Abstrak
Kebutuhan struktur core pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya berupa dinding geser
beton bertulang. Makalah ini berisi kajian numerik dari struktur core yang berupa rangka baja
ganda yang dihubungkan dengan balok perangkai dan link yang terbuat dari penampang baja,
dimana link dirancang sebagai elemen pendisipasi energi yang dapat diganti setelah terjadinya
gempa. Kajian dilakukan terhadap dua jenis struktur core rangka baja dari sebuah bangunan
gedung berlantai 20 yang dirancang berdasarkan SNI 1726:2012, dengan variasi jenis link: link
geser, link geser-lentur, dan link lentur; sedangkan elemen selain link dirancang dengan desain
kapasitas. Evaluasi kinerja struktur core dilakukan dengan melakukan analisis non-linier statik
push-over menggunakan besaran parameter yang mengacu pada FEMA 356:2000. Kinerja
seismik kedua jenis struktur core dibandingkan pula dengan kinerja sistem struktur baja
berpengaku eksentrik (EBF) pada bangunan yang sama. Hasil kajian menunjukkan bahwa model
struktur rangka baja ganda yang dihubungkan dengan link geser memiliki kinerja yang lebih baik
dalam hal kekakuan elastik, kekakuan inelastik, kekuatan, dan daktilitas, dibandingkan dengan
struktur rangka baja ganda yang dihubungkan dengan link lentur maupun link geser-lentur.
Kata kunci : struktur core, rangka baja ganda, link, kinerja seismik
_____________________________________________________________________________
1
KK Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
2
Pusat Rekayasa Industri, Institut Teknologi Bandung
3
Freelance Structural Engineer, lulusan Program Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
1. PENDAHULUAN
Struktur core pada bangunan tinggi umumnya berupa dinding geser terbuat dari beton
bertulang yang berfungsi memperkaku dan memperkuat struktur terhadap beban lateral
angin maupun beban gempa yang bersifat dinamik. Keberadaan balok perangkai yang
menghubungkan dinding geser pada daerah bukaan core direncanakan sebagai elemen
pendisipasi energi yang akan rusak akibat deformasi inelastik pada saat bangunan
mengalami gempa kuat. Struktur core dapat pula berupa rangka baja ganda berpengaku
(dengan bresing) yang dihubungkan dengan balok perangkai sebagai elemen
pendisipasi energi. Namun, seperti halnya pada struktur core beton bertulang,
penggantian balok perangkai yang rusak akibat gempa merupakan hal yang tidak
mudah, yang dapat mengganggu operasional bangunan, dan juga membutuhkan biaya
yang tidak sedikit.
Moestopo dkk (2017) mengkaji penggunaan gabungan balok perangkai dan link dari
bahan baja pada struktur core yang berupa rangka baja berpengaku, dimana elemen link
dirancang sebagai elemen pendisipasi energi yang akan mengalami deformasi inelastik
dan rusak akibat gempa kuat, namun dapat diganti dengan menghubungkannya dengan
balok perangkai melalui sambungan baut; sedangkan balok perangkai yang umumnya
berukuran cukup besar dirancang tidak rusak akibat gempa. Hasil kajian menunjukkan
kinerja link yang memenuhi ketentuan kinerja link menurut AISC pada Sistem Rangka
Baja Berpengaku Eksentrik (Eccentrically Braced Frame/EBF), sedangkan elemen balok
perangkai dan kolom masih tetap elastik untuk dapat dihubungkan kembali dengan
mudah setelah beberapa link yang rusak diganti dengan link baru.
Makalah ini membahas kinerja seismik dari dua jenis struktur core berupa rangka baja
ganda berpengaku yang dihubungkan dengan balok-perangkai (coupling beam) dan
elemen link yang dipasang di tengah bentang antara kedua rangka baja, dimana kajian
dilakukan terhadap variasi link: link geser, link menengah dan link lentur. Kinerja kedua
struktur core dibandingkan dengan kinerja sistem struktur EBF pada bangunan yang
sama.
Struktur core yang dikaji berupa struktur 2D yang terdiri dari dua buah rangka baja
(rangka baja ganda) dengan bresing, yang dihubungkan dengan balok perangkai
(coupling beam) dan elemen link di tengah bentang, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1
dan 2. Struktur core dianggap sebagai sistem struktur pemikul beban gempa, dimana
disipasi energi diharapkan terjadi pada elemen link melalui kelelehan geser atau lentur.
Elemen bresing dan kolom akan berfungsi memberi kekakuan dan kekuatan terhadap
beban gempa yang mengenai bangunan gedung. Struktur core akan dihubungkan
dengan elemen struktur lainnya di seluruh bangunan (balok dan kolom), dimana balok
dan kolom dihubungkan dengan sambungan geser, tanpa memikul momen lentur.
Core
Perilaku seismik sistem struktur core seperti ini (dua buah rangka baja dengan bresing
yang dihubungkan dengan coupling beam dan link) memiliki kemiripan dengan sistem
rangka baja berpengaku eksentrik (Eccentrically Braced Frame/EBF), dimana elemen
link direncanakan sebagai pendisipasi energi yang diharapkan mengalami leleh karena
geser ataupun lentur, sementara elemen lainnya tetap elastik akibat beban gempa kuat
yang bekerja bolak-balik.
Secara umum panjang link mempengaruhi perilaku kelelehan, dan link diklasifikasikan
berdasarkan kelelehan, yaitu: link geser, link geser-lentur, dan link lentur. Dalam kajian
ini, gaya aksial pada link diabaikan dan tidak mempengaruhi mekanisme gaya dalam
pada link.
Hubungan antara momen lentur dan gaya geser dapat diformulasikan sebagai berikut:
Ma +Mb 2M
V= =
e e
2M
e=
V
Dari mekanisme distribusi gaya yang terjadi pada link, sendi plastis lentur akan terbentuk
bila momen ujung Ma dan Mb sudah mencapai momen plastis, Mp, sedangkan sendi
plastis geser akan terbentuk bila gaya geser, V sudah mencapai gaya geser plastis, Vp.
Kapasitas momen plastis dan geser plastis dapat dihitung sebagai berikut:
Mp = Fy × Z
Vp = τy × Alw = (0.6Fy) × (d-2tf)tw
Dari mekanisme pengembangan kelelehan pada link yang terbuat dari penampang WF,
kelelehan yang didominasi geser terjadi pada link pendek yaitu pada pelat badan
sepanjang link, sedangkan kelelehan yang didominasi lentur terjadi pada link panjang
yaitu pada pelat sayap di bagian ujung link. Berbagai hasil pengujian menunjukkan
bahwa link pendek yang kaku dapat mengembangkan kekuatan gesernya hingga
mencapai 1.5Vp, sedangkan momen lentur dibatasi pengembangannya sampai dengan
1.2Mp untuk menghindari regangan lentur tinggi yang dapat menyebabkan tekuk pada
sayap. Panjang maksimum link geser dimodifikasi menjadi (Kasai and Popov,1986):
2(1.2Mp ) 1.6Mp
e = =
1.5Vp Vp
Dari mekanisme kelelehan yang ditunjukkan pada Gambar 5, link mengalami rotasi
inelastik, sebesar sudut rotasi γp, yaitu sudut antara ujung link dengan balok di luar link.
Besarnya sudut story drift plastis, θp, dapat diperkirakan secara konservatif, yaitu total
story drift dibagi dengan tinggi antar lantai, h.
∆p Cd ∆e
θp = =
h h
L L Cd ∆e
γp = θp =
e e h
AISC 341-10 memberikan batasan rotasi maksimum yang diijinkan untuk link geser
sebesar 0.08 rad dan panjang maksimum link, e = 1.6Mp/Vp. Sedangkan untuk link lentur
dibatasi sebesar 0.02 rad dan panjang minimum link, e = 2.6Mp/Vp, dengan pemodelan
kurva seperti terlihat pada Gambar 6.
Seluruh elemen struktur core menggunakan baja mutu BJ-41 dengan Fy = 250 MPa dan
Fu = 410 Mpa, dan direncanakan dengan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI
1726:2012, SNI 1729:2015 dan AISC 341-10. Struktur termasuk dalam Kategori Desain
Seismik D (KDS D), dan dirancang dengan faktor modifikasi respon, R = 6 dan R = 8,
perbesaran defleksi, Cd=5, dan faktor kuat lebih, 0=2. Kedua nilai R=6 dan R=-8
digunakan dalam kajian mengingat kinerja jenis struktur core dianggap mendekati kinerja
sistem struktur EBF. Selanjutnya akan dianalisis 14 buah struktur core yang dibedakan
menurut jenis core, jenis link, dan nilai R, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Penamaan Model Struktur Core Menurut Model, Jenis Link, dan nilai R.
Model I Model II Model III
Geser Geser-lentur Lentur Geser Geser-Lentur Lentur Geser Lentur
I-S-6 I-I-6 I-F-6 II-S-6 II-I-6 II-F-6 - -
I-S-8 I-I-8 I-F-8 II-S-8 II-I-8 II-F-8 III-S-8 III-F-8
Pada studi ini elemen seismik yang dikaji adalah link, coupling beam, bresing, dan
kolom. Dalam analisis non-linier dengan push-over, elemen seismik dimodelkan menjadi
bagian elastis dan bagian yang akan mengalami leleh yang digambarkan sebagai sendi
plastis. Perilaku sendi plastis dimodelkan dengan membuat kurva backbone untuk setiap
elemen yang telah didesain. Parameter kurva backbone dan level perfomance atau
acceptance criteria untuk setiap elemen mengacu pada ketentuan pada FEMA
356:2000.
15
Lantai
10
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Rasio Tegangan
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8
I-F-6 I-F-8 II-S-6 II-S-8
II-I-6 II-I-8 II-F-6 II-F-8
III-S-8 III-F-8
10
8
6
4
2
0
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Simpangan (mm)
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8
I-F-6 I-F-8 II-S-6 II-S-8
II-I-6 II-I-8 II-F-6 II-F-8
III-S-8 III-F-8 Drift Ijin
(c)
Gambar 11 Rotasi Link
(a) Link Geser (b) Link Geser-Lentur (c) Link Lentur
Gambar 10 menunjukkan bahwa simpangan antar lantai dari struktur core Model I dan II
masih dibawah batas ijin (= 80 mm, atau 0.02 kali tinggi antar lantai), sedangkan Model
III menunjukkan simpangan yang sangat besar, melebihi batas ijin. Hal ini menunjukkan
kekakuan yang jauh lebih rendah pada Model III seperti ditunjukkan dengan perioda
ragam pertama yang cukup besar (lihat Tabel 3).
Gambar 11 menunjukkan bahwa besarnya rotasi link untuk seluruh struktur core Model I
dan Model II memenuhi persyaratan untuk rotasi link geser, link lentur, maupun link
geser-lentur, sedangkan rotasi link pada Model III tidak memenuhi persyaratan baik
untuk link geser (p < 0.08 rad) maupun link lentur (p < 0.02 rad).
Gambar 13 menunjukkan kurva kapasitas gaya geser dasar dan simpangan atap dari
seluruh model struktur core yang dikaji.
4000
3500
3000
Gaya Geser Dasar (kN)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Simpangan Atap (mm)
I-S-6 I-S-8 I-I-6 I-I-8 I-F-6
I-F-8 II-S-6 II-S-8 II-I-6 II-I-8
II-F-6 II-F-8 III-S-8 III-F-8
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 13 dan Tabel 4, tampak jelas bahwa
struktur core Model-III yang berupa EBF murni, yaitu III-S-8 dan III-F-8, menunjukkan
kinerja yang rendah, baik dari segi kekakuan, kekuatan maupun tingkat kinerja. Hal ini
disebabkan karena efektifitas bresing EBF yang berkurang dengan besar sudut diagonal
yang menjauhi 45 derajat.
Selanjutnya, untuk struktur core dengan Model I dan Model II, dapat disampaikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Penurunan kekakuan struktur core yang dialami Model II akibat lelehnya elemen
link, cukup signifikan dibandingkan yang dialami oleh Model I, akibat
dihilangkannya kolom dasar pada struktur core.
2. Struktur core yang dirancang dengan menggunakan nilai R=8, yaitu I-S-8, I-F-8,
I-I-8, II-S-8, II-F-8 dan II-I-8 secara konsisten menunjukkan parameter kinerja R,
Cd, maupun yang sedikit lebih baik daripada yang dirancang menggunakan
5. KESIMPULAN
Dari kajian numerik teoritis yang telah dilakukan terhadap 14 model struktur core rangka
baja yang memiliki variasi geometri, jenis link, dan dirancang dengan faktor modifikasi
respon (R) berbeda, diperoleh kesimpulan bahwa jenis struktur core berupa dua buah
rangka baja berpengaku diagonal (bresing) yang dihubungkan dengan coupling beam
dan link menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem struktur
baja tahan gempa yang handal dan ekonomis.