Anda di halaman 1dari 12

Surur – Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun

Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun


Perspektif Maqashid Al Syari’ah

Miftahus Surur
sururi.anfusina@gmail.com
Universitas Ibrahimy, Situbondo

Abstract: Imam al Ghazali and Ibn Khaldun explained that the theory of
production should be done by every human being because producing was a
basic human need in general that becomes worship. Thus how imam al
Ghazali and Ibn Khaldun view the theory of production and how Maqashid al
shari'ah views the theory of production concerning the varying level of human
needs. This research used a qualitative descriptive method with library
research typed, by doing documentation as a method of data collection and to
find a supporting data source in this writing. The documentation was
analyzed using content analysis methods and interpretation of the data source
which had obtained. Through this method, researchers can conclude that
imam al Ghazali and Ibn Khaldun's view of production theory was very
appropriated with the concept of Maqashid al shari'ah, where the main
purpose of production was to produce goods needed to be sold to consumers
in need, it is in term of al Rawaj or al Tabadul in the concept of Maqashid al
shari'ah.
Keywords: production theory, al Ghazali, ibn Khaldun, maqashid al shari'ah.

Abstrak: Imam al Ghazali dan Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa teori


produksi harus dilakukan oleh setiap manusia karena memproduksi
merupakan kebutuhan dasar manusia pada umumnya yang menjadi ibadah.
Demikianlah pandangan imam al Ghazali dan Ibn Khaldun terhadap teori
produksi dan bagaimana Maqashid al shari'ah memandang teori produksi
mengenai berbagai tingkat kebutuhan manusia. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan tipe penelitian pustaka, dengan
melakukan dokumentasi sebagai metode pengumpulan data dan mencari
sumber data pendukung dalam penulisan ini. Dokumentasi dianalisis
menggunakan metode analisis isi dan interpretasi sumber data yang
diperoleh. Melalui metode ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pandangan imam al Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang teori produksi sangat
sesuai dengan konsep Maqashid al syari'at, dimana tujuan utama produksi
adalah untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan untuk dijual kepada
konsumen yang membutuhkan. itu dalam istilah al Rawaj atau al Tabadul
dalam konsep Maqashid al shari'ah.
Kata Kunci: teori produksi, al ghazali, ibnu khaldun, maqashid al syari’ah.

12
DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307 Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
Volume 5, Nomor 1, April 2021

Pendahuluan Dalam literature ekonomi


konvensional, teori produksi bertujuan
Produksi merupakan kebutuhan untuk memberikan pemahaman tentang
dasar yang sangat prinsip untuk memenuhi perilaku perusahaan dalam membeli dan
kebutuhan dan menjaga keberlangsungan menggunakan pemasukan untuk produksi
hidup manusia di muka bumi. dan menjual produk. Teori produksi secara
Sesungguhnya produksi lahir dari proses sederhana menggambarkan tentang
penyatuan antara manusia dan alam hubungan antara tingkat produksi suatu
semesta. Allah SWT telah menetapkan barang dengan jumlah tenaga kerja yang
manusia sebagai khalifah (orang yang digunakan untuk menghasilkan berbagai
dipercaya dan diberi tanggung jawab) di tingkat produksi barang tersebut (Sukirno,
muka bumi. Bumi adalah medan dan lahan 2011).
untuk beraktivitas, sedangkan manusia Sedangkan dalam literatur ekonomi
adalah pengelolanya. Islam, seorang produsen tidak bertujuan
Dalam sistem perekonomian, mencari keuntungan, tetapi memperoleh
produksi merupakan pangkal mata rantai mashlahah. Ekpresi mashlahah dalam
perekonomian hingga berujung pada kegiatan produksi adalah keuntungan dan
konsumsi. Tanpa ada produksi niscaya tidak berkah sehingga produsen akan
akan pernah ada kegiatan perekonomian. menentukan kombinasi antara berkah dan
Apabila tingkat produksi menurun, maka keuntungan yang dapat memberikan
kegiatan perekonomian akan lesu. mashlahah secara maksimal. Jadi, tujuan
Dalam ilmu ekonomi, produksi dapat produsen bukan hanya laba semata ((P3EI),
diartikan sebagai kegiatan yang 2008).
menciptakan manfaat (utility) baik di masa Dalam teori ekonomi, secara umum
kini maupun di masa yang akan datang. ada tiga faktor produksi yang jumlahnya
Pembahasan tentang produksi dalam ilmu selalu tetap, yaitu modal, tanah dan
ekonomi konvensional hanya mengusung keahlian. Hanya tenaga kerja yang
maksimalisasi keuntungan sebagai motif dipandang sebagai faktor produksi yang
utama. Padahal masih banyak lagi motif selalu berubah-ubah jumlahnya (Rozalinda,
yang lain dari hanya sekedar meningkatkan 2014).
keuntungan. Meskipun pada dasarnya Islam Yang dimaksud dengan modal
tidak melarang motif semacam adalah barang-barang atau peralatan yang
memaksimalkan keuntungan duniawi dapat digunakan untuk melakukan proses
semata. Namun, Islam lebih mengutamakan produksi. Modal juga bisa berarti barang
keikhlasan dan balasan di akhirat kelak hasil produksi yang kemudian digunakan
(Nasution, Mustafa Edwin, 2015). untuk menghasilkan produk lain (Rozalinda,
Prinsip fundamental yang harus 2014). Seperti mesin jahit yang merupakan
selalu diperhatikan dalam setiap proses hasil produksi digunakan untuk
produksi adalah prinsip kesejahteraan menghasilkan pakaian.
ekonomi. kesejahteraan ekonomi tersebut Modal – berdasarkan sumbernya –
adalah bertambahnya pendapatan yang dapat dibagi menjadi dua yaitu modal
diakibatkan oleh peningkatan produksi dari sendiri dan modal asing. Modal sendiri
pemanfaatan sumber daya secara maksimal adalah modal yang berasal dari perusahaan
– baik sumber daya manusia maupun sendiri. Sedangkan modal asing adalah
sumber daya alam – dalam proses produksi modal yang berasal dari luar perusahaan,
(Rozalinda, 2014). pinjaman modal misalnya.

13
Surur – Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun

Modal juga dapat dibagi menjadi Ilmuwan Islam yang memberikan


modal konkrit dan modal abstrak perhatian sangat besar terhadap kajian
berdasarkan bentuknya. Modal konkrit tentang teori produksi adalah Imam al
adalah modal yang dapat dilihat secara Ghazali dan Ibnu Khaldun. Bahkan, Ibnu
nyata dalam proses produksi, seperti mesin, Khaldun dikatakan sebagai Bapak Ekonomi
gedung dan peralatan. Modal abstrak adalah sebagaimana judul sebuah karya ilmiyah
modal yang tidak memiliki bentuk nyata, yang ditulis oleh Muhammad Hilmi Murad,
tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan, “Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun” (1962). Dalam
seperti hak paten. karya itu, Ibnu Khaldun dibuktikan secara
Selain itu, modal juga dibagi menjadi ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu
dua berdasarkan pemiliknya, yaitu modal ekonomi secara empiris. Karya tersebut
individu dan modal masyarakat. Yang disampaikan di mesir pada tahun 1978 M
dimaksud modal masyarakat di sini adalah (Apridar, 2010).
modal yang dimiliki oleh pemerintah dan Imam al Ghazali – dalam kitab Ihya’
digunakan untuk kepentingan umum dalam Ulumiddin –menguraikan secara rinci
proses produksi, seperti jalan dan jembatan. faktor-faktor dan fungsi produksi dalam
Sedangkan berdasarkan sifatnya kehidupan manusia. Beliau menggambarkan
modal dibagi menjadi modal tetap dan berbagai macam aktivitas produksi di
modal lancar. Modal tetap adalah modal tengah-tengah masyarakat. Beliau juga
yang bisa digunakan berulang-ulang dalam mengklasifikasi beragam aktivitas produksi
beberapa kegiatan produksi, seperti mesin. tersebut berdasarkan kepentingan dan
Sedangkan modal lancar adalah modal yang kebutuhan sosial, yaitu: industri dasar
langsung habis sekali pakai dalam proses (produksi kebutuhan primer), aktivitas
produksi, seperti bahan baku produksi penyokong (penyedia segala sesuatu yang
(Rozalinda, 2014). dapat membantu industri dasar), dan
Sebenarnya, segala jenis input yang aktivitas komplementer (pelengkap dan
masuk ke dalam proses produksi untuk penyempurna kegiatan produksi (Karim,
menghasilkan output disebut faktor 2012).
produksi. Namun, ilmu ekonomi membatasi Beliau menitikberatkan perlunya ada
faktor produksi pada tiga golongan. kerja sama dan koordinasi dalam
Pertama, capital yang meliputi tanah, serangkaian proses dan kegiatan produksi.
gedung, mesin dan inventori. Kedua, Dalam uraiannya, beliau menfokuskan
material yang meliputi bahan baku produksi pembahasan pada aktivitas produksi yang
dan pendukungnya, seperti listrik dan air. sesuai dengan dasar-dasar etos kerja dalam
Ketiga, adalah tenaga kerja, yaitu manusia Islam (Karim, 2012).
(buruh) (Nasution, Mustafa Edwin, 2015). Bahkan, beliau menilai bahwa
Islam sangat mendorong umatnya bekerja untuk mencari kebutuhan ekonomi –
untuk berperan aktif dalam kegiatan termasuk aktivitas prouksi – merupakan
produksi, baik pertanian, perkebunan, bagian dari bentuk ibadah individu. Beliau
perikanan, perindustrian maupun memandang produksi barang-barang
perniagaan. Al Qur’an telah meletakkan kebutuhan primer masyarakat sebagai
landasan yang kuat terhadap produksi. ibadah kewajiban sosial (fardlu kifayah).
Allah SWT memerintahkan manusia agar Tidak jauh berbeda dengan Imam al
bekerja keras untuk mencari karunia-Nya Ghazali, menurut Ibnu Khaldun, produksi
agar mereka dapat melangsungkan hidup di adalah aktivitas manusia yang terlahir dari
muka bumi. tabiat dasar manusiawi. Karena manusia
adalah makhluk ekonomi yang selalu

14
DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307 Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
Volume 5, Nomor 1, April 2021

mencari penghidupan dan menempuh 2008). Selain itu, kegiatan produksi juga
berbagai macam jalan untuk memperoleh harus sejalan dengan syari’at Islam, misalnya
sarana-sarana kehidupan. Dengan kata lain, hanya memproduksi makanan dan
manusia harus melakukan kegiatan minuman yang halal. Di atas itu semua,
produksi guna mencapai kebutuhan dalam kegiatan ekonomi Islam lebih
hidupnya. mengutamakan keikhlasan dan balasan di
Beliau memandang bahwa faktor akhirat kelak.
utama produksi adalah tenaga kerja Rasulullah SAW sangat menjunjung
manusia. Tenaga kerja manusia sangat tinggi orang yang hidup mandiri, makan
penting untuk setiap akumulasi laba dan dari hasil jerih payah sendiri dan tidak
modal. Ibnu khaldun juga menegaskan bergantung kepada pemberian orang lain.
bahwa kegiatan produksi tidak dapat lepas Beliau justru menilai buruk orang yang
dari kegiatan sosial. Kegiatan produksi pun malas, pengangguran dan hanya bergantung
terlahir dari kebutuhan bersama dan pada kebaikan orang lain (Fauzia, Ika Yunia,
diorganisasikan secara sosial. 2015). Nabi Muhammad SAW bersabda:
Muhammad Abdul Mannan
mengemukakan bahwa prinsip fundamental ‫ َو َس ْعياا َعلَى‬, ‫استِ ْع َفافاا َع ِن ال َْم ْسأَل َِة‬
ْ ‫ب الدُّنْيَا َح ََلاًل‬ َ َ‫َم ْن طَل‬
ِ ِ
ُ‫ َوتَ َعطُّافا َعلَى َجا ِرِه لَ ِق َي هللاَ يَ ْوَم ال ِْقيَ َام ِة َوَو ْج ُهه‬, ‫عيَال ِه‬
yang harus selalu diperhatikan dalam proses
produksi adalah prinsip kesejahteraan
ekonomi. Keunikan konsep Islam mengenai ‫َكالْ َق َم ِر ل َْي لَ َة الْبَ ْد ِر‬
kesejahteraan ekonomi terletak pada “Barang siapa berusaha mencari
pertimbangan kesejahteraan umum yang kehidupan dunia dengan cara yang
menekankan persoalan moral, pendidikan, halal, menjaga diri dari meminta-
agama dan lainnya. Kesejahteraan ekonomi minta, bekerja untuk menafkahi
yang dimaksud beliau adalah bertambahnya keluarganya, berbuat baik kepada
pendapatan yang diakibatkan oleh tetangganya, maka ia akan bertemu
peningkatan produksi dari pemanfaatan dengan Allah dengan wajah (yang
sumber daya secara maksimal, baik sumber bersinar) bagaikan bulan purnama.”
daya manusia (SDM) maupun sumber daya (HR. Al Baihaqi)
alam (SDA) dalam proses produksi.
Perbaikan sistem produksi dalam Islam Contoh sederhananya, manusia
tidak hanya berarti peningkatan pendapatan butuh makan. Akan tetapi, manusia tidak
yang diukur dengan uang, tetapi juga dapat memproduksi makanan sendirian. Ia
perbaikan dalam memaksimalkan harus melakukan kerja sama dengan orang
pemenuhan kebutuhan manusia dengan lain dan menciptakan kehidupan sosial.
tetap memperhatikan tuntutan Islam dalam Setiap orang memiliki keahlian yang
konsumsi (Rozalinda, 2014). berbeda-beda. Dengan melakukan
Kegiatan produksi adalah respon spesialisasi tenaga kerja dalam sebuah kerja
dari kegiatan konsumsi. Dengan kata lain, sama, maka upaya manusia menjadi berlipat
kegiatan produksi dan konsumsi merupakan ganda dan menghasilkan tingkat
sebuah mata rantai yang saling berkaitan produktivitas yang tinggi.
satu sama lain. Oleh karena itu, kegiatan Banyak sekali pemikiran dan
produksi harus sejalan dengan kegiatan pandangan Imam al Ghazali dan Ibnu
konsumsi. Jika tidak, maka tentu saja Khaldun tentang ilmu ekonomi mikro –
kegiatan ekonomi tidak akan berhasil terutama dalam kaitannya dengan teori
mencapai tujuan yang diinginkan ((P3EI), produksi – yang belum tergali dan penting

15
Surur – Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun

sekali untuk dikaji dan diteliti. Apalagi pandangan Ibnu Khaldun tentang teori
keduanya merupakan ilmuwan Islam yang produksi. Di antara semua itu, ada beberapa
sangat terkemuka dan terjamin integritas poin yang menunjukkan bahwa Imam al
keilmuannya sekaligus rujukan umat Ghazali dan Ibnu Khaldun memiliki
manusia seluruh dunia dalam berbagai pandangan yang sama. Ada pula poin-poin
macam literatur disiplin keilmuan, baik ilmu dari pandangan Imam al Ghazali yang tidak
agama, filsafat, tasawuf, sosial, ekonomi dan dikemukakan oleh Ibnu Khaldun.
lain sebagainya. Sebaliknya, ada beberapa poin dari
pandangan Ibnu Khaldun yang tidak
disampaikan oleh Imam al Ghazali.
Metode Penelitian

Jenis metode yang digunakan dalam Kesamaan Pandangan


penelitian ini adalah metode penelitian Teori Produksi
kepustakaan. Penelitian ini memanfaatkan
perpustakaan untuk memperoleh data Menurut penulis ada lima kesamaan
penelitian dengan mengkaji berbagai macam antara pandangan Imam al Ghazali dan Ibnu
sumber data dari buku-buku yang relevan Khaldun tentang teori produksi. Pertama,
dengan fokus kajian tanpa memerlukan riset tentang produksi dalam pandangan Islam.
lapangan. Keduanya sepakat bahwa Islam sangat
Mestika Zed menuturkan bahwa ada mendorong umat manusia untuk aktif
empat ciri utama dalam metode penelitian melakukan kegiatan produksi guna
kepustakaan, yaitu: Pertama, penulis memenuhi kebutuhan hidup yang memang
berhadapan langsung dengan teks dan data merupakan tabiat dasar manusia. Allah SWT
tanpa memerlukan lapangan, saksi mata menciptakan manusia dengan sifat dasar
sebuah kejadian atau benda-benda lainnya. membutuhkan makan untuk dapat
Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. melangsungkan hidupnya. Oleh karena itu,
Ketiga, data pustaka adalah data sekunder, Allah SWT membekali manusia kemampuan
bukan data primer yang langsung diperoleh untuk memperoleh kebutuhan hidupnya.
dari saksi mata di lapangan. Keempat, Keduanya juga sepakat bahwa bekerja dan
kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh memproduksi untuk memenuhi kebutuhan
ruang dan waktu. primer merupakan bagian dari ibadah.
Setidaknya ada satu alasan mengapa Kedua ulama tersebut pun sama-sama
penulis menggunakan jenis penelitian mengutip beberapa ayat al Qur’an dan
kepustakaan sebagaimana yang juga hadits Nabi sebagai dasar kegiatan produksi
dituturkan Mestika Zed, yaitu: karena dalam Islam.
persoalan penelitian ini hanya bisa dijawab Sebagaimana teori ekonomi yang
melalui kajian pustaka, dan tidak mungkin mengatakan bahwa produksi adalah respon
data dalam penelitian ini diperoleh dari dari konsumsi, maka setiap kali ada
lapangan. kebutuhan konsumsi niscaya kebutuhan
akan produksi pun harus diadakan. Karena
Islam adalah agama yang bertujuan
Perbandingan Pandangan Imam mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya,
al Ghazali & Ibnu Khaldun maka, Islam sangat mendorong adanya
kegiatan produksi sebagai sarana untuk
Secara garis besar ada sembilan poin mewujudkan kemaslahatan tersebut.
pandangan Imam al Ghazali dan tujuh poin

16
DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307 Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
Volume 5, Nomor 1, April 2021

Kedua, tentang tujuan dan motif Keempat, tentang adanya proses dan
produksi. Imam al Ghazali dan Ibnu tahapan dalam produksi. Kedua ulama besar
Khaldun sepakat bahwa tujuan utama tersebut sepakat bahwa segala sesuatu pasti
produksi adalah untuk mencari rizki dan membutuhkan proses, termasuk kegiatan
karunia Allah SWT guna memenuhi produksi. Contohnya adalah proses
kebutuhan hidup. Terutama kebutuhan pembuatan makanan yang bermula dari
primer, seperti makanan. Tanpa makan tumbuh-tumbuhan yang diproduksi oleh
manusia tidak dapat bertahan hidup. industri pertanian. Kemudian diolah di
Dalam teori ekonomi pun secara pabrik pembuatan bahan makanan mentah,
umum adalah untuk mewujudkan seperti tepung. Akhirnya, diadon menjadi
pemenuhan kebutuhan hidup manusia, makanan siap saji, seperti roti.
sedangkan secara spesifik adalah untuk Dalam teori ekonomi, seluruh
meningkatkan kemaslahatan tersbut. rangkaian proses produksi dirumuskan
Namun, Imam al Ghazali dan Ibnu Khaldun dalam fungsi produski, yaitu tingkat
mengingatkan bahwa itu semua merupakan produksi suatu barang tergantung kepada
rizki dan karunia yang diberikan oleh Allah, jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam
bukan semata-mata hasil dari usaha dan kecanggihan teknologi yang digunakan.
manusia dalam kegiatan produksi belaka. Jumlah faktor produksi juga dapat
Jadi, tujuan produksi dan maqashid al mempengaruhi tingkat kecepatan proses
syari’ah tidak dapat dipisahkan, karena produksi. Misalnya, semakin canggih
tujuan produksi merupakan salah satu teknologi yang digunakan dalam kegiatan
tujuan syari’ah yang hendak dicapai untuk produksi, maka akan semakin cepat pula
kemaslahatan manusia dalam aspek proses produksi selesai dilakukan.
mu’amalah. Dulu orang membajak sawah secara
Ketiga, tentang faktor-faktor manual dengan sapi. Sedangkan zaman
produksi. Beliau berdua sepakat sekarang, membajak sawah dapat dilakukan
menempatkan alam semesta sebagai faktor secara otomatis dengan mesin yang mudah
produksi yang paling utama. Hal ini dijalankan. Prosesnya pun lebih cepat
dikarenakan, alam memang diciptakan oleh dibandingkan secara manual seperti zaman
Allah SWT sebagai bekal bagi manusia dulu.
dalam memenuhi segala kebutuhan Kelima, tentang adanya koordinasi
hidupnya, sebagaimana yang tertera dalam dan kerjasama dalam kegiatan produksi.
surat al A’raf ayat 10 dan al Baqarah ayat 29. Beliau berdua sepakat bahwa untuk
Secara teori, capital yang meliputi memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak
modal utama, tanah, bahan baku diakui bisa memperolehnya sendirian, karena
sebagai faktor utama kegiatan produksi. kemampuan manusia sangat terbatas.
Dalam maqashid al syari’ah, segala sesuatu di Manusia membutuhkan peran orang lain
muka bumi ini memang diciptakan untuk dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan.
kepentingan dan kebutuhan manusia. Keduanya mengakui adanya hubungan dan
Syari’ah Islam tidak pernah melarang keterkaitan dalam mata rantai aktivitas
pengolahan bumi dalam bentuk apapun produksi yang bermacam-macam. Satu
selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai aktivitas produksi sangat bergantung,
Islam. Jadi, jika tidak ada alam semesta dan menopang dan mempengaruhi aktivitas
seluruh isinya, maka tidak ada kegiatan produksi yang lain. Contohnya adalah
produksi yang dapat dijalankan. industri pertanian yang sangat bergantung

17
Surur – Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun

kepada industri besi dan kayu yang yaitu: tentang pentingnya peran manajemen
menghasilkan peralatan pertanian. dalam produksi dan tentang hubungan
Koordinasi dan kerjasama yang baik tingkat produksi dengan tingkat
tentu sangat dibutuhkan untuk terwujudnya kesejahteraan penduduk.
tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup Dalam teori ekonomi, sebuah
bersama. Tanpa ada koordinasi dan menejemen merupakan salah satu faktor
kerjasama yang baik, mustahil kebutuhan produksi. Tanpa menejemen, kegiatan
dapat terpenuhi. Apalagi kemampuan dan produksi tidak akan dapat berjalan.
bakat manusia berbeda-beda, sehingga Pengaturan, perencanaan, pengorganisasian,
dibutuhkan kerjasama dan tolong-menolong pengarahan dan evaluasi sangat dibutuhkan
untuk mewujudkan keharmonisan dalam dalam proses aktivitas produksi. Jika
kehidupan yang beragam ini. menejemen baik, maka kegiatan produksi
juga akan terlaksana dengan baik.
Secara teori, semakin tinggi tingkat
Perbedaan Pandangan produksi suatu negara, maka semakin tinggi
Teori Produksi pula tingkat pendapatan negara tersebut.
Hal itu dikarenakan dengan tingginya hasil
Pandangan-pandangan yang berbeda produsi suatu perusahaan, maka tinggi pula
dari kedua ilmuwan muslim tersebut dapat hasil yang diperoleh perusahaan tersebut.
dikelompokkan menjadi dua kelompok. Jika pendapatan negara tinggi dan disertai
Pertama, pandangan Imam al Ghazali yang penyaluran dana secara merata ke seluruh
tidak dikemukakan oleh Ibnu Khaldun. daerah, maka kesejahteraan penduduk akan
Bagian ini terdiri dari tiga poin, yaitu meningkat.
tentang hirearki atau tingkatan produksi
(industri primer, pendukung dan
komplementer), tentang adanya persaingan Tabel 4.01
dalam produksi, tentang macam dan bentuk
Kesamaan dan perbedaan pandangan
usaha yang direkomendasikan.
Imam al Ghazali dan Ibnu Khaldun
Adanya persaingan yang sehat dan
tentang Teori Produksi
sportif dalam produksi dapat membantu
peningkatan mutu dan kualitas hasil PERBEDAAN
produksi. Hal ini tentu juga akan KESAMA
No Imam Ibnu
AN
meningkatkan tujuan syari’ah dalam Ghazali Khaldun
meningkatkan mashlahah bagi umat manusia. Tentang Tentang Tentang
Semakin tinggi persaingan, maka semakin produksi hirearki pentingnya
tinggi pula tingkat kenaikan kualitas dalam atau peran
produksi. Karena antara satu produsen pandangan tingkatan manajemen
Islam produksi dalam
dengan produsen yang lain akan saling
1 (industri produksi
berlomba dalam memperbaiki kualitas
primer,
produksinya. Jika persaingan tidak ada,
pendukung
maka kualitas produksi akan tetap atau dan
bahkan mungkin akan menurun, karena komplemen
tidak ada dorongan untuk meningkatkan ter)
kualitas produksi. Tentang Tentang Tentang
Kedua, pandangan Ibnu Khaldun tujuan dan adanya hubungan
yang tidak disampaikan oleh Imam al 2 motif persaingan tingkat
Ghazali. Bagian ini hanya ada dua poin, produksi dalam produksi
produksi dengan

18
DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307 Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
Volume 5, Nomor 1, April 2021

tingkat kelompok. Pertama, pandangan Imam al


kesejahtera Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang teori
an produksi perspektif maqashid al syari’ah.
penduduk Kedua, pandangan Imam al Ghazali tentang
Tentang Tentang
teori produksi perspektif maqashid al syari’ah.
faktor- macam dan
Ketiga, pandangan Ibnu Khaldun tentang
faktor bentuk
3 teori produksi perspektif maqashid al syari’ah.
produksi usaha yang
direkomen
dasikan
Tentang Pandangan Imam al Ghazali dan Ibnu
adanya Khaldun tentang teori produksi
proses dan perspektif maqashid
4
tahapan al syari’ah
dalam
produksi Pandangan Imam al Ghazali dan
Tentang
Ibnu Khaldun tentang motif dan tujuan
adanya
utama produksi sangat sejalan dengan
koordinasi
dan tujuan al rawaj dan al tabadul. Maksudnya,
5 tujuan produksi adalah untuk memperoleh
kerjasama
dalam keuntungan dengan cara tukar-menukar
kegiatan antara produsen yang menghasilkan barang
produksi dan jasa dengan konsumen yang akan
memanfaatkan barang dan jasa tersebut.
Tujuan al rawaj dan al tabadul sangat
Analisis Teori Produksi Menurut bergantung pada adanya kegiatan produksi.
Pandangan Imam al Ghazali dan Dengan kata lain, jika tidak ada produksi,
Ibnu Khaldun perspektif maka tujuan memperoleh keuntungan
Maqashid al syari’ah dalam ekonomi (al rawaj) atau al tabadul
tidak akan terlaksana. Jika demikian yang
Sebagaimana yang telah disebutkan terjadi, maka salah satu tujuan dari syari’ah
dalam Bab II, maqashid al syari’ah yang berarti tidak terwujud.
khusus berkaitan dengan masalah Tujuan lain dari produksi adalah
mu’amalah meliputi tujuan memperoleh untuk menetapkan hak kepemilikan
keuntungan dengan cara tukar menukar produsen terhadap barang dan jasa yang
harta (al rawaj atau al tabadul), tujuan dalam dihasilkannya. Hal ini yang disebut dengan
kejelasan harta dan bentuk transaksi (al tujuan al tsabat dalam maqashid al syari’ah.
wudluh), tujuan melindungi harta (al hifdzu), Jika tidak ada kegiatan produksi yang
tujuan menetapkan hak kepemilikan dilakukan, maka tujuan al tsabat tidak akan
terhadap harta (al tsabat) dan tujuan terwujud.
mewujudkan keadilan dan mencegah Di sisi lain, tujuan utama produksi
kedzaliman dalam memperoleh harta (al adalah untuk melindungi harta produsen (al
‘adl). hifdz). Hal ini dipandang dari sisi bahwa
Berdasarkan kelima tujuan tersebut, produsen mengelola dan mengolah hartanya
setiap poin pandangan Imam al Ghazali dan menjadi barang yang memiliki nilai manfaat
Ibnu Khaldun tentang teori produksi akan (utility) bagi konsumen atau menjadi barang
dikaji dan dianalisis. Pembahasan berikut ini yang dapat disimpan secara dinamis
akan dikelompokkan ke dalam tiga

19
Surur – Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun

(iddikhor). Selain itu, sisi kemampuan yang mereka miliki, mereka tidak akan
produsen untuk mendayagunakan harta merasa terdiskriminasi dan terkucilkan.
antara pemasukan dan pengeluaran juga Secara teori semakin banyak tenaga
termasuk dalam kategori melindungi harta kerja yang digunakan, maka semakin
sebagaimana yang telah dipaparkan di Bab banyak pula produksi yang dapat
II. dihasilkan. Hal ini karena tenaga kerja
Jadi, jika tidak ada kegiatan merupakan faktor produksi yang sangat
produksi, maka tujuan untuk mengolah mempengaruhi tingkat kecepatan dan
barang menjadi lebih bernilai dan lebih kuantitas hasil produski. Namun, pada titik
bermanfaat tidak akan terwujud. Seperti tertentu penambahan jumlah tenaga kerja
menjadikan kayu menjadi meja, kapas justru dapat menyebabkan penurunan
menjadi kain, aluminium menjadi sendok, kualitas dan kuantitas hasil produksi
tanah liat menjadi kendi dan lain marjinal sebagaimana teori “hukum hasil
sebagainya. Semua itu adalah tujuan al hifdz lebih yang berkurang”.
(menjaga nilai harta) yang hanya dapat
dilakukan dengan melakukan kegiatan
produksi. Pandangan Imam al Ghazali tentang
Pandangan beliau berdua tentang teori produksi perspektif
adanya proses dan tahapan dalam produksi maqashid al syari’ah
juga sesuai dengan tujuan al rawaj dan al
tabadul. Untuk mencapai tujuan ini, tentu Pandangan Imam al Ghazali tentang
saja seorang produsen membutuhkan proses pentingnya menjaga persaingan dalam
yang panjang untuk memproduksi suatu kegiatan produksi dengan sikap yang jujur
barang atau jasa yang dibutuhkan sesuai dan sportif bertujuan mewujudkan keadilan
dengan keinginan dan selera konsumen. (al ‘adl) dan mencegah kedzaliman.
Sehingga konsumen tertarik untuk Dengan adanya kesadaran akan
mengkonsumsi barang dan jasa yang telah sikap adil, jujur dan sportif, persaingan yang
diproduksi oleh produsen tersebut. Dengan sehat justru akan menjadi motivasi agar
demikian, terwujudlah tujuan al tabadul. seorang produsen menghasilkan barang dan
Pandangan beliau berdua tentang jasa dengan kualitas terbaik, juga
pentingnya kerjasama dan koordinasi dalam mendorongnya untuk terus berusaha
kegiatan produksi – dengan pembagian memperbaiki hasil produksinya. Jika tidak
kerja sesuai dengan kemampuan dan bakat ada persaingan dalam kegiatan produksi,
yang dimiliki – tampak jelas bertujuan untuk maka hasil produksi tidak akan pernah
mewujudkan keadilan (al a’dl) dan mengalami peningkatan kualitas, karena
mencegah kedzaliman dalam memenuhi tidak ada motif yang dapat mendorong
kebutuhan hidup. untuk melakukan hal tersebut.
Karena dengan cara kerjasama dan Hirearki atau tingkatan kebutuhan
spesialisasi kerja, setiap orang terdorong yang disebutkan Imam al Ghazali sejalan
untuk saling menolong, membantu, dengan teori kemaslahatan Imam al Syathibi
menopang serta menyadari akan tanggung dalam maqashid al syari’ah. Secara teori,
jawab mereka masing-masing. Semua orang kemaslahatan yang hendak dicapai oleh
memiliki hak sesuai dengan besar-kecilnya syari’at ada tiga tingkatan. Pertama,
tanggung jawab yang ia pikul. Dengan mashlahah dlaruriyah (kemaslahatan primer).
menempatkan setiap orang pada bidang Kedua, mashlahah hajiyah (kemaslahatan
kerja sesuai dengan bakat dan kemampuan sekunder). Ketiga, mashlahah tahsiniyah
(kemaslahatan tersier).

20
DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307 Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
Volume 5, Nomor 1, April 2021

Jadi, pemenuhan kebutuhan harus yang dipergunakan dalam produksi pun


diukur sesuai dengan skala prioritasnya. harus jelas halalnya, jumlahnya, prosentase
Perlu ada pemilihan dan pemilahan antara untung-ruginya, sumber pemerolehannya
kebutuhan yang perlu diprioritaskan untuk dan jelas arah pendayagunaannya. Oleh
dipenuhi terlebih dahulu dan kebutuhan karena itu, beliau memeperingatkan agar
yang dapat ditunda pemenuhannya. Seperti seorang produsen berhati-hati dalam
seseorang memiliki uang Rp 100.000. Pada memilih jenis barang yang akan diproduksi.
saat yang bersamaan ia membutuhkannya Beliau juga memaparkan beberapa jenis
guna membeli bahan makanan untuk hari industri yang biasa digeluti oleh ulama salaf.
itu dan sekaligus untuk mengganti ban Islam melindungi semua pihak yang
sepeda motor yang rusak. Namun, uang melakukan transaksi dari kerugian. Islam
tersebut tidak cukup untuk memenuhi tidak ingin salah satu pihak merasa
semua kebutuhan secara bersamaan. dirugikan. Berdasarkan hal ini, al wudluh
Dengan demikian, skala prioritas (kejelasan) menjadi tujuan utama dalam
perlu digunakan untuk mengukur tingkat kegiatan ekonomi Islam. Jika manusia
urgensitas kebutuhan tersebut. Kebutuhan sembarangan dalam melakukan transaksi
primer tentu harus diprioritaskan tanpa memandang aturan, nilai, norma dan
dibandingkan kebutuhan sekunder. etika, maka tujuan al wudluh akan terabaikan
Kebutuhan sekunder lebih diutamakan dan banyak pihak akan merasa dirugikan
daripada kebutuhan tersier. Berdasarkan dalam bertransaksi karena spekulasi marak
contoh di atas, maka kebutuhan makan pada terjadi.
hari itu harus diprioritaskan daripada
kebutuhan mengganti ban sepeda motor.
Karena kebutuhan makan pada hari itu tidak Pandangan Ibnu Khaldun tentang
dapat ditunda dan tidak dapat digantikan teori produksi perspektif
dengan apapun, sedangkan fungsi sepeda maqashid al syari’ah
motor dapat diganti dengan naik angkutan
umum untuk sementara waktu. Pandangan Ibnu Khaldun tentang
Jika kebutuhan primer tidak pentingnya manajemen dalam kegiatan
langsung dipenuhi, maka kelangsungan produksi sangat sesuai dengan tujuan untuk
hidup akan terancam. Jika pemenuhan mewujudkan keadilan (al ‘adl) dan
kebutuhan tidak menggunakan skala mencegah kedzaliman.
prioritas, maka banyak kebutuhan pokok Hal itu disebabkan karena dengan
yang akan terabaikan. Jika seseorang terlalu adanya kepemimpinan, pengaturan,
sibuk mengurusi kebutuhan sekunder dan pengarahan, perencanaan, pengawasan dan
tersiernya, maka kebutuhan primer tidak evaluasi, kegiatan produksi akan berjalan
akan dapat dipenuhi dengan sempurna. dengan baik. Setiap orang akan berusaha
Pandangan beliau tentang urgennya semaksimal mungkin untuk melaksanakan
memperhatikan jenis pekerjaan dan bentuk tugas yang diembannya dengan baik. Semua
produksi yang akan digeluti menunjukkan orang akan saling tolong-menolong di
perhatian beliau terhadap tujuan al wudluh, bawah satu komando dari seorang
yaitu tujuan kejelasan dalam harta dan manajemen. Tanpa manajemen, proses
bentuk transaksi. kegiatan produksi akan kacau-balau.
Transaksi yang dilakukan tidak boleh Masing-masing pihak akan saling
mengandung unsur spekulasi, riba, menyenggol, saling menyalahkan, bahkan
perjudian, penipuan dan kedzaliman. Harta saling menjatuhkan.

21
Surur – Teori Produksi Imam Al Ghazali & Ibnu Khaldun

Jadi, persatuan dan kesatuan di bagian dari ibadah. Kedua, tujuan utama
bawah satu pimpinan adalah kunci utama produksi adalah untuk mencari rizki dan
kesuksesan sebuah kegiatan produksi. karunia Allah SWT untuk memenuhi
Wawasan tentang menejemen dan organisasi kebutuhan hidup. Ketiga, imam al Ghazali
wajib dimiliki oleh seorang pemimpin dan Ibnu Khaldun sama-sama
perusahaan produksi (produsen). Jika tidak menempatkan alam semesta (SDA) sebagai
ada menejemen yang baik, maka kegiatan faktor produksi yang paling utama. Ketiga,
produksi juga tidak akan terlaksana dengan kegiatan produksi membutuhkan proses dan
baik. tahapan. Keempat, kegiatan produksi
Demikian pula pandangan beliau meniscayakan adanya kerjasama. Kelima,
tentang hubungan tingkat produksi dengan adanya keterkaitan antara satu kegiatan
tingkat kesejahteraan penduduk. Hal ini produksi dengan kegiatan produksi yang
juga bertujuan mewujudkan keadilan (al lain.
‘adl) dalam tingkat perekonomian Perbedaan antara pandangan Imam
masyarakat. Karena tingkat kesejahteraan al Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang teori
penduduk sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi terdiri dari dua bagian utama.
perekonomian di daerah mereka. Kemudian Pertama, pandangan Imam al Ghazali yang
tingkat perekonomian suatu daerah sangat tidak dikemukakan oleh Ibnu Khaldun ada
bergantung pada tingkat produksi di daerah tiga poin, yaitu tentang hirearki atau
tersebut. tingkatan produksi, tentang adanya
Jadi, semakin besar produksi yang persaingan dalam produksi, dan tentang
dihasilkan, maka semakin tinggi pula jenis usaha yang direkomendasikan. Kedua,
tingkat kemakmuran suatu daerah. Ini tentu pandangan Ibnu Khaldun yang tidak
saja tujuan ekonomi Islam dalam disampaikan oleh Imam al Ghazali hanya
mewujudkan keadilan dan mencegah ada dua poin, yaitu: tentang pentingnya
kedzaliman dalam memenuhi kebutuhan peran manajemen dalam kegiatan produksi
hidup. Logikanya, semakin tinggi tingkat dan tentang hubungan tingkat produksi
kesejahteraan ekonomi penduduk, maka dengan tingkat kesejahteraan penduduk.
semakin tinggi pula tingkat keadilan dapat Ditinjau dari perspektif maqashid al
terwujud dan kecil sekali kemungkinan syari’ah, pandangan Imam al Ghazali dan
terjadinya kedzaliman. Ketika kebutuhan Ibnu Khaldun tentang teori produksi sangat
hidup setiap orang telah terpenuhi dengan sejalan dengan tujuan-tujuan penerapan
merata, maka motif untuk berbuat hukum Islam dalam aspek mu’amalah.
kedzaliman menjadi berkurang. Karena Segala bentuk dan konsep teori produksi
motif kejahatan yang paling besar adalah yang dikemukakan oleh kedua ilmuwan ini
jeratan ekonomi. bertujuan mewujudkan al tabadul atau al
rawaj (tukar menukar), al hifdz (melindungi
harta dari kesia-siaan), al wudluh (kejelasan
Simpulan dalam transaksi), al tsabat (pengakuan
terhadap hak milik) dan al ‘adl
Kesamaan antara pandangan Imam (menciptakan keadilan dan mencegah
al Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang teori kedzaliman dalam sistem perekonomian).
produksi ada lima poin. Pertama, Islam Dengan demikian, kegiatan produksi
sangat mendorong umat manusia untuk merupakan kebutuhan dasar manusia secara
aktif melakukan kegiatan produksi guna naluri yang kemudian tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan bahwa mewujudkannya dilindungi dan dijaga oleh
memproduksi kebutuhan primer adalah nilai-nilai syari’ah Islam.

22
DOI: 10.35316/istidlal.v5i1.307 Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
Volume 5, Nomor 1, April 2021

Daftar Pustaka

(P3EI), P. P. dan P. E. I. (2008). Ekonomi Islam.


Rajagrafindo Persada.
Apridar. (2010). Teori Ekonomi Sejarah dan
Perkembangannya. Graha Ilmu.
Fauzia, Ika Yunia, A. K. R. (2015). Prinsip
Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid
al Syari’ah. Prenada Media Group.
Karim, A. A. (2012). Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam. Rajagrafindo Persada.
Nasution, M.E, dkk. (2015). Pengenalan
Eksklusif Ekonomi Islam. Kencana.
Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam Teori dan
Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.
Rajagrafindo Persada.
Sukirno, S. (2011). Mikro Ekonomi Teori
Pengantar. Rajagrafindo Persada.

23

Anda mungkin juga menyukai