TENTANG
BUPATI TASIKMALAYA
1
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum Husada Bhakti menjadi Perusahaan Perseroan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4090);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4139);
10. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 157/MENKES/SK/III/1999
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159b/MENKES/PER/II/1988 tentang Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 51/MENKES/SK/II/1979
tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit - Rumah Sakit Umum
Pemerintah;
13. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1013/MENKES/SKB/XII/2001
43 Tahun 2001
tentang Tarip Tata Laksana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan
Rumah Sakit Umum Daerah bagi peserta PT. (Persero) Asuransi
Kesehatan Indonesia dan Anggota Keluarganya;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penata
usahaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Unit Swadana Daerah;
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 112/MENKES/SK/XI/1994 tentang
Kartu Sehat;
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 582/MENKES/SK/VI/1997
tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah;
17. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1176/MENKES/SK/1999 tentang
Obat Wajib Apotik No.3;
18. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor
HK.00.06.1.3.4812 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rumah
Sakit Pemerintah;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya Nomor 8
Tahun 1992 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah
Tingkat II Tasikmalaya menjadi Unit Swadana Daerah;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya Nomor 15
Tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
2
Daerah Kelas B Non Pendidikan Kabupaten Daerah Tingkat II
Tasikmalaya;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 07 Tahun 2000
tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Tasikmalaya
22. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2002 tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Dengan Persetujuan
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
k. Rujukan swasta adalah pasien yang dikirim oleh dokter praktik swasta atau Rumah Sakit Swasta ke
RSU untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap;
l. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) di RSU adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,
perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik, dan atau pelayanan kesehatan lain dan
menempati tempat tidur kurang dari satu hari;
m. Pelayanan Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medik;
n. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan umum,
pembiusan lokal atau tanpa pembiusan;
o. Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan;
p. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan untuk penunjang penegakan diagnosis dan terapi;
q. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi Mental adalah pelayanan yang diberikan oleh Unit
Rehabilitasi Medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara,
ortotik/prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya;
r. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan
pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan
kesehatan gigi dan mulut pada pasien di RSU;
s. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan di RSU yang secara tidak
langsung berkaitan dengan pelayanan medik;
t. Pelayanan Konsultasi Khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi psikologi,
gizi, konsultasi lainnya;
u. Pelayanan Medica Legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum;
v. Pemulasaraan/Perawatan Jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi
bedah mayat yang dilakukan oleh RSU untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan
kepentingan proses peradilan;
w. Tarip adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan di RSU, yang
dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya;
x. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan
kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik
dan atau pelayanan lainnya;
y. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh RSU atas pemakaian sarana, fasilitas RSU yang
digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi;
z. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap termasuk makan di RSU;
aa. Bahan dan Alat adalah bahan, alat-alat, bahan kimia, dan alat kesehatan habis pakai yang
digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi;
bb. Penjamin adalah orang atau Badan Hukum sebagai penanggung biaya pelayanan kesehatan dari
seseorang yang menggunakan/mendapat pelayanan di RSU;
cc. Dana Swadana adalah penerimaan fungsional yang diterima oleh Rumah Sakit Unit
Swadana/Rumah Sakit pengguna PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang bersangkutan dari
kegiatan pemberian pelayanan;
dd. Penerimaan Fungsional Rumah Sakit adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan atas
pelayanan baik berupa barang, dan atau jasa yang diberikan oleh RSU dalam menjalankan
fungsinya melayani kepentingan masyarakat atau Instansi Pemerintah lainnya;
ee. Peserta Asuransi Kesehatan Indonesia, selanjutnya disebut Peserta Askes adalah Pegawai Negeri
Sipil, Pensiunan, Veteran dan pegawai swasta beserta anggota keluarganya yang membayar iuran
untuk jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. (Persero) Asuransi
Kesehatan Indonesia;
ff. Veteran adalah mereka yang mempunyai Tanda Anggota Veteran Republik Indonesia beserta
keluarganya yang tercantum dalam Tanda Pengenal yang sah;
4
gg. Perintis Kemerdekaan adalah mereka yang termasuk dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
1960 dan mempunyai Tanda Pengenal yang sah beserta keluarganya;
hh. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
ii. Penyidik adalah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
yaitu Penyidik Polisi Republik Indonesia dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan;
jj. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus
untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan
pidana.
BAB II
Pasal 2
(1). Setiap orang sakit dapat dirawat di RSU atas pertimbangan Dokter dengan mengingat keadaan
tempat yang tersedia;
(2). Orang sakit yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini yaitu yang telah mendapat penetapan untuk
dirawat, selanjutnya disebut Pasien;
(3). Sebelum perawatan dilaksanakan, pihak pasien atau keluarganya/walinya harus memperlihatkan
surat-surat bukti diri;
(4). Setiap keluarga pasien yang dirawat, maka keluarga dan atau familinya harus mentaati segala
ketentuan/peraturan yang berlaku di RSU;
(5). a. Bagi para peserta Askes harus memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal;
b. Bagi anggota TNI/POLRI harus membawa Surat dari Komandan yang bersangkutan;
c. Bagi pasien pindahan, baik dari Rumah Sakit Umum lain ataupun dari Puskesmas harus
membawa Surat Keterangan dari Direktur Rumah Sakit/Kepala Puskesmas yang
bersangkutan;
(6) a. Apabila pasien meninggal dunia biaya perawatan ditagihkan kepada keluarga pasien yang
menanggungnya;
b. Apabila pasien meninggalkan RSU tanpa memberikan/tanpa seizin Direktur, biaya perawatan
ditagihkan kepada keluarga pasien yang menanggungnya.
Pasal 3
(1) Selama pasien berada dalam perawatan, harus memakai pakaian seragam yang disediakan kecuali
dengan seizin Direktur dapat memakai pakaian sendiri atau apabila RSU belum dapat menyediakan
pakaian seragam;
(2) Apabila pakaian sendiri tersebut pada ayat (1) pasal ini hilang, maka Direktur tidak bertanggung
jawab, kecuali apabila pakaian sendiri tersebut termasuk barang-barang lainnya didaftarkan terlebih
dahulu.
Pasal 4
(1) Selama dalam perawatan, pasien dilarang membawa barang-barang berharga, perkakas atau benda
tajam, senjata api dan lain-lain barang yang dianggap berbahaya;
(2) Barang/Surat masuk untuk pasien yang dirawat harus disampaikan melalui Direktur atau petugas
yang ditunjuk;
5
(3) Berdasarkan pertimbangan Direktur, barang/Surat-surat masuk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pasal ini dapat disimpan untuk sementara.
Pasal 5
Untuk mengetahui keadaan penyakit pasien yang berhubungan dengan rahasia jabatan selama dalam
perawatan, diajukan melalui permohonan tertulis diatas kertas bermaterai kepada Direktur dengan
disertai alasan yang berhubungan dengan permohonan tersebut.
Pasal 6
(1) Apabila pasien yang dirawat meninggal dunia, Direktur segera memberitahukan kepada keluarga
atau familinya;
(2) Jika pasien yang meninggal dunia itu tidak dikenal alamatnya/tidak ada atau tidak dikenal familinya
maka penguburannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten;
(3) Bagi pasien yang meninggal dunia dengan keadaan tidak mampu dan keluarganya/familinya juga
tidak mampu atau keluarga/familinya tidak ada, maka mayat/jenazah itu diserahkan kepada Kepala
Desa/Kepala Kelurahan dimana pasien itu berasal atau ditentukan kemudian oleh Direktur atas
petunjuk Bupati;
(4) Bagi pasien yang meninggal dunia berstatus tahanan/hukuman, maka beban biaya penguburan dan
perawatan ditanggung oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Pasal 7
Makanan yang diberikan selama dalam perawatan kepada setiap pasien harus sesuai dengan standar
menu yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan berlaku untuk semua/seluruh kelas perawatan.
Pasal 8
(1) Setiap pasien yang dirawat di RSU tidak diperbolehkan untuk ditunggu kecuali dengan seizin
Dokter;
(2) Setiap orang yang akan berkunjung kepada pasien yang dirawat, terlebih dahulu harus meminta izin
kepada petugas dan tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman untuk pasien kecuali
dengan seizin Dokter;
(3) Jadwal waktu berkunjung kepada pasien di RSU ditetapkan oleh Direktur.
Pasal 9
(1) Biaya perawatan dapat dibayar sekaligus pada waktu pasien telah sembuh dan diperbolehkan
pulang, kecuali biaya obat-obatan dibayar langsung setiap pengambilan obat;
(2) Bagi perawatan yang melebihi waktu lima hari perawatan, maka pembayaran biaya perawatan
dapat diangsur setiap lima hari sekali;
(3) Bagi pasien yang meninggal dunia, maka RSU melalui Bagian Keuangan membuat perhitungan
biaya pembayaran dan apabila terdapat kelebihan yang telah dibayarkan akan dikembalikan kepada
si pembayar;
(4) Bagi pasien yang ternyata melakukan kealpaan pembayaran biaya perawatan, masih tetap
bertanggung jawab atas segala utang perawatan dan dapat dituntut berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
6
Pasal 10
(1) Pasien yang diberi pembebasan dan atau keringanan pembayaran biaya perawatan adalah :
a. Pasien yang benar-benar tidak mampu yang dinyatakan dengan membawa Surat Keterangan
dari Kepala Desa/Kepala Kelurahan disahkan Camat yang bersangkutan ketika pasien masuk
RSU yaitu dalam jangka waktu satu kali dua puluh empat jam;
b. Pasien yang berasal dari Rumah Yatim Piatu, Badan Amal Swasta dan Lembaga-lembaga
Sosial lainnya, dengan membawa Surat Keterangan dari Pimpinan Badan/Lembaga Sosial yang
bersangkutan;
c. Cacat Veteran dan Perintis Kemerdekaan dengan membawa Surat Keterangan/bukti yang sah
dari instansi yang berwenang;
d. Malapetaka umum;
(2) Pasien kurang mampu yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Kepala Desa/Kepala Kelurahan
dan disahkan oleh Camat yang bersangkutan atas pertimbangan Direktur RSU dapat diberikan
keringanan pembayaran biaya perawatan.
BAB III
Pasal 11
7
f. Pelayanan Konsultasi Khusus meliputi :
- Konsultasi Psikologi
- Konsultasi Gizi
- Konsultasi Medik : diluar jam kerja dan di dalam jam kerja
g. Pelayanan Gigi dan Mulut meliputi :
- Pemeriksaan/tindakan medis gigi dan mulut
- Pemeriksaan/tindakan bedah mulut
h. Pelayanan Transfusi Darah
i. Perawatan Jenazah meliputi :
- Perawatan Jenazah
- Konservasi
- Bedah mayat dan keterangan sebab kematian/visum et repertum
- Penyimpanan Jenazah
j. Pelayanan Ambullance
k. Pelayanan Kereta Jenazah
l. Pelayanan Parkir
m. Penunggu pasien
n. Pelayanan Uji Kesehatan meliputi :
- Dasar
- General check up
o. Upacara kematian
(3) jenis pelayanan lain yang tidak atau belum termasuk di dalam kelompok-kelompok sebagaimana
ayat (2) pasal ini dapat diusulkan oleh Direktur RSU untuk ditetapkan oleh Bupati dengan tarip
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(4) Tarip RSU terdiri dari komponen biaya pelayanan :
a. Jasa Pelayanan
b. Jasa Sarana
BAB IV
KELAS PERAWATAN
Pasal 12
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Peraturan Daerah ini dapat digolongkan
dalam beberapa kelas perawatan sebagai berikut :
a. Kelas VIP
b. Kelas Utama
c. Kelas I
d. Kelas II
e. Kelas III
8
BAB V
Pasal 13
(1) Besaran tarip pelayanan kesehatan ditetapkan berdasarkan perhitungan unit cost dengan
memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat dan Rumah Sakit sekitarnya;
(2) Besaran tarip pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tidak termasuk obat-
obatan, bahan dan alat habis pakai;
(3) Besaran tarip rawat jalan dan rawat inap belum termasuk obat-obatan, penunjang medis, serta
tindakan medis;
(4) Besaran tarip gawat darurat ditetapkan 125 % dari karcis harian rawat jalan yang berlaku untuk
satu kali kunjungan;
(5) Besaran tarip pemeriksaan penunjang medis, tindakan medis, dan rehabilitasi medis untuk pasien
rawat jalan, taripnya sejenis dengan pasien rawat inap kelas III;
(6) Besaran tarip pemeriksaan penunjang medis, tindakan medis, dan rehabilitasi medis untuk pasien
rawat jalan yang berasal dari rujukan swasta dan pasien dari Instalasi Gawat Darurat ditetapkan
sama dengan tarip sejenis pasien rawat inap kelas II;
(7) Besaran tarip rawat sehari (one day care) ditetapkan sama dengan tarip rawat inap kelas II;
(8) Jasa Pelayanan Medis Anestesi tindakan operatip ditetapkan sebesar 1/3 dari jasa pelayanan yang
sesuai dengan jenis tindakannya;
(9) Besaran tarip tindakan medis operatip yang sipatnya cito, ditambah 25 % dari jasa pelayanan;
(10) Biaya jasa sarana dari pelayanan penunjang medis serta besaran tarip pelayanan gigi dan mulut
ditetapkan atas dasar tingkat kecanggihan;
(11) Besaran tarip penunjang medis yang sipatnya cito ditambah 50 % dari jasa pelayanan;
(12) Tarip pelayanan Ambullance dan Kereta Jenazah dihitung 10 (sepuluh) kilo meter pertama, untuk
selanjutnya dihitung per kilo meter (termasuk pulang pergi), besaran tarip ini belum termasuk
bahan bakar minyak, retribusi tol, jasa Supir dan Perawat pengantar;
(13) Besaran tarip parkir untuk setiap jenis kendaraan disesuaikan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Tasikmalaya tentang Peraturan dan Retribusi Parkir, dan hasil pungutannya
merupakan pendapatan RSU;
(14) Besaran tarip pelayanan Uji Kesehatan (General Check Up) disesuaikan dengan jenis pelayanan
rawat jalan dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan;
(15) Besaran tarip Transfusi Darah ditetapkan atas dasar “Service Cost” ditambah dengan subsidi
silang dari masing-masing kelas perawatan.
BAB VI
Pasal 14
Setiap orang/pasien yang mendapat pelayanan kesehatan dari RSU wajib membayar retribusi sesuai
dengan jenis pelayanan yang diterimanya dan ditetapkan sebagai berikut :
9
A. Tarif Rawat Jalan
(2) Tarip General Check Up, taripnya disesuaikan dengan Poliklinik yang dikunjungi dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan;
(3) Tarip Cuci Darah untuk Peserta Askes ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi
Peserta Askes yang telah ditetapkan oleh Direktur PT. (Persero) Askes Indonesia.
Jasa Jasa
Jumlah
Jenis Pelayanan Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
(2) Tarip Rawat Sehari (one day care) sesuai dengan tarip rawat inap kelas II;
(3) Tarip Penunjang medis, tindakan medis, dan pelayanan rehabilitasi medis, taripnya sama
dengan tarip sejenis rawat inap kelas II.
10
C. Tarip Rawat Inap
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
Jasa
Jasa Sarana Jumlah
Asal Kelas Pelayanan Keterangan
Rp. Rp.
Rp.
(3) Perinatologi
a) Tarip perawatan intensive Bayi Baru Lahir/NICU per hari adalah sbb :
Jasa
Asal Jasa Sarana Jumlah
Pelayanan Keterangan
Kelas Rp. Rp.
Rp.
11
b) Tarip Rawat Inap Bayi yang baru lahir (Perinatologi) per hari adalah sbb :
c) Tarip Bayi sehat titipan (dari ibu yang dirawat) per hari adalah sebagai berikut :
d) Tarip rawat sehari (one day care) taripnya disamakan dengan tarip Rawat Inap kelas II;
(4) Tarip Rawat Bersama per hari, taripnya ditambah dengan tarip jasa pelayanan dari kelas
masing-masing dan tergantung dari jumlah Dokter yang merawat;
(5) Tarip Rawat Gabung per hari adalah tarip perawatan kelas ibu ditambah jasa pelayanan
rawat inap Perinatologi;
(6) Tarip konsul antar Dokter didalam jam kerja adalah ditambah Tarip Jasa Pelayanan kelas
masing-masing;
(7) Tarip konsul Dokter, konsul antar Dokter diluar jam kerja adalah 1 ½ jasa pelayanan dari
masing-masing kelas.
Untuk konsul di luar jam kerja harus atas permintaan perawat atau atas permintaan keluarga
pasien;
(8) Tarip konsultasi gizi sbb :
12
D. Tarip Tindakan Pelayanan Kesehatan
a) Sederhana
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp
Rp. Rp.
b) Kecil
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
c) Sedang
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
13
d) Besar
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
e) Canggih
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
f) Khusus
Jasa
Jasa Pelayanan Jumlah
Kelas Sarana Keterangan
Rp. Rp.
Rp.
(2) Tarip tindakan medis non operatif rawat jalan sama dengan tarip sejenis rawat inap kelas III;
(3) Tarip tindakan medis non operatif Gawat Darurat sama dengan tarip sejenis rawat inap kelas
II.
(4) Tarip Tindakan Medis Operasi Terencana adalah sebagai berikut :
14
a) Operasi Kecil
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
b) Operasi Sedang
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
c) Operasi Besar
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
15
d) Operasi khusus
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
(5) Tarip tindakan medis operasi terencana rawat jalan sama dengan tarip sejenis rawat inap kelas
III;
(6) Tarip pasien rujukan swasta sama dengan Tarip sejenis Rawat Inap Kelas II;
(7) Tarip Operasi Cito dikenakan Tarip Operasi Terencana ditambah 25 % dari Jasa
Pelayanan;
(8) Jasa pelayanan medis Anesthesi 1/3 dari jasa pelayan tindakan Operatip sesuai dengan jenis
tindakannya.
a) Sederhana
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
16
b) Sedang
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
c) Canggih
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
a) Sedang 1
Jasa Jasa
Jumlah
Kelas Pelayanan Sarana Keterangan
Rp.
Rp. Rp.
17
b) Sedang 2
c) Canggih 1
d) Canggih 2
e) Canggih 3
18
(3) Tarip Radiologi
a) Ultrasonografi (USG)
b) Sederhana
c) Sedang 1
d) Sedang 2
19
e) Sedang 3
f) Sedang 4
g) Sedang 5
h) Sedang 6
20
i) Canggih
a) Sederhana
b) Sedang
c) Canggih
21
(5) Tarip Penunjang untuk rawat darurat dan rujukan swasta sama dengan tarip sejenis rawat
inap kelas II;
(6) Tarip Penunjang untuk Rawat Jalan sama dengan tarip penunjang rawat inap kelas III.
(7) Tarip penunjang untuk cito ditambah 50 % dari jasa pelayanan.
a) Sederhana
Jasa
Jasa Sarana Jumlah
Kelas Pelayanan Keterangan
Rp. Rp.
Rp.
22
b) Sedang
c) Besar
d) Canggih
(4) Tarip Rehabilitasi Medik untuk merawat darurat dan rujukan swasta sama dengan tarip sejenis
rawat inap kelas II;
(5) Tarip Rehabilitasi Medik untuk Rawat Jalan sama dengan tarip sejenis rawat inap kelas III.
23
b) Persalinan dengan Penyulit adalah sebagai berikut :
1) Extraksi Gigi :
a) Gigi Sulung :
- tanpa injeksi 3.000 2.500 5.500 Tarip
- dengan injeksi 6.000 4.000 10.000 Pelayanan
b) Gigi Permanen 6.000 4.000 10.000 tidak
c) Gigi Permanen dengan termasuk obat
komplikasi 25.000 15.000 40.000 dan bahan
2) Insisi Abses 25.000 15.000 40.000 habis pakai
3) Excisi 25.000 15.000 40.000 serta biaya
4) Elveolectomy 8.000 4.000 12.000 Laboratorium
5) Odontectomy gigi infaksi/ apabila
miring 40.000 25.000 65.000 diperlukan.
24
b) Tambalan amalgam besar 7.000 4.000 11.000 tidak
c) Tambalan amalgam kecil 12.000 4.000 16.000 termasuk
d) Tambalan komposite besar 10.000 3.000 13.000 obat dan
e) Tambalan komposite kecil bahan
f) Tambalan inlay - uplay - habis
onlay (belum termasuk 25.000 15.000 40.000 pakai serta
Lab/ Teknik) 20.000 10.000 30.000 biaya
g) Tambalan Lightcuring Laboratorium
4) Scalling/Pembersihan karang 15.000 3.000 18.000 apabila
gigi perkwadran 6.500 5.000 11.500 diperlukan
5) Dental Ronetgen 5.000 3.000 8.000
6) Buka Jahitan
25
I. Tarip Pelayanan Transfusi Darah
Keterangan : - Untuk pelayanan penyimpanan dingin, tidak dingin dan upacara jenazah
dihitung per hari
- Penyimpanan Jenazah diijinkan paling lama 3 X 24 jam.
Mati
Komponen Hidup Luar Keterangan
Bedah (Rp.)
(Rp.)
Jasa Pelayanan 7.500 15.000 Ditentukan lebih lanjut Tarip Pelayan tidak
Jasa Sarana 7.500 15.000 sesuai tarip yang termasuk obat dan bahan
berlaku pada Rumah alat habis pakai.
Jumlah 15.000 30.000 Sakit Hasan Sadikin
26
K. Tarip Kendaraan
Per Hari
Kelas Perawatan
Rp.
VIP 5.000
Utama 4 000
I 3.000
II 2.000
III 1.000
Pasal 15
Tarip bahan dan alat habis pakai yang digunakan dalam pelayanan kesehatan yang pengenaannya
ditetapkan atas dasar faktur yang diterbitkan oleh rekanan ditambah 20 % dari harga pokok yang
tercantum dalam faktur.
Pasal 16
Untuk pengaturan tentang pembagian jasa pelayanan akan diatur tersendiri dengan Keputusan Direktur.
27
BAB VII
KETENTUAN DAN BESARAN TARIP PELAYANAN KESEHATAN
BAGI PESERTA PT. (PERSERO) ASURANSI KESEHATAN INDONESIA
DAN ANGGOTA KELUARGANYA
Pasal 17
(1) Pelayanan kesehatan bagi peserta Askes meliputi seluruh pelayanan yang ada di R S U;
(2) Persyaratan dan prosedur pelayanan kesehatan Peserta Askes disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku.
Pasal 18
(1) Tarip retribusi pelayanan kesehatan bagi peserta Askes berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.
(2) Selisih besaran tarip pelayanan kesehatan antar tarip yang berlaku dengan tarip penggantian PT.
(Persero) Askes Indonesia sebagaimana ayat (1) pasal ini ditanggung oleh Peserta Askes;
(3) Besaran tarip sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini mendapat keringanan sebesar 10 %;
(4) Bagi Pasien Peserta Askes yang menerima pelayanan kesehatan diatas haknya, selisih tarip menjadi
tanggung jawabnya.
BAB VIII
KERJASAMA PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PIHAK KETIGA
Pasal 19
(1) RSU dapat mengadakan kerja sama dengan Pihak Ketiga, baik dalam hal penyelenggaraan maupun
dalam pelayanan kesehatan;
(2) Pengaturan dan penetapan lebih lanjut dalam pelaksanaan kerja sama tersebut dalam ayat (1) pasal
ini, termasuk besaran taripnya, ditentukan dalam naskah perjanjian kerja sama antara RSU dengan
pihak Ketiga dan diketahui oleh Bupati.
BAB IX
PEMBAYARAN DAN PENYETORAN
HASIL PUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 20
Setiap pembayaran retribusi pelayanan kesehatan pada RSU diberikan tanda bukti pembayaran lunas
dengan bentuk dan model serta ukurannya ditetapkan oleh Bupati.
28
Pasal 21
(1) Setiap pembayaran retribusi pelayanan kesehatan pada RSU disetor kepada Bendaharawan
Penerima yang bersangkutan yang diangkat oleh Bupati untuk ditransfer ke Kas Daerah melalui
Kas RSU;
(2) Ketentuan tentang tata cara pengelolaan retribusi pelayanan kesehatan pada RSU (pemungutan,
pembukuan, penyetoran, penyaluran, penggunaan serta pelaporan) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Seluruh pendapatan retribusi pelayanan kesehatan pada RSU dapat digunakan secara langsung
untuk pembiayaan dan pengeluaran RSU Unit Swadana.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 22
(1) Wajib retribusi yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Peraturan
Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah);
(2) Tindakan Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran;
(3) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik, dalam hal ini
Penyidik Polisi Republik Indonesia dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 23
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Tasikmalaya Nomor 16 Tahun 1989 tentang Ketentuan Khusus dan Penetapan Retribusi Pelayanan
Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya, yang diubah terakhir
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1996 beserta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya
dinyatakan tidak berlaku lagi.
BAB XI
KETENTUAN LAIN DAN PENUTUP
Pasal 24
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya,
diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.
29
Pasal 25
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
Ditetapkan di Tasikmalaya
Pada Tanggal 12 April 2002
BUPATI TASIKMALAYA
ttd.
Diundangkan di Tasikmalaya
Pada Tanggal 15 April 2002
ttd.
30