Anda di halaman 1dari 12
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP MALARIA DI DAERAH NON ENDEMIS, DI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH ' Study on Knowledge, Attitude and Practice (KAY) of Malaria in the Community in Non Malaria Endemic Area, Purworejo District, Central Java ‘Shinta’, S Sukowati?, Titik Sapardiyah S? ‘Abstract. Malaria control program will not successful without a community participation, and involvement of the inter-sector through partnership. Information and understanding the Study of Knowledge, Attitude and Practice (KAP) of the community ate very important to develop and improve the community participation as well as to develop the Partnership in malaria control, The study was cerried out in three communes in Purworsjo district, on sub-district non-malaria endemic area, The data were collested by structures questionnaire, the sample size of each commune was 100 respondents, and the respondents are household. The study showed that: knowledge of household to malaria is quite good (9796); most of them knew malaria symptom (87.9%), causal (94,3%), relapses (94%), treatment (09%), malaria transmission ‘and mosquito as malaria vector (94%). However, some of them are confused with dengue haemorrhagic fever vector (33%). The community attitude in the malaria control program showed a positive, they say ‘malaria is a danger disease and should be prevented and control (91%), they encourage others to participate in malaria contscl. Their practise in the malaria control also quite positive, when their family member had hiigh fever due to malaria they brought the family member to a doctor and or other health facilities (68,8%), ‘wearing the protected clothes when going out and stay out-door during night time (3,39), Additionally to reduce the risk from the mosquito biting, they sleep under mosquito net, (70%), buming mosquito coil (26%). However, some respondents still do not showed # good practices (33,1%), some are going to the ‘traditional healer (426), low compliance in taking a medicine, and low practices in the source reduction or ‘aosquito habitat clearance, Many ate relay on the goverment support or subidize through health sector. Keywords: Knowledge, attitude, ond practice (KAP), Malaria Bagelen dan Kecamatan Bener (Badan Litbangkes, 2002; Dinkes Purworejo, 2001). Kecamatan Purwodadi merupakan PENDAHULUAN Kasus malaria di Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir terus meningkat, ‘bahkan pada tahun 2000 hingga 2002 terjadi Kejadian Luar Biasa (KiB) malaria di Kabupaten —_Purworejo, __Banyumas, Purbalingga, Banjamegara, Kebumen dan Pekalongan (Dinkes Jawa Tengah, 2002) Peningkatan insiden dan KLB disebabkan oleh perubshan lingkungan termasuk iklim, kemiskinan, krisis ekonomi, dan mobilitas penduduk (Dinkes_-Banjarmegara, 2002;Ditjen — P2MPLP, —_1999:Ditjen P2MPLP, 2000; Suroso Tomas, 2000). Kabupaten Purworejo_ mengalami peningkatan insiden malaria tertinggi Kasus malaria di Kabupaten Purworejo pads tahun 2000 menunjukkan — kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya dengan API: 44, 47% Kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Purworejo dengan kasus ‘malaria tinggi adalah di Kecamatan Loano, Kecamatan Kali Gesing, Kecamatan salah satu kecaratan non endemis malaria di Kabupaten Purworejo (Dinkes Jawa Tengah, 2002). Wilayah pantai di kecamatan Purwodadi oleh Pemerintsh akan Gikembangkan sebagai Kawasan Bahari Terpadu (KB7), sehingga dalam perencanaan pembangunan diperiuken data dan informasi masalah Kesehatan yang mungkin akan ‘erjadi, termasuk risiko penularan malaria Dengan kompleksnya permasalahan malaria, maka penyakit malaria sebagai penyakit yang berbasis Jingkungan, —pemmberantasannya tidak ‘mungkin dopat dilakukan senditi oleh sektor keschatan. Mengingat hal tessebut di atas, maka untuk = mencapai _pemberantasan malaria yang rational, effective, efficient, sustainable dan acceptable (REESA), Giperlukast juga data tentang sosial budaya dan kepercayaan masyarakat setempat termasuk PSP serta epidemiologi penyakit, » Disampaikan pada Simposium Nasional I, Hasl Peneltian dan Pengembangan Kesehatan, 2004 Pusltang Ekologi Kesehatan, Badan Litoanghes Depkes, Jakarta, 254 Jumat Baslogi Kesehatan Vol 4No 2, Agustus 2005 254 - 264 sehinggs intensifikasi penanggulangen dapat dilakukan secare terpadu yang melibatkan eran serta masyarakat dengan kerjasema sektor terkait serta bersifat spesifik daerah dengan melibatkan seluruh komponen masyaraket melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, LSM, organisasi profesi dan masyarakat —_(Suroso, 2000;Badan Litbankes, 2002;Ditjen P2M, 2000;Santoso, 1991;Santoso, 1991). BAHAN DAN CARA Deerah _penelitian _adala, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian cross section, ditujukan untuk — mengetahui pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat (PSP) tentang malaria dan peran sertanya dalam pemberantasan vektor malaria Pengumpulan data sosial budaya ditakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur kepada kepala keluarga (KK). Populasi penelitian adalah masyarakat di wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo. Sampel diambil dari masysrakat setempat sebanyak — 100 responden, pengambilan sampel responden dilakukansecara— stratified random sampling. BASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden. Sebagian besar cesponden 66 (66,0%) adalah laki-laki dan 34 (4,0%) responden adalah perempuar. Mengenai pendidikan suami/responden, kebanyakan telah tamat dari sekolah dasar (SD) yaitu 44 (44,4%), sebanyak 5 (5,1%) tidak pernah sekolah, 13 (13,1%) tidak tamat SD, 24 (24,2%) tamat SLTP, 10 (10,1%) tamat SLTA, dan hanya 3 (3,0%) berpendidikan Akademi. Begin juga _pendidikan istrresponden, sebanyak 44 _(44,0%) responden tamat SD, 15 (15,0%) tidak pemah sekolah, 11 (11,0%) tidak tamat SD, 22 (22,0%) tamat SLTP, 7 (7,0%) tamat SLTA, dan hanya sebagian kecil (1,0%) yang berpendidikan Akademi. Pekerjaan utama responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 255 berisiko tinggi (petani) dan kelompok tidak beresiko tinggi (buken petani). Dari hasil analisis statistik, didapatkan scbanyak 77 (77%) responden tergolong _kelompok beresiko tinggi kena malaria dan hanya 23 (23%) yang tergolong kelompok tidak berisiko tinggi Mengenai jumlah anak balita, umumnya di rumah responden hanya =$00.000 26 260 6. Summlah anak < 10 tahun b= 94 a Tidak ada 45 479 b Torang 34 362 © 2orang ul 2 63 orang 4 4.26 237 PSP terhadap Malaca .(Shiata, eral) Tabel 2. Pengetahuan Responden Tentang Malaria dan Penularannya di Kecamatan Purwodadi, Purworejo pada Tahun 2003. Responden Pengetahuan Responden N % 1 2 1 Tanda-tanda malaria In= 100 a Tahu 89 89 b Tidak Tahu L u u Penyebab malaria menurut 2.responden*) n= 100 a Nyamuk malaria 94 879 b Makanan 4 374 ¢ Lain-lain i 0.93 d_ Tidak tahu 8 7.48 3, Penularan malaria melalui a Gigitan nyamuk 4 94 b_ Tidak tabu 6 6 4 Tanda-tanda nyamuk malaria /a= 100 a Nungging 60 60 b Lebih kecil 3 3 © Wamanya lain 4 4 d_ Tidak tahu 3 33 $.Kebiasaan nyamiuk menggigit r= 95 a Tahu 38 40.0 b Tidak tahu 57 60.0 6:Tempat perkembangbiakan = 87 a Parivirigasi 35 40.2 b_Gonangan hujan 46, 52.9 ¢ Tidak tahu 6 69 258 Juma! Bkolog; Kesehatan Vol 4 No 2, Agustus 2005 : 254-264 Tabel 3. Sikap/Persepsi Responden Tentang Malaria di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo pada Tahun 2003 Responden Persepsi Responden N % 1. Bahaya malaria l= 100 it ” 97.0 1 1.0 2 20 2. Nyamuk bisa diberantas b= 100 a Bisa 98 98.0 b Tidak bisa 2 2.0 3. Malaria dapat dicegah 8 a Bisa 15 758 b Mungkin bisa 15 152 © Tidak bisa 3 3.0 @ Tidak tahu 6 6.1 4, Perlunya penyuluhan b= 100 a Ya 7 97.0 b Tidak 3 3,0 5. Kelambu sebagai keburuhan r= 100 a ya n 79,8 tidak 2 202 6 Kegunaan kelambu b= 100 Menghindari gigitan nymk 99 100 Kebiasaan Responden Responden terbiasa bepergian dan sta bermalam di luar daerah biasanya pergi Kebiasaan/perilaku responden dengan tujuan Yogyakarta, Kaligesing, tentang malaria dikategorikan menjadi 2 yaitu persepsi responden benar atau belum bbenar. Dari hasil analisis data yang meli pertanyaan tentang kebiasaan bepergian malam, kebiasaan keluar malam, kebiasaan memakai pakaian pelindung bila keluar malam dan kebiassan tidur_-malam menggunakan kelambu. Diperolch hasil 63 (63.6%) responden mempunyai kebiasaan yang benar tentang pencegahan malaria, Bila diperinci, sebanyak 56 (66,7 %) responden biasa menggunakan kelambu. —Alasan responden yang tidak —mempergunakan kelambu adalah gerah, bosan, panas, tidak ‘mempunyai kelambu, tidak punya uang untuk membeli kelambu, nyamuk hanya kadang- kadang, tidak sesuai dengan ukuran tempat tidur, swmpek dan kelambu masih tersimpas, belum dipasang. Begitu juga mengenai kebiasaan bermalam —responden di Iuar rumah, Sebanyak 74 (74%) responden tidak terbiasa bepergian ataupun bermalam di daerah Iain. 259 Purbalingge, juga ada yang ke Jakarta, Bila bepergian ke wilayah sckitar, biasanya pergi ke tempat pelelangan ikan (TP), ke pantai untuk menjaring ikan, menolong kelahiran (sebagai Paraji), diskusi ke kelompok kerja atau menghadirikegiatan keagamaan. Kebiasaan responden keluar pada waktu ‘malam biasanya antara pukul 18.00 ~ 24.00, ‘walaupun telah dikatakan pada waktu keluar malam menggunakan pakaian pelindung dari gigitan nyamuk, seperti jaket atau sarung (93,9% responden), namun hal itu masih meningkatkan risiko penularan malaria, sebab periode waktu tersebut vektor malaria mempunyai aktivitas menggigit yang tinggi, pakaian pelindung belum dapat sepenuhnya ferlindung dari gigitan nyamuk, karena mereka tidak memakai sepatu, sehingga pada waktu di luar rumah belum sepenuhnya terlindungi dari gigitan nyamuk, Berkaitan dengan hal di atas, terlihat bahwa masih ada responden _mempunyai perilakwkebiassan yang belum —benar Jumal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 2, Agustus 2005 : 254-264 tethadap cara pentcegahan malaria (kebiasean keluar _malam dan penggunzan kelambu), tindakan mereka di nilai kurang positif, kurang sesuai antara pengetahuan, sikap dan kebiasaan/perilaku yang ditunjukkan. Boleh Jadi kebiasaan yang ditunjukkan responden discbabkan kasus malaria di daerah ini sudah hampir tidak ada sehingga hampir terlupakan pencegahannya, juga masih disasa kurangnya penyuluhan Kesehatan yang mereka dapatkan, Adanyapendapat yang mengatakan bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh kepada masyarakat dalam kaitannya dengan kesehatan lingkungan, pendidikan yang rendah berdampak pada kebiasaan (Media, 2002) , agaknya kurang sesuai untuk wilayah penelitian, akan lebih tepat bila faktor pengalaman lebih berperan dibanding fakior pendidikannya, Kebiasaan responden yang berhubungan dengan penularan malaria disajikan pada Tabel 4 Tabel 4. Kebiasaan Responden yang Berhubungan dengan Penularan Malaria i Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo pada Tahun 2003 Responden Kebiasaan Responden N % 1 2 Kebiasaan Bepergian 1 Bermalam n= 100 a Ya 26 26.0 b Tidak 74 74.0 2. Kebiasaan Keluar Malam =| n= 99 a Ya 51 51s b Tidak 48 48.5 Kebiasaan Memakat 3 Jaket/Sarung a 98 a Ya 92 93.9 b Tidak 6 61 4 Penggunaan kelambu | n= 84 a Ya 56 66,7 b tidak 28 33,3 Pengaléman Menderita Malaria dan Perilaku Responden Pengalaman responden _ tentang ‘malaria dikatagorikan sebagai perilaku benar atau salah Dari hasil analisis data yang meliputi pertanyaan tentang —pencarian pengobatan, obat yang digunakan, sumber obat yang diperoleh, diperoleh hasil 72,6% responden mempunyai persepsi yang benar tentang malaria. Sebanyak 16 (16,2%) responden pemah menderita malaria, Anggota keluarga yang pernah menderita malaria adalah suami ‘dan anak. Perilaku responden dalam mencari Pengobatan umumnya pergi berobat ke pelayanan keschatan sebelum hari ke 3 yaitu sebanyak 25 (71.4%) responden, walau masih ada juga yang pergi setelah hari ke 10 yaitu 1 (2,5%) responden, Tindakan pertama yang responden lakukan dalam mencari Pengobatan masih beragam bentuknya, ada yang mengunjungi Puskesmas, dokter, mantri Kesehatan, tetapi masih ada yang berusaha mengobati sendiri Asal obat malaria yang digunakan; lebih dari separuh responden mendapatkan ‘obat malaria secara benar, sebanyak 56 (56%) —responden —mendapatkan dari Puskesmas, 25 (25%) dari dokter dan I (1%) dari sumber lain yaitu dari obat tradisional berupa tumbuh-tumbuhan. Hal ini sudah mencerminkan upaya yang positif, yaitu ‘memanfaatkan fasilitas sarana Kesehatan: Bagi masyarakat yang membeli obat malaria di warung banyak yang tidak memahami dosis pemakaian obat malaria, sehingga hanya membeli satu strip obat Resochin® yang berisi 4 tablet, obat tersebut 260 Jomal Ekologi Kesehatan Vat 4No 2, Agustus 2005 64 setara dengan 4 tablet chloroquine. Scharusnya takaran minum obat chloroquine untuk dewasa adalah hari pertama 4 tablet, hari ke dua 4 tablet, hari ke tiga 2 tablet. Disamping itu untuk pengobatan Plasmodium falciparum peda hari pertama harus ditambeh ‘dengan minum primaquine 3 tablet, untuk pengobatan P. vivax harus ‘minum primaquine satu tablet setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Dengan hanya membeli satu strip obat nampaknya masyarakat tidak ‘minum obst malaria sesuai dengan takarsn. Pemaksian obat malaria yang tidak sesuai takaran standart akan menyebabkan penderita tidak sembuh dan akan mempercepat laju resistensi parasit terhadap cbat anti malaria Oleh karena itu periu penyuluban terhadap masyarakat dan penjual obat tentang pengobatan malaria dan penjualan obat sesuai takaran pengobatan. ‘Untuk pencegahan malaria, sebanyak 28 (42,4%) responden minum jams pabit. Menurut penelitian Siti Sapardiyah Santoso kk, cara ini memang sering dilakukan di ddesa sebagai kebiasaan turun temurun, Pemahaman responden _entang pemberantasan nyamuk menggunaken cara ‘iologis sudah cukup baik, mereka telah 261 ‘memelibara beberapa jenis ikan, antara lain: ele, lele dumbo, nila, mujair, bandeng dan tawes. Responden mendapatkan bibit ikan dari Dinas Kesehatan ada juga yang membeli sendin Sebanyak 19 (57.6%) responden menyatakan pernah mendapat penyuluhan_ dari dinas kesehatan, tim puskesmas, doktes, mantri, kader malaria, melalui televisi dan Petugas Khusus malaria, 14 (42.4%) menyatakan belum pernah — mendapat penyuluhan tentang malaria. Penyuluhan ‘yong diinginkan oleh 32 (38,6%) responden don sesuai di dactah Purwodadi adalah ceramah, 40 (48,2%) —_responden menginginkan menggunakan film/video, leaflet 10 (12,0%) serta buku 1 (1,2%). Hasil ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap masalah kesehatan sudah baik, masysrakat umumnya merasa hhaus —informast —keschatan dengan menyatakan —masih_——diperlukannya penyuluhan yang berhubungan dengan ‘penanggulangan malaria yang sesuai dengan kkehendak masyarakat. Perilaku responden disajikan pada Tabel 5. Jumal Bkolog! Kesehatan Vol 4 No2, Agustus 2005: 254. 264 ‘abel 5. Pengalaman Penderita Malaria dan Perilaku Responden di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo pada Tahun 2003 ert Rnponden 2 1. Respond para ert re b- + Pent 16 62 b Tilak pa es ne teeirearathmenics fe he 2 aa be 1 ua 4 te ' ma 3 Aap. tecoa te yankee tcithaike bea nos s na boas 1 200 2 seu a 2 410 29 4 Tian pera ep 16 Manta sade: s ns dane 3 we 2 Palaonae a soo 6 Tindkanssagsaya repre dobai ym 2 Menge , m0 8 Mo 1 mo 5 Aakers 1 00 am 2 woo Oba yang petra expend = 100 Mae dat dlr % wo Ware 2 20 4 Tesh ah s 20. 9 Sumber cet mer epedn - 100 Beet we 80 Phone 6 sso © Boke as Bo tate 1 lo 1 Popenicopendamenbalicht wen, er 100 Bet 2% 80 bras, © 60 Tea pera ak 2 20 1 Ob Pench Malaria be 2 Desynkee a ss tems ey a 4 tein 1 12 Manghedin Gigean Wank “100 samt 0 262 Pp rerhudap Malesia (Shins fa) Pern Respond © Oba apamik tat 13. Merge Mar 7 4 Marin Hk Mandala dan 14, Pbaean Pangan ik as 15 Beak Peat - + Crum bn © Ble Vite 16 Deke Pera Py + Par Tider stilt KESIMPULAN « Pengetahuan responden terhadap malaria cukup baik, telah mengetahui bahaya malaria, gejala malaria, penyebab malaria, nyamuk —penular, tempat perkembangbiakan nyamuk malaria, dan tanda tanda nyamuk malaria, Pendidikan masyaraket yang rendah tidak berkaitan dengan pengetakuan tentang malaria * Sikap responden dalam peniberantasan malaria memperlitatkan hal yang positif, sebagian besar setuju bahwa malaria berbahaya namun dapat dicegah + Mayoritas responden mendukung upaya yang dilakukan pemerintah dalam program pemberantasan malaria * Perilaku untuk mengendalikan malaria cukup baik, bila ada anggota keluarga menderita panas diduga malaria segera dibawa ke tenaga kesehatan atau pelayanan Kesehatan sebelum hari ke tiga, dan menggunakan obat anti malaria modern yang berasal dari tenaga keschatan, walaupun masih ada yang mencoba mengobati sendiri dengan obat ‘warung atau obat tradisional + Masyarakat telah cara menghindari diri dari gigitan nyamuk 263 00 [aepeey % 260 4 0 100) 1000 2 oo 9 1» 14 o e. 2 6 0 120 ' a 2 ny @ a 19 192, ‘pada saat pergi keluar rumah pada malam hari, yaitu selalu menggunakan baju yang tertutup, ; Untuk menurunkan —risiko gigitan nyamuk, mereka tidur menggunakan kelambu dan membakar obat_nyamuk baker ‘Untuk meningkatkan PSP malaria, responder mengharapkan penyuluhan dari petugas kesehatan dalam bentuk film atau video atau penyuluhan langsung dengan tatap muka, Kebiasaan responden untuk menginap di Jar rumah (tambak, pantai), kondisi tempat menginap (terbuka), bepergian keluar malam dengan pakaian yang memungkinkan tergigit nyamuk memberikan peluang lebih besar menderita malaria. Jumal Ekologi Kesehatan Vol 4No2, Agustas 2005 : 254-264 DAFTAR PUSTAKA. Badan Litbangkes dan Ditjen PPM-PL Deartemen Kesehatan RI. 2002. Makalah Pendukung Pelembagaan Balai Penelitan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. Departemen Kerchatar RI, Jakarta 2002.28 hl Baird J kevin, Michael J Bangs, Hasijeni AM, Abani RP, Diet Rustam, 1990. 20 Years of Progress in Malaria Research Buletin Pevelitian Kes 18(3 dan 4): 13-17 Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2002. Analisis Simast Malaria dt Jowa Tengah Tahun 2001. Diseminarkan dalam Pentaloka Gebrak Malaria, Daerah ICDC di BLK Cimacan, Jawa Barat ‘Tanggal 15 ~19 Mei 2002. 28 Direttorat Jendral P2M dan PLP Depkes Ri. 1999. Analisa Situasi Malaria Takunan 1990-1999. Ditjen P2M dan PLP, Depkes RI, Jakarta Direktorat Jendral P2M den PLP Depkes RI. 2000. Gebrak Malaria, dalam: Kumpulan Materi Gebrak Malarta. Dtjen P2M dan PLP. Depkes RI, Jakarta, 22 Dinas Keschatan Kabupaten Purworsjo, 2001. Gebrak Malaria 2001. Laporaninteraal Dinas Kesehatan Kabupaten Purworjo, 25 hal Ditjen PPM dan PLP, Depkes J. 2000. Rencana ‘Siraregis Penangeulangan Malarta dt Kawasan Bukit Menoreh, dalam: Kumpulan Mater Gebrak Malaria. Diven PPM den PLP, Depkes i, Jakarta 22 hal Helper Manalv, Siti Saperdiyah Santoso. 2000. Perilaku dan Peran Serta fou Dalam Pencarian Pengobatan di Daerah Hiper Eademik, Timika Timur, Irian Jaya. Media Litbang Kes, Vol X:2. ‘Laxgninarayan, Ramanan. 2004. Does reducing malaria improve household Iving standard Tropical Medicine & Intemational Health: February 2004; 9(2)267-272, Media Yuifira, Kasnodiharjo, Kenti Friskarini. 2002. Pengetabuan, Sthop dan Pertloku Penduduk Dalam Kaitanmya Dengan Kesehatan Lingkungan dan’ Pligiene Perorangan Di Kabupaten Subang. Jawa Barat. Jarnal Exolog Kesehatan Vol i(1). 14-20. rami Rauyaiin, 1990. Factors Apecting Malaria Related Behavior. A Literature Review Of Behavional Theortes And Relevant Research Social and Economic Aspact of Malaria Control ‘MCR Tropmed Faculty of Trop Med, Mahidol Univ. Bangkok. Suroso Thomas, Putat Djokopitojo dan Bons Siantut ‘2000. Pengendaliar Vektor Terpady, Dalam Penanggulangan Malaria di Indonesia. Direktorat P252. Dirien P2M dan PLP, Dep Kes RIL 15 hal Santoso Siti Suparish. 1991, Suarw Tinjaweos Aspek Sostal Budaya Dalam Kattannya Dengan Pemularan dan Penanggulanga Malaria, Vol. 1964): 48 Sestoso Siti Sapariah, Bintari Rukmono dan Wita Pribedi, 1991, Perilaku Pendudhk Dalam Penanggulangan Penyakit Malaria at Desa Rerakit Propinsi Riau Balletin Peneliian Kesehatan 19(1):14-24 ‘Tim Gebrak Malaria Kebupsten Banjamegara. 2002. Rencena Strategis Gebrak Malaria Kabupaten Banjarnegara Tahun 2002-2005. Dinas ‘Keschatan Pemeristah Kabupaten Banjamegera 37 bal. Uusini A Winkvist A, Ufa FM. 2003 Rapid Assesment Procedures of Malaria in Low Endemic Countries: Cdmmanity Perceptions {in Jepara Distric. Indonesia. Soc Sci Med, Feb, 56(4): 701-12. 264

Anda mungkin juga menyukai