net/publication/370953001
Kinerja Seismik Struktur Core Rangka Baja dan Link Pada Struktur Bangunan
Tinggi
CITATIONS READS
0 35
2 authors, including:
Muslinang Moestopo
Bandung Institute of Technology
44 PUBLICATIONS 71 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muslinang Moestopo on 23 May 2023.
Abstrak
Kebutuhan struktur core pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya berupa dinding geser beton
bertulang. Makalah ini berisi kajian numerik dari struktur core yang berupa rangka baja ganda yang
dihubungkan dengan balok perangkai dan link yang terbuat dari penampang baja, dimana link
dirancang sebagai elemen pendisipasi energi yang dapat diganti setelah terjadinya gempa. Kajian
dilakukan terhadap dua jenis struktur core rangka baja dari sebuah bangunan gedung berlantai 20
yang dirancang berdasarkan SNI 1726:2012, dengan variasi jenis link: link geser, link geser-lentur,
dan link lentur; sedangkan elemen selain link dirancang dengan desain kapasitas. Evaluasi kinerja
struktur core dilakukan dengan melakukan analisis non-linier statik push-over menggunakan
besaran parameter yang mengacu pada FEMA 356:2000. Kinerja seismik kedua jenis struktur core
dibandingkan pula dengan kinerja sistem struktur baja berpengaku eksentrik (EBF) pada bangunan
yang sama. Hasil kajian menunjukkan bahwa model struktur rangka baja ganda yang dihubungkan
dengan link geser memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal kekakuan elastik, kekakuan inelastik,
kekuatan, dan daktilitas, dibandingkan dengan struktur rangka baja ganda yang dihubungkan
dengan link lentur maupun link geser-lentur.
Kata kunci : struktur core, rangka baja ganda, link, kinerja seismik
_____________________________________________________________________________
1
KK Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
2
Pusat Rekayasa Industri, Institut Teknologi Bandung
3
Freelance Structural Engineer, lulusan Program Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
1. PENDAHULUAN
Struktur core pada bangunan tinggi umumnya berupa dinding geser terbuat dari beton
bertulang yang berfungsi memperkaku dan memperkuat struktur terhadap beban lateral
angin maupun beban gempa yang bersifat dinamik. Keberadaan balok perangkai yang
menghubungkan dinding geser pada daerah bukaan core direncanakan sebagai elemen
pendisipasi energi yang akan rusak akibat deformasi inelastik pada saat bangunan
mengalami gempa kuat. Struktur core dapat pula berupa rangka baja ganda berpengaku
(dengan bresing) yang dihubungkan dengan balok perangkai sebagai elemen pendisipasi
energi. Namun, seperti halnya pada struktur core beton bertulang, penggantian balok
perangkai yang rusak akibat gempa merupakan hal yang tidak mudah, yang dapat
mengganggu operasional bangunan, dan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Moestopo dkk (2017) mengkaji penggunaan gabungan balok perangkai dan link dari
bahan baja pada struktur core yang berupa rangka baja berpengaku, dimana elemen link
dirancang sebagai elemen pendisipasi energi yang akan mengalami deformasi inelastik
dan rusak akibat gempa kuat, namun dapat diganti dengan menghubungkannya dengan
balok perangkai melalui sambungan baut; sedangkan balok perangkai yang umumnya
berukuran cukup besar dirancang tidak rusak akibat gempa. Hasil kajian menunjukkan
kinerja link yang memenuhi ketentuan kinerja link menurut AISC pada Sistem Rangka Baja
Berpengaku Eksentrik (Eccentrically Braced Frame/EBF), sedangkan elemen balok
perangkai dan kolom masih tetap elastik untuk dapat dihubungkan kembali dengan mudah
setelah beberapa link yang rusak diganti dengan link baru.
Makalah ini membahas kinerja seismik dari dua jenis struktur core berupa rangka baja
ganda berpengaku yang dihubungkan dengan balok-perangkai (coupling beam) dan
elemen link yang dipasang di tengah bentang antara kedua rangka baja, dimana kajian
dilakukan terhadap variasi link: link geser, link menengah dan link lentur. Kinerja kedua
struktur core dibandingkan dengan kinerja sistem struktur EBF pada bangunan yang
sama.
Struktur core yang dikaji berupa struktur 2D yang terdiri dari dua buah rangka baja (rangka
baja ganda) dengan bresing, yang dihubungkan dengan balok perangkai (coupling beam)
dan elemen link di tengah bentang, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 dan 2. Struktur
core dianggap sebagai sistem struktur pemikul beban gempa, dimana disipasi energi
diharapkan terjadi pada elemen link melalui kelelehan geser atau lentur. Elemen bresing
dan kolom akan berfungsi memberi kekakuan dan kekuatan terhadap beban gempa yang
mengenai bangunan gedung. Struktur core akan dihubungkan dengan elemen struktur
Core
Perilaku seismik sistem struktur core seperti ini (dua buah rangka baja dengan bresing
yang dihubungkan dengan coupling beam dan link) memiliki kemiripan dengan sistem
rangka baja berpengaku eksentrik (Eccentrically Braced Frame/EBF), dimana elemen link
direncanakan sebagai pendisipasi energi yang diharapkan mengalami leleh karena geser
ataupun lentur, sementara elemen lainnya tetap elastik akibat beban gempa kuat yang
bekerja bolak-balik.
Secara umum panjang link mempengaruhi perilaku kelelehan, dan link diklasifikasikan
berdasarkan kelelehan, yaitu: link geser, link geser-lentur, dan link lentur. Dalam kajian
Hubungan antara momen lentur dan gaya geser dapat diformulasikan sebagai berikut:
Ma +Mb 2M
V= =
e e
2M
e=
V
Dari mekanisme distribusi gaya yang terjadi pada link, sendi plastis lentur akan terbentuk
bila momen ujung Ma dan Mb sudah mencapai momen plastis, Mp, sedangkan sendi
plastis geser akan terbentuk bila gaya geser, V sudah mencapai gaya geser plastis, Vp.
Kapasitas momen plastis dan geser plastis dapat dihitung sebagai berikut:
Mp = Fy × Z
Vp = τy × Alw = (0.6Fy) × (d-2tf)tw
Dari mekanisme pengembangan kelelehan pada link yang terbuat dari penampang WF,
kelelehan yang didominasi geser terjadi pada link pendek yaitu pada pelat badan
sepanjang link, sedangkan kelelehan yang didominasi lentur terjadi pada link panjang
yaitu pada pelat sayap di bagian ujung link. Berbagai hasil pengujian menunjukkan bahwa
link pendek yang kaku dapat mengembangkan kekuatan gesernya hingga mencapai
1.5Vp, sedangkan momen lentur dibatasi pengembangannya sampai dengan 1.2Mp untuk
menghindari regangan lentur tinggi yang dapat menyebabkan tekuk pada sayap. Panjang
maksimum link geser dimodifikasi menjadi (Kasai and Popov,1986):
2!1.2Mp " 1.6Mp
e = =
1.5Vp Vp
Dari mekanisme kelelehan yang ditunjukkan pada Gambar 5, link mengalami rotasi
inelastik, sebesar sudut rotasi γp, yaitu sudut antara ujung link dengan balok di luar link.
Besarnya sudut story drift plastis, θp, dapat diperkirakan secara konservatif, yaitu total
story drift dibagi dengan tinggi antar lantai, h.
AISC 341-10 memberikan batasan rotasi maksimum yang diijinkan untuk link geser
sebesar 0.08 rad dan panjang maksimum link, e = 1.6Mp/Vp. Sedangkan untuk link lentur
dibatasi sebesar 0.02 rad dan panjang minimum link, e = 2.6Mp/Vp, dengan pemodelan
kurva seperti terlihat pada Gambar 6.
Balok perangkai (coupling beam) dirancang sebagai balok lentur dengan desain kapasitas
untuk menjamin tidak akan terjadi kelelehan pada saat link mengalami leleh dan mencapai
strain-hardening. Besarnya momen lentur yang bekerja di coupling beam dihitung sebesar
gaya geser link dikalikan panjang coupling beam dan faktor kuat lebih Wcb = 1.5.
Seluruh elemen struktur core menggunakan baja mutu BJ-41 dengan Fy = 250 MPa dan
Fu = 410 Mpa, dan direncanakan dengan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI 1726:2012,
SNI 1729:2015 dan AISC 341-10. Struktur termasuk dalam Kategori Desain Seismik D
(KDS D), dan dirancang dengan faktor modifikasi respon, R = 6 dan R = 8, perbesaran
defleksi, Cd=5, dan faktor kuat lebih, W0=2. Kedua nilai R=6 dan R=-8 digunakan dalam
kajian mengingat kinerja jenis struktur core dianggap mendekati kinerja sistem struktur
EBF. Selanjutnya akan dianalisis 14 buah struktur core yang dibedakan menurut jenis
core, jenis link, dan nilai R, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Penamaan Model Struktur Core Menurut Model, Jenis Link, dan nilai R.
Model I Model II Model III
Geser Geser-lentur Lentur Geser Geser-Lentur Lentur Geser Lentur
I-S-6 I-I-6 I-F-6 II-S-6 II-I-6 II-F-6 - -
I-S-8 I-I-8 I-F-8 II-S-8 II-I-8 II-F-8 III-S-8 III-F-8
Pada studi ini elemen seismik yang dikaji adalah link, coupling beam, bresing, dan kolom.
Dalam analisis non-linier dengan push-over, elemen seismik dimodelkan menjadi bagian
elastis dan bagian yang akan mengalami leleh yang digambarkan sebagai sendi plastis.
Perilaku sendi plastis dimodelkan dengan membuat kurva backbone untuk setiap elemen
yang telah didesain. Parameter kurva backbone dan level perfomance atau acceptance
criteria untuk setiap elemen mengacu pada ketentuan pada FEMA 356:2000.
15
Lantai
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Rasio Tegangan
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8
I-F-6 I-F-8 II-S-6 II-S-8
II-I-6 II-I-8 II-F-6 II-F-8
III-S-8 III-F-8
10
8
6
4
2
0
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Simpangan (mm)
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8
I-F-6 I-F-8 II-S-6 II-S-8
II-I-6 II-I-8 II-F-6 II-F-8
III-S-8 III-F-8 Drift Ijin
(c)
Gambar 11 Rotasi Link
(a) Link Geser (b) Link Geser-Lentur (c) Link Lentur
Gambar 10 menunjukkan bahwa simpangan antar lantai dari struktur core Model I dan II
masih dibawah batas ijin (= 80 mm, atau 0.02 kali tinggi antar lantai), sedangkan Model III
menunjukkan simpangan yang sangat besar, melebihi batas ijin. Hal ini menunjukkan
kekakuan yang jauh lebih rendah pada Model III seperti ditunjukkan dengan perioda
ragam pertama yang cukup besar (lihat Tabel 3).
Gambar 11 menunjukkan bahwa besarnya rotasi link untuk seluruh struktur core Model I
dan Model II memenuhi persyaratan untuk rotasi link geser, link lentur, maupun link geser-
lentur, sedangkan rotasi link pada Model III tidak memenuhi persyaratan baik untuk link
geser (gp < 0.08 rad) maupun link lentur (gp < 0.02 rad).
Gambar 13 menunjukkan kurva kapasitas gaya geser dasar dan simpangan atap dari
seluruh model struktur core yang dikaji.
4000
3500
3000
Gaya Geser Dasar (kN)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Simpangan Atap (mm)
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8 I-F-6
I-F-8 II-S-6 II-S-8 II-I-6 II-I-8
II-F-6 II-F-8 III-S-8 III-F-8
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 13 dan Tabel 4, tampak jelas bahwa
struktur core Model-III yang berupa EBF murni, yaitu III-S-8 dan III-F-8, menunjukkan
kinerja yang rendah, baik dari segi kekakuan, kekuatan maupun tingkat kinerja. Hal ini
disebabkan karena efektifitas bresing EBF yang berkurang dengan besar sudut diagonal
yang menjauhi 45 derajat.
Selanjutnya, untuk struktur core dengan Model I dan Model II, dapat disampaikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Penurunan kekakuan struktur core yang dialami Model II akibat lelehnya elemen
link, cukup signifikan dibandingkan yang dialami oleh Model I, akibat
dihilangkannya kolom dasar pada struktur core.
2. Struktur core yang dirancang dengan menggunakan nilai R=8, yaitu I-S-8, I-F-8,
I-I-8, II-S-8, II-F-8 dan II-I-8 secara konsisten menunjukkan parameter kinerja R,
Cd, maupun W0 yang sedikit lebih baik daripada yang dirancang menggunakan nilai
R=6; namun perbedaannya tidak terlalu signifikan untuk satu jenis link yang sama.
5. KESIMPULAN
Dari kajian numerik teoritis yang telah dilakukan terhadap 14 model struktur core rangka
baja yang memiliki variasi geometri, jenis link, dan dirancang dengan faktor modifikasi
respon (R) berbeda, diperoleh kesimpulan bahwa jenis struktur core berupa dua buah
rangka baja berpengaku diagonal (bresing) yang dihubungkan dengan coupling beam dan
link menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem struktur baja
tahan gempa yang handal dan ekonomis.
6. DAFTAR PUSTAKA
American National Standard (2010): ANSI/AISC 341-10 - Seismic Provisions for Structural
Steel Buildings
American National Standard (2010): ANSI/AISC 360-10 – Specification for Structural Steel
Buildings
Applied Technology Council (1996): ATC-40 - Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete
Building Volume 1, Seismic Safety Commission State of California
Applied Technology Council (2009): FEMA P695 - Quantitification of Building Seismic
Performance Factor, Federal Emergency Management Agency
Badan Standarisasi Nasional (2012): SNI 1726-2012 – Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung
Badan Standarisasi Nasional (2013): SNI 1727-2013 – Beban minimum untuk
perancangan bangunan gedung dan struktur lain
Badan Standarisasi Nasional (2015): SNI 1729-2015 – Spesifikasi untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural
Bruneau, M., Uang C.M, Whittaker, A., (2011), Ductile Design of Steel Structures, Mc
Graw-Hill
Engelhardt, M.D. and Popov, E.P.(1992). Experimental Performance of Long Link in
Eccentricaly Braced Frames, Journal of Structural Engineering. Vol. 118, No. 11,
November.
Kasai, K. and Popov, E.P. (1986), General Behavior of WF Steel Shear Link Beams,
Journal of Structural Engineering Vol.112, No.2, pp.362-382.