihak ketiga yang

kompetitif di pasar perbankan syariah.

Menurut Azharudin Latif ( 2005: 120), Ciri dasar Kontrak

Akad Murabahah Adalah:

1) Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya – biaya

terkait tentang harga hasil barang dan batas laba (mark up)
35

harus ditetapkan dalam bentuk nominal atau presentase total

harga plus biaya-biayanya

2) Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar

dengan uang

3) Apa yang di perjual belikan harus ada dan dimilliki oleh si

penjual dan di penjual dan penjual harus mampu

menyerahkan barang itu kepada si pembeli.

4) Pembayaran ditangguhkan (dicicil).

Sedangkan menurut Syafi’i Antonio (2011: 107), Sesuai

dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi Murabahah memiliki

beberapa manfaat, demikian juga resiko yang harus diantisipasi.

Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah

satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga

beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu,

sistem Murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut

memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.

Diantara risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut :

a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak

membayar angsuran.

b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu

barang di pasar naik setelah bank membelikannya

untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual

beli tersebut.
36

c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja

ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi

karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak

mau menerimanya. Karena itu sebaiknya dilindungi

dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah

merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan

yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani

kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut

akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank

mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak

lain.

d. Dijual, karena Murabahah bersifat jual beli dengan

utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu

menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan

apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk

untuk menjualnya. Jika demikian, resiko untuk default

akan besar.

Menurut buku Standar Produk Murabahah yang

dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sekalipun konsep

cost plus profit dalam pembiayaan murabahah cenderung memiliki

risiko yang kecil jika dibandingkan pembiayaan dengan konsep

profit loss sharing namun ia harus tetap memiliki standar

pengelolaan atau manajemen risiko yang baik yang diterapkan oleh


37

Bank. Hal itu karena Bank bertanggungjawab sebagai institusi

yang menyimpan dan mengelola dana pihak ketiga yang ia peroleh

dari nasabah. Oleh karena itu, sistem manajemen risiko yang baik

dan efektif harus dapat diterapkan dalam keseluruhan proses

pembiayaan murabahah.

9. Produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah

BNI Syariah KPR Syariah (Griya iB Hasanah) adalah fasilitas

pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada anggota masyarakat

untuk membeli, membangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,

rusun, rukan, apartemen dan sejenisnya), dan membeli tanah

kavling serta rumah indent, yang besarnya disesuaikan dengan

kebutuhan pembiayaan dan kemampuan membayar kembali

masing-masing calon. Akad yang digunakan dalam produk Griya

iB Hasanah adalah akad murabahah.Keunggulan produk Griya iB

Hasanah yaitu :

a. Proses lebih cepat dengan persyaratan yang mudah sesuai

dengan prinsip syariah.

b. Maksimum Pembiayaan Rp.5 Milyar.

c. Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun kecuali

untuk pembelian kavling maksimal 10 tahun atau

disesuaikan dengan kemampuan pembayaran.

d. jangka waktu sd 20 tahun untuk nasabah fixed-income


38

e. Uang muka ringan yang dikaitkan dengan penggunaan

pembiayaan.

f. Angsuran tetap tidak berubah sampai lunas.

g. Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara

otomatis atau dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang

BNI Syariah maupun BNI Konvensional.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan ini penulis menemukan penelitian terdahulu

dan membandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan, yang

dipaparkan pada tabel berikut :

Tabel 2
Hasil Penelitian Terdahulu
Identitas Penulis Sri Mulyani Noriesta Juni Wardani
05610015 Moch. Dzulkirom AR
Dwiatmanto
Aspek
Universitas Islam Negeri Universitas Brawijaya
(UIN) Malang Malang
Judul Implementasi Manajemen Analisis Manajemen
Risiko Pembiayaan dalam Kredit Kepemilikan
Upaya Menjaga Likuiditas Rumah untuk
Bank Syariah (Studi Pada Meminimalisir Kredit
PT. Bank Syariah Mandiri Macet pada Produk
Cabang Malang) KPR BTN iB (Studi
Pada Kantor Bank
Tabungan Negara
Syariah Cab. Malang)
Perusahaan yang PT. Bank Tabungan
PT. Bank Syariah Mandiri
Negara Syayariah
diteliti Cabang Malang
Cabang Malang
Permasalahan Bagaimanakah manajemen 1) Bagaimana
risiko pembiayaan yang pengelolaan kredit
diterapkan PT. Bank pemilikan
Syariah Mandiri dalam rumah(KPR) yang
menjaga likuiditasnya? diterapkan oleh Bank
39

BTN Syariah
Cabang Malang
2) Bagaimana
pengendalian
manajemen kredit
kepemilikan rumah
untuk meminimalisir
kredit macet pada
produk KPR BTN iB
di BTN Syariah
Cabang Malang

Tujuan Penelitian Untuk mendeskripsikan 1) Untuk mengetahui


pengelolaan manajemen pengelolaan Kredit
risiko pembiayaan yang Pemilikan Rumah
dilakukan oleh PT. Bank (KPR)yang
Syariah Mandiri Cabang diterapkan oleh
Malang dan likuiditas BTN Syariah
PT. Bank Syariah Cabang Malang
Mandiri dalam 2) Untuk Mengetahui
konsolidasi. pengendalian
manajemen kredit
kepemilikan
rumah (KPR) di
BTN Syariah
Cabang Malang
dalam upaya
mengatasi kredit
macet

Metode Penelitian Jenis dan Sumber data Jenis yang digunakan


yang digunakan yaitu yaitu penelitian
deskriptif kualitatif deskriptif dengan
dengan sumber data pendekatan kualitatif
primer dan sekunder. dengan metode studi
Teknik pengumpulan kasus.
data penelitian
observasi, wawancara,
dan dokumentasi

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2009), Dari hasil

analisis tersebut diperoleh gambaran bahwa pengelolaan risiko


40

pembiayaan di PT BSM Cabang Malangberjalan secara efektif sesuai

dengan arahan, pedoman dan kebijakan dari BSM Pusat. Kebijakan

tersebut dikemas dalam Enterprise Risk Management (ERM) yang

berisi program kerja antara lain pemutakhiran manual kebijakan

dan pedoman operasional, optimalisasi organisasi manajemen

risiko, SIMRIS (Syariah Mandiri Risk Information System),

penetapan limit risiko dan pengembangan perangkat analisis

pembiayaan. Analisis pembiayaan yang digunakan adalah dengan

metode 5C dan 7A. Dengan pola pengelolaan risiko tersebut PT

BSM mampu menjaga likuiditasnya dalam batas yang aman. Hal ini

terlihat meskipun ditengah pertumbuhan pembiayaan yang tinggi

dengan tingkat FDR tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar

90,21% dan 92,96% namun NPF dapat ditekan di bawah 5% yaitu

NPF PT BSM Cabang tahun 2008 sebesar 0,04% dan secara

konsolidasi NPF PT BSM pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing

sebesar 4,64% dan 3,39%.

Penelitian yang dilakukan oleh Noriesta Juni Wardhani (2015),

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa Pengelolaan kredit

kepemilikan rumah yang diterapkan BTN Syariah sesuai dengan

prosedur pengendalian manajemen kredit dan ketentuan Undang-

Undang Perbankan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Malang

yaitu dengan menganalisis pengalaman usaha dan bentuk usaha dari

calon nasabah dengan mengetahui latar belakang dan pengalaman


41

calon nasabah dalam menjalankan suatu usaha dengan

mengoptimalkan prinsip 5C (character, capacity, capital, condition,

and collateral) dan dengan menambahkan prinsip 7P (personality,

party, purpose, prespect, payment, profability, protection) dan 3R

(return, repayment, protection), oleh karena itu Bank BTN

berusaha memperbaiki mutu dan kinerjanya agar tingkat

pertumbuhan kredit macet dapat dikendalikan dari tahun ke tahun.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel

Dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis

menguraikan beberapa variabel yang menjadi pokok penelitian, yaitu:

1. Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.

(Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011)

2. Penerapan dan Pengelolaan adalah suatu proses manajemen risiko

yang komprehensip yang meliputi tahapan identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian risiko. (Ikatan Bankir Indonesia,2015)

3. Griya iB Hasanah adalah produk pembiayaan konsumtif dengan akad

murabahah dari BNI Syariah yang diberikan kepada masyarakat untuk

membeli, membangun, merenovasi rumah (termasuk ruko, rusun,

rukan, apartemen dan sejenisnya), dan membeli tanah kavling serta

rumah indent, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan

pembiayaan dan kemampuan membayar kembali masing-masing

calon.

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif atas manajemen risiko pembiayaan produk Griya iB

Hasanah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Jenis penelitian deskriptif

42
43

yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

mengenai status gejala yang ada, penelitian deskriptif tidak menguji

hipotesis tertentu tetapi menggambarkan adanya suatu variabel, gejala atau

keadaan. (Arikunto, 2005: 234)

Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan bank

syariah terhadap penerapan, pengelolaan, serta strategi manajemen risiko

khususnya pada produk Griya iB Hasanah dengan menggunakan akad

murabahah pada BNI Syariah Banjarmasin.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data kualitatif.

Data kualitatif meliputi catatan-catatan tentang produk, struktur

organisasi, tugas dan tanggung jawab dari masing masing bagian yang

terdapat dalam struktur organisasi PT.BNI Syariah cabang

Banjarmasin serta hal- hal yang terkait dengan manajemen risiko di

PT.BNI Syariah Cabang Banjarmasin dari produk pembiayaan Griya

iB Hasanah.

2. Sumber data

a. Data Primer

Data Primer adalah sumber data yang penelitian yang

diperoleh secara langsung atau asli dari sumber utama untuk

memperoleh informasi (tidak melalui media perantara). Data


44

tersebut diperoleh langsung dari objek atau sumber utama yaitu PT.

BNI Syariah cabang Banjarmasin.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah Data sekunder merupakan sumber

data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat). Data sekunder berupa

dokumen - dokumen yang berkaitan dengan manajemen risiko

untuk produk pembiayaan Griya iB Hasanah.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kepustakaan

Penulis mengumpulkan bahan dari beberapa literature yang relevan

dengan studi pustaka terhadap masalah yang diteliti yang berkaitan

tentang manajemen risiko pembiayaan murabahah.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data

secara langsung karena dapat memperoleh data yang utuh dan akurat.

Data tersebut meliputi mekanisme pembiayaan produk Griya iB

Hasanah dan catatan yang dimiliki perusahaan tentang produk Griya

iB Hasanah

3. Wawancara

Metode yang digunakan dalam wawancara ini yaitu dengan me-

tode daftar pertanyaan yang telah terstruktur. Peneliti melakukan

tanya jawab langsung kepada pihak yang berwenang di BNI Sya-


45

riah cabang Banjarmasin yaitu pada unit Sales (pemasaran) dan unit

Processing. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang

cara BNI Syariah cabang Banjarmasin melakukan penerapan dan

pengelolaan, serta strategi yang dilakukan oleh bank dalam memini-

malisir risiko produk Griya iB Hasanah agar dapat dikelola dengan

baik.

E. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Penulis akan menganalisis serta menjelaskan hal-

hal yang berhubungan dengan manajemen risiko pembiayaan. Pendekatan

yang dilakukan yaitu dengan metode induktif, induktif merupakan cara

berfikir dengan mengkaji data melalui proses yang berlangsung dari fakta

yang disesuaikan ke dalam teori yang telah ada. Langkah-langkah teknik

analisa yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi data dengan menyesuaikan antara penerapan

manajemen risiko yang ada di BNI Syariah Cabang Banjarmasin den-

gan teori yang telah ada. Penulis melakukan identifikasi data dengan

melihat teori yang ada berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

No.13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, serta Standar Produk Perban-

kan Syariah Murabahah yang dikeluarkan oleh OJK, serta kesesuaian-

nya dengan penerapan yang dilakukan oleh BNI Syariah Cabang

Banjarmasin
46

2. Mengklasifikasi data yang didapat dari fakta berdasarkan proses wa-

wancara dengan 2 narasumber yang berbeda yaitu bagian sales (pema-

saran) dan bagian processing. Bagian Sales ( pemasaran) menjelaskan

tentang gambaran umum risiko produk dan proses identifikasi serta

verifikasi nasabah tahap awal yang melakukan pembiayaan, sedangkan

Bagian Processing menjelaskan tentang pengelolaan dan penerapan

produk dengan metode yang digunakan dalam menganalisa pem-

biayaan nasabah untuk menguji kelayakan nasabah dengan prinsip ke-

hati-hatian.

3. Menuangkan data yang telah terkumpul ke dalam salinan tertulis.

4. Membuat simpulan dari hasil analisis penelitian terhadap manajemen

risiko produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.


47

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 4
Kerangka Pemikiran Penelitian
POJK No.15/POJK.03/2017 tentang
Tingkat Rasio NPF PT.
Penetapan Status dan Tindak Lanjut
BNI Syariah Tahun 2015
Pengawasan Bank Umum,Tingkat
( 1,46 %)
NPF Dikatakan baik < 5%

Kontribusi Produk
Terbesar Tahun 2015:
Tingkat Rasio NPF
Murabahah 1,35% Griya IB Hasanah (akad
Murabahah)

Manajemen Risiko

Berdasarkan PBI : Berdasar Standar Produk


No.13/23/PBI/2011 Murabahah oleh OJK
tentang Penerapan (Manajemen Risiko)
Manajemen Risiko
1. Risiko Kredit
BUS dan UUS 2. Risiko
Operasional
3. Risiko Hukum
4. Risiko Reputasi
5. Risiko Stratejik
6. Risiko Kepatuhan
Telah Sesuai Telah Sesuai

Penerapan, Pengelolaan dan Strategi Manajemen Risiko


Bank untuk Produk Griya iB Hasanah (Akad
Murabahah)

Hasil analisis manajemen risiko produk Griya iB Hasanah yaitu


perapan dan pengelolaan dilakukan dengan identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian. Sedangkan strategi yang dilakukan
diantaranya dengan prinsip 5C, 7P, R3 dan BI checking.

Sumber : Dibuat oleh penulis


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. BNI Syariah

Dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997 membuktikan

ketangguhan sistem perbankan syariah.Prinsip Syariah dengan 3 (tiga)

pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab

kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Hal

ini karena adanya permintaan dari masyarakat terhadap perbankan

syariah, untuk mewujudkan visinya menjadi “universal banking”, BNI

membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah

dengan konsep dual banking system, yakni menyediakan layanan

perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan UU No.

10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank - bank umum untuk

membuka layanan syariah. Diawali dengan pembentukan Tim Bank

Syariah di Tahun 1999, Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin

prinsip dan usaha untuk beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah

itu BNI Syariah menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang

syariah. Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah membuka

kantor cabang syariah di kota Banjarmasin sekaligus di 4 kota

potensial lainnya, yaitu : Yogyakarta, Malang, Pekalongan, dan Jepara.

BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin awal berdirinya sebagai

Unit Usaha Syariah (UUS) yang terletak di jalan S.Parman, Kemudian

48
49

pada tahun 2010 menjadi Bank Umum Syariah (BUS) yang berlokasi

di jalan Ahmad Yani KM 4,5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sering dengan perkembangan bisnis untuk layanan perbankan

syariah tahun 2001-2002 BNI Syariah kembali membuka 7 kantor

cabang syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia, yaitu:

Jakarta (dua cabang), Bandung, Makassar, Padang, Medan dan

Palembang.

Pada tahun 2009 dibentuk Tim Implementasi Bank Umum

Syariah yang akan mentransformasikan UUS BNI menjadi PT BNI

Syariah sebagai implementasi dari UU Perbankan Syariah didukung

dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 tanggal 19

Maret 2009 tentang Pemisahan Unit Usaha Syariah dari Bank

Konvensional.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia

No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010, maka telah diperoleh

izin usaha bank umum syariah (BUS) PT BNI Syariah atau BNI

Syariah. Dengan izin usaha ini, maka pada tanggal 18 Juni 2010

manajemen BNI melakukan soft launching operasional PT BNI

Syariah sebagai entitas independen hasil pemisahan (spin off) Unit

Usaha Syariah (UUS). PT BNI Syariah resmi beroperasi sebagai BUS

pada tanggal 19 Juni 2010 dengan 27 kantor cabang dan 37 kantor

cabang pembantu, dan didukung layanan e-channel BNI, tarik setor di

seluruh kantor BNI, serta masih dapat melakukan pembukaan rekening


50

BNI Syariah di lebih dari 750 kantor cabang BNI yang telah menjadi

Syariah Channeling Outlet (SCO).

Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari

faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan

diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan

perbankan syariah semakin kuat. Pada Juni 2014 jumlah cabang BNI

Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu,

17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

PT.BNI Syariah Cabang Banjarmasin merupakan kantor cabang

ke-6 yang didirikan pad atanggal 15 Agustus 2002. BNI Syariah

Cabang Banjarmasin adalah perusahaan yang bergerak dibidang usaha

keuangan/ jasa perbankan syariah. BNI Syariah Banjarmasin terletak

di Jalan Ahmad Yani KM. 4 No.385 Banjarmasin dan sekarang BNI

Syariah Cabang Banjarmasin telah memiliki dua cabang pembantu

yaitu di Sungai Danau dan Batulicin.

2. Visi dan Misi

a. Visi

“Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam

layanan dan kinerja”.

b. Misi
51

1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli

pada kelestarian lingkungan.

2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa

perbankan syariah.

3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk

berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebgai perwujudan

Ibadah.

5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

Di dalam mencapai misinya, BNI Syariah selalu berupaya

memberikan layanan yang baik bagi nasabah mulai dari menggali

kebutuhan nasabah, membimbing nasabah dalam melakukan

transaksi, memberikan pelayanan dengan cepat, dan tepat, sampai

memelihara (maintainance) hubungan baik dengan nasabah.

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi

dikelompokan dan dikordinasikan secara formal. Adapun struktur

organisasi di BNI Syariah cabang Banjarmasin sebagai berikut :


Gambar 5
52
53

4. Job Description

Job description adalah gambaran dari tugas dan wewenang pihak

yang terkait dalam suatu jenis pekerjaan pada sebuah instansi/perusahaan.

Adapun job description dari pihak yang ada di BNI Syariah Banjarmasin

sebagai berikut :

a. Pimpinan Cabang (Branch Manager)

1) Memimpin dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas

kantor cabang syariah dan kantor pembantu syariah terutama

dalam hal meningkatkan kualitas assets dan liabilities,

2) Bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan fungsi

manajemen secara optimal melalui pembentukan komite-

komite yang melibatkan kantor cabang syariah dan kantor

cabang pembantu syariah secara berkesinambungan sehingga

berjalan dan berfungsi secara efektif.

3) Memimpin dan berperan aktif terhadap perkembangan

implementasi Office Channeling produk BNI Syariah pada

Kantor Cabang Konvensional di bawah kelolanya.

4) Memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan

Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) atau Know Your Costumer

(KYC) sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Pemimpin Bidang Operasional (Operational Manager)

1) Menyelia kegiatan pelayanan administrasi di back office

dengan mengupayakan pelayanan yang optimal.


54

2) Memeriksa dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas

harian operasional front officer dalam rangka memberikan

pelayanan dan peningkatan bisnis untuk memaksimalkan

kontribusi laba terhadap BNI secara keseluruhan.

3) Mengembangkan perencanaan standar pelayanan bersama

unsur pemimpin untuk mencapai standar pelayanan.

4) Memberikan masukan kepada pemimpin cabang mengenai

pengelolaan dan pengalokasian sumberdaya (manusia,fasilitas)

dan aktivitas pegawai.

c. Penyelia Pembiayaan Produktif (Small Medium Enterprise(SME))

1) Memasarkan produk pembiayaan produktif ritel

2) Memproses permohonan pembiayaan produktif ritel

3) Mengelola pemantauan nasabah pembiayaan produktif ritel,

kolektabiliti 1 dan 2.

4) Melakukan kerja sama dengan institusi/aliansi bisnis dalam

rangka pemasaran produk pembiayaan.

5) Melakukan kegiatan cross selling untuk produk-produk BNI

Syariah lainnya.

6) Melakukan penelitian potensi ekonomi daerah dan menyusun

peta bisnis.

d. Penyelia Pemasaran (Consumer Sales)


55

1) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

memasarkan produk dan jasa perbankan kepada nasabah/calon

nasabah.

2) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengelola

permohonan pembiayaan.

e. Penyelia Operasional (Operational)

1) Melaksanakan dan berperan aktif dalam kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan administrasi pembiayaan.

2) Melaksankan dan berperan aktif mengelola portopel

pembiayaan.

3) Berpartisipasi aktif dalam gugus tugas khusus dalam komite

yang dibentuk oleh Pemimpin Cabang Syariah dan Cabang

Pembantu Syariah.

4) Berpartisipasi aktif dalam hal penyelesaian temuan audit.

f. Penyelia Umum (Back Office)

1) Mengelola sistem otomasi di Kantor Cabang dan Kantor

Layanan.

2) Menyelia langsungdan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

mengelola transaksi dan administrasi kliring (termasuk

KU/Inkaso-DN).

3) Mengelola kebenaran dan sistem transaksi keuangan Kantor

Cabang Syariah dan Cabang Pembantu Syariah.


56

4) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengelola

kebutuhan logistik, akomodasi, kelengkapan kantor dan

transportasi.

5) Menyelia langsungdan berpartisipasi aktif dalam mengelola

administrasi umum dan kearsipan.

6) Melaksanakan dan berperan aktif dalam mengelola masalah

kepegawaian.

g. Penyelia Proses (Consumer Processing)

1) Melakukan verifikasi data-data pada aplikasi dan kelengkapan

dokumen penunjang pembiayaan konsumer.

2) Melakukan verifikasi on site untuk calon nasabah segmen non-

fixed income pembiayaan konsumer

3) Mengkoordinasikan seluruh proses yang berkaitan dengan

penilaian agunan (taksasi/hertaksasi) pembiayaan konsumer-

skoring sehingga memperoleh nilai wajar dan tepat waktu.

4) Melakukan analisa pembiayaan, melakukan proses penagihan

dan membuat pengusulan pembiayaan

5) Mendukung berjalannya program-program peningkatan budaya

pelayanan.

h. Penyelia Layanan Nasabah (Customer Service)

1) Pelayanan semua jenis transaksi kas/tunai, pemindahan, setoran

kliring dalam rangka memberikan pelayanan transaksi

keuangan terbaik kepada nasabah.


57

2) Melakukan penyeliaan atas kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan produk jasa/transaksi yang dikelola oleh Kantor Besar

Syariah, atau pihak ketiga lainnya, yang dilakukan oleh

asisten/pelaksana, antara lain aktivitas pelayanan Payment

Point dalam sistem penerimaan pajak, PLN, Telkom, SPP, dll

dari nasabah pemegang/bukan pemegang rekening, serta

menyelesaikan pembukuannya.

i. Collection Of Remedial (COR)

1) Pemantauan proses penagihan (call atau visit) dan pemantauan

penyelesaian kewajiban pembiayaan khususnya pembiayaan

dengan kolektabilitas 3 (kurang lancar), 4 (diragukan), 5

(macet).

2) Pemantauan kewajiban nasabah pembiayaan konsumer

3) Penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan produktif ritel,

serta pembiayaan konsumer.

4) MAP (Memorandum Analisa Penyelematan) dan memorandum

perubahan kolektabilitas.

5) Penyusunan memorandum penghapus bukuan/penghapusan

pembiayaan.

5. Produk dan Layanan BNI Syariah

Produk dan Layanan yang ditawarkan oleh di BNI Syariah adalah

sebagai berikut :
58

Gambar 6
Produk dan Akad yang digunakan BNI Syariah

1. Tabungan iB Hasanah
2. Tabungan iB Bisnis
3. Tabungan Haji iB
PRODUK DANA Baitullah
(Wadiah/Mudharabah)
4. SimPel
5. Giro iB Hasanah
6. Deposito iB Hasanah

1. Griya iB Hasanah
Pembiayaan Konsumtif ( 2. Multiguna iB Hasanah
Murabahah,Salam,Ijarah) 3. Oto iB Hasanah
PENYALURAN DANA

4. Fleksi iB Hasanah
5. Emas iB Hasanah

1. Tunas iB Hasanah
Pembiayaan Produktif (
2. Wirausaha iB Hasanah
Murabahah,Mudharabah,
3. Usaha Kecil iB Hasanah
Musyarakah)
4. Usaha Besar iB Hasanah
5. Lingkage Program iB
Hasanah

JASA 1. Payrol Gaji


2. Cash Management
(Wadiah,Kafalah,Wakalah)
3. Loket Pembayaran Pajak

Sumber : PT. BNI Syariah diketik oleh penulis

BNI Syariah merupakan lembaga keuangan bank yang kegiatannya

sama dengan bank syariah lainnya, yaitu dalam menghimpun dan

menyalurkan dana kepada masyrakat/nasabah. Sebagai intermediate BNI

Syariah menghadirkan produk-produk yang menjawab kebutuhan nasabah,

mulai dari individu, usaha kecil, hingga institusi, dilengkapi dengan

kemudahan, fleksibilitas dan fasilitas untuk kenyamanan dan kemudahan

nasabah.
59

a. Produk Dana

1) Tabungan, merupakan produk yang menggunakan 2 (dua)

pilihan akad yaitu akad wadiah atau mudharabah dengan

setoran minimum mulai dari Rp 20.000,- (dua puluh ribu

rupiah).

2) Giro iB Hasanah, merupakan simpanan transaksional dalam

mata uang Rupiah (Rp) yang dikelola dengan prinsip syariah

(wadiah yadh dhamanah), dengan alat pembayaran berupa cek

dan bilyet giro, Setoran awal untuk perorangan Rp 500.000,-

(lima ratus ribu) dan Rp 1.000.000,- (satu juta) untuk

perusahaan/badan usaha.

3) Deposito iB Hasanah merupakan investasi berjangka dalam

mata uang rupiah atau dollar yang dikelola dengan prinsip

mudharabah, bagi hasil yang kompetitif, dengan pilihan jangka

waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan. Deposito ini dijamin oleh LPS dandapat

dijadikan jaminan pembiayaan.

b. Produk Pembiayaan

1) Produk pembiayaan konsumtif merupakan fasilitas pembiayaan

konsumtif yang menggunakan akad murabahah, ijarah atau

salam yang bertujuan untuk membiayaai keperluan pribadi

seperti pembelian rumah, mobil, dan biaya perjalanan.


60

2) Produk pembiayaan produktif, merupakan fasilitas pembiayaan

untuk kegiatan produktif dengan menggunakan akad

murabahah, mudharabah, dan musyarakah.

c. Produk Jasa

1) Payrol gaji adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan oleh

BNI Syariah atas dasar perintah dari perusahaan pembayar gaji

untuk mendebet rekeningnya ke rekening karyawan.

2) Cash Management adalah jasa pengelelolaan seluruh rekening

seperti corporate internet banking yang dapat digunakan oleh

perusahaan/lembaga/instansi. Produk ini dilengkapi dengan

fasilitas virtual account..

3) Pembayaran Pajak & Penerimaan Negara Bukan Pajak, Melalui

MPN (Modul Penerimaan Negara) BNI syariah dapat melayani

pembayaran setoran penerimaan negara (pembayaran pajak).

Transaksi lebih mudah karena menggunakan kode billing,

sehingga pembayaran lebih cepat dan akurat kerna pengisian

data dilakukan otomatis.


61

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan teknik wawancara dengan

metode tanya jawab yang terstruktur kepada pihak BNI Syariah Cabang

Banjarmasin. Wawancara ini dilakukan dengan 2 orang responden yang

berkaitan dengan produk Griya iB Hasanah dan manajemen risiko produk

Griya iB Hasanah.

1. Aspek Pembahasan Wawancara

Adapun aspek pembahasan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 3
Aspek Wawancara

No Aspek-Aspek Pembahasan
1 Gambaran umum produk Griya iB Hasanah
2 Prosedur pembiayaan produk Griya iB Hasanah
3 Contoh simulasi pembiayaan
4 Contoh-contoh risiko yang terjadi pada Griya iB Hasanah
5 Kebijakan awal pengajuan pembiayaan
6 Jenis-jenis risiko produk Griya iB Hasanah
7 Faktor yang menjadi penyebab terjadinya risiko pembiayaan
Proses penerapan dan pengelolaan manajemen risiko Produk
8
Griya iB Hasanah
9 Strategi meminimalisir risiko produk Griya iB Hasanah
10 Kebijakan manajemen risiko produk Griya iB Hasanah
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara diketik oleh penulis

2. Responden Dalam Lingkup Wawancara

Adapun latar belakang responden dalam penelitian ini, yaitu:


62

Tabel 4
Data Responden dan Aspek Pembahasan Wawancara

Aspek
Nama Responden Unit Bekerja Pembahasan
Wawancara
Sales(Pemasaran) Produk
Andri Saputra 1,2,3,4,5
Griya iB Hasanah
Galih Almatin Processing 6,7,8,9,10

Sumber: Berdasarkan hasil wawancara diketik oleh penulis

1. Pihak Sales (Pemasaran)

Narasumber sales merupakan narasumber pertama dalam

penelitian ini, karena yang menangani pembiayaan produk Griya

iB Hasanah ada pada unit Sales. Pada hasil wawancara yang

dilakukan pada narasumber sales, narasumber menjelaskan tentang

manajemen risiko secara umum produk Griya iB Hasanah dan

contoh risiko-risiko yang sering terjadi pada nasabah.

2. Pihak Processing

Narasumber Processing adalah narasumber kedua yang

menangani kelanjutan verifikasi tahap awal calon nasabah dari

pihak sales dengan melakukan uji kelayakan calon nasabah.

Narasumber processing dalam hasil wawancara penelitian ini

menjelaskan lebih rinci tentang risiko yang terjadi pada produk

Griya iB Hasanah dan strategi BNI Syariah dalam memberikan

pembiayaan kepada nasabah dengan menggunakan prinsip kehati-

hatian.
63

Dari hasil wawancara tersebut, antara pihak sales (pemasaran) dan

Processing sebagai 2 responden yang berbeda unit keduanya saling

melengkapi dan menambahkan atas jawaban yang telah diajukan oleh

penulis. Oleh karena itu, informasi yang didapat pada hasil wawancara

dalam penelitian ini menjadi lebih kompleks dengan adanya 2 responden

tersebut.

3. Pembahasan Hasil Wawancara

Berdasarkan tujuan penelitian ini berikut kebijakan BNI

Syariah terhadap penerapan, pengelolaan dan strategi manajemen risiko

pada produk pembiayaan Murabahah (Griya iB Hasanah).

a. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang sebesar harga

pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang

disepakati. Dalam transaksi murabahah pembayaran dapat

dilakukan secara cicilan atau angsuran tetap selama masa

pembiayaan. Dokumen yang diperlukan pada pembiayaan

murabahah :

1) Surat keputusan pembiayaan

2) Surat keterangan atau call memo bahwa bank telah

membeli barang dari supplier. Jika jual beli diwakilkan

harus ada surat kuasa (wakalah) dan surat pernyataan dari

penerima kuasa telah mmebeli barang


64

3) Akad pembiayaan murabahah antara Bank dengan pembeli

atau nasabah

4) Perjanjian pengikatan angunan

5) Surat permohonan realisasi murabahah

6) Voucher pembukuan

7) Tanda terima barang atau bukti pebelian

8) Polis asuransi

Tujuan dari pembiayaan murabahah ini, yaitu :

a) Untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

modal kerja nasabah, untuk pengadaan barang baik

untuk sektor pertanian, perdagangan maupun

industry.

b) Untuk pembelian barang konsumsi misal: rumah

tinggal, mobil, motor, perabot,dll.

c) Untuk melayani nasabah yang melakukan impor

barang dengan menggunakan letter of credit.

1) Mekanisme Pembiayaan

Mekanisme pembiayaan dengan prinsip murabahah

pada BNI Syariah yaitu pihak BNI Syariah membeli barang

terlebih dahulu, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan

mengambil marjin atau keuntungan. Jadi bank harus terlebih

dahulu memiliki barang sebelum terjadinya akad murabahah

dengan nasabah, sehingga harus terdapat bukti pemesanan atau


65

pembelian barang namun jika diwakilkan kepada nasabah maka

harus terdapat surat kuasa (wakalah) disertai bukti pemesanan

atau pembelian barang.

2) Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiyaan murabahah ini yaitu:

1) Untuk membiayai kebutuhan investasi maupun modal kerja

nasabah,untuk pengadaan barang baik untuk sektor

pertanian, perdagangan maupun industry

2) Untuk pembelian barang konsumsi misal: rumah tangga,

mobil, motor, perabot rumah tangga, dll

3) Untuk melayani nasabah yang melakukan impor barang

dengan menggunakan letter of credit.

3) Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah

Adapun jenis-jenis produk pembiayaan Murabahah pada BNI

Syariah diantaranya

Tabel 5
Jenis-jenis pembiayaan berdasarkan akad Murabahah

Pembiayaan Produktif Pembiayaan Konsumtif


1. Kelayakan Usaha iB Hasanah 1. Multiguna iB Hasanah
2. Usaha Kecil iB Hasanah 2. Griya iB Hasanah
3. Wirausaha iB Hasanah 3. Oto iB Hasanah
4. Tunas Usaha iB Hasanah 4. Fleksi iB Hasanah

Sumber: PT. BNI Syariah Cab. Banjarmasin diketik oleh penulis


66

b. Pembiyaan Konsumtif Produk Griya iB Hasanah

1) Prosedur Pembiayaan Produk Griya iB Hasanah

Bagan 1
Flowchart Prosedur Pembiayaan Produk Griya iB Hasanah
Nasabah Sales Processing Pimpinan Operasional

3 4
Mulai Form 2
Pembiayaan
Griya
File File
File Nasabah
Nasabah Nasabah
Pengajuan
Pembiayaan 1
Membuat SKP
Otoriasasi dan dokumen
Analisa Pimpinan akad
Form
Nasabah &
Pembiayaan
object
Griya
Mengisi Form
Pembiayaan Doc. Akad
Griya
File SKP
Info BI Nasabah

Hasil
Analisa 4
Kolekting Akad
Melengkapi
Data Tdk layak
Persyaratan
Pembiayaan
Layak File
Sistem EFO Nasabah Cair
pembiayaan
File
Form
Pembiayaan
Nasabah
Griya T
Hasil
Angsuran
EFO 3 Nasabah

1 Reject
Doc. Akad
Arsip
Accept SKP
Laporan
File Nasabah

File Nasabah
N

2
Selesai

Sumber : PT.BNI Syariah Cabang Banjarmasin diolah oleh penulis


67

Prosedur Pembiayaan Produk Griya iB Hasanah sebagai berikut:

a) Nasabah datang ke Bagian Sales untuk mengajukan

permohonan pembiayaan, mengambil formulir pembiayaan

Griya iB Hasanah, dan mengisi formulir serta melengkapi

persyaratan pembiayaan produk Griya iB Hasanah seperti

pada gambar 7.Selanjutnya akan diserahkan ke bagian

Sales.

Gambar 7
Persyaratan Permohonan Nasabah Produk Griya

Sumber : PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin

b) Selanjutnya pada Bagian Sales (pemasaran) akan

melakukan BI Checking terhadap file nasabah yang telah


68

melakukan pembiayaan diawal untuk memperoleh info BI

tentang nasabah calon pembiayaan terkait jumlah

kewajiban calon nasabah terhadap bank lain.

c) Kemudian Bagian Sales akan memasukkan ke dalam sistem

EFO (Electronic Financing Organitation), sistem EFO

akan otomatis mendeteksi data nasabah dan

pembiayaannya. Apabila sistem EFO menghasilkan reject

artinya pembiayaan calon nasabah tersebut ditolak. Jika

hasil Sistem EFO Accept maka pembiayaan tersebut

diterima dan langsung diserahkan ke bagian processing.

d) Pada bagian processing kemudian akan dilakukan analisis

kelayakan nasabah dengan melakukan survey ke tempat

nasabah bekerja (pegawai) atau tempat usaha nasabah

(wiraswasta) dan Object pembiayaan yang akan dibiayai

oleh pihak BNI Syariah, pihak bank juga akan melakukan

pengecekan terhadap jaminan (agunan) yang nasabah

berikan. Apabila Analisis tersebut layak maka akan di

serahkan kepada Pimpinan dan menyerahkan berkas calon

nasabah pembiayaan ke bagian operasional.

e) Pimpinan kemudian melakukan pengkajian ulang terhadap

calon nasabah apabila layak pimpinan langsung melakukan

otorisasi pembiayaan yang telah dianalisis oleh bagian

processing.
69

f) Bagian Operasional akan membuat SKP (Surat Keputusan

Pembiayaan), setelah itu maka terjadilah Akad. Setelah

Nasabah Akad maka akan dilakukan pencairan pembiayaan

dan berakhir dengan nasabah mengansur pembiayaannya.

2) Contoh Simulasi Pembiayaan Produk Griya iB Hasanah di BNI

Syariah Cabang Banjarmasin

Perhitungan Angsuran (urbun/uang muka 10%)

Harga Rumah : Rp 250.000.000,-

Maksimal Pembiayaan (90%) : Rp 225.000.000,-

Margin Berlaku : 10 % (flat)

Jangka Waktu Angsuran : 15 tahun ( 180 bulan)

Pokok Pemb + Margin :

Rp 225.000.000 + (Rp 225.000.000 x 10% x 15 th)

= Rp 225.000.000 + Rp 337.500.000

= Rp 562.500.000,-

𝑅𝑝 562.500.000
Angsuran Perbulan : = Rp 3.125.000,- per bulan
180 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

3) Kebijakan Manajemen Produk Griya iB Hasanah

Bentuk pembiayaan murabahah produk Griya iB Hasanah

di BNI Syariah mempuyai kebijakan manajemen dalam hal

angsuran. Kebijakan tersebut berupa penetapan Financing To

Value (FTV), FTV merupakan rasio antara nilai pembiayaan yang

dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan properti yang

diserahkan nasabah pada saat pembiayaan berdasarkan


70

penilaian/taksasi bank dan besarnya (FTV) atau ketentuan uang

muka dibedakan berdasarkan ukuran luas bangunan dan urutan

fasilitas pembiayaan yang sedang diminati nasabah. Penetapan

FTV ini berdasarkan Surat Edar Bank Indonesia No.15/40/DKMP

tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan

pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan property, kredit atau

pembiayaan konsumsi beragunan property dan kredit atau

pembiayaan kendaraan bermotor.

c. Risiko Produk Griya ib Hasanah

Berdasarkan Pedoman Standar Produk Perbankan syariah

Murabahah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),

Pelaksanaan produk Pembiayaan Murabahah haruslah diiringi dengan

mitigasi risiko yang mempertimbangkan kesesuaian syariah antara lain

dilakukan dengan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan

pengedalian risiko yang sesuai dengan kegiatan bank syariah.

Berdasarkan jenis risiko yang terjadi dalam pembiayaan Murabahah

meliputi:

1) Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau

pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai

dengan perjanjian yang disepakati.

2) Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang

diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,

kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan


71

sistem, dan atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional bank.

3) Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum

dan/atau kelemahan aspek yuridis.

4) Risiko Reputasi adalah Risiko akibat Menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang member sumber dari

persepsi negatif terhadap bank.

5) Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam

pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan

stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis.

6) Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak

mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta

prinsip syariah.

Dari ke enam standar risiko pembiayaan murabahah risiko yang

sering terjadi dalam pembiayaan Griya iB Hasanah yang dimiliki oleh

BNI Syariah Cabang Banjarmasin adalah sebagai berikut :

a) Risiko Kredit

Risiko kredit dalam pembiayaan Griya iB Hasanah

merupakan risiko utama yang sering terjadi dalam pembiayaan

di BNI syariah Cabang Banjarmasin. Risiko kredit pembiayaan

Griya iB hasanah terjadi akibat kegagalan nasabah dalam


72

mengangsur pembiayaan atau macetnya suatu angsuran dalam

pengambilan jangka waktu pembiayaan baik itu pembiayaan

dari nasabah fixed income maupun non fixed income. Faktor

penyebab macetnya suatu pembiayaan terjadi akibat kondisi

ekonomi dari nasabah, kondisi ini menyangkut masalah

penghasilan yang kurang lancar atau bahkan pekerjaan dari

nasabah itu sendiri, untuk nasabah non fixed income terjadi

akibat kondisi usaha atau kondisi pasar yang berpengaruh

terhadap penghasilan nasabah. Faktor lain yang juga menjadi

penyebab macetnya suatu pembiayaan yaitu faktor perceraian,

phk, motif perceraian yakni setelah uang cair kemudian

nasabahnya menghilang, biasanya ini terjadi pada rumah yang

habis digunakan (rumah second).

b) Risiko Operasional

Risiko Operasional merupakan risiko kerugian yang

diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,

kegagalan proses internal, kesalahan pihak bank, kegagalan

sistem, dan adanya kejadian-kejadian eksternal yang

memengaruhi operasional bank. Risiko Operasional yang

terjadi di BNI Syariah Cabang Banjarmasin untuk produk

Griya biasanya diakibatkan kurangnya ketelitian pihak BNI

Syariah Banjarmasin pada saat menyeleksian, menganalisa dan

verifikasi pembiayaan nasabah. Verifikasi, penganlisaan dan


73

penyeleksian tersebut berupa masalah pekerjaan nasabah,

penghasilan nasabah maupun agunan yang diberikan nasabah

atas pembiayaan.

c) Risiko Stratejik

Risiko stratejik pada BNI Syariah terjadi akibat kurangnya

ketepatan pihak bank dalam pengambilan keputusan serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Hal-hal yang selalu menjadi risiko dalam risiko stratejik ini

yaitu masalah agunan pembiayaan nasabah (overtaksaksi),

faktor penyebab risiko ini akibat dari pihak bank yang terlalu

tinggi menilai suatu objek dengan harga pasar yang berlaku

saat itu. Selain itu, penentuan posisi objek yang dibiayai juga

menjadi masalah dalam BNI Syariah Cabang Banjarmasin

dalam penentuan posisi objek pihak Bank harus benar benar

meneliti posisi objek yang akan dibiayai karena apabila tidak

teliti dalam hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap objek

kedepan. Oleh karena itu, dalam hal posisi objek haruslah

benar-benar tidak ada keterkaitan dengan objek sekitarnya

untuk menghindari risiko kedepannya.

d. Faktor-faktor penyebab terjadinya risiko produk Griya iB Hasanah

Dalam hal ini penulis memperoleh suatu kesimpulan bahwa saat

pembiayaan telah direalisasi atau dicairkan kepada nasabah, maka

pada saat itulah pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin harus


74

menanggung risiko yang akan datang dikemudian hari. Risiko tersebut

bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pada BNI Syariah Cabang

Banjarmasin, faktor terjadinya pembiayaan bermasalah pada produk

Griya iB Hasanah yang terbagi dalam 2 faktor sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor ini adalah faktor yang terdapat dalam BNI Syariah

Cabang Banjarmasin yang disebabkan oleh beberapa faktor

berikut:

a) Analisis nasabah yang dilakukan pihak BNI Syariah tidak

tepat.

b) Kesalahan pada saat penaksiran harga jaminan (agunan).

c) Manajemen BNI Syariah yang kurang baik

2) Faktor Eksternal

a) Macetnya suatu pembiayaan akibat dari pengaruh

perekonomian nasabah

b) Adanya unsur kesengajaan nasabah atau kelalaian

nasabah dalam mengangsur pembiayaan.

e. Penerapan dan Pengelolaan Manajemen Risiko Produk Griya iB

Hasanah

Penerapan dan pengelolaan manajemen Risiko produk Griya iB

Hasanah pada BNI Syariah menerapkan proses identifikasi,

pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko, hal ini telah sesuai


75

dengan pedoman standar manajemen risiko produk pembiayaan

murabahah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Adapun penerapan serta pengelolaan manajemen risiko produk

Griya iB Hasanah di BNI Syariah adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi Risiko

Hal-hal yang termasuk identifikasi risiko produk Griya iB

Hasanah adalah:

a) BNI Syariah wajib melakukan identifikasi seluruh risiko

secara berkala.

b) Pihak BNI Syariah memiliki metode atau sistem untuk

melakukan identifikasi risiko dengan menggunakan sistem

aplikasi perangkat risiko Operasional (Periskop). Sistem

“Periskop” merupakan sebuah sistem khusus untuk mengi-

dentifikasi risiko yang terjadi yang dilaporkan setiap akhir

bulan, sistem tersebut terdiri atas risiko internal dan risiko

eksternal dengan menggolongkan tingkat penilai risiko ke-

dalam risiko yang low, high 1,hingga high 2.

c) Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis

seluruh sumber risiko yang dilakukan terhadap risiko dari

produk dan aktivitas bank serta selalu memastikan bahwa

risiko telah memalui proses manajemen risiko yang layak

sebelum dijalankan.
76

Kegiatan risiko yang diterapkan BNI Syariah cabang

Banjarmasin untuk produk Griya iB Hasanah berupa verifikasi

data menggunakan sistem milik BNI Syariah bernama “EFO”

dan info BI data calon nasabah. Sistem “EFO” (Electronic

Financing Organitation) merupakan sebuah sistem yang dapat

mendeteksi awal pengajuan pembiayaan nasabah, sistem

tersebut terdiri dari informasi BI checking calon nasabah, peni-

laian agunan yang diberikan nasabah dan uji kelayakan yang

dilihat dari nilai pembiayaan yang diajukan dengan penghasilan

calon nasabah baik untuk nasabah fixed income maupun non

fixed income. Selain dengan sistem EFO dan Info BI, BNI

Syariah Cabang Banjarmasin juga memiliki unit processing

untuk melakukan verifikasi data nasabah tersebut, verifikasi

data dengan kunjungan yakni melakukan OTS (On The Spot)

ke rumah calon nasabah pemohon, untuk nasabah yang bekerja

sebagai karyawan maka pihak BNI Syariah melakukan survei

ke tempat perusahaan calon nasabah guna memastikan bahwa

calon nasabah benar-benar bekerja di perusahaan tersebut.

Sedangkan, info BI digunakan untuk mengecek calon nasabah

apakah mempunyai pembiayaan di tempat lain kemudian

identifikasinya apakah calon nasabah termasuk nasabah yang

bermasalah atau tidak. Ketika nasabah telah disetujui

pembiayaan dan telah melakukan akad, pihak BNI Syariah


77

akan melakukan pengawasan selama proses pengangsuran. BNI

Syariah juga menetapkan 5 kolektibilitas nasabah selama

proses pengangsuran yaitu: lancar, dalam perhatian khusus

(dpk), kurang lancar, diragukan hingga macet. Apabila selama

proses pengangsuran nasabah teridentifikasi risiko kredit maka

pihak bank melakukan upaya penanganan yang sesuai dengan

kolektibilitas nasabah tersebut.

2) Pengukuran risiko

Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur

eksposur risiko bank sebagai acuan untuk melakukan

pengendalian. Pegukuran risiko wajib dilakukan secara

berkala,baik untuk produk dan portofolio serta aktivitas bisnis

di bank. Sistem ini harus dapat mengukur sensitivitas produk

terhadap faktor-faktor yang memengaruhinya, baik dalam

kondisi normal maupun tidak normal. Sistem pengukuran

risiko harus dievalusi dan disempurnakan secara berkala untuk

memastikan kesesuaian asumsi, akurasi, kewajaran dan

integritas data, serta prosedur yang digunakan untuk mengukur

risiko.

Di dalam BNI Syariah Cabang Banjarmasin proses

pengukuran risiko produk Griya ib hasanah terjadi apabila

nasabah mengalami risiko kredit dimana nasabah mempunyai

etika yang baik untuk tetap meneruskan angsurannya. Dengan


78

tetap memilih meneruskan angsuran meskipun nasabah

memiliki suatu kendala misalkan kondisi ekonomi nasabah

yang menurun, pihak BNI Syariah akan memberikan

kemudahan dengan menambah jangka waktu nasabah atau

memberikan pengurangan jumlah angsuran agar nasabah lebih

mudah pada saat pengangsuran.

3) Pemantauan

Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan

evaluasi terhadap eksposur risiko penyempurnaan proses

pelaporan terhadap kegiatan usaha, produk, dan transaksi.

Untuk itu, bank harus menyiapkan prosedur yang efektif untuk

mencegah terjadinya gangguan pada saat proses pemantauan

risiko dan selalu melakukan pengecekan serta melakukan

penilaian kembali secara berkala.

Bentuk pemantauan yang dilakukan oleh BNI Syariah

Cabang Banjarmasin terhadap nasabah yang melakukan

pembiayaan Griya ib hasanah yang mengalami risiko kredit

yaitu

a) melakukan pengecekan riwayat angsuran nasabah setiap

hari.

b) apabila dalam proses pengangsuran terdapat pembiayaan

macet pihak BNI Syariah cabang Banjarmasin melakukan

penggolongan kolektibilitas nasabah terlebih dahulu.


79

c) kemudian pihak bank mulai melakukan pemantauan secara

intensif kepada nasabah dengan cara melakukan

pengunjungan ke rumah nasabah, mengingatkan nasabah

atas angsurannya dan apabila pihak bank mulai kesulitan

menangani nasabah dikarenakan nasabah sengaja

menghindar untuk melakukan pengangsuran, maka pihak

BNI Syariah cabang Banjarmasin akan mengeluarkan surat

teguran sebanyak 5 kali dan mengeluarkan surat somasi

sebanyak 3 kali, surat somasi merupakan surat teguran

keras kepada nasabah karena nasabah terus mangkir dari

kewajibannya.

4) Pengendalian Risiko (penyelamatan)

Proses pengendalian risiko yang diterapkan oleh bank harus

sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

bank. Pengendalian risiko yang dilakukan oleh perbankan

antara lain dengan melakukan metode strategi atau mitigasi

risiko serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi

kerugian yang dialami.

Pada BNI Syariah Banjarmasin dalam pengendalian risiko

produk Griya ib hasanah dijalankan oleh unit marketing,

processing dan recovery&remedial dengan tugas menangani

nasabah pemohon yang mengalami masalah risiko seperti

masalah keterlambatan mengangsur. Bentuk pengendalian yang


80

dilakukan oleh BNI Syariah Cabang Banjarmasin yaitu dengan

kegiatan pengunjungan dan penyuluhan dengan mendatangi

nasabah yang bermasalah dengan membuat metode R3

(Rescheduling, Reconditioning, dan Restructuring), metode

yang diberikan BNI Syariah untuk nasabah yang bermasalah

meliputi:

a) Rescheduling ( penjadwalan kembali)

Penjadwalan kembali dilakukan untuk perubahan

jadwal dan jangka waktu pembayaran pokok atau

tunggakan pembayaran. Hal yang termasuk dalam

perubahan jadwal ini yaitu masa tenggang nasabah baik itu

jumlah angsuran maupun jangka waktu pembiayaan.

Kebijakan ini diberikan kepada nasabah yang masih

mempunyai itikad yang baik untuk melunasi

kewajibannya.

b) Reconditioning ( persyaratan kembali)

Persyaratan kembali dilakukan dengan mengubah

sebagian atau bahkan seluruh persyaratan pembiayaan

yang tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal

pembiayaan, jangka waktu dan persyaratan lainnya

sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum

pembiayaan.

c) Restructuring ( Penataan kembali)


81

Penataan kembali dilakukan agar nasabah mampu

memenuhi kewajibannya dalam melakukan pembiayaan.

Selama proses penerapannya, BNI Syariah Cabang

Banjarmasin selalu melakukan metode ini guna

menyelamatkan pembiayaan Griya ib hasanah yang akan

mengalami persoalan dalam hal Non Performing

Financing (NPF).

f. Strategi dalam meminimalisir risiko produk Griya iB Hasanah

Dalam hal meminimalisir risiko yang terjadi dalam produk Griya

iB Hasanah BNI Syariah Cabang Banjarmasin terus melakukan

pemantauan dan penyelamatan atas pembiayaan Griya iB Hasanah

yang berakad Murabahah ini, pemantauan yang dilakukan pihak bank

dalam pembiayaan ini, yaitu:

1) Penyelesaian pembangunan rumah dengan menggunakan

laporan penilaian perkembangan proyek (Untuk pembiayaan

pembangunan rumah)

2) Proses penyelesaian dokumen-dokumen pemilikan dan ijin-ijin

serta proses pengikatannya dengan menggunakan laporan jatuh

tempo dan permasalahan dokumentasi pembiayaan.

3) Kelancaran angsuran hutang pokok dan margin dengan

menggunakan formulir riwayat pembiayaan bagi nasabah yang

menunggak.
82

4) Untuk masalah agunan maka digunakanlah formulir penilaian

agunan.

5) Kolektibilitas nasabah pembiayaan harus sesuai dengan

ketentuan Peraturan Bank Indonesia yang berlaku.

Agar risiko dalam produk Griya iB Hasanah tidak terjadi, pihak

BNI Syariah Cabang Banjarmasin melakukan analisis pembiayaan

dengan prinsip kehati-hatian, selain itu strategi untuk meminimalisir

risiko pada produk Griya iB Hasanah sebaik mungkin dilakukan:

1) Analisis pembiayaan harus teliti dalam menilai calon nasabah

yang mengajukan pembiayaan.

2) Melihat plafon pembiayaan yang diajukan, persen uang

muka yang disiapkan oleh nasabah dalam pembiayaan, serta

melihat nilai pembiayaan yang diberikan bank

perbandingannya dengan nilai taksasi (penaksiran harga

objek pembiayaan),hal ini dilakukan agar tidak terjadi

pembiayaan macet.

3) Melakukan pengawasan terhadap usaha/pekerjaan nasabah

setelah pembiayaan terealisasi, dengan cara dipantau dan

dikunjungi untuk melihat bagaimana usaha yang dikelola

nasabah apakah mengalami perkembangan atau mengalami

penurunan.

4) Melakukan pengawasan terhadap jaminan yang diberikan,

dengan cara pengecekan jaminan yang digunakan nasabah


83

untuk meminjam pinjaman, apakah jaminan tersebut benar-

benar ada sesuai dengan bukti tertulis yang diserahkan

kepada pihak bank.

BNI Syariah Cabang Banjarmasin juga menetapkan strategi

penanganan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah berdasarkan

kualitas pembiayaan yang diberikan kepada nasabah, adapun kualitas

pembiayaan bermasalah dan penangannya adalah sebagai berikut :

Tabel 6
Strategi Penanganan Berdasarkan kolektibililtas

Lama
Kolektibilitas Penanganan
Tunggakan
Melakukan pembinaan
Lancar 0 hari
kepada nasabah
1. Melakukan pembinaan
nasabah
2. Melakukan penagihan
DPK (Dalam langsung kepada nasabah
1-90 hari
Perhatian Khusus) 3. Memberikan surat teguran
4. Melakukan
Restrukturisasi dengan
cara rescheduling
1. Melakukan penagihan
langsung kepada nasabah
2. Memberikan surat teguran
91 - 180
Kurang lancar 3. Melakukan
hari
Restrukturisasi dengan
cara rescheduling atau
restructuring
84

1. Melakukan penagihan
langsung kepada nasabah
2. Memberikan surat teguran
Diragukan 181 - 270 hari 3. Melakukan
Restrukturisasi dengan
cara rescheduling atau
restructuring
1. Memberikan surat somasi
2. Melakukan Eksekusi
Macet >270 hari
jaminan (agunan)
3. Melakukan hapus buku
Sumber : Hasil wawancara pada BNI Syariah Cab. Banjarmasin

Sedangkan metode yang digunakan BNI Syariah Cabang

Banjarmasin dalam meminimalisir risiko produk Griya ib hasanah

dengan menggunakan beberapa metode yaitu:

(1) Melakukan penganalisaan berdasarkan Wayout, proses analisa

dengan menggunakan Wayout merupakan proses analisa yang

dilakukan oleh unit atau bagian processing. Proses analisa

Wayout dilakukan untuk menganalisis apakah calon nasabah

yang melakukan pengajuan pembiayaan mempunyai kriteria

yang sudah sesuai dan sudah layak untuk dilakukan

pembiayaan.

(2) Melakukan analisa pembiayaan dengan menggunakan metode

5C yaitu character (karakter), capacity (kemampuan), capital

(modal), condition (kondisi) dan collateral (agunan) serta

dengan tambahan metode 7P yaitu personality (kepribadian),

party (golongan), purpose (tujuan), prospect (penilaian),


85

payment (pembayaran), profitability (kemampuan), protection

(perlindungan). Serta menilai nasabah berdasarkan info BI (BI

Checking), dan mengelola pembiayaan yang bermasalah

dengan langkah R3 yaitu Rescheduling (penjadwalan kembali),

Reconditioning (persyaratan kembali), dan Restructuring

(penataan kembali).

(3) Melakukan monitoring pembiayaan secara intensif, proses

memonitoring pembiayaan Griya ib hasanah dilakukan dengan

cara memantau saldo list piutang nasabah. Saldo list piutang

nasabah merupakan sebuah laporan angsuran piutang nasabah

pembiayaan Griya ib hasanah yang dimiliki oleh unit

processing.

g. Analisis Manajemen Risiko Produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah

Cabang Banjarmasin

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dihasilkan sebuah analisis

mengenai manajemen risiko yang diterapkan, dikelola dan strategi

yang dilakukan oleh BNI Syariah Cabang Banjarmasin, yaitu:

1) Kebijakan Manajemen Risiko

Penerapan kebijakan manajemen risiko pada BNI Syariah

telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

No.13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi

bank umum syariah dan unit usaha syariah. Dengan standar

operasional prosedur yang ditetapkan oleh BNI Syariah Cabang


86

Banjarmasin sebagai langkah untuk meminimalisir terjadinya

risiko pembiayaan.

2) Penerapan dan Pengelolan

Menurut Veithzal (2013: 271), terdapat berbagai tahap

dalam proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko harus

dilakukan semua faktor-faktor risiko yang bersifat kualitatif,

maupun kuantitatif yang berpengaruh terhadap kondisi masing-

masing bank. Adapun tahap manajemen risiko itu adalah

identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian.

Dalam pelaksanaan penerapan dan pengelolaan manajemen

risiko berdasarkan Standar Produk Perbankan Syariah

Murabahah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keungan

(OJK) dalam pedomannya pada bab 5 tentang standar

manajemen risiko menerangkan bahwa, pelaksanaan produk

pembiayaan murabahah diiringi dengan mitigasi risiko yang

mempertimbangkan kesesuaian syariah antara lain dilakukan

dengan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian risiko yang sesuai dengan kegiatan bank syariah.

Hal ini telah sesuai dengan penerapan dan pengelolaan

manajemen risiko yang dilakukan oleh BNI Syariah Cabang

Banjarmasin dimana dalam penerapan dan pengelolaannya

bank melakukan:
87

a) identifikasi risiko dengan menganalisis seluruh sumber

risiko dari risiko produk serta aktivitas produk itu

sendiri serta selalu memastikan bahwa risiko telah

melalui proses manajemen risiko yang baik.

b) Pengukuran risiko dengan memperkirakan risiko yang

akan timbul atas aktivitas produk Griya iB Hasanah.

Proses pengukuran ini terus dilakukan dengan

mengevaluasi secara berkala terhadap asumsi, akurasi,

kewajaran, dan integritas data, serta prosedur yang

digunakan untuk mengukur risiko.

c) Proses pemantauan dilakukan dengan menyiapkan

sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah

terjadinya gangguan selama proses pemantauan risiko.

Hasil pemantauan nantinya digunakan untuk

menyempurnakan proses manajemen risiko yang telah

ada.

d) Proses pengendalian risiko yang sesuai dengan

kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh BNI

Syariah.

Dengan adanya penerapan dan pengelolaan manajemen

risiko ini, BNI Syariah Cabang Banjarmasin dapat

mengoptimalkan manajemen risiko pembiayaan pada produk

Griya iB Hasanah. Tujuan penerapan dan pengelolaan ini agar


88

menghasilkan tingkat risiko yang wajar, terarah, terintegrasi

dan berkesinambungan, karena manajemen risiko produk yang

baik terjadi apabila pihak bank mengetahui dengan baik risiko

apa yang akan dihadapi oleh bank tersebut dimasa mendatang

dan bagaimana bank mengatasinya.

3) Strategi Manajemen Risiko

a) Analisis Pembiayaan

Pada produk Griya iB Hasanah dimulai dengan

melakukan analisis pembiayaan yang disebut analisa

pembiayaan. Proses analisa tersebut digunakan untuk

menentukan layak atau tidaknya nasabah untuk dibiayai.

Hal tersebut meliputi kelayakan pekerjaan nasabah, usaha

nasabah, kebutuhan pembiayaan, penghasilan, repayment

capacity (kesanggupan nasabah dalam membayar kembali

angsuran) serta jaminan yang tersedia untuk mencover

permohonan pembiayaan. Tujuan dari analisa pembiayaan

adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah

mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi

kewajibannya kepada bank secara baik dengan prinsip

kehati- hatian.

b) Prinsip kehati-hatian

Berdasarkan Standar Produk Perbankan Syariah

Murabahah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan


89

(OJK) dalam proses risk Assesament dan keputusan

pembiayaan dalam usulan pembiayaan, Bank dapat

melakukan risk assessment berupa credit scoring atau

proses risk assessment lain yang bedasarkan prinsip four

eye principle oleh bagian khusus risiko kredit. Analisis

pembiayaan dimana didalamnya terdapat pemaparan

prinsip 5C, jenis barang yang akan dibeli dan usulan plafon

pembiayaan serta analisis risiko menjadi dokumen utama

dalam proses pemutusan pembiayaan. Hal ini juga tertuang

dalam Undang-Undang perbankan syariah No.21 Tahun

2008 pasal 23 ayat 2 yang menyatakan bahwa untuk

memperoleh keyakinan, Bank syariah dan/atau UUS wajib

melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,

kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon

nasabah penerima fasilitas.

Oleh karena itu, BNI Syariah Cabang Banjarmasin

melakukan penerapan analisis prinsip kehati-hatian pada

saat penyaluran pembiayaan kepada calon nasabah dengan

menggunakan Aspek 5C meliputi:

(1) Character (Kepribadian)

Bank menganalisis kepribadian calon nasabah untuk

mengetahui sifat dari calon nasabah dengan memiliki

keyakinan bahwa nasabah tersebut memiliki


90

kepribadian positif, kooperatif, dan tanggung jawab

kepada masyarakat dan lingkungan dalam menjalankan

kegiatan usaha. Penilaian kepribadian nasabah

dilakukan dengan memperoleh infornasi dari

perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang pernah

bekerjasama atau memberikan pembiayaan

sebelumnya kepada calon nasabah.

(2) Capacity (kemampuan)

Dalam hal ini bank mencari tahu kemampuan

calon nasabah dalam mengelola usahanya, sehingga

dapat mengukur kemampuan untuk melaksanakan

rencana kerjanya terkait dengan penggunaan

pembiayaan dan kemampuan repayment kepada bank.

(3) Capital (modal)

Bank akan mencari tahu permodalan dari calon

nasabah dengan cara menganalisa posisi finansial

perusahaan secara keseluruhan dan penekanan

(4) Condition (kondisi)

Bank melihat kondisi perekonomian calon nasabah,

dan memprediksikannya untuk masa yang akan datang

dengan melihat prospek usaha yang dijalankan

nasabah.

(5) Collateral (jaminan)


91

Jaminan milik nasabah harus memiliki nilai yang

lebih besar dari jumlah pembiayaan yang akan

diberikan oleh bank. Bank juga harus meninjau

apakah jaminan benar-benar ada sesuai informasi

yang diberikan nasabah.

Selain menggunakan prinsip 5C, penambahan prinsip

7P juga sangat penting dalam produk Griya iB Hasanah

dimana bank akan melakukan prinsip pengenalan calon

nasabah tahap awal yang akan melakukan pembiayaan.

Prinsip 7P ini di lakukan berdasarkan teori-teori prinsip

pemberian pembiayaan yang telah ada dalam perbankan.

Menurut Kasmir(2013: 95), dalam melakukan penilaian

kriteria-kriteria calon nasabah serta ukuran-ukuran yang

ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank.

Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank

untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar

menguntungkan dengan dilakukannya analisis 5C dan 7P.

Untuk meminimalisir risiko awal produk Griya ib

Hasanah yang terjadi di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

prinsip 7P yang diterapkan meliputi:

(1) personality (kepribadian)


92

Prisip personality di BNI Syariah Cabang Banjarmasin

dengan cara mencari data tentang kepribadian calon

nasabah seperti riwayat kehidupannya (kelahiran,

pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan

sebagainya), hobi, keadaan keluarga bagi nasabah yang

telah memiliki keluarga (istri dan anaknya), social

standing (pergaulan nasabah terhadap lingkungannya

serta bagaimana pendapat masyarakat tentang nasabah),

serta hal-hal lain yang erat hubungannyadengan

kepribadian calon nasabah.

(2) purpose (tujuan)

Prinsip ini dalam penerapannya merupakan prinsip

tentang tujuan nasabah melakukan keperluan

penggunaan kredit. Tujuan prinsip ini pada Produk Griya

iB Hasanah digunakan apakah tujuan nasabah untuk

membeli rumah, perabotan rumah tangga atau bahkan

untuk membeli rumah second.

(3) prospect (penilaian)

Prinsip penilaian dilakukan dengan harapan masa depan

dari bidang usaha atau kegiatan usaha nasabah ini dapat

diketahui dari perkembangan usaha nasabah selama

beberapa bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi

perdagangan, keadaan ekonomi/perdagangan sektor


93

usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang

dibuat dari kekuatan pendapatan atau keuntungan masa

lalu dan perkiraan masa mendatang.

(4) payment (pembayaran)

Dalam Produk Griya ib Hasanah, prinsip ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran

kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat

diperoleh dari prospek, kelancaran penjualan dan

pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan

nasabah dalam pengembalian pinjaman ditinjau dari

waktu serta jumlah pengambilan pembiayaannya.

(5) profitability (kemampuan)

Pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin akan

melakukan analisis tentang kemampuan nasabah dalam

mencari laba apabila kredit diberikan

(6) protection (perlindungan)

Prinsip ini dilakukan untuk kemungkinan terjadinya

gagal bayar sehingga nasabah perlu memiliki jaminan

sebagai langkah terakhir perlindungan dari berbagai

asuransi perlindungan bagi nasabah dan BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

(7) party (golongan)


94

Penggolongan nasabah dilakukan untuk mengklasifikasi

nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-

golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, dan

karakternya. Pengkalsifikasian ini akan menentukan

perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

Di BNI Syariah Cabang Banjarmasin tidak hanya

menggunakan unsur 5C dan 7P, tetapi dalam menilai

nasabah untuk bisa diberikan pembiayaan adalah

dengan melalui tahapan BI Checking (info BI), yaitu

laporan yang di keluarkan oleh Bank Indonesia yang

berisi riwayat pembiayaan nasabah kepada bank atau

lembaga non bank, apakah nasabah memiliki

pembiayaan di bank lain dan bagaimana riwayat

pembiayaannya apakah lancar atau bermasalah.

Selain prinsip 5C dan 7P tesebut, pengendalian

manajemen risiko yang dilakukan oleh BNI Syariah

Banjarmasin dalam rangka membantu nasabah untuk

menyelesaikan kewajibannya agar menghindari terjadinya

risiko gagal bayar, maka BNI Syariah membuat

restrukturisasi nasabah dengan prinsip R3 dalam

strateginya. Restrukturisasi pembiayaan ini dilakukan

dengan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia

No.13/9/PBI/2011 tentang restrukturisasi pembiayaan bagi


95

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Restrukturisasi (R3) pada BNI Syariah Cabang

Banjarmasin, yaitu:

(1) Rescheduling ( penjadwalan kembali), Upaya yang

dilakukan pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin

untuk menangani kredit nasabah yang bermasalah.

Manfaat penjadwalan kembali ini dilakukan oleh

bank dengan harapan bahwa nasabah yang

bermasalah dapat membayar kembali kewajibannya.

Sehingga BNI Syariah dapat sedikit mengurangi

nasabah yang bermasalah kreditnya pada produk

Griya iB Hasanah.

(2) Reconditioning (persyaratan kembali), upaya ini

dilakukan dengan mengubah seluruh atau sebagian

perjanjian yang dilakukan oleh BNI Syariah Cabang

Banjarmasin dengan nasabah di awal terjadinya

akad. Perubahan kondisi maupun perubahan

persyaratan ini haruslah disesuaikan dengan

permasalahan yang dihadapi oleh nasabah. Manfaat

bagi BNI Syariah dilakukannya persyaratan kembali

ini diharapkan bahwa nasabah dapat menyelesaikan

kewajibannya sampai dengan pelunasan pembayaran

pada produk Griya iB Hasanah.


96

(3) Restructuring (penataan kembali), dengan adanya

penataan kembali dalam menyelamatkan macetnya

suatu kredit yang dilakukan nasabah atau terjadinya

masalah dalam kredit yang dilakukan nasabah,

Manfaat dilakukannya penataan kembali pembiayaan

ini diharapkan dapat menyelamatkan produk Griya ib

Hasanah dari persoalan terjadinya Non Performing

Financing (NPF) di BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.

Tahap R3 tersebut merupakan strategi yang disesuaikan

dengan penanganan pembiayaan lancar, tujuannya agar

nasabah yang menunda pembiayaan dapat terbantu dan bisa

membayar secara normal ke pihak BNI Syariah cabang

Banjarmasin.

Dengan adanya metode strategi R3 ( Rescheduling, Reconditioning

dan Restructuring ) pada produk pembiayaan murabahah Griya ib

Hasanah, hal ini membuat strategi bank dalam meminimalisir risiko pada

BNI Syariah cabang Banjarmasin dapat dimanajemen dengan baik bahkan

penggunaan strategi R3 ini menjadi lebih efektif digunakan untuk

membantu nasabah yang terjadi masalah dalam pembiayaan produk Griya

ib Hasanah di BNI Syariah cabang Banjarmasin.


97

Manajemen risiko produk Griya ib Hasanah yang dilakukan oleh

BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam menerapkan, mengelola dan

membuat strategi untuk meminimalisir risiko dapat memberikan manfaat,

baik kepada BNI Syariah itu sendiri maupun otoritas pengawasan bank.

Bagi BNI Syariah Cabang Banjarmasin penerapan, pengelolaan serta

strategi yang dilakukan untuk meminimalisir risiko pada produk Griya ib

Hasanah diharapkan dapat mengurangi terjadinya kerugian yang dialami

atas produk pembiayaan konsumtif ini, yang nantinya akan berpengaruh

terhadap Non Performing Financing (NPF) BNI Syariah. Hal tersebut

dapat terlihat selama tahun 2015 dari tingkat pembiayaan konsumer yang

bermasalah masih dapat terjaga di kisaran angka 0,2%. Dengan adanya

penerapan dan pengelolaan serta strategi manajemen risiko yang baik, BNI

Syariah dapat menekan terjadinya Non Performing Financing (NPF)

menjadi lebih kecil dari bank-bank syariah yang lainnya yaitu hanya

sebesar 1,46% dari total tingkat maksimum NPF 5%. Oleh karena itu

sebagai contoh yang baik, BNI Syariah juga dapat terus meningkatkan

kualitas pembiayaan khususnya murabahah dan tetap meningkatkan

strategi dalam meminimalisir risiko-risiko yang terjadi dalam pembiayaan

murabahah baik itu pembiayaan konsumtif maupun produktif.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada BNI Syariah

Cabang Banjarmasin terhadap Manjemen Risiko Produk Griya iB Hasanah

yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Dalam manajemen risiko atas produk Griya iB Hasanah, penerapan

dan pengelolaan manajemen risiko, dilakukan dengan cara melakukan

identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko, dan

pengendalian risiko. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Bank

Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan manajemen risiko

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

2. Strategi yang digunakan oleh BNI Syariah cabang Banjarmasin dalam

meminimalisir risiko pembiayaan pada produk Griya iB Hasanah

dilakukan dengan metode 1)Melakukan analisis pembiayaan

berdasarkan Wayout calon nasabah. 2) menggunakan prinsip analisis

kehati-hatian dengan aspek 5C, 7P, dan R3 serta BI checking. 5C yaitu

character (karakter), capacity (kemampuan), capital (modal),

condition (kondisi) dan collateral (agunan) serta dengan tambahan

metode 7P yaitu personality (kepribadian), party (golongan), purpose

(tujuan), prospect (penilaian), payment (pembayaran), profitability

(kemampuan), protection (perlindungan) dan prinsip R3 yaitu

Rescheduling (penjadwalan kembali), Reconditioning (persyaratan

98
99

kembali nasabah), Restructuring (penataan kembali). 3)dan melakukan

proses monitoring pembiayaan yang dilakukan secara intensif. Proses

ini bisanya dilakukan dengan melihat laporan saldo list piutang

nasabah. hasil strategi tersebut membuktikan bahwa BNI Syariah dapat

meminimalisir dan menekan terjadinya Non Performing Financing

(NPF) menjadi lebih kecil dari total tingkat maksimum rasio NPF.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka penulis

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah menjalankan manajemen risiko

dengan baik, dimana pihak BNI Syariah Banjarmasin menggunakan

prinsip 5C yang ditambah dengan analisis 7P. Ditambah lagi dengan

adanya metode strategi restrukturisasi (R3) hal ini membuat risiko pro-

duk Griya iB Hasanah dapat dimanajemen dengan baik bahkan penggu-

naan metode ini menjadi lebih efektif untuk membantu nasabah yang

mengalami masalah dalam hal pembiayaan. Metode- metode tersebut

dapat menjadi contoh yang baik untuk Bank-bank Syariah yang lainnya.

2. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian yang berke-

naan dengan strategi manajemen risiko kredit macet pada bank syariah.

Sebab risiko utama pada pembiayaan murabahah dengan cicilan ada pa-

da risiko kredit yang terjadi dari kegagalan nasabah dalam mengangsur

pembiayaanya akibat kondisi ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Safi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani

Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Idroes, Ferry N. 2011. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Ikatan Bankir Indonesia.2015. Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama

Karim, Adiwarman Azhar. 2010. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:
PT. Raja Grafidi Persada

Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI

Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Rajawali Pers

Latif, Azharudin. 2005. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status


dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko


Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia No.13/9/PBI/2011 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi


Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Rianto, Bambang. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat

Rifai, Veithzal dan Rifki Ismail. 2013. Islamic Risk Management For Islamic Bank.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sulhan, Muhammad dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan
Syariah. Malang: UIN Malang Pers

Surat Edar Bank Indonesia No.15/40/DKMP Tanggal 24 September 2013 tentang Pene-
rapan Manajemen Risiko Pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau
Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragunan
Properti, dan Kredit Atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tahun 2016

Undang – Undang Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Wahyudi, Imam dkk. 2013. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai