MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati in i yang dim aksud dengan :
1. Pem erintah Daerah adalah Pem erintah Kabupaten
Bolaang M ongondow Utara.
2. Bupati adalah Bupati Bolaang M ongondow Utara.
3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah
Kabupaten Bolaang M ongondow Utara.
4. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat OPD adalah Satuan Organisasi yang ada
di Lingkungan Pem erintah Kabupaten Bolaang
M ongondow Utara.
5. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
yang selanjutnya disingkat BKPP adalah Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten
Bolaang M ongondow U tara atau OPD yang
m elaksanakan penyusunan dan Pelaksanaan
kebijakan Daerah dibidang kepegawaian.
6. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Bolaang
M ongondow U tara atau OPD yang m em punyai
Tugas m elakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan Pem erintahan di Daerah.
7. N ilai Dasar adalah kondisi ideal atau kewajiban
m oral tertentu yang diharapkan dari Aparatur Sipil
Negara untuk m ewujudkan pelaksanaan tugas
instansi atau unit keijanya.
8. Kode Etik adalah pedom an m engenai kewajiban
m oral Aparatur Sipil Negara yang harus
ditunjukkan dalam m elaksanakan tugas dan
pergaulan hidup sehari-hari.
9. Kode Perilaku adalah pedoman mengenai sikap, tingkah
laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan Aparatur Sipil
Negara dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan
hidup sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
10. Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku adalah tim yang
bersifat Ad-Hoc/Nonstruktural yang ditetapkan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian untuk melakukan
penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan
pelanggaran kode etik dan kode perilaku yang
dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara.
11. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau
perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar
4 -
Pasal 2
(1) Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi ASN
berlandaskan pada prinsip N ilai Dasar.
(2) N ilai dasar sebagaim ana dim aksud pada ayat (1),
sebagai berikut:
a. m em egang teguh ideologi Pancasila;
b. setia dan m em pertahankan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta pem erintahan yang sah;
c. m engabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. m enjalankan tugas secara profesional dan
tidak berpihak;
e. m em buat keputusan berdasarkan prinsip
keahlian;
f. m enciptakan lingkungan k eija yang
nondiskrim inatif;
g. m em elihara dan m enjunjung tinggi standar
etika yang luhur;
h. m em pertanggungjawabkan tindakan dan
kin eijanya kepada publik;
i. m em iliki kem am puan dalam m elaksanakan
kebijakan dan program pem erintah;
j. m em berikan layanan kepada publik secara
ju ju r, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
k. m engutam akan kepem im pinan berkualitas
tinggi;
5 -
BAB II
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
Bagian Kesatu
Kode Etik
Pasal 3
(1) Kode Etik m erupakan pedom an m engenai
kewajiban m oral ASN yang harus ditunjukkan
dalam m elaksanakan tugas dan pergaulan hidup
sehari-hari.
(2) Kode Etik sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. integritas;
b. kehati-hatian;
c. akuntabel;
d. adil; dan
e. keijasam a.
Pasal 4
(1) Integritas sebagaim ana dim aksud pada Pasal 3
ayat (2) h u ru f a, m erupakan kewajiban m oral ASN
untuk berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak
dengan baik dan benar serta m em egang teguh
kode etik dan prinsip-prinsip moral.
(2) Kehati-hatian sebagaim ana dim aksud pada Pasal 3
ayat (2) h u ru f b, m erupakan kewajiban m oral ASN
untuk m enjaga suasana keharm onisan,
keselarasan, kondu sif serta m em perhatikan akibat
yang tidak m enim bulkan gejolak dan keresahan.
(3) Akuntabel sebagaim ana dim aksud pada Pasal 3
ayat (2) h u ru f c, m erupakan kewajiban m oral ASN
untuk m em pertanggungjawabkan berbagai capaian
kin eijan ya secara transparan kepada m asyarakat
dan pihak-pihak yang m em berikan amanah.
(4) Adil sebagaim ana dim aksud pada Pasal 3 ayat (2)
h u ru f d, m erupakan kewajiban m oral ASN untuk
m endasarkan setiap penilaian dan keputusan pada
kebenaran dan bebas dari diskrim inasi,
kepentingan tertentu serta kesewenang-wenangan.
- 6 -
Bagian Kedua
Kode Perilaku
Pasal 5
(1) Kode Perilaku merupakan pedoman mengenai sikap,
tingkah laku, perbuatan, tulisan dan ucapan ASN
dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup
sehari-hari.
(2) Kode Perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. integritas;
b. kehati-hatian;
c. akuntabel;
d. adil; dan .
e. keijasama.
Pasal 6
(1) Integritas sebagaim ana pada. Pasal 5 ayat (2)
h u ru f a harus ditunjukkan m elalui perilaku-
perilaku ASN yang m eliputi:
a. kejujuran yaitu perilaku tidak melakukan
kebohongan publik dan berani menyatakan
kebenaran untuk menjaga integritas tugas;
b. tepat janji yaitu menepati pemyataan atau
kesepakatan, melaksanakan komitmen, kewajiban,
sumpah, janji, ikrar dan pakta integritas;
c. taat aturan yaitu perilaku untuk menjalankan
ketentuan peraturan perundang-undangan, tata
tertib, prosedur, larangan, perintah dan atau
petunjuk pimpinan, mengendalikan diri, tidak
terpengaruh untuk melakukan perbuatan yang'
berakibat m elan^ar ketentuan dan tidak
menjanjikan/memberikan Sesuatu yang
bertentangan dengan aturan;
d. tan^ung jawab yaitu perilaku yang menunjukkan
konsistensi, berkemauan feeras, usaha yang
sun^uh-sun^uh dan seteik-tedknya dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang, bersedia
menanggung resiko dan berani mengoreksi diri serta
memperbaiki bila temyata terjadi kesalahan;
e. berdedikasi yaitu perilaku yang menunjukkan
mencintai pekeijaan, mengabdikan pikiran, waktu,
\
- 7 -
Pasal 7
(1) Kehati-hatian sebagaim ana pada Pasal 5 ayat (2)
h u ru f b harus ditunjukkan m elalm perilaku ASN
yang m eliputi:
a. cerm at yaitu perilaku yan g berhati-hati dalam
bertindak, teliti dalam m elaksanakaii tugas
dan m em buat kebijakan serta keputusan;
b. m enjaga rahasia Negara yaitu perilaku yang
m em elihara, m elindungi dan m enjaga
kerahasiaan data dan inform asi ASN dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dan m enggunakan akses data dan
inform asi instansi hanya untuk keperluan
kedinasan sesuai dengan kebijakan, batasan
kewenangan dan prosedur yang berlaku di
Instansi;
c. efek tif dan efisien yaitu perilaku yang
m engutam akan kem anfaatan setiap
pelaksanaan kegiatan bagi upaya m ewujudkan
sasaran organisasi yang selaras dengan
sasaran pem bangunan Serta dengan
m enggunakan sum ber-sum ber daya secara
wajar, sesuai dan layak; \
d. kesem purnaan yaitu perilaku yang berusaha
untuk m elaksanakan tugas dengan tepat,
akurat, dan berkualitas serta m elakukan
perbaikan terus m enerus; dan
e. kepekaan yaitu perilaku yan g m enjaga
keseim bangan, keharm onisasi, dan
keselarasan, m em perhitungkan resiko, gejolak
dan keresahan yang m ungkin ditim bulkan,
peduli terhadap lingkungan kerjanya dan
m udah tergerak untuk bertindak ketika teija d i
hal yang tidak pada tem patnya.
(2) ASN dilarang m enunjukkaii perilaku sebagai
berikut:
a. m enyalahgunakan kewenangan yaitu perilaku
yang m encari keuntungan untuk diri sendiri
atau orang lain m elalui penyalahgunaan
kewenangan sesuai dengan posisi jabatan; dan
b. lalai yaitu perilaku yang m enganggap enteng
setiap perm asalahan, tidak m em perhatikan,
tidak m enganggap serius dan sikap apatis.
Pasal 8
(1) Akuntabel sebagaimana Pasal 5 ayat (2) h u ru f • c
harus ditunjukkan melalui perilaku-perilaku ASN yang
meliputi:
a. terbuka yaitu perilaku yang tidak menutupi
informasi publik yang menurut peraturan
perundang-imdangan dapat disampaikan kepada
publik, terbuka terhadap masukan, kritik, keluhari
dan pengaduan dari pihak lain untuk perbaikan;
b. amanah yaitu perilaku yang
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas baik
kepada pemberi amanah, kepada rekan sejawat,
kepada. bawahan, maupun kepada pemangku
kepentingan lainnya termasuk masyarakat yang
dilayani;
c. berorientasi hasil yaitu perilaku yang
mengutamakan pencapaian hasil kineija yang
mencerminkan peran utama dari keberadaan
instansinya; dan
d. berorientasi pelayanan yaitu perilaku yang
mengutamakan pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat, pelayanan yang ramah,
nyaman, cepat, tepat, adil, murah dan teqangkau.
(2) ASN dilarang m enunjukkan perilaku m engabaikan
keluhan, yaitu perilaku yang tidak m engacuhkan,
tidak m enganggap atau m enganggap enteng, tidak
m em perhatikan, tidak m em andang serius dan
apatis terhadap keluhan m asyarakat/m asukan
pem angku kepentingan. V
- 9 -
Pasal 9
(1) Adil sebagaim ana Pasal 5 ayat (2) hu ruf d harus
ditunjukkan m elalui perilaku-perilaku ASN sebagai
berikut:
a. netral yaitu tidak m em ihak secara individu,
kelom pok, golongan dan atau partai manapun;
dan
b. bebas kepentingan yaitu tidak m enggunakan
kepentingan pribadi atau golongan untuk
m engam bil keuntungan sebagai dasar dalam
setiap pengam bilan keputusan, m em berikan
pelayanan yang tidak diskrim inatif dan tidak
sewenang-wenang dalam m enggunakan
kekuasaan.
(2) ASN dilarang m enunjukkan perilaku seperti:
a. persekusi yaitu perilaku yang m em berikan
perlakuan buruk atau penganiyaan secara
sistem atis dan m asif terhadap pegawai lain,
individu atau kelom pok lain, khususnya
karena suku, agam a atau pandangan politik;
dan
b. afiliasi politik yaitu perilaku yang
m enunjukkan kecenderungan m endukung,
m em ihak dan atau m em berikan fasilitas
kepada calon dan atau peserta pem ilu dengan
m em anfaatkan berbagai fasilitas pem erintah
sesuai dengan kewenangan yang dim ilikinya.
Pasal 10
(1) Keijasam a sebagaim ana Pasal 5 ayat (2) h u ru f e
ditunjukkan m elalui perilaku ASN sebagai berikut:
a. kolaboratif yaitu selalu menunjukkan keinginan
untuk bersama-sama rekan keija satu unit
organisasi, satu instansi atau instansi lain dengan
mengoptimalkan berbagai sumber dalam
mewujudkan tujuan bersama untuk kepentingan
negara dan masyarakat;
b. terbuka yaitu selalu menerima pendapat, kritik dan
saran untuk mewujudkan tujuan bersama lintas
sektor bagi kepentingan negara dan masyarakat;
c. antusias yaitu bersem angat untuk m endorong
keijasam a m enjadi lebih hidup dan mampu
m em berikan hasil nyata; dan
d. em pati yaitu m em aham i dan m enghorm ati
kondisi rekan keija, peka terhadap lingkungan,
mampu m enjalin hubungan yang erat dalam
setiap kondisi.
(2) ASN dilarang m enunjukkan perilaku sebagai
berikut:
10 -
BAB III
PEMBINAAN KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
Bagian Kesatu
Tujuan dan Ruang Lingkup
Pasal 11
Pem binaan Kode E tik dan Kode Perilaku ASN
dim aksudkan untuk m eningkatkan peijuangan,
pengabdian, integritas, profesionalism e dan kesetiaan
serta ketaatan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pasal 12
Pem binaaii Kode Etik dan Kode Perilaku bertujuan
untuk:
a. m em bina karakter/watak, m em elihara rasa
persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan guna
m ewujudkan keijasam a dan sem angat pengabdian
kepada inasyarakat serta m eningkatkan
kem am puan dan keteladanan ASN;
b. menumbuhkan dan meningkatkan semangat,
kesadaran dan wawasan kebangsaan Pegawai Negeri
Sipil sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. m enjaga m artabat, kehorm atan, citra, reputasi dan
kredibilitas instansi serta m enciptakan
keharm onisan sesam a ASN dalam rangka
m encapai dan m ewujudkan budaya k eija yang
Sesuai dengan nilai dasar Instansi;
d. m encegah teijadin ya pelanggaran tata nilai etika
dalam m ewujudkan penyelenggaraan
pem erintahan yan g baik, kecUrangan,
penyalahgunaan wewenang dan adanya kepastian
perilaku dalam situasi dilem atis;
e. m em elihara agar seluruh ASN selalu m em iliki dan
m enjaga perilaku yang etis; dan I
11
Pasal 13
Ruang lingkup pem binaan Kode Etik dan Kode
Perilaku sebagai berikut:
a. penetapan Kode E tik dan Kode Perilaku;
b. penerapan Kode E tik dan Kode Perilaku;
c. penegakan Kode E tik dan Kode Perilaku; dan
d. m onitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan
Kode Etik dan Kode Perilaku.
Bagian Kedua
Penetapan Kode E tik D an Kode Perilaku
Pasal 14
(1) Berdasarkan ketentuan kode etik dan kode
perilaku sebagaim ana diatur dalam Peraturan
Bupati ini:
a. Pejabat Pem bina Kepegawaian m enetapkan
kode etik dan kode perilaku ASN di lingkungan
Pem erintah Kabupaten B olaang M ongondow
Utara; dan
b. O rganisasi Profesi di lingkungan ASN
m enetapkan kode etik dan kode perilaku ASN
sesuai dengan karakteristik profesinya m asing-
masing.
(2) Kode etik dan kode perilaku sebagaim ana
dim aksud dalam ayat (1) ditetapkan berdasarkan
karakteristik m asing-m asing instansi dan
organisasi profesi.
Pasal 15
Kode etik dan kode perilaku sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b tidak boleh
bertentangan dengan kode etik dan kode perilaku
sebagaim ana diatur dalam Peraturan Bupati ini.
\
12 -
Bagian Ketiga
Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku
Paragraf 1
Intem alisasi dan Institusionalisasi Kode Etik dan Kode Perilaku
Pasal 16
(1) Instansi dan/atau organisasi profesi baik secara
sendiri-sendiri m aupun bersam a secara
berkelanjutan m elakukan intem alisasi dan
institusionalisasi Kode Etik dan Kode Perilaku.
(2) Kegiatan intem alisasi sebagaim ana dim aksud
dalam ayat (1) dilakukan m elalui:
a. m enyiapkan berbagai sarana sosialisasi
seperti: m odul sosialisasi, leaflet, buku saku
dan m edia lainnya Untuk sosialisasi;
b. sosialisasi kepada pegaw ai bam ;
c. sosialisasi kepada pejabat yang baru dilantik;
dan
d. sosialisasi secara berkala kepada selum h
pegawai.
(3) Kegiatan institusionalisasi sebagaim ana dim aksud
pada ayat (1) dilakukan m elalui:
a. pem eliharaan kom itm en; dan
b. pencegahan.
(4) Kegiatan pem eliharaan kom itm en sebagaim ana
dim aksud pada ayat (3) h u m f a dilakukan antara
lain m elalui:
a. m onitoring secara langsung oleh atasan;
b. m enerapkan sistem pengaduan atau m em buka
pengaduan baik dari kalangan internal
m aupun m asyarakat terhadap pelanggaran
kode etik dan kode perilaku;
c. m em bangun budaya beretika;
d. m enerapkan reward and punishm ent,
e. m em berikan konsultasi dan pem bim bingan;
f. m em berikan pelatihan-pelatihan dalam kelas
m aupun di tem pat keija;
g. m erancang pem belajaran elektronik (e-leam ing)
yang dapat diakses oleh selum h pegawai; dan
h. pejabat pim pinan tinggi w ajib m enerapkan
keteladanan kepada seluruh ASN di
lingkungan instansinya term asuk jabatan
fungsional senior ke seluruh jabatan
fungsional di bawahnya.
(5) Kegiatan pencegahan sebagaim ana dim aksud pada
ayat (3) h u ru f b dilakukan antara lain m elalui:
a. m engidentifikasi berbagai kem ungkinan resiko
akibat pelanggaran kode etik dan kode
perilaku; \
13 -
Paragraf 2
Kelem bagaan
Pasal 17
Dalam m enjalankan internalisasi dan
institusionalisasi, instansi pem erintah menUgaskan:
a. Aparat Pengawasan Intern Pem erintah untuk
m eriyusun m anajem en risiko dan m engawasi
kepatuhan setiap unit k eija di instansinya dalam
penerapan kode etik dan kode perilaku;
b. u nit k eija yang m enangani m anajem en sum ber
daya m anusia untuk m enyusun rencana,
m elaksanakan kegiatan intem alisasi dan
institusionalisasi dan m erekam setiap tem uan-
tem uan pelanggaran;
c. u nit k e ija yang m enjadi pem bina jabatan
fungsional untuk m elaksanakan kegiatan
in tem alisasi dan institusionalisasi bagi pejabat
fungsional dan m erekam setiap tem uan-tem uan
pelanggaran; dan
d. unit k e ija tertentu di bawah kendali jabatan
pim pinan tinggi untuk m em bantu m enjalankan
fungsi m engawasi penerapan dan m elaksanakan
kegiatan in tem alisasi dan institusionalisasi serta
m erekam setiap tem uan-tem uan pelanggaran di
unit keijanya.
Pasal 18
(1) U ntuk m enegakkan kode etik, pada setiap instansi
dibentuk M ajelis Kode Etik dan Kode Perilaku.
(2) Pem bentukan M ajelis Kode Etik dan Kode Perilaku
sebagaim ana dim aksud dalam ayat (1) ditetapkan
oleh Pejabat Pem bina Kepegawaian.
I
14 -
Pasal 19
(1) Keanggotaan M ajelis Kode Etik dan Kode Perilaku
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 18, terdiri
dari:
a. 1 (satu) orang KetUa m erangkap Anggota;
b. 1 (satu) orang Sekretaris m erangkap Anggota;
dan
c. sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang Anggota.
(2) Dalam hal Anggota M ajelis Kode Etik dan Kode
Perilaku lebih dari 5 (lim a) orang, m aka jum lahnya
harus ganjil.
(3) Jabatan Anggota M ajelis Kode Etik dan Kode
Perilaku tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan
pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa karena
disangka m elanggar kode etik.
(4) Kom posisi keanggotaan M ajelis Kode Etik dan
Kode Perilaku m encakup unsur internal dari unit
yang m enangani pengawasan internal dan unit
yang m enangani SDM serta unsur ekstem al yang
m enangani korps ASN, profesi atau tokoh
m asyarakat atau ahli yang m em aham i Kode Etik
dan Kode Perilaku ASN.
(5) Untuk m em bantu pelaksanaan tugas M ajelis Kode
Etik dan Kode Perilaku, dibentuk tim sekretariat
yang berfungsi m enangani fungsi kesekretariatan
dalam penegakan kode etik dan kode perilaku yang
berada dibawah koordinasi Pejabat Yang
Berwenang.
Pasal 2 0
(1) Tugas dan kewajiban serta tata cara Sidang M ajelis
Kode Etik dan Kode Perilaku diatur lebih lanjut
dalam Keputusan Bupati, dengan m em uat
beberapa ketentuan antara lain :
a. fungsi, tugas, w ewenang serta kewajiban
M ajelis Kode Etik dan Kode Perilaku;
b. pem bentukan Sekretariat M ajelis Kode Etik
dan Kode Perilaku;
c. tata Cara Pem anggilan dan Pem eriksaan
dugaan pelanggaran Kode Etik dan Kode
Perilaku yang berisikan laporan pelanggaran
Kode Etik, Pem eriksaan Dugaan dan W aktu
Penyelesaian Kasus Pelanggaran Kode Etik dan
Kode Perilaku; dan
d. putusan dan pelaksanaan putusan M ajelis
Kode Etik dan Kode Perilaku.
(2) M ajelis Kode Etik dan Kode Perilaku dibentuk dan
di review kem bali setiap 3 tahun, dengan
keanggotaan yang dapat diubah sesuai dengan
hasil review dan kebutuhan.
15 -
Paragraf 1
Mekanism e Pengaduan Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku
Pasal 21
(1) Dugaan pelanggaran kode etik dan kode perilaku
diterapkan jik a ASN diduga tidak m enjalankan
atau m elanggar kode etik dan kode perilaku yang
telah ditetapkan.
(2) Dugaan pelanggaran kode etik dan kode perilaku
oleh ASN diterim a m elalui mekanism e:
a. sistem pengaduan;
b. pengaduan m asyarakat;
c. tem uan instansi yang m enangani kepegawaian;
d. tem uan Aparat Penegak Hukum;
e. laporan dari pejabat/pegawai lainnya; dan
f. m edia lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pengaduan dapat diterim a oleh:
a. aparat Pengawasan Instansi Pem erintah (APIP);
b. Pejabat Pem bina Kepegawaian;
e. Pejabat yang Berwenang;
d. Pejabat yang menangsani manajemen SDM ASN;
e. atasan pegaw ai terlapor; dan
f. u nit pengelola pengaduan.
(4) Pengaduan yang dapat diproses adalah pengaduan
dilengkapi dengan bukti-bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Paragraf 2
Mekanism e dan Pertim bangan Penentuan Sanksi
Pasal 22
(1) ASN yang terbukti m elakukan pelanggaran Kode
Etik dan Kode Perilaku akan dikenakan sanksi.
(2) Sanksi diberikan sesuai dengan tingkat
pelanggaran kode etik dan kode perilaku yang
dilakukan oleh ASN.
(3) Tingkat pelanggaran kode etik dan kode perilaku
dibagi m enjadi:
a. Pelanggaran tingkat pertam a yaitu pelanggaran
Perilaku yang berdam pak pada individu ASN
yang bersangkutan dan dapat m em pengaruhi
perilaku ASN lainnya;
b. Pelanggaran tingkat kedua yaitu pelanggaran
Perilaku yang berdam pak pada instansi dan
m em pengaruhi nam a baik dan kineija;
I
16 -
Pasal 23
(1) Untuk ASN yang terbukti melakukan pelanggaran
tingkat pertama, pemberian sanksi didelegasikan
kepada atasannya atau pejabat fungsional yang
membawahinya.
(2) Sanksi yang diberikan berupa:
a. teguran lisan; dan
b. teguran tertulis.
(3) Teguran tertulis diberikan jika yang bersangkutan terns
menerus melakukan pelanggaran ringan setelah
memperoleh teguran lisan.
(4) Dalam hal teguran tertulis tidak dapat menghentikan
yang bersangkutan untuk melakukan pelanggaran,
maka penanganan pelanggaran dilimpahkan ke Majelis
Kode Etik dan Kode Perilaku disertai dengan bukti-
bukti dan kronologi pelanggaran.
Pasal 24
(1) Untuk ASN yang terbukti m elakukan pelanggaran
tingkat kedua, ketiga dan keem pat, pem berian
sanksi ditetapkan oleh M ajelis Kode Etik dan Kode
Perilaku.
(2) Sanksi yang diberikan berupa:
a. penundaan pem bayaran gaji berkala dan
kenaikan gaji;
\
17 -
Pasal 25
(1) Penetapan Sanksi dibahas dalam sidang M ajelis
Kode Etik dan Kode Perilaku dengan
m enghadirkan ASN yang diduga m elakukan
pelanggaran, pem eriksaan bukti-bukti dan saksi
serta pihak terkait lainnya.
(2) Sanksi yang diberikan m engacu kepada prinsip
keadilan dan kewajaran serta akan dikenakan
kepada setiap ASN yang m elanggar tanpa
pengecualian.
(3) Prinsip keadilan dan kewajaran sanksi yang dikenakan
terhadap setiap pelanggaran Kode Etik dan Kode
Perilaku dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. masa keija, usia, pangkat, jabatan, pengalaman,
prestasi, dedikasi dan loyalitas ASN yang
bersangkutan selama bekeija sebagai ASN;
b. pelanggaran yang pemah dilakukan apakah untuk
pertama kalinya atau sudah sering dilakukan;
c. kondisi kesehatan jasm ani dan rohani saat
pelanggaran dilakukan;
d. ada atau tidak adanya penghasutan, dorongan,
perintah dan pengaruh dari pihak lain sehingga
ASN melakukan pelanggaran; dan
e. kondisi lingkungan keija yang belum memiliki
Standar atau mekanisme keija.
Bagian Kelim a
M onitoring Dan Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Dan Kode
Perilaku
Pasal 26
(1) Setiap pim pinan organisasi perangkat daerah dan
pem bina jabatan fungsional m elakukan m onitoring
dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kode Etik dan
Kode Perilaku ASN m asing-m asing.
18 -
Pasal 27
(1) Pejabat Pem bina Kepegawaian m elakukan
pengawasan terhadap penerapan N ilai Dasar, Kode
Etik dan Kode Perilaku di setiap instansi
pem erintah.
(2) Pengawasan oleh Pejabat Pem bina Kepegawaian
Sebagaimana dim aksud dalam ayat (1), m eliputi:
a. m elakukan evaluasi dan penilaian terhadap
kesesuaian N ilai Dasar, Kode Etik dan Kode
Perilaku yang berlaku pada Instansi;
b. m elakukan Evaluasi terhadap setiap
keputusan M ajelis Kode Etik dan Kode Perilaku
di Intansi, baik yang dilaporkan oleh instansi
m aupun ASN yang dikenakan sanksi terkait
pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku; dan
c. m elakukan M onitoring dan Evaluasi terhadap
tindak lanjut pem berian sanksi oleh Pim pinan
Instansi.
(3) Dalam hal keputusan M ajelis Kode Etik dan Kode
Perilaku tidak sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan dan Peraturan Bupati ini,
m aka Pejabat Pem bina Kepegawaian dapat
m em batalkan keputusan dim aksud dan
m engeluarkan Keputusan baru terkait pelanggaran
N ilai Dasar, Kode Etik dan Kode Perilaku yang
bersifat fin al dan m engikat.
(4) Dalam hal ASN tidak puas atau berkeberatan
dengan keputusan M ajelis Kode Etik dan Kode
Perilaku, m aka ASN dapat m elaporkan kepada
Pejabat Pem bina Kepegawaian, selanjutnya Pejabat
Pem bina Kepegawaian dapat m elakukan
periinjauan dan m engeluarkan keputusan.
19 -
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat berlakunya peraturan ini, m aka segala ketentuan
yang m engatur m engenai disiplin PNS di lingkungan pem erintah
daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini
dinyatakan m asih berlaku.
Pasal 29
Peraturan Bupati in i m ulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Boroko i
pada tanggal 2 OgSgM&fefl SOSO \
BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA, \
DEPR l PONTOH
Diundangkan di Boroko
pada tanggal 2 SOSO
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA,
A N NANI