ABSTRAK. Teori produksi sudah menjelaskan bahwa perilaku produsen bertujuan untuk
memaksimalkan keuntungan dan mengoptimalkan efisiensi produksi. Produksi menghasilkan
manfaat dari suatu objek. Produksi dapat menghasilkan dan meningkatkan kegunaan suatu barang
(nilai guna). Tylisan ini membahas tentang Bagaimanakah memahami dan menjelaskan Pasar Faktor
Produksi/Faktor Input dalam Perspektif Ekonomi Mikro Konvensional dan Islam dan
Bagaimanakah mengidentifikasikan dan mengaplikasikan berbagai alternatif kebijakan dalam
mengelola Pasar Faktor Produksi/Faktor Input. dengan metode perbandingan konsep konvensional
dan konsep Islam sehingga produsen ataupun pengusaha yang menghasilkan produk tidak hanya
memikirkan keuntungan duniawi saja tetapi juga memikirkan keberkahan dan kemaslahatan bagi
orang banyak, selamat dunia dan akhirat.
ABSTRACT. Production theory has explained that producer behavior aims to maximize profits and optimize
production efficiency. Production produces benefits from an object. Production can produce and increase the usefulness
of an item (use value). This Tylisan discusses How to understand and explain the Production Factor Market / Input
Factor in the Perspective of Conventional and Islamic Microeconomics and How to identify and apply various policy
alternatives in managing the Production Factor / Input Factor Market. with the method of comparison of conventional
concepts and Islamic concepts so that producers or entrepreneurs who produce products do not only think about worldly
profits but also think about blessings and benefits for the people at large, safe in the world and the hereafter.
membeli dan menggunakan input untuk keuntungan duniawi saja, tapi lebih
produksi dan penjualan output atau produk. memikirkan pencapian keuntungan akhirat.
Teori produksi mampu menjelaskan perilaku Pada ayat 77 surah al-Qashash artinya:
produsen dan juga mampu memaksimalkan Dan carilah pada apa yang telah
keuntungan serta mengoptimalkan efisiensi dianugerahkan Allah kepadamu
produksi (Chrisna, 2020). (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
Telah dijelaskan oleh Monzer Kahf kamu melupakan bahagianmu dari
bahwa kegiatan produksi dalam Islam (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
merupakan usaha manusia untuk (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
memperbaiki sesuatu, tidak hanya kondisi berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
fisik materialnya, namun termasuk juga kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
moralitas, dengan maksud sebagai sarana Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
untuk memperoleh cita-cita hidup yang telah orang yang berbuat kerusakan.
ditetapkan dalam agama Islam, yakni Memproduksi barang harus memiliki
kebahagiaan dunia dan di akhirat (Chrisna, keterkaitan dengan kebutuhan manusia.
2020). Artinya barang harus diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk
Memaksimalkan keuntungan atau
menghasilkan barang mewah yang berlebihan
efisiensi produksi tidak lepas dari dua hal;
yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia,
meliputi struktur biaya produksi dan
oleh karena itu tenaga kerja yang dikeluarkan
pendapatan yang diperoleh. Begitu juga
untuk memproduksi barang tersebut dianggap
dengan modal yang didapat dari pinjaman
tidak produktif. Produksi merupakan proses
tanpa kompensasi, dengan sistem bunga atau
yang telah berjalan di bumi ini semenjak
dengan kerjasama (Chrisna, 2020).
manusia berada di planet ini. Produksi juga
Tujuan Produksi dalam Ilmu Ekonomi
merupakan proses kelangsungan hidup dan
Konvensional, teori produksi dimaksudkan
peradaban manusia serta bumi itu sendiri.
untuk memberikan pemahaman tentang
Penulisan artikel ini bertujuan untuk
perilaku di perusahaan. Kegiatan mengolah
memahami dan menjelaskan pasar faktor
bahan mentah menjadi barang jadi
produksi/faktor input dalam perspektif
merupakan bagian dari produksi. faktor lain
ekonomi mikro konvensional dan Islam; dan
sangat dibutuhkan dalam mengolah bahan
mengidentifikasi serta mengaplikasikan
baku seperti modal, tenaga kerja, dan
berbagai alternatif kebijakan dalam mengelola
teknologi. Dalam Al-Qur'an telah jelas
pasar faktor produksi/faktor input.
menggunakan konsep produksi barang dalam
arti yang lebih luas. Yakni Al-Qur'an telah
METODE
menekankan pada manfaat barang yang
diproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Teknik deskripif yang
Menurut Chapra (2000) bahwa
memenuhi kebutuhan pokok setiap individu digunakan adalah studi kepustakaan.
dan menjamin setiap orang mempunyai Sedangkan studi kepustakaan menurut Nazir
(2003) adalah teknik pengumpulan data
standar hidup manusiawi, terhormat dan
dengan mengadakan studi penelaahan
sesuai dengan martabat manusia sebagai
terhadap buku-buku, literatur-literatur,
khalifah. Tidak terpenuhinya kebutuhan
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
maka dapat menimbulkan masalah mendasar
hubungannya dengan masalah yang
bagi manusia. Oleh sebab itu, setiap muslim
dipecahkan. Penelitian ini juga untuk
juga harus berusaha meningkatkan
menelaah sumber-sumber tertulis seperti
pendapatan agar menjadi mustahiq yang
jurnal ilmiah, buku referensi, literature, dan
dapat membantu kaum lemah dan melalui
lain sebagainya yang berhubungan dengan
pembayaran zakat, infaq, sedeqah dan wakaf.
obyek penelitian. Adapun obyek kajian dalam
Konsep produksi pada Perspektif penelitian ini adalah pasar faktor
Ekonomi Islam tidak hanya memikirkan
orang ataupun lembaga lain dan digunakan Pasar Faktor Produksi/Faktor Input
sebagai modal dapat mengatasi kekurangan dalam Perspektif Ekonomi Mikro Islam
modal produksi dengan catatan sistem dan alternatif kebijakan dalam mengelola
pinjaman yang digunakan tidak boleh Pasar Faktor Produksi/Faktor Input.
mengandung unsur riba ataupun menyalahi Faktor-faktor produksi menurut
aturan syariat Islam, semakin maju pandangan dunia Islam terdiri dari aspek-
perekonomian maka akan semakin banyak aspek yang mirip dengan pandangan dunia
transaksi yang dilakukan dengan cara kredit. sekuler dengan perbedaan yang signifikan
Dengan demikian pengertian modal pada setiap aspek. Faktor produksi tersebut
pinjaman adalah proses mendapatkan uang adalah tanah, tenaga kerja, modal, dan
(daya beli) yang bersumber dari pinjaman. pengatur / pengusaha (Pramanik, 1995)
Faktor Manajemen Faktor Tanah
Manajemen merupakan ilmu dan seni Mengenai tanah sebagai faktor
mengatur proses pemanfaatan sumberdaya produksi, Pramanik mengemukakan karena
manusia dan sumber-sumber lainnya secara sebagai bagian dari bumi ini, tanah adalah
efektif dan efisien untuk mencapai suatu milik Tuhan dan tuan tanah tidak dapat
tujuan tertentu (Malayu S, 1997). Berdasarkan memungut biaya sewa apapun, kecuali
fungsi manajemen berupa perencanaan, pemilik tanah sebagai faktor meletakkan
pengorganisasian, pengarahan dan modal dan tenaga kerjanya di atas tanah
pengawasan, manajemen berarti proses tersebut. Selain itu, tuan tanah bisa mencari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan Mudharabah (jual) kontrak atau kontrak bagi
dan pengawasan sumber daya finansial, hasil jika dia hanya dapat menempatkan
manusia dan informasi suatu perusahaan modal tetapi tidak memiliki tenaga kerja
untuk mencapai sasarannya. Tanpa adanya sendiri. Oleh karena itu, bagi hasil tidak
manajemen yang baik, semua faktor produksi dianjurkan dalam Islam. Tidak seperti
tidak akan menghasilkan profit yang pandangan dunia sekuler, tuan tanah
maksimal karena semua faktor produksi kehilangan hak atas tanahnya meskipun
tersebut memerlukan pengaturan melalui diperoleh secara sah karena tidak
proses manajerial yang baik. Proses menggunakan tanah selama tiga tahun
manajerial memerlukan keahlian khusus yakni berturut-turut.
keterampilan manajerial (managerial skill) yang Disepakati bahwa jalan terbaik bagi
terdiri dari dua aspek yaitu: seseorang yang memiliki tanah melebihi
Keterampilan untuk mengatur, apa yang dia sendiri gunakan adalah
keterampilan untuk mengatur adalah suatu memberikannya kepada saudara lelakinya
keterampilan yang mana seorang manajer yang tidak memiliki tanah untuk ditanami
harus mampu melakukan pengaturan, secara gratis. Namun, jika sewa akan
pengelolaan atau mampu menciptakan atau diambil, tidak ada konsensus mengenai
menghasilkan aturan-aturan ataupun konsep- bentuknya. Beberapa hanya mengizinkan
konsep baru bagi pengembangan serta sewa tunai, beberapa hanya bagi hasil yaitu
pembangunan perusahaan yang dikelolanya. muzara'ah dan masih ada orang lain yang
Keterampilan untuk memimpin, merupakan mengizinkan keduanya. Pada
kemampuan untuk menggerakkan agar keseimbangan, bagi hasil dianggap sebagai
rencana yang telah dibuat dapat berjalan dan yang terbaik. Karena hasil budidaya tidak
terkendali sehingga tujuan yang tertera dalam pasti, ditentukan sebelumnya, sewa absolut
rencana betul-betul dapat terealisasikan. mungkin hanya semacam tulang rusuk
Aktivitas seorang pemimpin hendaknya (Hasan, 1992).
memiliki lima unsur pokok yakni mendalami Selain itu, Akhtar menjelaskan
suatu konsep, menyampaikan konsep, Islam hanya mengakui penciptaan utilitas
memberikan motivasi, mengarahkan atau itu, yang dapat memaksimalkan
memerintahkan serta mengawasi, mengontrol kesejahteraan ekonomi masyarakat, yang
ataupun mengendalikan. memperhatikan prinsip-prinsip dasar etika
kemaslahatan orang banyak, selamat dunia terjemahan oleh Akhmad khrom dan
dan akhirat. Karena yang kita lakukan di Dimyauddin. Jakarta: Zikrul Hakim.
dunia ini akan diminta Nasution, M.E., dkk. (2006). Pengantar
pertanggungjawabannya. Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Dengan adanya penulisan makalah Kencana Prenada Media Grup.
mengenai faktor input/faktor produksi ini, Pramanik, AH (1995). Islamisasi Ekonomi. [
saya berharap produsen ataupun pengusaha tidak diterbitkan.
yang menghasilkan produk tidak hanya Qardhawi, Y. (1997). Norma dan Etika dalam
memikirkan keuntungan duniawi saja tetapi Ekonomi Islam. Gema Insani Press,
juga memikirkan keberkahan dan Jakarta. Cet 1.
kemaslahatan bagi orang banyak, selamat Reksohadiprodjo, Sukanto, Gitosudarmo, I.
dunia dan akhirat. (1995). Manajemen Produksi dan
Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta:
REFERENSI BPFE.
Akhtar, W. (1992). Ekonomi dalam Hukum
Islam. Kitab Bhavan, NewDelhi,
India.
Beik, IS (2013). Peran Ekonomi Zakat dalam
Mengurangi Kemiskinan dan Ketimpangan
Pendapatan: A Studi Kasus di Provinsi
DKI Jakarta, Indonesia. LAP Lambert
Academic Publishing, Jerman.
Chapra, M.U. (2000). Islam dan Tantangan
Ekonomi, alih bahasa Ikhwan Abidin
Basri. Jakarta: Gema Insani Press,
Tazkiah Institute.
Chrisna H, Efrizah D, Hernawaty. (2020).
Faktor produksi dilihat dari
perspektif ekonomi islam dan
konvensional. Jurnal Riset dan Review
Internasional, 7(5), 348-356.
Effendy, H. M. (1996). Ekonomi Islam Suatu
Pendekatan Berdasarkan Ajaran Qur’an
dan Hadis, cet.1. Palembang: Al-
Mukhtar.
Hasan, Z. (1992). Profit Maximization:
Secular versus Islamic”, dalam Sayyid
Tahir, Aidit Ghazali dan Syed Omar
Syed Agil, Reading in Microeconomics
An Islamic Perspective, Malaysia:
Longman.
Hasibuan, M., S., P. (1997). Manajemen Sumber
Daya Manusia, Dasar dan Kunci
Keberhasilan. Bandung.
Kahf, M. (1995). The Islamic Economy:
Analytical of the Functioning of the Islamic
Economic System. Plainfield, Ind.:
Muslim Students Association of US
and Canada.
Marathon, S., S. (2004). Ekonomi Islam Di
Tengah Krisis Ekonomi Global,