PERKEMBANGAN
PASAR MODAL INDONESIA
A. Pendahuluan
Pada dasarnya, perkembangan pasar modal suatu negara tercermin dari tingginya jumlah
saham yang diperdagangkan, jumlah perusahaan (emiten) yang terdaftar (listed), volume
transaksi, nilai transaksi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), serta nilai kapitalisasi
pasar yang semuanya itu telahmembawa konsekuensi tertentu bagi para investor (penanam
modal), emiten, dan pelaku pasar modal lainnya.
Pasar modal Indonesia sebagai salah satu tempat penanaman modal bagi para investor
tentunya memiliki track dan record, sehingga para investor tertarik menanamkan modalnya.
Hal ini dapat terlihat dari kinerja pasar modal Indonesia tersebut. Untuk mencermati kinerja
pasar modal di Indonesia yang meliputi perkembangan jumlah perusahaan yang go public,
total perdagangan, indeks harga saham, dan jumlah saham beredar
Mengamati perkembangan Pasar Modal Indonesia cukup menarik dalam lima tahun
terakhir, terutama pasca krisis moneter pada tahun 1997 dan krisis keuangan global pada
tahun 2008. Pasca krisis, perekonomian Indonesia kembali tumbuh dan pada saat yang
sama variabel makro ekonomi ikut membaik pula, serta kepercayaan investor terhadap
pasar modal Indonesia juga kembali meningkat. Hal tersebut terlihat dari semakin
meningkatnya jumlah transaksi saham yang dilakukan oleh para investor. Pertumbuhan
tersebut ikut mendorong membaiknya kinerja Bursa Efek Indonesia yang tercermin dari
adanya kecenderungan pergerakan nilai IHSG meningkat pada setiap saat.
Pergerakan dari berbagai kelompok saham yang ada di BEI akan ikut berkontribusi terhadap
pergerakan IHSG. mulai tahun 2004 sampai dengan 2007, dan pada pertengahan tahun
2008 terjadi penurunan karena terkena dampak krisis keuangan global yang bersumber dari
krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 2009, Indonesia dapat
keluar dari krisis dan perekonomian Indonesia kembali membaik serta pulihnya kembali
kepercayaan investor yang tercermin dari meningkatnya nilai IHSG di BEI. Selain
menggambarkan kondisi fundamental perusahaan di BEI yang membaik, juga menunjukkan
bahwa pendapatan investor yang melakukan investasi pada berbagai jenis saham di BEI
semakin meningkat. Artinya ada hubungan antara variabel fundamental dan tingkat
pendapatan saham, khususnya di BEI.
Perubahan harga saham yang terjadi pada setiap saat disebabkan oleh berbagai isu, baik isu
perekonomian global, maupun pengaruh faktor politik dan keaman yang terkadang tidak
menentu. Di era reformasi ini, kondisi politik di Indonesia terkadang tidak menentu, aktivitas
politik yang dilakukan oleh para politisi terkadang melahirkan konflik sosial. Kondisi ini
menyebabkan iklim investasi menjadi tidak kondusif serta mendorong terjadinya fluktuasi
pada variabel makro ekonomi yang akan berdampak buruk terhadap perekonomian nasional
Indonesia
Adapun faktor eksternal atau faktor makro ekonomi (uncontrolable) yang dapat
mempengaruhi harga saham, antara lain: jumlah uang beredar, inflasi, pertumbuhan
ekonomi, tingkat bunga deposito, nilai tukar valuta Asing, pertumbuhan investasi Asing dan
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
Sedangkan faktor internal atau faktor mikro ekonomi (controlable) yang dapat dikendalikan
oleh perusahaan antara lain: manajemen perusahaan, pemilihan jenis mesin, jenis teknologi,
pemilihan karyawan, dan sebagainya.
Pengujian teori Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dianalisis dengan mensimulasikan
pengaruhnya terhadap perubahan harga saham telah dilakukan di beberapa negara dengan
mempergunakan variabel makro ekonomi, seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, tingkat
suku bunga deposito, dan pertumbuhan jumlah uang beredar. Penelitian ini dikembangkan
oleh Ross dan Roll (1980). Dalam teori APT disebutkan bahwa pergerakan harga indeks
harga saham dipengaruhi oleh faktor secara linear dalam suatu model multi faktor. Faktor-
faktor yang dimaksudkan adalah faktor yang menunjukkan kondisi ekonomi secara umum
atau biasa juga disebut dengan faktor risiko sistematis. Faktor tersebut mempengaruhi
harga pada suatu aset dengan intensitas yang berbeda-beda (Elton dan Gruber, 1995: 104).
(buku pasar modal)
Pasar Modal
Berdasarkan pendapat Mas Rahmah, “Pasar modal (capital market) menjadi sumber
pembiayaan yang sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha yang memerlukan tambahan modal,
juga sebagai alternatif pembiayaan bagi masyarakat investor” (Rahmah, 2019). Menurut
Alan N.Rechtschaffen sebagaimana dikutip oleh Mas Rahmah, bahwa pasar modal
merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan kapasitas modal (investor)
dengan pihak yang membutuhkan tambahan modal, baik modal jangka pendek maupun
jangka panjang (Rahmah, 2019). Berdasarkan Pasal 1 Angka 13 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Pasar
Modal), bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkan,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Dari pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pasar modal mempunyai kegiatan yang sama dengan pasar biasa
yaitu adanya kegiatan jual beli, tetapi yang membedakan adalah objek yang diperjual-
belikan, dalam pasar modal memperjual-belikan Efek. Lebih dari itu, pasar modal memiliki
kegiatan yang sangat luas yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 15 Undang-Undang Pasar Modal, adalah kegiatan
Penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan pasar modal. Sedangkan Emiten dalam
Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Pasar Modal sebagai pihak yang melakukan penawaran
umum. Emiten dapat berbentuk peseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau
kelompok yang terorganisasi (Rahmah, 2019)
Istilah pasar modal (capital Market) berarti suatu tempat atau sistem bagaimana cara
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaan, merupakan pasar
tempat orang membeli atau menjual surat efek yang baru dikeluarkan (Munir, 1996: 10).
Adapun dalam undang-undang Pasar Modal (UUPM), yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 Pasal 1 Angka 13 menjelaskan, Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar
Modal dapat didefenisikan sebagai pasar yang memperjual belikan berbagai instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang mauun modal sendiri yang
diterbitkan oleh perusahaan swasta (Irsan, 2004: 10). Dengan demikian pasar modal adalah
sebuah tempat memperdagangkan efek yang diterbitkan lembaga dan profesi yang terkait
dengan efek. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan
pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan juga tawar
menawar harga. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai sebuah wahana yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi
nasional. Pertumbuhan suatu pasar modal sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek.
(jurnal Perspektif Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal di Indonesia)
Tantangan Pasar Modal Indonesia Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan integrasi
ekonomi, maka kinerja pasar modal sangat tergantung dari kinerja ekonomi nasional,
regional, dan internasional. Laju pertumbuhan pasar modal turut ditentukan oleh berbagai
indikator makro ekonomi seperti laju inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, dan besaran
indikator makro lainnya. Hal ini menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan pasar modal ke
depan karena akan menentukan sejauh mana tingkat laju pertumbuhan pasar modal.
Beberapa indikator ekonomi yang berpengaruh terhadap kinerja pasar modal antara lain:
tingkat suku bunga, laju inflasi, dan nilai tukar.
Perkembangan ekonomi regional baik di kawasan Amerika, Eropa, dan Asia. Berpengaruh
terhadap ekonomi dunia. Demikian pula krisis surat utang yang melanda negara di Uni Eropa
seperti Yunani, Portugal, Italia dan lain-lain dapat berdampak buruk bagi kawasan ekonomi
lainnya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jepang yang masih lesu seiring dengan badai
tsunami di khawatirkan turut memperlemah kinerja ekonomi di kawasan Asia Pergerakan
dana untuk kegiatan investasi tidak mengenal surut walaupun ekonomi sedang mengalami
penurunan. Artinya aktivitas pasar modal di seluruh dunia akan terus mencari peluang
portfolio investasi yang mampu memberikan return yang lebih baik. Blessing in disguise,
lesunya ekonomi di suatu kawasan terkadang menjadi „berkah‟ bagi kawasan ekonomi di
belahan dunia lain. Salah satu tantangan kinerja pasar modal adalah pertumbuhan transaksi
di pasar sekunder.
Pasar saham di Indonesia mengalami pertumbuhan kinerja yang sangat baik dan hal ini
dapat dilihat dari pertumbuhan indeks harga saham. Ketika kasus subprime tahun 2008,
indeks harga saham mengalami penurunan yang sangat tajam bahkan hampir menyentuh
level 1.100. Untuk itu di perlukan suatu sweetener agar pasar sekunder tetap terus
bergairah dalam bertransaksi, Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia,
maka peningkatan pemodal lokal menjadi salah satu faktor yang turut memperkuat daya
tahan pasar sehubungan dengan volatilitas aliran dana yang bersifat jangka pendek. Dengan
basis pemodal lokal yang besar dan kuat, maka pasar modal Indonesia lebih siap
menghadapi „guncangan‟ pasar. Untuk itu, edukasi dan sosialisasi merupakan medium yang
harus terus ditumbuhkembangkan
Pasar modal Indonesia dalam perjalanannya mengalami beberapa kali guncangan yang
hebat. Namun, dengan semakin membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia, maka krisis
tersebut dapat dilalui. Selanjutnya pasar modal Indonesia memiliki peluang yang sangat
besar menjadi pasar modal yang kuat dan tangguh dengan banyaknya kelas menengah
Indonesia yang potensial untuk berinvestasi di pasar modal. Tantangannya adalah
pengetahuan mereka masih minim terkait investasi dipasar modal, sehingga keterlibatan
masyarakat Indonesia berinvestasi di pasar modal masih sangat rendah dibandingkan
dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. (jurnal Perspektif
Perkembangan dan Tantangan Pasar Modal di Indonesia)
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia,
pemerintah disarankan harus menempuh bauran ekonomi kebijakan baik kebijakan fiskal
maupun moneter untuk dapat memulihkan stabilitas perekonomian Indonesia yang dapat
berimplikasi pada perkembangan pasar modal Indonesia yang nantinya dapat meningkatkan
penyerapan tenaga kerja dan kenaikan pendapatan perkapita. Hal-hal yang dapat ditempuh
antara lain pertama mempercepat pengobatan dan penularan yang lebih luas, kedua
menjaga daya beli masyarakat dengan mengurangi beban biaya yang secara langsung
berada dalam kendali pemerintah antara lain penurunan tarif listrik, telekomunikasi, BBM,
gas dan air bersih, ketiga perlunya pengawasan dan pemerataan penyaluran distribusi
bantuan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan.