MEMUTUSKAN
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan
untuk menutup biaya penyelenggaraan peningkatan pelayanan kesehatan dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan ;
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya
operasional dan pemeliharaan.
BAB V
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
Pasal 9
(1) Anak Sekolah Dasar dan atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Tingkat
Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah
Kejuruan dan atau Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren dipungut biaya sebesar
50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a, b
dan c pasal 8 ;
(2) Anak Sekolah Dasar dan atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Tingkat
Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah
Kejuruan dan atau Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren yang sudah menjalankan
program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tidak dikenakan biaya pungutan
sebagaimana tersebut pada pasal 8 huruf a, b dan c.
Pasal 10
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
BAB VIII
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 12
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 13
BAB X
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 14
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) ditetapkan
retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang
terutang maka dikeluarkan SKRDKBT ;
10
(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
sebagaimana dimaksud ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud ayat (2)
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 15
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 16
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan dari retribusi terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan SKRD.
BAB XIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau
Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang disamakan, SKRDKBT
dan SKPDLB ;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas ;
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib
Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut ;
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB
diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
itu tidak dapat dipenuhi kerena keadaan di luar kekuasaannya ;
(5) Keberatan yang tidak memnuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3) tidak dianggap sebagai keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan ;
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan
penagihan retribusi.
Pasal 19
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan ;
(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang ;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala
Daerah tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut
dianggap dikabulkan.
BAB XV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 20
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Kepala Daerah ;
12
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan ;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan
Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan permohonan pengembalian
kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan ;
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut ;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya
SKRDLB ;
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat
jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 %
(dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 21
Pasal 22
BAB XVI
PENGURANGAN KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 23
(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain mengangsur ;
(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan
kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan dan atau tidak
mampu ;
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala
Daerah.
BAB XVII
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 24
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib
Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi ;
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh
apabila :
a. Diterbitkan surat teguran atau ;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) ;
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran ;
14
(3) Bagi petugas yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIX
PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang Retribusi Daerah ;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana retribusi daerah tersebut ;
c. Meminta keterangan dan atau bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah ;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan
dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut ;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah ;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah ;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi ;
j. Menghentikan penyidikan ;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai
dengan ketetapan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
15
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pasal 28
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah.
Pasal 29
Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 30 September 2000
WALIKOTA MALANG
ttd.
SUYITNO
Diundangkan di :
Pada tanggal :
SEKRETARIS DAERAH KOTA MALANG
ttd.
I. PENJELASAN UMUM
Bahwa untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan pada
masyarakat seiring dengan persiapan otonomi daerah guna peningkatan Pendapatan asli
Daerah untuk mendukung otonomi daerah dimaksud perlu memungut Retribusi
Pelayanan Kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana tersebut dalam
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang Nomor 6 tahun 1988 tentang
Pelayanan Kesehatan Oleh Unit Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kotamadya
Daerah Tingkat II Malang dengan segala perubahannya sepanjang mengatur tentang
ketentuan retribusinya perlu diatur kembali dengan menuangkannya dalam Peraturan
Daerah.
---------------------------------------------------