Anda di halaman 1dari 15

Kinerja Seismik Struktur Core Rangka Baja dan Link

Pada Struktur Bangunan Tinggi


1,2 3
Muslinang Moestopo dan Adam Yunia Rohana

Abstrak

Kebutuhan struktur core pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya berupa dinding geser
beton bertulang. Makalah ini berisi kajian numerik dari struktur core yang berupa rangka baja
ganda yang dihubungkan dengan balok perangkai dan link yang terbuat dari penampang baja,
dimana link dirancang sebagai elemen pendisipasi energi yang dapat diganti setelah terjadinya
gempa. Kajian dilakukan terhadap dua jenis struktur core rangka baja dari sebuah bangunan
gedung berlantai 20 yang dirancang berdasarkan SNI 1726:2012, dengan variasi jenis link: link
geser, link geser-lentur, dan link lentur; sedangkan elemen selain link dirancang dengan desain
kapasitas. Evaluasi kinerja struktur core dilakukan dengan melakukan analisis non-linier statik
push-over menggunakan besaran parameter yang mengacu pada FEMA 356:2000. Kinerja
seismik kedua jenis struktur core dibandingkan pula dengan kinerja sistem struktur baja
berpengaku eksentrik (EBF) pada bangunan yang sama. Hasil kajian menunjukkan bahwa model
struktur rangka baja ganda yang dihubungkan dengan link geser memiliki kinerja yang lebih baik
dalam hal kekakuan elastik, kekakuan inelastik, kekuatan, dan daktilitas, dibandingkan dengan
struktur rangka baja ganda yang dihubungkan dengan link lentur maupun link geser-lentur.

Kata kunci : struktur core, rangka baja ganda, link, kinerja seismik

_____________________________________________________________________________
1
KK Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
2
Pusat Rekayasa Industri, Institut Teknologi Bandung
3
Freelance Structural Engineer, lulusan Program Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 1


Kinerja Seismik Struktur Core Rangka Baja dan Link
Pada Struktur Bangunan Tinggi
1,2 3
Muslinang Moestopo dan Adam Yunia Rohana

1. PENDAHULUAN
Struktur core pada bangunan tinggi umumnya berupa dinding geser terbuat dari beton
bertulang yang berfungsi memperkaku dan memperkuat struktur terhadap beban lateral
angin maupun beban gempa yang bersifat dinamik. Keberadaan balok perangkai yang
menghubungkan dinding geser pada daerah bukaan core direncanakan sebagai elemen
pendisipasi energi yang akan rusak akibat deformasi inelastik pada saat bangunan
mengalami gempa kuat. Struktur core dapat pula berupa rangka baja ganda berpengaku
(dengan bresing) yang dihubungkan dengan balok perangkai sebagai elemen
pendisipasi energi. Namun, seperti halnya pada struktur core beton bertulang,
penggantian balok perangkai yang rusak akibat gempa merupakan hal yang tidak
mudah, yang dapat mengganggu operasional bangunan, dan juga membutuhkan biaya
yang tidak sedikit.
Moestopo dkk (2017) mengkaji penggunaan gabungan balok perangkai dan link dari
bahan baja pada struktur core yang berupa rangka baja berpengaku, dimana elemen link
dirancang sebagai elemen pendisipasi energi yang akan mengalami deformasi inelastik
dan rusak akibat gempa kuat, namun dapat diganti dengan menghubungkannya dengan
balok perangkai melalui sambungan baut; sedangkan balok perangkai yang umumnya
berukuran cukup besar dirancang tidak rusak akibat gempa. Hasil kajian menunjukkan
kinerja link yang memenuhi ketentuan kinerja link menurut AISC pada Sistem Rangka
Baja Berpengaku Eksentrik (Eccentrically Braced Frame/EBF), sedangkan elemen balok
perangkai dan kolom masih tetap elastik untuk dapat dihubungkan kembali dengan
mudah setelah beberapa link yang rusak diganti dengan link baru.
Makalah ini membahas kinerja seismik dari dua jenis struktur core berupa rangka baja
ganda berpengaku yang dihubungkan dengan balok-perangkai (coupling beam) dan
elemen link yang dipasang di tengah bentang antara kedua rangka baja, dimana kajian
dilakukan terhadap variasi link: link geser, link menengah dan link lentur. Kinerja kedua
struktur core dibandingkan dengan kinerja sistem struktur EBF pada bangunan yang
sama.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 2


2. STRUKTUR CORE DAN PENDISIPASI ENERGI

Struktur core yang dikaji berupa struktur 2D yang terdiri dari dua buah rangka baja
(rangka baja ganda) dengan bresing, yang dihubungkan dengan balok perangkai
(coupling beam) dan elemen link di tengah bentang, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1
dan 2. Struktur core dianggap sebagai sistem struktur pemikul beban gempa, dimana
disipasi energi diharapkan terjadi pada elemen link melalui kelelehan geser atau lentur.
Elemen bresing dan kolom akan berfungsi memberi kekakuan dan kekuatan terhadap
beban gempa yang mengenai bangunan gedung. Struktur core akan dihubungkan
dengan elemen struktur lainnya di seluruh bangunan (balok dan kolom), dimana balok
dan kolom dihubungkan dengan sambungan geser, tanpa memikul momen lentur.

Core

Gambar 1 Sistem Struktur Core 2D.

Kolom Balok Coupling Beam Bresing


Link
Bea

Seminar dan Pameran HAKI 2018 3


Gambar 2 Elemen Struktur Core

Perilaku seismik sistem struktur core seperti ini (dua buah rangka baja dengan bresing
yang dihubungkan dengan coupling beam dan link) memiliki kemiripan dengan sistem
rangka baja berpengaku eksentrik (Eccentrically Braced Frame/EBF), dimana elemen
link direncanakan sebagai pendisipasi energi yang diharapkan mengalami leleh karena
geser ataupun lentur, sementara elemen lainnya tetap elastik akibat beban gempa kuat
yang bekerja bolak-balik.
Secara umum panjang link mempengaruhi perilaku kelelehan, dan link diklasifikasikan
berdasarkan kelelehan, yaitu: link geser, link geser-lentur, dan link lentur. Dalam kajian
ini, gaya aksial pada link diabaikan dan tidak mempengaruhi mekanisme gaya dalam
pada link.

Gambar 1 Diagram free body Link Beam (M. Bruneau, 2011)

Hubungan antara momen lentur dan gaya geser dapat diformulasikan sebagai berikut:
Ma +Mb 2M
V= =
e e
2M
e=
V
Dari mekanisme distribusi gaya yang terjadi pada link, sendi plastis lentur akan terbentuk
bila momen ujung Ma dan Mb sudah mencapai momen plastis, Mp, sedangkan sendi
plastis geser akan terbentuk bila gaya geser, V sudah mencapai gaya geser plastis, Vp.
Kapasitas momen plastis dan geser plastis dapat dihitung sebagai berikut:
Mp = Fy × Z
Vp = τy × Alw = (0.6Fy) × (d-2tf)tw
Dari mekanisme pengembangan kelelehan pada link yang terbuat dari penampang WF,
kelelehan yang didominasi geser terjadi pada link pendek yaitu pada pelat badan
sepanjang link, sedangkan kelelehan yang didominasi lentur terjadi pada link panjang
yaitu pada pelat sayap di bagian ujung link. Berbagai hasil pengujian menunjukkan
bahwa link pendek yang kaku dapat mengembangkan kekuatan gesernya hingga
mencapai 1.5Vp, sedangkan momen lentur dibatasi pengembangannya sampai dengan
1.2Mp untuk menghindari regangan lentur tinggi yang dapat menyebabkan tekuk pada
sayap. Panjang maksimum link geser dimodifikasi menjadi (Kasai and Popov,1986):
2(1.2Mp ) 1.6Mp
e = =
1.5Vp Vp

Seminar dan Pameran HAKI 2018 4


Gambar 2 Klasifikasi Link Beam (M. Bruneau, 2011)

Dari mekanisme kelelehan yang ditunjukkan pada Gambar 5, link mengalami rotasi
inelastik, sebesar sudut rotasi γp, yaitu sudut antara ujung link dengan balok di luar link.
Besarnya sudut story drift plastis, θp, dapat diperkirakan secara konservatif, yaitu total
story drift dibagi dengan tinggi antar lantai, h.
∆p Cd ∆e
θp = =
h h
L L Cd ∆e
γp = θp =
e e h

Gambar 3 Mekanisme Rotasi Link (Bruneau, 2011)

AISC 341-10 memberikan batasan rotasi maksimum yang diijinkan untuk link geser
sebesar 0.08 rad dan panjang maksimum link, e = 1.6Mp/Vp. Sedangkan untuk link lentur
dibatasi sebesar 0.02 rad dan panjang minimum link, e = 2.6Mp/Vp, dengan pemodelan
kurva seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 4 Rotasi Ijin Link (Bruneau, 2011)

Seminar dan Pameran HAKI 2018 5


Balok perangkai (coupling beam) dirancang sebagai balok lentur dengan desain
kapasitas untuk menjamin tidak akan terjadi kelelehan pada saat link mengalami leleh
dan mencapai strain-hardening. Besarnya momen lentur yang bekerja di coupling beam
dihitung sebesar gaya geser link dikalikan panjang coupling beam dan faktor kuat lebih
cb = 1.5.

Mu,cb = 𝑙cb Ry cb Vn ≤ 𝑏 𝑀𝑛


b = 0.90
Mn = Mp = Fy Z
Selanjutnya, balok, kolom, dan bresing pada struktur core dirancang dengan desain
kapasitas dengan memperhatikan besarnya gaya geser atau momen lentur yang
menentukan pada link, yaitu Vp untuk link geser, dan Mp untuk link lentur.
3. PEMODELAN STRUKTUR CORE
Kinerja struktur core dikaji melalui model struktur baja bangunan perkantoran berlantai
20 yang terletak di atas tanah lunak di wilayah Jakarta. Denah tipikal struktur ditunjukkan
dalam Gambar 7, dan analisis struktur hanya dilakukan pada elemen struktur core yang
berupa portal baja 2-D as 2, 3, 5 dan 6, dengan pembebanan gempa searah sumbu-X.
Selanjutnya, akan ditinjau 3 model struktur core yang berbeda seperti terlihat pada
Gambar 8.
Struktur core Model-I berupa struktur rangka baja seperti pada Gambar 1, Model-2
serupa dengan Model-1 dengan menghilangkan dua buah kolom dasar, sedangkan
Model-3 berupa struktur EBF murni. Ketiga model struktur-core memiliki panjang
bentang seperti terlihat pada Gambar 7, dengan tinggi antar lantai 4,00 meter. Untuk
setiap model akan dikaji penggunaan beberapa jenis link, yaitu link geser, link geser-
lentur, dan link lentur untuk Model-1 dan Model-2, serta link geser dan link lentur untuk
Model-3.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 6


Y

8.000 3 x 4.000 8.000

Gambar 5 Denah struktur bangunan

Seluruh elemen struktur core menggunakan baja mutu BJ-41 dengan Fy = 250 MPa dan
Fu = 410 Mpa, dan direncanakan dengan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI
1726:2012, SNI 1729:2015 dan AISC 341-10. Struktur termasuk dalam Kategori Desain
Seismik D (KDS D), dan dirancang dengan faktor modifikasi respon, R = 6 dan R = 8,
perbesaran defleksi, Cd=5, dan faktor kuat lebih, 0=2. Kedua nilai R=6 dan R=-8
digunakan dalam kajian mengingat kinerja jenis struktur core dianggap mendekati kinerja
sistem struktur EBF. Selanjutnya akan dianalisis 14 buah struktur core yang dibedakan
menurut jenis core, jenis link, dan nilai R, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 7


(a) Model I (b) Model II (c) Model III
Gambar 6 Geometri Model Struktur

Tabel 1 Penamaan Model Struktur Core Menurut Model, Jenis Link, dan nilai R.
Model I Model II Model III
Geser Geser-lentur Lentur Geser Geser-Lentur Lentur Geser Lentur
I-S-6 I-I-6 I-F-6 II-S-6 II-I-6 II-F-6 - -
I-S-8 I-I-8 I-F-8 II-S-8 II-I-8 II-F-8 III-S-8 III-F-8

Pada studi ini elemen seismik yang dikaji adalah link, coupling beam, bresing, dan
kolom. Dalam analisis non-linier dengan push-over, elemen seismik dimodelkan menjadi
bagian elastis dan bagian yang akan mengalami leleh yang digambarkan sebagai sendi
plastis. Perilaku sendi plastis dimodelkan dengan membuat kurva backbone untuk setiap
elemen yang telah didesain. Parameter kurva backbone dan level perfomance atau
acceptance criteria untuk setiap elemen mengacu pada ketentuan pada FEMA
356:2000.

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Desain Elemen Struktur Core
Hasil analisis struktur terhadap 14 model struktur core menghasilkan besaran gaya
geser dan momen lentur yang menentukan desain masing-masing elemen link. Elemen
coupling-beam, balok, bresing dan kolom dirancang dengan desain kapasitas terhadap
elemen link. Pengecekan terhadap stabilitas struktur dan syarat simpangan struktur
dilakukan sesuai dengan SNI 1726:2012.
Tabel 2 menyajikan dimensi profil baja hasil desain untuk masing-masing elemen
struktur core yang dirancang berdasarkan dimensi masing-masing elemen link. Untuk
keperluan membandingkan kinerja seluruh model struktur core, desain elemen link untuk
seluruh model secara teoritis ditentukan dengan rasio tegangan link yang relatif sama
untuk pada setiap lantai seperti ditunjukkan pada Gambar 9.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 8


Tabel 2 Dimensi Elemen Struktur Core – Profil Wide Flange atau H-Beam*)
Model Link Coupling Kolom Bresing
Beam
250.125 700.300 500.500 200.200
I-S-6
300.150 700.300 800.800 300.300
200.100 600.300 500.500 200.200
I-S-8
230.115 600.300 700.700 280.280
250.125 700.300 500.500 200.200
I-I-6
300.150 700.300 800.800 300.300
230.115 600.300 500.500 200.200
I-I-8
230.115 600.300 750.750 270.270
500.500 600.300 500.500 200.200
I-F-6
800.800 600.300 800.800 300.300
500.500 600.200 500.500 200.200
I-F-8
700.700 600.300 700.700 280.280
500.500 700.300 500.500 200.200
II-S-6
820.820 700.300 820.820 680.680
500.500 600.300 500.500 200.200
II-S-8
750.750 700.300 750.750 700.700
500.500 700.300 500.500 200.200
II-I-6
850.850 900.300 850.850 650.650
500.500 600.300 500.500 200.200
II-I-8
820.820 800.300 820.820 650.650
500.500 700.300 500.500 200.200
II-F-6
870.870 900.300 870.870 670.670
500.500 600.300 500.500 200.200
II-F-8
840.840 800.300 840.840 650.650
500.500 - 500.500 350.350
III-S-8
700.700 700.700 400.400
500.500 - 500.500 150.150
III-F-8
850.850 850.850 500.500
*)
Ditampilkan ukuran terkecil dan terbesar secara teoritis.

Rasio Tegangan Link


20

15
Lantai

10

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Rasio Tegangan
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8
I-F-6 I-F-8 II-S-6 II-S-8
II-I-6 II-I-8 II-F-6 II-F-8
III-S-8 III-F-8

Gambar 9 Rasio Tegangan Link

Seminar dan Pameran HAKI 2018 9


4.2 Kinerja Struktur Core
Tabel 3 menunjukkan perioda ragam pertama masing-masing model struktur core.
Gambar 10 menunjukkan simpangan antar lantai sedangkan Gambar 11 (a), (b), dan (c)
menunjukkan besarnya rotasi link pada setiap model struktur core menurut jenis link.

Tabel 3 Perioda Ragam Pertama Struktur Core

Model Struktur Core Perioda (detik)


I-S-6 2.497
I-S-8 2.711
I-I-6 2.554
I-I-8 2.815
I-F-6 2.915
I-F-8 3.216
II-S-6 2.416
II-S-8 2.712
II-I-6 2.460
II-I-8 2.740
II-F-6 2.762
II-F-8 3.100
III-S-8 6.011
III-F-8 6.047

Simpangan Antar Lantai


20
18
16
14
12
Lantai

10
8
6
4
2
0
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Simpangan (mm)
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8
I-F-6 I-F-8 II-S-6 II-S-8
II-I-6 II-I-8 II-F-6 II-F-8
III-S-8 III-F-8 Drift Ijin

Gambar 10 Simpangan Antar Lantai

Seminar dan Pameran HAKI 2018 10


(a) (b)

(c)
Gambar 11 Rotasi Link
(a) Link Geser (b) Link Geser-Lentur (c) Link Lentur

Gambar 10 menunjukkan bahwa simpangan antar lantai dari struktur core Model I dan II
masih dibawah batas ijin (= 80 mm, atau 0.02 kali tinggi antar lantai), sedangkan Model
III menunjukkan simpangan yang sangat besar, melebihi batas ijin. Hal ini menunjukkan
kekakuan yang jauh lebih rendah pada Model III seperti ditunjukkan dengan perioda
ragam pertama yang cukup besar (lihat Tabel 3).
Gambar 11 menunjukkan bahwa besarnya rotasi link untuk seluruh struktur core Model I
dan Model II memenuhi persyaratan untuk rotasi link geser, link lentur, maupun link
geser-lentur, sedangkan rotasi link pada Model III tidak memenuhi persyaratan baik
untuk link geser (p < 0.08 rad) maupun link lentur (p < 0.02 rad).

Seminar dan Pameran HAKI 2018 11


Hasil analisis push-over yang dilakukan terhadap seluruh model struktur core yang dikaji
menunjukkan bahwa plastifikasi pada seluruh model terjadi terpusat pada elemen link
sesuai dengan yang dirancang (lihat Gambar 12), sementara kondisi elemen lainnya
tidak menunjukkan terbentuknya sendi plastis. Hasil ini mengkonfirmasi desain
kapasitas yang telah dilakukan dalam perancangan.

(a) (b) (c)

Gambar 12 Plastifikasi pada Elemen Link


(a) Model I (b) Model II (c) Model III

Gambar 13 menunjukkan kurva kapasitas gaya geser dasar dan simpangan atap dari
seluruh model struktur core yang dikaji.

4000

3500

3000
Gaya Geser Dasar (kN)

2500

2000

1500

1000

500

0
0 200 400 600 800 1000 1200
Simpangan Atap (mm)
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8 I-F-6
I-F-8 II-S-6 II-S-8 II-I-6 II-I-8
II-F-6 II-F-8 III-S-8 III-F-8

Gambar 13 Kurva Hasil Push-Over

Seminar dan Pameran HAKI 2018 12


Dengan menggunakan metode capacity spectrum yang mengacu pada ATC-40,
ditentukan Performance Point untuk setiap model struktur core. Selanjutnya ditentukan
parameter kinerja seismik, yaitu faktor modifikasi struktur (R), nilai daktilitas (Cd), nilai
kuat lebih struktur (o) dan tingkat kinerja untuk masing-masing model struktur core,
seperti terlihat pada Tabel 4. Pada kajian ini, nilai R didekati dengan perbandingan gaya
geser dasar elastik, Ve, dan gaya geser dasar yang menyebabkan kelelehan pertama,
Vy. Untuk keperluan membandingkan kinerja seismik pada kajian ini, nilai Ve didapatkan
dengan menghitung luas di bawah kurva pushover sama dengan luas di bawah kurva
elastik.

Tabel 2 Parameter Kinerja dan Tingkat Kinerja Seismik


Model
Struktur R Cd  PP Drift Tingkat
Core
I-S-6 6.61 2.60 3.83 0.33% IO
I-S-8 7.04 3.39 3.75 0.39% IO
I-I-6 4.71 2.81 3.20 0.34% IO
I-I-8 7.34 3.71 4.36 0.39% IO
I-F-6 3.22 2.53 2.67 0.39% IO
I-F-8 3.37 3.35 2.79 0.45% IO
II-S-6 5.16 2.41 2.39 0.29% IO
II-S-8 5.67 3.04 2.45 0.32% IO
II-I-6 4.79 3.00 2.57 0.30% IO
II-I-8 4.92 4.02 2.69 0.35% IO
II-F-6 2.69 2.31 2.00 0.35% IO
II-F-8 2.82 2.84 2.07 0.40% IO
III-S-8 6.77 4.71 4.61 0.91% LS
III-F-8 4.05 3.66 2.64 0.75% LS

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 13 dan Tabel 4, tampak jelas bahwa
struktur core Model-III yang berupa EBF murni, yaitu III-S-8 dan III-F-8, menunjukkan
kinerja yang rendah, baik dari segi kekakuan, kekuatan maupun tingkat kinerja. Hal ini
disebabkan karena efektifitas bresing EBF yang berkurang dengan besar sudut diagonal
yang menjauhi 45 derajat.
Selanjutnya, untuk struktur core dengan Model I dan Model II, dapat disampaikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Penurunan kekakuan struktur core yang dialami Model II akibat lelehnya elemen
link, cukup signifikan dibandingkan yang dialami oleh Model I, akibat
dihilangkannya kolom dasar pada struktur core.
2. Struktur core yang dirancang dengan menggunakan nilai R=8, yaitu I-S-8, I-F-8,
I-I-8, II-S-8, II-F-8 dan II-I-8 secara konsisten menunjukkan parameter kinerja R,
Cd, maupun yang sedikit lebih baik daripada yang dirancang menggunakan

Seminar dan Pameran HAKI 2018 13


nilai R=6; namun perbedaannya tidak terlalu signifikan untuk satu jenis link yang
sama.
3. Variasi jenis dan panjang link untuk struktur core yang dirancang menggunakan
nilai R yang sama, tidak terlalu berpengaruh pada kekakuan elastik struktur core,
mengingat variasi kekakuan link dan coupling-beam tidak terlalu berpengaruh
pada kekakuan elastik lateral struktur core; namun struktur core dengan link
geser umumnya menunjukkan kekakuan inelastik yang lebih kecil, hal mana
diduga karena plastifikasi pada pelat badan tidak hanya terjadi di ujung link,
tetapi terjadi di sepanjang link geser.
4. Untuk masing-masing model struktur core yang dirancang dengan nilai R=6 dan
R=8, penggunaan link geser umumnya menunjukkan daktilitas dan nilai R hasil
desain yang lebih besar dibandingkan link lentur maupun link geser-lentur. Hal ini
didukung oleh pemodelan sendi plastis geser yang memiliki batasan dan
acceptance criteria yang memungkinkan terjadinya daktilitas yang besar
dibandingkan sendi plastis lentur.

5. KESIMPULAN
Dari kajian numerik teoritis yang telah dilakukan terhadap 14 model struktur core rangka
baja yang memiliki variasi geometri, jenis link, dan dirancang dengan faktor modifikasi
respon (R) berbeda, diperoleh kesimpulan bahwa jenis struktur core berupa dua buah
rangka baja berpengaku diagonal (bresing) yang dihubungkan dengan coupling beam
dan link menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem struktur
baja tahan gempa yang handal dan ekonomis.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 14


6. DAFTAR PUSTAKA
American National Standard (2010): ANSI/AISC 341-10 - Seismic Provisions for
Structural Steel Buildings
American National Standard (2010): ANSI/AISC 360-10 – Specification for Structural
Steel Buildings
Applied Technology Council (1996): ATC-40 - Seismic Evaluation and Retrofit of
Concrete Building Volume 1, Seismic Safety Commission State of California
Applied Technology Council (2009): FEMA P695 - Quantitification of Building Seismic
Performance Factor, Federal Emergency Management Agency
Badan Standarisasi Nasional (2012): SNI 1726-2012 – Tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung
Badan Standarisasi Nasional (2013): SNI 1727-2013 – Beban minimum untuk
perancangan bangunan gedung dan struktur lain
Badan Standarisasi Nasional (2015): SNI 1729-2015 – Spesifikasi untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural
Bruneau, M., Uang C.M, Whittaker, A., (2011), Ductile Design of Steel Structures, Mc
Graw-Hill
Engelhardt, M.D. and Popov, E.P.(1992). Experimental Performance of Long Link in
Eccentricaly Braced Frames, Journal of Structural Engineering. Vol. 118, No. 11,
November.
Kasai, K. and Popov, E.P. (1986), General Behavior of WF Steel Shear Link Beams,
Journal of Structural Engineering Vol.112, No.2, pp.362-382.
Moestopo,M., et all (2017) Experimental Study on the Seismic Behavior of Replaceable
Shear Links Connected to Coupling Beam, International Journal on Advanced
Science Engineering Information Technology, Vol.8. No.2, pp.532-539.
Moestopo,M., et all (2017) Application of Seismic Devices for Core Frames of High-Rise
Buildings, Technical Report, Faculty of Civil and Environmental Engineering,
Institut Teknologi Bandung.
Rohana, Adam Yunia, (2018) , Evaluasi kinerja shear link dan flexure link sebagai
elemen penghubung core frame pada struktur baja penahan beban gempa, Tesis
Program Magister, Institut Teknologi Bandung.

Seminar dan Pameran HAKI 2018 15

Anda mungkin juga menyukai